BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Johnson & Johnson adalah salah satu perusahaan global yang bergerak di bidang industri produk-produk konsumsi, peralatan kesehatan, lensa kontak mata, dan farmasi. Johnson & Johnson berkantor pusat di New Brunswick, New Jersey, Amerika Serikat. Pada tahun 1964, Johnson & Johnson memasuki pasar Indonesia dan sejak saat itu, nama Johnson & Johnson semakin berkibar di nusantara. Sebagian besar masyarakat Indonesia mengenal Johnson & Johnson sebagai produsen dari produk-produk untuk bayi seperti sabun, bedak, shampo, dan minyak oles bayi. Di Indonesia, Johnson & Johnson menjalankan bisnisnya dengan membagi bidang usahanya ke dalam empat divisi, yaitu divisi Johnson & Johnson Consumer Indonesia, divisi Johnson & Johnson Medical Indonesia, divisi Johnson & Johnson Vision Care Indonesia, dan divisi Janssen Cilag Indonesia. Johnson & Johnson Consumer Indonesia adalah divisi yang memproduksi produk-produk konsumsi untuk masyarakat umum seperti bedak dan sabun pembersih muka. Sedangkan Johnson & Johnson Medical Indonesia adalah divisi yang memproduksi peralatan kesehatan untuk dipergunakan di rumah sakit, seperti benang jahit untuk proses bedah. Johnson & Johnson Vision Care Indonesia adalah divisi yang menjual berbagai macam jenis lensa kontak mata. Janssen Cilag Indonesia adalah divisi
yang memproduksi obat-obatan, meliputi obat-obatan yang hanya dapat dibeli berdasarkan resep dari dokter (ethical) dan obat-obatan yang dijual secara bebas di masyarakat (On Trade Counter). Sebagai salah satu divisi dari Johnson & Johnson, Janssen Cilag terus mengalami perkembangan yang pesat. Saat ini, Janssen Cilag sudah memiliki 197 perwakilan di 175 negara, termasuk Indonesia. Janssen Cilag Indonesia sudah menerapkan berbagai sistem yang canggih guna meningkatkan kinerjanya, antara lain sistem Enterprise Resource Planning (ERP) yang dikenal dengan nama Microsoft Great Plains dan sistem event-driven replenishment untuk bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi. Seiring dengan penerapan teknologi tersebut, penjualan Janssen Cilag Indonesia mengalami peningkatan, disertai dengan peluncuran produk-produk baru yang membuat Janssen Cilag Indonesia tumbuh dengan pesat. Meskipun Janssen Cilag Indonesia telah menerapkan sistem yang canggih dan metode pengelolaan persediaan yang dikenal masyarakat luas sebagai praktek terbaik (best practice), Janssen Cilag Indonesia tetap mengalami masalah terutama dalam hal mengelola tingkat persediaannya. Permasalahan itu dibuktikan dengan meningkatnya biaya persediaan dan menimbulkan penumpukan produk-produk yang pergerakannya lambat dan produk-produk yang kurang menarik minat masyarakat lagi. Persediaan yang terdapat di Janssen Cilag Indonesia meliputi bahan baku, packaging materials, dan barang jadi. Barometer masalah yang muncul sehubungan dengan manajemen persediaan di Janssen Cilag Indonesia adalah
tingkat persediaan yang terlalu tinggi di mana hal tersebut mengakibatkan jumlah persediaan barang yang tersimpan di gudang Janssen Cilag Indonesia juga menjadi tinggi. Selain itu, peramalan terhadap penjualan juga kerap kali tidak sesuai dengan kenyataannya. Berdasarkan data per April 2004, tingkat persediaan di Janssen Cilag Indonesia mencapai 104 hari sementara tingkat persediaan yang baik berkisar antara 60-75 hari. Keadaan ini menimbulkan inefisiensi proses produksi pada pengelolaan persediaan di Janssen Cilag Indonesia. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Janssen Cilag Indonesia harus dapat menentukan titik optimum dari manajemen persediaannya sehingga segala biaya yang timbul sebagai akibat dari tingkat persediaan yang tinggi dapat diminimalisasi. Selain itu, Janssen Cilag Indonesia juga harus mampu menjaga agar titik optimum tersebut dapat terus dicapai secara berkesinambungan sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar sementara tingkat persediaan juga berada pada level terbaik dan permintaan pasar dapat tetap dipenuhi.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang menjadi inti dari tesis ini adalah: 1. Bagaimana Janssen Cilag Indonesia dapat mencapai titik optimum di dalam manajemen persediaannya guna mengurangi biaya kesempatan yang timbul sebagai akibat dari tingkat persediaan yang terlalu tinggi?
2. Tindakan-tindakan apa saja yang harus dilakukan oleh pihak Janssen Cilag Indonesia agar titik optimum tersebut dapat terus dicapai dalam rangka meningkatkan kinerja Janssen Cilag Indonesia ?
1.3
Tujuan dan Manfaat Tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan penyelesaian masalah tersebut di atas adalah: 1. Menemukan kebijakan dan sistem yang efektif yang dapat diterapkan dalam rangka mencapai titik optimum dari manajemen persediaan di Janssen Cilag Indonesia. 2. Menemukan tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh Janssen Cilag Indonesia agar titik optimum dari manajemen persediaannya tersebut dapat dicapai secara berkesinambungan. 3. Menemukan kebijakan-kebijakan strategis yang berkaitan dengan proses produksi dan sistem penjualan produk-produk Janssen Cilag Indonesia. Manfaat yang ingin dicapai sehubungan dengan penyelesaian masalah tersebut di atas adalah: 1. Meminimalisasi biaya kesempatan yang merupakan akibat dari manajemen persediaan yang kurang baik yang selama ini dialami oleh Janssen Cilag Indonesia sampai ke titik yang terendah. 2. Memaksimalkan efisiensi pada proses produksi di Janssen Cilag Indonesia sampai ke tingkat tertinggi.
1.4
Ruang Lingkup Pembatasan yang dilakukan oleh tim penulis sehubungan dengan penyelesaian masalah tersebut di atas adalah: 1. Penelitian hanya dilakukan terhadap Janssen Cilag Indonesia yang saat ini berkantor pusat di Jakarta yaitu di Wisma Mampang Lantai 3,
Jl.
Mampang Prapatan Raya No. 1. 2. Penelitian
hanya
dilakukan
dalam rangka
menjawab
permasalahan-
permasalahan tersebut di atas berdasarkan data-data yang diperoleh tim penulis.