BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Proses erupsi gigi telah banyak menarik perhatian peneliti yang sebagian besar berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisiologis anak. Kebanyakan orangtua menganggap proses erupsi gigi adalah suatu saat yang penting dalam perkembangan anak, sehingga mereka sering khawatir tentang waktu dan perjalanan erupsi gigi.(1-5) Ilmu pengetahuan tentang proses ini juga sangat penting bagi dokter gigi dalam melakukan diagnosa dan perencanaan perawatan gigi anak.(4,6,7) Tahap erupsi gigi dapat menentukan penilaian maturasi dental serta digunakan sebagai suatu indikator untuk memperkirakan usia seseorang.(4,7-9) Usia kronologis atau usia berdasarkan tanggal kelahiran anak yang tidak diketahui, biasanya dapat ditentukan dengan mengevaluasi tingkat maturasi somatik dan maturasi dental anak tersebut.(10,11) Untuk menentukan tingkat maturasi somatik diperlukan beberapa faktor yang lebih banyak dibandingkan dengan penentuan maturasi dental.(7,10) Suatu penelitian oleh Green (1961) mengenai hubungan antara tingkat maturasi somatik, maturasi dental dan tulang, serta usia kronologis, menyimpulkan bahwa adanya korelasi antara maturasi dental dengan usia kronologis.(4,6,10,12,13)
Sedangkan
maturasi
dental
dapat
diketahui
dengan
membandingkan tahap perkembangan gigi seorang anak dan tabel erupsi kronologis serta mengevaluasi melalui radiografi panoramik.(6, 7, 10,12,14, 15)
Universitas Sumatera Utara
Erupsi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Latin ‘erumpee', yang berarti menetaskan. Sedangkan istilah kedokteran gigi, erupsi mengindikasikan munculnya gigi menembus jaringan mukosa alveolar rongga mulut.(16) Proses erupsi gigi merupakan suatu perubahan posisi gigi yang diawali dengan pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap sehingga mencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut.(2,5,11,16,17) Erupsi dimulai setelah pembentukan mahkota dilanjutkan dengan pembentukan akar selama usia kehidupan gigi dan terus berlangsung walaupun gigi telah mencapai oklusi dengan gigi antagonisnya. Proses pertumbuhan dan perkembangan gigi dapat diamati mulai dari erupsi gigi desidui, dilanjutkan dengan erupsi gigi permanen yang muncul secara teratur pada waktu yang berbeda.(16) Erupsi gigi desidui dimulai saat bayi berusia 6 bulan ditandai dengan munculnya gigi insisivus satu mandibula, dan berakhir dengan erupsinya gigi molar dua maksila. Waktu erupsi gigi permanen dimulai saat anak berusia 6 sampai 7 tahun, ditandai dengan erupsi gigi molar satu mandibula, tetapi kadang-kadang gigi insisivus sentralis mandibula erupsi bersamaan atau bahkan mendahului gigi molar satu tersebut. Kemudian erupsinya molar satu maksila. Gigi insisivus sentralis maksila erupsi umur 7 tahun dilanjutkan dengan gigi insisivus lateralis mandibula. Gigi insisivus lateralis maksila erupsi umur 8 tahun dan gigi kaninus mandibula umur 9 tahun. Gigi premolar satu maksila erupsi umur 10 tahun, dilanjutkan dengan erupsi gigi premolar dua maksila, premolar satu mandibula, kaninus maksila dan premolar dua mandibula. Erupsi gigi molar dua mandibula
Universitas Sumatera Utara
terjadi umur 11 tahun dan molar dua maksila umur 12 tahun. Erupsi gigi paling akhir adalah molar tiga mandibula dan maksila.(11,16-18) Maturasi dental adalah suatu faktor kunci untuk perkiraan umur seseorang dalam bidang forensik dan anthropologi.(2,8,10,14) Proses erupsi gigi di dalam mulut sangat kompleks, karena masing-masing gigi pada tiap individu memiliki waktu erupsi yang berbeda-beda. Beberapa penelitian telah menunjukkan variasi waktu erupsi gigi berdasarkan etnis dan ras yang berbeda.(2,3,17) Penyimpangan waktu erupsi dapat terjadi karena adanya variasi waktu erupsi normal gigi yang dikenal dengan simpangan baku (standard deviation = SD).(19) Variasi normal waktu erupsi gigi adalah -/+ 2 SD.(19,20) Pola erupsi gigi permanen mulai diteliti secara luas pada tahun 1920 - 1950 dan telah dipulbikasi dalam jurnal ilmiah.(8) Penelitian dilakukan pada anak English, Pima Indian, Swedish, Hong Kong, Pakistan, Finland, Iceland, America, Croatia(1), Nepal(2), Saudi(3, 12), Malaysia(4), Brazil(6), Belgaum(7), South India(16), dan Delhi(21). Penelitian mengenai pola erupsi gigi di Indonesia telah dilakukan pada anak suku Jawa(8), suku Sunda(20) dan pada anak di Rantau Prapat(17). Indonesia merupakan suatu negara yang multi-etnis dan multi-kultur, populasi penduduk terdiri dari berbagai macam suku bangsa, salah satu di antaranya adalah suku Tionghoa di Kota Medan. Penelitian tentang pola erupsi gigi pada anak etnis Tionghoa di Kota Medan belum pernah dilaksanakan, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai pola erupsi gigi permanen ditinjau dari usia kronologis pada anak etnis Tionghoa usia 6 12 tahun di Kota Medan. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Perguruan
Universitas Sumatera Utara
Buddhis Bodhicitta, Medan. Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta dibangun sebagai sebuah sekolah yang modern dengan didukung berbagai kelengkapan sarana atau prasarana dan teknologi dalam mendukung proses belajar mengajar siswa. Perguruan ini juga memberikan bantuan kepada siswa yang kurang mampu untuk meneruskan pendidikan demi kepentingan masa depan siswa.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana pola erupsi gigi permanen pada anak etnis Tionghoa di Kota
Medan? 2.
Apakah ada perbedaan erupsi antara anak laki-laki dan anak perempuan?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui : 1.
Mengetahui pola erupsi gigi permanen pada anak etnis Tionghoa di
Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta, Medan. 2.
Menganalisa perbedaan erupsi gigi permanen anak laki-laki dan anak
perempuan di Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta, Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat: 1.
Manfaat untuk ilmu pengetahuan
1.1 Memberikan informasi tentang erupsi gigi permanen pada anak etnis Tionghoa di Kota Medan khususnya di Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta. 1.2 Dapat
digunakan
sebagai
acuan
dalam
melakukan
penelitian
selanjutnya.(22) 2.
Manfaat untuk masyarakat
Memberikan informasi sebagai pegangan pada orangtua dalam melakukan tindakan pencegahan dan perawatan kesehatan gigi anak. 3.
Manfaat secara klinis
Memberikan informasi pada dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya sebagai dasar dalam melakukan tindakan pemeriksaan, diagnosa dan perawatan gigi.(3)
Universitas Sumatera Utara