18
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Industri perbankan sebagai lembaga keuangan merupakan salah satu unsur
penting dalam sistem perekonomian negara. Seiring dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis, industri perbankan menjadi semakin beraneka ragam. Perkembangan perbankan di tengah-tengah perkembangan perekonomian yang makin maju, suatu badan usaha di tuntut dapat mempertahankan dan meningkatkan suatu operasional usahanya. Bank merupakan perusahaan jasa yang menyediakan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat, mempunyai fungsi sebagai lembaga intermediasi yaitu memberikan jasa lalu lintas pembayaran, serta menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan moneter, sehingga bank memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu bangsa. Fungsi intermediasi berarti menghubungkan
kepentingan
pihak
yang
mempunyai
kelebihan
dana
(surplusspending unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (defisit spending unit). Dalam fungsinya sebagai perantara keuangan inilah bank harus memiliki kepercayaan dari masyarakat sebagai faktor utama dalam menjalankan bisnisnya. Berdasarkan fungsi bank inilah setiap negara berupaya untuk selalu menjaga agar perusahaan perbankan tetap dalam kondisi yang sehat, stabil dan aman. Menurut Budisantoso dan Triandaru (2006:51) kesehatan bank merupakan
19
kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik berdasarkan tata cara yang sesuai peraturan perbankan yang berlaku. Menurut
Dendawijaya
(2009:158)
sejarah
mencatat
bagaimana
krisismoneter yang mengguncang Indonesia sejak Juli 1997 dan berlanjut menjadikrisis multidimensi, yang mengungkapkan masih rapuhnya perekonomian Indonesia. Permasalahan bank yang terjadi memberikan pelajaran berharga bahwa, berbagai permasalahan di sektor perbankan yang tidak terdeteksi secara dini dapat mengakibatkan runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap industry perbankan. Diawali dengan terjadinya krisis moneter sebagai akibat dari jatuhnya nilai rupiah terhadap valuta asing. Menurut Gani (1998:2) krisis perekonomian Indonesia telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap perbankan Indonesia. Penurunan nilai rupiah terhadap valuta asing yang selanjutnya diikuti dengan penutupan atau likuidasi 16 bank umum swasta nasional (BUSN) telah mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap rupiah dan perbankan. Salah satu dampak negatif yang diterima adalah penarikan dana secara besar-besaran (rush), yang mengakibatkan banyak BUSN mengalami kesulitan likuiditas yang sangat parah dan sulit untuk diatasi. Salah satu cara yang dilakukan oleh bank ialah dengan terpaksa memberikan insentif bunga simpanan yang sangat tinggi untuk mempertahankan simpanan masyarakat, dan seringkali insentif tersebut jauh lebih besar dari kemampuan bank. Pendapatan yang relatif terbatas, struktur biaya bunga yang tinggi akan mengurangi rentabilitas bank (negative spread) yang mengakibatkan
20
kerugian yang cukup besar. Kerugian tersebut baru dapat diatasi dengan bantuan Bank Indonesia berupa bantuan BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia). Pengalaman dari krisis ekonomi itulah yang menyadarkan kita bahwa sektor perbankan pada akhirnya harus dirombak untuk menumbuhkan kembali citra perbankan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat tehadap sektor perbankan sehingga ketika menghadapi krisis global saat ini, industri perbankan bisa tetap eksis dan kuat dilihat dari segi permodalan, kualitas aset, pendapatan, dan likuiditas. Meskipun tekanan terhadap kondisi perekonomian nasional ini dinilai kurang kondusif bagi dunia usaha dan perbankan, namun sampai dengan triwulan IV tahun 2008 bank tetap mampu mengelola risiko pada seluruh kegiatan usahanya berdasarkan prinsip kehati-hatian (prudent banking). Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menetapkan bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulanan. Adapun yang menjadi tolok ukur dasar penilaian kesehatan bank umum adalah penilaian faktor CAMEL yaitu permodalan (capital), kualitas aset (asset quality), manajemen (management) rentabilitas (Earnings), likuiditas (liquidity). Selain analisis CAMEL, analisis rasio keuangan lain juga dapat membantu para pelaku bisnis, pihak pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya menilai kondisi keuangan perusahaan, termasuk perusahaan perbankan. Rasiorasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan. Salah satu model yang dapat digunakan dalam memprediksi kebangkrutan dan menilai tingkat kesehatan bank selain rasio CAMEL adalah
21
model Altman yang terdiri dari beberapa rasio keuangan, yaitu modal kerja terhadap total aktiva, laba ditahan terhadap total aktiva, EBIT terhadap total aktiva, nilai pasar saham tehadap nilai buku hutang, dan pendapatan terhadap total aktiva. Analisis kedua model rasio ini bertujuan untuk memprediksikan kebangkrutan dan tingkat kesehatan perusahaan, termasuk perusahaan perbankan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Pengukuran Kinerja Keuangan Perbankan Menggunakan Metode Camel Dan Model Altman Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI 2007-2012”.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka
rumusan masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.2.1
Bagaimana pengukuran kinerja keuangan bank menggunakan metode CAMEL untuk menilai kesehatan perbankan.
1.2.2
Bagaimana pengukuran kinerja keuangan bank menggunakan model Altman untuk menilai kesehatan perbankan.
1.2.3
Apakah terdapat kesamaan untuk mengukur kesehatan perbankan jika menggunakan metode CAMEL dan model Altman.
22
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan dari perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1.3.1
Menganalisis kinerja keuangan bank menggunakan metode Camel untuk menilai tingkat kesehatan bank.
1.3.2
Menganalisis kinerja keuangan bank menggunakan metode Altman untuk menilai tingkat kesehatan bank.
1.3.3
Membandingkan
hasil
dari
menganalisis
kinerja
keuangan
bank
menggunakan metode CAMEL dan model Altman apakah terdapat perbedaan dalam menilai tingkat kesehatan bank.
1.4
Manfaat Penelitian Sesuai dengan pembahasan maka manfaat penelitian yang mungkin bisa
diambil adalah : 1.4.1
Bagi penulis, penulis bisa mengetahui cara menilai tingkat kesehatan bank dan perbedaan antara metode Camel dan metode Altman dalam menilai tingkat kesehatan bank.
1.4.2
Bagi pihak lain, memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaca yang ingin mengetahui perbandingan antara metode Camel dengan metode Altman untuk menilai tingkat kesehatan bank.
23
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penulis perlu memberikan batasan-batasan secara jelas sebagai ruang
lingkup penelitian terhadap masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini, yang bertujuan untuk mempertajam hasil serta kesimpulan.Adapun batasan pada peneliti adalah mengenai perbandingan kinerja keuangan perbankan dengan menggunakan metode Camel dan metode Altman apakah dapat memberikan perbedaan dalam menilai tingkat kesehatan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2012.