BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Laporan keuangan adalah alat bagi manajemen untuk pertanggungjawaban
dan pelaporan kinerjanya kepada pemegang saham, sehingga laporan keuangan itu harus reliabel atau andal agar dapat digunakan pemakainya untuk mengambil keputusan yang tepat. Tujuan laporan keuangan memberikan informasi yang berguna bagi investor pada saat ini dan investor potensial serta creditor maupun pengguna lainnya dalam pengambilan keputusan investasi dan pemberian kredit. Kejujuran dan dapat dipercayanya laporan keuangan merupakan salah satu unsur yang dapat digunakan untuk mengatasi persaingan. Kepercayaan investor akan memudahkan perusahaan untuk mendapatkan modal dari masyarakat dengan biaya modal yang cukup murah. Perusahaan yang mengkomunikasikan kemampuan mendapatkan laba yang tinggi melalui laporan keuangan kepada investor akan berpengaruh terhadap harga sahamnya (Mulford 2002:2). Kejujuran pelaporan keuangan merupakan integritas dari CEO dan CFO, diperlukan untuk menyampaikan laporan keuangan perusahaan kepada publik. Dalam tata kelola perusahaan yang baik, transparansi adalah salah satu pilar utamanya (BPKP 2003:41). Transparansi akan mendorong diungkapkannya kondisi perusahaan yang sebenarnya sehingga setiap pihak yang berkepentingan
1
2
(stakeholders) dapat mengukur dan mengantisipasi sesuatu yang menyangkut perusahaan. Dalam mekanisme pelaporan keuangan, suatu audit dirancang untuk memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji (misstatement) yang material dan juga memberikan keyakinan yang memadai atas akuntabilitas manajemen atas aktiva perusahaan. Salah saji itu terdiri dari dua macam yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud). Menurut standar pengauditan, faktor yang membedakan kecurangan dan kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang sengaja atau tidak disengaja (Koroy, 2008). Fraudulent financial reporting, atau kecurangan pelaporan keuangan adalah kelalaian atau salah saji secara sengaja terhadap suatu jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan, yang dilakukan untuk menipu pengguna laporan keuangan (Mulford 2002:52). Istilah fraud lainnya menurut Rezaee adalah kecurangan, sedangkan menurut istilah Akuntan Publik adalah kesalahan yang sengaja dilakukan, dan error adalah kesalahan yang tidak sengaja dilakukan, atau sering disebut dengan kelalaian (Tobing 2003:9). Dengan adanya fraud maka laporan keuangan diragukan keandalannya. Tidak mudah mengumpulkan materi untuk kasus Indonesia. Contoh, meskipun kementrian perhubungan menyebutkan laporan keuangan PT. Metro Batavia (perusahaan penerbangan Batavia Air) yang diaudit untuk tahun 2010 dan 2011, laporan keuangan ini tidak tersedia untuk publik. Padahal pemangku kepentingan (stakeholders) PT. Metro Batavia sangat beragam, dan umumnya
3
dirugikan dengan putusan pailit di pengadilan niaga atas permintaan pemegang saham pengendali. Pailit tanggal 31 Januari 2013, tapi tidak jelas apakah ada laporan interim atau laporan akhir tahun yang tanpa audit apalagi diaudit. (Tuanakotta, 2014: 629) Sumber lain di kementrian perhubungan menegaskan sifat “Rahasia dan Tertutup” dari laporan keuangan PT. Metro Batavia untuk tahun berapa pun, sejak perusahaan tersebut diputuskan pailit. Sampai sekarang, kerahasiaan dan ketertutupan laporan keuangan PT. Metro Batavia untuk tahun berapa pun, terjaga ketat melebihi sprindik Anas Urbaningrum di KPK. (Tuanakotta, 2014: 630) Sesuai dengan yang disampaikan oleh Harry Andrian Simbolon sebagai akuntan pada PT. Telkom (2010) dalam artikelnya berpendapat bahwa semua organisasi apapun, jenis, bentuk, skala operasi dan kegiatannya apapun memiliki risiko terhadap terjadinya fraud. Fraud selain memberi keuntungan bagi pihak yang melakukannya, akan membawa dampak yang cukup negatif, seperti hancurnya reputasi organisasi, kerugian organisasi, kerugian keuangan negara, rusaknya moril karyawan serta dampak-dampak negatif lainnya. Masih terkait dengan laporan dari KPK yang dilansir dalam situs resminya, terdapat kasus fraud yang terjadi pada PT. Kimia Farma yang melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar yang di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) pada tahun 2001. Kasus lain menduga terjadinya fraud laporan keuangan yang dilakukan oleh PT Waskita Karya (Persero). Ditemukan laporan keuangan yang sudah diaudit dan diduga dimanipulasi maupun laporan keuangan yang dinyatakan kembali (restated and audited). (Tuanakotta, 2014: 630). Kecurangan pelaporan keuangan
4
juga disebabkan karena berbagai keputusan bisnis yang salah dilakukan oleh manajemen (bad business decision), karena prior bad decisions maka kinerja perusahaan terpuruk. Keterpurukan mendorong manajemen melakukan window dressing dengan tujuan untuk menutupi kerugian akibat bad decisions tersebut. Pada kasus ENRON hal ini juga dibantu oleh auditor eksternal, yaitu Arthur Andersen yang menutupi informasi kerugian perusahaan dalam laporan auditnya. Dengan demikian, maka gejala kecurangan pelaporan keuangan ini juga telah menjadi suatu fenomena yang mendunia, karena terjadi di luar dan dalam negeri termasuk di Indonesia dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sudah go public maupun belum (Ibnu dan Wien, 2013). Dampak dari fraud amat signifikan terhadap kerusakan perusahaan, seperti ternodanya citra dan merek perusahaan, kehilangan pendapatan, dan mampu mengakibatkan jatuhnya harga saham perusahaan tersebut (Klynveld, Peat, Marwick & Goerdeler atau KPMG, 2010). Dalam mengurangi fraud tersebut organisasi harus menerapkan audit secara efektif, audit adalah hal yang penting dan dapat memberikan pendeteksian yang kuat terhadap perilaku fraud (Association of Certified Fraud Examiners, 2010). Menurut Rezaee (2002: 79) menyatakan bahwa, perusahaan sering tidak dapat mencegah terjadinya fraud laporan keuangan. Dengan demikian, cara yang mampu dilakukan adalah dengan melakukan pendeteksian oleh auditor internal atau eksternal. Mendukung dari pendapat yang telah disampaikan oleh Rezaee tersebut sebuah penelitian yang dilakukan oleh KPMG atau Klynveld, Peat, Marwick & Goerdeler (2010) mengenai cara-cara yang paling tepat dalam
5
pendeteksian fraud laporan keuangan adalah dengan menggunakan auditor internal. Fraud laporan keuangan dapat dideteksi dengan praktik, kebijakan dan prinsip akuntansi, tingkat risiko atas pengendalian internal dan prosedur analitis (Tobing, 2003). Keadaan ini
menyebabkan perusahaan harus
mengeluarkan dan
mengupayakan berbagai kebijakan dan strategi agar dapat mencapai tujuan perusahaan. Kebijakan yang diambil adalah melalui peningkatan struktur pengendalian internal.
Menurut Grefita (2011) salah satu cara untuk
meningkatkan struktur pengendalian internal adalah dengan adanya auditor internal. Auditor internal mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan tugas pemeriksaan internal. Auditor internal akan menilai apakah semua kebijakan yang telah ditetapkan terlaksana dengan tepat. Auditor internal berfungsi membantu manajemen dalam pencegahan (prevention), pendeteksian (detection) dan penginvestigasian (investigation) penyimpangan (fraud) yang terjadi di suatu organisasi (perusahaan). Sesuai Interpretasi Standar Profesional Audit Internal (SPAI) – standar 120.2 tahun 2004, tentang pengetahuan mengenai penyimpangan, dinyatakan bahwa auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat mengenali, meneliti dan menguji adanya indikasi penyimpangan. Selain itu, menurut Statement on Internal Auditing Standards (SIAS) No. 3, tentang Deterrence, Detection, Investigation, and Reporting of Fraud (1985), memberikan pedoman bagi auditor internal tentang bagaimana auditor internal melakukan pencegahan, pendeteksian dan
6
penginvestigasian terhadap fraud. SIAS No. 3 tersebut juga menegaskan tanggung jawab auditor internal untuk membuat laporan audit tentang fraud. Auditor internal dituntut secara profesional untuk melaksanakan fungsi audit dengan baik. Pentingnya eksistensi seorang auditor internal, menuntut para auditor internal untuk memiliki kompetensi, independensi, dan pengalaman kerja dalam melaksanakan tugasnya (Messier et.al, 2006). Menurut laporan dari The National Commission on Fraudulent Financial Reporting (2010), pencegahan dan pendeteksian awal atas fraudulent financial reporting harus dimulai saat penyiapan laporan keuangan. Kompetensi auditor internal dapat mencegah dan mendeteksi awal terjadinya fraudulent financial reporting dan auditor internal dituntut objektif dan independen untuk melaporkan temuan ke manajemen. Menurut Abdul Halim (2008) pentingnya auditor internal dalam penerapan struktur pengendalian internal menuntut mereka untuk memiliki sikap independensi. Independensi adalah suatu sikap mental yang dimiliki auditor untuk tidak memihak dalam melakukan audit serta harus bebas dari kepentingan atau pengaruh yang tidak layak. Oleh karena itu, segala informasi yang diberikan baik melalui opini maupun rekomendasi-rekomendasi dapat dipertanggungjawabkan kepada pimpinan perusahaan. Menurut penelitian sebelumnya yang dikemukakan oleh Dianawati (2013) independensi
auditor
pengendalian internal.
internal
berpengaruh
Independensi
positif
auditor dapat
terhadap
efektivitas
berhubungan
pengungkapan masalah pengendalian internal suatu perusahaan.
dengan
7
Auditor
internal
dalam
menjalankan
fungsinya
harus
mampu
memahami ruang lingkup perusahaan secara keseluruhan. Hal ini akan membantu auditor internal dalam melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap kegiatan operasional perusahaan. Oleh karena itu, seorang auditor internal harus dibekali dengan kompetensi yang memadai. Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Auditor internal dalam melakukan proses audit harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya (Rai, 2008). Menurut International Profesional Practices Framework (2011: 6) menyatakan
bahwa
“auditor
internal
diwajibkan
untuk
menggunakan
pengetahuan, keahlian, dan kemampuan profesional dalam melaksanakan kegiatan internal audit”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh auditor internal dalam pelaksanaan profesinya terdiri dari keahlian, kemampuan profesional, dan pengetahuan. Bersumber dari penelitian sebelumnya yang dikemukakan oleh Rozmiati (2012), kompetensi berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian fraudulent financial reporting pada BUMN. Kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian maupun keikutsertaan ujian, seminar dan pelatihan. Kompetensi pun berpengaruh positif terhadap pendeteksian fraud pada suatu perusahaan. Selain independensi dan kompetensi, auditor internal juga harus memiliki pengalaman kerja dalam melakukan tugasnya. Menurut Herliansyah
8
(2006) pengalaman kerja dapat dukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerajaan atau tugas. Seorang auditor internal yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam berapa hal diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan dan 3) mencari penyebab munculnya kesalahan. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Asih (2006) pengalaman auditor dari sisi lama bekerja, banyaknya tugas maupun banyaknya jenis perusahaan yang diaudit berpengaruh positif terhadap keahlian auditor dalam bidang auditing. Pengalaman juga mengurangi dampak informasi yang tidak relevan terhadap judgment auditor. Sementara dari penelitian yang dikemukakan oleh Suraida (2005) pengalaman audit berpengaruh terhadap skeptisme profesional dan ketetapan pemberian opini auditor serta berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang sudah diuraikan sebelumnya, seyogyanya semakin banyak auditor internal yang kompeten maka fungsi audit internal semakin efektif. Semakin efektif fungsi audit internal maka fraudulent financial reporting akan bisa dideteksi, namun fenomenanya hal tersebut masih terjadi. Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah independensi, kompetensi, pengalaman kerja dan pendeteksian fraudulent financial reporting, maka
penulis
mengambil
judul
penelitian
skripsi
yaitu
“Pengaruh
Independensi, Kompetensi dan Pengalaman Kerja Auditor Internal Terhadap
9
Pendeteksian Fraudulent Financial Reporting” (Studi empiris pada BUMN yang berada di kota Bandung).
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah dalam
penelitian ini, dapat diidentifikasi, yaitu : 1. Apakah independensi berpengaruh terhadap pendeteksian fraudulent financial r eporting pada perusahaan BUMN di kota Bandung. 2. Apakah kompetensi berpengaruh terhadap pendeteksian fraudulent financial reporting pada perusahaan BUMN di kota Bandung. 3. Apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap pendeteksian fraudulent financial reporting pada perusahaan BUMN di kota Bandung. 4. Apakah independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja auditor internal berpengaruh secara simultan terhadap pendeteksian fraudulent financial reporting pada perusahaan BUMN di kota Bandung.
1.3
Tujuan Penelitian Sesuai dengan yang diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui besarnya pengaruh independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja auditor internal terhadap terhadap pendeteksian fraudulent financial reporting pada BUMN di kota Bandung.
10
1.4
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Adapun pihak-pihak yang kiranya dapat memanfaatkan hasil penelitian ini adalah : 1.
Bagi Penulis Dapat menambah wawasan dalam hal akuntansi khususnya pengaruh
independensi, kompetensi dan pengalaman kerja auditor internal terhadap terhadap pendeteksian fraudulent financial reporting pada BUMN. 2.
Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh
kompetensi, independensi, dan pengalaman kerja auditor internal terhadap terhadap pendeteksian fraudulent financial reporting, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan oleh perusahaan. 3.
Bagi Pihak Lain Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan ilmu
ekonomi khususnya akuntansi dan dapat digunakan untuk bahan penelitian bagi peneliti yang berminat dalam bidang serupa.
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Data sehubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan
skripsi ini, diperoleh dengan melakukan penelitian pada 6 Perusahaan BUMN
11
yang terbuka dan berada di seluruh wilayah kota Bandung, yaitu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Data penelitian diperoleh dari kantor-kantor BUMN yang berada di wilayah kota Bandung, Dengan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan selesai.