BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan Pembangunan jangka Panjang Bidang Kesehatan adalah pembangunan keluarga sejahtera termasuk meningkatkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Pembangunan keluarga sejahtera diarahkan kepada terwujudnya nilainilai luhur budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan keluarga dan membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha mewujudkan tujuan tersebut salah satunya adalah melalui Keluarga Berencana (KB).1 Sejak Pelita V program KB nasional berubah menjadi Gerakan KB Nasional. Gerakan KB nasional adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan NKKBS dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. Hasil sensus penduduk 1990 menunjukkan bahwa Gerakan KB nasional telah berhasil merampungkan landasan pembentukan keluarga kecil, dalam rangka pelembagaan dan pembudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Langkah besar yang perlu dibangun selanjutnya adalah pembangunan Keluarga Kecil Bahagia.2 Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 1992 Keluarga Berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga
Universitas Sumatera Utara
dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. 3 Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang semakin meningkat, persebaran penduduk yang tidak merata dan kualitas penduduk yang masih rendah. Salah satu usaha untuk menekan pertumbuhan penduduk adalah dengan jalan mengurangi jumlah kelahiran.4 Di Indonesia, program pembangunan
nasional, Keluaga Berencana (KB)
mempunyai arti yang sangat penting dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia sejahtera, disamping progam pendidikan dan kesehatan. Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan ”keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.5 Sejak diresmikannya secara nasional program KB di Indonesia tahun 1970, telah terlihat hasil yang cukup memuaskan. Tercatat sebanyak 17,5 juta PUS yang secara aktif mempergunakan salah satu alat kontrasepsi.6 Tingkat pemakaian alat kontrasepsi atau Contracaptive Prevalence Rate (CPR) di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat dari 57 % pada tahun 1997 kini telah mancapai 61,4 % (SDKI 2007) maka sudah sepantasnya jika kontrasepsi ditempatkan sebagai suatu kebutuhan krusial bagi pasangan suami istri sekaligus
Universitas Sumatera Utara
dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan anak serta memberikan kontribusi terhadap penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sehingga membantu terwujudnya keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera untuk tercapainya masyarakat Indonesia yang sehat.7 Pada tahun 2003 di Indonesia, jumlah PUS sebanyak 5.918.271 pasang. Dari jumlah ini sebanyak 11,72 % (693.469 peserta) merupakan peserta KB baru dan sebanyak 77,80 % (4.604.160 peserta) merupakan akseptor KB aktif. Menurut SDKI 2002-2003 kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode suntikan (49,1 %), pil (23,3 %), IUD/spiral (10,9 %), implant (7,6 %), MOW (6,5 %), kondom (1,6 %), dan MOP (0,7 %).8 Tahun 2007 peserta KB mencapai 5,6 juta , diikuti peningkatan pada tahun 2008 menjadi 6,5 juta akseptor. Dan diperkirakan tahun 2009 akseptor mampu mencapai angka 7 juta orang.9 Pada tahun 2007 di Sumut, jumlah PUS sebanyak 1.964.236 pasang. Dari jumlah ini sebanyak 63,64 %(1.250.028 peserta) merupakan peserta KB aktif dan sebanyak 12,49 % (245.271 peserta) merupakan peserta KB baru. Berdasarkan peserta KB aktif, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah pil (35,64 %), suntikan (33,39 %), kondom (14.18 %), IUD/spiral (10.82 %), MOW (4,48 %), dan MOP (1,49 %). Berdasarkan peserta KB baru, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah suntikan (39,99 %), pil (37,38 %). 10 Dari data rekapitulasi laporan bulanan klinik KB tingkat provinsi Sumatera Utara dari bulan Mei sampai Nopember 2009 terdapat akseptor KB yang berganti metode. Pada bulan Mei yang berganti ke IUD sebanyak 40 orang, yang berganti ke
Universitas Sumatera Utara
Implant sebanyak 167 orang, yang berganti ke Suntik sebanyak 100 orang, yang berganti ke Pil sebanyak 464 orang, pada bulan Juni tidak terdata, pada bulan Juli yang berganti ke IUD sebanyak 37 orang, yang berganti ke Implant sebanyak 88 orang, yang berganti Suntikan sebanyak 229 orang, yang berganti ke Pil sebanyak 232 orang, pada bulan Agustus yang berganti ke IUD sebanyak 28 orang, yang berganti ke MOW sebanyak 11 orang, yang berganti ke MOP sebanyak 3 orang, yang berganti ke Implant sebanyak 49 orang, yang berganti ke Suntik sebanyak 55 orang, yang berganti ke Pil sebanyak 154 orang, pada bulan September yang berganti ke IUD sebanyak 7 orang, yang beganti ke Implant sebanyak 18 orang, yang berganti ke Suntik sebanyak 60 orang, yang berganti ke Pil sebanyak 38 orang, pada bulan Oktober yang berganti ke IUD sebanyak 11orang, yang berganti ke MOW sebanyak 12 orang, yang berganti ke Implant sebanyak 35 orang, yang berganti ke Suntik sebanyak 142 orang, yang berganti ke Pil sebanyak 417 orang, pada bulan Nopember yang berganti ke IUD sebanyak 53 orang, yang berganti ke MOW sebanyak 13 orang, yang berganti ke Implant sebanyak 27 orang, yang berganti ke Suntik sebanyak 168 rang, yang berganti ke Pil sebanyak 390 orang.11 Pada tahun 2007 di Kabupaten Langkat, jumlah PUS sebanyak 176.555 pasang. Dari jumlah ini sebanyak 12,72% (22.460 peserta) merupakan peserta KB baru dan sebanyak 63,91% (112.843 peserta) merupakan peserta KB aktif. Berdasarkan peserta KB aktif , kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah pil (42,52%), suntik (32,32 %), IUD/spiral (8,24 %), MOP/MOW (7,27 %), implant (6,09 %) dan kondom (3,57 %). Berdasarkan peserta KB baru, kontrasepsi yang
Universitas Sumatera Utara
paling banyak digunakan adalah pil (44,70%), suntikan (33,90%), kondom (7,97%), MOP/WOP (5,28%), IUD/spiral (4,48%), dan implant (3,67%).12 Pada tahun 2009 di desa Cempa, jumlah PUS sebanyak 958 pasang, akseptor KB aktif sebanyak 654 orang. berdasarkan akseptor KB aktif kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah pil (381 orang), suntik (239 orang), MOW (18 orang), implant (7 orang), IUD (5 orang), dan kondom (4 orang).13 Data-data tersebut di atas menunjukkan bahwa pemakaian jenis alat kontrasepsi Pil dan Suntik baik di Provinsi Sumatera Utara, di Kabupaten Langkat, dan di Desa Cempa cenderung paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya minat PUS untuk menggunakan alat kontrasepsi di luar Pil dan Suntik. Banyaknya akseptor KB yang berpindah ke alat kontrasepsi Pil dan Suntik di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa masih belum efektifnya pemakaian jenis alat KB lainnya sehingga pergantian metode alat kontrasepsi sering terjadi. Banyak hal yang mempengaruhi akseptor dalam memilih alat kontrasepsi antara lain adalah pertimbangan medis, latar belakang sosial budaya dan sosial ekonomi. Disamping itu adanya efek samping yang merugikan dari suatu alat kontrasepsi juga berpengaruh dalam menyebabkan bertambah atau berkurangnya akseptor suatu alat kontrasepsi.7 Untuk itu perlu diteliti faktor yang berhubungan dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai.
1.2. Perumusan Masalah
Universitas Sumatera Utara
Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui prevalens perubahan
metode alat kontrasepsi di Desa
Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010 b. Untuk mengetahui hubungan umur Akseptor KB dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010 c. Untuk mengetahui hubungan umur Akseptor KB saat menikah dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010 d. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan Akseptor KB dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
e. Untuk mengetahui hubungan status pekerjaan Akseptor KB dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010 f. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Akseptor KB dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010 g. Untuk mengetahui hubungan jumlah anak dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010 h. Untuk mengetahui hubungan persepsi tentang nilai anak dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010 i.
Untuk mengetahui hubungan ketersediaan pelayanan KB dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010
j.
Untuk mengetahui hubungan ketercapaian tempat pelayanan KB dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010
k. Untuk mengetahui hubungan keterjangkauan biaya pelayanan KB dengan perubahan metode alat kontrasepsi di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010 l.
Untuk mengetahui faktor yang dominan yang berhubungan dengan perubahan metode alat kontrasepsi pada Akseptor KB di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010
1.4. Manfaat Penelitian
Universitas Sumatera Utara