Edisi Januari-April 2009
L S C M NEWSLETTER
D I S T R I B U T I O N
Guest Profile:
Adam H. Yusuf
Research in Brief Penyelesaian Petrol Station Replenishment Problem dengan Time Windows Penentuan Kebijakan Pembelian Returnable Package Baru dalam Reverse Logistic dengan Mempertimbangkan Rotation Time
LSCM Event Kunjungan ke PT. ECCO Launching Swing Club Half Day Workshop and Soft-Launching of ConsLoad
Edisi Keempat, September 2008
Redaksional SALAM REDAKSI
DEWAN REDAKSI Penanggung Jawab : Dr. Ir. Sri Gunani Partiwi, MT (Ketua Jurusan Teknik Industri ITS)
Pimpinan Redaksi : Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, M.Eng., Ph.D Wakil Pimpinan Redaksi : Dr.Eng.,Ir. Ahmad Rusdiansyah M.Eng. Redaktur Pelaksana : Aprilia Ekawati Utami, ST Reina Angkiriwang, ST Pelaksana Teknis : Widha Kusuma N, ST Irwan Setyawan, ST Arief Syaiful, ST Nicko Rizaldy Imron, ST Nadya Ramadhani, ST Agung Puguh R Anita Puspa
Pembaca yang terhormat, Newsletter persembahan dari Laboratorium Logistics & Supply Chain Management (LSCM) Jurusan Teknik Industri kali ini akan mengetengahkan isu-isu terbaru mengenai penelitian-penelitian di bidang SCM dan logistik serta event-event yang diselenggarakan oleh Lab LSCM selama empat bulan terakhir ini. Topik yang kami angkat kali ini adalah mengenai ”Sustainable Supply Chain Management”. Untuk ke depannya, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sekalian untuk memperbaiki kualitas newsletter ini. Selain itu, kami juga mengharapkan partisipasi pembaca sekalian untuk memberikan sumbangsih melalui karya tulis ataupun informasi mengenai isu-isu terbaru seputar Logistik dan SCM, sehingga dapat memperkaya content dari newsletter ini ke depannya. Selamat menikmati sajian newsletter ini, dan mudah-mudahan dapat menjadi media sharing knowledge untuk kita semua. Redaksi
Penyunting & Tata Letak : Hendriyono Rachman Sandi Paulus, ST Alamat Redaksi : Gedung Teknik Industri - ITS Sukolilo, Surabaya Telp : 031-5939361 e-mail :
[email protected]
Kritik & Saran
yth., Lab Logistics & SCM admin Saya ingin menanyakan, benefit apa yang dapat saya dapatkan dengan mendaftar keanggotaan di lab Anda Bernardo******
[email protected]
Newsletter ini sangat bermanfaat bagi saya. Apakah saya bisa mendapat edisi pertama dari newsletter ini dan Newsletter ini terbit tiap berapa bulan Ill_*****@yahoo.com
Setelah menjadi member dari Lab L&SCM, akan memperoleh benefit seperti: 1. Dapat newsletter secara berkala 2. Informasi-informasi untuk kegiatan tertentu seperti gathering, seminar, dan pelatihan
Kami dapat mengirimkan newsletter edisi lama apabila ada permintaan dari masing-masing pembaca. Untuk diketahui newsletter ini terbit 4 bulan sekali
Edisi Keempat, September 2008
Daftar Isi Research in Brief : Sustainable Supply Chain Management Foreword
3
Mendesain Green Supply Chain Sebuah konsep dasar
5
Pendekatan Simulasi Untuk Implementasi Lean Operations Distribution center produk jadi di PT. X
23
Guest Article : Supply Chain Risk Management In - brief review
7
LSCM Event : Operations and Supply Chain Management Practice conference 2008
10
Technowork 2008 Technopreneurship Workshop 2008
12
In - House Training PT. Badak NGL Batch #1 dan Batch #2
13
Study Tour Manajemen Logistik PT. Terminal Petikemas Surabaya Seminar Intelligence Transportation System Intelegensi pada sistem transportasi Certification for Supply Chain Professionals Study Club
15 17 18
LSCM News: Pengukuhan Prof. Nyoman Pujawan
19
Kuliah Tamu Supply Chain Management bersama Prof. Wisner
20
Perjalanan Bersama Prof. Wisner
20
Berita Penelitian LSCM
22
Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa
26
LSCM Publications
27
LSCM
2
Edisi kelima, Januari 2009
Research in Brief Penyelesaian Petrol Station Replenishment Problem dengan Time Windows Disadur oleh : Agung Puguh Rahardjo Asisten Lab Logistics & Supply Chain Management Cornillier, F. dkk. 2007. The petrol station replenishment problem with time windows. Computer & Operation Research 36 (2009) 919-935.
Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM), terutama jenis premium, hingga Selasa sore (06-012009) masih banyak dijumpai di beberapa daerah di Jawa Timur, kendati Pertamina telah memberikan kemudahan pembayaran terhadap sejumlah pengelola Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum/SPBU (www.antara.co.id). Permasalahan diatas seringkali terjadi di Indonesia, dengan review jurnal ini penulis berharap dapat memberikan sedikit kontribusi dalam penyelesaian permasalahan tersebut. Jurnal ini memiliki tujuan bagaimana mengoptimalkan pengiriman BBM dan meningkatkan pendapatan dengan cara menentukan kuantitas, rute pengiriman, dan penjadwalan armada truk yang efektif. Jurnal ini merupakan aplikasi terhadap permasalahan riil yang terjadi di Amerika Utara, dengan formula matematis dan metode heuristik untuk memecahkan permasalahan tersebut didapatkan penurunan total jarak sebesar 20% dari keadaan sebelumnya.
Formulasi yang digunakan pada jurnal ini adalah sebagai berikut : Ø = biaya pengiriman regular per jam. Ø' = biaya pengiriman overtime per jam. = waktu awal keberangkatan truk untuk rute r. = waktu kedatangan truk untuk rute r. = durasi waktu minimum untuk rute r (termasuk waktu tunggu jika ada). a sr = bernilai 1 apabila stasiun s dilalui rute r. = keuntungan yang didapat oleh truk k pada rute r. Parameter ini bernilai - ∞ apabila truk k tidak dapat beroperasi. xrkv = bernilai 1 hanya bila rute r sesuai dengan kunjungan v oleh truk k. dkv = waktu keberangkatan truk k pada kunjungan v. Sedangkan asumsi yang digunakan pada jurnal ini adalah sebagai berikut: 1. Hanya satu hari kerja yang diperhatikan. 2. Kapasitas armada truknya heterogen dan terbatas. 3. Masing-masing stasiun hanya boleh dikunjungi satu kali. 4. Kunjungan lebih dari satu dapat dibebankan pada truk yang sama. 5. Masing-masing stasiun mempunyai time windows. 6. Waktu tunggu (waiting time) antar stasiun diperbolehkan. 7. Waktu kerja regular dan overtime terbatas. 8. Biaya pengiriman regular dan overtime diketahui dan konstan. 9. Hanya waktu kerja efektif yang diperhitungkan. 10.Pembayaran disesuaikan dengan jumlah kapasitas pengiriman. 11.Waktu pengiriman, waktu pelayanan dan waktu loading diketahui. Metode heuristik yang digunakan untuk L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
Research in Brief menyelesaikan kasus diatas terdiri atas dua fase, yaitu arc preselection dengan menggunakan metode nearest neighbour dan minimum spanning trees. Fase ini bertujuan untuk mengurangi jumlah rute sehingga didapatkan rute yang feasible, sedangkan fase kedua adalah route preselection dengan menggunakan metode algoritma branch and bound. Fase ini bertujuan untuk mendapatkan kandidat rute lokal optimum. Kandidat tersebut akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan global. Ilustrasi penyelesaian metode heuristik dapat dilihat pada gambar 1. Gambar a merupakan keadaan awal, gambar b dan
c merupakan iterasi dalam pencarian rute
Tabel 1 Keutungan Dibandingkan dengan Jarak Tempuh
Demikian review dari penulis, mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca. Beberapa percobaan pada penelitian ini dapat diakses pada website : http://www.fsa.ulaval.ca/personnel/renaudj/Recherche/PSR PTW. Sumber: Cornillier, F. dkk. 2007. The petrol station replenishment problem with time windows. Computer & Operation Research 36 (2009) 919-935. http://www.antara.co.id/arc/2009/1/7/kelangkaan-bbmmasih-terjadi-di-jatim-dan-aksi-ambil-untung/
opti mum, sedangkan gambar d menunjukkan hasil rute optimum yang dapat meminimasi biaya pengiriman Hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1, dengan menggunakan beberapa data berikut: ! Biaya pengiriman per jam : $ 15 ! Biaya overtime per jam : $ 30 ! Biaya variabel pengiriman per kilometer : $ 1.7 ! Kecepatan rata-rata : 60 km/jam ! Waktu loading : 15 menit ! Waktu pengiriman : 30 menit ! Jam kerja : 9 jam/hari ! Waktu maintenance : 3 jam/hari
L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
Research in Brief Penentuan Kebijakan Pembelian Returnable Package Baru dalam Reverse Logistics dengan Mempertimbangkan Stochastic Rotation Time Disadur oleh : Sudiana Wirasambada Asisten Lab Logistics & Supply Chain Management Rahmawati, N. 2008 Penentuan Kebijakan Pembelian Returnable Package Baru dalam Reverse Logistics dengan Mempertimbangkan Stochastic Rotation Time Tugas Akhir Mahasiswa S1 Teknik Industri Institut teknologi Sepuluh Nopember
Biaya material merupakan salah satu biaya yang dipertimbangkan dalam proses produksi suatu perusahaan. Berdasarkan pertimbangan biaya tersebut, banyak perusahaan saat ini yang menaruh perhatian pada aktivitas recovery. Aktivitas recovery ini sendiri merupakan aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan untuk mendapatkan kembali material dari produk yang masih dapat dimanfaatkan. Proses daur ulang kertas atau daur ulang barang elektronik merupakan contoh aktivitas recovery yang sering kita jumpai. Aktivitas recovery merupakan aktivitas yang menguntungkan bagi perusahaan karena memberikan keuntungan dalam biaya material dan biaya pembuangan (disposal). Akan tetapi, aktivitas recovery juga memiliki ketidakpastian yang tinggi dari segi waktu, kuantitas, dan kualitas dari material. PT. X adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang water and beverage. Dalam proses distribusi produknya, PT. X memiliki beberapa level mulai dari pabrik hingga retailer. PT. X memiliki produk yang bersifat returnable atau lebih tepatnya perusahaan ini memiliki kemasan produk berupa returnable package, yang memiliki aliran reverse logistics yang berasal dari konsumen ke pabrik. Pada aliran returnable package, terdapat lead time atau rotation time yaitu waktu antara returnable package didistribusikan dari pabrik hingga kembali ke pabrik. Ketidakpastian rentang waktu rotation time menjadi masalah dalam aliran returnable package. Selain itu, adanya product return yang tidak kembali karena tertahan atau mengalami kerusakan dalam aliran reverse logistics menambah ketidakpastian dalam perputaran returnable package. Masalah ini menyebabkan perusahaan tidak dapat menentukan berapa jumlah returnable package yang kembali ke pabrik tiap periode. Permasalahan utama yang muncul pada perusahaan adalah bagaimana kebijakan perusahaan dalam menentukan jumlah pembelian returnable package baru dari supplier. Kelebihan pembelian maupun kekurangan pembelian akan memiliki efek yang sama pada perusahaan dalam hal biaya produksi dan service level yang tidak terpenuhi. Dalam penelitian mengenai kebijakan pembelian returnable package baru ini, asumsi yang
digunakan adalah returnable package yang kembali ke pabrik dapat langsung digunakan dalam proses produksi serta supplier selalu dapat memenuhi permintaan returnable package berapapun jumlahnya. Batasan dalam penelitian ini yaitu penelitian dilakukan pada salah satu plant di PT X dan rotation time yang dimasukkan dalam perhitungan adalah hingga 90 hari. Permasalahan tersebut mengandung ketidakpastian, yang tergolong ke dalam permasalahan stokastik. Oleh karena itu, penyelesaian permasalahan ini akan berhubungan dengan pengembangan program yang disebut stochastic constraint programming. Pada permasalahan ini, akan didefinisikan terlebih dahulu variabel-variabel yang akan digunakan antara lain: a. EP (empty returnable package) yaitu jumlah empty package yang kembali ke pabrik. b. FP (full returnable package) yaitu jumlah returnable package yang didistribusikan ke distributor oleh pabrik. c. FPSIAP yaitu jumlah inventory akhir full returnable package setelah produksi. d. Inventory FP yaitu jumlah inventory awal full returnable package di gudang yang merupakan sisa pendistribusian. e. Losses merupakan jumlah returnable package yang tidak kembali ke pabrik. f. Rotation time merupakan selang waktu antara pengiriman full returnable package dari pabrik hingga empty returnable package menuju pabrik. g. Produksi aktual yang merupakan jumlah full returnable package yang diproduksi tiap periode. h. Reject rate yaitu jumlah cacat yang terjadi di proses produksi. i. Cacat tolakan yaitu jumlah empty returnable package cacat yang dikembalikan oleh distributor. j. Prosentase pengiriman yang merupakan jumlah relatif pengiriman full returnable package terhadap empty returnable package. Fungsi tujuan pada permasalahan ini adalah meminimumkan jumlah galon baru (X). Pembelian akan dilakukan ketika jumlah EP pada suatu periode kurang dari
L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
Research in Brief periode berikutnya ditambahkan dengan anticipation stock sebesar 33000. Hal tersebut dapat ditulis sebagai berikut.
Konstrain yang digunakan dalam formulasi ini antara lain: 1. Konstrain galon kosong (EP) yang datang tiap periode. Konstrain ini dipengaruhi faktor stokastik, yaitu peluang rotation time sebesar n hari.
2. Konstrain galon isi (FP) yang dikirim tiap periode. Konstrain ini tergantung jumlah EP yang dikirimkan distributor dengan mempertimbangkan FP.
3. Konstrain jumlah total inventory FP (FPSIAP) di pabrik tiap periode.
4. Konstrain inventory FP tiap periode di gudang.
Nilai X t harus ³ 0 sehingga jika jumlah EP sudah melebihi kebutuhan tiap periode, maka tidak dilakukan pembelian. Jika digambarkan dalam influence diagram, formulasi perhitungan tersebut ditunjukkan pada Gambar 1. Pengujian terhadap rotation time dilakukan dengan menggunakan simulasi monte carlo untuk melakukan model perhitungan penentuan jumlah pembelian returnable package baru. Hasil perhitungan simulasi EP dan FP kemudian dibandingkan dengan sistem sebenarnya. Hasil dari perbandingan tersebut dapat dilihat dari Gambar 1.
Dari Grafik 1 dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap sistem sebenarnya. Langkah berikutnya yang dilakukan adalah melihat sensitivitas perhitungan untuk mengetahui perubahanperubahan jumlah kedatangan EP jika dilakukan perubahan pada tiga parameternya yaitu jumlah produksi, nilai % pengiriman (allowance) dan rotation time untuk perputaran EP. Berdasarkan analisa sensitivitas ini, dapat dilihat performa dari stabilitas kedatangan EP, kondisi inventory di gudang, dan jumlah pembelian returnable package baru dari supplier. Dari hasil analisa sensitivitas didapatkan bahwa penurunan rata-rata rotation time memberikan performa lebih baik pada stabilitas kedatangan dan prosentase pengiriman. Hal tersebut memberikan performa yang baik pula terhadap pembelian returnable package yang baru. Penurunan rata-rata rotation time menjadi 30 hari serta prosentase pengiriman sebesar 4% dan 5% memberikan kombinasi yang bagus untuk meningkatkan performa. Dengan kombinasi rotation time 30 hari dan prosentase pengiriman sebesar 4%, didapatkan rata-rata inventory terkecil. Sedangkan, kombinasi rotation time 30 hari dengan prosentase pengiriman 5% memberika nilai standar deviasi kedatangan dan jumlah pembelian baru yang terkecil. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perubahan pada nilai rata-rata rotation time dan prosentase pengiriman akan memberi pengaruh positif bagi performa sistem.
L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
PT. ECCO Indonesia: Supply Chain and Distribution Ditulis oleh : Agung Puguh Raharjo, dkk. Asisten Lab Logistics & Supply Chain Management
PT ECCO merupakan perusahaan penghasil sepatu dengan kantor pusat yang berada di Denmark, dengan unit produksi yang tersebar di beberapa negara, antara lain Portugal, Indonesia, Thailand, Slovakia, dan China. Kantor pusat perusahaan yang memiliki slogan "designed to move you" ini berfungsi dalam hal perencanaan supply chain, yang meliputi R&D, sales dan marketing. Pangsa pasar utama produk sepatu PT ECCO ini antara lain Eropa, United State (US), Rusia, China, Kanada, dan Jepang.
sepatu yang dibuat harus sama seperti yang diminta oleh HQ. Akan tetapi, untuk menyediakan bahan bakunya, PT. ECCO
PT ECCO Indonesia berdiri pada tahun 1990, didirikan berdasarkan kesepakatan antara Toosbuy dan Santoso. Pada tahun 1996, 95 % saham PT ECCO Indonesia diambil alih oleh PT ECCO pusat dan pada tahun Indonesia diberi kewenangan untuk memilih sendiri pemasoknya.
Proses Distribusi
2002, 100% saham dimiliki oleh PT ECCO pusat. PT ECCO Indonesia memproduksi sepatu kulit dengan kategori upper shoe dan finish shoe. Kapasitas produksi upper shoe sebanyak 6,5 juta pasang per tahun dengan jam kerja 2 shifts / 6 hari / minggu. Kapasitas produksi tersebut dapat mencukupi 40% kebutuhan upper shoe untuk grup ECCO. Kapasitas produksi finish shoe sebesar 3,9 juta pasang sepatu/tahun dengan jam kerja 3 shifts/6 hari/minggu dan 4 buah mesin injeksi sole. PT ECCO Indonesia dibangun diatas tanah seluas 118.500 m2 dengan jumlah karyawan sebanyak 5.180 orang, turnover sebesar EUR 91.000.000 per tahun dan total aset EUR 50.000.000.
Proses distribusi produk pada PT ECCO Indonesia diatur oleh departemen Production and Distribution Centre (PDC). Produk finish shoe yang masuk harus di-scanning terlebih dahulu sebelum disimpan di rak sesuai dengan kode yang tercantum. Ketika order datang, produk sepatu yang ada di dalam rak akan dipindahkan ke tempat khusus untuk dicek apakah sesuai dengan requirement, selanjutnya dilakukan proses scanning untuk kedua kalinya. Proses scanning ketika produk masuk dan keluar dilakukan untuk memonitor turn over produk. Gambaran aliran proses yang terdapat di departemen PDC dapat dilihat secara jelas pada gambar denah berikut:
Pemetaan Proses Supply Chain Gambaran proses supply chain yang terdapat pada PT. ECCO secara umum tampak pada Gambar 1. Pesanan yang didapat oleh PT. ECCO Indonesia berasal dari Head Quarter (HQ) atau kantor pusat yang terletak di Denmark. Pesanan ini berupa model sepatu yang harus dibuat, warna, ukuran, beserta kuantitas masing-masing. Spesifikasi L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009 Keterangan: 1. Ruang pengecekan produk masuk serta penginputan data produk masuk dengan cara scanning barcode 2. Rak penyimpanan produk 3. Ruang untuk penempatan produk yang akan dikirim 4. Ruang untuk memberikan packaging sebelum produk dikirim serta penginputan data produk keluar dengan cara scanning barcode Produk yang telah dipackage akan dikirim ke beberapa negara melalui jalur distribusi pengiriman yang diilustrasikan pada Gambar 4.
Bisnis Inti Dan Pendukung Dari Supply Chain (CIMOSA) Proses produksi yang dilakukan oleh PT ECCO merupakan sebuah kesatuan bisnis inti, dimana komponenkomponen tersebut saling terkait satu sama lainnya, sehingga apabila ada salah satu komponen yang terganggu akan menyebabkan komponen yang lain akan terganggu pula. Seperti keberadaan industri lainnya, PT ECCO
Indonesia juga mempunyai sebuah bagan bisnis inti atau yang lebih dikenal dengan CIMOSA seperti yang diilustrasikan pada Gambar 5.
L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
PENGEMBANGAN ALGORITMA HEURISTIK : Penyelesaian Dynamic Pick Up and Delivery Problem WIth Time Windows (DPUDPTW) Untuk Penyedia Jasa City Courier Disarikan oleh : Ratih Ardiasari, ST. Asisten Lab Logistics & Supply Chain Management
Pada perusahaan penyedia layanan jasa kurir dalam kota, customer meminta pelayanan jemput (pick up) dan antar (delivery). Saat ini isu yang berkembang pada penyedia jasa City-Courier adalah isu dinamis yang memiliki arti bahwa permintaan mengenai pick-up dan delivery dengan time window tertentu tidak hanya dapat terjadi sebelum kendaraan berjalan (offline) namun juga dapat terjadi setelah kendaraan sudah memulai rutenya (on line). Permintaan yang bersifat dinamis menyebabkan penjadwalan rute kendaraan akan menjadi dinamis pula. Penjadwalan rute bisa saja berubah akibat adanya permintaan baru. Permasalahan ini dikenal sebagai Dynamic Pickup and Delivery Problem with Time Windows(DPDPTW). Penelitian ini mencoba untuk mengembangkan algoritma heuristik untuk penyelesaian permasalahan dinamis pada City-Courier dengan dua tahap algoritma yaitu Tabu search dan Insertion Heuristic. Selanjutnya, pada algoritma yang dikembangkan ini dilakukan percobaan numerik untuk mengetahui keefektifannya. Permasalahan Statis Permasalahan jasa City-Courier dapat dinotasikan sebagai berikut : P : Himpunan lokasi Pick Up P : Himpunan lokasi Delivery P : Himpunan lokasi pemberhentian dimana P = P+ P0 : Lokasi depot Po : Po = P{0} Ck : Kapasitas maksimum kendaraan Ci : Kapasitas yang akan diangkut di lokasi i P+ : Kapasitas kumulatif kendaraan k ei : Early Time Windows pada i Pli : Latest Time Windows pada i Peo : Depot Early start time lo : Depot Latest end time si : Service Time pada i P M : Himpunan kendaraan k : Indeks kendaraan dimana k M n : Jumlah requests n+I : Notasi pasangan lokasi delivery dari lokasi pick up pada request i Ai : Arrival time pada lokasi iP STW : Pelanggaran terhadap time windows
: Total Travel Time dari k M : Maximum route pada depot : Total Travel Time kumulatif hingga I P : Departure Time pada lokasi i P : merupakan bilangan binari 0 dan 1. 1 menunjukkan adanya aliran dari node i ke j oleh kendaraan k dan 0 sebaliknya. Tk To Ti Di
Pada penelitian ini fungsi operational cost merupakan total travel time dari setiap rute yang ada dan customer satisfaction adalah total pelanggaran yang dilakukan terhadap latest time windows. Adapun total pelanggaran terhadap time windows (STW) dapat dihitung sebagai berikut :
Berdasarkan penjelasan diatas, maka fungsi objektif dapat disusun sebagai berikut:
Constraint-constraint persamaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Time Windows Constraint Aj = Di + tij iÎ Po, jÎPDj = Max (Aj,ej) + sj i Î P, jÎ PAj ≤ lj jÎPb. Multicomodity Constraint
L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009 c. Route and Schedule Comptability
d. Pairing Constraint
e. Precedence Constraintf. Route and Capacity Comptability
f. Capacity Constraint
g. Maximum Route
Permasalahan Dinamis Pada kasus DPDPTW penjadwalan dan penentuan rute kendaraan bersifat dinamis dan berdasarkan pada real time information sehingga ketika ada informasi baru, penentuan rute yang baru harus dilakukan. Pengembangan Algoritma Dalam pengembangan Algoritma ini dibedakan menjadi dua tahap yaitu Offline Request (permasalahan statis) dan Online Request (permasalahan dinamis) . Pengembangan dimulai dari permasalahan statis dengan menggunakan teknik insertion heuristic untuk Tour Construction dan kemudian dilakukan improvement dengan menggunakan Tabu Search. Sedangkan pada tahap dinamis, jika terdapat request baru maka dilakukan update terhadap rute. 1. Algoritma Permasalahan Statis Tahap Initial Solution Pada tahap initial solution ini digunakan insertion heuristic untuk Tour Construction. Adapun prosedur insertion dilakukan dengan cara menginsertkan lokasi pick up terlebih dahulu hingga didapatkan lokasi yang feasible dengan biaya yang minimum. Adapun syarat bahwa insertion lokasi pick up dikatakan feasible yakni memenuhi Capacity Constraint dan Maximum Route. Tahap selanjutnya adalah menginsertkan lokasi delivery hingga didapatkan lokasi yang feasible dengan biaya yang minimum. Adapun syarat bahwa insertion lokasi delivery dikatakan feasible apabila memenuhi
Precedence Constraint, dimana lokasi delivery hanya dapat ditempatkan pada lokasi setelah node Pick up nya, Time windows constraint, dan Maximum Route 1. Tahap Improvement Pada tahap improvement ini digunakan metode metaheuristic Tabu Search. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membangun algoritma Tabu Search ini adalah Solution space, membangun Struktur Neighborhood, mendefinisikan Tabu List dan Tabu Tenure serta Stopping Criterion. 2. Algoritma Permasalahan Dinamis Kedinamisan pada DPDPTW City-Courier dan Time slot. Penelitian ini mencoba untuk memperkecil degree of dynamism dari permasalahan city courier. Ide dasar yang diterapkan adalah dengan cara membagi periode rute menjadi beberapa slot waktu. Time slot ini digunakan sebagai tanda kapan harus dilakukannya update route akibat adanya permintaan baru (online request). Pertimbangan-pertimbangan akibat adanya Time slot Setelah penjelasan mengenai time slot, maka selanjutnya dapat dibangun algoritma permasalahan dinamis untuk City-Courier. Hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut: 1. Permintaan yang sudah dilayani pada time slot-time slot sebelumnya. 2. Posisi kendaraan harus dicermati. Posisi kendaraan ini akan menentukan dimana saja request baru dapat dimasukkan kedalam rute. 3 . J i k a re q u e s t m e l e b i h i b a t a s m a k s i m u m diperbolehkannya kendaraan beroperasi (maximum route), maka harus ada kendaraan baru yang menangani permintaan baru tersebut. Membangun Algoritma Heuristik untuk penyelesaian Dynamic Pick up and Delivery with Time windows Adapun langkah-langkah pengembangan algoritma untuk permasalahan city courier ini adalah sebagai berikut : 1. Tentukan periode time slot 2. Identifikasi time slot. Bila ada permintaan baru maka kumpulkan permintaanpermintaan baru tersebut untuk kemudian di tugaskan kedalam rute pada time slot berikutnya. Rute yang dimaksud dapat berupa rute yang sudah ada sebelumnya, maupun rute yang benar-benar baru dibuat karena rute yang sudah ada sebelumnya tidak dapat melayani request yang baru. Bila tidak ada permintaan baru maka lanjutkan rute yang sebelumnya hingga bertemu waktu time slot berikutnya. 3. Penugasan permintaan baru dilakukan dengan menggunakan prosedur insertion heuristic yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya dengan memperhatikan posisiposisi yang mungkin untuk dilakukan insertion. L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
4. Lakukan improvement dengan menggunakan tabu search terhadap rute-rute yang telah dibentuk. Dalam membangun solusi neighborhood tabu search pada permasalahan dinamis berbeda dengan permasalahan statis. Pada tabu search permasalahan dinamis swapping atau pertukaran request harus memperhatikan posisi pasangan node pick up dan delivery. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan pasangan node terpisah satu sama lain karena adanya perbedaan kedudukan pada time slot. Untuk permintaan-permintaan yang masuk dalam kategori in, pada saat membangun struktur neighborhood tidak dilakukan swapping.
sebagai berikut : 1. Telah dilakukan pengembangan algoritma heuristik untuk Dynamic Pick Up and Delivery Problem with Time Windows untuk penyedia jasa City-Courier 2. Telah dilakukan pengembangan algoritma heuristik yang mampu melakukan penugasan kendaraan terhadap request baru dan juga meminimasi cost akibat adanya tambahan request baru 3. Terdapat hubungan berbanding lurus antara banyaknya time slot dengan computational time. 4. Tidak ada hubungan antara banyaknya time slot dan total cost
Percobaan Numerik Data set yang digunakan pada penelitan ini adalah Solomon's VRP benchmark data yang selanjutnya dimodifikasi oleh Pankratz untuk permasalahan DPDPTW. Problem instance ini bisa dilihat dan didownload dari d i r e c t o r y : a l a m a t / f t p dir/pub/fachb/wiwi/winf/forschng/dpdptw. Adapun hasil percobaannya dapat dilihat dalam bentuk grafik pada Gambar 1 dan 2.
Dari gambar 1 dapat dilihat semakin tinggi DOD semakin tinggi pula computational time. Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa didapatkan grafik yang tidak beraturan sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara total cost dan time slot. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
Edisi kelima, Januari 2009
Edisi kelima, Januari 2009
Soft Launching : SWING Club Ditulis oleh : Paramitha Setyaningrum Asisten Lab Logistics & Supply Chain Management
Pada tanggal 13 November 2008 lalu, laboratorium LSCM mengadakan soft launching kegiatan Swing (Student Writing) Club, yang merupakan salah satu program kerja divisi Knowledge Development. Adapun tujuan dari acara ini adalah sebagai wadah bagi para mahasiswa yang ingin belajar menulis jurnal atau karya ilmiah yang berkaitan dengan core competence dari Lab LSCM, yaitu seputar isu logistik dan supply chain management. Soft launching SWING ini juga sekaligus sebagai ajang knowledge sharing dari beberapa dosen peer group lab LSCM yang wellexperienced dalam penulisan jurnal berstandar Internasional, yaitu Prof. I Nyoman Pujawan dan Dr. Ahmad Rusdiansyah. Sesuai dengan core competence lab LSCM, arah penulisan nantinya akan dibagi ke dalam 3 stream utama, yaitu SCM, TDL (Transportation, Distribution & Logistics), dan Teknologi Informasi untuk SCM. Acara ini disambut cukup baik oleh para mahasiswa Teknik Industri ITS. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta yang ikut, yaitu sekitar 35 mahasiswa, yang terdiri dari mahasiswa S1 dan S2.
Pertama, acara dibuka oleh Prof. I Nyoman Pujawan selaku Kepala Lab LSCM. Beliau juga memberikan materi dan memberi contoh tentang penulisan jurnal yang benar. Selain itu, beliau juga memberikan beberapa contoh kesalahan yang sering dilakukan dalam penulisan jurnal. Selanjutnya, Dr. Ahmad Rusdiansyah memberikan guideline untuk
mendapatkan ide topik penelitian. Pada hari itu, peserta diberi gambaran mengenai program SWING dan tujuan dari program ini, serta dosen-dosen yang akan menjadi pembimbing dalam pembuatan karya tulisan tersebut.
Pada pertemuan kedua, para asisten lab LSCM membagi peserta menjadi beberapa kelompok dengan topik yang sama. Setelah dibagi menjadi beberapa kelompok, tugas dari para peserta adalah membuat tulisan sesuai dengan topik yang dipilih. Saat ini para peserta sudah mulai mencari judul untuk jurnal yang akan ditulis. Untuk selanjutnya, program ini akan dilakukan secara rutin setiap 2 minggu sekali. Tiap minggunya, para peserta diminta memberikan progress report dari tulisan yang sudah dikerjakan untuk direview para asisten lab LSCM. Karya tulis yang telah dibuat pada akhirnya akan dilombakan untuk dipilih sebagai karya tulis terbaik. Berdasarkan respon dari peserta, program ini akan sangat menarik untuk diikuti. Selain menambah pengetahuan tentang penulisan jurnal atau karya ilmiah yang benar, mahasiswa juga dapat menambah pengetahuan tentang ilmu yang ada di bidang logistik dan Supply Chain Management. Hal ini sejalan dengan salah satu misi lab LSCM, yaitu menghasilkan penelitian-penelitian yang berkualitas tinggi dan memiliki kontribusi terhadap ilmu pengetahuan maupun dunia praktis. L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
Technowork 2.1 Ubiquitos: Technology, Social Network, and Business Opportunity Penulis: Wahyu Budi Leksono, ST Mahasiswa S2 Teknik Industri ITS
Di tahun kedua ini Technowork hadir lagi di awal tahun 2009, tepatnya 4 Februari 2009, dengan mengusung tema ”Ubiquitous : Tecnology,Social Network, and business opportunity”. Acara Technowork 2.1 yang disponsori oleh Telkom ini diadakan di gedung rektorat ITS lantai 3. Acara ini di buka oleh direktur program pasca sarjana ITS, Prof. Soeparno dan Ir. Arief Rahman Msc sebagai Ketua Panitia Technowork 2.1. Selain itu, acara yang dihadiri oleh sekitar 160 peserta dari mahasiswa ITS, mahasiswa luar ITS serta masyarakat umum dan praktisi. ini juga dimeriahkan dengan mini techno expo yang menampilkan hasil karya para technopreneur dan penelitian aplikatif dari kampus ITS.
Topik pertama acara ini dibuka oleh Dr. M. Zalfany Urfianto dari NXP Semiconductors, Eindhoven, The Netherlands. Beliau berbicara tentang Perkembangan Teknologi Ubiquitous (Computing) & Peluang Bisnis. “Perkembangan teknologi dapat membantu meningkatkan kualitas hidup manusia”, menurut doktor lulusan Tokyo Institute of Technology, Tokyo, Jepang. Beliau juga menambahkan melalui ubiquitous, teknologi bisa menjadi peluang bisnis. Tak lupa beliau juga memutarkan film minority report yang dibintangi Tom Cruise, berkisah tentang masa depan yang serba maju, segala sesuatu di hubungkan oleh komputer, mengilustrasikan seperti apa teknologi Ubiquitous jika sudah diterapkan seluruhnya. Pembicara kedua, penggiat Citizen Journalism, Lily Yulianti Farid, membagi pengalamannya selama menjadi wartawan dan keterlibatannya di dunia maya. Dengan sub tema “Posisi Warga di Tengah Revolusi Teknologi Informasi”, beliau menuturkan bahwa “Saat ini
setiap orang bisa menjadi jurnalis dengan mudah. Hanya butuh perangkat, entah kamera, video, ataupun tulisan. Era seperti inilah yang bisa dinamakan ubiquitous”. Selanjutnya, di sela-sela acara diadakan soft launching 5 konsentrasi baru program pasca sarjana Teknik Industri ITS oleh ketua program studi pasca sarjana, Dr. Ahmad Rusdiansyah.Lima konsentrasi baru itu antara lain : quality and manufacturing management, industrial ergonomics and safety, industrial system optimization, strategic performance management, serta logistics and supply chain management. Setelah makan siang bersama, acara dilanjutkan degan menampilkan pembicara ketiga, yaitu Ir Tusli Komara Djaja MBA, manager access planning, Telkom Jatim. Beliau berbicara mengenai perkembangan teknologi di masa mendatang. Oleh karena itu, Telkom saat ini menyiapkan roadmap teknologi bernama Insync. "Teknologi tersebut bernama Insync 2014. Teknologi tersebut merupakan konvergensi dari TIME, yaitu telecommunication, internet, multimedia, dan edutainment. Pembicara keempat ialah Romi Satrio Wahono, doktor lulusan Saitama university, Jepang. Dengan gaya bahasa yang khas dan bersemangat membuat peserta yang sudah lemas menjadi semangat dan terinspirasi. Menurut beliau, salah satu media ubiquitous adalah blog yang dapat digunakan sebagai sarana branding dan bisa menghasilkan penghasilan asalkan kita mau bekerja keras dan kreatif. Akhirnya, acara Technowork ubiquitous 2.1 ini selesai pada pukul 16.45 dan semua peserta pulang dengan puas dan terinspirasi oleh para pembicara.Acara Technowork ini rencananya akan hadir lebih dari satu kali dalam setahun. Sampai jumpa di acara Technowork selanjutnya... L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
Sharing Session: Jurnalistik Ditulis oleh : Paramitha Setyaningrum Asisten Lab Logistics & Supply Chain Management
Pada tanggal 9 November 2008, Lab LSCM mengadakan acara sharing session about journalistik dengan mengundang jurnalist dari Deteksi Jawa Pos, Nadia Aulia, mahasiswi TI ITS 2008. Acara ini pada dasarnya didedikasikan untuk asisten lab LSCM, tetapi juga terbuka untuk umum, terutama untuk para member lab LSCM. Tujuan dari pelatihan ini adalah sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa TI ITS pada umumnya, dan asisten lab LSCM pada khususnya, dalam membuat berita/ artikel untuk publishing, misalnya untuk Nwsletter LSCM yang diterbitkan setiap 4 bulan sekali ini. Nadia memberikan penjelasan tentang bagaimana caranya agar sebuah tulisan menarik dan menyenangkan untuk dibaca. Menurut Nadia, agar tulisan enak dibaca, antar kalimat harus berhubungan agar tidak membingungkan. Pembaca akan lebih senang membaca berita/ artikel yang jalan ceritanya mengalir sehingga mereka lebih mudah memahaminya. Selain itu, dalam pembuatan judul, harus menggunakan kata yang provokatif, singkat, dan jelas. Awalnya, Nadia memberikan penjelasan tentang klasifikasi dan jenis berita, yaitu : 1. Klasifikasi berita a. Hard news terdiri dari berita politik dan kebijakan pemerintah b. Soft news, contohnya adalah tokoh dan peristiwa 2. Jenis berita a. Straight news. Bersifat informatif, berita update, dan biasanya dibutuhkan oleh khalayak ramai, contohnya adalah berita mengenai kenaikan BBM. b. Komprehensif. Berita yang diliput melihat dari seluruh aspek yang ada. c. Deep news. Berita diulas secara mendalam dan sifat berita tidak terlalu penting. d. Intrepretatif. Berita membahas tentang asal usul suatu peristiwa dan dindang dari segi ilmiah. e. Feature story. Sifatnya hanya untuk
pelengkap. Isi berita mengenai hal-hal kecil yang mendukung rubrik. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan artikel berita, yaitu : 1. Penentuan tema dan sudut pandang berita. 2. Berita yang ditulis menggunakan data dan fakta yang valid. 3. Artikel tersebut harus bisa mendapatkan gambaran yang jelas mengenai acara yang sedang diliput. 4. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mudah dipahami. 5. Paragraf 1 dan 2 sudah bisa menggambarkan keseluruhan artikel tersebut. 6. Suatu artikel/ berita akan lebih baik jika dipasang foto dari event tersebut/ orang yang diliput. 7. Sebelum berita disebarkan ke khalayak umum harus melalui proses editing yang dilakukan oleh orang lain (bukan penulis). 8. Judul berita menggunakan bahsa yang singkat (3-5 kata), jelas, provokatif, formal, dan representatif. 9. Jalan cerita berita harus mengalir agar tidak membingungkan para pembaca. Untuk dapat membuat berita dengan jalan cerita mengalir harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut : a. Awalnya membuat outline, yaitu point-point penting yang akan ditulis dalam berita. b. Point-point tersebut dikembangkan menjadi sebuah paragraf. c. Point-point tersebut harus memuat 5 W + 1 H. d. Pada awal paragraf diberi pengantar/ ilustrasi untuk menggambarkan keseluruhan berita.
L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
Aplikasi Teknologi RFID untuk Supply Chain di Indonesia: Studi awal Iwan Vanany RFID Technology for Logistics and SCM Research Group Logistics and Supply Chain Management Laboratory Institute of Technology Sepuluh Nopember Surabaya Email:
[email protected]
1. Pengantar Banyak pakar meyakini bahwa supply chain management telah menjadi salah satu area penting didalam meningkatkan kinerja dan mencapai keunggulan bersaing perusahaan diantaranya dari Lee (2002). Upaya mengelola supply chain agar menjadi lebih efektif semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kompetisi, pengaruh globalisasi, dan pola outsourcing dari perusahaan. Teknologi informasi adalah salah satu teknologi penting yang sering digunakan perusahaan untuk mendorong terjadinya pengelolaan supply chain agar menjadi lebih efektif. Banyak tipe teknologi informasi yang telah diaplikasikan untuk mengefektifkan pengelolaan supply chain seperti EDI, ERP dan VMI. Pada tahun 1980-an, teknologi EDI (electronic data interchange) telah digunakan perusahaan untuk mengefektifkan pengelolaan supply chain antara perusahaan dengan pemasoknya (supplier). Tahun 1990-an, sistem VMI (vendor managed inventory) dan ERP (enterprise resource planning) menjadi pilihan perusahaan didalam mengelola supply chain. Pengaplikasian VMI memungkinkan tereduksinya persediaan perusahaan. Manfaat lainnya, perusahaan juga dapat membagi resiko dengan pemasoknya bila terjadi kejadian yang tidak diinginkan dan diluar kendali dari perusahaan dan pemasoknya. ERP adalah teknologi informasi perusahaan yang terintegrasi antara level pengambilan keputusan dengan lantai produksi. ERP diaplikasikan untuk mengkoordinasikan seluruh sumber daya (bahan baku, manusia, dan informasi) dan aktivitas produksi untuk pemenuhan permintaan agar lebih tepat waktu dan tepat produk. Tahun 2000-an, Teknologi RFID diyakini (radio frequency identification) menjadi salah satu teknologi informasi penting dan berpotensi mengefektifkan pengelolaan supply chain. Teknologi RFID adalah teknologi informasi yang berfungsi melakukan identifikasi otomatis dengan menggunakan gelombang
radio untuk mengidentifikasi dan menelusuri secara otomatis objek fisik maupun objek hidup seperti manusia dan hewan (Auto_ID Center, 2002). Dengan banyaknya kelebihan dari teknologi RFID dibanding dengan teknologi barcode diyakini bahwa teknologi ini memiliki potensial besar didalam mendukung pengelolaan supply chain yang lebih efektif. Beberapa kelebihan diantaranya: tanpa perlu disentuh (unless-tough), tanpa perlu dibidik (non-line-sight), dan dapat membaca secara serentak (read simultaneously). Ada dua pemicu utama yang menstimulus aplikasi teknologi RFID untuk supply chain, yaitu: (1) adanya mandat dari konsumen dan (2) inisiatif internal perusahaan sendiri. Untuk mandat dari konsumen, WalMart adalah perusahaan retailer terbesar yang memandatkan kepada 100 suplier terbesarnya untuk menggunakan teknologi RFID tahun 2003 (RFID Journal, 2003) yang diikuti oleh retailer besar lainnya seperti Metro dan Tesco di Eropa (RFID Journal, 2005). Wal-Mart berupaya mengulang kesuksesan penggunaan teknologi barcode pada teknologi RFID. Faktanya, Adanya dorongan dari Wal-Mart berhasil meningkatkan penggunaan teknologi barcode hingga mencapai 30% pada tahun 1984 dari sebelumnya hanya 1% pengguna toko bahan makanan (grocery stores) pada tahun 1970-an diAmerika (Bear, Stearns Co. Inc, 2003). Adanya keyakinan bahwa aplikasi teknologi RFID akan mampu meningkatkan proses operasi manufaktur, proses supply chain dan faktor lainnya seperti antipencurian dan pemalsuan (anti-theft/anti-counterfeit) menjadi pemicu internal perusahaan mengaplikasikan teknologi RFID. Hasil survey dari Bearingpoint pada tahun 2005 menunjukkan bahwa hampir setengahnya (43%) dari industri kesehatan Amerika Serikat (termasuk industri farmasi dan peralatan kesehatan) yang menjadi responden terdorong mengaplikasikan teknologi RFID untuk meningkatkan daya saing dan kinerja perusahaan. Hanya 28% dari responden yang terdorong karena adanya mandat dari konsumen atau pemerintah. Ini menunjukkan bahwa pemicu internal lebih besar dibanding pemicu eksternal berupa mandat dalam L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
dalam konteks industri kesehatan diAmerika Serikat. Fenomena kearah peningkatan pemakaian teknologi RFID semakin nyata terlihat bila merujuk pada hasil laporan IDTechEx 2007 dan 2008. Terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2006 dengan nilai 1,484 milyar US dollar dan dengan jumlah RFID tags sebanyak 1,226 milyar RFID tags menjadi sebesar 4,93 milyar US dollar pada tahun 2007. Bahkan hasil prediksi pasar teknologi RFID dari IDTechEx juga menunjukkan kenaikan yang signifikan hingga 27, 88 milyar US dolarAmerika pada tahun 2017. Akan tetapi hasil prediksi ini perlu dicermati karena estimasi sering tergantung pada siapa yang mempunyai kepentingan perlu menjadi perhatian. Apakah kenaikan tersebut juga terjadi pada aplikasi untuk supply chain juga perlu diteliti secara seksama.Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan penggunaan teknologi RFID yaitu: (1) turunnya biaya produksi industri semikonduktor dan (2) semakin matangnya teknologi RFID dan adanya standarisasi dari teknologi RFID. Untuk faktor turunnya biaya produksi industri semikonduktor, Bratten (2006) melaporkan bahwa harga RFID tags telah turun drastis melebihi 70% dan RFID reader juga jatuh mendekati 40% dari tahun 2004 ke 2006. Semakin banyak jumlah paten yang berkaitan dengan teknologi RFID mengindikasikan semakin “mature-nya teknologi RFID. Hampir sekitar 1.500 paten dari teknologi RFID sejak tahun 1997 sampai tahun 2005 telah berhasil dikeluarkan (Read, 2005). Standarisasi teknologi RFID yang dibuat dan dicetuskan oleh EPCglobal ternyata telah diakui dan digunakan oleh ISO pada tahun 2006 sehingga issue standarisasi yang bersifat global dan ketidaksesuaian dari perangkat keras dari teknologi RFID telah berhasil diselesaikan (Tajima, 2007). Artikel ini lebih difokuskan membahas bagaimana kondisi aplikasi teknologi RFID di IndonesiaDiharapkan dengan adanya studi inisiasi ini, beberapa isu yang mungkin perlu diantisipasi dan dirumuskan agar aplikasi teknologi RFID untuk supply chain di Indonesia dapat berjalan dengan baik. 2. Metode riset Metode riset yang digunakan studi awal ini adalah didasarkan dari penelurusan artikel yang relevan dengan aplikasi teknologi RFID untuk supply chain di Indonesia. Sumber artikel lebih difokuskan pada artikel di jurnal internasional online dan internet. Kata kunci yang digunakan adalah “RFID, supply chain dan Indonesia”. Database jurnal internasional online yang digunakan adalah sciencedirect dan proquest. Database
ini dipilih karena topik RFID dan supply chain kerap menjadi topik isu dibeberapa jurnal dikedua database tersebut. Hasilnya ternyata tidak satupun artikel yang didapat. Upaya dengan mengeliminasi kata kunci menjadi RFID dan Indonesia, ternyata juga tidak ditemukan artikel yang relevan dengan topik teknologi RFID untuk supply chain di Indonesia. Beberapa artikel yang terjaring (25 artikel pada sciencedirect dan tidak ada pada proquest database) disebabkan karena penulisnya pernah menempuh pendidikan di Indonesia dan mengutip kata “Indonesia” tanpa adanya relevansi dengan teknologi RFID, supply chain atau logistik. Oleh karena itu, ditetapkan untuk menggunakan artikel di internet sebagai dasar untuk mengetahui kondisi aplikasi teknologi untu supply chain di Indonesia. Mesin pelacak google digunakan karena memiliki fasilitas advanced search dan juga jangkauan relatif yang luas. Hasil dari pencarian menunjukkan bahwa ada 399 artikel dengan kata kunci RFID supply chain dan Indonesia tertanggal 3 februari 2009. Banyaknya artikel disebabkan infomasi seminar, perusahaan yang memiliki cabang di Indonesia, dan artikel RFID supply chain yang tidak membahas dalam konteks di Indonesia juga terjaring didalamnya. Dengan mengidentifikasi lebih detail artikel yang ada, beberapa artikel yang dianggap relevan akan didiskripsikan pada sub bahasan ke tiga dibawah ini. 3. Bagaimana kondisi aplikasi teknologi RFID di Indonesia? Upaya untuk memperkenalkan teknologi RFID di Indonesia, sebenarnya sudah dilakukan oleh METI (Minister of Economy, Trade and Industry) dari pemerintah Jepang dan juga untuk 10 negara ASEAN lainnya. Metode yang dilakukan adalah metode survei dan dilanjutkan dengan menyelenggarakan seminar dari tahun 2004 sampai 2005. Spesifik isu aplikasi teknologi RFID untuk kepentingan supply chain belum diidentifikasi lebih mendalam. Akan tetapi, studi ini telah mengidentifikasi teknologi EDI dan barcode -- sebagai teknologi sebelumnya untuk supply chain-- yang diaplikasikan di perusahaan manufaktur. Hasil survei teknologi EDI menunjukkan bahwa teknologi EDI di Indonesia dikatagorikan masih taraf medium sama dengan negara Thailand, sedangkan Singapura dan Malaysia bertaraf tinggi. Aplikasi teknologi barcode di Indonesia telah dilakukan sekitar 1990-an diawali dengan didirikannya EAN (European article number) Indonesia yang berdiri tahun 1992. Alasan utama perusahaan di Indonesia mengadopsi teknologi barcode lebih didorong karena adanya faktor eksternal yaitu permintaan dari konsumennya . Konsekuensi ini mungkin berdampak pada penggunaan teknologi barcode yang hanya ditujukan untuk memudahkan input data L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
untuk industri retailer sebagai konsumen besar dari perusahaan manufaktur. Sedikit sekali perusahaan yang menggunakannya untuk kepentingan manajemen persediaan, logistik dan supply chain . Faktor penghambatnya kemungkinan disebabkan karena kelemahan dari teknologi barcode sendiri yaitu cara membacanya yang perlu disentuh (on-tough), perlu dibidik (line-sight), dan tidak dapat membaca secara serentak (read non simultaneously).
Berdasarkan hasil prediksi Frost dan Sullivan yang dikutip oleh Pornwasin (2006), pasar teknologi RFID untuk Singapura tentunya menjadi pasar terbesar dibanding negara ASEAN lainnya karena negara ini merupakan negara penghubung perdagangan dengan negara-negara ASEAN.Nilai pertumbuhan pasar Singapura diperkirakan tahun 2006 sebesar 3 milyar US Dollar dan diperkirakan akan naik 10 milyar US dollar tahun 2010. Sedangkan pasar untuk supply chain dan retailer diperkirakan pada tahun 2008 berkisar 1,3 milyar US dollar dan diperkirakan meningkat tajam menjadi 11 milyar US dollar pada tahun 2010. Bila dilihat dari prediksi pasar menunjukkan pertumbuhan pasar di Indonesia relatif rendah yaitu hanya berkisar 8% dari tahun 2006 sampai 5 tahun kedepan bila dibandingkan dengan negara di ASEAN seperti Singapura (15%), Malaysia (20%), Philipina 10 % dan Thailand (14%) (Pornwasin, 2006). Berdasarkan hasil laporan Daimler Chrysler tahun 2007, Daimler Chrysler telah mengaplikasikan teknologi RFID untuk pabriknya di seluruh dunia, pabriknya yang berada di Indonesia direncanakan dalam waktu lebih dari 3 tahun akan mengimplementasikan teknologi RFID. Bila aplikasi teknologi RFID untuk supply chain terjadi pada Daimler Chrysler, ini menunjukkan bahwa perkembangan aplikasi teknologi RFID untuk supply chain di Indonesia mungkin akan berkembang ditahun mendatang (Iliev et al, 2007). 4. Diskusi dan Kesimpulan Rendahnya artikel pada jurnal internasional aplikasi teknologi RFID untuk supply chain di Indonesia, menunjukkan bahwa topik ini masih belum diperhatikan oleh kalangan akademisi maupun praktisi. Belum banyaknya perusahaan di Indonesia mengaplikasikan teknologi RFID dalam konteks supply chain menjadi salah satu penyebab disamping diperlukannya perangkat keras yang memerlukan biaya yang cukup besar untuk mengimplementasikannya. Akan tetapi bila dilihat dari phenomena di Daimler Chrysler sebagai perusahaan multinasional yang berorientasi global supply chain, ini memperlihatkan bahwa faktor pendorong aplikasi teknologi RFID untuk supply chain di Indonesia mungkin juga disebabkan
dari perusahaan-perusahaan multinasional yang berorientasi pada global supply chain. Kwon dan Zmud (1987) membagi tahapan proses implementasi teknologi informasi menjadi 5 tahap yaitu (1) tahap inisiasi (initiation), (2) tahap pengadopsian (adoption), (3) tahap adaptasi (adaptation) (4) tahap penerimaan ( acceptance ), (5) tahap rutinitas (routinization) dan (6) tahap infusi/pengembangan (infusion). Bila merujuk pada kondisi aplikasi teknologi RFID untuk supply chain di Indonesia pada sub bab 3 dan merujuk pada tahapan dari Kwon dan Zmud (1987) menunjukkan bahwa sebagian besar dari perusahaan Indonesia yang mengaplikasikan supply chain ada pada tahap inisiasi dalam proses implementasi teknologi RFID untuk supply chain. Beberapa perusahaan dimana para eksekutif dan manajernya telah memiliki kesadaran (awareness) terhadap teknologi ini cenderung berada pada tahap pengadopsian. Pada tahap inisiasi, faktor tidak valid dan lengkapnya informasi bisa menjadi penghambat. Ada persepsi yang cenderung pesimis dan cenderung over estimate atau memiliki ekspektasi yang berlebih terhadap teknologi RFID pada persepsi sebagian para manajer. Oleh karena itu, penting bagi para manajer mengetahui bagaimana kondisi real sebenarnya. Hardgrave dan Miller (2006) telah berhasil mengindentifikasi mitos-mitos yang berkembang dan mengungkapkan realitas yang sebenarnya. Contoh yang pesimis, pembiayaan teknologi RFID diestimasikan memerlukan biaya yang besar seperti salah satu pemasok Wal-Mart perlu mengeluarkan dana hingga 23 juta US dollar per tahun. Realitas yang sebenarnya adalah biaya teknologi ini sangat tergantung dengan ruang lingkup implementasi dan kenyataannya akhir-akhir ini telah terjadi penurunan harga teknologi RFID sehingga pemasok yang ada kemungkinan lebih sedikit mengeluarkan biaya dibanding apa yang telah diestimasikan. Sedangkan contoh yang over estimate, teknologi RFID dianggap sebagai obat mujarab (panacea) untuk membuat rantai pasok yang sempurna. Realitasnya, teknologi ini dapat meningkatkan kinerja supply chain yaitu salah satunya dengan efektifitas dari peningkatan proses. Bagaimanapun juga teknologi RFID bukanlah obat mujarab untuk menciptakan supply chain yang sempurna. Berdasarkan beberapa phenomena seperti nilai pasar, prediksi pasar dan beberapa hasil pengelompokan negara berdasarkan kemungkinan kedepannya mengaplikasikan teknologi RFID menunjukkan bahwa aplikasi teknologi RFID untuk supply chain di Indonesia relatif rendah dibanding dengan tiga negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Ini menunjukkan bahwa adanya L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
faktor penghambat (barrier) yang menghalangi aplikasi teknologi RFID untuk supply chain di Indonesia. Banyak para pakar akademisi telah berhasil merumuskan beberapa faktor penghambat yang umum dari pengadopsian teknologi RFID untuk supply chain. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya identifikasi faktor-faktor penghambat utama apa yang menghalangi aplikasi teknologi RFID untuk supply chain di Indonesia. Beberapa faktor penghambat yang mungkin bisa menjadi pertimbangan adalah (1) masih populernya teknologi barcode, (2) rendahnya return on investment (ROI) yang diperoleh dan (3) isu privasi. Proses justifikasi investasi teknologi RFID untuk supply chain merupakan isu penting pada tahap pengadopsian. Tidak cukup representatifnya teknik ROI untuk mengeksplorasi manfaat yang bersifat intangible menyebabkan para praktisi perlu menggunakan teknik yang lebih komprehensif. Beberapa teknik dari comprehensive approach mungkin menjadi pertimbangan untuk digunakan. Referensi Auto-ID_Center. (2002). Technology Guide, Auto-ID Center. Iliev, S., Vinci, G., & Luy, J.-F. (2007). RFID System Read Range in Automotive Assembly Lines [Electronic Version], from http://www.cst.com/Content/Documents/Events/UG
M2007/07-Iliev.pdf Bear, Stearns Co. Inc (2003). Supply-chain technology: track(ing) to the future. Equity Research Report. [Electronic Version], from URL /www.bearstearns.com/bscportal/pdfs/research/supplyc hain/technology_rfid.pdfS. Kwon, T. H., & Zmud, R. W. (1987). Unifying the fragmented models of information systems implementation. In Critical issues in information systems research (pp. 227-251): John Wiley & Sons, Inc. Lee, H. L. (2002). Aligning Supply Chain Strategies with Product Uncertainties. California Management Review, 44(3 (Spring)), 105-119. METI. (2006). Surveys on adaptability of IC tags (RFID) in ASEAN countries [Electronic Version], from http://www.ecom.jp/results/h17seika/14_Surveys_on_A daptability_of_IC_Tags_(RFID)in_ASEAN_Countries. pdf Pornwasin, A. (2006). Optimistic forecast for expansion of RFID [Electronic Version], Read, R. (2005). RFID monthly: an overview of RFID industry developments. R.W. Baird Co. US Equity Research, October, from URL: /http://www.rwbaird.com/docs/RFID_Monthly_Octobe r_2005.pdfS. RFID_Journal. (2003). Wal-Mart draws line in the sand. RFID Journal.
Tentang Penulis Iwan Vanany adalah staff pengajar dan anggota dari Lab logistic and Supply Chain Management (LSCM) pada Jurusan Teknik Industri ITS. Sekarang sedang melakukan tugas belajar untuk PhD programme di Manufacturing and Industrial Engineering Department pada Universiti Teknologi Malaysia (UTM). Area penelitian yang diminati adalah aplikasi teknologi RFID, Supply Chain Management dan Performance Management. Beberapa artikel telah berhasil dipublikasikan didalam jurnal dan seminar nasional maupun internasional.
L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
Asia Pacific Industrial Engineering and Management System : APIEMS 2008 Penulis: Reina Angkiriwang, ST., MT. Asisten Lab Logistics & Supply Chain Management
ITS kembali membuktikan kiprahnya di dunia Internasional. Hal ini dibuktikan dengan dipercayanya ITS, khususnya jurusan Teknik Industri ITS sebagai salah satu panitia penyelenggara kegiatan yang bertaraf Internasional. Kegiatan ini merupakan suatu konferensi Internasional yang bertajuk “Asia Pacific Industrial Engineering and Management System” (APIEMS). Pada konferensi APIEMS sebelumnya yang dilangsungkan di Taiwan, Indonesia mendapat suatu kehormatan dan ditunjuk sebagai tuan rumah untuk mengadakan konferensi APIEMS ke-9. APIEMS merupakan suatu kegiatan konferensi yang secara rutin diadakan setiap satu tahun sekali sejak tahun 1998. Sebelumnya konferensi yang sama telah diselenggarakan di berbagai negara seperti Jepang, Korea, Taiwan, Hong Kong, Australia, Filipina, dan Thailand. Kegiatan seperti ini adalah merupakan ajang untuk sharing hasil-hasil penelitian, memperoleh masukan atas penelitian yang sedang dilakukan, dan untuk menjalin kerjasama riset maupun pendidikan. Perjuangan Indonesia untuk menjadi tuan rumah APIEMS sebenarnya sudah dimulai sejak konferensi APIEMS ke-7 di Bangkok tahun 2006. Pada konferensi
yang ke-7 tersebut, jurusan Teknik Industri ITS telah mengajukan diri sebagai tuan rumah untuk konferensi yang ke-9. APIEMS kemudian menyetujui bahwa Indonesia akan ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan konferensi APIEMS ke-9, pada saat berlangsungnya konferensi yang ke-8 di Taiwan tahun 2007 lalu. Namun, APIEMS juga meminta agar ITS tidak sendirian menjadi tuan rumah untuk konferensi yang ke-9 ini, sehingga ITS
bekerja sama dengan ITB untuk dapat merealisasikan dan menyelenggarakan kegiatan yang bertaraf Internasional ini.
Pada kegiatan ini, Prof. I Nyoman Pujawan,kepala Laboratorium Logistics and Supply Chain Management ITS, dipercaya sebagai salah satu conference chairman dalam konferensi akbar ini, selain Prof. Abdul Hakim Halim dari ITB. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, tepatnya sejak tanggal 3 - 5 Desember 2008 di Nusa Dua Beach Hotel, Bali. Konferensi internasional ini dihadiri oleh sekitar 380 peserta akademisi yang berasal dari berbagai negara di belahan dunia, yaitu Denmark, Firlandia, Jerman, Norwegia, Spanyol, Swedia, Australia, India, Iran, Philipina, Vietnam, Thailand, Jepang, China, Hong Kong, Taiwan, Korea, Malaysia dan Indonesia, sebagai tuan rumah. Meskipun kegiatan baru akan berlangsung pada tanggal 3 Desember 2008, namun proses registrasi ulang peserta telah dimulai satu hari sebelum acara berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jumlah peserta yang cukup banyak. Konferensi APIEMS ke-9 dibuka oleh Prof. TsongMing Lin, Presiden APIEMS yang juga kebetulan menjadi Presiden dari National Yunlin University of Science and Technology, Taiwan. Dalam konferensi ini, terdapat hampir 360 buah makalah yang dipresentasikan secara pararel dalam 8 ruang yang terpisah. Makalah tersebut membahas berbagai perkembangan dan inovasi di bidang Teknik Industri, seperti permasalahan sistem produksi, logistik atau supply chain, perancangan produk, ergonomi, teknik optimasi, dan otomasi industri. L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
perancangan produk, ergonomi, teknik optimasi, dan otomasi industri. Konferensi makin istimewa dengan
hadirnya Prof. Suresh P. Sethi dari School of Management, University of Texas, Dallas, Amerika sebagai keynote speech. Prof. Suresh P. Sethi adalah akademisi terkemuka yang telah menulis 5 buku dan 300 makalah di jurnal internasional. Ia juga menjadi anggota kehormatan di berbagai organisasi profesi di dunia.
Di samping itu, pada setiap acara konferensi APIEMS, diadakan juga pertemuan untuk para Board Members yang merupakan perwakilan dari setiap negara. Mereka mendiskusikan berbagai hal tentang organisasi, kepengurusan, dan pemilihan tempat konferensi berikutnya. Pada kegiatan APIEMS ke-9 kali ini, pertemuan tersebut dilaksanakan pada hari pertama kegiatan berlangsung.
untuk lebih mengakrabkan pada peserta dari berbagai negara yang berbeda, sekaligus sebagai ajang networking. Acara gala dinner juga dimeriahkan oleh beberapa tarian tradisional yang berasal dari Bali. Tarian tersebut ternyata bukan hanya menarik minat peserta yang berasal dari luar negeri saja, namun juga menarik minat peserta yang berasal dari Indonesia sendiri.
Pada akhir dari kegiatan ini, Prof. I Nyoman Pujawan dan Prof. Abdul Hakim Halim sebagai conference chairmen mengaku senang dengan suksesnya konferensi APIEMS ke-9. Tidak hanya bagi conferece chairmen, kebanggaan juga dirasakan oleh panitia yang sebagian besar merupakan asisten lab LSCM ITS dan mahasiswa ITB, karena telah berhasil menyelenggarakan koneferensi internasional ini dengan sukses. Konferensi ini juga dnilai telah membantu meningkatkan minat wisatawan terhadap pariwisata Indonesia yang agak lesu saat ini. Hal ini didukung dengan kegiatan tur yang diadakan oleh panitia pada hari terakhir konferensi kepada perserta yang berminat untuk mengunjungi beberapa tempat pariwisata yang berada di Bali, seperti Tanah Lot, Bedugul dan Alas Kedaton.
Dalam kegiatan yang berlangsung di Bali ini, terdapat beberapa sponsorship yang membantu sehingga kegiatan ini dapat terlaksana, diantaranya adalah ILOG, MINITAB, Semen Gresik dan Telkom. Selain itu, perwakilan dari pihak ILOG juga memberikan suatu presentasi yang cukup menarik kepada peserta konferensi. Selain mendengarkan presentasi dari pemakalah yang berasal dari berbagai negara yang berbeda, konferensi ini juga dimeriahkan oleh acara gala Dinner yang diadakan pada malam kedua kegiatan ini berlangsung. Gala Dinner ini bertujuan
L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
Modeling Supply Chain Contracts in Pharmaceutical Industry System Dinamics Approach Aprilia Ekawati Utami, ST., MT. The assistant of Logistics & Supply Chain Management Laboratory Thesis for Master Degree of Industrial Engineering Supply Chain Management Concentration Sepuluh Nopember Institute of Technology Advisors : Prof. I Nyoman Pujawan1; Maria Anityasari, Ph.D2
[email protected]*
The optimal supply chain performance can be achieved if the firms are coordinated by supply chain contract agreement as each firm's objectives become aligned with the supply chain’s objective. Supply chain contracts provide protection by ensuring that promises or obligations to perform particular actions are met (Coltman et al., 2007). In more distinct pronouncement, supply chain contracts are intended to manage the relationship of supply chain partners so that the supply chain processes can be well-coordinated. However, developing relationship with different business partners is not an easy job. In terms of supply chain coordination, the firms now should be more agile to adjust and to rebuild plan in real time and to be aware of unexpected event that probably occurred (Christoper and Lee, 2006). In line with that problem, supply chain contracts will be a good representation of the “rules of engagement” for how partners will share the benefits and the risks from uncertain supply or demand (Jensen and Meckling, 2001). Moreover, different strategy options for supply chain contracts portfolio will foster the company to gain market and price position, to ensure the accomplishment of the required customer service level, to prevent stockout or unavailability of resources (Marquez and Blanchar, 2004) and finally to be the winner of a tight business competition. This research will focus on the supply chain contract as a dynamic process of cooperative inter-organization relationships in pharmaceutical industry, from the distributor's perspective. From this point of view, the supplier is manufacturer and the customer is retailer. This research will also addresses the management of contracts from Third Party Warehousing (3PW) and Third Party Logistics (3PL) that provide contract of warehousing and transportation service respectively. Previous researches about supply chain contract mainly discuss about modeling supply chain contracts with analytical approach (Long et al., 2005; Ozer et al., 2006; Bollapragada et al., 2007; Kebing et al., 2007; Mathur and Shah, 2008). Whereas, from the point of view of industrial practitioners, especially who always deal with analyzing portfolio contracts, it is felt that such analytical model are too rigid and lack of the required flexibility (Liston et al., 2007) to cope with the
complexity of the supply chain contract system. Hence, this research will use simulation approach to overcome that limitation. Furthermore, the system dynamics modeling is implemented to meet the objective for determining the policies that the supply chain contract should take. In terms of
model development, a model that provides an interface with standardised input template would be advantageous in order to provide a user friendly interface. Hence, this research will also provide an example of input analyzer interface extended from system dynamics model to enable industrial practitioners for implementing the supply chain contract model more easily. This research has some boundaries in order to simplify the problem. First of all, the structured system of portfolio contract is viewed from the distributor's perspective. Secondly, the supply chain contract are addressed to portfolio contract with manufacturers, retailers, L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
(warehousing). Then, the risks that will be considered in the model are particularly related with price and demand. Fundamentally, the essence of this research is system dynamics modeling of pharmaceutical supply chain contracts as described in Figure 1. In the system dynamics modeling stage, the initial Structured Contract model with considering risks is built as a baseline model for developing alternative scenario of supply chain contract strategies. The alternative strategies developed for pharmaceutical supply
with coordination and S-Buyback Contract with coordination provide a better contract decision than another contract models. System dynamics model of S-Buyback Contract with coordination which depicts the relationship among variables are presented in Figure 2. However, the result can be different for another case studies. For instance, F Contract in this case study, provides the lowest value of expected supply chain profit. In another situations, especially when the agreement allows the company to revise the contract agreement every
Figure 2. System Dynamics Model of S-Buyback Contract
chain contract model are Structured Contract (S Contract) with coordination, S-Buyback Contract with Coordination, Flexibility Contract (F Contract) with coordination and also Short Term Contract (ST Contract) with coordination.
single period, it will be an advantage for all parties to implement this F Contract because the value of contract parameters can be adjusted in the range of flexibility value, related to the real situation.
The last type of supply chain contract, namely ST contract with coordination is not explained in more detail in the system dynamics modeling because this model is similar with S Contract with coordination model. The difference is on the time frame of contract period. S Contract is dedicated for long term contract period, whereas ST Contract is purposed for short term period of contract. ST Contract with coordination model will be explained in more detail in the input analyzer interface modeling. ST Contract with coordination model will be translated into input analyzer interface, as an example for developing a user friendly interface of supply chain contract model converted from system dynamics model.
Furthermore, the alternative strategies of pharmaceutical supply chain contract will be formulated based on product category and inventory turn over of the products. Basically, the alternative strategies for pharmaceutical supply chain contract proposed in this research are similar with contract strategy defined by Marquez (2005). Compared to the contract strategy proposed by Marquez (2005), this research provide a more comprehensive options of pharmaceutical supply chain contract strategies which comprise product types according to the inventory turn over and the category of product. In addition, the trade-offs for implementing each contract strategy are also observed. The more detail explanation about all contract strategies formulated in this research are summarized in Table 1.
Based on simulation result of all supply chain contract models tested towards a case study, S Contract
L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
Furthermore, as a part of system dynamics model development, an input analyzer interface will be built for an example of supply chain contract model. The development of input analyzer interface is intended to provide a user friendly interface of supply chain contract model so that it can be applied by users easily, especially for industrial practitioners. In this research, input analyzer is built based on ST Contract with coordination model as an example. Visual Basic Application (VBA) software will be used to develop a user friendly interface of this input analyzer. The sequential step of developing an input analyzer interface is depicted in Figure 3.
In terms of input analyzer interface modeling, a database management system which consists of all informations regarding input analyzer interface (for example data for parameter, formulations and detail explanation about parameters and variables included in the input analyzer program) is developed in a well-known software, namely Microsoft Excel. Furthermore, dialog management system is also developed in order to provide a user friendly interface of input analyzer program. Furthermore, as a part of system dynamics model development, an input analyzer interface will be built for an example of supply chain contract model. The development of
input analyzer interface is intended to provide a user friendly interface of supply chain contract model so that it can be applied by users easily, especially for industrial practitioners. In this research, input analyzer interface is built based on ST Contract with coordination model as an example. Visual Basic Application (VBA) software will be used to develop a user friendly interface of this input analyzer. The sequential step of developing an input analyzer interface is depicted in Figure 3. In terms of input analyzer interface modeling, a database management system which consists of all informations regarding input analyzer interface (for instance data for parameter, formulations and detail explanation about parameters and variables included in the input analyzer program) is developed in a well-known software, namely Microsoft Excel. Furthermore, dialog management system is also developed in order to provide a user friendly interface of input analyzer program. The feature of dialog management system consists of user form for each supply chain side (5 user forms) and also completed with message box as an alert L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
system. Figure 3 and 4 depict the example of this dialog management system.
distributor as a point of view with its supplier, retailer and also with the outsourcing companies(3PLand3PW).
Managerial implications of this research have to do with the design of better supply chain contract policies in ordertoachieveawinwindealforallsupply chain parties in pharmaceutical industry.Eachtypeof p r o p o s e d pharmaceutical supplychaincontract willpursueadifferent objective and will have some different tradeoffimplications that should be acknowledged.Furthermore,itwillleadtotheconsideration of certain types of policy for each contract strategy. The fundamental consideration of the proposed supply chain contractmodelinthisresearchareasfollows:
Furthermore, all supply chain parties in pharmaceutical industry shoulddocoordinationwith other functions in pharmaceutical business, suchasofficialinstitutionof health and organizations related to pharmaceutical industry. All organizations have policies regarding pharmaceutical business that should be followed by all supply chain parties in doing their supply chain processes. On the other hand, there are some global issues in pharmaceutical i n d u s t r y, s u c h a s pharmaceuticalcounterfeitingandpatentlinkagethatshouldbe consideredbycompany'smanagementsoallthatproblemswill not disrupt the whole supply chain process. Hence, concerned withsupplychaincontract,allpartiesinpharmaceuticalsupply chain should consider all that issues and regulations in order to design the more effective and equitable supply chain contract portfolio.
w
Modeling supply chain contract are intended to select and to implement a convenient deals for each parties through anappropriatecontractstrategy.
w
Specifically,theproposedsupplychaincontractmodels couldsimulatethetradeoffsinthevariouscontractstructures. Inthissense,itisveryhelpfultounderstandtheimplicationsof the different contract parameters with considering risk associatedwithpriceanddemandasaconsequenceofmarket conditionsthatmaychange. w The proposed supply chain contract models are also suitable to simulate the combined impact of a portfolio as whole, in the context of relationship with all partners in pharmaceuticalsupplychain.Forinstance,therelationshipof
Edisi kelima, Januari 2009
Half Day Workshop Transportations, Supply Chain and Industrial Clusters & Soft-launching of Consload Software Penulis: Anita Puspa, ST. Asisten Lab Logistics & Supply Chain Management
Transportasi memegang peranan yang penting dalam keberhasilan sebuah rantai pasok atau supply chain perusahaan. Selain itu, transportasi juga memegang peranan penting dalam perkembangan industrial cluster. Peranan transportasi dalam supply chain dan industrial cluster secara rinci dibahas dalam workshop bertajuk “Half Day Workshop on Transportation, Supply Chain and Industrial Cluster & Soft-launching of Consload Software” yang digelar secara khusus oleh Laboratorium Logistics & Supply Chain Management Jurusan Teknik Industri ITS. Acara ini berlangsung pada tanggal 17 Desember 2009 dan diselenggarakan di Gedung Pasca Sarjana ITS. Workshop ini menghadirkan tiga orang pembicara diantaranya adalah Prof. I Nyoman Pujawan, Dr. Sri Gunani Partiwi dan Dr.Ahmad Rusdiansyah. Workshop ini dibuka secara langsung oleh dekan Fakultas Teknologi Industri ITS, Prof. Sulistijon dan dihadiri oleh perwakilan SENADA USAID, sebuah
organi sasi yang bergerak dalam bidang supporting bisnis di Indonesia melalui kerjasama dengan pihak swasta
maupun pemerintah. Pada workshop tersebut, Prof. I Nyoman Pujawan menjelaskan bahwa transportasi berperanan penting dalam menentukan seberapa besar service level perusahaan terhadap fullfill order. Prof.
Nyoman Pujawan memberikan contoh sebuah perusahaan fashion terkemuka di dunia, Zara, sebagai perusahaan yang berhasil mengelola transportasi produknya. Zara berhasil mendistribusikan produk-produknya ke seluruh outletnya yang tersebar di berbagai negara setiap 2 minggu sekali. Produk-produk fashion yang didistribusikan oleh Zara ke ritel-ritelnya yang tersebar di berbagai Negara merupakan produk-produk fashion yang up to date. Prof Nyoman Pujawan menuturkan bahwa keberhasilan transportasi ditentukan tiga kunci utama yaitu konsolidasi, information sharing dan koordinasi. Dewasa ini telah terjadi perkembangan yang cukup signifikan pada s t r a t e g i transportasi. Jika dulu sistem transportasi berorientasi pada minimasi biaya dengan sistem pergudangan, maka saat ini s i s t e m transportasi lebih berorientasi pada sistem distribusi yang memaksimalkan service level dengan cara melakukan distribusi langsung ke ritel-ritel. Selain itu, Perkembangan industrial cluster di Indonesia juga tidak terlepas dari peranan transportasi dalam mendukung sistem distribusi produk antar pelaku bisnis dalam sebuah kluster industri. Dr. Sri Gunani menjelaskan secara umum kluster industri dapat diartikan sebagai kelompok yang terdiri dari beberapa industri terkait baik secara horisontal maupun vertikal dan institusi pendukung lainnya yang saling berinteraksi untuk menciptakan nilai tambah baik secara individu maupun bersama-sama dalam rangka meningkatkan daya saing baik ditingkat nasional maupun global. Pelaku bisnis yang tergabung dalam sebuah kluster industri tidak selalu berada dalam satu lokasi yang berdekatan sehingga transportasi sangat mendukung keberlangsungan serta keberhasilan sebuah kluster industri. Melalui sistem transportasi yang kuat, proses pengiriman barang antar pelaku bisnis dapat berjalan lancar. Salah satu L S C M NEWSLETTER
Edisi kelima, Januari 2009
kluster industri yang berhasil di Indonesia adalah kluster industri baja. Menurut Dr. Sri Gunani, kluster industri baja di Indonesia terdiri atas beberapa supplier bahan baku (pertambangan batu bara, pertambangan pasir besi dan pertambangan bijih logam), pelaku inti (industri billet bloom/slab, industri baja lembaran, industri pengecoran logam, industri pipa baja dan lain-lain), kontraktor, user (industri migas dan industri non migas). Dalam sebuah klaster industri. Dr. Sri Gunani menjelaskan secara umum klaster industri dapat diartikan sebagai kelompok yang terdiri dari beberapa industri terkait baik secara horisontal maupun vertikal dan institusi pendukung lainnya yang saling berinteraksi untuk menciptakan nilai tambah baik secara individu maupun bersama-sama dalam rangka meningkatkan daya saing baik ditingkat nasional maupun global. Pelaku bisnis yang tergabung dalam sebuah klaster industri tidak selalu berada dalam satu lokasi yang berdekatan sehingga transportasi sangat mendukung keberlangsungan serta keberhasilan sebuah klaster industri. Melalui sistem transportasi yang kuat, proses pengiriman barang antar pelaku bisnis dapat berjalan lancar. Salah satu klaster industri yang berhasil di Indonesia adalah kluster industri baja. Menurut Dr. Sri Gunani, klaster industri baja di Indonesia terdiri atas beberapa supplier bahan baku (pertambangan batu bara, pertambangan pasir besi dan pertambangan bijih logam), pelaku inti (industri billet bloom/slab, industri baja lembaran, industri pengecoran logam, industri pipa baja dan lain-lain), kontraktor, user (industri migas dan industri non migas). Dalam workshop ini, Dr. Ahmad Rusdiansyah beserta timnya melakukan launching software Consload. Software ini dirancang untuk mengatasi masalah dalam transportasi barang terutama dengan menggunakan truk. Melalui software ini, perusahaan mampu melakukan konsolidasi pengiriman barang dengan tujuan yang beraneka ragam dan jenis produk yang bervariasi. Keunggulan software ini antara lain mampu menggabungkan dua fungsi konsolidasi dan loading sekaligus. Tujuan dari fungsi konsolidasi adalah meminimumkan biaya transportasi dengan memperhatikan due date, rute perjalanan, ketersediaan
truk, kapasitas dan kelas rute. Sementara itu tujuan dari fungsi loading adalah mengoptimalkan penempatan barang dalam kendaraan untuk mempermudah proses unloading..
Acara ini dihadiri oleh para praktisi dari berbagai perusahaan nasional dan multinasional serta para akademisi yang berasal dari beberapa perguruan tinggi di Jawa Timur. Acara yang berlangsung sekitar lima jam ini berlangsung dengan lancar dan mendapat sambutan yang positif dari para peserta. Beberapa peserta terlihat sangat antusias mengajukan pertanyaan kepada narasumber saat sesi tanya jawab berlangsung. Pertanyaan yang diajukan merupakan permasalahan seputar transportasi dan supply chain management yang terjadi pada kondisi riil di lapangan.
Adam H Yusuf Saat ini beliau memegang jabatan sebagai Operation Manager di PT ECCO Indonesia. Beliau lulusan dari Politeknik Elektronika Malang. Namun pria kelahiran Jember, 22 Februari 1969 ini mengaku pada akhirnya lebih senang bergelut di bidang logistik dibandingkan bidang teknik elektronika. Setelah lulus dari pendidikannya, tahun 1991, beliau bekerja di perusahaan Ditulis oleh : kontraktor selama 1 tahun. Sempat mengambil Paramitha Setyaningrum kuliah S1 Manajemen di salah satu perguruan tinggi Asisten Lab Logistics & Supply Chain Management swasta terkenal di Surabaya, namun tidak dilanjutkan karena kesibukan. Melihat hasil pekerjaan yang memuaskan, beliau akhirnya direkrut oleh PT ECCO Indonesia pada tahun 1992. PT ECCO berdiri pada tahun 1991, jadi boleh dibilang beliau sangat mengetahui kondisi perusahaan ini. Pada awalnya, beliau ditempatkan di bagian administrasi sebagai staf purchasing and planning. Pada tahun keempat, beliau diangkat menjadi Planning Coordinator selama dua tahun kemudian diserahi tugas sebagai Assistant Planning Manager. Dua tahun berikutnya beliau menjabat sebagai Planning Manager yang kemudian mendapat tambah tugas lagi untuk membawahi bagian Export and Import (Exim). Mulai tahun 2002, manajemen PT ECCO Indonesia mempercayai beliau sebagai Assistant Manager Operation Manager sampai tahun 2006 dan kemudian mengemban tugas sebagai Operational Manager sampai sekarang. Beliau adalah tipe pekerja yang berdedikasi tinggi untuk kemajuan perusahaan dan turut berkembang seiring dengan berkembangnya PT. ECCO Indonesia, mulai dari awal berdirinya perusahaan yang hanya berkapasitas 6 line upper sepatu serta minimnya sistem, hingga sekarang. Pada saat ini, perusahaan telah memiliki kemampun produksi dengan kapasitas 41 line upper sepatu dan 4 mesin injeksi sepatu jadi, serta telah menggunakan sistem ERP ber basis SAP system. Selaku Operation Manager, beliau merupakan wakil dari Operational Director dengan fokus area Production Distribution Center (PDC), Export & Import, Warehouse dan Purchasing. Harapan pria yang hobi olah raga santai ini pada generasi muda adalah terus belajar walaupun sudah sampai di dunia kerja, karena dengan proses itulah bisa memberikan kontribusi positif bagi perusahaan. Selain itu, kemampuan untuk bekerja dalam tim adalah hal yang sanagt penting disamping terus mengeksplorasi kemampuan diri, termasuk belajar bahasa asing karena sudah menjadi kebutuhan yang standard untuk masuk ke dunia kerja. Sedangkan untuk pihak institut,TI ITS khususnya, bapak dari 2 putra ini berharap kerja sama perusahaan-institut bisa terus berjalan. Saling bertukar informasi yang bermanfaat bagi dunia akademisi dan praktisi adalah salah satu cara yang paling efektif. Beliau sangat terbuka untuk membantu mahasiswa yang bermaksud mengadakan penelitian untuk kerja praktek, tugas akhir , atau tesis di perusahaan ini.
L S C M NEWSLETTER