http://www.mb.ipb.ac.id/
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ketika krisis melanela Inelonesia sejak tahun 1997 usaha kedl berperan besar
untuk menggerakkan roela perekonomian. Paela saat usaha besar tielak
mampu mempertahankan eksistensinya, usaha kedI mampu menunjukkan eksistensinya walaupun 'lela sebagian yang tielak mampu bertahan. Hal tersebut elibuktikan oleh sebuah survei tahun 1998 terhaelap 225 unit USaha Kedl Menengah (UKM) yang selama krisis ternyata hanya 4 persen saja yang l11enghentikan bisnis. Seelangkan sebanyak li4 persen lagi tidak mengalami perubahan omset, 31 persen omsetnya menurLm,. elan· satu persen justru berkembang. Sepanjang tahun 2002 perkembangan UKM meningkat seiring membaiknya sektor riil. UKM meningkat rata-rata 3 persenltahun, dari 37.911.723 unit menjaeli 41.362.315 unit eli tahun 2002. Paela tahun 2003 jumlah usaha kedl diperkirakan bertambah elengan pesat menjadi 42.607.738 unit usaha. Menurut Sofyan (www.sinarharapan.eom,
2003) pertambahan jumlah usaha kedl tersebut
menunjukkan sel11akin memburuknya kinerja usaha ked!. Seharusnya elengan perbaikan ekonomi skala usaha keeil jumlahnya akan semakin meningkat menuju usaha menengah. Tetapi sektor usaha menengah hanya bertambah sebanyak 3.371 unit usaha sedangkan usaha besar bertambah sebanyak 114 unit usaha paela tahun 2002. Usaha l11enengah paela tahun 2003 diperkirakan mengalami kenaikan l11enjadi 63.923 atau bertambah 2.871 dari 61.052 unitusaha.
http://www.mb.ipb.ac.id/
Jum1ah
kuantitas unit usaha keci1 pada tahun 1997 tercatat sebanyak
39.704.661 unit atau 99,84 persen dari total jumlah unit usaha yang ada di Indonesia. Pada tahun 1998, jumlah tersebut sempat turUll menjadi 36.761.689 unit. Awal tahun 1999, ke1ompok di unit usaha tersebut tems meningkat dan pada tahun 2002 menjadi 41.301.263 unit. Pada tahun 2003 jumlah unit usaha kecil meningkat menjadi 42.326.519 unit dari 42.390.749
unit usaha di Indonesia
(Kementrian Koperasi dan UKM, 2004). Angka tersebut mewakili 99,85 persen dari jumlah unit usaha yang ada di Indonesia. (Gambar 1). Jumlah usaha menengah pada tahun 1997 sebesar 60.449 (0,15 persen). Pada tahun 1998 sampai 2001, jumlah ini terus menurun. Namun, pada tahun 2002 jumlah pengusaha yang masuk klasifikasi sebagai pengusaha menengah meningkat menjadi 61.052 unit. Jum1ah usaha besar pada tahun 1997 tercatat hanya 2.097 unit (0,01 persen) dan pada tahun 2002 naik menjadi 2.198 unit (Syarif, 2004). Pada tahun 2003 jumlah usaha menengah yang tercatat adalah sebesar 61.986 unit usaha (Kementrian Koperasi dan UKj\1, 2004).
Tabe11. Perkembangan Jumlah Unit Usaha Tahun 1997, 2000, dan 2003
Usaha Kecil 39.704.661 39.668.335 Usaha Meneno-ah 60.449· 54.632 Usaha Besar 2.097 1.973 JumJah 39.767.207 38.725.940 Sumber: Kementrian Koperasi clan UKM (2004)
2
42.326.519 61.986 2.243 42.390.749
http://www.mb.ipb.ac.id/
usaha menengah (0,15% )
usaha besar (0,0053% )
us aha kecil (99,85% I Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM (2004)
Gambar 1. Jumlah Unit Usaha di Indonesia tahun 2002
Pertumbuhan usaha keell juga didorong dengan bertambahnya pelaku usaha keeil baru karena adanya PHK yang dilakukan oleh beberapa perusahaan swasta. Jika dilihat dari struktur unit usaha 'selama dua tahun terakhir maka jumlah usaha keell di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan masih mendominasi. Jumlah persentase unit usaha masing-masing sebesar 60,23 persen pada tahun 2001 dan 59,78 persen pada tahun 2002. Urutan kedua diduduki oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan mengambil porsi sebesar 22,49 persen masing-masing terhadap total populasi unit usaha pada tahun 2001 dan tabun 2002. Dalam hal penyerapan tenaga ketja, usaha kEeil tetap memegang peran terbesar yakni 69.401.518 orang atau 88,75 persen pacla tahun 2003. Sebaliknya kemampuan usaha menengah dalam penyerapnn tenaga keIja seeat·a absolut meningkat, namun seeat·a proporsional mengalami pemllunan (Kompas, 2004).
3
http://www.mb.ipb.ac.id/
Jika dilihat dari strukturnya, usaha kedl di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 54,68 persen pada tahun 2001 dan 54,14 persen pada tahun 2002. Sedangkan pada skala menengah, penyerapan tenaga kerja terbesar ada di sektor industri pengolahan sebanyak 45,73 persen tahun 2001, namun tahun 2002 justru terpuruk menjadi 23 persen. Tapi seeal'a keseluruhan UKM mampu menyerap tenaga kelja sebesar 99,46 persen pada tahun 2001 dan tidak banyak bembah pada tahun selanjutnya sebnnyak 99,45 persen (Kementrian Koperasidan UKM, 2004"). Kinelja ekspor usaha ked! juga ll1engalami peningkatan. Ekspor produk usaha kedl meningkat 0,01 persen dari 4,38 persen pada tahun 2002 menjadi 4,39 pel'sen pada tahun 2003. Pada tahun 2002 pertull1buhan investasi usaha ked! minus 1,37 persen, tetapi pada tahun 2003 investasi usaha keeil tllmbuh sebesar 0,68 pel·sen. Sedangkan tingkat pertull1buhan investasi usaha ll1enengah ll1eningkat dari 1,55 persen pada tahun 2002 ll1enjadi 1,67 persen pada tahllfl 2003. Diperkirakan pertumbuhan tersebut terus berlanjut hingga 2004 sekitar 2,09 persen (Kell1entrian Koperasi dan UKM, 2004 b). Sementara ilu, daya serap tenaga kelja UKM dat'i tahun ke tahun juga mengalall1i peningkatan. Pada tahun 1997, UKM menyerap sebesat' 99,4 persen tenaga kerja dari total lapangan kelja di lildonesia. Pada tahun 2002, angka tersebut meningkat !agi menjadi 99,74 persen (Kompas, 8 Januari 2004). Tahun 2003 llsaha ked! mampu menyerap tenaga kelja sebesar 70.282.178 orang atau sekita.r 88,43 persen dal'i selumh tenaga kerja di lildenesia. Usaha menengah menyerap tenaga kelja sebesat' 8.754.615 orang atau 11,02 pel'sen, sedangkan
4
http://www.mb.ipb.ac.id/
usaha besar hanya menyerap tenaga kerja sebesm 438.198 orang atau 0,S5 persen Gambar 2.
Tabel 2. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia tahun 2000 dan 2003
I 2 3
Usaha Kecil Usaha Menenrrah Usaha Besar Jumlah
70.282.178 8.754.615 438.198 79.474.991
62.856.765 7.550.674 382.438 70.789.877
Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM (2004')
.'
,.
usa ha menengah
(11,02% )
usaha besar
(0,55% )
Sumber: Kementrian Koperasi dan UKM (2004')
Gambar 2. Penyerapan Tenaga Kerja Unit Usaha di Indonesia Tahun 2003
Kontribusi usaha kecil dan menengah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari tahun ke tahun tems meningkat. Berdasarkan hasil survei dan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi UKM terhadap PDB (tanpa migas) pada tahun 1997 tercatat sebesar 62,71 persen. Kontribusi tersebut bertumbuh setiap tahun sekitar 0,21 persen sehingga pada tahun 2002 naik
5
http://www.mb.ipb.ac.id/
menjacli 63,89 persen. Kontribusi usaha besar pada tahun 1997 hailya 37,29 persen dan tahun 2002 turlln lagi menjadi 36,11 persen, Kontribusi usaha menengah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)' adalah 58,84 persen pada tahun 1999 tetapi teljadi sedikit penurunan menjadi 56,51 persen pada tahun 2002, Kontribusi terbesar berasal dari sektor pertanian yaitu sebesar 16,67 persen, selanjutnya berasal dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu 15,56 persen, dan dari sektor industri pengolahan sebesar 7,18 persen (BPS, 2003). Kontribusi Usaha Keell dan Menengah (1 JKM) kepada pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia sangat berm't!. Kc ntribusi yang diberikan UKM kepada Pl'oduk Domestik Bruto seem'a nyata hanya 55 persen, hal' tersebut disebabkan oleh rendahnya produktifitas tenaga kelja, tingginya biaya-biaya transaksi, iklim usaha yang ktll'ang kondusif, dan rendahnya keahlian para tenaga kelja (Kementrian Koperasi dan UKM, 2003),
Untuk
lebih
mendorong
kinelja UKM,
perlu
adanya
pendekatan
pembangunan ekonomi yang berfokus pada suatu wilayah ( region ), Sampai saat ini, keljasama antal' kabupaten/kota masih rehltif lemah dan menemui kesulitan dalam pereneanaan penyusllnan slrategi pembangllnan ekonomi baik lokal maupun wilayah. (Bappenas, 2005).
Peran
TJKM
sangat
signifikan
dalam
mendorong
laju
akselerasi
pertumbllhan ekonomi dan memperbaiki pola pertumbuh".n ekonomi, meskij:.un aclafakta terdapatnya ketidakseimbangan antara kontribusi UKM clalam penyecliaan lapangan kelja dengan kontribusi dalam pembentllkan nilai tambah. Berdasarkan data tahun 2003, UKM menyerap 99,45 persen tenaga kelja, tetapi
6
http://www.mb.ipb.ac.id/
hanya 58,3
persen dalam penciptaan nilai
tambah.
Akibatnya terdapat
ketimpangan antara produktivitas per tenaga kel:ja antara UKM dengan usaha besar, yailu I: 129. Tetapi, seandainya produktivitas tenaga kel:ja dalam UKM dapal l11enyal11ai 2 persen saja (dari 0,8 persen saat in i) dad produktivitas usaha besar maka nilai PDB Indonesia akan meningkat lebih dad 50 persen dari PDB tahun 2003. Lagipula pertul11buhan UKM yang lebih eepat dibandingkan dengan kelompok usaha besar akan memperbaiki struktur usaha dan distribusi pendapatan seem'a keseluruhan. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas UKM harus l11enjadi agenda sentral dari kebijakan ekonol11i di l11asa mendatang, yang l11eliputi perbaikan iklil11 investasi seem'a umum dan 1l1enghilangkan diskri1l1inasi UKM leruta1l1a yang disebabkan oleh kegagalan mekanis1l1e pasar (1u1'11al Analisis Sosial Vol.9 No.2, 2004).
Jawa Bm'at adalah salah satu propinsi di Indonesia yang pendapatan tlla1l1anya berasal dari usaha kecil dan menengah.
Data 1l1enunjukkan bahwa
99,99 persen pelaku usaha di Propinsi Jawa Barat adalah usaha kecil dan menengah termasuk koperasi (Djamaludin, 2004). Jumlah UKM di Propinsi Jawa Barat pada tahun 2004 adaJah 7.179.977 unit dan menyerap tenaga kel:ja sebanyak 11.120.485 orang (Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Jawa Barat, 2004). Potensi tersebut l11erupakan aset untuk memperkuat pondasi perekonomian sekaligus aset bagi pengembangan perekonol11ian di Jawa Bar'll. Nal11un jika dilihal dari peran serta (share) terhadap perekonomian regional, kontribusi pelaku UKM di Jawa Bm'at baru l11eneapai 63,56 persen.
Oleh karel1
melalui dinas dan instansi terkait memberikan dukungan penuh kepada pelaku
7
------------------
http://www.mb.ipb.ac.id/
UKM c1iseluruh wilayah Jawa Barat, baik c1ari segi permoclalan maupun kebijakan yang memudahkan pelaku UKM untuk mengembangkan diri.
Kabupaten Subang merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang memiliki aset cukup besar dari kontribusi UKMnya. Perekonomian Kabupaten Subang pacla tahun 2002 mengalami pertumbuhan yang cukup bagus jika dibanclingkan dengan tahun 2001.
Hal tersebut dapat dilihat dari laju
pertu;nbuhan ekonomi pacla tahun 2002 adalah 4,54 persen, sedangkan tahun 2001 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Subang adalah 4,40 persen (laju pertumbuhan eleonomi c1engan migas).
Laju pertl mbuhan ekonomi Kabupaten
Subang pacla tahun 2002 yaitu 4,52 persen, seclanE lean pacla tahun 2001 sebesar 4,47 persen (BPS clan Dinas Koperasi elan UKM Kabupaten Subang, 2003).
Potensi UKM untuk menggerakkan pertumbuhan perekonomian dapat eliamati melalui peranannya elalam Produk Domestik Regional Bmto (PDRB) Kabupaten Subang.
Perekonomian Kabupaten Subang paela tahun 2002 baik
PDRB atas c1asar harga berlaku maupun konstan mengalami pertumbuhan positif. PDRB atas c1asar harga berlaku menunjukkan peningkatan sebesar 14,55 persen, seclangkan PDRB atas c1asar harga konstan menunjukkan peningkatan sebesar 4,54 persen.
Pertumbuhan ekor,omi pacla tahun 2002 elisebabkan oleh
pertumbuhan yang positif c1ari semua sektor perekonomian eli Kabnpaten Subang, kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang mengalamai pertumbuhan negatif yaitu minus 38 persen (-38persen) (BPS elan Dinas Koperasi elan UKM Kabupaten Subang, 2003). Angka agregatif PDRB Kabupaten Subang tahun 2002 elapat c1iliahat pacla Tabel 3.
8
http://www.mb.ipb.ac.id/
Tabel 3. Angka Agregatif Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Subang Tahun 2001--2002
PDRB atas dasar har a berlaku PDRB atas dasar har a konstan lahun 1993 Sumbcr: BPS dan Din
Usaha kecil memegang peranan yang paling besar dalam perekonomian Kabupaten Subang, yaitu sebesar 51,90 persen pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 53,11 persen pada talum 2002. Sedangkan peranan kedua ditempati oleh usaha besar yaitu sebesar 26,95 persen pada tahun 2001 dan 24,66 persen pada lahun 2002. Sedangkan usaha menengah mempunyai peranan yang paling kecil dalam perekonomian Kabupaten Subang yailu sebesar 21,16 persen pada tahun 2001 dan 22,23 persen pada tahun 2002 (Gambar 3). Peranan UKM Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
Peranan Usaha Kecil, Menengah, dan Besar Dalam perekonomian Kabupaten Subang Tahun 2001-2002
Kecil MenellOah Besar
Total PDRB
2.775.919,49 1.161.903,41 1.288.913,13 5.226.736,00
2.368.120,71 965.499,69 1.229.688,88 4.562.853,00
Sllmber : BPS dan Dinas Koperasi dan UKM Sllbang (2003)
9
53,11 22,23 24,66 100
http://www.mb.ipb.ac.id/
Usaha besar
Usaha kecil
24,66%
53,11%
Usaha --menengah
2223%
Sumber: BPS dan Dinas Koperasi dan UKM Subang (2003)
Gambar 3.
Peranan Usaha Kecil, Menengah, dan Besar Dalam Perekonomian Kabupaten Subang Tahun 2002
SUl11bangan terbesar dari kontribusi terhadap usaha kecil di Kabupate:l Subang berasal dari sektor pertan:an yaitu Rp 1.207.998,69 juta (Tabel 5). Hal tersebut disebabkan Kabupaten Subang memiliki areal pertanian yang sangat luas dan penc1apatan utama daerahnya juga berasal dar! sektor pertanian.
Proc1uksi
pertanian unggulan di Kabupaten Subang adalah padi dan tanaman hortikultnra (buah-buahan dan sayur-sayuran). Kabupaten Subang terkenal c1engan buah neuas yang l11erupakan ciri khas daerah.
Buah nenas l11erupakan proc1uk unggulan
Subang setelah pac1i. Luas areal tanaman nenas eli Kabupaten Subang pada tahun 2003 aelalah 3.253 hektar dengan proeluksi mencapai 123.067,5 ton (Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Subang, 2004). Produksi nenas yang melimpah pada saat panen raya yang tidak diimbangi dengan permintaan pasar yang cenderung tetap l11erupakan kenc1ala utama pengembangan usaha agribisnis nenas eli
10
http://www.mb.ipb.ac.id/
Kabupaten Suhang.
Oleh karena itu Dinas Koperasi dan UKM bekelja sama
dengan instansi terkait membina dan mengarahkan pelaku agribisnis' nenas ke industri pengolahan nenas.
Tabel 5. Produk Domestik Regional Bmto Kabupaten Subang Tahun 2002 Menurut Skala Usaha dan Lapangan Usaha (Juta rupiah)
·cl Pertanian Petambangan dan PenCTO"alian Industri Penrrolahan Listrik, Gas, dan Air bersih
1.207.998,69 2.090,69
BanO"unan
Perclagangan, Hotel, dart
73.596,98
90.412,53
107.097,49
271.117
0,00
5.737,56
32.828,44
38.566
170.456,00 1.109.596,05
0,00 290.032,03
0,00 169.868,92
170.456 1.569.497
137.985,83
10.976,15
14.164,03
163.126
48.065,65
15.623,21
10.976,15
74.665
26.129,59 2.775.91949
4.275,75 1.161.903,41
622.389,21 1.288.91310
652.904 5.226.736
Restoran Pellgangkutan
dan
Komunikasi Keuangan dan Persewaan Jasa-jasa Jumlah
Sumber : BPS dan Dinas Koperasi dan UKM (2003) Nenas dapm diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah, sepe::ti dodol, sari buah, selai, saos, dan lnin sebagainya. Produk olahan nenas memiliki nilai tambah karena harga jualnya lebih tinggi dan masa simpannya lebih lama dibandingkan buah segar.
Kecamatan Jalancagak merupakan sentra produksi nenas di Kabupaten Subang. Di kecamatan ini juga sudah terdapat beberapa industri keci! dodol nenas dan beberapa diantaranya sudah memiliki merek dagang dan terdaftar di Dinas
11
http://www.mb.ipb.ac.id/
Kesehatan setempat. Usaha keci! dodo! nenas tersebut mempunyai potensi yang eukup besar untuk dikembangkan menjadi sentra usaha keci!.
Seperti pengembangan usaha pada umumnya, pengembangan usaha keeil doelo! nenas menjaeli sebuah sentra usaha memerlukan suatu analisis ke!ayakan usaha untuk mengetahui apakah pengembangan usaha tersebut !ayak dilakukan . atau tielak. malU~emen,
Hal-hal yang perlu elianalisis tetutama elar! aspek finansial, elan pemasaran untuk menjamin eksistensi usaha dodo! nenas eli masa
yang akan elatang.
1.2. Rumusan Masa!ah
Dar! penje!asan penelahuluan eli atas maIm 'leberapa permasalahan elapat ditumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana konelisi usaha keci! eloelo! nenas eli Kabupaten Subang?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan usaha keci! doelo! nenas? 3. Bagaimana kelayakan usaha kecil eloelol nenas elilihat elari aspek finansial, manajemen, elan teknis?
1.3. Tujuan Penelitian
Berelasarkan rUl11usan masal?h maka tujuan penelitian ini aelalah sebagai berikut :
I. Mengetahui kondisi usaha keeil elodo! nenas eli Kabupaten Subang. 2. Mengiclentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasi!an usaha kecil doelolnenas eli Kabupaten Subang.
!2
http://www.mb.ipb.ac.id/
3. Mengetahui status kelayakan usaha kecil dodol nenasdilihat dari aspek finansial, manajemen, dan teknis.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan masukan clan rekomendasi kepada pelakn bisnis yang ingin bETgerak atau mengembangkah usahanya di bidang produk olahan nenas khususnya dodol nenas. Se\ain itu, hasil penelitian ini juga diguuakan sebagai bahan rekomendasi bagi dinas dan instansi terkait yang merencanakan pengembangan usahakecil produk olahan nenas di Kabupaten Sllbang Jawa Barat.
13