BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Audit merupakan suatu proses yang sangat vital dalam dunia bisnis, pemerintahan, dan perekonomian. Boynton dan Johnson (2006) dalam bukunya mengutip Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association mendefinisikan audit sebagai proses yang sistematik yang bertujuan untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif terkait pernyataan tentang tindakan dan
peristiwa ekonomi untuk memastikan derajat kesesuaian antara
pernyataan dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Berdasarkan definisi audit di atas dapat disimpulkan bahwa audit merupakan sebuah proses sistematik yang bertujuan untuk mengevaluasi bukti-bukti transaksi dan menguji efektivitas aliran kas dalam laporan keuangan untuk memberikan tingkat keyakinan kepada pihak-pihak
yang
berkepentingan dari suatu entitas. Boynton dan Johnson (2006) membagi audit menjadi tiga jenis yaitu 1) audit keuangan; 2) audit kepatuhan; 3) audit operasional. Audit keuangan mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti tentang transaksi yang tercatat di laporan keuangan perusahaan.Audit keuangan dilakukan untuk memberikan opini apakah suatu laporan keuangan disajikan secara wajar atau tidak. Audit keuangan dilakukan oleh auditor eksternal yang biasanya memiliki gelar Certified Public Accounting (CPA). Moeller
1
(2009) menyatakan bahwa auditor eksternal disewa dan mendapatkan otoritas untuk mengunjungi suatu entitas dan secara independen meninjau serta melaporkan hasil reviu. Audit kepatuhan merupakan proses mengumpulkan dan mengevaluasi bukti untuk menentukan apakah kegiatan operasional dan keuangan entitas sesuai dengan kondisi, peraturan, dan regulasi pemerintah. Sementara audit operasional merupakan proses mengumpulkan dan mengevaluasi efisiensi dan efektivitas operasional suatu entitas (Boynton dan Johnson, 2006). Kedua jenis audit ini merupakan jenis audit internal yang dilakukan oleh auditor internal. Proses audit internal biasanya dilakukan oleh auditor yang bekerja pada perusahaan tersebut, namun bisa juga perusahaan melakukan outsourcing dari kantor akuntan publik yang menyediakan jasa auditor internal. Auditor internal biasanya menyandang gelar Certified Audit internalor (CIA). Dewasa ini semakin banyak pihak yang semakin mengandalkan peran auditor internal dalam mengembangkan dan menjaga efektivitas sistem pengendalian internal, pengelolaan risiko, dan tata kelola organisasi untuk menghindari krisis serta kegagalan organisasi. Keberadaan auditor internal juga dapat memberikan sumbangan yang besar bagi komisaris, dewan pengawas, direksi, komite audit, pimpinan organisasi/lembaga, serta manajemen senior dalam mentaati kewajiban tersebut dan memberi nilai tambah organisasi. Auditor internal dituntut memiliki pengetahuan yang luas dalam praktik audit internal.Namun demikian, saat ini banyak sekali praktik dan pendekatan audit internal 2
yang beragam dikarenakan beragamnya karakteristik dari tiap negara yang berbeda.Untuk itulah dibutuhkan pengetahuan minimal yang harus dimiliki oleh auditor internal yang tertuang dalam Common Body of Knowledge (CBOK). Moller
(2009)
menyatakan
bahwaCBOK
merupakan
tingkat
minimum
kemampuan yang diperlukan untuk kinerja yang efektif dalam profesi auditor internal. Leung dan Cooper (2009) juga menyatakan bahwa CBOK dibentuk untuk memenuhi pemahaman auditor internal akan praktik audit internal di dunia. Dalam CBOK terdapat informasi tentang standar yang dibuat oleh Institute of Internal Auditor(IIA) sebagai standar kecukupan yang harus dipenuhi oleh auditor internal profesional yang tertuang dalam International Standards for The Professional Practice of Audit internaling (Standards). Untuk menghadapi dunia bisnis global yang semakin beragam diperlukan peningkatan standar dan praktik profesi serta adopsi dari praktik audit internal terbaik di suatu negara.Auditor internal baik yang bekerja di perusahaan lokal maupun multinasional pasti menghadapi tantangan yang terus berkembang. Meskipun terdapat kerangka kerja pengendalian yang berbeda karena lingkungan kerja yang berbeda, namun praktik audit internal harus berdasar dari petunjuk professional dan standar etika yang sama yang dibuat oleh IIA. IIA-Indonesia mengadopsi standar tersebut menjadi Standar Profesi Audit Internal (SPAI) yang standar tersebut digunakan untuk praktik audit internal di Indonesia. Dalam mukadimah SPAI yang dibuat oleh IIA-Indonesia menyebutkan bahwa di Indonesia sendiri keberadaan komite audit internal yang menjalankan fungsi-fungsi 3
audit intern baru diwajibkan untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Bank, Lembaga Pemerintah, dan Perusahaan Publik. Sistem pengendalian internal semakin menjadi tumpuan dalam mewujudkan organisasi yang sehat dan berhasil. Agar dapat mengemban kepercayaan yang semakin besar dan menjalankan peran tersebut dengan baik, auditor internal memerlukan suatu kode etik dan standar yang seragam dan konsisten yang menggambarkan praktik-praktik terbaik audit internal, serta merupakan ukuran kualitas pelaksanaan tugas dan memenuhi tanggungjawab profesinya. Standar-standar yang ada dewasa ini pada umumnya hanya berlaku dalam lingkungan terbatas. Sebagian dari standar tersebut perlu disesuaikan dengan praktikpraktik audit internal yang berkembang saat ini.Maka dari itu dibuatlah Standar Profesi Audit Internal yang memiliki tujuan: 1. Memberikan kerangka dasar yang konsisten untuk mengevaluasi kegiatan dan kinerja satuan audit internal maupun individu auditor internal. 2. Menjadi sarana bagi pemakai jasa dalam memahami peran, ruang lingkup, dan tujuan audit internal. 3. Mendorong peningkatan praktik audit internal dalam organisasi. 4. Memberikan kerangka untuk melaksanakan dan mengembangkan kegiatan audit internal yang memberikan nilai tambah dan meningkatkan kinerja kegiatan operasional organisasi. 5. Menjadi acuan dalam menyusun program pendidikan dan pelatihan bagi auditor internal. 6. Menggambarkan prinsip-prinsip dasar praktik audit internal yang seharusnya. 4
Serangkaian peristiwa dalam dunia bisnis serta berita tentang jatuhnya perekonomian suatu negara menjadikan penerapan praktik good corporate governance (GCG) di segala aspek menjadi sebuah keharusan. GCG sendiri dilakukan untuk
mengatur dan mengendalikan perusahaan sehingga dapat
memberikan nilai tambah untuk semua pemangku kepentingan. Pengimplementasian GCG sangat erat kaitannya dengan kinerja keuangan dalam jangka panjang yang bertumpu pada peranan profesi akuntansi secara umum dan audit internalor secara khusus. Di tengah menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor terkait beberapa kasus jatuhnya perusahaan-perusahaan besar dunia seperti Enron dan WorldCom yang melibatkan integritas profesi auditor independen, auditor internal perusahaan harus bisa melakukan perubahan pola pikirdan keluar dari pemapanan melalui peningkatan peran yang lebih besar dalam penegakkan GCG. PT X Tbk. merupakan salah satu perusahaanindustry komponen otomotif terbesar di Indonesia yang memiliki 33 anak perusahaan yang memproduksi dan mendistribusikan suku cadang kendaraan bermotor kendaraan roda dua maupun roda empat. Pada 31 Desember 2012 PT X Tbk. memiliki 3 divisi perdagangan, 3 divisi pemanufakturan, 13 perusahaan konsolidasi, 17 perusahaan metode ekuitas, dan 2 perusahaan metode kos. Perusahaan juga memiliki 22 kantor penjualan yang tersebar di Jawa dan Bali serta 113 outlet yang tersebar di Jawa, Bali, Sumatra, dan Kalimantan.Sebagai perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia, PT X Tbk. secara konsisten menerapkan Good Corporate Governance (GCG)untuk 5
meningkatkan performa perusahaan.Salah satu langkah nyata dari implementasi tersebut adalah pembentukan divisi audit internal.Keberadaan divisi ini membantu PT X Tbk. untuk mendorong performa perusahaan selaras dengan tujuan organisasi dan juga menambah nilai dari PT X Tbk. karena berupaya mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik. Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu saja sudah selayaknya auditor internal PT X Tbk. bekerja berdasarkan SPAI yang menjadi pedoman secara umum praktik audit internal di Indonesia. Dalam SPAI terdapat Standar kinerja yang menjelaskan sifat dari kegiatan audit internal dan merupakan ukuran kualitas pekerjaan audit. Standar kinerja ini juga memberikan praktik-praktik terbaik pelaksanaan audit mulai dari perencanaan sampai dengan pemantauan tindak lanjut (SPAI, 2004). Standar inilah yang menjadi tolok ukur dari kualitas penilaian efektifitas dan efisiensi struktur pengendalian internal perusahaan dan kualitas auditor internal untuk melakukan praktik yang baik. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian di PT X Tbk. dengan judul “Implementasi Standar Kinerja Audit Internal”.
1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengimplementasian standar kinerja di dalam standar audit internal PT X Tbk.? 2. Apakah kualitas pekerjaan auditor internal PT X Tbk. telah cukup dan memadai berdasarkan standar kinerja?
6
1.3.Batasan Masalah Penulis akan melakukan penelitian ini terbatas pada penilaian kegiatan audit internal dengan kesesuaian standar kinerja yang terdapat dalam SPAI. Ukuran kinerja yang menjadi tolak ukur penilaian hanyalah Standar Profesi Audit Internal yang dikeluarkan oleh IIA-Indonesia. Standar lain yang beredar dan berkembang tidak akan digunakan dalam penelitian ini.
1.4. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Mengevaluasi standar yang digunakan oleh PT XTbk. dalam melakukan praktik audit internal dan menilai apakah dalam standar tersebut terdapat komponen standar kinerja. 2. Mengevaluasi kesesuaian implementasi standar kinerja terhadap kualitas pekerjaan auditor internal di PT X Tbk.
1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut:
7
1. Bagi organisasi Penulis berharap penelitian ini dapat berkontribusi praktis dalam evaluasi praktik kerja audit internal sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja auditor internal di Divisi Pengendalian Internal PT X Tbk. Diharapkan kegiatan audit internal yang selama ini dilakukan dapat meningkat.Penulis juga berharap penelitian ini mampu membantu perusahaan dalam memperbaiki kualitas dan terus menerus mengembangkan standar yang dimilikinya. 2. Bagi IIA Penulis berharap penelitian ini dapat membantu IIA dalam proses pengembangan dan penyempurnakan standar yang selama ini sudah ada sehingga SPAI secara layak dapat menjadi standar yang berlaku secara umum sebagai acuan praktik audit internal di Indonesia. 3. Bagi akademisi Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi referensi sekaligus pembanding penelitian serupa apabila ingin melakukan penelitian tentang implementasi SPAI terhadap proses audit internal.
1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penyusunan penelitian ini akan dilakukan dalam 6 bab yang runtut dan sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut:
8
Bab 1. Pendahuluan Pembahasan dalam bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian , manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini ditujukan sebagai pengantar untuk memahami penelitian yang dilakukan oleh penulis. Bab 2. Landasan Teori Bab ini membahas tinjauan literatur yang digunakan untuk memperkuat teori sebagai dasar dilakukannya penelitian. Bab ini akan menjelaskan konsep dari audit internal, proses audit internal, pentingnya audit internal dalam organisasi, pentingnya standar, dan standar profesional audit internal (SPAI) yang dikeluarkan oleh IIA. Bab 3. Metode Penelitian Pembahasan bab ini meliputi penjelasan tentang metode penelitian yang akan digunakan, sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Bab 4. Gambaran Umum Objek Penelitian Bab ini membahas tentang gambaran umum perusahaan, profil Corporate Audit internal PTX Tbk. serta standar yang digunakan. Bab 5. Pembahasan Bab ini membahas hasil penelitian serta menjawab pertanyaan penelitian secara detail dan komprehensif dengan membandingkan data yang didapat dengan teori di SPAI.
9
Bab 6. Saran dan Kesimpulan Bab terakhir ini memuat kesimpulan yang didapatkan setelah penelitian dilakukan, menyajikan saran-saran, dan keterbatasan penelitian yang nantinya dapat diteruskan oleh peneliti selanjutnya.
10