BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seorang akuntan adalah profesi yang diakui penting dalam perkembangan dunia perekonomian global dan modern. Dengan meningkatnya kemudahan akses untuk bekerja dan berwirausaha di Indonesia, maka pengawasan dan pengendalian atas hal tersebut perlu ditingkatkan pula. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan operasi bisnis yang ada agar tetap akuntabel dan dapat dipercaya. Dalam dunia ekonomi, banyak hal yang perlu diperhatikan dan diawasi seperti legalitas dalam aktifitas usaha, kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku dan pelaporan kegiatan usaha/bisnis yang mereka lakukan dan haruslah ada jaminan/keyakinan bahwa laporan yang dikeluarkan oleh perusahaan benar dan berkualitas. Tugas pengawasan dan penjamin kualitas itu salah satunya dilakukan oleh para akuntan, karena salah satu dari jasa yang diberikan oleh akuntan adalah Assurance Services (Jasa Atestasi). Dan untuk mendukung peran seorang akuntan dalam menjalankannya, maka setiap profesi dituntut untuk bekerja secara professional. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu profesi adalah suatu keharusan agar profesi tersebut mampu bersaing di dunia usaha sekarang ini. Sejalan dengan perkembangan teknologi pun sekarang posisi seorang akuntan makin menjadi semakin penting dalam dunia usaha. Dan dengan adanya dukungan pemerintah akan semakin memperkuat posisi akuntan untuk mendapatkan pkerjaan yang lebih baik. Pemerintah pada bulan Mei 2011, mengeluarkan UU No. 5 tahun 2011 tentang profesi akuntan publik. Pemerintah secara jelas memperbaharui
1
2 dan merevisi beberapa peraturan kembali tentang profesi akuntan publik. Undang-undang ini berisikan ruang lingkup jasa akuntan publik, perizinan akuntan publik dan KAP, hak, kewajiban, dan larangan bagi Akuntan Publik dan KAP, kerja sama antar-Kantor Akuntan Publik (KAP) dan kerja sama antara KAP dan Kantor Akuntan Publik Asing (KAPA) atau Organisasi Audit Asing (OAA), Asosiasi Profesi Akuntan Publik, Komite Profesi Akuntan Publik, pembinaan dan pengawasan oleh Menteri, sanksi administratif dan ketentuan pidana. Peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah mengenai syarat menjadi seorang akuntan yang harus mengikuti pendidikan profesi akuntan setelah lulus sarjana ekonomi akuntansi, membuat jumlah profesi akuntan meningkat dari tahun ke tahun. Auditor junior adalah orang yang memiliki kesempatan besar untuk bisa mendapatkan sertifikasi professional, hanya saja terkadang belum terbesit betapa pentingnya arti memiliki sertifikasi tersebut. Barulah di tahap mereka mulai menjadi senior terasa begitu penting untuk memilikinya. Karena dari segi finansial pun tidak diragukan lagi bahwa pekerjaan yang berasal dari bidang akuntansi memiliki tingkat ekonomi yang cukup menggiurkan, atau tidak kalah dengan bidang lainnya. Itu juga salah satu alasan bagi seorang auditor untuk meneruskan mendapatkan sertifikasi di bidang akuntansi. Sertifikasi profesional itu sendiri adalah suatu bentuk pengakuan atas keprofesionalan seseorang akan bidang yang digelutinya. Dalam pasar tenaga kerja sertifikat profesional yang dimiliki seeseorang menjadi daya jual orang tersebut, sertifikat tersebutlah yang nantinya akan membedakan tingkat kualitas dan keahlian seorang tenaga kerja dibandingkan dengan tenaga kerja lainnya. Misalkan saja seorang yang memiliki sertifikasi internal auditor tentu akan lebih
3 dipercaya oleh manajemen perusahaan untuk dipekerjakan meng-audit perusahaan dibanding orang lain yang tidak memilikinya. Ada banyak jenis sertifikat profesional yang sekarang tersedia di lembaga-lembaga penyedia. Biasanya setiap sertifikat yang dikeluarkan oleh suatu lembaga disertai juga gelar profesional yang dapat disandang di belakang nama pemegang sertifikat tersebut. Misalnya bila seorang yang memiliki sertifikat Certified Public Accountant (CPA), maka orang tersebut berhak menyandangkan gelar CPA di belakang namanya. Sebelum ditetapkannya SK mendiknas No. 179/U/2001 tersebut (sebelum tahun 2001), pemberian gelar akuntan di Indonesia didasarkan pada UndangUndang (UU) No.34 tahun 1954, yang menyatakan bahwa gelar akuntan diberikan kepada lulusan perguruan tinggi yang ditunjuk pemerintah dan atau perguruan tinggi negeri yang memenuhi syarat untuk menghasilkan akuntan atas proses pendidikan yang diberikan. Pada saat itu, perguruan tinggi negeri yang ditunjuk oleh pemerintah diantaranya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, Universitas Airlangga, Universitas Gajah Mada, Universitas Sumatera Utara dan Universitas Brawijaya. Mereka yang lulus program Strata 1 jurusan akuntansi dari universitas-universitas tersebut akan secara otomatis mendapatkan gelar sebagai akuntan. Adapun lulusan perguruan tinggi selain itu bisa mendapatkan gelar sarjana akuntansi dengan mengikuti Ujian Negara Akuntansi (UNA). Dengan proses pemberian gelar tersebut, menurut Machfoed (1998) dalam Widyastuti,dkk,
(2004)
memiliki 2 kelemahan yaitu tidak meratanya tingkat profesionalisme para akuntan di dunia kerja dan timbulnya diskriminasi pemberian gelar akuntan.
4 Karena kekhawatiran timbulnya diskriminasi dan ketidakmerataan tingkat profesionalisme akuntan dengan sistem pemberian gelar seperti disebutkan diatas, menyebabkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi akuntan di Indonesia dan Departemen Pendidikan Nasional merasa perlu melakukan peninjauan kembali mengenai peraturan pemberian gelar akuntan yang berlaku dalam kaitannya untuk menghasilkan akuntan-akuntan yang professional dalam bekerja. Saat ini dunia ekonomi dan usaha sangat membutuhkan kehadiran profesi akuntan. Jumlah akuntan yang terdaftar di IAI berdasarkan data per register 2011 tercatat sekitar 9.551 orang, terdiri dari akuntan public, akuntan manajemen, akuntan pendidik, akuntan pemerintah yang di BPK, BPKP. Dari jumlah tersebut kurang lebih hanya 1000 orang jumlah akuntan publik yang dimiliki Indonesia saat ini, jumlah ini terbilang masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan Malaysia yang sudah mencapai 2.410 orang, Thailand 6.070 orang dan Filipina 4.011 orang. Jumlah permintaan dengan ketersediaan akuntan di Indonesia masih sangat jauh berbeda. Indonesia masih membutuhkan sangat banyak akuntan untuk memenuhi permintaan akan kebutuhan jasa akuntansi. Karena itu profesi akuntan menjadi salah satu profesi yang paling dibutuhkan oleh dunia, terutama Indonesia (dengan dimulainya era globalisasi). Peminat untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) pun mulai berkurang. Dimana jika jumlah peminat untuk mengikuti PPAk sedikit, maka untuk yang mengikuti USAP punakan sedikit pula. Untuk dapat memiliki sertifikasi professional diperlukan motivasi-motivasi yang timbul dari seorang auditor yang cukup berpengalaman. Karena hal itu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat memotivasi para auditor eksternal untuk Segera memiliki sertifikasi professional. Motivasi-
5 motivasi ini diantaranya adalah motivasi karir yang merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk memiliki dan meningkatkan kemampuan pribadinya dalam rangka mencapai karir yang lebih baik dari sebelumnya (Suryaningrum dkk, 2004), motivasi ekonomi yaitu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk meningkatkan kemampuan pribadinya dalam rangka untuk mencapai penghargaan finansial yang diinginkan, motivasi kualitas yaitu merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk memiliki dan meningkatkan kualitas diri dan kemampuannya dalam bidang yang ditekuninya sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik dan benar, motivasi mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) yang merupakan suatu ujian yang harus ditempuh akuntan untuk mendapatkan gelar CPA (Certified Public Accountant) yaitu gelar yang wajib dimiliki apabila seorang akuntan ingin membuka praktik sendiri sebagai akuntan publik, besarnya biaya untuk mengambil sertifikasi dan kesulitan dalam menghadapi tesnya juga menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi seorang auditor untuk memiliki sertifikasi professional. Selain faktorfaktor yang disebutkan diatas ada satu faktor lagi yang sangat mungkin dapat mempengaruhi minat auditor untuk mengambil sertifikasi tersebut yaitu penerapan Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 2011 tentang akuntan publik. UU ini diterapkan sejak tahun 2011, yang di dalamnya terdapat sebuah pasal yang menyatakan bahwa seorang akuntan publik dapat dipidanakan jika terbukti lalai dalam menjalankan pekerjaannya, hal ini tertuang dalam bab XIII mengenai Ketentuan Pidana, pasal 55, Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Sebelum Undang-Undang tersebut ditetapkan, seorang akuntan publik tidak dapat dipidanakan karena hal yang berkaitan dengan tugasnya sebagai akuntan. Dengan diterapkannya Undang-
6 Undang tersebut, tentu saja risiko pekerjaan seorang akuntan publik akan lebih besar dan dituntut untuk melakukan pekerjaan ekstra hati-hati. Ketentuan pidana tersebut sempat menjadi perdebatan karena menurut para praktisi akuntan publik bahwa jasa yang mereka berikan adalah jasa atestasi yang memberikan sebatas jaminan yang memadai bukan jaminan absolut/mutlak dan hanya sebatas peningkatan kualitas informasi, khususnya laporan keuangan, untuk pengambilan keputusan, sehingga jika seorang akuntan telah melakukan pekerjaannya sesuai dengan auditing standard yang diterapkan oleh Standar Profesi Akuntan Publik, maka pekerjaan atestasi tersebut sudah diselesaikan dengan baik. Berdasarkan hal diatas maka peneliti ingin meneliti Undang-Undang Akuntan Publik ini dalam kaitannya dngan minat mahasiswa akuntansi untuk memiliki sertifikasi profesional. Sesuai dengan studi sebelumnya yaitu oleh Suryo Utomo mengenai “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi internal auditor untuk mengikuti program sertifikasi profesi internasional” dan studi dilakukan pada PT.BANK NEGARA INDONESIA di Semarang. Hasil studi berupa urutan faktor motivasi, meliputi: (1) minat bekerja, (2) imbalan yang baik, (3) apresiasi penuh, (4) keamanan dalam bekerja, (5) kondisi lingkungan kerja yang baik, (6) promosi dan kesempatan berkarir dalam perusahaan, (7) perasaan memiliki, (8) loyalitas pegawai, (9) disiplin tinggi, (10) sikap simpatik untuk menolong kesulitan seseorang.Ada pun kelemahan dari penelitian tersebut pengambilan sampel hanya dilakukan pada satu sektor saja,dan disini penulis memiliki variabel dan objek pengambilan sampel yang berbeda, yaitu sektor publik dan sektor swasta. James. R Lindner (1998) juga meneliti tentang apa saja yang dapat memotivasi seorang pegawai untuk mengambil langkah dalam pengembangan karirnya. Menurut
7 James, motivasi itu adalah suatu dorongan yang menyebabkan seseorang untuk bertindak. Dan motivasi itu sendiri merupakan kekuatan internal yang mendorong seseorang bergerak menuju tujuan pribadi atau organisasi. Seperti dorongan akan status sosial (pengakuan), kenaikan tingkat ekonomi, dan lainlain. Kedua penelitian terdahulu tersebut menunjukkan hasil bahwa motivasi karir dan motivasi kualitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat seorang auditor
untuk
mengembangkan
karir
dan
memiliki
sertifikasi
professional.Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah faktor-faktor motivasi yang disebutkan diatas juga memiliki pengaruh terhadap seorang auditor eksternal dengan melakukan pengujian kembali.Perbedaan penelitian ini dan sebelumnya adalah pada populasi, sampel, serta variabel yang diambil.Dan karena itu Peneliti mengambil judul “FAKTORFAKTOR
YANG
EKSTERNAL
MEMPENGARUHI
UNTUK
MENGIKUTI
MOTIVASI PROGRAM
AUDITOR SERTIFIKASI
PROFESI DALAM PENGEMBANGAN KARIR (STUDI PADA SEKTOR SWASTA DAN SEKTOR PUBLIK DI JAKARTA)”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah berkaitan minat seorang auditor untuk mengikuti program sertifikasi profesi internasional. Diantaranya sebagai berikut : 1. Apakah motivasi karir mempengaruhi minat seorang eksternal auditor untuk mengikuti program sertifikasi professional? 2. Apakah motivasi ekonomi mempengaruhi minat seorang eksternal auditor untuk mengikuti program sertifikasi professional?
8 3. Apakah faktor pengakuan mempengaruhi minat seorang eksternal auditor untuk mengikuti program sertifikasi professional? 4. Apakah biaya pendidikan mempengaruhi minat seorang eksternal auditor untuk mengikuti program sertifikasi professional? 5. Apakah faktor usia memiliki pengaruh terhadap motivasi eksternal auditor untuk mengikuti program sertifikasi professional? 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan peneliti, adapun area objek penelitian ini dibatasi pada para auditor dalam sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berafiliasi. Alasan peneliti mengambil KAP sebagai objek penelitian adalah : 1. Penelitian ditujukan kepada auditor eksternal yang merupakan bagian dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dari segi sektor swasta dan BPK dari sektor publik. 2. Data yang diambil berupa kuesioner 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi seorang auditor untuk mengikuti program sertifikasi profesi internasional pada kantor akuntan public, Mempunyai “Tujuan” sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis pengaruh faktor motivator dalam teori Herzberg yaitu prestasi individu, faktor pengakuan, faktor tanggung jawab, karyawan dan faktor kesempatan pengembangan terhadap motivasi auditor untuk mengikuti program sertifikasi professional.
9 2. Untuk menganalisis pengaruh faktor usia terhadap motivasi seorang auditor untuk mengikuti program sertifikasi professional. Dan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan “manfaat” sebagai berikut : 1. Menambah referensi dan literature tentang manajemen auditor khususnya dalam pengembangan dan peningkatan kualitas auditor melalui program sertifikasi serta mendorong dilakukannya penelitian lebih lanjut terhadap hal tersebut pada masa mendatang. 2. Memberikan informasi kepada manajemen auditor pada suatu KAP tentang pengaruh faktor-faktor yang diuji terhadap motivasi auditornya untuk mengikuti program sertifikasi profesi internasional serta
memberikan
inspirasi
bagi
manajemen
auditor
untuk
menetapkan kebijakan yang tepat dalam rangka memotivasi auditornya untuk mengikuti program sertifikasi professional. 1.5 Sistematika Penulisan Bab 1
: Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2
: Landasan Teori
Dalam bab ini, dijabarkan teori-teori yang digunakan oleh penulis saat melakukan penelitian terutama teori yang berkaitan dengan motivasi dan minat.
10 Bab 3
: Objek dan Desain Penelitian
Berisi penjelasan mengenai objek penelitian, yaitu para auditor dari sektor swasta dan sektor publik di Jakarta, seperti jenis dan sumber datanya, penentuan jumlah populasi dan sampel, serta metode analisis data untuk penelitian dari penulisan skripsi ini. Bab 4
: Pembahasan
Bab ini berisi analisis dari data-data yang diperoleh oleh penulis beserta hasil dari analisis tersebut sebagai inti dari penulisan skripsi. Bab 5
: Kesimpulan
Berisi kesimpulan penelitian, saran bagi lembaga yang bersangkutan, keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian ini, serta saran bagi penelitian selanjutnya.
11