16
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama dari
sebuah perusahaan adalah mendapatkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi menejemen keuangan. Manager keuangan dengan hati-hati harus dapat mengambil keputusan dengan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan yang lainnya yang berdampak pada nilai perusahaan. Manejemen keuangan menyangkut penyelesaian dan keputusan penting yang diambil perusahaan. Perusahaan dihadapkan pada tiga keputusan keuangan yang saling berkaitan yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan untuk menentukan berapa banyak dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Bursa Efek Indonesia memiliki peran sebagai Lembaga Pasar Modal yang merupakan wadah untuk mengalokasikan dan secara efisien. Para Investor dapat melakukan investasi pada beberapa sektor-sektor perusahaan yang sudah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia melalui pembelian efek-efek yang baru ditawarkan ataupun yang diperdagangkan di pasar modal. Sebaliknya perusahaan dapat mendapatkan dana dengan cara menawarkan instrumen-instrumen jangka panjang melalui pasar modal. Terdapat beberapa kemudahan dari adanya suatu lembaga pasar modal antara lain sebagai alternatif investasi, memudahkan alternatif
17
berinvestasi dengan memberikan keuntungan dengan sejumlah risiko, peningkatan aktivitas ekonomi nasional maka perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana dan mendorong perekonomian nasional menjadi lebih maju dan menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas dan meningkatkan pendapatan pemerintah melalui penerimaan pajak. Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkannya kepada masyarakat yang kekurangan dana. Pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang diberikan oleh bank umum bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Seiring dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,5% pada tahun 2011, perbankan Indonesia juga terus memperkuat posisinya sebagai salah satu elemen penting sistem keuangan Indonesia dengan melakukan ekspansi usaha melalui pembukaan kantor di berbagai pelosok Indonesia. Tercatat hampir 1000 unit kantor baru meliputi Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan Kantor Kas bertumbuh di tahun 2011 yang terutama didominasi oleh Bank Umum Swasta Nasional Devisa sebagai salah satu kelompok bank yang cukup agresif dalam melakukan pengembangan jaringannya (Laporan Pengawasan Bank oleh Bank Indonesia, 2011). Selama tahun 2012, perbankan Indonesia cukup mampu mempertahankan struktur dan kinerja yang positif. Secara konsisten perbankan terus berupaya memperkuat peranannya dalam sistem keuangan Indonesia, antara
18
lain melalui peningkatan aspek kelembagaan. Perbankan merupakan cerminan dari kepercayaan investor kepada stabilitas makro dan sistem perbankan di suatu negara. Meningkatnya harga saham perbankan di Indonesia menunjukkan harapan besar investor kepada berlanjutnya pertumbuhan kredit dan stabilitas ekonomi makro negara ini. Perbankan merupakan perusahaan yang diminati oleh para investor karena memiliki potensi pertumbuhan dan mampu meraih laba kedepan yang cukup bagus seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam kaitannya dengan pembagian dividen, semakin banyak masyarakat yang meminjam pada bank maka pendapatan bunga akan meningkat yang kemudian bank mendapatkan laba dan mampu untuk membagikan dividen. Asuransi merupakan suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai penganti/ substitusi kerugian-kerugian besar yang belum terjadi dengan sebuah perjanjian dengan nama seseorang penanggung yang mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung dengan menerima suatu premi. Perusahaan asuransi tersebut dapat berkembang selaras dengan perkembangan dunia usaha pada umumnya. Kehadiran perusahaan asuransi merupakan hal yang rasional dan tidak terelakkan pada situasi dimana sebagian besar pengusaha dan anggota masyarakat memiliki kecenderungan umum yaitu untuk menghindari kerugian keuangan. Pada umumnya perusahaan asuransi mengambil alih sebagian resiko tersebut dan menerima hibah berupa premi asuransi. Bisnis asuransi merupakan bisnis yang sangat prospektif dikarenakan potensi pasar yang masih cukup luas sehingga memungkinkan perolehan margin keuntungan besar dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi
19
makro yang secara riil akan meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat juga merupakan salah satu indikasi meningkatkan potential demand for insurance product, karena asuransi yang semula hanya merupakan kebutuhan sekunder bahkan tersier akan bergeser menjadi kebutuhan sekunder bahkan primer. Pergeseran yang akan menempatkan asuransi pada priority list dalam konsumsi masyarakat ini merupakan peluang bagi industri asuransi. Perusahaan asuransi juga mendapatkan keuntungan investasi. Hal ini diperoleh dari investasi premi yang diterima sampai pembayaran klaim. Besar kecilnya premi yang diterima sangat mempengaruhi perusahaan untuk membayar klaim dan kerugian, dimana hal ini akan mempengaruhi nasabah itu sendiri. Ada suatu penanggung bisa mendapatkan keuntungan atau kerugian dari perubahan uang dan suku bunga atau deviden di flot (uang). Disisi lain, Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan asuransi yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan deviden (deviden yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Bursa Efek Indonesia mencatat nilai dividend per share (DPS) pada perusahaan asuransi go public ini mengalami tren fluktuatif (naik turun). Kondisi tersebut berbeda dengan perbankan yang sama-sama sektor finance di Bursa Efek Indonesia dimana memiliki dividend per share (DPS) lebih baik dan lebih kecil untuk kecenderungan turun. Dengan semakin menurunnya dividend per share, investor berpikir bahwa kemungkinan pembayaran dividen yang dilakukan perusahaan asuransi semakin kecil, bahkan perusahaan cenderung memilih untuk
20
menahan keuntungan guna dilakukan reinvestasi daripada membayar dividen kepada pemegang sahamnya. Lembaga pembiayaan mulai tumbuh dan berkembang sekarang ini dengan banyaknya permintaan kredit, dimana masyarakat atau industri kini dapat dengan mudahnya untuk mendapatkan pinjaman yaitu berupa kredit yang bisa digunakan sebagai modal usaha maupun untuk keperluan lainnya. Perkembangan usaha lembaga pembiayaan juga mengalami kesulitan likuiditas akibat meningkatnya kredit macet dan berlipatnya jumlah pembayaran hutang luar negeri. Lembaga pembiayaan perlu memperbaiki struktur pendanaannya. lembaga pembiayaan menawarkan jasa di bidang pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Lembaga pembiayaan merupakan sumber modal bagi masyarakat selain perbankan. Jenis – jenis usaha lembaga pembiayaan menurut Keppres No.9 tahun 2009 tentang Bidang Usaha Lembaga Pembiayaan adalah sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), usaha kartu kredit (credit card), pembiayaan konsumen (consumer finance). Lembaga pembiayaan sebagai lembaga yang menawarkan jasa – jasa di bidang keuangan harus memiliki kondisi keuangan yang baik atas semua aktivitas usaha yang dilakukan. Salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan adalah dengan melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam rasio keuangan.
21
Maka penelitian ini mencakup sektor keuangan apakah pada sektor keuangan baik itu perbankan, asuransi, Lembaga pembiayaan,perusahaan efek dan lain-lain memiliki faktor yang sama terhadap kebijakan dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham. Keputusan investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan kondisi ketidakpastian yang sulit untuk diprediksi oleh para investor. Untuk mengurangi kemungkinan resiko dan ketidakpastian yang terjadi investor memerlukan berbagai macam informasi, baik informasi yang diperoleh dari kinerja perusahaan maupun informasi lain yang relevan seperti kondisi ekonomi dan politik suatu negara. Informasi yang didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berkaitan dengan pembayaran dividen oleh perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan. Dalam kebijakan dividen manajer keuangan akan dihadapkan pada keputusan penggunaan keuntungan yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau ditahan untuk keperluan tambahan investasi atau kombinasi keduanya (Yuniningsih, 2002). Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan untuk dibayarkan pada pemegang saham sebagai dividen atau digunakan dalam perusahaan sebagai retained earning (Riyanto, 1998). Semakin tinggi DPR maka investor / pemegang saham akan semakin diuntungkan tetapi di sisi lain akan memperkecil laba ditahan. Kebijakan dividen ini merupakan kebijakan yang sulit
22
karena pihak perusahaan harus memutuskan apakah harus membagikan bagian keuntungan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen ataukah menahannya dan jika akan dibagikan sebagai dividen, berapa besar bagian keuntungan yang akan dibagikan sebagai dividen tersebut. Oleh karena itu, kebijakan dividen yang diambil oleh suatu perusahaan harus optimal dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhinya. Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham dan merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Bagi para investor, dividen tunai merupakan tingkat pengembalian investasi atas dana yang diinvestasikan pada entitas yang mengeluarkan surat berharga saham. Investor akan senang bila memperoleh return atas investasinya yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Investor akan lebih memilih dividen tunai walaupun jumlahnya tidak begitu besar karena belum tentu pada periode berikutnya manajemen dapat membukukan laba dan membagikannya sebagai dividen tunai kepada pemegang saham. Perusahaan yang mampu membayar dividen pada para pemegang sahamnya akan dianggap publik sebagai
perusahaan
yang baik
kinerjanya
karena diasumsikan mampu
membukukan laba dan memperhatikan kepentingan para pemegang sahamnya. Bagi investor pembayaran dividen yang stabil merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen tidak stabil (Sartono, 2001).
23
Pengumuman dividen dapat digunakan sebagai dasar bagi investor untuk memperkirakan pendapatan dari perusahaan dan tingkat pengembalian yang mereka harapkan. Pada saat publikasi dividen, informasi tentang kenaikan dan penurunan dividen dapat menjadi sinyal positif atau negatif bagi investor. Sinyal positif
terjadi
ketika
perusahaan
melakukan
publikasi
dividen
dengan
mengumumkan bahwa mereka akan membayar dividen yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya, sehingga publikasi ini dapat meningkatkan ekspektasi investor tentang pendapatan masa depan perusahaan. Namun, besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan dan dilakukan berdasarkan
pertimbangan
berbagai
faktor,
yakni
faktor-faktor
yang
dipertimbangkan oleh manajemen dan keputusan investor yang didasarkan pada kinerja keuangan. Kinerja keuangan perusahaan mampu memberikan informasi kepada manajemen maupun para investor mengenai pertumbuhan dan perkembangan perusahaan serta kondisi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Dari kesimpulan di atas maka penelitian ini mengidentifikasi variabelvariabel yang diduga berpengaruh terhadap rasio kebijakan pembagian dividen seperti profitabilitas (ROE), cash position, leverage (DER), growth perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan, karena laba perusahaan merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban kepada para pemodal dan merupakan salah satu faktor dalam
24
menciptakan nilai perusahaan yang menunjukkan kesempatan pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang Profitabilitas sejak dulu menjadi indikator pertama yang diperhatikan, karena profitability mencerminkan kapasitas atau kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Profitabilitas penting bagi perusahaan karena dapat mengindikasikan bahwa perusahaan mampu membukukan laba pada periode tersebut. Pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk memberi sinyal mengenai keberhasilan perusahaan dalam membukukan laba. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi keuntungan atau profit. Profitabilitas juga tidak kalah penting bagi investor dan calon investor untuk pertimbangan mereka akan kondisi perusahaan dan tingkat pengembalian yang mereka harapkan pada perusahaan yang menjadi tujuan investasinya. Semakin tinggi profitability yang didapat perusahaan maka semakin tinggi kemampuan perusahaan tersebut untuk membayar dividen. Perusahaan membayar dividen dengan earning yang disisihkannya dan kemudian dibagi menurut proporsi saham. Cash Position merupakan hal yang perlu dipertimbangkan sebelum mengambil
keputusan
menetapkan
besarnya
dividen.
Rosdini
(2009)
menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah posisi kas. Perusahaan yang memiliki posisi kas kuat, maka semakin besar pula kemampuan membayar dividen. Namun hal tersebut tidak dapat dijadikan patokan dasar dalam penentuan besaran dividen karena untuk meningkatkan likuiditas yang dalam hal ini adalah posisi kas, perusahaan harus menurunkan
25
dividend payout ratio memperkecil aliran kas keluar. Prihantoro (2003) menyebutkan secara parsial posisi kas berhubungan secara positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). Cash Position menurut Almilia dan Kristijadi (2003), dihitung menggunakan rumus kas dibagi total aktiva. Leverage merupakan faktor yang berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Suharli (2006) menyatakan bahwa perusahaan yang leverage operasi atau keuangannya tinggi akan memberikan dividen yang rendah, hal ini sesuai dengan pandangan bahwa perusahaan yang berisiko akan membayar dividen yang rendah, dengan maksud untuk mengurangi ketergantungan akan pendanaan secara eksternal. Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
leverage
(penggunaan
utang)
perusahaan.
Financial
leverage
menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100% (Sartono, 2001). Marlina dan Clara (2009) mengungkapkan peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen. Selain itu, hutang bisa mengurangi konflik agency antara pemegang saham dengan manajer. Pujiastuti (2008) mengungkapkan eksistensi hutang memaksa manajer untuk menikmati keuntungan yang lebih sedikit sehingga menjadikan manajer untuk bekerja lebih efisien. Asset Growth menunjukkan pertumbuhan asset dimana asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin cepat
26
tingkat pertumbuhan perusahaan (Growth), maka akan semakin besar dana yang dibutuhkan untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut sehingga semakin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan yang berarti semakin kecil dividen yang dibayarkan. Penelitian yang dilakukan Puspita (2009) yang menyatakan bahwa Growth memiliki pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian singkat yang telah dikemukakan pada latar belakang
permasalahan diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan penelitian adalah: 1.
Apakah rasio profitabilitas (ROE) berpengaruh positif terhadap terhadap kebijakan pembagian dividen pada sektor usaha finance di BEI?
2.
Apakah cash position berpengaruh positif terhadap kebijakan pembagian dividen pada sektor usaha finance di BEI?
3.
Apakah
Leverage
(DER)
berpengaruh
negatif
terhadap
kebijakan
pembagian dividen pada sektor usaha finance di BEI? 4.
Apakah Assest Growth berpengaruh posifit terhadap kebijakan pembagian dividen pada sektor usaha finance di BEI?
27
1.3
Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk: 1.
Menganalisis pengaruh rasio profitabilitas (ROE) terhadap kebijakan pembagian dividen pada sektor usaha finance di Bursa Efek Indonesia.
2.
Menganalisis pengaruh cash position terhadap kebijakan pembagian dividen pada sektor usaha finance di Bursa Efek Indonesia.
3.
Menganalisis pengaruh Leverage (DER) terhadap kebijakan pembagian dividen pada sektor usaha finance di Bursa Efek Indonesia.
4.
Menganalisis pengaruh growth terhadap kebijakan pembagian dividen pada sektor usaha finance di Bursa Efek Indonesia.
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Kontribusi Praktis Bagi para emiten penelitian ini sebagai bahan informasi mengenai pengaruh rasio profitabilitas, cash position, leverage dan growth terhadap pembagian dividen sebagai salah satu acuan dalam proses pengambilan keputusan investasi.
2.
Kontribusi Teoretis Penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana maupun referensi dan menambah pengetahuan mengenai rasio profitabilitas, cash position, leverage dan growth yang dipertimbangkan dalam menetapkan jumlah dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham.
28
3.
Kontribusi Kebijakan Bagi investor dan calon invetor, dapat memberikan acuan dalam pengambilan keputusan investasi terkait dengan tingkat pengembalian berupa deviden pada perusahaan finance yang ada dalam Bursa Efek Indonesia.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada analisis Rasio Profitabilitas
(ROE), Cash Position, Leverage (DER), Growth (Assest Growth) terhadap kebijakan pembagian dividen pada perusahaan finance yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Laporan Keuangan yang digunakan sebagai unit analisis adalah laporan keuangan periode 2008-2011.