BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Air merupakan sumber daya yang menyangkut hajat hidup orang banyak, maka pengolahannya dipegang oleh pemerintah. Hal ini sesuai dengan UUD 1945 Pasal 33 ayat 3, yang menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai
oleh
negara
dan
dipergunakan
untuk
sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”. Dan pada Passal 10 UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa, “Daerah berwenang untuk mengelola sumber regional yang tersedia diwilayahnya dan bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Selanjutnya sebagai bentuk penyerahan sebagian urusan pemerintah dibidang pekerjaan umum kepada daerah, maka pelayanan air minum diserahkan kepada Pemerintah Daerah, pelaksanaannya diserahkan kepada sebuah instansi. Dalam hal ini instansi yang menangani adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),di mana PDAM merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan perusahaan yang memberikan jasa pelayanan dan memberikan kemanfaatan umum di bidang air minum sesuai dengan undang-undang No.5 tahun 1962. Secara umum perusahaan daerah dapat dikatakan sama dengan apa yang dialami kebanyakan BUMN. Persoalan BUMD kurang terekspos karena memang secara makro posisinya kurang strategis bila dibandingkan dengan BUMN. Dilihat dari misi pendiriannya, BUMN jelas memiliki peran yang sangat signifikan dalam mendukung
perekonomian nasional. Sebegitu pentingnya, pemerintah pun perlu membuat kementrian khusus yang menangani BUMN. Akan tetapi dengan diberlakukannya UU tentang Otonomi Daerah tersebut, peranan BUMD harus mulai diperhatikan. Bisa dilihat perbandingan antara BUMN dan BUMD, akan terlihat permasalahan keduanya. Pertama, masalah efisiensi. Kebanyakan BUMD yang ada di Indonesia beroperassi dengan sangat tidak efisien. Terjadi pemborosan dana di sana-sini karena para pengelola tidak memiliki keahlian yang cukup. Terkadang keputusan-keputusan manajerial berkaitan dengan investasi baru, penentuan tarif atau keputusan lain diambil secara tidak profesional. Pekatnya nuansa kolusi, korupsi dan nepotisme menandakan ketidakprofesionalan para pengelola BUMD tersebut. Disamping itu, inefisiensi juga bersumber dari pemanfaatan teknologi yang sudah ketinggalan jaman. Kebanyakan BUMD beroperasi dengan mesin-mesin peninggalan kolonial belanda yang umumnya sampai saat ini sudah puluhan tahun. Bahkan ada mesin yang umurnya lebih tua dari karyawan yang palingtua sekalipun. Dengan kondisi ini, jelas beban pemeliharaan mesin tidak sebanding dengan output yang diperoleh dari mesin tua tersebut. Suatu perusahaan agar dapat mempertahankan aktivitas operasi dan manajemen yang baik, maka harus terus melakukan pemeliharaan dan perbaikan dari periode ke periode. Perbaikan itu diantaranya adalah mutu produk, inovasi, ketepatan waktu dan memangkas biaya yang tidak perlu terjadi. Perolehan laba sangat ditentukan oleh pendapatan yang diperoleh, dan biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Oleh karena itu, maka pengendalian biaya mutlak diperlukan agar tidak terjadi pemborosan. Pengeluaran biaya tersebut benar-benar diarahkan untuk
memperoleh pendapatan yang diharapkan dari tahun ke tahun terjadi peningkatan seiring dengan pertumbuhan perusahaan. Diantara banyaknya aktiva yang dimiliki perusahaan, aktiva tetap adalah aktiva yang dianggap penting karena merupakan jenis harta yang tidak langsung habis saat kegiatan operasi perusahaan, contohnya adalah peralatan kantor (office supplies), gedung (building), tanah (land), dan lain-lain. Dalam penggunaannya, aktiva tetap dapat mengalami penurunan aktiva yang disebabkan oleh ausnya aktiva (karena berkarat, tua, dan rusak), selain itu penurunan nilai aktiva merupakan suatu kerugian. Oleh karena itu untuk mengurangi kerugian perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk diadakannya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap. Biaya aktiva tetap merupakan salah satu biaya operasional yang memiliki nilai cukup material, hal ini disebabkan oleh karakteristik aktiva tetap itu sendiri baik dari sisi nilai nominal atau dari sisi nilai fungsionalnya. Dari sisi nilai nominal, harga perolehan aktiva tetap adalah material, maka diperlukan kegiatan perawatan yang baik dan rutin untuk mempertahankan kondisi normal aktiva tetap
begitu juga dengan kegiatan
perbaikan yang baik, karena bila tidak dirawat akan menyebabkan tingkat produktivitas semakin menurun, sehingga mempengaruhi perusahaan dalam memperoleh laba. Sedangkan dari sisi nilai fungsionalnya, keberadaan aktiva tetap yang memiliki keandalan dan memenuhi persyaratan keselamatan kerja sangat diperlukan dalam kegiatan operasional perusahaan. Mengingat pentingnya kegiatan pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap maka biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap tersebut cukup material sehingga keberadaannya tidak dapat ditiadakan. Dengan adanya kegiatan pemeliharaan dan
perbaikan aktiva tetap yang rutin akan mengurangi kegagalan dan dapat menambah masa manfaat dari peralatan produksi yang digunakan. Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan terbatas pada pengoptimalan biaya aktiva tetap yaitu dengan merancang suatu sistem pengendalian manajemen yang baik sehingga dengan biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap diharapkan dapat meningkatkan laba operasional perusahaan. Pengelolaan biaya yang efektif dan terkoordinir akan menghasilkan perolehan laba operasional perusahaan yang optimal, karena biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap ini berhubungan langsung dengan perolehan pendapatan dari perusahaan. Semakin tinggi frekuensi pemakaian maka membutuhkan biaya yang lebih besar. Kondisi tersebut telah mendorong manajemen untuk mengoptimalkan pemakaian aktiva tetap perusahaan, hal tersebut agar dapat meningkatkan profesional dalam pengelolaan perusahaan, sehingga dapat bekerja lebih efisien sesuai dengan tuntutan dan perkembangan dunia usaha.
Kebutuhan dasar air akan selalu meningkat dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Peningkatan kebutuhan air terus meningkat baik untuk kebutuhan rumah tangga, keperluan industri, perkantoran, dan fasilitas umum lainnya. Semakin bertambahnya kebutuhan air bersih dapat diimbangi dengan semakin meningkatnya konsumsi air bersih masyarakat kepada PDAM sebagai perusahaan yang berwenang dalam pengelolaan dan penyediaan air bersih sehingga masyarakat memperoleh air yang berkualitas dalam memenuhi kebutuhannya. Namun, pada kenyataannya jumlah kebutuhan air bersih masyarakat tidak sebanding dengan tingkat konsumsi air bersih PDAM.
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki jumlah penduduk lebih besar dibandingkan dengan provinsi lainnya, dengan besarnya jumlah penduduk di Jawa Barat dapat disimpulkan bahwa jumlah kebutuhan air bersih di Jawa Barat akan besar pula. Namun, pada kenyataannya dilihat dari perkembangan tingkat konsumsi air bersih di Jawa Barat pada tahun 2009-2012 peningkatan jumlah penduduk tidak sebanding dengan peningkatan konsumsi air bersih PDAM. Dengan melihat kondisi yang ada pada saat ini yaitu rendahnya tingkat konsumsi air bersih PDAM dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap air bersih, maka sangat diperlukan suatu usaha dalam meningkatkan konsumsi air bersih PDAM salah satunya dengan beberapa strategi ataupun rencana yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam peningkatan penggunaan air PDAM. Rata-rata besarnya jumlah konsumsi air bersih di suatu wilayah di dominasi oleh konsumsi air bersih rumah tangga. Sama halnya di kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat, pada saat ini air bersih PDAM masih di dominasi oleh pelanggan rumah tangga. Hal ini terjadi dikarenakan rumah tangga sebagai tempat tinggal penduduk dimana seluruh kegiatan setiap waktunya dilakukan di perumahan. Pemenuhan kebutuhan air bersih untuk golongan rumah tangga memegang peranan penting dalam menjaga produktivitas nasional secara keseluruhan (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997:510). Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan air bersih untuk rumah tangga perlu diperhatikan. Berbagai fenomena yang terjadi di PDAM Tirta Sukapura yaitu dampak meningkatnya jumlah penduduk, kemajuan teknologi, serta peningkatan ekonomi masyarakat akan air bersih PDAM meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan itu, PDAM Tirta Sukapura
Tasikmalaya terus berupaya meningkatkan jaringan instalasi ke pemukiman masyarakat setempat. Namun kendala kondisi objektif PDAM Tirta Sukapura sangat terbatas. Kapasitas air baru sekitar 370 liter per detik dengan memanfaatkan 14 titik sumber air. Kapasitas itu belum dapat mencukupi kebutuhan masyarakat Tasikmalaya pada umumnya. Kendati demikian, PDAM Tirta Sukapura bertekad terus meningkatkan pelayanan untuk menjawab realitas yang sangat dilematis. Untuk menjawab persoalanpersoalan tersebut PDAM Tirta Sukapura telah menyusun rencana kerja yang tertuang dalam business plan periode 2010-2014. Rencana peralihan ibu kota Kabupaten Tasikmalaya ke Kecamatan Singaparrna menuntut adanya sarana dan prasarana penunjang. Salah satunya ketersediaan pelayanan air minum (PDAM). Dalam rencana kerja yang segera disosialisakan itu, tertuang potensi-potensi yang masih tersedia di kawasan Kabupaten Tasikmalaya dan dapat dimanfaatkan. Seperti, mata air Cipondok B dengan kapasitas 350-400 liter per detik, tapi yang didistribusikan baru sekitar 285 liter per detik. Disamping itu, ada ketersediaan air baku sungai Cikunten. Selanjutnya PDAM pun telah membebaskan sumber mata air di Cikawali Sariwangi yang memiliki kapasitas 40 s/d 60 liter per detik.(sumber dari Bagian Penelitan & Pengembangan dan Bagian Produksi & Distribusi PDAM Tirta Sukapura) PDAM Tirta Sukapura akan menambah 30.000 sambungan baru pada kurun waktu lima tahun ke depan. Target itu akan menambah jumlah 32.206 pelanggan yang kini sudah ada. Selain itu direncanakan PDAM akan menyediakan 3.000 sambungan baru bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang akan didukung oleh dana hibah dari Ausaid Rp 7.5 miliar. Untuk mencapai sasaran tersebut, anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp 168 miliar, yang antara lain, akan digunakan untuk memperbarui sistem
distribusi dan transmisi baru. Dalam program pengembangan ini, direncanakan meningkatkan kapasitas terpasang PDAM dari 400 liter/detik menjadi 810 liter/detik. Sebagai BUMD, PDAM Tirta Sukapura bertekad terus meningkatkan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan memberikan arah kebijakan bagi mangerial karyawan yaitu kejujuran, profesionalisme dan kebersamaan.(sumber dari Bagian Penelitian & Pengembangan dan Bagian Produksi & Distribusi PDAM Tirta Sukapura). Namun saat ini PDAM merasa kesulitam untuk memberikan pelayanan air kepada masyarakat. Kebocoran terjadi karena pipa yang sudah tua dan tidak layak pakai, sehingga tidak dapat beroperasi dengan baik. Selain itu juga kebocoran terjadi karena pencurian sambungan air liar sebelum masuk meteran. Berdesarkan kasus tersebut PDAM yang memiliki aktiva tetap beragam dan dianggap mempunyai peranan yang sangat penting dengan nilai nominal yang sangat besar, maka konsekuensi dari kepemilikan aktiva tetap tersebut adalah bahwa PDAM harus melakukan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan dengan biaya relatif kecil untuk mempertahankan agar aktiva tetap selalu berada dalam kondisi yang baik dan siap dioperasikan. Maka dengan adanya biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap, kegiatan pemeliharaan dan perbaikan dapat tetap dilakukan dengan baik sehingga produktivitas perusahaan tidak terganggu, dari sisi lain beban operasi meningkat yang kemudian akan diikuti peningkatan laba bersih sehingga diharapkan dapat mencapai tingkat laba operasi yang baik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Aktiva Tetap 2.1.1.1 Pengertian Biaya
Biaya merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya laba perusahaan di samping komponen-komponen lainnya, oleh karena itulah pengertian biaya sangat penting. Selain dari biaya, beban juga merupakan salah satu konsep untuk menggambarkan perubahan yang menguntungkan dalam sumber daya perusahaan. Adakalanya istilah biaya (cost) digunakan dalam arti yang sama dengan istilah beban (expense). Namun, kedua istilah tersebut sebenarnya mempunyai perbedaan. Biaya didefinisikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi dalam rangka memperoleh barang dan jasa, sedangkan beban didefinisikan sebagai biaya yang telah memberikan manfaat (benefit) dan sekarang telah berakhir. (Christopher Pass dan Bryan Lowes, 1994:129). Menurut Mulyadi (2009:8), biaya dalam arti luas adalah : “Pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”.
Menurut Krismiaji (2002:8), biaya yaitu :
“Kas atau ekuitas yang dikorbankan untuk membeli barang atau
jasa
yang
diharapkan memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode masa mendatang”. Menurut Sunarto (2003:4), biaya yaitu : “Harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau
dikonsumsi
untuk
memperoleh pendapatan”. Menurut Euis Rosidah (2013:2), biaya yaitu : “Biaya (cost) dalam arti luas merupakan pengeluaran sumber-sumber ekonomi dalam bentuk keuangan yang telah terjadi, sedang terjadi dan mungkin akan terjadi yang bertujuan untuk memperoleh pengembalian (return) yang lebih menguntungkan. Sedangkan dalam artisempit, biaya (cost) merupakan pengeluaran sumber ekonomis untuk memperoleh barang dan jasa, yang terkait dengan diperolehnnya penghasilan”. 2.1.1.2 Penggolongan Biaya Secara Umum Penggolongan biaya adalah Proses pengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan elemen pada golongan-golongan dalam memberikan informasi. Kebutuhan akan informasi yang berbeda-beda akan menimbulkan konsep biaya yang berbeda dalam mencapai tujuan. Jika dari manajenen yang berbeda maka diperlukan cara penggolongan dari biaya yang berbeda pula. Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang akan digunakan dalam berbagai tujuan. Penggolongan biaya harus disesuaikam dengan tujuan dan informasi biaya yang akan disajikan, oleh karena itu di dalam penggolongan biaya tergantung pada apa biaya tersebut digolongkan, untuk tujuan yang berbeda diperlukan cara penggolongan biaya yang dipakai untuk semua tujuan penyajian informasi biaya. Mulyadi (2009:14-7) menggolongkan biaya kedalam beberap golongan, yaitu :
1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran. Penggolongan biaya yang paling sederhana adalah penggolongan menurut objek pengeluaran. Penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran ini bermanfaat untuk perencanaan perusahaan secara menyeluruh dan pada umumnya untuk kepentingan penyajian laporan. Biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi, jika digolongkan atas dasar objek pengeluaran dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu : a. Biaya bahan baku (Materials Cost) b. Biaya tenaga kerja langsung (Indirect Labor Cost) c. Biaya overhead pabrik (Factory Overhead Expenses) Ketiga biaya di atas dapat dibagi lagi menjadi : a. Biaya utama ( Prime Cost) Terdiri dari biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung dengan proses produksi.
b. Biaya Konversi (Conversion Cost) Terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya konversi merupakan biaya yang berhubungan dengan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. 2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan.
Dalam perusahaan manufaktur, terdapat tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi adminitrasi dan umum. Oleh karena itu, di dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu : a. Biaya produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi dan siap untu dijual. Contoh : biaya bahan baku, biaya bahan penolong b. Biaya pemasaran, merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contoh : biaya iklan, biaya promosi c. Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. 3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan suatu yang dibiayai, meliputi : a. Biaya langsung (Direct Cost), adalah biaya yang terjadi dimana penyebab satusatunya adalah karena adanya sesuatu yang terjadi. b. Biaya tidak langsung (Indirect Cost), adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. 4. Penggolongan biaya menurut prilaku dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan. Dapat digolongkan menjadi : a. Biaya Variabel, adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. b. Biaya Semivariabel, adalah biaya yang mengenai kegiatan sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
c. Biaya Semifixed, adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. d. Biaya tetap, adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kaisar volume biaya tertentu. 5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya. Dibagi menjadi dua : a. Pengeluaran Modal (capital expenditure), adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari sautu periode akuntansi. b. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditure), adalah biaya yang hanya mempunyai masa manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
2.1.1.3 Pengertian Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Aktiva Tetap Pada umumnya pemeliharaan kurang memperoleh perhatian yang cukup dari pimpinan perusahaan maupun pimpinan produksi perusahaan. Akibat dari kurangnya pemeliharaan perusahaan mesin dan peralatan produksi dalam suatu perusahaan, dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan mesin yang cukup fatal, namun karena hal tersebut baru dirasakan pada beberapa saat kemudian, maka karyawan biasanya baru mengetahuinya pada saat mesin-mesin benar sudah rusak. Menurut T. Hani Handoko (2000:157) pemeliharaan dan perbaikan adalah suatu kegiatan yang menjamin fasilitas produktif akan dapat beroperasi secara efektif, dihasilkan dari suatu kombinasi pemeliharaan preventif yang mengantisipasi daya pakai
mesin-mesin dan perbaikan kerusakan, bila terjadi secepat mungkin
sehinga biaya
mesin yang tidak produktif dan tenaga kerja menganggur dapat diminimumkan. Pemeliharaan dan perbaikan mempunyai mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan kegiatan proses produksi pada suatu perusahaan, karena aktivitas pemeliharaan dan perbaikan menentukan tingkat kelancaran dan efisiensi produksi. Untuk menjamin kelancaran kegiatan produksi dan menjaga fasilitas atau peralatan tetap baik diperlukan pemeliharaan perusahaan yang teratur dan terencana. Kegiatan pemeliharaan tersebut diantaranya : kegiatan pengecekan, perbaikan atau reparasi atas kerusakan yang ada serta penggantian spareparts yang terdapat pada fasilitas tersebut. Pengertian biaya pemeliharaan adalah sebagai berikut : Pengertian Biaya Pemeliharaan menurut Agus Ahyari (2002:58) adalah: “Pemeliharaan (Maintenance) merupakan kegiatan dalam memelihara sarana dan fasilitas produksi yang terus menerus untuk menunjang kelancaran pelaksanaan proses produksi dalamperusahaan yang bersangkutan.” Dari pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa pemeliharaan merupakan kegiatan merawat atau memelihara sarana dan fasilitas produksi yang mana dapat menunjang dalam pelaksanaan kegiatan proses produksi. Dimana kegiatan pemeliharaan itu berlangsung terus menerus pada perusahaan yang bersangkutan. Tujuan utama dari pemeliharaan adalah untuk : 1. Kemampuan berproduksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi. 2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu.
3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai investasi tersebut 4. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan (Maintenance) serendah mungkin dengan melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien keseluruhannya. 5. Menghindari kegiatan Maintenance yang dapat membahayakan keselamatan kerja. 6. Mengadakan suatu kerjasama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan yang tingkat keuntungan atau return of investmen yang sebaik mungkin dan total biaya yang rendah. 7. Menjaga agar fasilitas atau peralatan yang dimiliki perusahaan dapat dipergunakan sesuai manfaat yang diperlukan.
2.1.1.4 Jenis-jenis Pemeliharaan Menurut Sofyan Assauri (2001 : 9-12), kegiatan pemeliharaan dalam suatu perusahaan dapat dibedakan dalam 2 jenis yaitu : 1. Preventif Maintenance 2. Corrective Maintenance Berdasarkan kutipan di atas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Preventif Maintenance adalah kegiatan perbaikan atau pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga
dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. Fasilitas atau peralatan produksi yang diperlukan secara preventif maintenance, diharapkan akan terjamin kelancaran kinerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang siap digunakan untuk setiap proses produksi pada setiap saat. Dengan cara pemeliharaan seperti ini dimungkinkan disusunnya rencana produksi yang lebih tepat dan jadwal pemeliharaan yang lebih cermat. Dalam praktiknya preventif maintenance dapat dibedakan dalam 2 cara, yaitu: a. Routine Maintenance, adalah kegiatan perawatan yang dilakukan setiap hari, kegiatan perawatan yang dapat dikategorikan dalam jenis perawatan ini adalah pembersihan fasilitas atau peralatan, pelumas dan lain-lain. b. Periodic Maintenance , adalah kegiatan pemeliharaan atau perawatan yang dilakukan secara periodik, baik yang dilakukan menurut jangka waktu tertentu, misalnya setiap satu bulan. Pemeliharaan yang dikategorikan ke dalam periodic maintenance antara lain penggantian suku cadang tertentu, dan lainnya. 2. Corrective Maintenance Corrective Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau kelainan pada mesin atau fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan, maksudnya dilakukah,Corrective Maintenance adalah agar fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan dapat berfungsi dengan baik. Apabila suatu perusahaan hanya mengandalkan Corrective Maintenancedalam kebijakan pemeliharaannya maka perusahaan yang bersangkutan akan menghadapi ketidakpastian dalam kelancaranfasilitas atau mesin yang dimilikinya. Selain itu biaya pemeliharaan yang
harus dikeluarkan menjadi lebih mahal karena kerusakan yang terjadi pada umumnya lebih parah. Sedangkan menurut T. Hani Handoko (2002:158), biaya pemeliharaan perbaikan (corrective maintenance cost) adalah : “Biaya-biaya yang timbul bila peralatan rusak atau tidak dapat beroperasi,yang meliputi kehilangan waktu, biaya pemelaksanaan,biayapemeliharaan ataupun biaya penggantian peralatan”. Pemeliharaan pencegahan (preventive) memerlukan sistem praktikan yang baik, personalia terlatih, pemeriksaan teratur dan pelayanan yang baik. Biaya pemeliharaan pencegahan meningkat dengan meningkatnya kegiatan pemeliharaan, sedang dengan adanya alat rusak pekerja dan mesin akan menganggue sehingga waktu produksi hilang, jadwal tak terpenuhi dan perbaikan darurat menjadi mahal. Tetapi biaya pemeliharaan dan perbaikan berkurang dengan meningkstnya kegiatan pemeliharaan (Sukanto Reksohadiprodjo, 2003:425).
2.1.1.5 Kegiatan-kegiatan Pemeliharaan Assauri (2004:98) menjelaskan bahwa kegiatan pemeliharaan dapat digolongkan ke dalam salah satu dari lima tugas pokok yang berikut ini: 1. Inspeksi (Inspection). Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara berkala (routine schedule check) bangunan dan peralatan yang dimiliki perusahaan sesuai dengan rencana serta kegiatan pengecekan atau pemeriksaan terhadap peralatan
yang mengalami kerusakan dan membuat laporan-laporan dari hasil pengecekan atau pemeriksaan tersebut. 2. Kegiatan Produksi (Engineeriing). Kegiatan produksi ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu memperbaiki atau mereparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik, melaksanakan pekerjaan yang disarankan atau diusulkan dalam kegiatan inspeksi dan teknik (Engineering) melaksanakan kegiatan service dan peminyakan (Lubrication).
Kegiatan
produksi
ini
dimaksudkan
agar
kegiatan
pengolahan/pabrik dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana, dan untuk ini diperlukan usaha-usaha perbaikan segera jika terdapat kerusakan pada peralatan.
3. Pekerjaan Administrasi (Clerical Work) Pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan dan biaya-biaya yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan, komponen atau spareparts yang dibutuhkan, progress report tentang apa yang telah dikerjakan, waktu dilakukannya inspeksi dan perbaikan, serta lamanya perbaikan tersebut, dan komponen atau spareparts yang tersedia dibagian pemeliharaan. 4. Pemeliharaan Bangunan (Housekeeping). Kegiatan pemeliharaan bangunan adalah kegiatan untuk menjaga agar bangunan gedung tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya. Jadi kegiatan ini meliputi
pembersihan atau pengecekan gedung, pembersihan toilet, pembersihan halaman dan kegiatan pemeliharaan peralatan lain yang tidak termasuk dalam kegiatan teknik dan produksi dari bagian maintenace. Berdasarkan keputusan Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya, No 800/ SOP.53/2012 tentang standar operasional Perusahaan Daerah Air minum Tirta Kabupaten Tasikmalaya a. Bagian Produksi dan Distribusi Bagian Produksi dan Distribusi mempunyai tugas pokok memimpin, menyusun, mengatur, mendistribusikan dan menyelenggarakan produksi, distribusi, pengelolaan laboratorium dan pengendalian kualitas air. b. Bagian Distribusi mempunyai tugas pokok memimpin, menyusun, mengatur, mengurus pendistribusian air dari sumber dengan ke tiap-tiap wilayah pelayanan sesuai batas kemenangannya. c. Bagian pemeliharaan mempunyai tugas pokok memimpin, menyusun, mengatur, mendistribusikan dan melaksanakan tugas pemeliharaan meliputi pemeliharaan instalasi, transmisi, distribusi, perlengkapan, peralatan dan perbengkelan serta pengendalian kehilangan air. d. Bagian instalasi, Transmisi dan Distribusi mempunyai tugas pokok memimpin, menyusun, mengatur, mendistribusikan dan melaksanakan pemeliharaan instalasi, pipa transmisi dan distribusi milik perusahaan dan melaporkan perkembangan serta kemajuan pemeliharaan instalasi, transmisi dan distribusi.
2.1.1.6 Jenis-jenis Perbaikan Assauri (2006:99) membagi jenis-jenis perbaikan dalam dua jenis, yaitu : 1. Mayor (emergency) repair Adalah suatu perbaikan terhadap kerusakan-kerusakan besar yang memerlukan konsentrasi tenaga dan biaya yang cukup besar. Dengan pemeliharaan pencegahan maka kerusakan tersebut dapat dikurangi. 2. Minor Repair Adalah perbaikan yang dilakukan terhadap kerusakan-kerusakan kecil saja tetapi sering terjadi. Jadi diperlukan maintenance-man yang setiap saat siap untuk memperbaikinya.
2.1.1.7 Unsur-unsur Perbaikan Menurut Assauri (2006 :102) unsur-unsur perbaikan adalah sebagai berikut: 1. Merasakan (feeling) Merasakan sejauh mana kerusakan dialami, dan memeriksa baik dilakukan oleh operator maupunbagian teknisi perbaikan. 2. Pemeriksaan (Inspection) Pemeriksaan merupakan pekerjaan yang penting untuk menjaga peralatan pada kondisi yang baik. Pemeriksaan dapat dilakukan secara visual atau menggunakan alat ukur. Pelaksanaan pemeriksaan perlu disusun dan repogram secara lengkap untuk menjaga kondisinya dalam keadaan cukup baik. 3. Pengencangan (tighten)
Pengencangan ini dilakukan terhadap bagian yang longgar akibat adanya getaran dan gesekan pada waktu fasilitas atau alat-alat sedang digunaka 4. Pembersihan (cleaning) Tindakan pembersihan ini dilakukan untuk mencegah kerusakan, disamping kerusakan lainnya yang segera dapat diketahui bila terjadi kerusakan pada bagian tertentu. 5. Penyetelan (adjustment) Penyetelan dilakukan apabila ada bagian yang cara kerjanya tidak stabil. Hal ini terjadi setelah dilakukan pemasangan salah satu bagian yang baru diperbaiki. 6. Pelumasan (Lubrication) Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya laju keausan dan kerusakan yang terlalu cepat serta kerugian biaya dan tenaga kerja yang terlalu besar.
2.1.2.8
Tujuan Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan
Selama masa manfaat aktiva tetap berwujud, pengeluaran rutin dan pengeluaran khusus selalu terjadi. Pengeluaran tertentu diperlukan untuk memelihara dan memperbaiki aktiva, pengeluaran lainnya untuk meningkatkan kapasitas atau efesiensi atau memperpanjang masa manfaatnya. Tujuan utama biaya pemeliharaan dan perbaikan menurut Assauri (2006 : 124) adalah : 1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi. 2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu dan kegiatan yang tidak terganggu.
3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang telah ditentukan sesuai dengan kebijakan perusahaan mengenai investasi tersebut. 4. Untuk
mencapai
tingkat
biaya
pemeliharaan
serendah
mungkin,
dengan
melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif san efisien keseluruhannya. 5. Menghindari kegiatan maintenance dapat membahayakan keselamatan para pekerja. 6. Mengadakan suatu kerjasama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan utama perusahaan yaitu tingkat keuntungan atau return on investmen yang sebaik mungkin dan total biaya yang rendah.
2.1.1.9
Manfaat biaya pemeliharaan dan perbaikan
Menurut Agus Ahyari (2002:349) ada beberapa keuntungan yang akan dapat diperoleh dengan adanya pemeliharaan yang baik dari mesin dan peralatan yang ada dalam perusahaan antara lain sebagai berikut: 1. Mesin dan peralatan (fasilitas) yang ada dalam perubahan yang bersangkutan akan dapat dipergunakan di dalam jangka waktu yang (relatif) lebih panjang. 2. Pelaksana proses operasional didalam perusahaan yang bersangkutan akan berjalan dengan lancar. 3. Dapat menghindari atau setidak-tidaknya dapat menekan seminimal mungkin terjadinya kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan peralatan yang dipergunakan selama aktivitas berjalan.
4. Oleh karena mesin dan peralatan yang dipergunakan dalam perusahaan dapat berjalan dengan stabil dan baik, maka pengendalian kualitas proses dalam perusahaan tersebut akan dilaksanakan dengan lebih baik pula. 5. Dengan dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan yang dipergunakan perusahaan tersebut, maka berarti perusahaan yang bersangkutan akan dapat menekan biaya-biaya pemeliharaan bagi mesin dan peralatan operasional tersebut. 6. Apabia mesin dan peralatan berjalan dengan baik, maka penyerapan bahan baku juga akan dapat berjalan dengan normal pula. 7. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan operasional yang ada di dalam perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan operasional yang ada akan menjadi semakin baik. Dengan demikian disimpulkan bahwa kegiatan pemeliharaan dan perbaikan adalah bertujuan untuk memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan yang ada, serta mengusahakan agar mesin dan peralatan tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan kegiatan operasional.
2.1.1.10Kebijakan dan Alternatif Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Mengenai kebijakann dan alternative biaya pemeliharaan dan perbaikan dipaparkan lebih jelas oleh Jay M. Smith & K. Fred Skousen (200:462) dalam Tabel sebagai berikut : Tabel 2.2 Kebijakan dan Alternatif Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Jenis Pengeluaran Definisi
1. Pemeliharaan dan reparasi
Biaya normal untuk menjaga aktiva tetap agar tetap dalam kondisi siap pakai. 2. Pembaharuan dan penggantian Penggantian yang tidak (revenue and replacement) terencana. yang Tidak ada perpanjangan masa Pengeluaran untuk manfaat atau peningkatan arus kas diperlukan memenuhi rencana semula. pada masa mendatang. yang Memperpanjang masa manfaat atau Penyempurnaan meningkatkan arus kas pada mas berasal dari penggantian dengan komponen yang mendatang. lebih baik. 3. Penambahan dan perbaikan (additions Pengeluaran yang and bettermend) menambah kegunaan aktiva entah dengan memperpanjang masa manfaat atau menambah arus kas di masa mendatang. Di sini tidak ada penggantian komponen. Jay M. Smith & K. Fred Skousen (2000 : 462)
2.1.1.11Kedudukan Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Menurut Edward J. Blocher et all yang diterjemahkan oleh Susty Ambarriani (2000 :220) bahwa kedudukan biaya pemeliharaan dan perbaikan dalam berbagai penggolongan biaya adalah sebagai berikut : 1. Menurut fungsi pokok dalam perusahaan, biaya pemeliharaan menjadi bagian dari biaya produksi yang masuk dalam klasifikasi biaya overhead pabrik (BOP). 2. Menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai,biaya pemeliharaan masuk pada biaya langsung dari departemen produksi.
3. Menurut prilakunya dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya pemeliharaan dan perbaiakan ini masuk pada semi variabel. 4. Menurut dasar jangka waktu manfaatnya, biaya pemeliharaan dapat dikategorikan sebagai pengeluaran modal/pengeluaran pendapatan. 5. Dalam kaitannya dengan biaya mutu, biaya pemeliharaan merupakan salah satu komponen biaya pencegahan.
2.1.1.12 Perlakuan Akuntansi Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan
Perlakuan
akuntansi biaya pemeliharaan dan perbaikan dua kemungkinan, yaitu : a) Menurut Mulyadi (2009:208) sebagai berikut : Biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap produksi, baik yang berupa preventive maupun biaya perbaikan (ordinary repair)merupakan biaya yang berkaitan dengan proses untuk menghasilkan barang dan jasa tapi tidak langsung, karena itu biaya pemeliharaan dan perbaikan jenis ini termasuk pada komponen biaya overhead pabrik (BOP). b) Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:16) Pengeluaran untuk perbaikan atau perawatan aktiva tetap untuk menjaga manfaat keekonomian masa yang akan datang yang dapat diharapkan perusahaan untuk mempertahankan standar kinerja semula atas suatu aktiva biasanya diakui sebagai beban saat terjadi.
2.1.1.13Pengertian Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan semua aktiva perusahaan aktiva yang dimiliki dan dipergunakan (dalam operasi) oleh perusahaan karena bermanfaat dalam proses mendapatkan penghasilan untuk beberapa periode akuntansi dan masih mempunyai manfaat lebih dari satu tahun. Menurut Kusniadi dkk (2000:270) pengertian aktiva tetap adalah sebagai berikut : “Aktiva tetap adalah semua benda yang dimiliki oleh perusahaan yang memiliki nilai guna ekonomis serta umur (masa) manfaat lebih dari satu periode akuntansi (satu tahun) dan diakui serta diukur berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum”. Menurut Sofyan Safri harahap, (2007 : 20) pengertian aktiva tetap adalah sebagai berikut : “Aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi hak milik dipergunakan secara terus menerus dalam
perusahaan
kegiatan
dan
menghasilkan
barang dan jasa perusahaan”.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007 : PSAK No. 16;16.2) pengertian aktiva tetap adalah sebagai berikut : “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap merupakan harta perusahaan yang memiliki karakteristik antara lain benda berwujud, digunakan dalam operasi normal perusahaan mempunyai manfaat-manfaat lebih dari satu tahun, dan niali perolehannya material.
2.1.1.14Penggolongan Aktiva Tetap
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007:22) aktiva tetap data dikelompokkan dalam berbagai sudut antara lain : 1. Sudut substansi a. Tangible assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung, dan peralatan. b. Intangible assets atau aktiva yang tidak berwujud seperti, HGU, HGB, Goodwill-pateents, copyright, hak cipta, franchise, dan lain-lain 2. Sudut disusutkan atau Tidak. a. Depreciated Plant Assets, yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti building (bangunan), equipment (peralatan), machinery (mesin), inventaris, jalan, dan lain-lain. b. Undepreciated Plant Assets, yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti land (tanah). 3. Jenis Aktiva Tetap Aktiva tetap berdasarkan jenisnya dapat dibagi sebagai berikut : a. Lahan Lahan adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada lahan yang didirikan bangunan di atasnya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri. Khusus bangunan yang dianggap sebagai sebagian dari lahan tersebut atau yang dapat meningkatkan nilai gunanya, seperti riol, jalan, dan lain-lain maka dapat digabungkan dalam nilai lahan. b. Bangunan gedung
Gedung adalah bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atas lahan atau air. Pencatatan harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung. c. Mesin Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan d. Kendaraan Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truk, grader, traktor, forklift, mobil, kendaraan roda dua, dan lain-lain. e. Perabot Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan. f. Inventaris/peralatan Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar digunakan dalam perusahaan seperti inventaris pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gudang dan lain-lain. g. Prasarana Di indonesia adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti ; jalan, jembatan, riol, pagar, dan lain-lain. 2.1.2
Laba Operasional
2.1.2.1 Pengertian Laba dan Laba Operasional Laba merupakan suatu konsep akuntansi yang memiliki berbagai sudut pandang, tergantung dari siapa yang menilai dan bagaimana tujuan penilaiannya tersebut.
Comitte On Terminology (Sofyan Syafri H :2004) dalam Aliyal Azmi (2007: 12) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Laba operasional menurut Horngreen et al (2005;38) yang diterjemahkan oleh Desi Andhariani adalah : “Laba operasional dalah pengurangan total pendapatan operasi total(total revenues from operations) oleh harga pokok penjualan(cost of good sold) dan biaya-biaya operasi (operating cost).Pajak penghasilan (income taxes) tidak termasuk ke dalam unsurpengurang”. Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa laba operasi didapat dari jumlah pendapatan operasi dikurangi biaya operasi. Pengertian laba menurut IAI (2004;25.2) dalam bukunya adalah : “Laba adalah semua unsue pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut kecuali jika SAK yang berlaku mensyaratkan atau memperbolehkan sebaliknya”. Dari pengertian di atas ditarik kesimpulan bahwa laba merupakan: a. Semua unsur pendapatan dan beban dalam satu periode b. Tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih c. Pada periode yang telah disyaratkan oleh SAK
2.1.2.2Jenis-jenis laba Laba dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu : 1. Laba kotor adalah Selisih positif antara penjualan retur penjualan dan potongan penjualan.
2. Laba usaha (laba operasi) adalah Laba kotor dikurangi harga pokok penjualan dan biaya-biaya atas usaha. 3. Laba bersih adalah jumlah laba yang diperoleh setelah adanya potongan pajak.
2.1.2.3 Unsur-unsur laba Secara umum laba dapat diperoleh dari seluruh penghasilan dikurangi dengan biaya. Besarnya laba yang dicapai menjadi ukuran sukses tidaknya bagi suatu usaha. Laba itu sendiri memiliki unsur-unsur yang perlu diperhatikan dengan seksama. Unsurunsur laba itu sendiri adalah : a. Pendapatan (Revenue) Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikkan aktiva suatu perusahaan atau penurunan kewajiban yang terjadi dalam suatu periode akuntansi, yang berasal daru aktivitas operasi, dalam hal ini penjualan barang (kredit) yang merupakan unit usaha pokok perusahaan. b. Beban (expense) Beban adalah aliran keluar atau penggunaan aktiva atau kenaikkan kewajiban dalam suatu periode akuntansi yang terjadi dalam aktivitas operasi. Menurut IAI (1994) dikutip dari Chairil dan Ghozali (2001), beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. c. Biaya
Biaya adalah kas atau nilai equivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa datang untuk organisasi. Biaya yang telah kadaluarsa disebut beban, tiap periode beban dikurangkan dari pendapatan pada kaporan keuangan rugi laba untuk menentukan laba periode. Menurut FASB (1980) dikutip dari Chairil dan Ghozali (2001) biaya adalah aliran keluar (outflows) atau pemakaian aktiva atau timbulnya hutang (kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penjualan atau produksi barang, atau penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas. d. Untung- rugi Keuntungan adalah kenaikkan ekuitas atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi insidental yang terjadi pada perusahaan dan semua transaksi atau kejadian yang mempengaruhi perusahaan dalam suatu periode akuntansi. Selain yang berasal dari pendapatan investasi pemilik e. Penghasilan Penghasilan adalah hasil akhir penghitungan dari pendapatan dan keuntungan dikurangi beban dan kerugian dalam periode tersebut. Selain itu juga IAI (2004:16.2) memberikan contoh dalam sebagai berikut : Pendapatan
x
Beban Pokok Penjualan
(x)
Laba Kotor
x
Pendapatan operasi lainnya
x
menghitung laba operasi
Beban pemasaran
(x)
Beban adm dan umum
(x)
Beban operasi lainnya
(x)
Laba Operasi
x
Jadi laba operasional adalah menunjukkan suatu hubungan antara pendapatan yang diperoleh dari pelanggan dengan beban-beban yang terjadi dalam rangka menghasilkan pendapatan yang berasal dari kegiatan utamanya selama periode tertentu.
2.2
Kerangka Pemikiran Aktiva tetap merupakan harta perusahaan yang memiliki Karakteristik antara lain
benda berwujud, digunakan dalam operasi normal perusahaan. Masa manfaatnya lebih dari satu tahun dan nilai perolehannya material, hal ini sesuai dengan pengertian aktiva tetap yang dikemukakan oleh IAI (2004 :16.2), yaitu : “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan tidak dimaksudkann untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”. Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa aktiva tetap diperoleh dalam bentuk siap pakai dan tidak dimaksudkan untuk dijual melainkan digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan, serta mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Untuk menjaga aktiva tetap agar dapat dioperasikan dengan baik maka diperlukan biaya untuk memelihara dan merawatnya. Hal ini sesuai dengan pengertian biaya yang dikemukakan oleh Mulyadi (2003:8) sebagai berikut :
“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis,yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu”. Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang. Informasi biaya yang ada dalam perusahaan dapat dipakai olehmanajemen sebagai dasar untuk mencapai alokasi sumber ekonomi yang dikorbankan untuk menghasilkan ooutput. Kebanyakan pendapatan perusahaan penyewaan gedung perkantoran habis digunakan untuk biaya-biaya karena makin intensif kegiatan pemeliharaan dilakukan berarti biayanya semakin besar. Untuk itu setiap biaya yang harus pendapatan yang dapat menutupi biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk biaya pemeliharaan lainnya. Pemeliharaan mempunyai peran yang sangat menentukan dalam kegiatan proses produksi pada suatu perusahaan, karena aktivitas pemeliharaan akan menentukan tingkat kelangsungan kegiatan produksi. Pemeliharaan dan perbaikan yang baik menjamin bahwa fasilitas-fasilitas produktif dapat beroperasi secara efektif. Pengertian pemeliharaan menurut Agus Ahyari (2002:58),yaitu: “Pemeliharaan (Maintenance) merupakan kegiatan dalam memelihara sarana dan fasilitas produksi yang terus-menerus untuk menunjang kelancaran pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan”. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan menurut Pedoman Akuntansi PDAM (2001:81) sebagai berikut “Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemeliharaan dan perbaikan dan penggantian komponen instalasi air agar selalu dapat beroperasi dan berjalan dengan baik, yang terdiri dari biaya pemeliharaan sumber air,biaya pemeliharaan pengolahan air, biaya pemeliharaan transmisi dan distribusi.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemeliharaan dan perbaikan merupakan kegiatan merawat atau memeliharan dan memperbaiki sarana dan fasilitas produksi yang mana dapat menunjang dalam pelaksanaan kegiatan proses produksi. Dimana kegiatan pemeliharaan itu berlangsung terus-menerus pada perusahaan yang bersangkutan. Untuk menjaga kondisi aktiva tetap perusahaan melakukan pemeliharaan yang merupakan sebagai komponen beban dikemukakan oleh IAI
operasional, hal ini sesuai dengan yang
(2004: 16.7), yaitu
“Pengeluaran untuk perbaikan atau perawatan aktiva tetap untuk mejaga manfaat keekonomian masa yang akan datang, yang diharapkan perusahaan untuk mempertahankan standar kinerja semula atas suatu aktiva, biasanya diakui sebagai beban saat terjadi”. Kegiatan pemeliharaan aktiva tetap yang terencana dan terkendali sangat penting untuk menjaga agar aktiva tetap memiliki keandalan dan memenuhi persyaratan keselamatan kerja sehingga dapat mendukung tingkat produktivitas perusahaan. Kegiatan pemeliharaan aktiva tetap pada dasarnya adalah kegiatan pemeliharaan rutin. Kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan aktiva tetap inilah yang pada akhirnya akan menentukan besarnya biaya pemeliharaan aktiva tetap. Biaya pemeliharaan aktiva tetap adalah segala pengorbanan sumber ekonomi yang diukur oleh satuan uang yang telah terjadi untuk menjaga kondisi dan sarana yang ada dalam upaya untuk mempertahankan dan menghasilkan laba. Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba yang optimum. Laba merupakan faktor penunjang kelangsungan hidup perusahaan,dimana setiap aktivitas perusahaan yang
berupa transaksi dalam rangka menghasilkan laba dicatat, diklasifikasikan dan disajikan dalam laporan keuangan, yang digunakan untuk mengukur hasil operasi perusahaan pada suatu periode tertent Pengertian laba menurut IAI (2004:25.2) adalah : “Laba adalah semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi untuk periode tersebut kecuali jika SAK yang berlaku mensyaratkan atau memperbolehkan sebaliknya”. Pengertian Laba Operasional menurut Horngreen et al (2005:38) yang diterjemahkan oleh Desi Andhariani adalah : “Laba Operasional adalah pengurangan total pendapatan operasi total revenues from operations) oleh harga pokok penjualan (cost of good sold) dan biaya-biaya operasi (operating cost).Pajak penghasilan (income taxes) tidak termasuk ke dalam unsur pengurang”. (total
Dari pengertian diatas ditarik kesimpulan bahwa laba merupakan: a. Semua unsur pendapatan dan beban dalam satu periode b. Tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih c. Pada periode yang telah disyaratkan oleh SAK Selain itu juga IAI (2004: 16.2) memberikan contoh dalam menghitung laba operasi dalam bukunya “Standar Akuntans Keuangan” sebagai berikut : Pendapatan
x
Beban Pokok Penjualan
(x)
Laba Kotor
x
Pendapatan operasi lainnya
x
Beban Pemasaran
(x)
Beban Adm dan Umum
(x)
Beban Operasi lainnya Laba Operasi
(x) x
Jadi laba operasional adalah menunjukkan suatu hubungan antara pendapatan yang diperoleh dari pelanggan dengan beban-beban yang terjadi dalam rangka menghasilkan pendapatan yang berasal dari kegiatan utamanya selama periode tertentu. Adanya hubungan antara biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap dengan peningkatan laba operasi diperkuat oleh pernyatan T. Hani Handoko (2000:165) bahwa : “Salah satu maksud utama kegiatan pemeliharaan adalah untuk memelihara reliabilitas sistem pengoperasian pada tingkat yang dapat diterima dan tetap memaksimumkan laba atau meminimumkan biaya”. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat ditari kesimpulan bahwa pemeliharaan dan perbaikan reliabilitas sistem pengoperasian merupakan pemeliharaan aktiva tetap yang bertujuan untuk memperpanjang umur ekonomis dan fasilitas produk tersebut agar selalu dalam kondisi yang optimal serta siap pakai saat pelaksanaan proses produksi. Dengan demikian, biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan dikeluarkan agar dapat menjaga kondisi sarana dan fasilitas produksi tetap dalam keadaan baik, sehingga upaya untuk mempertahankan dan menghasilkan laba operasi akan tercapai. Aktiva tetap merupakan harta perusahaan yang memiliki karakteristik antara lain benda berwujud digunakan dalam operasi perusahaan, masa manfaatnya lebih dari satu tahun dan nilai perolehannya material. Adanya hubungn antara biaya pemeliharaan aktiva tetap dengan peningkatan laba operasional diperkuat oleh pernyataan T. Hani Handoko (2000:165) bahwa : ”Salah satu maksud utama kegiatan pemeliharaan adalah untuk memeliharan realibilitas sistem pengoperasian pada tingkat yang dapat diterima dan tetap memaksimumkan laba atau meminimumkan biaya”.
Dengan landasan teori yang telah disampaikan di atas, maka pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan operasi produksi, pada akhirnya akan meningkatkan pencapaian laba operasi perusahaan secara maksimal.
BAB III OBJEKDAN METODE PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian
Penulis menetapkan objek penelitian adalah Biaya Pemeliharaan dan Biaya Perbaikan aktiva tetap dan laba operasi pada PDAM Tirta Sukapura. Hal ini dipilih karena permasalahan internal dari perusahaan serta data yang dibutuhkan merupakan data konsolidasi.
3.1.1. Sejarah Singkat PDAM Tirta Sukapura Sejak tahun 1925 wilayah kota Tasikmalaya telah mendapatkanpelayanan air bersih, dari sumber mata air Cibunigeulis dengan debt air +20 liter/detik ditampung di Reservior Gunung Singa yang berkapasitas +400 M3 dengan jumlah konsumen awal 80 sambungan langganan. Kemudian pada tanggal 11 Juli 1975 didirikan PDAM Kabupaten Tasikmalaya yang ditetapkan melalui Perda Tingkat II Tasikmalaya nomor 7 tahun 1975. Tahun 1976-1978 diadakan penelitian ke sumber mata air Cipondok Kecamatan Leuwisari yang debit potensial airnya +500 liter/detik dengan dana bantuan
dari pemerintah pusat melalui program bantuan 6 kota di Indonesia (Six Cities Water Supply Project) Pembangunannya dilaksanakan pada tahun 1978-1982. Pada tanggal 5 April 1982 terjadi musibah meletusnya Gunung Galunggung yang mengakibatkan 2 buah jembatan pipa terbawa banjir lahar, sehingga 3.000 meter pipa transmisi tidak berfungsi. Pada tahun 1984 jalur pipa transmisi Cipondok Kampung Peuteuy Jaya +2.341 meter yang rusak akibat bencana tersebut direhab kembali dan aliran kembali normal. Berdasarkan peraturan daerah Kab. Tasikmalaya nomor 24 tahun 2002 tanggal 28 November 2002, tentang perubahan kedua kali perda Kab Tasikmalaya nomor 7 tahun 1973 tentang pendirian PDAM Kab. Tasikmalaya pasal 4, nama PDAM Kab. Tasikmalaya menjadi PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Saat ini PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya telah mampu melayani 27 kecamatan dari 47 kecamatan yang ada di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya dengan sambungan langganan 32.996.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian penulis memperoleh data mengenai biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap serta data laba operasional yang diperoleh Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Tasikmalaya. Data yang digunakan untuk diolah dan dianalisis bersumber dari
laporan realisasi anggaran Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Tasikmalaya pada Tahun 2008-2014. 4.1.1 Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Aktiva Tetap Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mempunyai rencana strategis yang mencakup rumusan dan tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun mendatang, maka setiap tahun PDAM perlu menyusun rencana jangka panjang. Jenis biaya yang diteliti di PDAM adalah Biaya Pemeliharaan Instalasi sumber air, Biaya pemeliharaan pengolahan air, biaya pemeliharaan instalasi distribusi dan transmisi. Rencana ini kemudian dijabarkan secara tahunan ke dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan. Penyusunan biaya pemeliharaan aktiva tetap tahunan harus disusun dengan memperhatikan :
1.Realisasi kegiatan usaha semester 1 tahun berjalan 2.Estimasi hasil kegiatan yang dapat dicapai pada semester II tahun
berjalan
3.Rencana jangka panjang (Corporate Plan) 4.Pertimbangan penting lainnya Penyusunan biaya pemeliharaan aktiva tetap harus menggunakan metode accrual. Sejalan dengan dasar akuntansi yang dianut dalam penyusunan laporan keuangan. Dengan metode accrual diartikan bahwa pembukuan tidak hanya sekedar pencatatan transaksi penerimaan dan pengeluaran uang, akan tetapi pencatatan terhadap setiap perubahan aktiva dan kewajiban, demikian pula laba dan biaya pada saat terjadinya atau diakuinya perubahan yang dimaksud.
Penyusunan biaya pemeliharaan aktiva tetap harus mendapat pengesahan dari Badan Pengawasan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan. Jika penyususnan biaya pemeliharaan aktiva tetap yang diajukan tidak disahkan Badan Pengawasan sampai dengan batasan waktu yang telah ditentukan, maka perusahaan menggunakan anggaran biaya tahun yang paling akhir disahkan.
Tabel 4.1 Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan AktivaTetap di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Tahun Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Aktiva Tetap 2008
Rp. 10.702.581.753
2009
Rp. 24.088.070.507
2010
Rp. 22.529.880.180
2011
Rp. 13.002.541.371
2012
p. 10.545.919.949
2013
Rp. 12.420.328.225
2014
Rp. 19.384.776.044
Sukapura Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2008-2014
Sumber: Bagian Keuangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan tabel 4.1 selama tahun pengamatan, secara umum bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap di PDAM Tirta Sukapura terjadi secara fluktuatif dimana dari tahun ke tahun ada yang mengalami kenaikan ataupun penurunan. Dapat dilihat pada tahun 2009 biaya pemeliharaan dan perbaikan mengalami kenaikan, hal tersebut diakibatkan adanya beberapa aktiva tetap yang perlu diperbaiki sehingga menyebabkan naiknya biaya pemeliharaan dan perbaikan, selanjutnya pada tahun 2011 biaya pemeliharaan dan perbaikan mengalami penurunan, hal tersebut dikarenakan berkurangnya volume kebocoran pada pipa dan kerusakan lainnya pada aktiva tetap.
Selanjutnya pada tahun 2014 biaya pemeliharaan dan perbaikan mengalami kenaikan kembali dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2013, hal tersebut diakibatkan karena adanya beberapa pipa jalur utama yang mengalami kebocoran, dalam kurun waktu yang cukup dekat. Oleh sebab itu biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap di PDAM Tirta Sukapura dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dan penurunan.
4.1.2 Tingkat Laba Operasi Seluruh laba, baik itu laba operasi maupun laba bersih diakui pada saat timbulnya transaksi, yaitu:
1. Laba Operasi diakui, dicatat dan dilaporkan tiap-tiap bulan berdasarkan rekening tagihan air yang diterbitkan pada awal bulan
yang bersangkutan, walaupun
penerimaan uangnya baru terjadi kemudian, atau pada saat penerimaan uang untuk transaksi penjualan tunai. 2.Laba Operasi disajikan sebesar saldo laba yang diperoleh dari
pendapatan
operasi dikurangi dengan biaya operasi. Berikut adalah tabel laba operasi yang ada di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya: Tabel 4.2 Laba Operasi di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2008-2014 Tahun
Laba Operasi
2008
Rp. 3.069.955.913
2009
Rp. 5.624.138.755
2010
Rp. 5.442.831.574
2011
Rp. 3.450.095.739
2012
Rp.
2013
Rp. 3.404.685.454
2014
Rp. 5.405.336.428
930.011.072
Sumber: Data diolah oleh penulis Berdasarkan tabel 4.2 selama tahun pengamatan, secara umum bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap di PDAM Tirta Sukapura terjadi secara fluktuatif dimana dari tahun ke tahun ada yang mengalami kenaikan ataupun penurunan. Pada tahun 2009 laba mengalami kenaikan, hal tersebut terjadi karena biaya pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan mempengaruhi terhadap laba operasi
perusahaan. Selanjutnya pada tahun 2012 laba operasi mengalami penurunan yang cukup drastis hal tersebut terjadi karena banyaknya aktivitas operasional perusahaan dan juga kebocoran-kebocoran pipa. Dan pada tahun 2013 dan 2014 perusahaan mengalami kenaikan laba operasi, hal tersebut terjadi karena adanya perubahan tarif yang diberlakukan kepada setiap golongan.
4.2
Pembahasan
4.2.1 Analisis Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Aktiva Tetap Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan, maka penulis dapat menganalisis perubahan yang terjadi pada biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap dari tahun ke tahun, mulai dari tahun 2008-2014, perubahan biaya tersebut tertera pada tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Perubahan Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Aktiva Tetap di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2008-2014 Tahun
Biaya Pemeliharaan
Perubahan Biaya
dan Perbaikan
Pemeliharaan dan
Aktiva Tetap
Perbaikan Aktiva Tetap
2008
Rp. 10.702.581.753
0
2009
Rp. 24.088.070.507
Rp. 13.385.489.754
2010
Rp. 22.529.880.189
Rp. 1.558.190.318
2011
Rp. 13.002.541.371
Rp. 9.527.338.818
2012
Rp. 10.545.919.949
Rp.2.456.621.442
2013
Rp. 12.420.328.225
Rp. 1.874.408.276
2014
Rp. 19.384.776.044
Rp. 6.964.447.779
Sumber :Data diolah oleh penulis Dari data tabel 4.3 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pada tahun 2008 biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya sebesar Rp. 10.702.581.753 2. Pada tahun 2009 biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya mengalami kenaikan dari tahun 2008 . Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan pada perbaikan alat-alat pengolahan air. Selain itu biaya pemeliharaan kendaraan juga turut meningkat, karena perusahaan memperbaiki kendaraan tanki air. 3. Pada tahun 2010 biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya mengalami penurunan sebesar. Penurunan ini terjadi disebabkan adanya penurunan terhadap biaya instalasi pompa, dan biaya pemeliharaan kendaraan. Pada tahun ini peralatan instalasi pompa dan kendaraan tidak terlalu mengalami kerusakan berat. 4. Pada tahun 2011 biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap pada PDAM Tirta Sukapura mengalami penurunan. 5. Pada tahun 2012 biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap pada PDAM Tirta Sukapura mengalami penurunan kembali dikarenakan
6. Pada tahun 2013 biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap pada PDAM Tirta Sukapura mengalami kenaikan, hal ini disebabkan karena adanya perbaikan pada beberapa aset tetap di perusahaan tersebut. 7. Pada tahun 2014 biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap pada PDAM Tirta Sukapura mengalami kenaikan, dikarenakan ada beberapa alat/ perlengkapan teknik yang harus diperbaiki. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa di PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya dalam waktu 7 tahun terakhir mengalami kenaikan biaya terutama biaya pemeliharaan aktiva tetap, hal ini disebabkan perusahaan menginginkan supaya aktiva yang dimiliki bisa bekerja dengan baik sehingga kegiatan operasional perusahaan berjalan sesuai dengan tujuan. Pada dasarnya biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap dapat dikatakan baik, disebabkan dalam pelaksanaannya ada koordinasi antara seluruh pejabat dan staf yang berkaitan, dan sebelum diterapkan, dilakukan evaluasi dan revisi agar terdapat kesesuaian. Selanjutnya, dilaksanakan sesuai dengan penyusunan biaya yang telah diterapkan.
4.2.2 Analisis Tingkat Laba Operasi Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan, maka penulis dapat menganalisis perubahan yang terjadi pada laba operasi perusahahaan dari tahun ke tahun, mulai dari tahun 2008-2014, perubahan laba operasi tersebut tertera pada tabel dibawah ini : Tabel 4.4 Perubahan Tingkat Laba Operasi di PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2008-2014
Laba Operasi
Selisisih Laba
Tahun Operasi
2008
Rp. 3.069.955.913
0
2009
Rp. 5.624.138.755
Rp. 2.554.182.842
2010
Rp. 5.442.831.574
Rp. 181.307.181
2011
Rp. 3.450.095.739
Rp. 1.992.735.835
2012
Rp. 930.011.072
Rp. 2.550.084.667
2013
Rp. 3.404.685.454
Rp. 2.474.674.382
Rp. 5.405.336.428
Rp. 2.000.650.974
2014
Sumber: data diolah oleh penulis
Dari tabel 4.4 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pada tahun 2008 laba operasi pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura sebesar Rp. 3.069.955.913. 2. Pada tahun 2009 laba operasi pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura sebesar Rp. 5.624.138.75, dan mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, sehubungan dengan adanya peningkatan pendapatan air. 3. Pada tahun 2010 laba operasi pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura sebesar Rp. 5.442.831.574., dan mengalami penurunan dibandingkan dengan laba operasi pada tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya penambahan biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap.
4. Pada tahun 2011 laba operasi pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura sebesar Rp. 3.450.095.739, dan mengalami penurunan kembali dari tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan ada beberapa pipa yang mengalami perbaikan. 5. Pada tahun 2012 laba operasi pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura sebesar Rp. 930.011.072, dan pada tahun mengalami penurunan kembali dari tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan banyaknya pemeliharaan dan perbaikan pada aktiva tetap perusahaan. 6. Pada tahun 2013 laba operasi pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura sebesar Rp. 3.404.685.454, dan mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya, Peningkatan yang terjadi menunjukkan adanya pengoptimalan kinerja. 7. Pada tahun 2014 laba operasi pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura sebesar Rp. 5.405.336.428. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Meski kenaikan yang dialami tidak drastis, namun tetap menunjukkan konsistensi perusahaan dalam menghasilkan laba. Hal tersebut dikarenakan pula oleh adanya konsistensi pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap.
Dari data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan yang terus terjadi meskipun terdapat naik turun persenatase perolehannya, akan tetapi menunjukkan kinerja. Kemampuan dalam mengelola biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap sangat menunjang pada laba operasi yang diperoleh. Pemberlakuan skala prioritas dalam
pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap juga turut serta membantu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dan diperolehnya laba operasi.
4.2.3 Pengaruh Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Aktiva Terhadap Laba Operasional PDAM Tirta Sukapura
Tetap
Kabupaten Tasikmalaya
Untuk mengetahuibesarnya pengaruh biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap terhadap laba operasional di PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya, maka penulis menggunakan analisis regresi sederhana, analisis korelasi, koefisien determinsi, serta pengujian hipotesis. Analisis kuantitatif yang dilakukan berdasarkan pada data yang diperoleh dari laporan keuangan yang memuat biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap serta laba operasi PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya.
Pengujian terhadap hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap berpengaruh secara signifikan terhadap laba operasional PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Dalam hal ini proses perhitungan, data yang digunakan adalah biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap serta laba operasional selama 7 tahun yaitu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2014.
Tabel 4.5 Total Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Aktiva Tetap Terhadap Laba Operasional PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya Periode Tahun 2008 s/d 2014 Sumber: Biaya data diolah Tahun Pemeliharaan & Laba Operasional oleh
Biaya Perbaikan Aktiva Tetap
penulis
1. Analisi s Regres i Sederh
2008
Rp. 10.702.581.753
Rp. 3.069.955.913
2009
Rp.24.088.070.507
Rp. 5.624.138.755
2010
Rp. 22.529.880.180
Rp. 5.442.831.574
2011
Rp. 13.002.541.371
Rp. 3.450.095.739
2012
Rp. 10.545.919.949
Rp.
2013
Rp 12.420.328.225
Rp. 3.404.685.454
2014
Rp. 19.384.776.044
Rp. 5.405.336.428
Rp.112.674098.029
Rp. 2.732.705.494
930.011.072
ana Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan program SPSS versi 22.00, (terlampir) tentang pengaruh biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap terhadap laba operasional diperoleh nilai koefisien yang tercatat dari hasil regresi untuk konstanta adalah sebesar 12.284.000 menunjukkan bahwa apabila tidak ada biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan, maka pendapatan yang diperoleh sebesar 12.284.000, sedangkan untuk koefisien regresi variabel biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap sebesar 0.708 menunjukkan bahwa setiap peningkatan biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap sebesar Rp 1 akan meningkatkan laba operasional sebesar Rp.0.708
Y = a + bX Y = 12.284.000 + 0.708X Pada Koefisien Korelasi berdasarkan hasil pengolahan data SPSS versi 22.0 (terlampir) mengenai koefisien korelasi diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,961 menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang kuat antara biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap terhadap laba operasional. Artinya, apabila biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap mengalami kenaikan, maka laba operasional juga mengalami kenaikan. Selanjutnya padahasil analisis yang diperoleh dari koefisien determinasi dengan program SPSS versi 22.0 adalah sebesar 0.924 atau sebesar 92.4% Artinya bahwa biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap akan mempengaruhi laba operasional sebesar 92.4% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS versi 22.0 (terlampir) maka diperoleh
nilai
signifikan hasil output sebesar 0.01pada tingkat kesalahan sebesar 5% atau (α = 0.05%) yaitu 0.01 < 0.05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima yang berarti biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap berpengaruh signifikan terhadap laba operasional perusahaan.Hal ini mengandung arti bahwa biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap akan meningkatkan laba operasional. Pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap secara optimal dapat mengoptimalkan kinerja sehingga akan mendukung pencapaian laba operasional yang sesuai dengan harapan.
Hasil hipotesis penelitian ini menunjukkanadanya pengaruh yang signifikan terhadap biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap terhadap laba operasional PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Hal tersebut relevan dengan penelitian sebelumnya dari Angerini Juanita Sari (2009) yang mengemukakan bahwa biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan berperan secara signifikan terhadap laba operasional perusahaan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari Pengaruh Biaya Pemeliharaan dan
Perbaikan
Aktiva Tetap di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya, maka penulis memberikan kesimpulan bahwa: 1. Biaya pemeliharaan aktiva tetap di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura dapat dikatakan telah memadai, hal ini dengan pertimbangan: a. Pelaksanaan penerapan biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap terdapat koordinasi antara pejabat dan staf yang berkaitan. b. Rencana penerapan biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap dimaksudkan untuk pengendalian atau kontrol perusahaan agar kegiatan berjalan dengan baik dan efisien.. 2. Laba Operasional yang diperoleh oleh PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya atas aktiva tetap ini dalam kondisi baik, karena jumlah laba atas penggunaan aktiva tetap yang diperoleh jauh diatas biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap yang dikeluarkan . Adanya biaya yang dikeluarkan untuk memelihara dan memperbaiki aktiva tetap dimaksudkan untuk dapat mengoptimalkan kinerja alat sehingga alat dalam keadaan siap pakai, hal tersebutlah yang meningkatkan laba operasional yang diperoleh oleh PDAM Tirta Sukapura atas aktiva tetap sehingga laba operasional PDAM Tirta Sukapura atas aktiva tetap dalam kondisi baik. 3. Berdasarkan hasil perhitungan metode analisis regresi sederhana maka Pengaruh biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap terhadap laba operasional PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya memiliki pengaruh yang signifikan, 5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah dipaparkan, maka penulis menyertakan pula saran yang diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya yaitu: 1. Bagi Perusahaan
Melakukan pengendalian biaya yaitu biaya yang tidak perlu atau tidak sesuai dengan anggaran.
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya ada baiknya melindungi aktiva tetap melalui asuransi, dengan tujuan menjaga keberadaan aktiva tetap dari kondisi apapun dan dapat pula menekan biaya pemeliharaan dan biaya perbaikan aktiva tetap karena biaya kerusakan yang terjadi akan ditanggung oleh pihak asuransi.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai objek biaya pemeliharaan dan perbaikan bisa menggunakan ruang lingkup lain, seperti jasa kesehatan. Namun bisa juga diperusahaan jenis lain seperti perusahaan dagan tentang pemeliharaan dan perbaikan mesin atau apapun yang dapat mempengaruhi laba.
Penelitian lebih lanjut dapat diperluas untuk meniliti indikator lain yang dapat mempengaruhi laba operasional.
DAFTAR PUSTAKA A Chairil dan Ghazali,I. 2001.Teori Akuntansi,-Semarang: Universitas Diponegoro Euis Rosidah. 2013.Akuntansi Biaya. Bandung: Mujahid Press F Faisal. 2008.Analisis Peranan Pemeliharaan dan Perbaikan dalam Meningkatkan Pendapatan Operasional.Proposal Penelitian Universitas Widyatama FASB. 1980. Statement of Financial Accounting Concepts No.2, Chararcterstics of Accounting Informantion.
Qualitattive
Ghozali, Imam dan Anis Chairiri.2007.Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hani T Handoko. 2000. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan operasi, Yogyakarta: BPFE
edisi
kesatu.
Hansen, Don. R. Dan M. Mowen,Mayane. 2001, Manajemen Biasa Akuntansi Pengendalian, Buku Dua. Edisi Kesatu. Salemba Empat. Jakarta. Horngren, CT, dkk. 1997, Akuntansi di Indonesia edisi ke-3. Jakarta: empat Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Empat.
dan
Salemba
Jakarta:Salemba
Jayaatmaja, H.M. Alan, 2006, Akuntansi Biaya,Bandung Universitas
Widyatama
Krismiaji, 2002, Akuntansi Biaya.Yogyakarta : UPP AMP YKPN Kusnadi, 2001. Akuntansi Biaya, Bandung: FE Unjani Laporan Keuangan & Evaluasi Kinerja PDAM, 2008-2014, Tasikmalaya Mulyadi, 2009,Akuntansi Biaya. Edisi ke-5 cetakan kesembilan, Yogykarta: UPPSTIM YKPN Simangunson, A.O dan Johanes Ridan,2004, Akuntansi Biaya, Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. Sofjan Assauri, Populer.
2006.Manajemen Operasional. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu
Sofjan Assauri. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi, Jakarta: LPFE-UI Sugiyono, 2013. Metodologi Penelitian Manajemen.Bandung: Alfabeta Sunarto, 2003. Akuntansi Biaya, Edisi Revisi.Yogyakarta: Amus