BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut bekerja secara profesional. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu profesi adalah suatu keharusan agar profesi tersebut mampu bersaing di dunia usaha sekarang ini. Selain kemampuan dan keahlian khusus, suatu profesi memiliki etika yang merupakan aturan-aturan khusus yang ditaati oleh pihak yang menjalankan profesi tersebut. Etika profesi menjadi kebutuhan yang sangat penting agar pelaksanaan profesi tidak melanggar batas-batas hukum. Semua profesi dituntut untuk berperilaku etis yaitu bertindak sesuai dengan moral dan nilai-nilai berlaku. Apabila etika suatu profesi dilanggar maka terdapat sanksi yang tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh profesi tersebut. Pelaksanaan profesi yang dijalankan berdasarkan etika hasilnya tidak akan merugikan kepentingan umum dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi (Nurlan, 2011). Profesi akuntansi mendapat sorotan yang cukup tajam dari masyarakat. Hal ini seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika yang dilakukan oleh akuntan, baik akuntan publik, akuntan intern perusahaan maupun akuntan pemerintah (Martadi dan Sri, 2006). Salah satu pelanggaran etika yang terjadi di Indonesia adalah laporan keuangan ganda Bank Lippo pada tahun 2002. Kasus Lippo bermula dari adanya
tiga versi laporan keuangan yang ditemukan oleh Bapepam untuk periode 30 September 2002 yang masing-masing berbeda. Laporan yang berbeda itu, pertama, yang diberikan kepada publik atau diiklankan melalui media massa pada 28 November 2002. Kedua, laporan ke BEI pada 27 Desember 2002, dan ketiga, laporan yang disampaikan akuntan publik, dalam hal ini kantor akuntan publik Prasetio, Sarwoko dan Sandjaja dengan auditor Ruchjat Kosasih dan disampaikan kepada manajemen Bank Lippo pada 6 Januari 2003. Dari ketiga versi laporan keuangan tersebut yang benar-benar telah diaudit dan mencantumkan ”opini wajar tanpa pengecualian” adalah laporan yang disampaikan pada 6 Januari 2003. Dimana dalam laporan itu disampaikan adanya penurunan AYDA (Agunan yang Diambil Alih) sebesar Rp 1,42 triliun, total aktiva Rp 22,8 triliun, dan rugi bersih sebesar Rp 1,273 triliun. Untuk laporan keuangan yang diiklankan pada 28 November 2002 ternyata terdapat kelalaian manajemen dengan mencantumkan kata audit. Padahal laporan tersebut belum diaudit, dimana angka yang tercatat pada saat diiklankan adalah AYDA sebesar Rp 2,933 triliun, aktiva sebesar Rp 24,185 triliun, dan laba bersih tercatat Rp 98,77 miliar. Oleh karena itu, BAPEPAM menjatuhkan sanksi denda kepada jajaran direksi PT Bank Lippo Tbk. sebesar Rp 2,5 miliar, karena pencantuman kata ”diaudit” dan ”opini wajar tanpa pengecualian” di laporan keuangan 30 September 2002 yang dipublikasikan pada 28 Nopember 2002, dan juga menjatuhkan sanksi denda sebesar Rp 3,5 juta kepada Ruchjat Kosasih selaku partner kantor akuntan publik (KAP) Prasetio, Sarwoko & Sandjaja karena keterlambatan penyampaian informasi penting mengenai penurunan AYDA Bank Lippo selama 35 hari.
Seharusnya pelanggaran tersebut tidak terjadi jika setiap akuntan dan calon akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan dapat menerapkan etika profesi secara memadai dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang akuntan yang profesional. Dengan sikap akuntan yang profesional maka akan mampu menghadapi tekanan yang muncul dari dirinya sendiri ataupun dari pihak eksternal. Etika profesi bagi praktik akuntansi di Indonesia disebut dengan istilah Kode Etik Akuntan dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia beranggotakan auditor dari berbagai tipe (auditor independen dan auditor intern), akuntan manajemen, akuntan pendidik, serta akuntan sektor publik. Kode etik yang dikeluarkan oleh IAI tidak hanya mengatur anggotanya yang berpraktik sebagai akuntan publik, namun mengatur perilaku semua anggotanya dalam berbagai tipe profesi auditor dan profesi akuntan lain. Kode Etik Akuntan (www.iaiglobal.or.id) dimaksud sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggungjawab profesionalnya. Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggungjawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian, yaitu prinsip etika, aturan etika, dan interpretasi aturan etika. Berdasarkan sumber www.iaiglobal.or.id, Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika,
yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan
yang dibentuk
oleh Himpunan setelah
memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan aturan etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Dengan adanya akuntan yang beretika dan bermoral tinggi diharapkan tujuan dari laporan keuangan dapat tercapai, yaitu: a. Memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi (PSAK No.1 Tahun 2012). b. Menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (PSAK No.1 Tahun 2012). Menurut PSAK 1 (2012), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Suatu laporan keuangan yang lengkap terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif. Informasi yang tercantum dalam laporan keuangan merupakan tanggung jawab pihak manajemen sehingga laporan keuangan harus disusun dan disajikan
secara wajar dan tepat waktu. Laporan keuangan merupakan media yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan bagi pengguna internal dan eksternal laporan keuangan. Akuntansi pada dasarnya merupakan proses untuk mencatat transaksi dan menyusun laporan keuangan, yaitu informasi mengenai aktiva, kewajiban, perubahan aktiva dan utang, serta aktivitas operasional, pendanaan, dan investasi suatu perusahaan. Laporan keuangan harus dapat dipercaya oleh penggunanya sebab informasi ini dipakai untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba di masa depan. Untuk itu, laporan keuangan harus disusun dengan menggunakan metode dan prosedur akuntansi yang telah diakui, diterima, dan dipahami oleh semua pihak yang akan menggunakan informasi ini. Menurut Sulistyanto (2008), ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar laporan keuangan dapat diakui dan diterima serta merupakan informasi yang berkualitas. Laporan keuangan dinilai sebagai informasi yang berkualitas apabila menyajikan informasi yang relevan, netral, lengkap (komprehensif), serta mempunyai daya banding. Agar dapat memenuhi syarat ini maka seluruh informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus disusun dengan menggunakan standar akuntansi yang berlaku secara umum. Proses penyusunan laporan keuangan di Indonesia didasarkan atas Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Standar Akuntansi Keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparansi tersebut. Standar Akuntansi Keuangan dapat diibaratkan sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktisi bisnis yang sebenarnya.
Pendidikan akuntansi S-1 di Indonesia bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang beretika
dan
bermoral
tinggi.
Berbagai
upaya
dilakukan
untuk
memperkenalkan nilai-nilai profesi dan etika akuntan kepada mahasiswa (Yulianti dan Fitriany, 2005). Etika seorang akuntan seharusnya dibentuk dan dipelajari dimulai pada saat mereka duduk di dalam dunia pendidikan. Program pendidikan S-1 akuntansi sebaiknya memberikan kerangka nilai, etika, dan sikap profesional untuk melatih judgement profesional calon akuntan sehingga dapat bertindak secara etis ditengah kepentingan profesi dan masyarakat. Persepsi perlu diteliti karena sebagai gambaran pemahaman terhadap kode etik profesi. Dengan pengetahuan, pemahaman, kemauan yang lebih untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dapat mengurangi berbagai pelanggaran etika (Ludigdo 1999 dalam Arisetyawan, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Yulianti dan Fitriany (2005) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara mahasiswa akuntansi dan non akuntansi terhadap manajemen laba dan cost-benefit pengungkapan informasi dalam laporan keuangan, dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kecenderungan misstate, masalah pengungkapan informasi (disclosure), dan tanggungjawab terhadap pengguna laporan keuangan (responsibility) antara mahasiswa akuntansi dan non akuntansi. Penelitian yang dilakukan oleh Prajitno (2006) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan publik, akuntan perusahaan, dan akuntan pendidik terhadap etika bisnis dan etika profesi akuntan.
Arisetyawan (2010) dalam penelitiannya mengenai etika profesi memperoleh yang memperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi dan auditor terhadap kode etik akuntan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dan auditor mengenai etika profesi akuntan dan persepsi auditor KAP Big Four dan Non Big Four terhadap etika penyusunan laporan keuangan. Penelitian mengenai etika profesi akuntan ini dilakukan karena profesi akuntan aktivitasnya tidak terlepas dari aktivitas bisnis yang menuntut mereka untuk bekerja secara profesional sehingga harus memahami dan menerapkan etika profesinya dalam bisnis. Penelitian ini juga dilakukan kepada mahasiswa akuntansi karena mereka adalah calon akuntan yang seharusnya terlebih dulu dibekali pengetahuan mengenai etika sehingga kelak bisa bekerja secara profesional berlandaskan etika profesi. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Yulianti dan Fitriany (2005). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah: 1.
Objek penelitian sebelumnya adalah mahasiswa akuntansi dan mahasiswa non akuntansi, tetapi dalam penelitian ini objek penelitian adalah mahasiswa akuntansi dan auditor dengan adanya penambahan variabel etika profesi yang mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Prajitno (2006). Kemudian, perbedaan yang lain adalah tahun penelitian ini adalah tahun 2012, tetapi pada penelitian sebelumnya pada tahun 2005 dan 2006. Penambahan variabel etika profesi berdasarkan alasan bahwa aktivitas profesi akuntan tidak
terlepas dari aktivitas bisnis yang menuntut mereka untuk bekerja secara profesional sehingga harus memahami dan menerapkan etika profesi akuntan. 2.
Cakupan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang diambil pada penelitian ini adalah KAP di wilayah Jakarta dan Tangerang, termasuk KAP the Big Four dan KAP non Big Four, yaitu KAP Suganda Akna Suhri dan Rekan dan KAP Joachim Sulistyo dan Rekan.
3.
Universitas yang menjadi objek penelitian adalah Universitas di wilayah Jakarta, Depok, dan Tangerang yang telah terakreditasi A dan telah menempuh mata kuliah Auditing 1, baik negeri maupun swasta, yaitu Universitas Indonesia, Universitas Tarumanegara, Universitas Pelita Harapan, STAN, dan Universitas Trisakti. Atas dasar uraian yang telah dikemukakan, maka dilakukan penelitian dengan
judul “Studi Komparasi Persepsi Mahasiswa Akuntansi dan Auditor Terhadap Etika Profesi Akuntan dan Auditor Big Four dan Non Big Four Terhadap Etika Penyusunan Laporan Keuangan”.
1.2
Batasan Masalah
Obyek penelitian yang ditentukan adalah mahasiswa akuntansi di Universitas di wilayah Jakarta, Depok, dan Tangerang yang telah terakreditasi A, baik negeri maupun swasta, yang sedang atau telah mengambil mata kuliah Auditing 1 dan Auditor kantor akuntan publik big four dan non big four di Jakarta dan Tangerang pada tahun 2012.
Dari ketiga bagian kode etik akuntan, penelitian ini memfokuskan hanya pada bagian prinsip etika profesi dengan masalah tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis. Etika penyusunan laporan keuangan dibatasi pada masalah salah saji, pengungkapan informasi, cost-benefit pengungkapan informasi, dan tanggungjawab terhadap pengguna laporan keuangan.
1.3
Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.3.1 Apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi dan auditor terhadap etika profesi? 1.3.2 Apakah terdapat perbedaan persepsi antara auditor Big Four dan Non Big Four terhadap etika penyusunan laporan keuangan?
1.4
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1.4.1 Memperoleh bukti empiris berkaitan dengan persepsi mahasiswa akuntansi dan auditor terhadap Etika Profesi. 1.4.2 Memperoleh bukti empiris berkaitan dengan persepsi auditor Big Four dan Non Big Four terhadap etika penyusunan laporan keuangan?
1.5
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1.5.1
IAI Memberikan masukan kepada IAI untuk mengetahui seberapa jauh kode etik telah diterapkan oleh profesi akuntan sehingga secara umum dapat diketahui perilaku akuntan dan dapat memberikan
citra
profesi
yang
baik
serta
kemahiran
profesionalnya dalam memberikan jasa kepada masyarakat. 1.5.2
Pemakai jasa profesi akuntan Membantu meningkatkan kepercayaan pemakai jasa profesi terhadap profesi akuntan sebagaimana yang mereka harapkan.
1.5.3
Pihak akademis dan pihak lain Memberikan masukan kepada akademis dan pihak-pihak lain dalam mendiskusikan dan meneliti masalah kode etik akuntan dan etika penyusunan laporan keuangan.
1.5.4
Mahasiswa
akuntansi
yang
sedang
duduk
di
bangku
perkuliahan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan serta pengetahuan mengenai etika profesi akuntan dan dapat menyiapkan mental agar dapat berupaya maksimal untuk meningkatkan kinerja di Kantor Akuntan Publik. 1.5.5 Peneliti lainnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan referensi tambahan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
1.6
Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu: BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan laporan penelitian.
BAB II
: TELAAH LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Dalam bab ini dibahas mengenai penjelasan tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, yaitu etika profesi akuntan dan etika penyusunan laporan keuangan. Bab ini juga menguraikan hasil dari penelitian sebelumnya, serta perumusan hipotesis.
BAB III
: METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, metodologi penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, dan teknik analisis data.
BAB IV
: ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini dibahas mengenai hasil dari penelitian yang diteliti, dengan menganalisa dari data yang diperoleh dan yang telah diuji. Alat uji yang digunakan adalah uji kualitas data, yang termasuk di
dalamnya uji validitas, reliabilitas, dan normalitas, serta uji hipotesis yang dilakukan adalah Independent Sample T-Test. BAB V
: SIMPULAN DAN SARAN Bab ini membahas mengenai uraian simpulan, keterbatasan, dan saran yang didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan.