BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Dalam lima tahun terakhir, secara umum volume ekspor dan impor non-
migas meningkat. Berdasarkan data Bank Indonesia tahun 2010 sampai dengan 2014 (Gambar 1.1) terjadi peningkatan volume ekspor dan impor dari tahun 2010 sampai 2013 namun terjadi penurunan volume ekspor non-migas pada 2014 karena dipicu oleh merosotnya ekspor komoditas lemak dan minyak hewani/nabati.
Selain
itu,
penurunan
ekspor
ini dipicu
oleh dampak
diberlakukannya Undang-Undang Minerba yang melarang ekspor mineral.Secara tidak langsung perkembangan ekspor impor non-migas di Indonesia berpengaruh terhadap
bisnis
dibidang
logistik.
Sebagian
besar
perusahaan tersebut
menggunakan jasa logistik pihak ketiga yaitu jasa freight forwarder.
Gambar 1.1 Grafik volume ekspor impor berdasarkan komoditas barang tahun 2010-2014 Sumber :Bank Indonesia 2015
1
Industri freight forwarder sebagai industri yang bergerak di bidang jasa logistik pihak ketiga, melakukan pengiriman barang dari satu tempat ke tempat lain dengan berbagai moda transportasi, yaitu melalui darat (trucking service), laut (ocean freight) maupun udara (air freight). Kualitas pelayanan menjadi salah satu faktor penentu kepuasan pelanggan yang pada akhirnya akan membuat pelanggan loyal terhadap perusahaan. Peranan freight forwarder dalam dunia pengiriman barang semakin penting seiring dengan volume barang yang bergerak fluktuatif. Salah satu hal yang menjadikan pelayanan jasa pengiriman barang melalui udara (air freight) lebih diminati ialah singkatnya waktu yang dibutuhkan dan tingginya tingkat keamanan dalam proses pengiriman. Pengiriman barang melalui laut dan darat membutuhkan waktu berhari-hari bahkan bisa sampai dua bulan dan tingkat keamanan yang rentan rusak atau hilang. Barang yang dikirim dengan menggunakan kedua jalur tersebut sebagian besar merupakan barang-barang yang sifatnya tidak mendesak. Dalam prakteknya, freight forwarder dapat bertindak atas nama pengirim barang maupun penerima barang. Kecenderungan pemilik barang melakukan hal tersebut dikarenakan lebih senang berhubungan dengan satu pihak saja, yang akan mengambil alih semua tanggung jawab sejak barang diserahkan di gudang pengirim sampai barang diterima di gudang penerima. Perdagangan internasional menjadi isu hangat terkait logistik beberapa tahun terakhir.
Semakin
banyak
negara
yang
melakukan perdagangan
internasional sehingga membuka peluang besar bagi para penyedia jasa freight forwarder untuk melebarkan cakupan bisnisnya. Namun di sisi lain, perbedaan regulasi antar negara mengenai perdagangan internasional dan perang tarif
2
menimbulkan persaingan yang ketat antar freight forwarder. Perusahaan harus lebih memperhatikan sistem evaluasi kinerja perusahaannya agar tetap dapat bersaing dan dapat mempertahankan kualitas serta kuantitas (pelanggan). Penilaian kinerja perusahaan secara umum menggunakan tolak ukur keuangan seperti ROI (Return On Investment), ROE (Return On Equity), EPS (Earnings Per Share) yang dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Tolak ukur keuangan dapat menceritakan kejadian masa lampau dan dapat digunakan untuk pengukuran kinerja jangka pendek, namun bagi perusahaan yang ingin melakukan investasi jangka panjang informasi yang diberikan tolak ukur keuangan tidak cukup. Sistem pengukuran kinerja yang dapat mengakomodasi kekurangan tersebut adalah Balanced Scorecard (BSC) yang dirancang oleh Kaplan dan Norton (1996). BSC merupakan system pengukuran yang selain menggunakan tolak ukur keuangan, yaitu Financial Perspective, juga menggunakan tolak ukur operasional antara lain Customer Perspective, Internal Business Process Perspective, dan Learning and Growth Perspective. Sejak tahun 2002, manajemen PT. Agility International telah menerapkan BSC sebagai alat perencanan strategi serta sistem pengukuran kinerja. Namun, saat ini sistem pengukuran kinerja dalam ekspor impor udara di PT. Agility International kurang berjalan optimal. Pada PT. Agility International evaluasi kinerja konsisten dilakukan setiap tahun dan tergambar dari ilustrasi di Gambar 2.1. Mayoritas karyawan sudah kompeten (nomor 3) tetapi masih banyak juga yang perlu diperbaiki kinerjanya, terutama pada nomor 2 untuk bisa menambah pengetahuan dan keterampilan agar tercipta team building yang baik.
3
Gambar 1.2 Performance Rating Distribution Sumber : Asha Menon, Agility 2015 Maka dari itu, perlu dikaji lebih mendalam apakah pengukuran kinerja dalam ekspor impor udara dengan BSC yang selama ini dijalankan PT. Agility International sudah tepat. 1.2
Rumusan Masalah Penelitian ini akan mengimplementasikan metode BSC sebagai alat ukur
kinerja dalam ekspor impor udara agar perusahaan bisa tetap bertahap dalam globalisasi ekomoni yang semakin kompetitif. Jadi masalah yang dapat dirumuskan dalam penulisan ini adalah faktor-faktor yang perlu ditingkatkan untuk perbaikan perusahaan dengan melihat perbandingan antara target performance dengan actual performance perusahaan dalam ekspor impor udara dengan BSC.
4
1.3
Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian adalah inisiatif strategik apa yang dapat
meningkatkan faktor-faktor kinerja dalam ekspor impor udara dengan empat perspektif BSC ? 1.4
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merekomendasikan inisiatif
strategik yang dapat meningkatkan kinerja ekspor impor udara pada PT Agility International. 1.5
Manfaat Penelitian Penelitian ini sangat bermanfaat bagi PT. Agility International karena
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk dapat menilai sekaligus mengukur kinerja ekspor impor udara dalam pengambilan keputusan manajemen. 1.6
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dibatasi agar tidak meluas, oleh karena itu
penelitian ini berkaitan dengan ekspor impor udara PT. Agility International di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Penulis membatasi cakupan pengukuran kinerja dalam ekspor dan impor udara pada PT Agility International dengan menggunakan BSC periode Januari sampai dengan Agustus 2015. 1.7
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibagi menjadi 5 bab, yaitu : Bab 1 Pendahuluan
5
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian serta sistematika penelitian. Bab 2 Landasan Teori Bab ini menjelaskan mengenai landasan-landasan teori yang berhubungan dengan kinerja ekspor impor udara menggunakan Balanced Scorecard. Bab 3 Metode Penelitian dan Profil Perusahaan Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian yang meliputi desain penelitian, populasi dan sampel, operasionalisasi variabel penelitian, teknik pengumpulan data, metode analisis data dan profil perusahaan. Bab 4 Pembahasan Bab ini menjelaskan mengenai hasil dan pembahasan penelitian dalam ekspor impor udara. Bab 5 Kesimpulan dan Saran Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran penelitian.
6