BAB ~1
3.1. Lokasi Kajian. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja di terminal AKAP Mayang Terurai kota Pekanbaru. Alasan pemilihan lokasi kajian pada terminal AKAP Mayang Terurai adalah : a
Terminal AKAP Mayang Terurai merupakan terminal satu-satunya di kota Pekanbaru terletak di jalan Nangka. Dari sisi transportasi maupun tata ruang kota pada saat ini dianggap sudah tidak sesuai lagi dimana arus lalu lintas di sekitar terminal sudah terlalu padat dan kapasitas terminal sudah tidak lagi mampu menampung kebutuhan transportasi. Pengusaha angkutan banyak yang tidak memanfaatkan fasilitas terminal sebagai sarana pemberangkatan ataupun kedatangan bis dimana mereka menganggap bahwa fasilitas terminal yang ada saat ini tidak mampu lagi memberikan rasa nyaman baik untuk perpindahan orang maupun barang dan ditambah lagi lokasi parkir kendaraan yang tidak beraturan. Tidak termanfaatkannya lahan kosong di belakang dan banyak tanah milik terminal telah dibangun kios-kios pasar, sehingga menjadi tempat penumpukan pembuangan sampah.
3.2.Sasaran Kajian.
Sasaran kajian adalah pemerintah kota Pekanbaru khususnya Dinas Perhubungan dan pengusaha angkutan yang ada di lokasi terminal Mayang Terurai maupun di luar lokasi di sepanjang pertokoan jalan Nangka. Prioritas
kajian adalah dinas-dinas yang terkait di dalam proses pembuatan kebijakankebijakan pengelolaan dan pengoperasian terminal. Jurnlah sasaran kajian adalah 145 usaha angkutan yang terdiri dari 94 usaha angkutan AKAP, 21 usaha
angkutan AKDP, dan 30 usaha angkutan lainnya yang terdiri dari usaha kendaraan pribadi dan travel serta lainnya. Kesemua perusahaan angkutan ini berada di dalam terminal maupun di luar terminal di sepanjang jalan dari dan ke terminal Mayang Terurai yaitu jalan Nangka. Untuk mencapai tujuan kajian seperti diungkapkan terdahulu
maka
metode yang akan digunakan adalah metode kajian survey. Kajian juga menganalisis rencana pengembangan pembangunan
terminal (AKAP) di
Pekanbaru diharapkan dapat memberikan masukan untuk penilaian pembangunan investasi, terhadap barang publik. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif analitis, yaitu metode menginterpretasikan data-data yang diperoleh dengan fakta-fakta yang tampak pada waktu penelitian sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang obyek yang diteliti. Data yang diperoleh selama penelitian akan diolah, dianalisa dan diambil kesimpulan lebih lanjut dengan dasar teori yang telah dipelajari.
3.3. Metode Pengumpulan dan Sumber Data. Metode yang digunakan untuk kajian adalah metode survey, dengan menggunakan alat pengumpul data primer berupa angket, wawancara dengan pengusaha, wawancara dengan masyarakat, pengemudi, pedagang dan pegawai perhubungan Kota Pekanbaru. Pertanyaan dalam angket berbentuk tertutup (berstruktur). Keseluruhan pertanyaan yang diajukan berintikan kepada fasilitas-
fasilitas yang terdapat di terminal Mayang Terurai kota Pekanbaru. Terdapat 2 bagian pertanyaan sebagai berikut : 1. Fasilitas utama terminal Mayang Terurai.
2. Fasilitas penunjang terminal Mayang Terurai. Datar primer terdiri atas pertanyaan pada aspek fasilitas utama terminal Mayang Terurai menyangkut pintu jalur pemberangkatan terminal, jalur kedatangan, tempat parkir bus, loket penjualan karcis, rambu-rambu dan papan informasi serta tempat parkir kendaraan pengantar/taxi. Pertanyaan pada aspek fasilitas penunjang terminal adalah menyangkut kondisi kamar kecil/toilet, kondisi musholla, kioskantin terminal, ruang pengobatan, mang informasi dan sarana komunikasi telepon umum. Pertanyaan selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran I. Data sekunder diperlukan untuk mengetahui situasi dan kondisi makro wilayah kajian dan makro terminal bus Mayang Terurai di Pekanbaru khususnya di sepanjang Jalan Nangka. Data diperoleh dari Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, Pemda Pekanbaru, dan BPS kota Pekanbaru.
Data Primer.
Pengamatan : 1. Fasilitas Utama terminal Mayang Terurai terdiri dari : Jalur pemberangkatan Jalur kedatangan Tempat penjualan karcis Ruang parkir kendaraan (bus)
kendaraan di dalam terminal sangat dipengaruhi oleh karakteristik kendaraan dan pengoperasiannya. Dalam ha1 ini waktu tunggu kendaraan di terminal dan headway merupakan parameter utama yang hams ditetapkan. Pendekatan yang dapat digunakan adalah (Dirjen Perhubungan Darat, 1995) : FPKi
= JKi
x SRPi
Jki
= Wti /
Wti
=1/6xWpi
Hi
Keterangan : FPki = Fasilitas parkir kendaraan untuk moda i (m2) = Jumlah kendaraan Moda i Jki = Waktu tunggu kendaraan i terminal (menit) Wti Hi = headway kendaraan i (menit) = Waktu perjalanan kendaraan i (menit) Wpi SRpi = Satuan ruang parkir kendaraan i (kend/m2)
>
Waktu tunggu (Wti) adalah waktu yang dipergunakan selama kendaraan tersebut berada dalam terminal yang dimulai saat kedatangan sampai keberangkatan kendaraan tersebut. Waktu tunggu ini meliputi waktu kendaraan bersirkulasi di dalam terminal, melayani penumpang dan saat parkir dalam terminal.
>
Jumlah kendaraan (Jki) selalu berbanding lurus dengan nilai waktu tunggu kendaraan (Wti) dan berbanding terbalik dengan nilai headway kendaraan (Hi) dalam suatu moda transportasi. Artinya, bila nilai waktu tunggu (Wti) semakin besar maka jumlah kendaraan (Jki) semakin banyak juga, begitu pula sebaliknya. Dan apabila nilai headway (Hi) semakin besar maka jumlah kendaraan (Jki) semakin kecil, begitu sebaliknya. Hal ini berpengaruh kepada kebutuhan luasan parkir kendaraan yang ada dalam terminal.
P Menurut Undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan raya 1992, peraturan pemerintah no. 44 tahun 93 tentang kendaraan dan pengemudi pada pasal240 ayat (I), (2), (3), dan (4) disebutkan : (1) Untuk menjamin keselamatan lalu-lintas dan angkutan di jalan, perusahaan angkutan wajib mematuhi ketentuan mengenai waktu kerja dan waktu istirahat bagi pengemudi kendaraan umum.
(2) Waktu kerja bagi pengemudi kendaraan umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah 8 (delapan)jam sehari.
(3) Pengemudi kendaraan urnum setelah mengemudikan kendaraan selama 4 (empat) jam berturut-turut, harus diberikan istirahat sekurang-kurangnya setengah jam. (4) Dalarn hal-ha1 tertentu pengemudi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat diperkerjakan menyimpang dari waktu kerja 8 (delapan) jam sehari, tetapi tidak boleh lebih dari 12 (dua belas) sehari termasuk istirahat 1 (satu) jam. Dalarn rumusan di atas disebutkan angka 116 (seperenam) adalah merupakan faktor koreksi untuk suatu waktu perjalanan (Wpi) dalam menghitung waktu tunggu (Wti) yang merupakan waktu istirahat bagi pengemudi dengan sekurang-kurangnya 118 (seperdelapan) waktu perjalanan. 2. Fasilitas penunjang terminal Mayang Terurai terdiri dari : Kondisi kamar kecivtoilet Kondisi musholla Kios kantin
Ruang pengobatan Ruang informasi Telepon umum
Data Sekunder Diperoleh dari Dinas Perhubungan : 1. Kondisi existing terminal Mayang Terurai.
2. Jurnlah pengusaha angkutan di terminal. 3. Denah rencana pengembangan terminal Mayang Terurai.
4. Fungsi keruangan ( RUTK ) kawasan segitiga emas.
3.4 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel adalah secara sengaja di mana jumlah masingmasing kelompok ditetapkan secara proporsional. Adapun yang dimaksud dengan proporsional sampel adalah pengambilan sampel untuk masing-masing jenis angkutan disesuaikan pada proporsinya, sedangkan random sampling adalah sampel diambil secara acak (Arikunto, 1998). Sampel penelitian diambil sebanyak 30 pengusaha angkutan yang menggunakan jasa terminal Mayang Terurai. Hal ini
dilakukan mengingat karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya dalam penelitian yang tidak memungkinkan meneliti seluruh sasaran kajian, maka dilakukan penyampelan yang bisa mewakili yaitu sekitar 20% dari jumlah sasaran kajian. Menurut pendapat Arikunto (1998) yang menyatakan bahwa apabila jumlah subjek kurang dari seratus, lebih baik diambil seluruhnya, besar dari seratus dapat diambil sampelnya sepuluh sampai lima belas persen atau dua puluh
sampai dua puluh lima persen. Sampel yang diambil kemudian dibagi menjadi 3 kelompok usaha angkutan yaitu : Kelompok I
: Pengusaha AKAP yang melayani 64 trayek sebanyak 94
perusahaan, dengan armada bus 129 kendaraan, sampel 19 perusahaan. KelompokII
: Pengusaha AKDP yang melayani 37 trayek sebanyak 21
perusahaan, dengan armada bus 348 kendaraan, sampel 5 perusahaan. Kelompok I11 : DK dan taksi yang melayani semua jurusan dalam kota maupun luar kota adalah sebanyak 30 perusahaan dengan armada 4 15 kendaraan, sampel6 perusahaan. Alasan pengelompokkan sampel penelitian menjadi 3 kelompok adalah untuk lebih mengoptimalkan hasil penelitian. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan pengusaha angkutan, perbedaan yang paling mudah diamati diantara pengusaha adalah perbedaan trayek angkutan masing-masing pengusaha. Dengan membagi 3 kelompok sarnpel dan menentukan secara acak sebanyak 30 pengusaha angkutan sebagai responden, berdasarkan jurusan trayek angkutan, maka sasaran kajian yang ada di terminal Mayang Terurai diperkirakan dapat mewakili sebagai responden penelitian. Penelitian dengan metode survei ini dilaksanakan selama dua bulan, mulai dari tahap persiapan, pengumpulan data dan pengolahan data penelitian. Penyebaran angket dilaksanakan secara serentak di terminal Mayang Terurai dan pool-pool bus yang ada di sekitar jalan Nangka. Penyebaran angket dimulai dengan memberikan terlebih dahulu penjelasan ringkas tentang maksud dan tujuan
angket penelitian dan cara pengisian angket pada masing-masing pengusaha angkutan. Daftar pertanyaan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.5. Teknik Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan, diolah dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk menganalisis data tersebut digunakan mean (rata-rata). Adapun prosedur analisis data dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Verifikasi data, yaitu angket yang telah dikembalikan dicek kebenarannya dan kelengkapannya. Dari 30 buah angket yang disebarkan kepada responden dikembalikan dalam keadaan benar dan lengkap serta seluruh butir pertanyaan di jawab oleh responden tanpa ada yang tidak di isi. 2. Memberikan skor masing-masing alternatif jawaban yaitu Baik (B) Kurang Baik (KB) = 2, dan Tidak Baik (TB)
=
=
3,
1. Hal ini sesuai dengan
pendapat Arikunto (1998: 142) yang menyatakan bahwa Skala Likert biasanya menggunakan lima tingkatan. Peneliti dapat membuat variabel dengan menyingkat menjadi tiga tingkatan. Pernyataan angket, peneliti ubah untuk menyesuaikan pada data yang akan diambil dengan kriteria : 1) Tidak Baik (TB), 2) Kurang Baik (KB), dan 3) Baik (B). 3. Klasifikasi dan tabulasi data, yaitu mengelompokkan data yang telah diverifikasi ke dalam tabel. 4. Menghitung rata-rata dengan menggunakan rumus mean :
-
X = nilai rata-rata CX = Jumlah skor N = Jumlah Responden (Arikunto, 1998:371-372)
5. Mendeskripsikan dan membahas data yang telah diolah dalam tabel. 6. Menentukan
kualifikasi
menggunakan skala
1
standar - 3,
terminal
dimana 1
= tidak
Mayang
Terurai
dengan
baik sebagai terminal tipe A,
2 = kurang baik sebagai terminal tipe A, dan 3 = baik sebagai terminal tipe A.