Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara yang selalu berusaha memperbaharui ciptaan dan meningkatkan mutu produksi. Terbukti dengan pembentukan-pembentukan sistem kerja yang diterapkan dan dipakai oleh perusahaan Jepang. Jika dilihat dari perekonomiannya pun, tidak diragukan bahwa Jepang merupakan negara yang memiliki tingkat industri yang baik. Seperti Toyota, Sony, Mitsubishi, dan Panasonic yang sudah dikenal oleh dunia. Bahkan, gedung-gedung tinggi, perkantoran, perusahaan, dan pabrik-pabrik dapat banyak ditemukan di negara ini. Perusahaan atau pabrik-pabrik Jepang pun sudah banyak berkembang di negara lainnya di Asia, salah satunya negara Indonesia. Ditambah dengan program-program yang diberikan kepada masyarakat Indonesia dari perusahaan atau pabrik Jepang tersebut. Misalnya saja, sekarang banyak program magang di perusahaan Jepang yang diberikan kepada mahasiswa-mahasiswi di Indonesia. Selain perindustrian, Jepang juga memberi dampak baik kepada perekonomian Indonesia. Karena perkembangannya ini memberikan lapangan pekerjaan bagi para masyarakat Indonesia. Muhammad Lutfi pun selaku Duta Besar Indonesia untuk Jepang mengatakan investasi Jepang di Indonesia sejak tiga tahun terakhir telah meningkat. Pada tahun 2010, realisasi investasi sebesar US $ 750 miliar. Dan realisasi investasi Jepang melonjak 100% menjadi US $ 1,5 miliar pada tahun 2011. Investasi ini lebih difokuskan kepada sektor industri (Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2012).
1
Terlihat dari berbagai aspek khususnya di bidang perindustrian bahwa Jepang lebih unggul dan menarik negara-negara tetangga atau se-Asia agar dapat berkembang dengan menjalin hubungan di dalam aspek-aspek tersebut. Ternyata perubahaan dalam dunia industri di Jepang terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II, khususnya Toyota Motor Corporation (TMC). Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota atau disebut juga dengan Sistem Produksi Just-InTime yang dikembangkan oleh Toyota Motor Corporation, lahir dalam upaya mengejar ketinggalan dalam industri otomotif dari negara-negara barat yang sudah maju. Apa yang dimaksud dengan sistem produksi just-in-time adalah sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, biaya, dan waktu penyerahan yang sebaik mungkin, dengan menghapuskan semua jenis pemborosan yang terdapat di dalam proses internal sehingga mampu menyerahkan produk sesuai dengan kehendak konsumen secara tepat waktu (Imai, 1997, hal.xxiv). Dengan meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya berlebih tersebut dan untuk mencapai tujuan ini maka perusahaan mengurangi berbagai fungsi yang tidak perlu di pabrik dengan pendekatan dan menyelidiki dalam setiap operasional dan merancang metode-metode untuk terciptanya solusi dari semua kendala tersebut. Salah satu solusinya adalah kanban. Kanban menjadi bagian terpenting dalam bidang perdagangan Jepang pada abad ke-17. Di mana kanban menggambarkan kayu atau
看板 ) jika dilihat dalam bentuk baku atau dalam kamus bahasa Jepangnya yaitu 看 (kan) berasal dari kanji 看 る (miru) yang berarti melihat dan 板 (ban) berasal dari kanji 板 (ita) yang berarti logam yang mewakili sebuah merek dagang. Kanban (
papan. Namun, jika kedua kanji tersebut digabungkan, dalam bahasa Jepang, kanban berarti papan isyarat, yang dicantumkan pada produk atau komponen dalam jumlah tertentu di jalur produksi, juga merupakan instruksi untuk penyerahan barang tertentu 2
dalam jumlah tertentu. Bila komponen sudah digunakan semua di jalur produksi, kanban dikembalikan ke tempat asalnya semula, di mana di sini diperlukan sebagai perintah untuk produksi barang tersebut (Imai, 1997, hal.xxv). Sehingga, bisa dibilang bahwa kanban merupakan alat komunikasi atau sarana dalam sistem produksi just-in-time (JIT). Menurut Chen (2004) kanban melekat pada masing-masing bagian, yang menggambarkan asal bagian dan tujuan. Operasi ini didasarkan pada multi-mesin awak, yang tujuannya adalah bukan pemanfaatan tinggi dari mesin, namun pemanfaatan tinggi dari pekerja. Dengan perampingan aliran produksi dan meningkatkan fleksibilitas dalam penjadwalan, biaya yang berkaitan dengan bauran produk bervariasi dan berubah dari waktu ke waktu dapat dikurangi secara signifikan. Ide dibalik dari sistem kanban yaitu berasal dari supermarket. Di mana sebuah toko menggunakan kartu kontrol produk yang di mana terdapat informasi terkait tentang produk, seperti nama produk, kode dan lokasi penyimpaan dimasukkan. Toyota menyamakan konsep supermarket ini dan menerapkannya dengan sistem yang disebut dengan sistem kanban. Proses kanban diyakini menjadi yang paling 'ekspor' dari semua teori manajemen Jepang (Briggs, 1992, hal.29). Saat ini Toyota berhasil memperluas produksinya di luar Jepang. Toyota melakukan bisnis di seluruh dunia dengan 50 perusahaan manufaktur di luar negeri di 27 negara dan wilayah. Kendaraan Toyota yang dijual di lebih dari 160 negara dan wilayah. Dengan membangun pabrik-pabrik di beberapa negara, salah satunya yaitu Indonesia. Indonesia sebagai basis produksi dan suku cadang pemasok ke Asia Tenggara dan Timur Tengah, dengan ekspor multi-purpose vehicle Toyota Innova dan sports utility vehicle Fortuner untuk negara-negara di wilayah sebesar 60.000 unit.
3
Alasan inilah membuat penulis tertarik untuk menganalisis penerapan sistem kanban pada salah satu pabrik Toyota di Indonesia yaitu PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia yang telah menerapkan sistem kanban pada pabrik tersebut. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia atau disingkat TMMIN didirikan pada April tahun 1971, yang berlokasi di Sunter, Jakarta Utara. TMMIN merupakan perakit produk Toyota dan eksportir kendaraan dan suku cadang Toyota. Presiden direktur dari PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia adalah Masahiro Nonami (Toyota Motor Corporation/TMC). Dengan komposisi saham pada PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia yaitu TMC (95%), PT. Astra International (5%). Sedangkan, PT. Toyota-Astra Motor sebagai agen penjualan, importir dan distributor produk Toyota di Indonesia. Dengan kepemilikan saham di perusahaan ini adalah Astra International (51%) sedangkan TMC (49%). Presiden direktur PT. Toyota Astra Motor (TAM) adalah Johnny Darmawan. Dengan sekitar 6.800 pekerja. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia berlokasi di Karawang dan Sunter. Karawang 1 beroperasi pada tahun 1998, dengan produksi lineup-nya yaitu Kijang Innova dan Fortuner dengan kapasitas produksi tahunan 110.000 unit. Karawang 2 (terbaru) beroperasi pada tahun 2013, dengan produksi lineup-nya yaitu Etios Valco dengan kapasitas produksi tahunan 70.000 unit. Sunter 1 beroperasi pada tahun 1973, dengan produksi lineup-nya yaitu mesin dengan kapasitas produksi tahunan 195.000 unit. Dan sunter 2 beroperasi pada tahun 1977, dengan produksi lineup-nya yaitu stamping parts/dies dan aluminum castings dengan kapasitas produksi tahunan 12.000 ton. 1.2 Rumusan Permasalahan Penulis ingin membahas penerapan sistem kanban guna menghilangkan muda di perusahan Jepang.
4
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Penulis akan meneliti penerapan sistem kanban guna menghilangkan muda di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Sunter plant 1. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis bagaimana penerapan sistem kanban pada perusahaan atau pabrik Jepang yang berada di Indonesia dapat menghilangkan jenis-jenis pemborosan. Manfaat dari penelitian ini adalah pembaca bisa mengetahui bagaimana penerapan sistem kanban dapat berdampak dalam menghilangkan pemborosanpemborosan yang berada pada lini produksi. 1.5 Metode Penelitian Penulis akan melakukan pendekatan dengan kualitatif, yaitu penelitian yang tidak berdasarkan pengukuran tetapi berdasarkan tingkat pemahaman terhadap masalah. Menurut Semiawan (2010, hal.1-2) mengemukakan bahwa metode kualitatif adalah mencari pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta atau realita. Metode penelitian yang dipakai yaitu metode studi kasus dan deskriptif analitis. Menurut Semiawan (2010, hal.49) studi kasus atau ‘case-study’, adalah bagian dari metode kualitatif yang hendak mendalami suatu kasus tertentu secara lebih mendalam dengan melibatkan pengumpulan beraneka sumber informasi. Sehingga, penulis akan terjun langsung ke PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia guna mengumpulkan informasi dengan melihat langsung serta diberikan informasi dari pekerja yang bekerja di tempat tersebut. Bahkan definisi metode studi kasus menurut Patton dalam Semiawan (2010, hal.49) menambahkan bahwa studi kasus adalah studi
5
tentang kekhususan dan komplektsitas suatu kasus tunggal dan berusaha untuk mengerti kasus tersebut dalam konteks, situasi dan waktu tertentu. Sedangkan penelitian deskriptif analitis menurut Nazir (2005, hal.89) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Studi analitis, analisis ditujukan untuk menguji hipotesis-hipotesis dan mengadakan interpretasi yang lebih dalam tentang hubunganhubungan. Analisis dikerjakan berdasarkan data ex post facto. 1.6 Sistematika Penulisan Pada bab 1 yaitu pendahuluan, penulis menjabarkan tentang latar belakang dalam pengambilan masalah ini, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisannya. Pada bab 2 yaitu landasan teori, penulis menjabarkan tentang teori-teori yang dipakai dalam mengindentifikasikan sistem kanban serta sistem kanban itu sendiri. Pada bab 3 yaitu analisis data, penulis menjabarkan tentang data-data sehingga menghasilkan sebuah data yang konsisten yang berkaitan dengan isi pada bab 2. Pada bab 4 yaitu simpulan dan saran, penulis menjabarkan simpulan dari semua hasil penelitiannya, sehingga penulis dapat memberikan jawaban atas permasalahan tersebut. Kemudian penulis menambahkan saran yang diharapkan dapat berguna bagi peneliti selanjutnya. Pada bab 5 yaitu ringkasan, penulis memberikan ringkasan dari penjelasan keseluruhan yang didapatkan secara singkat dan jelas.
6