BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Para investor menanam modal dengan tujuan untuk memperoleh manfaat atau hasil dari penanaman modalnya di masa yang akan datang. Modal dari para investor ini dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Ada berbagai macam alternatif penanaman modal atau investasi yang dapat dilakukan oleh investor, salah satu alternatif yang ditawarkan perusahaan dalam pasar modal adalah obligasi. Obligasi atau surat hutang pada umumnya diterbitkan oleh perusahaan yang membutuhkan dana baik untuk ekspansi bisnisnya atau memenuhi kebutuhan keuangan perusahaan dalam jangka pendek atau jangka panjang. Obligasi bagi investor merupakan media investasi alternatif diluar deposito bank, sedangkan bagi emiten obligasi ini merupakan media sumber dana diluar kredit perbankan (Raharja dan Maylia, 2008:213). Sebelum obligasi dikeluarkan oleh perusahaan, akan dilakukan proses pengujian terhadap obligasi dimana di Indonesia dilakukan oleh Bapepam-LK selaku pengawas pasar modal dan dilakukan pengujian peringkat (rating) obligasi oleh agen pemeringkat obligasi (rating agency). Agen pemeringkat obligasi adalah lembaga independen yang memberikan informasi pemeringkatan skala risiko, dimana salah satunya adalah sekuritas obligasi sebagai petunjuk sejauh mana keamananan suatu obligasi bagi investor. Proses rating sebuah obligasi
1
2
membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua bulan. Beberapa
lembaga
pemeringkat yang ada di dunia misalnya Moody’s Investor Service, Standard & Poor’s Corporation, Duff & Phelps, Fitch Investor Service, dll (Hasnawati dan Dirja, 2008:256). Sejak tahun 1995, surat utang khususnya yang diterbitkan melalui penawaran umum wajib untuk diperingkat oleh lembaga pemeringkat yang terdaftar di Bapepam. Di Indonesia terdapat dua agen pemeringkat obligasi, yakni PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT Kasnic Credit Rating Indonesia. Namun pada penelitian ini lebih mengacu pada hasil rating yang dilakukan oleh PT PEFINDO. Peringkat obligasi diperbarui secara
reguler
untuk mencerminkan
perubahan signifikan dari kinerja keuangan dan bisnis perusahaan. Perubahan peringkat memiliki pengaruh signifikan pada aktivitas investasi dan pendanaan masa depan perusahaan serta profil resiko kinerja masa depannya. Oleh karena ada pengaruh yang signifikan, maka investor akan menyesuaikan strategi investasi mereka sesuai dengan perubahan peringkat (Magreta dan Nurmayanti, 2009). Masalah peringkat obligasi suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui dan diungkapkan, agar para investor dapat mengambil tindakan selanjutnya dan pertimbangan keputusan yang tepat untuk menanamkan modalnya sehingga terhindar dari risiko gagal bayar. Selain itu, peringkat obligasi juga menjadi tuntutan penting bagi perusahaan, dimana peringkat obligasi dapat
3
menjamin keamanan dan ketepatan waktu pembayaran pokok dan bunga utang obligasinya. Akan tetapi, dari suatu fenomena peringkat obligasi dimana beberapa emiten mengalami gagal bayar yang kebetulan memiliki peringkat layak investasi (investment-grade) menimbulkan suatu pertanyaan apakah peringkat obligasi yang dinilai oleh agen pemeringkat di Indonesia akurat. Seperti pada tahun 2009, obligasi gagal bayar (default risk) terjadi pada perusahaan yang cukup populer bagi masyarakat. PT Mobile-8 Telecom Tbk yang menerbitkan Bond 1 Year 2007, telah gagal bayar 2 kali untuk kupon 15 Maret 2009 dan 15 Juni 2009 dengan obligasi senilai Rp 675 Miliar yang jatuh tempo Maret 2012 (Kompas, 9 Februari 2010). Per Juni 2008 dan 2009, peringkat obligasi PT Mobile-8 Telecom Tbk pada Indonesian Bond Market Directory adalah
idBBB+.
Per Juni 2010,
peringkatnya diturunkan menjadi idD.(Kompas dalam Estiyanti dan Yasa, 2012) Menurut Chan dan Jagadeesh (dalam Estiyanti dan Yasa, 2012), salah satu alasan mengapa peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat tersebut bias karena agen pemeringkat tidak melakukan monitor terhadap kinerja perusahaan setiap hari. Agen pemeringkat hanya dapat menilai setelah terjadinya suatu peristiwa yang menyebabkan perubahan peringkat sehingga menyebabkan para pelaku pasar lebih memperhatikan informasi yang dimiliki perusahan secara langsung sebagai dasar keputusan investasi obligasi. Para agen pemeringkat menggunakan berbagai faktor untuk menilai dan memberikan peringkat kepada obligasi perusahaan. Salah satu faktor yang digunakan oleh agen pemeringkat adalah informasi akuntansi yang tersedia. Informasi ini diberikan dalam bentuk
4
laporan keuangan perusahaan. Menurut Altman (dalam Sejati, 2010), bagian dari laporan keuangan yang mendapatkan perhatian paling besar untuk digunakan dalam memprediksi peringkat obligasi adalah likuiditas, proftabilitas,ukuran perusahan (size) dan pertumbuhan perusahaan (growth). Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Hal tersebut dikarenakan aktiva lancar yang dimiliki mampu melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan. Kemampuan pelunasan kewajiban jangka pendek perusahaan secara tidak langsung berpengaruh pada kewajiban jangka panjang yang baik (pelunasan obligasi). Burton et al (dalam Sejati, 2010) menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara financial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi. Susilowati dan Sumarto (2010) menyatakan bahwa semakin besarnya likuiditas akan berpengaruh terhadap semakin tingginya peringkat obligasi. Hal ini sesuai dengan Burton et al (dalam Sejati, 2010) yang mengungkapkan bahwa variabel likuiditas yang diukur dengan rasio lancar mempunyai pengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi. Akan tetapi, Magreta dan Nurmayanti (2009) mendapatkan bahwa likuiditas yang diukur dengan current ratio tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hal ini didukung oleh Sejati (2010) serta Estiyanti dan Yasa (2012) yang juga menemukan bahwa likuiditas tidak berpegaruh terhadap peringkat obligasi. Rasio proftabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Menurut
5
Kamstra dkk. (dalam Sejati, 2010), rasio proftabilitas yang diukur dengan Return On Assets (ROA) mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan laba karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Ketika laba perusahaan tinggi maka akan memberikan peringkat obligasi yang tinggi pula. Penelitian tentang pengaruh profitabilitas terhadap peringkat obligasi salah satunya dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap peringkat obligasi. Hal ini berbeda dengan penelitian Sejati (2010), Susilowati dan Sumarto (2010) serta Sari, dkk (2011) yang menyatakan bahwa hasil penelitian variabel profitabilitas tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Dalam mengevaluasi apakah ada hubungannya antara pertumbuhan suatu perusahaan dengan peringkat obligasi yang diterbitkan, variabel pertumbuhan perusahaan (growth) dapat dijadikan ukuran untuk menunjukkannya. Sejati (2010) menyebutkan bahwa perusahaan penerbit obligasi yang memiliki growth tinggi dari tahun ke tahun pada bisnisnya, memiliki kemungkinan lebih besar untuk memperoleh peringkat obligasi yang lebih tinggi daripada perusahaan penerbit obligasi yang memiliki pertumbuhan yang rendah. Hasil ini sejalan dengan penelitian Andry (2005). Sedangkan dalam penelitian Sari, dkk (2011) serta penelitian Ikhsan, dkk (2012) menyebutkan bahwa pertumbuhan perusahaan (growth) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Hasil penelitian Kamstra dkk. (dalam Sejati, 2010) menunjukkan bahwa faktor- faktor kuantitatif hanya dapat digunakan untuk memprediksi peringkat
6
obligasi secara tepat sekitar 78%. Oleh karena itu, selain faktor-faktor keuangan, terdapat faktor-faktor non keuangan yang turut dipertimbangkan
mengenai
keterangan tentang obligasi yang terdapat dalam prospektus, seperti jaminan (secure), umur obligasi (maturity), dan reputasi auditor yang juga dapat digunakan untuk mempengaruhi prediksi peringkat obligasi. Tingkat resiko yang terkandung dalam sebuah obligasi dipengaruhi oleh jaminan. Berdasarkan obligasi tersebut, obligasi dibedakan atas obligasi yang dijamin dan tidak dijamin. Menurut Andry (2005) debenture atau unsecured bond adalah suatu obligasi yang tidak dijamin dengan kekayaan tertentu tetapi dengan kekayaan penerbitnya secara umum. Sedangkan corporate bond mempunyai klaim umum atas aset bisnis dari perusahaan, asset penjamin obligasi memegang prioritas klaim yang paling tinggi atas aset spesifik dari penerbit. Apabila obligasi dijamin dengan asset yang bernilai tinggi, maka ratingpun akan membaik. Penelitian yang dilakukan Magreta dan Nurmayanti (2009) serta Sari, dkk (2011) menemukan hasil bahwa jaminan (secure) berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap peringkat obligasi. Lain halnya dengan penelitian Andry (2005) dan penelitian Estiyanti dan Yasa (2012) yang mengatakan bahwa jaminan (secure) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Brigham dan Houston (2009:373) menyatakan bahwa umur obligasi berpengaruh pada peringkat obligasi. Umur obligasi (maturity) adalah jangka waktu sejak diterbitkannya obligasi sampai dengan tanggal jatuh tempo obligasi. Menurut Andry (2005), obligasi dengan umur obligasi yang lebih pendek
7
mempunyai resiko yang lebih kecil. Sehingga perusahaan yang rating obligasinya tinggi menggunakan umur obligasi yang lebih pendek daripada perusahaan yang menggunakan umur obligasi lebih lama. Penelitian yang sejalan dengan hasil penelitian Andry (2005) salah satunya adalah penelitian Sari, dkk (2011). Sedangkan dalam penelitian Magreta dan Nurmayanti (2009), Susilowati dan Sumarto (2010), Estiyanti dan Yasa (2012), serta Ikhsan, dkk(2012) menyebutkan bahwa umur (maturity) tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi kinerja perusahaan kepada publik agar akurat dan terpercaya diminta untuk menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP). Untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan, perusahaan menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan KAP yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku universal yang dikenal dengan The Big FourWorldwide Accounting Firm. Almilia dan Devi (2007) berpendapat bahwa dengan reputasi auditor yang baik maka akan memberikan hasil audit yang dapat dipercaya. Sementara itu emiten yang di audit oleh The Big Four akan mempunyai obligasi yang investment grade. Karena semakin tinggi reputasi maka semakin tinggi pula tingkat kepastian suatu perusahaan sehingga semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan. Penelitian tentang pengaruh reputasi auditor terhadap peringkat obligasi menghasilkan berbagai hasil penelitian yang berbeda. Menurut Magreta dan Nurmayanti (2009), Sejati (2011) serta Ikhsan, dkk (2012) menyatakan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Berbeda dengan
8
penelitian yang dilakukan Andry (2005), dan Sari, dkk (2011) menemukan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan reputasi auditor terhadap peringkat obligasi. Adanya perbedaan hasil penelitian-penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk
melakukan
verifikasi
ulang
atas keterkaitan hubungan likuiditas,
profitabilitas, ukuran perusahaan (size), pertumbuhan perusahaan (growth), jaminan (secure), umur obligasi (maturity), dan reputasi auditor dengan periode sampel yang berbeda. Sampel yang digunakan adalah perusahaan non keuangan (telekomunikasi, konstruksi, properti, makanan dan minuman, pulp and paper, dan lain sebagainya) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menerbitkan obligasi serta diperingkat oleh PT PEFINDO periode tahun 2009 hingga tahun 2012. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Pengaruh Faktor Keuangan Dan Non Keuangan Pada Peringkat Obligasi di Bursa Efek Indonesia”. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.
Apakah faktor keuangan yaitu likuiditas, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan (growth) mempunyai pengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan non keuangan ?
9
2.
Apakah faktor non keuangan yaitu jaminan (secure), umur obligasi (maturity), dan reputasi auditor mempunyai pengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi pada perusahaan non keuangan ?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1.
Pengaruh faktor keuangan yaitu likuiditas, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan (growth) terhadap peringkat obligasi pada perusahaan non keuangan
2.
Pengaruh faktor non keuangan yaitu jaminan (secure), umur obligasi (maturity), dan reputasi auditor terhadap peringkat obligasi pada perusahaan non keuangan.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian menjelaskan kontribusi atau manfaat yang diharapkan dari penelitian, dengan mengkategorikan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu : 1. Kontribusi Praktis a. Bagi Investor Obligasi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bahkan panduan untuk berinvestasi di instrumen obligasi perusahaan non keuangan. b. Bagi Perusahaan Non Keuangan Penerbit Obligasi
10
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi peringkat obligasi yang dijualnya di pasar modal. 2. Kontribusi Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi menambah wawasan dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi dan dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain sebagai acuan atau pertimbangan dalam mengadakan suatu penelitian yang berkaitan dengan materi dalam penelitian ini. 3. Kontribusi Kebijakan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi regulator dalam menetapkan kebijakan atau regulasi-regulasi berikutnya dalam rangka meningkatkan penilaian kualitas suatu obligasi. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), laporan peringkat obligasi yang disampaikan oleh PT PEFINDO melalui Indonesian Bond Market Directory (IBMD). Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peringkat obligasi, likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan (growth), jaminan (secure), umur obligasi (maturity), dan reputasi auditor. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah perusahaan non keuangan yang mengeluarkan obligasi dan diperingkat oleh PT PEFINDO
11
periode tahun 2009 hingga tahun 2012. Peneliti memilih sektor non keuangan karena merupakan sektor yang paling dominan di Indonesia dan paling banyak terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).