BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan anak yang berada pada usia sekolah yaitu antara 6-12 tahun (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). FAO mendefinisikan makanan jajanan sebagai makanan dan minuman yang disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di pinggir jalan, tempat umum atau tempat lainnya, yang terlebih dahulu sudah dipersiapkan atau dimasak di tempat produksi, di rumah atau di tempat berjualan. Makanan jajanan dapat berupa minuman atau makanan dengan jenis, rasa, dan warna yang bervariasi dan memikat. Variasi rasa, jenis dan terutama warna yang memikat dan menarik minat anak sekolah untuk membeli makanan jajanan. Sekarang ini, jajan menjadi sebagai kebiasaan anak sepulang sekolah. Kebiasaan orang tua memberikan uang jajan dan tidak menjadikan bekal adalah salah satu alasan terbentuknya kebiasaan jajan pada anak sekolah (BPOM, 2008). Anak sekolah membutuhkan makanan yang cukup secara kuantitas dan kualitas agar memiliki keadaan atau status gizi yang baik (Tampubolon, 2009). Salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia golongan anak sekolah adalah dengan menyediakan makanan jajanan yang bergizi guna memenuhi kebutuhan tubuh selama mengikuti pelajaran di sekolah. Anak sekolah merupakan konsumen makanan yang telah aktif dan mandiri dalam menentukan makanan yang dikehendakinya, baik makanan
1
2
jajanan di sekolah maupun di tempat penjualan lainnya (Almatsier, 2003). Anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan sepertiga waktunya di sekolah. Pada tahap ini, anak mendapat peluang yang lebih banyak untuk memperoleh makanan, terutama yang diperolehnya di luar rumah sebagai makanan jajanan. Mereka memiliki kebebasan untuk menggunakan uang jajan mereka untuk makanan dan minuman sesuai dengan selera mereka sendiri (Depkes, 2006). Kebutuhan energi, asupan makanan yang bergizi juga mempengaruhi perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme otak. Dampak kurang gizi mempengaruhi konsentrasi dan prestasi belajar pada anak, sehingga akan menurunkan kualitas sumber daya manusia di masa depan (Nuryanto, 2008). Dinas Kesehatan Kota Surakarta tahun 2014 menyatakan populasi anak mencapai 35.741 orang. Sejumlah 923 anak (2,59%) mengalami gizi kurang, disebabkan karena faktor ekonomi dan pola asuh orang tua yang tidak memberikan pengawasan pada anaknya untuk mengatur perilaku memilih jajan yang sehat. Penelitian yang dilakukan Rosita (2012) responden berjumlah 120 orang hasil penelitian didapatkan anak mengalami stunting (7,5%) dan wasting (21,66%). Prestasi belajar anak dibawah rata-rata sebesar 30,8%. Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi stunting dan status gizi wasting dengan prestasi belajar siswa. Kesimpulan dalam penelitian ini
3
adalah terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota Padang Panjang. Penelitian dilakukan di SD N 80 Ngoresan Surakarta. Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan didapatkan banyak pedagang kaki lima yang berjualan di tepi jalan yang menjual makanan maupun minuman jajanan, serta siswa memiliki karakteristik sosial ekonomi yang bervariasi. Hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan tanggal 5 Januari 2015 di SD N 80 Ngoresan Surakarta melalui observasi ke lokasi sekolah dan wawancara kepada 10 orang anak SD kelas 4 dan 5, bahwa 4 orang anak mengatakan tidak pernah jajan di lingkungan sekolah karena dibekali makanan dari rumah oleh orang tuanya, 2 orang anak mengatakan sering jajan karena diberi uang saku oleh orang tuanya untuk jajan di sekolah seperti cilok, cireng, chiki, seblak dan minuman-minuman berwarna, 2 orang anak mengatakan suka jajan makanan seperti roti, susu, biskuit, kue dan air mineral karena nasihat orang tuanya agar tidak jajan makanan sembarangan, dan 2 orang anak mengatakan sering jajan di sekolah meskipun sudah dibekali makanan dari rumah oleh orang tuanya dikarenakan mereka melihat dan diajak oleh teman-temannya yang sebagian besar sering jajan di lingkungan sekolah yang beraneka ragam jenis jajanan yang kelihatannya menarik dan ingin mencoba makanan tersebut. Kurangnya pengawasan orang tua dan pengetahuan jajanan sehat pada anak akan berhubungan dengan status gizi, maka perlu dilakukan penelitian
4
tentang pengetahuan jajanan sehat yang dikaitkan dengan status gizi anak khususnya disini pada anak sekolah dasar.
B.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah “apakah ada hubungan antara pengetahuan jajanan sehat dengan status gizi anak ?”
C.
Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan jajanan sehat dengan status gizi anak di SDN 80 Ngoresan Surakarta.
2.
Tujuan Khusus a.
Mengetahui tingkat pengetahuan jajanan sehat anak di SD N 80 Ngoresan Surakarta.
b.
Mengetahui status gizi anak di SD N 80 Ngoresan Surakarta.
c.
Menganalisa hubungan antara pengetahuan jajanan sehat dengan status gizi anak di SD N 80 Ngoresan Surakarta.
5
D.
Manfaat Penelitian 1.
Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada responden akan pentingnya jajanan sehat anak sekolah dasar.
2.
Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pengelola makanan jajanan dari pihak sekolah dalam melakukan intervensi dan pemantauan terhadap penjual makanan jajanan di lingkungan sekolah.
3.
Bagi peneliti Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam pelaksanaan penelitian serta dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya.