BIBLIOGRAPHY
Annual Report of PT.LAPI-ITB, April 10th 2007, Unpublished Document Audited Financial Report of PT.LAPI-ITB, 2004, Unpublished Document Audited Financial Report of PT.LAPI-ITB, 2005, Unpublished Document Audited Financial Report of PT.LAPI-ITB, 2006, Unpublished Document Basri, Mudzakir Hasan, Private Interview by Bagus Satriya D, Bandung: April 2007. BAPPENAS, ANALISA EKONOMI MAKRO TAHUN 2007 : Penyampaian Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal ke DPR,retrieved on June 6 2007 from http://www.bappenas.go.id/index.php?. Booz-Allen Hamilton, Strategic management consultation handbook for PT. Krakatau Steel, 1996, Unpublished Document, Fokus
Media,
2006,
Pedoman
Pelaksanaan
Pengadaan
Barang/
JasaPemerintah Keppres RI No.80 Tahun 2003 dan Perubahannya (4th ed), April 2006. Hax, Arnoldo C.& Nicolas S. Majluf,1996, The Strategy Concepts and Process: A pragmatic Approach,USA: Pearson Prentice Hall ISO Document of PT.LAPI-ITB, Unpublished Document Jayaputra, Aziz, Private Interview by Bagus Satriya D, Bandung PT.LAPIITB: June 2007. Kapanlagi.com, 2007, Pertumbuhan Ekspor Non-Migas 2007 Diperkirakan 10-15%, retrieved on June 6, 2007 from http://www.kapanlagi.com/newp/h/0000147270
B i b l i o g r a p h y | 83
Kaplan, Robert S & David P. Norton, 2004, Strategy Map: Converting Intangible Assets into Tangible Outcomes, Boston: Harvard Business School Press. Kompas, 2005, Mayoritas Usaha Konsultan di Indonesia Terancam Bangkrut, Retrieved on June 6, 2007. from http://www.kompas.com,/mei sabtu 21 2005 List of Project PT.LAPI-ITB 2004,Unpublished Document. List of Project PT.LAPI-ITB 2005,Unpublished Document. List of Project PT.LAPI-ITB 2006,Unpublished Document. Majalah SWA, 2007, Legitnya Bisnis Konsultan, April, 26: 162-170. Nugroho, Wahyu, Private Interview by Bagus Satriya D, Bandung, PT.LAPI-ITB : June 2007. Presentation Material SUK, July 2007, Unpublished Document. Porter, Michael E.,1998, Competitive Strategy, USA: Free-Press. Quality Leadership toward World Class Company of PT. Caltex Pacific Indonesia, 2000, Unpublished Document. Ramelan, Rahardi, 2004, KEBIJAKSANAAN TEKNOLOGI UNTUK INDUSTRI retrieved on July 18, 2007 from http://www.leapidea.com/presentation Renstra SUK-ITB, February 14th 2005, Unpublished Document. Rubiandini, Rudi, Private Interview by Bagus Satriya D, Bandung, PT.LAPI-ITB : June 2007. Sinulingga, Indra Surya, Private Interview by Bagus Satriya D, Bandung, PT.LAPI-ITB : July 2007.
84 | B i b l i o g r a p h y
Wibisono, Dermawan, 2005, Manajemen Kinerja: Konsep, Desain, Teknik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan, Bandung : Duta Media Grafika. Wheelen, Thomas L. & Hunger J.D, 2000, Strategic Management and Business Policy (7th ed), London: Pearson Prentice Hall.
B i b l i o g r a p h y | 85
APPENDIX A INTERVIEW DIREKTUR OPERASIONAL PT.LAPI-ITB
Nama Dok. No. Revisi Tgl. Efektif Halaman
: : : :
Interview 00 Hal. x dari 13
RESUME HASIL WAWANCARA
ANALISIS EKSTERNAL USAHA KONSULTANSI Latar Belakang Dalam rangka perumusan strategi perusahaan, perlu diadakan suatu interview terhadap pimpinan perusahaan sebagai pihak yang dianggap memiliki pemahaman yang memadai untuk jenis usaha konsultansi. Tujuan Untuk mengetahui lebih dalam tentang kondisi eksternal Industri Konsultansi dari Sisi Expert. Metode Expert Interview Isi Interview 1.
Pengalaman secara umum di industri konsultansi Sejak tahun 1991, bergerak di industri konsultansi sebagai individu terutama di bidang migas. Namun, pada perkembangannya menggunakan berbagai macam perusahaan konsultan swasta maupun menggunakan institusi ITB, seperti PT. LAPI-ITB dan LPPM.
2.
Pengaruh kondisi ekonomi makro, politik-hukum, perkembangan IPTEK dan sosial budaya terhadap industri konsultansi Ekonomi Sebetulnya inti bisnis perusahaan konsultan menyelesaikan masalah,sehingga permasalahan ekonomi makro tapi tidak terlalu berpengaruh. Hanya berpengaruh pada beberapa industri konstruksi. Secara keseluruhan, seharusnya faktor ekonomi makro tidak memliki pengaruh terhadap industri konsultan. Pada saat ini belanja industri migas di Indonesia pada saat ini mencapai $ 7 milliar per tahun dan biasanya biaya konsultansi di bidang migas mencapai 3%-5% dari total belanja tahunan. Politik-Hukum,sebenarnya politik dapat mempengaruhi industri konsultansi dari segi prosedur terutama dengan adanya tidak adanya stabilitas di bidang politik yang dapat menjalar ke bidang hukum. Perkembangan IPTEK sebenarnya memiliki korelasi positif terhadap perkembangan industri konsultansi. Berbagai masalah nyata yang timbul di
x
lapangan dapat diselesaikan dan disesuaikan dengan keilmuannya begitu juga keilmuannya dapat diarahkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan nyata. Perkembangan IPTEK merupakan saranan yang tepat untuk meluruskan masalah yang ada dengan berbagai teori yang ada di text book. Melihat perkembangan IPTEK yang ada di Indonesia tetap saja konsultan nasional belum bisa bersaing dengan konsultan asing. Konsultan nasional dapat menjadi good follower saja sudah baik apalagi menjadi market leader. Karena, kita belum ada riset yang besar dan industry tidak pernah mengarahkan uang untuk riset, sehingga riset yang dilakukan dosen ITB lebih mengarah ke aplikatif di bandingkan dengan konsultansi. Sosial-Budaya, di Indonesia yang membutuhkan jasa konsultansi bukanlah individu tetapi institusi, sedangkan institusi pada masa lampau merupakan institusi yang asal jalan sedangkan pada saat ini sebuah institusi dituntut untuk maju dan dituntut untuk bersaing oleh karena itu sebuah institusi membutuhkan pembantu dan pembantu ini adalah konsultan. Jika sebuah perusahaan bersaing dengan pesaing tanpa di bantu dengan pihak ketiga, dalam hal ini konsultan maka perusahaan tersebut akan berat untuk maju. Jadi perusahaan konsultan akan maju pada saat persaingan industri semakin ketat atau pada saat perampingan perusahaan atau pada saat outsourcing. Perkembangan industri konsultan pada saat ini dan masa depan Perkembangan industri konsultan pada saat ini, masih jauh dari kata maksimal, mature ataupun berkembang justru baru menghangat karena rata-rata pengguna jasa konsultansi di bidang migas sangat kecil porsinya dan masih terbuka lebar pada bisnis-bisnis yang lain, karena kita sendiri masih banyak menggunakan konsultan asing jadi untuk ke depan bisnis konsultan akan booming hanya saja pertanyaannya apakah kita dianggap capable atau tidak, maka hal itu yang akan menjadi masalah. Karena pengguna jasa konsultan pada saat ini masih berpikir bahwa jasa konsultan asing masih lebih baik daripada jasa konsultan nasional.
3.
Hambatan-hambatan untuk masuk industri konsultansi Terdapat beberapa hambatan di Industri konsultansi karena pada saat ini sangat sulit untuk memiliki seorang ahli yang independen, biasanya para ahli di suatu bidang merupakan bagian dari salah satu departemen atau institusi seperti ITB ataupun terikat kontrak dengan suatu perusahaan. Modal,sebenarnya bisnis konsultansi adalah bisnis otak atau bisnis yang tidak memerlukan biaya hardware yang besar, tetapi tetap saja memerlukan kemampuan dan otak, baik dari belajar, sekolah dan pengalaman. Nah pendidikan dan pengalaman juga membutuhkan berbagai macam biaya. Namun kesulitannya pada saat ini mencari orang yang punya pengalaman ataupun memiliki kemampuan yang cukup tetapi dia bukan bagian dari institusi tetapi merupakan seorang freelance.Biasanya kalaupun ada seseorang yang freelance maka kapabilitasnya kurang Brand
Identifikasi,
pada
dasarnya
bisnis
konsultansi
adalah
bisnis
xi
kepuasan ataupun bisnis kepercayaan. Maka jika seseorang pengguna konsultan sudah percaya maka biaya akan menjadi unlimited. Ketika di lapangan, konsultan akan bersaing pada bidang teknis bukan pada biaya ataupun juga bukan pada perusahaannya ataupun institusi yang digunakannya seperti LAPI-ITB tetapi juga lebih kepada siapa tim ahlinya. Harga, merupakan bukanlah sesuatu yang mutlak di industri konsultansi 4.
Peran pemerintah dalam dunia konsultansi Kebijakan pemerintah tentang peran konsultan asing ataupun konsultan nasional sangat penting karena pada saat ini pemerintah tidak terlalu peduli untuk mengedepankan produk-produk nasional. Karena pemerintah pada saat ini belum percaya bahwa hasil karya anak bangsa sendiri dan permasalahan tersebut juga merembet pada industri konsultan. Dengan tenaga yang sama dan kemampuan yang sama, seorang konsultan lokal bisa dibayar sepersepuluh dari konsultan asing dan hal tersebut dapat dilihat dari peraturan di BAPPENAS bahwa terdapat diskriminasi biaya antara konsultan asing dan konsultan nasional. Pada saat ini pemerintah juga tidak melakukan proteksi terhadap ekspansi konsultan asing terhadap konsultan dalam negeri.Jadi konsultan yang bisa survive pada saat ini memang disebabkan oleh kemampuannya bukan karena dukungan pemerintah.
5.
Hambatan-Hambatan untuk keluar industri konsultansi Industri konsultansi merupakan industri yang unik, dan memiliki karakterisitk yang berbeda dengan industri produk ataupun consumer goods. Karena industri konsultansi adalah industri yang menawarkan jasa, yang menjadi asset dalam industry ini adalah SDM nya dan biasanya SDM yang tersedia sudah terspesialisasi jadi sangat susah untuk pindah ke bidang lain. Di ITB sendiri, dari 1100 dosen yang ada di ITB, mungkin hanya 200 dosen yang bisa bergerak di bidang konsultansi karena sangat jarang seseorang yang mampu mengkombinasikan antara ilmu dan aplikasi. Sebagian besar dosen di ITB masih terlalu text book sehingga ketika dihadapkan kepada masalah nyata tidak bisa menjawab.
xii
6.
Persaingan antar competitor Definisi competitor menjadi sangat kabur ketika berada di dalam institusi seperti ITB. Kompetitor PT. LAPI-ITB sangat banyak dan bisa berjumlah ratusan tetapi semua itu hanya sebuah broker sedangkan yang disebut kompetitor adalah kemampuan yang dimiliki tenaga ahli dan bukan perusahaannya. Sebagai contoh apabila PT. LAPI-ITB menggunakan tenaga ahli yang belum terkenal, maka proyek yang akan dikerjakan PT. LAPI tidak akan laku sebaliknya dosen yang cukup capable dan memiliki track record yang sangat baik tetapi menggunakan perusahaan konsultan yang belum terkenal, mungkin saja dapat menang tender. Jadi yang paling penting dalam bisnis jasa (konsultansi )yang memiliki peran penting adalah pelakunya (tenaga ahli) bukan managernya (perusahaan konsultan).
7.
Kekuatan buyer terhadap perusahaan konsultan Buyer memiliki nilai tawar yang sangat kuat karena dapat menentukan mulai dari tipe tender,klasifikasi bahkan dengan peraturan yang ada buyer dapat melakukan diskualifikasi sebuah tender. Jadi pada saat ini, perusahaan konsultan statusnya pasif. Quality Control merupakan syarat utama dalam sebuah pekerjaan karena keberhasilan yang diperoleh pada hari ini merupakan kualitas yang diukur pada masa lalu.
8.
Ketersediaan produk pengganti Di bidang konsultansi sangat banyak tersedia layanan yang sama dengan diberikan oleh PT. LAPI-ITB. Sebuah perusahaan konsultan sebaiknya harus fokus core competencies namun PT. LAPI-ITB berbeda dengan perusahaan konsultan lainnya karena sumber tenaga ahli yang mendukung PT. LAPI-ITB berasal dari ITB dan merupakan pegawai ITB.
9.
Kekuatan supplier terhadap perusahaan konsultan
xiii
APPENDIX B INTERVIEW CORPORATE SECRETARY PT.LAPI-ITB
Nama Dok. No. Revisi Tgl. Efektif
: : :
Halaman
:
Interview 00 Hal. xiv dari 13
RESUME HASIL WAWANCARA
ANALISIS EKSTERNAL USAHA KONSULTANSI Latar Belakang Dalam rangka perumusan strategi perusahaan, perlu diadakan suatu interview terhadap pimpinan perusahaan sebagai pihak yang dianggap memiliki pemahaman yang memadai untuk jenis usaha konsultansi. Tujuan Untuk mengetahui lebih dalam tentang kondisi eksternal Industri Konsultansi dari Sisi Expert. Metode Expert Interview Isi Interview 10. Pengalaman secara umum di industri konsultansi Mulai bekerja di PT.LAPI-ITB sejak pertama kali didirikan. Pada tahun 2004, 2005,dan 2006 telah menjadi General Manager. Namun pada April 2007 menjabat sebagai Corporate Secretary di PT.LAPI-ITB
11. Pengaruh kondisi ekonomi makro, politik-hukum, perkembangan IPTEK dan sosial budaya terhadap industri konsultansi N/A
12. Hambatan-hambatan untuk masuk industri konsultansi Skala Ekonomi Berdasarkan budget pemerintah, konsultan menyerap 5%-10% dari budget pemerintah.Jadi kalau ada pembangunan pemerintah harus menyisihkan 3%-5% untuk perencanaan kemudian 5%-7% untuk supervisi. Berarti industry konsultansi selalu ada. Dan pangsa pasar industry konsultan sangat tergantung dari perekonomian suatu Negara.
xiv
Modal Kalau konsultan sebenarnya hanya modal otak, kalau uang tidak terlalu diperlukan. Berarti kebutuhan modal untuk mendirikan jasa konsultansi dikategorikan kecil. Teknologi Konsultan tidak membutuhkan asset teknologi hanya saja akses terhadap teknologi tersebut. Brand Identifikasi, Brand juga merupakan aspek yang menarik. Karena konsultan yang baru dan belum terkenal akan sulit memenangkan tender. Dan juga tidak semua proyek mengalami proses tender ada juga yang berupa penunjukan langsung, jika perusahaan konsultan memiliki brand yang kuat, maka akan mendapat kepercayaan dari calon pengguna Pengalaman Pengalaman memiliki pengaruh yang sangat besar dalam industry konsultansi. Pengalaman perusahaan menjadi salah satu item signifikan dalam proses seleksi tender. Differensiasi Differensiasi menjadi salah satu item yang sangat menarik pada masa depan,namun pada saat ini tidak terlalu penting. Karena pada saat ini, ratarata perusahaan konsultan pada saat ini dapat bertahan walaupun hanya dengan satu fokus bisnis. Namun tetap saja, differensiasi menjadi salah satu poin penting dalam meningkatkan keunggulan bersaing. 13. Peran pemerintah dalam dunia konsultansi Proteksi Pemerintah Hampir tidak ada proteksi industri dari pemerintah pada industri konsultansi dan ke depan perekonomian akan semakin global dan semakin tidak ada proteksi terhadap industri konsultan. Kebijakan Pemerintah Kebijakan pemerintah mungkin akan lebih baik walaupun pada saat ini kondisinya tidak menarik Kepemilikan Secara undang-undang seharusnya perusahaan dibatasi, terutama pada bidang-bidang strategsi.
konsultan
milik
asing
Bantuan pada pesaing Pada saat ini masih terdapat bantuan pemerintah kepada pesaing walaupun tidak tampak jelas secara kasat mata dan signifikan.Namun kedepannya diharapkan akan lebih transparan.
14. Hambatan-Hambatan untuk keluar industri konsultansi Hambatan untuk keluar dapat dikategorikan rendah, karena jika ingin membubarkan diri hanya tinggal memecat karyawan saja. Asset Specialization Namun asset pada industry konsultansi sudah terspesialisasi berupa SDM yang selama ini mendukung sebuah perusahaan konsultan. Emotional Barrier Aspek emosional lumayan tinggi berpengaruh, karena jasa konsultan
xv
menyangkut track record tenaga ahli.
15. Persaingan antar competitor Rivalry Among Competitor Persaingan pada saat di antara perusahaan konsultan sangat besar, sebagai contoh di bandung saja mungkin ada ribuan. Terkadang pejabat yang baru menjabat dapat agar dapat keuntungan lebih, dia membuat perusahaan konsultan dan mendapat akses masuk ke wilayah yang dikuasainya. Fixed Cost Fixed cost perusahaan konsultan biasanya berbiaya rendah, karena tidak perlu maintenance perlatan, tidak perlu investasi peralatan sedangkan industry investasinya tinggi. Sedangkan konsultan biasanya melakukan investasi pada SDM Perusahaan konsultan semakin spesialis semakin baik.
16. Kekuatan buyer terhadap perusahaan konsultan Jumlah pelanggan utama cukup banyak dan pelanggan dapat dengan mudah berpindah kepada perusahaa konsultan yang lain.
17. Ketersediaan produk pengganti N/A
18. Kekuatan supplier terhadap perusahaan konsultan Tenaga Ahli yang mendukung perusahaan konsultan dapat dengan mudah berpindah pada perusahaan konsultan lainya. Karena keuntungan yang diperoleh tenaga ahli dari setiap perusahaan konsultan tidak jauh berbeda.
xvi
APPENDIX B
POIN INTERVIEW
No. Dokumen No. Revisi
:
Lampiran 00
Tgl. Efektif
: :
Halaman
:
……… Hal. xvii dari 13
DIAGRAM FIVE FORCES TERHADAP INDUSTRI KONSULTAN PADA KONDISI SAAT INI SKALA Sangat Tidak Menari k
ASPEK
Tidak Menarik
Netral
Menarik
Sanga t Menar ik
Barrier to Entry Skala ekonomi
Kecil
Besar
Kebutuhan modal
Kecil
Besar
Pengalaman
Tidak Penting
Penting
Akses pada teknologi terbaru
Tidak Penting
Penting
Differensiasi jenis layanan konsultansi
Tidak Penting
Penting
Brand identifikasi
Tidak Penting
Penting
Proteksi Industri
Tidak Kondusi f
Kondusi f
Regulasi Industri
Tidak Kondusi f
Kondusi f
Perpindahan modal antar negara
Terbata s
Tidak terbata s
Konsistensi Kebijakan
rendah
tinggi
Nilai tukar mata uang asing
Tidak stabil
Stabil
Kepemilikan pihak asing
terbata s
tidak terbata s
Bantuan kepada pesaing
ada
tidak ada
Tindakan Pemerintah
xvii
SKALA Sangat Tidak Menari k
ASPEK
Tidak Menarik
Netral
Menarik
Sanga t Menar ik
Persaingan antar Kompetitor Konsentrasi dan perimbangan para pesaing
Besar
kecil
Biaya tetap
Tinggi
rendah
Pertumbuhan Industri
rendah
tinggi
Jenis Layanan yang Ditawarkan
Umum
Khusus
Pertumbuhan kapasitas informasi
rendah
tinggi
rendah
tinggi
Keterkaitan strategis dengan bisnis lain
Tinggi
Renda h
Spesialisasi Asset
Tinggi
Renda h
Batasan Pemerintah dan Masyarakat
Tinggi
Renda h
Hambatan emosional
Tinggi
Renda h
Jumlah pelanggan utama
sedikit
banyak
Ketersediaan layanan sejenis
sedikit
banyak
Kontribusi jenis jasa yang ditawarkan terhadap kualitas dan layanan
rendah
tinggi
Nilai tawar pelanggan terhadap Perusahaan Konsultan
tinggi
rendah
Keuntungan yang didapatkan konsumen dari jasa konsultansi yang diberikan
rendah
tinggi
Hambatan untuk keluar Biaya untuk keluar
Kekuatan Pelanggan
Ketersediaan Layanan Pengganti
xviii
SKALA Sangat Tidak Menari k
ASPEK
Tidak Menarik
Netral
Menarik
Sanga t Menar ik
Ketersediaan layanan pengganti
banyak
sedikit
Biaya yang hilang bila pelanggan pindah pada layanan pengganti
rendah
tinggi
Keuntungan yang diterima tim teknis/tenaga ahli kompetitor
tinggi
rendah
Harga yang ditawarkan oleh layanan pengganti
tinggi
rendah
Jumlah pemasok utama
sedikit
banyak
Ketersediaan tenaga ahli/tim teknis lainnya
rendah
tinggi
Tinggi
Renda h
rendah
tinggi
Kontribusi tenaga ahli/tim teknis terhadap total layanan konsultansi yang diberikan
Tinggi
Renda h
Pengaruh tenaga ahli/tim teknis terhadap harga total yang ditawarkan
Tinggi
Renda h
Nilai tawar terhadap tenaga ahli/tim teknis dari sisi keuntungan yang didapatkan tenaga ahli/tim teknis
Tidak Penting
Penting
Kekuatan Supplier
Resiko yang ditanggung bila terjadi penggantian tenaga ahli/tim teknis Nilai tawar tim teknis/tim ahli
xix
APPENDIX D LEMBAR PENILAIAN SWOT
No. Strength 1 Energetic and high performance human resource is most significant asset owned by PT. LAPI-ITB to support several strategies in achieving its vision. 2 PT. LAPI-ITB have many experience human resource in managing administration for several consultation businesses. 3 4 5 6 7 8
PT.LAPI-ITB is supported by excellent infrastructure. There is ITB trade mark that recognized as the best of educational institution in Indonesia PT. LAPI-ITB has good access to ITB human resource in big number which divided into several skill groups to accomplish the projects (for various projects). Having access to manage, develop and marketing appropriate technology belongs to ITB. Having access to utilize ITB complete laboratory and research center optimally. Having good networking nationally and internationally.
No. Weakness 1 ITB potential components has been not deployed and synergized optimally to accomplish the projects. 2 3 4
Ranking Scale (1-5)
Ranking Scale (1-5)
PT.LAPI-ITB has not developed the potential human resource (ITB lecturer) optimally which supported in accomplishing the projects. There is no established authorization from shareholder to PT.LAPI-ITB. Because of the limited fund, PT. LAPI-ITB has not been xx
5 6 7 8 9 10 11 12
13 14
getting the big-scale project significantly. PT. LAPI-ITB has not good strategy for investing and funding its projects. There is no any company performance measurement system at PT.LAPI-ITB. Standard operating procedure (SOP) has not been implemented effectively. Distribution of work load and salary system has not been managed properly by PT.LAPI-ITB. Ability of internal marketing of PT.LAPI-ITB is limited marketing ability internally Human resource of PT. API-ITB has not been positioned properly, so that caused unbalance work load There are no clear targets in each department to achieve the vision and mission. Because of un-optimally human resource development, ability of existing human resource in PT.LAPI-ITB is not adequate to fulfill company expectation in order to achieve vision and mission. The Budgeting system has not been implemented effectively. The controlling system has not been implemented in each project optimally.
No.. Opportunity 1 There is regional autonomy implementation can extend market share which has not been done at this time. 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Ranking
Scale (1-5)
The stability of economy growth level in Indonesia with indicator that a lot of investment comes in Indonesia has become consultation service development opportunity. There is increasing of institution awareness in Indonesia to use consultation service in problem solving and increasing institution performance. The growth of private sector has become an opportunity which has not been done optimally at this time. Increasing oil and gas mining industry can be an opportunity which has not been done at this time. Many experts has not been explored and deployed optimally. There is strict commitment from government to create transparent business climate in Indonesia. The significant growth and innovation of application knowledge has triggered some alternatives in problem solving. The significant growth of application technology and engineering has stimulated company and institution to adopt new technology, therefore consulting service is needed. The project owner has high expectation to ITB expert xxi
11 12
performance in accomplishing the projects. The loyalty and commitment level from ITB expert is sufficient to support business process in PT.LAPI-ITB. There is clear regulation of tender process to procure a project in Indonesia.
No Threats 1 There is a rule that lecturers are a public employee and they cannot be allowed to handle a project. 2 The dependency level of PT.LAPI-ITB toward ITB expertise is quite strong on contrary the dependency level of ITB lecturer to PT.LAPI-ITB is quite low because there are several companies in ITB has the same business with PT.LAPI-ITB. 3 There is negative stigma that PT.LAPI-ITB has charge expensive fee. 4 Un-transparency of government bureaucracy implementation has caused unhealthy consultation business climate in Indonesia. 5 Many competitors have the similar business and some of them are consulting company base on university. 6 7 8 9 10 11
12
Ranking
Scale (1-5)
The consulting business is very simple, therefore many new competitors compete to get the project. There are some companies in ITB used LAPI as company name and had the similar business. In globalization era, PT.LAPI not only competes with national consulting company but also foreign consulting company. The supporting from shareholder of PT.LAPI-ITB has not been optimum to the current business activity. There is negative opinion or negative stigma that company come from university is considered un-applicable in order to solve the problem. Less appreciation to Indonesian national creation because there is stigma that abroad creation is better. It caused discrimination to national consultant including PT.LAPIITB. The Customer has very strong bargaining position.
xxii