BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan
kerja
yang
penuh
oleh debu,
uap dan
gas
dapat
mengganggu produktivitas dan sering menyebabkan gangguan pernapasan serta dapat menyebabkan penyakit paru (Suma’mur, 2011). Penurunan fungsi paru telah dilaporkan banyak terdapat pada pekerja industri pertambangan (Johncy, 2011). Salah satu pertambangan yang mempunyai potensi tinggi terhadap timbulnya gangguan paru adalah penambangan batu kapur, karena dalam pengolahannya menghasilkan polusi udara (Utomo, 2005). Penyakit paru akibat debu kapur disebabkan karena pengendapan debu kapur di paru, faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah periode pemaparan, konsentrasi dan ukuran debu kapur (Johncy, 2011). Pekerja dalam lingkungan yang terpapar debu kapur akan menghirup debu kapur 10-100 kali lebih banyak sehingga mempunyai risiko yang tinggi untuk mendapatkan kelainan fungsi paru dan saluran pernapasan lainnya (Perdana, 2010). Partikel-partikel debu kapur bersifat iritan dan tidak tergolong karsinogen. Efek utama debu kapur terhadap tenaga kerja berupa kelainan paru baik bersifat akut dan kronis, terganggunya fungsi fisiologis, iritasi mata, iritasi sensorik, serta penimbunan bahan berbahaya bagi tubuh, dan bentuk kelainan yang menetap adalah berkurangnya elastisitas paru yang ditandai dengan penurunan faal paru (Wulandari, 2013, Pearce, 2009). Penumpukan dan pergerakan debu kapur pada saluran nafas juga dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan, peningkatan produksi lendir, penyempitan saluran pernapasan, lepasnya silia dan lapisan sel
1
2
selaput lendir, serta kesulitan bernafas yang akan berlanjut ke penyakit PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik) (Mukono, 2011). PPOK merupakan salah satu penyakit tidak menular utama, yang jarang terekspos karena kurangnya
informasi yang diberikan kepada masyarakat,
sedangkan penyebab terseringnya adalah merokok, polusi udara dan riwayat infeksi. PPOK merupakan penyakit yang menduduki urutan nomor lima di Negara maju dan nomor enam di Negara berkembang untuk kategori penyakit tidak menular yang dapat menyebabkan kematian (Oemiati, 2013) Di Indonesia estimasi kecacatan akibat PPOK diperkirakan 613 per 100.000 penduduk, sedangkan estimasi kematian diperkirakan 58 per 100.000 penduduk (Mannino, 2007). Berdasarkan survey RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013, bahwa dari total 1.027.763 responden yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, sebanyak 508.330 menderita PPOK dengan 242.256 diderita laki-laki dan 266.074 diderita perempuan. Penambangan batu kapur umumnya merupakan industri informal yang dikelola oleh masyarakat dengan teknologi yang masih sederhana, tanpa banyak tersentuh oleh peraturan perundangan, sehingga segala peraturan yang berkaitan dengan perlindungan kesehatan dan keselamatan terhadap tenaga kerja serta masyarakat sekitarnya kurang mendapat perhatian (Yulaekah, 2007) . Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban (2011), Tuban merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang mempunyai potensi bahan galian tambang batu kapur yang tinggi, lokasi tambang tersebar di beberapa lokasi, diantaranya Kecamatan Kerek, Merakurak, Tambakboyo, Palang, Semanding dan Montong, produksi bahan galian batu kapur di Kabupaten Tuban
3
menduduki
angka pertama, yakni sejumlah 10.949.045 ton pertahun untuk
eksploitasi, dan 40.940 ton untuk pengolahan. Tuban merupakan daerah yang yang menempatkan penyakit infeksi saluran pernafasan akut sebagai penyakit terbanyak yang menduduki urutan pertama (23,60%) dalam 15 jenis penyakit terbanyak, sedangkan kasus yang menyangkut penyakit paru mencapai 724 kasus pertahun dan Kecamatan Merakurak menduduki urutan kedua tertinggi (71 kasus) setelah Tuban kota. Dusun koro merupakan dusun yang terletak di desa pongpongan kecamatan merakurak kabupaten Tuban, merupakan daerah yang sebagian besar wilayahnya merupakan pegunungan kapur, serta puluhan penambang
yang menggantungkan hidupnya sebagai penambang
tradisional.
Keterangan:
Gambar 1.1 : Peta Desa Pongpongan (Agus dkk, 2003)
kapur
4
Gambar 1.2 : Desa Pongpongan Dalam Google Earth Oleh karena tingginya angka kejadian PPOK dan tingginya tingkat polusi yang dihasilkan di tambang kapur maka perlu penelitian terhadap hubungan antara paparan debu dengan derajat obstruksi dan derajat restriksi pada pekerja tambang kapur tradisional di Dusun Koro Desa Pongpongan Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka diperoleh permasalahan yang dapat diuraikan sebagai berikut : “Apakah ada hubungan antara paparan debu dengan derajat obstruksi dan derajat restriksi pada pekerja tambang kapur tradisional di Dusun Koro Desa Pongpongan Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban?”
5
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan antara paparan debu dengan derajat obstruksi dan restriksi pada pekerja tambang kapur tradisional di Dusun Koro Desa Pongpongan Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban 1.3.2 Tujuan khusus 1.
Mengetahui karakteristik pekerja tambang (usia, jenis kelamin, pendidikan
terakhir,
kebiasaan
merokok,
penggunaan
alat
pelindung diri, kebiasaan olahraga) di Dusun Koro Desa Pongpongan Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban 2.
Mengetahui derajat obstruksi dan restriksi pada pekerja tambang kapur tradisional
1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat akademis 1.
Memberikan informasi tentang efek paparan debu terhadap kesehatan dan efek yang ditimbulkan
2. Dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut 1.4.2 Manfaat klinis Mengetahui akan bahaya paparan debu terhadap kesehatan paru pada penambang kapur tradisional
6
1.4.3 Manfaat untuk masyarakat Memberikan masukan kepada pekerja untuk melakukan tindakan preventif dan memberikan informasi tentang efek paparan debu
kepada
masyarakat terutama penambang kapur tradisional di Dusun Koro Desa Pongpongan Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban dan melakukan