LAPORAN TAHUN 2013 Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Jalan Raya Setu Nomor 70, Cipayung, Jakarta Timur
BAB I PENDAHULUAN
Dalam rangka mewujudkan visi “Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Masyarakat”, salah satu misi yang diemban oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia adalah meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kelautan dan perikanan. Sebagai dukungan terhadap visi dan misi tersebut, visi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan adalah “Terwujudnya Produk Perikanan Prima yang Berdaya Saing di Pasar Domestik dan Internasional”. Produk perikanan prima yang dimaksud merupakan produk yang berkualitas tinggi (high quality), aman dikonsumsi (safe), tertelusur (traceable), memiliki nilai yang tinggi (high value content), berhasil dalam persaingan di pasar domestik dan pasar internasional (competitive), dan secara simultan dapat memberikan manfaat untuk kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat kelautan dan perikanan. Sebagai Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan (BBP2HP) mempunyai tugas melaksanakan penerapan dan pengembangan teknologi pengolahan, pengujian, serta monitoring mutu dan keamanan hasil perikanan. Dalam pelaksanaan tugas tersebut, BBP2HP menyelenggarakan fungsi: 1.
Penyusunan rencana, program, dan evaluasi di bidang pengembangan dan pengendalian hasil perikanan.
2.
Pelaksanaan pengembangan, bimbingan serta penyebarluasan teknologi pengolahan, pengujian hasil perikanan dan teknologi alat serta mesin pengolah hasil perikanan.
3.
Pelaksanaan rancang bangun dan tata letak sarana dan prasarana pengolahan hasil perikanan.
4.
Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi di bidang uji produk hasil perikanan.
5.
Pelaksanaan monitoring mutu dan keamanan hasil perikanan.
6.
Pengelolaan sistem informasi dan publikasi di bidang pengembangan dan pengendalian hasil perikanan.
7.
Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Salah satu bentuk pelaksanaan fungsi “penyusunan rencana, program, dan evaluasi di
bidang pengembangan dan pengendalian hasil perikanan” adalah penyusunan Laporan Tahunan BBP2HP. Selain sebagai bentuk pertanggungjawaban BBP2HP kepada Direktur 2
Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan dan para pemangku kepentingan lainnya, Laporan Tahunan BBP2HP diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi penyempurnaan berbagai kebijakan dalam lingkup Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan dan bagi peningkatan kinerja internal BBP2HP.
3
BAB II KEBIJAKAN DAN PROGRAM
2.1. Visi dan Misi Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan (BBP2HP) memiliki visi yaitu “Pusat Penerapan Inovasi Teknologi Produk Nilai Tambah, Maju, Mandiri dan Berdaya Saing”. Adapun penjelasan dari visi BBP2HP tersebut adalah:
Pusat penerapan inovasi teknologi memiliki arti bahwa BBP2HP berusaha menjadi pusat penerapan inovasi teknologi pengolahan hasil perikanan yang mengutamakan kemitraan dan pemanfaatan hasil inovasi teknologi untuk kesejahteraan masyarakat pengolah dan pemasar produk hasil perikanan.
Produk nilai tambah memiliki arti bahwa produk yang dihasilkan melalui proses inovasi teknologi pengolahan bahan dasar (baku), hasil tangkapan samping (by catch) dan limbah produksi (by product) menjadi bahan jadi (produk) yang memiliki nilai tambah baik secara mutu, ekonomi, dan sosial.
Maju memiliki arti bahwa BBP2HP berusaha untuk selalu berkembang dan bergerak ke depan dalam upaya penerapan inovasi teknologi hasil perikanan.
Mandiri memiliki arti bahwa BBP2HP berusaha membangun daya pikir sendiri dan terbebas dari ketergantungan dan intervensi pihak lain tetapi selalu mengutamakan sinergitas dengan instansi pemerintah dan stakeholder.
Berdaya saing memiliki arti bahwa produk terapan inovasi teknologi yang dihasilkan mampu bersaing di pasar domestik dan pasar internasional, serta secara simultan dapat memberikan manfaat untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat kelautan dan perikanan. Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi yang diemban oleh BBP2HP adalah:
1.
Melaksanakan penerapan inovasi teknologi pengolahan produk nilai tambah, alat, mesin, desain dan tata letak pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.
2.
Melaksanakan pengujian nutrisi dan mutu produk hasil perikanan.
3.
Melaksanakan penyediaan data bahan baku dan produk hasil perikanan di Unit Pengolah Ikan (UPI) dan pasar.
4.
Menyebarluaskan hasil penerapan inovasi teknologi pengolahan produk nilai tambah, alat, mesin, desain, dan tata letak pengolahan, hasil uji nutrisi dan mutu produk, metode uji serta data bahan baku dan produk hasil perikanan. 4
5.
Melaksanakan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas di BBP2HP dalam rangka mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik.
2.2 Tujuan Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, maka BBP2HP merumuskan tujuan sebagai berikut : 1.
Meningkatkan penerapan inovasi teknologi pengolahan produk nilai tambah, alat, mesin, desain dan tata letak pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.
2.
Meningkatkan penyediaan data uji nutrisi dan mutu produk hasil perikanan.
3.
Meningkatkan penyediaan data bahan baku dan produk hasil perikanan di Unit Pengolahan Ikan (UPI) dan pasar.
4.
Meningkatkan penyebarluasan hasil penerapan inovasi teknologi pengolahan produk nilai tambah, alat, mesin, desain dan tata letak pengolahan, hasil uji nutrisi dan mutu produk, metode uji serta data bahan baku dan produk hasil perikanan.
5.
Meningkatkan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas di BBP2HP dalam rangka mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik.
2.3
Sasaran Strategis dan Program Menyikapi perubahan metode penetapan kinerja lingkup Kementerian Kelautan dan
Perikanan yang telah menggunakan metode Balance Score Card (BSC), sasaran strategis BBP2HP pada Tahun Anggaran 2013 adalah sebagai berikut: -
STAKEHOLDER PERSPECTIVE, meliputi: o Sasaran Strategis 1 (SS1): Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan
-
CUSTOMER PERSPECTIVE, meliputi: o Sasaran Strategis 2 (SS2): Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan dan Perikanan yang Bernilai Tambah
-
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE, meliputi: o Sasaran Strategis 3 (SS3): Terlaksananya Kebutuhan Inovasi Teknologi Hasil Litbang dan Rekayasa untuk Modernisasi Sistem Pengolahan o Sasaran Strategis 4 (SS4): Tersedianya Kebijakan Bidang Penerapan Teknologi P2HP sesuai Kebutuhan 5
o Sasaran Strategis 5 (SS5): Terselenggaranya Modernisasi Sistem Produksi KP, Pengolahan, dan Pemasaran Produk KP yang Optimal dan Bermutu -
LEARN & GROWTH PERSPECTIVE, meliputi: o Sasaran Strategis 6 (SS6): Tersedianya SDM
BBP2HP yang Kompeten dan
Profesional o Sasaran Strategis 7 (SS7): Tersedianya Informasi Bidang Pengolahan yang Valid, Handal dan Mudah Diakses o Sasaran Strategis 8 (SS8): Terwujudnya Good Governance & Clean Government di BBP2HP o Sasaran Strategis 9 (SS9): Terkelolanya anggaran BBP2HP secara optimal. Untuk mencapai sasaran strategis tersebut, BBP2HP melaksanakan Program Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen P2HP. Kegiatan pokok yang telah dilaksanakan pada program tersebut adalah: a.
Inovasi penerapan teknologi pengolahan alat, mesin, desain dan tata letak pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.
b.
Pengujian nutrisi dan produk hasil perikanan.
c.
Monitoring hasil perikanan.
d.
Dukungan ketatausahaan.
6
BAB III PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2013
3.1 Indikator Kinerja Berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun Anggaran 2013, indikator kinerja BBP2HP ditetapkan sebagai berikut: 1.
Jumlah ragam produk penerapan inovasi teknologi pengolahan, alat, mesin, desain dan tata letak pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sebanyak 34 ragam dan 7 komoditas.
2.
Jumlah data uji nutrisi dan mutu produk hasil perikanan sebanyak 480 data dan 4 inovasi metode pengujian.
3.
Jumlah data bahan baku dan produk hasil perikanan di Unit Pengolahan Ikan (UPI) dan pasar sebanyak 2.966 data.
4.
Terlaksananya perencanaan, pengendalian, pelaporan dan publikasi terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu di lingkungan BBP2HP sebanyak 3 dokumen. Seiring perubahan kebijakan yaitu penerapan sistem pengelolaan kinerja berbasis
Balanced Scorecard (BSC) di lingkungan KKP, sejak bulan Oktober 2013, kinerja BBP2HP diukur melalui Indikator Kinerja Utama sebagai berikut: 1.
Pertumbuhan PDB Perikanan sebesar 7%.
2.
Jumlah produk olahan hasil perikanan sebesar 5 juta ton.
3.
Nilai produk kelautan perikanan nonkonsumsi pada tingkat pedagang besar sebesar 1,5 triliun rupiah.
4.
Jumlah kebutuhan inovasi teknologi bidang P2HP hasil litbang dan rekayasa yang bernilai tambah dan berdaya saing sebanyak 34 ragam.
5.
Jumlah kebijakan bidang penerapan teknologi P2HP sebanyak 1 kebijakan.
6.
Teknologi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan bernilai tambah dan berdaya saing yang diterapkan sebanyak 34 ragam.
7.
Penyiapan bahan RSNI pengolahan dan pemasaran sebanyak 7 RSNI.
8.
Uji nutrisi dan mutu produk perikanan sebanyak 480 data.
9.
Monitoring ketersediaan bahan baku dan produk hasil perikanan di UPI dan pasar sebanyak 2.966 data.
10. Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Eselon II, III, dan IV Lingkup BBP2HP sebesar 30%. 7
11. Service Level Agreement sebesar 70%. 12. Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi senilai 4 (dalam skala likert 1-5). 13. Jumlah
rekomendasi
Aparat
Pengawas
Internal
Eksternal
Pemerintah
yang
ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi yang diberikan sebesar 100%. 14. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja di BBP2HP dengan nilai AKIP A. 15. Nilai integritas BBP2HP sebesar 6,5. 16. Nilai Inisiatif anti korupsi BBP2HP sebesar 7,5. 17. Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi BBP2HP sebesar 75 (setara level 4). 18. Persentase penyerapan DIPA BBP2HP senilai lebih besar dari 95%.
3.2 Realisasi Anggaran Pada awal Tahun Anggaran 2013, jumlah alokasi anggaran Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan adalah sebesar Rp 81.705.538.000,- (Delapan Puluh Satu Milyar Tujuh Ratus Lima Juta Lima Ratus Tiga Puluh Delapan Ribu Rupiah). Seiring perkembangan kebijakan, alokasi anggaran hingga berakhirnya T. A. 2013 adalah sebesar Rp. 66.264.859.000,- (Enam Puluh Enam Milyar Dua Ratus Enam Puluh Empat Juta Delapan Ratus Lima Puluh Sembilan Ribu Rupiah) dengan total realisasi sebesar Rp 64.468.727.996,(Enam Puluh Empat Milyar Empat Ratus Delapan Juta Tujuh Ratus Dua puluh Tujuh Ribu Sembilan Ratus Sembilan Puluh Enam Rupiah). Adapun rincian alokasi dan penyerapan anggaran BBP2HP T. A. 2013 tertera pada Lampiran 1. Target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2013 adalah sebesar Rp. 9,526,300,- dan realisasi yang dicapai sebesar Rp. 620,500,122,- yang terdiri dari penerimaan umum sebesar Rp. 613,953,153,- dan penerimaan fungsional berupa sewa asrama dan pelayanan pengujian sebesar Rp. 6,546,969,- . PNBP tersebut seluruhnya disetorkan ke Kas Negara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3.3 Dukungan Sumber Daya Manusia Jumlah pegawai BBP2HP adalah 119 orang, terdiri dari 93 PNS (91 orang bekerja di BBP2HP, 1 orang dipekerjakan di LPPMHP Gorontalo dan 1 orang pegawai BPSDMKP yang dipekerjakan di BBP2HP) dan 26 Tenaga Kontrak, dengan tingkat pendidikan bervariasi dari SD sampai dengan S2. Informasi mengenai struktur pegawai berdasarkan status kepegawaian dan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 1 sedangkan informasi mengenai jumlah pegawai per bidang pendidikan (teknis/non teknis) pada setiap strata ditampilkan pada Tabel 2. 8
Tabel 1. Struktur Pegawai BBP2HP berdasarkan Status Kepegawaian dan Tingkat Pendidikan Unit Kerja
Gol
BBP2HP
IV III II I
Pegawai BBP2HP (DPK)
IV III II I
Pegawai yang DPK di BBP2HP
IV III II I
Tenaga Kontrak (TK)
-
S2
S1/D4 D3 SLTA L P L P L P L P 2 8 1 6 5 16 14 1 3 10 1 3 2 15 2 Jumlah 1 Jumlah 1 Jumlah 1 2 15 1 Jumlah Jumlah Total Pegawai PNS + DPK + Pegawai yang dipekerjakan di BBP2HP + TK
SLTP L P 1 -
SD L -
P 1
-
-
-
-
-
-
-
-
7
-
-
-
Jumlah 11 56 23 1 91 1 1 1 1 1 2 16 7 26 119 Pegawai
Tabel 2. Struktur Pegawai BBP2HP berdasarkan Bidang Pendidikan Strata Pendidikan S2 S1 / D IV DIII SLTA SLTP SD Jumlah
Bidang Teknis 16 28 6 12 62
Non Teknis 6 3 3 16 1 1 30
Jumlah 22 31 9 28 1 1 92
Berdasarkan susunan organisasi secara struktural, pegawai BBP2HP diatur dalam tiga Bidang Teknis yang masing-masing membawahi dua Seksi,
satu Bagian Tata Usaha yang
membawahi tiga Sub Bagian pendukung kegiatan teknis, dan satu Kelompok Jabatan Fungsional, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
9
STRUKTUR ORGANISASI BALAI BESAR PENGEMBANGAN DAN PENGENDALIAN HASIL PERIKANAN (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.05/MEN/2006 )
K EP A LA B B P 2HP BAGIAN TATA USAHA
SUBBAGIAN PERENCANAAN
BIDANG PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
SUBBAGIAN INFORMASI
SUBBAGIAN UMUM
BIDANG MONITORING HASIL PERIKANAN
BIDANG PENGUJIAN HASIL PERIKANAN
SEKSI TEKNOLOGI PENGOLAHAN
SEKSI MIKROBIOL OG I DAN ORGANOLEPTI K
SEKSI MONITOR IN G CEMARAN KIMIA
SEKSI SARANA DAN PRASARANA PENGOLAHAN
SEKSI KIMIA DAN HAYATI
SEKSI MONITOR IN G CEMARAN BIOLOGI
KELOMPOK JABATAN F UNGSIONAL
Gambar 1. Struktur Organisasi BBP2HP
Kelompok Jabatan Fungsional pada BBP2HP terdiri atas: 1.
Perekayasa, terdiri atas 15 orang pegawai. Jabatan ini mempunyai ruang lingkup, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan kerekayasaan dalam suatu kelompok kerja fungsional pada bidang penelitian terapan, pengembangan, perekayasaan, dan pengoperasian.
2.
Pengawas Perikanan Bidang Mutu, terdiri atas 12 orang pegawai. Jabatan ini mempunyai ruang lingkup, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
menyiapkan,
melaksanakan,
menganalisis,
mengevaluasi,
mengembangkan, monitoring, dan melaporkan kegiatan pengawasan mutu hasil perikanan. 3.
Pranata Humas, terdiri atas 2 orang pegawai. Jabatan ini mempunyai ruang lingkup, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan pelayanan informasi kehumasan.
4.
Analis Kepegawaian, terdiri atas 1 orang pegawai. Jabatan ini mempunyai ruang lingkup, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan manajemen PNS dan perkembangan sistem manajemen PNS. 10
Meskipun secara struktur para pejabat fungsional bertanggung jawab langsung kepada Kepala BBP2HP, pelaksanaan kegiatan teknis dan dukungan ketatausahaan masih sepenuhnya berada dalam tanggung jawab para pejabat struktural. Data lengkap mengenai pejabat fungsional pada masing-masing jabatan fungsional dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.4 Hasil Pelaksanaan Kegiatan BBP2HP Pelaksanaan
kegiatan
BBP2HP
difokuskan
pada
pencapaian
hasil-hasil
dari
pelaksanaan program kerja pada masing-masing Bidang dan Bagian selama T. A. 2013. Secara lengkap capaian kinerja tersebut adalah sebagai berikut:
3.4.1 Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan, Alat, Mesin, Desain dan Tata Letak Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kegiatan inovasi penerapan teknologi pengolahan, alat, mesin, desain dan tata letak pengolahan dan pemasaran hasil perikanan pada awalnya ditargetkan untuk menghasilkan 34 ragam produk berbasis 7 komoditas, yaitu tuna tongkol cakalang/TTC, rumput laut, pindang, bandeng, patin, udang, dan kekerangan. Bidang teknis yang bertanggung jawab dalam pencapaian target ini adalah Bidang Pengolahan Hasil Perikanan, dimana 20 target ragam merupakan tanggung jawab Seksi Teknologi Pengolahan dan 14 target ragam merupakan tanggung jawab Seksi Sarana dan Prasarana Pengolahan. Urutan kegiatan dalam pencapaian target ragam produk inovasi adalah identifikasi dan verifikasi, uji coba, dan uji preferensi konsumen. Identifikasi dan verifikasi merupakan upaya melengkapi data dukung terkait potensi bahan baku komoditas yang akan dikembangkan. Uji coba merupakan keseluruhan proses pengembangan produk inovasi yang dilakukan di dalam laboratorium pengolahan hasil perikanan. Uji preferensi konsumen merupakan upaya untuk melihat respon masyarakat terhadap ragam produk hasil inovasi. Pada tahun anggaran 2013, melalui kegiatan Kerjasama Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan dengan Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia – Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (BPPTK – LIPI) dicapai tambahan 4 ragam produk, sehingga total ragam yang dihasilkan adalah 38 ragam. Target dan capaian ragam produk disajikan pada Tabel 3.
11
Tabel 3. Kegiatan Utama dalam Pencapaian Target Ragam Produk Inovasi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kegiatan Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Ikan Air Laut Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Ikan Air Tawar Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Rumput Laut Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Produk Non Konsumsi Berbasis Rumput Laut Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Produk Non Konsumsi Berbasis Ikan Kerjasama Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Inovasi Rancang Bangun Alat dan Mesin Pengolahan Inovasi Penerapan Teknologi Pengemasan dan Pelabelan Hasil Perikanan Inovasi Rancang Bangun dan Tata Letak Desain Layout UPI dan Pasar Ikan TOTAL Komoditas Prioritas
Target 4 ragam 3 komoditas 4 ragam 2 komoditas 4 ragam 1 komoditas 3 ragam
Realisasi 4 ragam 3 komoditas 4 ragam 2 komoditas 4 ragam 1 komoditas 3 ragam
Persentase 100%
3 ragam 1 komoditas 2 ragam
3 ragam 1 komoditas 6 ragam
100%
3 ragam
3 ragam
100%
8 ragam
8 ragam
100%
3 ragam
3 ragam
100%
34 ragam 7 komoditas
38 ragam 7 komoditas
117,76% 100%
100% 100% 100%
300%
Selain 9 kegiatan yang terkait langsung dengan pencapaian ragam produk inovasi seperti tertera dalam Tabel 3 di atas, terdapat kegiatan-kegiatan lain yang juga mendukung terlaksananya inovasi penerapan teknologi pengolahan, alat, mesin, desain dan tata letak pengolahan dan pemasaran hasil perikanan pada T. A. 2013, sebagaimana tersaji pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Kegiatan Pendukung dalam Pencapaian Target Ragam Produk Inovasi No 1. 2. 3. 4. 5.
Kegiatan Penerapan Teknologi Pengolahan Bandeng dalam rangka mendukung Industrialisasi Penyusunan Konsep RSNI Produk Perikanan Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Perikanan Penerapan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Bernilai Tambah Bagi UMKM Bimbingan Teknis Sarana dan Prasarana Pengolahan Hasil Perikanan
Target 2 workshop
Realisasi 2 workshop
Persentase 100%
8 RSNI 6 UMKM 145 poklah/ instansi 100 peserta
8 RSNI 6 UMKM 156 poklah/ instansi 100 peserta
100% 100% 100% 100%
Bagian selanjutnya dari laporan ini akan menjelaskan lebih detail capaian masingmasing kegiatan, dimulai dengan pembahasan kegiatan nomor 1 s/d 6 pada Tabel 3 dan kelima kegiatan pada Tabel 4 yang seluruhnya merupakan tanggung jawab Seksi Teknologi Pengolahan, dilanjutkan dengan pembahasan kegiatan nomor 7 s/d 9 pada Tabel 3 yang merupakan tanggung jawab Seksi Sarana dan Prasarana Pengolahan. 12
3.4.1.1 Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan 3.4.1.1.1 Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Ikan Air Laut Kegiatan ini merupakan upaya penganekaragaman bentuk olahan ikan untuk memperluas peluang keberterimaan produk pada masyarakat, sehingga meningkatkan konsumsi ikan. Kegiatan ini menargetkan sebanyak 4 ragam penerapan inovasi, yaitu pindang prima, saus ikan, snack kedelai udang dan penyedap rasa ikan. Lokasi identifikasi dan verifikasi yang dilakukan meliputi Kota Mataram, Kab. Bima, Kab. Dompu, Kota Batam, dan Kabupaten Bogor. Salah satu dokumentasi kegiatan identifikasi dan verifikasi dapat dilihat pada Gambar 2.
Penjemuran Kerupuk
Proses Pengupasan Kepiting
Proses Pengisian Bandeng
Gambar 2. Identifikasi dan Verifikasi di Kab. Bima, Nusa Tenggara Barat
Hasil kegiatan yang dilakukan selama tahun 2013 adalah sebagai berikut: 1.
Saus Ikan Komposisi terbaik dari produk saus ikan yang dihasilkan
oleh BBP2HP adalah ikan 100%, garam 25%, bonggol nanas 10%, kedelai rebus 15%, air 300%, gula pasir 10%, CMC 6%, bawang putih 2%, daun salam 2%, lengkuas 2%, daun jeruk 1%, serai 0,5%, jahe 0,5%, dan pewarna coklat 5 tetes/100 ml cairan, dengan teknik fermentasi minimal 7 hari. Produk saus ikan yang telah dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 3. Perbandingan hasil uji laboratorium produk saus ikan dengan saus tiram komersil dapat dilihat pada Tabel 5.
Gambar 3. Saus Ikan
13
Kelebihan saus ikan dibandingkan dengan saus tiram komersil yaitu: - Tanpa bahan pengawet, sehingga lebih sehat dan aman; - Kandungan karbohidrat lebih rendah dibandingkan dengan produk komersil, sehingga dapat dikonsumsi bagi yang menjaga asupan gula; - Kadar garam lebih rendah, tidak memicu penyakit tekanan darah tinggi; - Pengolahan produk dapat diterapkan pada usaha skala UMKM. Tabel 5. Perbandingan Hasil Uji Laboratorium Produk Saus Ikan dengan Saus Tiram Komersil Parameter
Saus Ikan
Saus Tiram Komersil
Air (%)
87.0
46.8
Protein (%)
3.02
3.06
Karbohidrat (%)
2.21
35.3
Lemak (%)
2.85
1.76
pH
6.9
6.39
NaCl
4.56
11.4
1 x 103
1 x 103
ALT (kol/gram)
Sumber : Balai Besar Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan dan Balai Besar Industri Agro, Kementerian Perindustrian Indonesia, 2013
2.
Pindang Prima Komposisi terbaik produk pindang prima adalah ikan pelagis 100%, garam 20%, bawang
putih 5%, kunyit 3%, daun salam 0,2% dan daun serai 0,2% dengan teknik pemindangan air garam. Lamanya waktu perebusan disesuaikan dengan ukuran ikan yaitu 15 menit untuk ikan ukuran kecil, 25 menit untuk ikan ukuran sedang, dan 1 jam untuk ikan ukuran besar. Produk yang dihasilkan dikemas dalam plastik vacuum jenis nylon polyamide. Setelah 4 hari penyimpanan dalam suhu kamar dan 2 minggu penyimpanan dalam suhu freezer, pengamatan hedonik dan mikrobiologi menunjukkan bahwa produk tersebut masih terpelihara kesegarannya. Produk pindang prima yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4. Perbandingan hasil uji laboratorium pindang prima dengan pindang komersil dapat dilihat pada Tabel 6. Kelebihan pindang prima dibandingkan dengan ikan pindang komersil yaitu: - Proses pengolahan dilakukan dengan cara dan alat yang bersih dan higienis; - Produk dikemas menarik dalam plastik nylon dan divacuum; - Masa simpan 4 hari pada suhu ruang dan 2 minggu di dalam freezer. 14
Gambar 4. Pindang Prima
Tabel 6. Perbandingan Hasil Uji Laboratorium Produk Pindang Prima dengan Pindang Komersil Parameter
Prima (0 hari)
Prima (4 hari suhu kamar)
Prima (14 hari suhu freezer)
Komersil 1 (0 hari)
Komersil 2 (0 hari)
Air (%)
54,9
68,5
59,5
69,5
70,8
Protein (%)
27,9
20,6
22,9
24,3
10,3
Karbohidrat (%)
9,9
6,2
9,4
3,1
10,3
Lemak (%)
2,4
1,3
2,8
3,1
2,1
Abu (%)
4,8
3,5
5,4
2,1
2,0
< 250 kol/g
< 250 kol/g
< 250 kol/g
1,5 x 108
4,5 x 104
Negatif
Negatif
Negatif
<3
<3
< 10 kol/g
< 10 kol/g
< 10 kol/g
< 1,0 x 101
< 1,0 x 101
ALT E. coli S. aureus
Sumber : Balai Besar Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Perindustrian Indonesia, 2013
3.
Snack Kedelai Udang Komposisi terbaik
produk pindang prima
adalah tapioka 100%, terigu 50%, tepung kedelai 40%, udang 40%, santan 48%, gula halus 2,4%, telur 30%, garam 4,8%, bawang putih 3%, penyedap rasa 2,5% dan baking soda 0,2%. Produk snack kedelai udang yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 5. Perbandingan hasil uji laboratorium produk snack kedelai udang dengan snack ikan komersil dapat
Gambar 5. Snack Kedelai Udang
dilihat pada Tabel 7.
15
Kelebihan snack kedelai udang dibandingkan dengan snack komersil yaitu: - Tanpa bahan pengawet; - Kandungan air rendah sehingga produk ini mempunyai umur simpan yang cukup lama; - Kandungan protein yang cukup tinggi bagus sebagai alternatif camilan untuk semua umur; - Pengolahan produk cukup sederhana. Tabel 7. Perbandingan Hasil Uji Laboratorium Produk Snack Kedelai Udang dengan Snack Ikan Komersil Parameter
Snack Kedelai Udang
Snack Ikan Komersial
Air (%)
2,9
5,8
Protein (%)
10,7
9,9
Karbohidrat (%)
57,4
73,9
Lemak (%)
25,4
9,3
ALT (colony/g)
3 x 101
3 x 101
E. coli (APM/g)
<3
<3
0
0
S. aureus (colony/g)
Sumber: Balai Besar Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan dan PT. Saraswanti Indo Genetech Jakarta, 2013
4.
Penyedap Rasa Ikan Komposisi terbaik produk penyedap rasa ikan adalah
ampas ikan hasil samping produk saus ikan 100%, air 300%, malto dextrin 15%, gula pasir 10%, CMC 6%, bawang putih 2%, daun salam 2%, lengkuas 2%, daun jeruk 1%, serai 0,5% dan jahe 0,5%. Produk penyedap rasa ikan yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 6. Perbandingan hasil uji laboratorium produk penyedap rasa ikan dengan produk penyedap rasa sapi dan ayam komersil dapat dilihat pada Tabel 8.
Gambar 6. Penyedap Rasa Ikan
16
Kelebihan penyedap rasa ikan dibandingkan dengan penyedap rasa komersil yaitu: - Tidak menggunakan bahan tambahan dan pengawet sehingga tidak membahayakan kesehatan seperti penyedap rasa pada umumnya; - Kandungan karbohidrat lebih rendah dibandingkan produk komersil sehingga tidak memicu terjadinya obesitas dan dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes; - Kandungan protein lebih tinggi dibandingkan produk komersil; - Kandungan NaCl lebih rendah dibandingkan produk komersil sehingga tidak memicu penyakit tekanan darah tinggi. Tabel 8. Perbandingan Hasil Uji Laboratorium Produk Penyedap Rasa Ikan dengan Penyedap Rasa Komersil Parameter
Penyedap Rasa Ikan BBP2HP
Penyedap Rasa Sapi Komersil
Penyedap Rasa Ayam Komersil
Air (%)
4,6
1,1
0,8
Protein (%)
22,5
6,9
5,2
Karbohidrat (%)
43,9
37,4
22,3
Lemak (%)
1,7
2,4
2,9
ALT (colony/g)
< 10
< 10
< 10
E. coli (APM/g)
<3
<3
<3
S. aureus (colony/g)
< 10
< 10
< 10
Sumber: Balai Besar Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan dan PT. Saraswanti Indo Genetech Jakarta, 2013
Setelah mendapatkan komposisi terbaik dari proses uji coba di laboratorium, keempat produk diuji kembali dalam uji preferensi konsumen yang meliputi aspek penerimaan terhadap kemasan, harga, dan produk secara keseluruhan. Kegiatan ini dilakukan di Kota Bandung, Bekasi, Semarang, Makassar, dan Mataram terhadap total 152 responden dari kalangan pengolah, perwakilan PKK dan karyawan. Hasil uji preferensi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa keempat ragam inovasi produk disukai dan memiliki harga terjangkau. Dokumentasi kegiatan uji preferensi dapat dilihat pada Gambar 7.
17
Pengenalan Produk Perikanan Laut
Penilaian Produk
Penilaian Produk
Gambar 7. Kegiatan Uji Preferensi Produk Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Ikan Air Laut
3.4.1.1.2 Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Ikan Air Tawar Serupa
dengan
kegiatan
sebelumnya,
kegiatan
ini
merupakan
upaya
penganekaragaman bentuk olahan ikan untuk memperluas peluang keberterimaan produk pada masyarakat, sehingga meningkatkan konsumsi ikan, khususnya ikan air tawar. Kegiatan ini menargetkan sebanyak 4 ragam penerapan inovasi, yaitu rendang patin dalam kaleng, steak patin berbumbu, chiki bandeng dan tsukudani bandeng. Lokasi identifikasi dan verifikasi yang dilakukan meliputi Kabupaten Takalar, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kota Pekanbaru serta Kabupaten Kampar di Propinsi Riau. Salah satu dokumentasi kegiatan identifikasi dan verifikasi dapat dilihat pada Gambar 8.
Petugas BBP2HP bersama kelompok Fania Food
Petugas BBP2HP bersama kelompok Fania Food
Produk snack ikan produksi kelompok Fania Food
Gambar 8. Identifikasi dan Verifikasi di Propinsi DIY
18
Hasil kegiatan yang dilakukan selama tahun 2013 adalah sebagai berikut: 1.
Rendang Patin dalam Kaleng Rendang patin dalam kaleng merupakan inovasi
untuk memanfaatkan ikan patin berukuran < 700 g/ekor sebagai makan siap saji. Produk yang telah dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 9. Suhu yang digunakam 1220 C selama 20 menit dengan tekanan 30 Psi 2 bar. Formulasi terpilih produk rendang patin dalam kaleng dapat dilihat pada Tabel 9. Hasil uji laboratorium produk rendang patin dalam kaleng dapat dilihat pada Tabel 10. Kelebihan
rendang
patin
dalam
Gambar 9. Rendang Patin dalam Kaleng
kaleng
dibandingkan dengan produk komersil yaitu: - Sehat, tanpa bahan pengawet; - Harga bersaing. Tabel 9. Formulasi Terpilih Produk Rendang Patin dalam Kaleng Bahan
Persentase (%)
Bahan
Persentase (%)
Steak patin
100
Bawang merah
3
Santan
33
Cabe giling
5
Minyak sayur
16.5
Gula putih
7
Bawang putih
5
Bumbu dapur dan rempah-rempah
Secukupnya
Tabel 10. Hasil Uji Laboratorium Produk Rendang Patin dalam Kaleng Parameter
Hasil
Metode Uji
Hedonik test
7
SNI 2346 : 2011
ALT an-aerob
< 10 kol/ g
Teknik cawan tuang menggunakan perbenihan PCA diinkubasi pada kondisi anaerob
Sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan Jakarta dan Balai Besar Industri Agro Kementerian Perindustrian Bogor, 2013
19
2.
Steak Patin Berbumbu Diversifikasi olahan ikan patin berupa potongan
fillet patin yang diberi bumbu disebut steak patin berbumbu seperti pada Gambar 10 . Formulasi terpilih steak patin berbumbu berdasarkan uji hedonik dapat dilihat pada Tabel 11. Hasil uji laboratorium produk steak patin berbumbu dapat dilihat pada Tabel 12. Kelebihan steak patin berbumbu dibandingkan dengan produk komersil yaitu:
Gambar 10. Steak Patin Berbumbu
-
Sehat, tanpa bahan pengawet;
-
Harga bersaing;
-
Profitable dan dapat dikembangkan dalam skala UMKM.
Tabel 11. Formulasi Terpilih Produk Steak Patin Berbumbu Bahan
Persentase (%)
Bahan
Persentase (%)
Steak Ikan Patin
100
CMC
0.2
Saus Barbeque
10
Lada
1
Bawang Putih
3
Mentega
10
Garam
2
Air
10
Saus Tiram
20
Tabel 12. Hasil Uji Laboratorium Produk Steak Patin Berbumbu Jenis Uji Hedonik Test ALT S. aureus
Hasil 7 10.000 kol/g < 10 kol/ g
Sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan Jakarta, 2013
20
3.
Chiki Bandeng Chiki Bandeng termasuk dalam produk ekstrusi
yaitu
produk
ekstruder
yang
dengan
diolah
urutan
menggunakan proses
yang
mesin meliputi
pencampuran, pemasakan, pengadonan, penghancuran, pencetakan dan pembentukan. Produk chiki bandeng dapat dilihat seperti pada Gambar 11. Formulasi terpilih untuk produk chiki bandeng berdasakan hasil uji hedonik dapat dilihat pada Tabel 13. Hasil uji
Gambar 11. Chiki Bandeng
laboratorium produk chiki bandeng dapat dilihat pada Tabel 14. Kelebihan chiki bandeng dibandingkan dengan snack komersil yaitu: -
Sehat, tanpa bahan pengawet;
-
Protein tinggi, lemak rendah;
-
Harga bersaing.
Tabel 13. Formulasi Terpilih Produk Chiki Bandeng Bahan
Persentase (%)
Bahan
Persentase (%)
Grit jagung
100
Bawang putih
40
Grit ikan bandeng
40
Ketumbar
40
Grit beras
60
Garam
8
Tabel 14. Hasil Uji Laboratorium Produk Chiki Bandeng Jenis Uji Hedonik Test
Hasil 7
Protein
18.92
Lemak
2.95
Air
6.36
Abu
2.50
Alt
<250 kol/gram
Esherichia coli
<3 APM/gram
Sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan Jakarta dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Jakarta, 2013
21
4.
Tsukudani Bandeng Tsukudani Bandeng merupakan salah satu jenis
camilan berbahan dasar ikan bandeng seperti pada Gambar 12. Kelebihan produk ini antara lain mempunyai cita rasa gurih dan manis, proses pengolahan dengan teknik dehidrasi parsial (perebusan dan pengeringan untuk menghasilkan Aw yang rendah) sehingga memiliki daya simpan yang cukup lama. Formulasi terpilih untuk produk tsukudani bandeng berdasarkan hasil uji hedonik dapat dilihat pada Tabel 15. Hasil uji laboratorium produk
Gambar 12. Tsukudani Bandeng
tsukudani bandeng dapat dilihat pada Tabel 16. Kelebihan tsukudani bandeng dibandingkan dengan produk komersil yaitu: -
Sehat dan aman tanpa bahan pengawet;
-
Protein dan kalsium tinggi, namun rendah lemak;
-
Profitable, dapat dikembangkan dalam skala UMKM;
-
Harga bersaing.
Tabel 15. Formulasi Terpilih Produk Tsukudani Bandeng Bahan
Persentase (%)
Bahan
Persentase (%)
Fillet Ikan Bandeng
100
Soy bean sauce
1
Garam
0.5
Air
50
Gula Putih
15
Sprite
50
Asam Jawa
1
Tabel 16. Hasil Uji Laboratorium Produk Tsukudani Bandeng Jenis Uji Hedonik Test
Hasil 7
Protein
50.59
Lemak
9.73
Air
7.45
Abu
5.50
Kalsium
629.69 mg/kg
Alt
1000 kol/gram
S. aereus
1 x 101 kol/ g
Sumber : Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan Jakarta, 2013
22
Setelah mendapatkan komposisi terbaik dari proses uji coba di laboratorium, keempat produk diuji kembali dalam uji preferensi konsumen yang meliputi aspek penerimaan terhadap kemasan, harga, dan produk secara keseluruhan. Kegiatan ini dilakukan di Kota Semarang, Kab. Kulonprogo dan Kota Pekanbaru terhadap total 60 responden dari kalangan pengolah, perwakilan PKK dan karyawan. Hasil uji preferensi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa produk tsukudani bandeng merupakan produk yang paling diminati, sedang produk lainnya perlu ada penyempurnaan rasa, kenampakan dan pengemasan. Dokumentasi kegiatan uji preferensi dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Kegiatan Uji Preferensi Produk Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Ikan Air Tawar
3.4.1.1.3 Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Rumput Laut Kegiatan ini merupakan upaya penganekaragaman bentuk olahan rumput laut sebagai salah satu komoditas industrialisasi perikanan. Kegiatan ini menargetkan sebanyak 4 ragam penerapan inovasi, yaitu beras analog rumput laut, es krim rumput laut, minuman serbuk rumput laut dan teh rumput laut. Lokasi identifikasi dan verifikasi yang dilakukan meliputi Propinsi Nusa Tenggara Barat, Propinsi Sulawesi Tengah, Propinsi Sulawesi Tenggara, Propinsi DKI Jakarta, dan Propinsi Jawa Timur. Beberapa dokumentasi kegiatan identifikasi dan verifikasi dapat dilihat pada Gambar 14.
23
Wawancara dengan KUB RIFA
Contoh Rumput Laut Cottonii
Kerupuk Rumput Laut
Gambar 14. Identifikasi dan Verifikasi Kegiatan Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Rumput Laut
Hasil kegiatan yang dilakukan selama tahun 2013 adalah: 1.
Beras Analog Rumput Laut Uji coba pengolahan beras analog rumput laut dengan
memanfaatkan beberapa jenis sumber karbohidrat antara lain pati singkong, jagung dan beras perah dengan perlakuan
suhu
gelatinasi
70°C,
80°C,
90°C
dan
menggunakan bahan baku rumput laut jenis E. cottonii menghasilkan 2 formulasi beras rumput laut terbaik seperti
pada
Tabel
17.
Perbandingan
hasil
uji
laboratorium produk beras analog rumput laut dengan
Gambar 15. Beras Analog Rumput Laut
beras komersil ditampilkan pada Gambar 15. Kelebihan beras analog rumput laut dibandingkan dengan produk komersil yaitu: - Sehat, mengandung serat rumput laut; - Menjadi alternatif pengganti beras alami sebagai sumber makanan pokok; - Profitable, layak dikembangkan dalam skala industri.
Tabel 17. Formulasi Terpilih Produk Beras Analog Rumput Laut Formula 1
Bahan Beras
Persentase (%)
Formula
100%
2
Bahan
Persentase (%)
Beras
50%
Rumput Laut Basah
20%
Tepung singkong/mokaf
50%
GMS
0,2%
Rumput Laut Basah
20%
GMS
0,2%
Minyak
1%
Minyak
1%
24
Tabel 18. Perbandingan Hasil Uji Laboratorium Produk Beras Analog Rumput Laut dengan Beras Komersil Parameter
Beras Analog Rumput Laut
Beras Rojo Lele
Kadar Air
8,74%
7,65%
Serat Pangan
11,82%
5,25%
11.000 koloni/G
21 koloni/G
<3
<3
ALT Koliform
Sumber : Balai Besar Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan dan PT. Saraswanti Indo Genetech Jakarta, 2013
2. Es Krim Rumput Laut Formulasi terpilih produk es krim rumput laut dapat dilihat pada Tabel 19. Perbandingan hasil uji laboratorium produk es krim rumput laut dengan es krim komersil dapat dilihat pada Tabel 20. Produk es krim rumput laut ditampilkan pada Gambar 16. Kelebihan es krim rumput laut dibandingkan dengan es krim komersil yaitu: - Rendah lemak, mengandung serat pangan; - Sehat, tanpa bahan pengawet;
Gambar 16. Es Krim Rumput Laut
- Rasa enak dan disukai; - Profitable, dapat dikembangkan dalam skala UMKM. Tabel 19. Formulasi Terpilih Produk Es Krim Rumput Laut Bahan Air
Persentase (%) 58.5
Bahan
Persentase (%)
Susu skim
20
Rumput laut E. cottonii
5
Egg yolk
1.5
Santan
3
Gula
10
Buttermilk
1.5
GMS
0.2
Garam
0.1
CMC
0.2
25
Tabel 20. Perbandingan Hasil Uji Laboratorium Produk Es Krim Rumput Laut dengan Es Krim Komersil Parameter
Es Krim Rumput Laut
Es Krim Komersil
Kadar Air
67,29 %
56 %
Kadar Abu
0,58 %
0,73 %
Kadar Lemak
5,84 %
8,65 %
Kadar Protein
2,74 %
12 %
Karbohidrat
23,55 %
21,88 %
Serat Pangan
5,12 %
0,75 %
Sumber: Laboratorium Pasca Panen Pertanian Jakarta, 2013
3.
Minuman Serbuk Rumput Laut
Rumput laut yang digunakan yaitu rumput laut E. cottonii, sehingga minuman ini memiliki serat pangan yang tinggi. Formulasi terpilih minuman serbuk rumput laut dapat dilihat pada Tabel 21. Perbandingan
hasil
uji
laboratorium
produk
minuman serbuk rumput laut dengan minuman serbuk komersil dapat dilihat pada Tabel 22. Produk minuman serbuk rumput laut ditampilkan
Gambar 17. Minuman Serbuk Rumput Laut
pada Gambar 17. Kelebihan minuman serbuk rumput laut dibandingkan dengan komersil yaitu : -
Mengandung serat pangan;
-
Sehat, tanpa bahan pengawet;
-
Rasa enak dan disukai;
-
Profitable, dapat dikembangkan dalam skala UMKM.
Tabel 21. Formulasi Terpilih Produk Minuman Serbuk Rumput Laut Jenis Produk Minuman Jahe Rumput Laut
Bahan
Persentase
Air
100%
Rumput laut basah
20%
Maltodekstin
10%
Sari jahe
20%
Flavor
2% (dari campuran gula+serbuk RL)
Gula
500% (dari total serbuk sari rumput laut)
26
Jenis Produk Minuman Jeruk Rumput Laut
Bahan
Persentase
Air
100%
Rumput laut basah
20%
Maltodekstin
10%
Sari jeruk
10%
Flavor
2%
Gula
500%(dari total serbuk sari rumput laut)
Asam sitrat
0,2% (dari campuran gula+serbuk RL)
Asam askorbat
0,1%
Tabel 22. Perbandingan Hasil Uji Laboratorium Produk Minuman Serbuk Rumput Laut dengan Minuman Serbuk Komersil Parameter
Serbuk Jahe Rumput Laut
Anget Sari Jahe Komersil
Kadar Air
0,66%
0,64%
Serat Pangan
1,77%
1,68%
14 koloni/g
4 koloni/g
<3
<3
ALT Koliform
Sumber: PT. Saraswanti Indo Genetech Jakarta, 2013
4.
Teh Rumput Laut Beberapa tahapan percobaan yang dilakukan dalam rangka
menghasilkan inovasi teh rumput laut jenis Sargassum sp. antara lain adalah uji coba pengolahan rumput laut, uji laboratorium (mikrobiologi dan proksimat) dan uji pembuatan teh dengan beberapa pencampuran. Formulasi terbaik yang dihasilkan adalah dengan perlakuan perendaman kayu manis 1% dan daun jeruk purut 0,2% selama 24 jam, dengan komposisi Sargassum : teh melati adalah 70 : 30 dan 60 : 40. Teh rumput laut memiliki serat kasar lebih tinggi dibandingkan produk teh komersil, Gambar 18. Teh Rumput Laut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 23. Produk teh rumput laut ditampilkan pada Gambar 18. Kelebihan produk teh rumput laut dibandingkan dengan teh komersil yaitu: -
Mengandung antioksidan poliphenol, serat, dan mineral yodium yang tinggi;
-
Sehat, tanpa bahan pengawet;
-
Profitable, dapat dikembangkan dalam skala UMKM. 27
Tabel 23. Perbandingan Hasil Uji Laboratorium Produk Teh Rumput Laut dengan Teh Komersil Parameter
Teh Sargassum 60 : 40
Teh Sargassum 70 : 30
Teh Melati Komersil
Kadar air
23,26%
23,85%
4,55 %
Abu tak larut dalam asam
0,03%
0,06%
0,45 %
Serat kasar
18,50%
20,68%
18,77%
Kadar yodium
65,83%
80,58%
68,49%
Total Poliphenol
1,09%
1,12%
9,88%
Sumber: Balai Besar Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Laboratorium Pasca Panen Pertanian, Balai Besar Industri Agro Kementerian Perindustrian Indonesia dan PT. Saraswanti Indo Genetech Jakarta, 2013
Setelah mendapatkan komposisi terbaik dari proses uji coba di laboratorium, keempat produk diuji kembali dalam uji preferensi konsumen yang meliputi aspek penerimaan terhadap kemasan, harga, dan produk secara keseluruhan. Kegiatan ini dilakukan di Makassar, Mataram, Yogyakarta, Bogor dan Bandung. Hasil uji preferensi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa produk inovasi teknologi pengolahan rumput laut dapat diterima oleh konsumen baik dari segi kemasan, produk dan harga. Dokumentasi kegiatan uji preferensi dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Kegiatan Uji Preferensi Produk Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Rumput Laut
3.4.1.1.4 Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Produk Non Konsumsi Berbasis Rumput Laut Kegiatan ini merupakan upaya penganekaragaman bentuk olahan non konsumsi rumput laut sebagai salah satu komoditas industrialisasi perikanan. Kegiatan ini menargetkan sebanyak 3 ragam penerapan inovasi, yaitu
sampo rumput laut, sabun cair
rumput laut, dan bioetanol rumput laut. Lokasi identifikasi dan verifikasi yang dilakukan 28
meliputi Kabupaten Mataram, Kota Bogor dan Kota Manado. Beberapa dokumentasi kegiatan identifikasi dan verifikasi dapat dilihat pada Gambar 20.
Produk Bioetanol
Alat Pengering Tradisional
Bioetanol dari Glacilaria
Gambar 20. Identifikasi dan Verifikasi Kegiatan Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Produk Non Konsumsi Berbasis Rumput Laut Kegiatan yang dilakukan selama tahun 2013 adalah: 1. Sampo Rumput Laut Produk sampo rumput laut berfungsi memberi keindahan rambut, melembutkan rambut, mencegah kehilangan air, membersihkan rambut Komponen-komponen
penyusunnya
adalah
dan mempertahankan bahan aktif.
pelembab,
pengemulsi,
bahan
pengisi,
pembersih, bahan aktif, pelarut, pewangi dan pengawet. Kenampakan sampo rumput laut yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 21. Kelebihan sampo rumput laut dibandingkan dengan sampo komersil adalah bahwa sampo rumput laut mampu memberikan efek melembutkan rambut dan mencegah iritasi pada kulit karena rumput laut dapat berinteraksi dengan karoten pada manusia. Hasil uji hedonik oleh panelis terlatih
sampo rumput laut yang ditunjukkan pada Gambar 22
menunjukkan bahwa setelah penyimpanan selama 3 bulan panelis masih memberikan penilaian yang lebih tinggi pada sampo rumput laut dibandingkan pada sampo komersil.
Gambar 21. Sampo Rumput Laut
Gambar 22. Grafik Hubungan Umur Simpan dan Nilai Hedonik Sampo Rumput Laut 29
2.
Sabun Cair Rumput Laut Sabun cair rumput laut dibuat melalui reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH
dan penambahan rumput laut. Sebagai sumber asam lemak digunakan asam stearat dan zatzat lain yaitu texafon, koperland kd dan nipagin. Kenampakan sabun cair rumput laut yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 23. Kelebihan sabun cair rumput laut dibandingkan dengan sabun cair komersil adalah bahwa sabun cair rumput laut banyak mengadung Vitamin E yang sangat dibutuhkan oleh kulit dan tidak perlu penambahan vitamin E buatan. Hasil uji hedonik oleh panelis terlatih sabun cair rumput laut yang ditunjukkan pada Gambar 24 menunjukkan bahwa setelah penyimpanan selama 3 bulan tidak nampak penurunan yang siginifikan terhadap kesan kesukaan panelis terhadap sabun cair rumput laut.
Gambar 23. Sabun Cair Rumput Laut
3.
Gambar 24. Grafik Hubungan Umur Simpan dengan Nilai Hedonik Sabun Cair Rumput Laut
Bioetanol Rumput Laut Bioetanol dibuat dengan menggunakan bahan baku Gracilaria, Sargassum dan limbah
dari agar-agar. Prosesnya dimulai dengan penghalusan bahan-bahan menjadi tepung berukuran 60 mesh kemudian dilanjutkan dengan hidrolisis enzim dan fermentasi. Di akhir fermentasi, media disaring untuk dipisahkan padatan dengan cairan (filtrat). Filtrat dimurnikan melalui proses distilasi. Bioetanol yang dihasilkan memiliki pH 4,5 – 5. Kadar bioetanol yang didapat dari hasil proses pembuatan dan proses distilasi yaitu 86%, baik dari Gracilaria maupun Sargassum. Kelebihan bioetanol rumput laut adalah sebagai alternatif pengganti energi dari fosil.
30
Setelah mendapatkan komposisi terbaik dari proses uji coba di laboratorium, ketiga produk diuji kembali dalam uji preferensi konsumen. Kegiatan ini dilakukan di Makassar, Nusa Tenggara Barat (NTB), Surabaya dan Kota Bogor, terhadap 40 orang peserta yang berasal dari UMKM. Hasil uji preferensi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa produk sampo dan sabun cair rumput laut ini telah memiliki kemasan yang menarik dan mampu melindungi produk, memiliki penampakan produk yang menarik secara keseluruhan, aroma yang harum, kelembutan yang cukup, dan harga yang terjangkau. Dokumentasi kegiatan uji preferensi dapat dilihat pada Gambar 25.
Pembukaan acara uji preferensi
Proses penilaian produk
Paparan pelaksana kegiatan
Gambar 25. Kegiatan Uji Preferensi Produk Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Produk Non Konsumsi Berbasis Rumput Laut
3.4.1.1.5 Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Produk Non Konsumsi Berbasis Ikan Kegiatan ini merupakan upaya penganekaragaman bentuk olahan non konsumsi berbahan baku ikan. Kegiatan ini menargetkan sebanyak 3 ragam penerapan inovasi, yaitu kulit ikan tuna tersamak, cream cangkang kerang, dan ekstrak albumin ikan gabus. Lokasi identifikasi dan verifikasi yang dilakukan adalah di Kabupaten Malang. Kegiatan yang dilakukan selama tahun 2013 adalah: 1.
Kulit Ikan Tuna Tersamak Kulit ikan tuna tersamak dapat dijadikan bahan baku
industri kerajinan, seperti sepatu dan sarung tangan golf. Produk kulit ikan tuna tersamak memiliki keunikan bentuk yaitu pada bekas-bekas sisik ikan tuna yang membentuk pola yang khas. Hal ini dapat menambah daya tarik
terhadap
produk-produk berbahan dasar kulit yang dihasilkan. Produk kulit ikan tuna tersamak dapat dilihat pada Gambar 26.
Gambar 26. Kulit Ikan Tuna Tersamak 31
Hasil analisis terhadap kekuatan tarik, kemuluran, dan kekuatan sobek menunjukkan bahwa kulit ikan tuna tersamak memenuhi syarat mutu baku untuk kerajinan kulit. Nilai hasil uji laboratorium kulit ikan tuna tersamak dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Hasil Uji Laboratorium Produk Kulit Ikan Tuna Tersamak Parameter
Hasil Uji
Nilai Acuan
Kekuatan tarik
2453,2 N
min. 2000 N
SNI 06-6121-1999
Kekuatan regang/kemuluran
41.20%
maksimal 50%
SNI 06-3635-1994
626.33 N/cm
min. 300 N
SNI 06-6121-1999
Kadar air
18.16 %
maks. 20%
SNI 06-6121-1999
Kadar minyak/lemak
2.48 %
maks 12%
SNI 06-6121-1999
Kekuatan sobek
Sumber Acuan
2. Cream Cangkang Kerang Cream cangkang kerang mengandung kalsium lebih tinggi dibandingkan
cream
komersil.
Kalsium
berkhasiat
untuk
memelihara kelembaban kulit, mengatasi kulit kusam/kasar, dan mengurangi kerutan. Formulasi terpilih untuk produk cream cangkang kerang disajikan pada Tabel 25. Produk cream cangkang kerang ditampilkan pada Gambar 27. Hasil uji laboratorium produk cream cangkang kerang dapat dilihat pada Tabel 26.
Gambar 27. Cream Cangkang Kerang
Tabel 25. Formulasi Terpilih Produk Cream Cangkang Kerang Bahan Bahan Baku
Tepung cangkang kerang
Bahan-bahan lain
Emulgade Cetyl Alkohol Parafin Liquid Nipagin GMS Glyserin Propylen Glycol TEA Aqua Vitamin E Vitamin C Pemberi aroma Pemberi warna
Bahan penolong
Bahan bakar
Persentase (%)
Berat (gr)
5%
5 gr
10% 3% 2% 0,15% 0,2% 2% 3% 1% 56% + 20% 0.2 % 0,2%
10 gr 3 gr 2 gr 0,15 gr 0,2 gr 2 gr 3 gr 1 gr 56 gr + 20 gr 0,2 gr 0,2 gr Secukupnya Secukupnya Secukupnya
32
Tabel 26. Hasil Uji Laboratorium Produk Cream Cangkang Kerang Parameter Kalsium
3.
Nilai 1823,7 mg/100g
Raksa/Merkuri (Hg)
0
Hidroquinon
0
Benda asing
negatif
Ekstrak Albumin Ikan Gabus Ekstrak albumin ikan gabus seperti yang ditampilkan pada
Gambar 28 diproses dengan alat pengukus termodifikasi yang suhunya terkontrol dan tidak menggunakan bahan tambahan makanan. Ekstrak albumin ikan gabus mengandung albumin dan mineral yang bermanfaat untuk meningkatkan kadar albumin dan daya tahan tubuh; mempercepat proses penyembuhan pasca operasi, patah tulang, luka bakar, penyakit hepatitis, TBC/infeksi paru, stroke, dll. Hasil uji laboratorium ekstrak albumin ikan
Gambar 28. Ekstrak Albumin Ikan Gabus
gabus ditampilkan pada Tabel 27.
Tabel 27. Hasil Uji Laboratorium Produk Ekstrak Albumin Ikan Gabus Parameter Energi total Kadar air Kadar abu Lemak total Karbohidrat total Mn Lemak tak jenuh Omega 6 ALT
Nilai 37.36 kkal/100g 89.75 % 1.26 % 0.28 % 8.71 % 1.97 ppm 0.13 % 3.88 mg/100g < 10 colony/g
Setelah mendapatkan komposisi terbaik dari proses uji coba di laboratorium, ketiga produk diuji kembali dalam uji preferensi konsumen. Kegiatan ini dilakukan di Mataram, Surabaya dan Tangerang. Hasil uji preferensi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa produk kulit ikan tuna tersamak, cream cangkang kerang dan ekstrak albumin ikan gabus dapat diterima oleh konsumen baik dari segi kenampakan/bentuk, warna, bau, dan teksturnya. Dokumentasi kegiatan uji preferensi dapat dilihat pada Gambar 29. 33
Penilaian Produk
Penilaian Produk
Paparan Pelaksana Kegiatan
Gambar 29. Kegiatan Uji Preferensi Produk Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Produk Non Konsumsi Berbasis Ikan
3.4.1.1.6 Kerjasama Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Kegiatan ini merupakan upaya penganekaragaman bentuk olahan hasil perikanan sekaligus peningkatan kerjasama dengan instansi lain. Kegiatan ini menargetkan sebanyak 2 ragam penerapan inovasi, namun menghasilkan 6 ragam pada akhir tahun anggaran. Keenam produk tersebut adalah pia rumput laut, nori ulva, sosis asap bandeng, bandeng saus tiram dalam kaleng, gulai tuna dalam kaleng, dan mangut lele dalam kaleng. Lokasi identifikasi dan verifikasi yang dilakukan adalah di pantai sekitar wilayah Gunungkidul, diantaranya pantai Kukup, Sepanjang, Krakal, Ngandong, Sundak, Drini, dan Pok Tunggal. Hasil dari kegiatan yang dilakukan selama tahun 2013 adalah: 1. Nori Ulva Produk ini dihasilkan oleh BBP2HP. Produk
nori
dengan bahan baku jenis Ulva belum ada di pasaran. Aroma snack dan lembaran nori Ulva sangat khas rumput laut jenis Ulva, rasanya lezat dan cocok dikonsumsi anak-anak. Formulasi terpilih didapat dengan perlakuan pencampuran bumbu dan rebon, dengan komposisi Ulva : air = 1 : 5, dan lama pemasakan 30 menit. Perbandingan hasil uji nutrisi nori Ulva dengan nori komersil dapat dilihat pada Tabel 28. Produk nori Ulva ditampilkan pada Gambar 30.
Gambar 30. Nori Ulva
Kelebihan nori Ulva dibandingkan produk komersil yaitu: - Bahan bakunya tumbuh alami dan mudah didapat; - Pemanfaatannya masih terbatas, yaitu baru diolah menjadi keripik;
34
- Produk nori Ulva lembaran dan snack mempunyai aroma yang sangat kuat/khas dan rasa yang enak; - Proses pengolahannya cukup sederhana.
Tabel 28. Perbandingan Hasil Uji Laboratorium Produk Nori Ulva dengan Nori Komersil Parameter
Nori Ulva (%)
Nori Komersil (%)
14,24
10,38
0,6
9,8
Kadar Abu
12,21
0,35
Kadar Protein
9,35
37,70
Kadar Karbohidrat
63,6
52,15
Kadar Air Kadar Lemak
Sumber : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan dan Balai Pengujian Mutu Barang Kementerian Perindustrian, 2013
2.
Sosis Asap Bandeng Produk ini dihasilkan oleh BBP2HP. Sosis asap
bandeng seperti pada Gambar 31 merupakan produk berbahan baku bandeng yang belum terdapat di pasaran, mempunyai cita rasa khas dan lezat dengan flavor asap yang alami. Formulasi terpilih untuk sosis asap bandeng yaitu daging
bandeng 66,8%, tepung
tapioka 13,4%,
tepung maizena 3,3%, bumbu-bumbu (garam 1%, lada 0,7%, minyak 1,3%, susu 1,3%, bawang merah 2%, bawang putih 1,3%, jahe 0,3%, gula halus 1,3%, baking
Gambar 31. Sosis Asap Bandeng
soda 0,1%, royco 0,1%, dan air 6,7%), dengan proses pengasapan suhu 600 C selama 30 menit dan proses pengeringan suhu 700 C selama 90 menit. Hasil uji gel strength 557,2 g, uji lipat 2 dan uji gigit 6. Kelebihan sosis asap bandeng dibandingkan produk komersil yaitu: - Mempunyai cita rasa yang khas dan lezat dengan flavor asap yang alami; - Mempunyai kadar protein yang cukup tinggi; - Cocok untuk cemilan anak-anak maupun dewasa.
35
3.
Pia Ulva Produk pia Ulva seperti pada Gambar 32 dihasilkan
oleh
BPPTK–LIPI
Yogyakarta.
Produk
pia
dengan
kombinasi isi dari rumput laut Ulva memiliki bentuk produk cukup menarik dan mudah digemari oleh masyarakat. Formulasi terpilih untuk pia Ulva dapat dilihat pada Tabel 29. Hasil uji laboratorium pia Ulva Gambar 32. Pia Ulva
dapat dilihat pada Tabel 30. Kelebihan pia Ulva dibandingkan produk komersil yaitu:
- Jenis rumput laut Ulva mudah didapat dan tumbuh secara alami. - Merupakan produk yang mudah digemari oleh masyarakat - Mempunyai rasa yang enak - Dapat dikembangkan dalam skala UMKM Tabel 29. Formulasi Terpilih Produk Pia Ulva Bahan Isi Pia Ulva Basah Air Susu Bubuk Gula Pasir Garam Margarin Santan Kelapa Essence Pandan
Jumlah 100 gr 300 ml 30 gr 70 gr 1/8 sdt 10 gr 2sdm 6 tetes
Kulit Dalam Terigu segitiga biru Mentega putih Mentega wijsman
Jumlah 160 gr 40 gr 30 gr
Kulit Luar Terigu segitiga biru Gula Pasir Garam Juice Ulva Mentega putih Mentega Wijsman Baking powder Essence pandan
Jumlah 175 gr 13 gr 1/8 sdt 6 sdm 20 gr 20 gr 1/8 sdt ¼ sdt
Tabel 30. Hasil Uji Laboratorium Produk Pia Ulva Analisis (Basis Basah) Kadar air Kadar abu Protein kasar Lemak kasar
Kadar (%) 20,379 0,720 6,387 19,974
Sumber : BPPTK-LIPI Yogyakarta, 2013
36
4. Bandeng Saus Tiram dalam Kaleng Produk bandeng saus tiram dalam kaleng seperti pada Gambar 33 dihasilkan oleh BPPTK–LIPI Yogyakarta. Produk ini memiliki rasa yang lezat, daya simpan yang cukup lama, merupakan produk yang praktis dan mudah dibawa. Kemungkinan kerusakan produk cukup kecil karena kemasan kaleng yang melindungi produk. Hasil uji laboratorium bandeng saus tiram dapat dilihat pada Tabel 31. Kelebihan bandeng saus tiram dalam kaleng yaitu:
Gambar 33. Bandeng Saus Tiram dalam Kaleng
- Produk siap saji; - Produk mempunyai kadar protein yang cukup tinggi.
Tabel 31. Hasil Uji Laboratorium Produk Bandeng Saus Tiram dalam Kaleng Jenis Uji Kadar air Kadar abu Protein kasar Lemak kasar Serat kasar
Kadar (%) 75,514 1,546 12,994 6,775 0,003
Sumber : BPPTK-LIPI Yogyakarta, 2013
5.
Gulai Tuna dalam Kaleng Produk gulai tuna dalam kaleng seperti pada Gambar 34
dihasilkan oleh BPPTK–LIPI Yogyakarta. Produk pengolahan gulai tuna menjadi olahan dalam kaleng ditujukan bagi segmen pasar menengah. Gulai tuna merupakan sajian kuliner yang lezat dan disukai banyak orang karena mempunyai cita rasa yang khas. Formulasi terpilih produk gulai tuna dalam kaleng ditampilkan pada Tabel 32. Hasil uji laboratorium produk gulai Gambar 34. Gulai Tuna dalam Kaleng tuna dalam kaleng ditampilkan pada Tabel 33. Kelebihan gulai tuna dalam kaleng yaitu: -
Rasanya sangat lezat, mempunyai daya simpan yang cukup lama;
-
Produk siap saji;
-
Produk mempunyai kadar protein yang cukup tinggi.
37
Tabel 32. Formulasi Terpilih Produk Gulai Tuna dalam Kaleng Bahan
Persentase (%)
Bahan
Persentase (%)
Tuna
65,22
Jintan
0,04
Bawang merah
2,17
Pala
0,04
Bawang Putih
1,74
Lada
0,09
Kemiri
1,30
Gula Merah
0,87
Kunyit
1,09
Kelapa Parut
21,74
Garam
1,09
Rempah-rempah
1,30
Cabai Merah
0,43
Minyak Goreng
2,17
Cabai Rawit
0,22
Bumbu dapur
0,39
Ketumbar
0,09
Tabel 33. Hasil Uji Laboratorium Produk Gulai Tuna dalam Kaleng Jenis Uji Kadar air Kadar abu Protein kasar Lemak kasar Serat kasar ALT
6.
Kadar (%) 81,326 1,542 10,762 3,898 0,036 1 x 101 cfu/gr
Mangut Lele dalam Kaleng Produk mangut lele dalam kaleng seperti pada Gamba r
35 dihasilkan oleh BPPTK–LIPI Yogyakarta. Pengolahan le le menjadi olahan dalam kaleng ditujukan bagi segmen pasar menengah. Mangut lele merupakan sajian kuliner yang lezat dan disukai banyak orang karena mempunyai cita rasa yang kha s. Formulasi terpilih produk mangut lele dalam kaleng disajika n pada Tabel 34. Hasil uji laboratorium mangut lele dalam kale ng Gambar 35. Mangut Lele dalam Kaleng ditampilkan pada Tabel 35. Kelebihan mangut lele dalam kaleng yaitu: -
Mempunyai daya simpan yang cukup lama;
-
Produk siap saji;
-
Produk mempunyai kadar protein yang cukup tinggi.
38
Tabel 34. Formulasi Terpilih Produk Mangut Lele dalam Kaleng Bahan
Berat (gr)
Persentase (%)
Berat (gr)
Persentase (%)
25000
64,10
Ketumbar
35
0,09
Bawang merah
600
1,67
Jintan
8
0,03
Bawang Putih
700
1,79
Pala
10
0,03
Kemiri
400
1,03
Lada
25
0,06
Kunyit
450
1,15
Gula Merah
500
1,28
Garam
450
1,21
Kelapa Parut
8000
20,51
Cabai Merah
400
1,03
Jahe
150
0,38
Cabai Rawit
200
0,51
Minyak
2000
5,13
Lele
Bahan
Tabel 35. Hasil Uji Laboratorium Produk Mangut Lele dalam Kaleng Jenis Uji Kadar air Kadar abu Protein kasar Lemak kasar Serat kasar ALT
Kadar (%) 72,452 2,573 11,219 11,647 0,003 2 x 101 cfu/gr
3.4.1.1.7 Penerapan Teknologi Pengolahan Bandeng dalam rangka Mendukung Industrialisasi Kegiatan Workshop Industrialisasi Bandeng dilaksanakan sebagai sarana pembelajaran yang singkat dan intensif dalam rangka peningkatan nilai tambah dan daya saing produk olahan bandeng serta peningkatan sinergi antar pelaku usaha dan antara pelaku usaha dengan pemerintah untuk dapat mendukung terwujudnya industrialisasi bandeng. Kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi antara BBP2HP, Direktorat Pengolahan Hasil dan Direktorat Pemasaran Dalam Negeri. Pengumpulan data dan survei dilakukan di Kabupaten Pati, Bekasi, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Karawang, DKI Jakarta, Kabupaten Piedie dan Beueren. Jenis produk olahan berbasis bandeng hasil dari kegiatan identifikasi dan verifikasi ditampilkan pada Gambar 36.
39
Nugget Bandeng
Presto Bandeng
Bandeng Tanpa Duri
Gambar 36. Identifikasi dan Verifikasi Kegiatan Penerapan Teknologi Pengolahan Bandeng dalam rangka mendukung Industrialisasi
Kegiatan penerapan teknologi pengolahan bandeng dalam rangka mendukung industrialisasi selama tahun 2013 antara lain: 1.
Workshop I Industrialisasi Bandeng Dilaksanakan pada tanggal 28 – 30 Agustus 2013 di Semarang – Jawa Tengah, diikuti
oleh 113 orang peserta dari 5 propinsi dan 18 kabupaten yang terdiri dari pembudidaya, pengumpul bahan baku, pengolah, pemasar produk olahan berbasis bandeng, Asosiasi Pengusaha Produk Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (AP5I), Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJI), perwakilan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi dan Kabupaten/Kota, dan tim pelaksana kegiatan industrialisasi bandeng. Pada kegiatan ini terbentuk Asosiasi Pelaku Usaha Bandeng Indonesia (ASPUBI) sebagai wadah organisasi untuk menghimpun, membina, mengembangkan kemampuan dan kegiatan serta mendorong kerjasama usaha antar pelaku usaha (pengolah, pembudidaya dan pemasar) bandeng. 2.
Wokshop II Industrialisasi Bandeng Dilaksanakan pada tanggal 10 – 12 Oktober 2013 di Bandung – Jawa Barat, diikuti oleh
70 orang peserta dari 21 kabupaten/kota pada 7 propinsi yang terdiri dari pembudidaya, pengumpul bahan baku, pengolah, pemasar produk olahan berbasis bandeng, AP5I, perwakilan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi/ Kabupaten/Kota, dan tim pelaksana kegiatan industrialisasi bandeng. Beberapa poin penting dari hasil Workshop II Industrialisasi Bandeng yaitu: a.
Asosiasi
Usaha Bandeng Indonesia (ASPUBI) berfungsi menyatukan beberapa
stakeholder yaitu pembudidaya, pengolah, pemasar dan pemerintah sebagai penentu kebijakan. b.
Roadmap kegiatan industrialisasi bandeng 2014 telah disusun dengan tambahan masukan program kegiatan sebagai berikut: 40
- Direktorat Jenderal P2HP: pelatihan GMP dan SSOP, kerja sama MUI terkait label halal, pencantuman label kesesuaian SNI pada produk; - Balitbang KP: penelitian dan pengembangan produk olahan bandeng; - BPSDM KP: pengembangan kelembagaan kelompok. c.
Peserta workshop berkomitmen dan berperan aktif dalam mendukung industrialisasi bandeng melalui wadah organisasi asosiasi, yaitu Asosiasi Pelaku Usaha Bandeng Indonesia (ASPUBI). Dokumentasi kegiatan Workshop Industrialisasi Bandeng yang telah dilaksanakan
ditampilkan pada Gambar 37.
Pembukaan acara
Laporan Ketua Panitia
Dirjen P2HP berkeliling melihat display produk olahan bandeng
Produk-produk olahan berbahan baku ikan bandeng
Narasumber
Peran aktif peserta workshop
Foto bersama peserta workshop
Gambar 37. Dokumentasi Kegiatan Penerapan Teknologi Pengolahan Bandeng dalam rangka mendukung Industrialisasi
41
3.4.1.1.8 Penyusunan Konsep RSNI Produk Perikanan Pada T. A. 2013 telah disusun 8 RSNI yang terdiri dari 4 RSNI produk konsumsi, yaitu Tuna Loin Masak Beku, Ikan Beku, Bakso Ikan, Sidat Panggang Beku, 3 RSNI produk non konsumsi yaitu Minyak Ikan, Kitin, Kitosan dan 1 RSNI Metode Uji yaitu Cara Uji Kimia – Penentuan Mineral Cu dan Zn. Pelaksanaan penyusunan konsep RSNI secara garis besar meliputi perencanaan, pengumpulan data dan informasi, penyusunan konsep RSNI, rapat teknis, konsensus, evaluasi dan pelaporan. Kegiatan pengumpulan data dan informasi pada T. A. 2013 dilakukan di Kendari, Lampung, Surabaya, Banyuwagi, Makasar, Pelabuhan Ratu dan Sibolga, seperti ditampilkan pada Gambar 38. Konsep RSNI yang telah disusun merupakan hasil pembahasan rapat teknis dan rapat konsensus. Rapat teknis dan rapat konsensus dihadiri oleh Konseptor, Panitia Teknis, dan Pelaku Usaha.
Pelaksana di LPPMHP Lampung
Proses pengolahan udang beku di PT. Indokom Samudera Persada
Proses pengolahan udang kupas mentah beku di PT. Indokom Samudera Persada
Pemfilletan Ikan Sidat
Pemanggangan Ikan Sidat
ATC = Alkali Treated Cottonii bentuk chips
Gambar 38. Pengumpulan Data dan Informasi Kegiatan Penyusunan Konsep RSNI Produk Perikanan
3.4.1.1.9 Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Perikanan Bimbingan teknis merupakan kegiatan untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan UMKM/Poklahsar hasil perikanan. Kegiatan ini dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu: penentuan lokus kegiatan, pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD), dan identifikasi, verifikasi serta pembinaan kelompok pengolah. Penentuan lokasi berdasarkan 42
arahan dan rekomendasi berbagai sumber telah dilaksanakan di Kabupaten Indramayu (Propinsi Jawa Barat), Kota Palembang (Propinsi Sumatera Selatan), dan Kota Semarang (Propinsi Jawa Tengah). Pelaksanaan identifikasi dan verifikasi dilakukan oleh verifikator BBP2HP kepada 5 (lima) kelompok pengolah yang telah direkomendasikan oleh masingmasing Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota. Berdasarkan hasil evaluasi verifikasi dan identifikasi diperoleh kelompok pengolah yang menjadi binaan BBP2HP seperti tersaji pada Tabel 36.
Tabel 36. Kelompok Pengolah Binaan BBP2HP Kabupaten/Kota Kabupaten Indramayu Kota Palembang Kota Semarang
-
Kelompok Pengolah Binaan BBP2HP Tristar Fish Sri Tanjung Rizky Cek Tura Suket Segoro Mina Syar’i
Dari program pembinaan yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil sebagai berikut: 1.
Kelompok pengolah telah mengubah proses pengolahan menjadi lebih baik, dengan menerapkan standard sanitasi dan hygiene pengolahan produk hasil perikanan;
2.
Telah dilaksanakan uji nutrisi dari produk unggulan masing-masing kelompok pengolah;
3.
Kelompok pengolah mendapatkan kesempatan dalam memperluas jaringan pasar dengan diikutsertakan pada kegiatan pameran;
4.
Kelompok pengolah melaksanakan studi banding sebagai bahan referensi dalam pengembangan produksi;
5.
Kelompok pengolah mendapatkan pelatihan produk-produk inovasi BBP2HP sebagai bahan dalam diverfisikasi usaha. Dokumentasi kegiatan bimbingan teknis yang telah dilakukan dapat dilihat pada
Gambar 39 sampai dengan Gambar 41.
43
Pembukaan acara bimtek Indramayu
Ka. BBP2HP dengan perwakilan peserta bimtek
Peserta Bimtek
Gambar 39. Kegiatan Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Perikanan di Indramayu
Pemaparan Materi
Partisipasi Peserta Bimtek
Pemaparan Materi
Gambar 40. Kegiatan Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Perikanan di Palembang
Arahan Kepala BBP2HP
Partisipasi Peserta
Peserta Bimtek
Gambar 41. Kegiatan Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Perikanan di Semarang
3.4.1.1.10 Penerapan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Bernilai Tambah bagi UMKM Kegiatan ini merupakan kegiatan pengadaan paket alat pengolahan untuk disebarkan ke masyarakat serta kegiatan bimbingan teknis pengolahan hasil perikanan guna meningkatkan nilai tambah bagi produk hasil perikanan. Kegiatan penerapan teknologi pengolahan hasil perikanan bernilai tambah bagi UMKM T. A. 2013 meliputi beberapa tahapan, antara lain: 44
-
Identifikasi UMKM melalui koordinasi dengan 39 Dinas Kab/Kota di 13 Provinsi;
-
Penyiapan menu olahan sebanyak 10 jenis yang terdiri dari olahan kerupuk ikan, abon ikan, bakso ikan, nugget ikan, pindang ikan, kakinaga ikan, presto ikan, snack ikan dan ikan asin;
-
Penyusunan Petunjuk Teknis;
-
Verifikasi UMKM;
-
Penentuan dan penyusunan spesifikasi 29 jenis peralatan pengolahan hasil perikanan yang terdiri dari 1.150 set peralatan;
-
Penetapan 156 UMKM calon penerima dan penetapan jenis peralatan melalui Surat Keputusan Kepala BBP2HP;
-
Pengadaan, pendistribusian dan instalasi peralatan;
-
Bimbingan teknis pengolahan produk hasil perikanan. Pengadaan dan pendistribusian peralatan serta bimbingan teknis pengolahan hasil
perikanan telah dilakukan dengan baik. Dokumentasi kegiatan penerapan teknologi pengolahan produk bernilai tambah bagi UMKM T. A. 2013 ditampilkan pada Gambar 42.
Penyusunan Petunjuk Teknis
Rapat Hasil Verifikasi
Bimbingan Teknis
Gambar 42. Dokumentasi Kegiatan Penerapan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Bernilai Tambah bagi UMKM
3.4.1.1.11 Bimbingan Teknis Sarana dan Prasarana Pengolahan Hasil Perikanan Kegiatan ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan alat bantuan yang telah diberikan kepada Propinsi Nusa Tenggara Timur. Bimbingan Teknis Sarana dan Prasarana Pengolahan Hasil Perikanan dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu pada tanggal 28 – 30 November 2013 dan tanggal 16 – 18 Desember 2013 di Hotel Swissbell In-kristal, Nusa Tenggara Timur. Kegiatan praktikum diselenggarakan di LPPMHP Propinsi NTT dengan peserta 50 orang setiap periode. Peserta berasal dari UMKM binaan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Manggarai Timur, 45
Kabupaten Sikka, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Belu, Kabupaten TTS, Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Barat serta 2 orang Panitia Daerah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi. Narasumber/instruktur berasal dari pejabat struktural, pejabat fungsional dan staf BBP2HP yang ahli dalam bidang penanganan pascapanen dan pengolahan hasil perikanan bernilai tambah, pejabat struktural dari Ditjen P2HP, pelaku usaha produsen produk non konsumsi serta pejabat struktural dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Nusa Tenggara Timur. Materi yang diberikan ditampilkan pada Tabel 37 dan Tabel 38.
Tabel 37. Materi Bimtek Sarana dan Prasarana Pengolahan Hasil Perikanan Periode 1 Materi Peningkatan Dukungan Sumberdaya Manusia dan Alat dalam Pengembangan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan di Propinsi Nusa Tenggara Timur Kebijakan Pengembangan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan BBP2HP Teori dan praktek Penanganan Ikan Segar Teori dan praktek Teknologi Pengolahan Abon Ikan Teori dan praktek Teknologi Pengolahan Bakso Ikan Teori dan praktek Teknologi Pengolahan Nugget Ikan Teori dan praktek Teknologi Pengolahan Kerupuk Ikan Teori dan praktek Teknologi Pengolahan Kue Ikan
Narasumber Wilhemus Bate, STP. Ir. Tri Purwadi, M.Si
Instansi Diskanlut Propinsi NTT BBP2HP
Lasmono, S.Pi. Netty Herawati,A.Pi,MM Ir. Endang Mindawati,M.Si Ir. Endang Mindawati,M.Si Sugiran Netty Herawati,A.Pi,MM
BBP2HP BBP2HP BBP2HP BBP2HP BBP2HP BBP2HP
Tabel 38. Materi Bimtek Sarana dan Prasarana Pengolahan Hasil Perikanan Periode 2 Materi Peran Direktorat Pengolahan Hasil dalam Pengembangan Sarana dan Prasarana Pengolahan Hasil Perikanan Peran Direktorat Pemasaran Dalam Negeri dalam Memberdayakan Masyarakat di Propinsi NTT Pengelolaan Barang Milik Negara Peningkatan Dukungan SDM dan Alat terhadap Pengembangan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Kebijakan Pengembangan Produk Non Konsumsi Kelautan dan Perikanan Teknologi Pengemasan dan Pelabelan Hasil Perikanan Teori dan praktek Teknologi Pengolahan Bakso Ikan Teori dan praktek Teknologi Pengolahan Abon Ikan Teori dan praktek Teknologi Pengolahan Produk Non Konsumsi Sabun Rumput Laut dan Lotion Rumput Laut Teori dan praktek Pembuatan Hiasan dari Kulit Kerang
Narasumber Sutimantoro, A.Pi, MM
Instansi Direktorat PH
Drs. Eddy Setiabudi, MS
Direktorat PDN Sesditjen Dinas NTT
Suhada, S.Pt, M.Si Drs. Jehalu Andereas Ilham Batubara, SE, MM Agus Asmoro Junaidi Abdullah Basirun Muhammad Malik Gunawan Sri Sulastri
Direktorat PPN BBP2HP BBP2HP BBP2HP Praktisi Praktisi
46
3.4.1.2
Inovasi Rancang Bangun Alat dan Mesin Pengolahan
3.4.1.2.1 Inovasi Rancang Bangun Alat dan Mesin Pengolahan Kegiatan ini merupakan upaya penganekaragaman bentuk alat dan mesin pengolahan ikan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas produk olahan. Kegiatan ini menargetkan sebanyak 3 ragam penerapan inovasi, yaitu alat drum pengering (drum dryer), alat tangki pencucian fillet ikan (leaching tank), dan pencetak beras rumput laut versi 2. Identifikasi alat drum pengering dilakukan di Jawa Barat dan Jawa Timur, identifikasi alat tangki pencucian fillet ikan dilakukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, identifikasi alat pencetak beras versi 2 dilakukan di Jawa Barat dan Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini bedasarkan data produksi pengolahan hasil perikanan. Salah satu dokumentasi kegiatan identifikasi dan verifikasi dapat dilihat pada Gambar 43.
Pencucian Fillet Ikan
Motor Penggerak
Pengering Rotary Gear Box Lat
Gambar 43. Dokumentasi Identifikasi Inovasi Rancang Bangun Alat dan Mesin Pengolahan
Kegiatan yang dilakukan selama tahun 2013 adalah: 1.
Alat Drum Pengering (Drum Dryer) Alat
ini
merupakan
merupakan
alat
untuk
mengeringkan/mengurangi kadar air agar produk menjadi lebih kering dan memiliki hasil akhir menyerupai serbuk. Spesifikasi alat drum pengering adalah ukuran P x L x T = 1250 x 620 x 1275 mm, bahan pencetak berupa stainless steel SUS 304, kapasitas produksi 3 liter/jam (basah) = 100 gram (kering), berat ± 350 kg, suhu operasional 80–1500C, dilengkapi safety valve, dan membutuhkan total daya sebesar 3750 watt. Alat ini dapat dilihat pada Gambar 44.
Gambar 44. Alat Drum Pengering 47
2.
Alat Tangki Pencucian Fillet Ikan (Leaching Tank) Spesifikasi alat tangki pencucian fillet ikan
adalah
ukuran P x L x T = 3100 x 1500 x 900 mm, kapasitas air 900 Liter (keseluruhan), bahan pencetak berupa stainless steel 304, power 750 watt 3 phased, kapasitas 10 kg fillet ikan/jam, membutuhkan total daya sebesar 900 watt, dilengkapi dengan motor pompa untuk sirkulasi air dan penyiraman/semprotan untuk membantu pencucian. Alat ini dapat dilihat pada Gambar 45.
3.
Gambar 45. Alat Tangki Pencucian Fillet Ikan
Pencetak Beras Rumput Laut Versi 2 Alat pencetak beras rumput laut versi 2 adalah
kelanjutan dan penyempurnaan dari versi sebelumnya. Alat ini merupakan alat untuk mencetak beras tiruan dari bahan campuran rumput laut dengan menggunakan teknologi elektrik dan mekanik. Alat pencetak beras versi 2 twin screw (double screw) memiliki spesifikasi ukuran P x L x T = 1320 x 800 x 1500 mm, bahan screw & pisau dari stainless steel & baja harden, kapasitas produksi 5 kilogram/jam, berat ± 350 kg, dan membutuhkan total daya sebesar 5500
Gambar 46. Pencetak Beras Rumput Laut Versi 2 tempat adonan kemudian menurunkannya sedikit demi sedikit ke dalam mesin dibantu oleh watt. Alat ini bekerja dengan menampung adonan pada
roll pengaduk dan screw pendorong untuk mengeluarkan adonan, kemudian masuk ke dalam mesin dan dipress oleh screw pengepres yang mendorong, sambil dipanaskan menggunakan heater bahan menuju bulatan pencetak beras, kemudian dipotong oleh pisau pemotong sampai hasil akhirnya sudah berbentuk beras. Alat ini dapat dilihat pada Gambar 46.
Masing–masing alat tersebut sudah diuji performance, terbukti berfungsi dengan baik dan menghasilkan produk yang cukup baik.
48
3.4.1.2.2 Inovasi Penerapan Teknologi Pengemasan dan Pelabelan Hasil Perikanan Kegiatan ini merupakan upaya penganekaragaman bentuk kemasan dan label produk perikanan untuk peningkatan kualitas dan daya saing produk olahan. Kegiatan ini menargetkan sebanyak 8 ragam penerapan inovasi, yaitu pengemasan dan pelabelan pindang prima, rendang patin dalam kaleng, penyedap rasa ikan, saos ikan, chiki bandeng, teh rumput laut, cream cangkang kerang dan sampo rumput laut. Identifikasi dan verifikasi dilakukan di beberapa lokasi meliputi Kabupaten Malang dan Kota Bandung. Salah satu dokumentasi kegiatan identifikasi dan verifikasi dapat dilihat pada Gambar 47.
Gambar 47. Contoh Kemasan Sekunder Kertas Duplex 350 gr dengan Vernis UV
Ragam kemasan yang dikembangkan BBP2HP selama T. A. 2013 dapat dilihat pada Tabel 39. Desain–desain kemasan yang sudah dikembangkan dapat dilihat pada Gambar 48.
Tabel 39. Ragam Kemasan No
Nama Produk
Spesifikasi produk olahan
Alternatif kemasan
1
Pindang Prima
Full plastik Nylon
2
Saus Ikan
Padat, mengandung air, mudah patah, disimpan pada suhu chilling atau beku Cairan kental, disimpan pada suhu kamar
3
Penyedap Rasa Ikan Teh Rumput Laut
4
Bubuk (powder), kering disimpan pada suhu kamar Padat, kering, disimpan dalam suhu kamar
Jenis kemasan terpilih Full plastik nylon
Botol plastik dengan ujung lubang, sachet metalized, stand up pouch alumunium Sachet metalized
Stand pouch alumunium, botol PET 150 ml
Pouch alumunium, plastik, pouch kombinasi alumunium foil dan plastik, gusset
Gusset
Sachet metalized
49
No
Nama Produk
Spesifikasi produk olahan
Alternatif kemasan
Beras analog rumput laut Sabun cair rumput laut
Padat, butiran/ granula, mudah patah Cairan kental, licin, mengandung minyak
Kantong plastik PET
7
Rendang patin dalam kaleng
8
Chiki bandeng
Blok padat dan mengandung air dan minyak dalam kaleng dengan retorting (perebusan dengan suhu dan tekanan tinggi) Padat, granula, kering, mudah patah
5 6
Botol plastik transparan 100ml dan 250 ml dengan flip cap, Sachet plastik transparan Can (kaleng)
Jenis kemasan terpilih Kantong plastik PET Botol 100 ml dengan flip cap Sachet plastik transparan Can dengan sistem seaming
Plastik HDPE 0,6 mm Standing pouch dengan perkuatan, kombinasi dari mica Alumunium foil-PP pressformed untuk merapikan dan menjaga produk tetap utuh.
Gambar 48. Berbagai Desain Kemasan 50
3.4.1.2.3 Inovasi Rancang Bangun dan Tata Letak Desain Layout Unit Pengolahan Kegiatan ini merupakan upaya penganekaragaman bentuk rancang bangun dan tata letak desain layout unit pengolahan untuk peningkatan kualitas proses produksi produk olahan hasil perikanan. Desain layout UPI yang dikembangkan pada T. A. 2013 adalah desain unit pengolahan ATCC (Alkali Treated Cottoni Chips), desain unit pengolahan udang beku, dan desain unit pengolahan surimi skala UMKM. Kegiatan ini dimulai dengan pengumpulan data; proses pembuatan rancang bangun dan desain tata letak awal; pelaksanaan proses engineering dengan menggunakan studi 3 dimensi dan penghitungan data yang didapat dari survey lapangan serta buku; dan pelaksanaan pengembangan desain yaitu inovasi mengacu pada preseden pada unit pengolahan yang ada. Kegiatan pengumpulan data dilakukan di Kepulauan Riau, Surabaya, Waingapu, Rembang, Lampung, Tarakan, Makasar dan DKI Jakarta. 1.
Desain Unit Pengolahan ATCC (Alkali Treated Cottoni Chips) dapat dilihat pada Gambar 49.
Gambar 49. Desain Unit Pengolahan ATCC
51
2.
Desain Unit Pengolahan Surimi dapat dilihat pada Gambar 50.
Gambar 50. Desain Unit Pengolahan Surimi
3.
Desain Unit Pengolahan Udang Beku dapat dilihat pada Gambar 51.
Gambar 51. Desain Unit Pengolahan Udang Beku 52
3.4.2 Pengujian Nutrisi dan Mutu Produk Hasil Perikanan Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing produkproduk hasil perikanan menjadi produk yang mempunyai nilai gizi tinggi dan aman untuk dikonsumsi. Target yang ditetapkan pada kegiatan ini adalah dihasilkannya 480 data uji nutrisi dan mutu produk hasil perikanan dan 4 metode pengujian, seperti ditampilkan pada Tabel 40. Bidang teknis yang bertanggung jawab dalam pencapaian target ini adalah Bidang Pengujian Hasil Perikanan, dimana 480 target data uji dan 2
target metode pengujian
merupakan tanggung jawab Seksi Kimia dan Hayati, dan 2 target metode pengujian merupakan tanggung jawab Seksi Mikrobiologi dan Organoleptik.
Tabel 40. Kegiatan Utama dalam Pencapaian Target Data Uji Nutrisi dan Mutu Produk Hasil Perikanan dan Target Metode Pengujian No 1. 2. 3.
Kegiatan Pengujian Nutrisi dan Mutu Produk Unggulan Daerah Verifikasi Metode Pengujian Kimia dan Hayati Verifikasi Metode Pengujian Mikrobiologi dan Organoleptik TOTAL
Target
Realisasi
Persentase
480 data
480 data
100%
2 metode
2 metode
100%
2 metode
2 metode
100%
480 data 4 metode
480 data 4 metode
100% 100%
Pelaksanaan kegiatan pengujian nutrisi dan mutu produk hasil perikanan didukung oleh kegiatan-kegiatan lain sebagaimana dijelaskan pada Tabel 41. Tabel 41. Kegiatan Pendukung dalam Pencapaian Target Data Uji Nutrisi dan Mutu Produk Hasil Perikanan dan Target Metode Pengujian No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kegiatan Pembuatan Bahan Acuan Dalam Rangka Jaminan Mutu Hasil Pengujian Kimia Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium Pengujian Sesuai ISO 17025:2005 Pembuatan Bahan Acuan Dalam Rangka Jaminan Mutu Hasil Pengujian Mikrobiologi Pembentukan dan Pemeliharaan Panelis Standar Pemeliharaan Sistem Sertifikasi Produk ISO Guide 65 Sosialisasi Sertifikasi Produk
Target
Realisasi
Persentase
5 parameter
5 parameter
100%
1 sistem
1 sistem
100%
4 parameter
4 parameter
5 produk
5 produk
100%
1 sistem
1 sistem
100%
5 produk
5 produk
100%
100%
53
Bagian selanjutnya dari laporan ini akan menjelaskan lebih detail capaian masingmasing kegiatan, dimulai dengan pembahasan kegiatan nomor 1 s/d 2 pada Tabel 40 dan kegiatan nomor 1 s/d 2 pada Tabel 41 yang merupakan tanggung jawab Seksi Kimia dan Hayati, dilanjutkan dengan pembahasan kegiatan nomor 3 pada Tabel 40 dan kegiatan nomor 3 s/d 6 pada Tabel 41 yang merupakan tanggung jawab Seksi Mikrobiologi dan Organoleptik.
3.4.2.1 Pengujian Kimia dan Hayati 3.4.2.1.1 Pengujian Nutrisi dan Mutu Produk Unggulan Daerah Produk perikanan secara umum perlu diuji nutrisi dan mutunya karena produk tersebut telah mengalami proses pengolahan dan pencampuran dengan bahan-bahan non ikan, seperti tepung dan bumbu-bumbu yang digunakan dalam proses pembuatannya. Dari sudut pandang konsumen, ketersediaan data nutrisi dan mutu memberi kesempatan bagi mereka untuk memilih produk yang sesuai dengan kebutuhannya. Di sisi lain, dari sudut pandang produsen, ketersediaan data nutrisi dan mutu produk diharapkan dapat meningkatkan daya saing dari produk tersebut. Pada T.A. 2013, BBP2HP melaksanakan kegiatan pengujian nutrisi dan mutu produk perikanan unggulan dari berbagai daerah di Indonesia. Kegiatan ini meliputi pengambilan contoh produk di pasar tradisional dan modern, sentra pengolahan ikan, dan UKM perikanan, dan dilanjutkan dengan pengujian nutrisi dan mutu produk dengan sepuluh parameter uji, yaitu kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, Zn, Ca, Mg, Fe, ALT, dan uji sensori, di laboratorium BBP2HP. Setelah produk diuji, data dievaluasi menggunakan Standar Nasional Indonesia Produk Perikanan dan Angka Kecukupan Gizi. Jika contoh belum memenuhi persyaratan mutu maka perlu diadakan pembinaan lebih lanjut bagi UMKM produsennya. Selama T. A. 2013, kegiatan ini telah menghasilkan 480 data nutrisi dan mutu dari produk perikanan unggulan 12 daerah di Indonesia, seperti ditampilkan pada Tabel 42. Data hasil pengujian nutrisi dan mutu dapat dijadikan bahan referensi bagi UMKM/pengolah untuk menciptakan produk yang bermutu dan berdaya saing. Selain itu data hasil pengujian nutrisi dan mutu dapat dicantumkan pada label nutrisi di kemasan produk (nutrition fact). Ketersediaan data tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk-produk dimaksud dan mendukung pembangunan sektor pengolahan hasil perikanan di daerah yang bersangkutan. Beberapa foto dokumentasi kegiatan ditampilkan pada Gambar 52.
54
Tabel 42. Data Jenis Produk dan Daerah Asal Produk Perikanan yang Telah Diuji Nutrisi dan Mutunya Daerah Asal
Ambon
Aceh
Gorontalo
Makassar
Sukabumi
Lampung
Cirebon
Semarang
Yogyakarta
Kupang
Denpasar
Mataram
Produk Unggulan Daerah
Dendeng ikan Nuget ikan Abon cakalang Cakalang asar Ikan kayu Pastel ikan tuna Siomay ikan tuna Abon ikan tuna Abon tuna Abon ikan cakalang Cakalang asap Stick jagung ikan Bandeng cabut duri Bandeng presto Otak-otak ikan Snack abon kepiting balado Brownies nila Tulang ikan nila krispi Belut olahan Bakso ikan Bandeng presto “Pas Mantap” Abon bandeng Abon patin Dodol rumput laut Tahu seafood Otak-otak ikan Otak-otak udang Ikan pari asap Otak-otak bandeng Pepes Bandeng Bandeng cabut duri Bandeng presto Bakso bandeng Otak-otak bandeng Bakso tuna Tortila rumput laut Tuna asap Abon ikan tuna Kerupuk ikan tenggiri Dodol rumput laut Bakso ikan Otak-otak ikan Siomay ikan Kaki naga ikan Abon ikan tuna Teri kering pedas Lidah buaya rumput laut Ceker rumput laut TOTAL
Jumlah Data Nutrisi dan Mutu 40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40 480 55
Proses Pengambilan Contoh Produk Perikanan Unggulan Daerah
Berbagai Contoh Produk Olahan Perikanan
Proses Pengujian
Rapat Evaluasi dan Pengolahan Data
Gambar 52. Dokumentasi Kegiatan Pengujian Nutrisi dan Mutu Produk Unggulan Daerah
3.4.2.1.2 Verifikasi Metode Pengujian Kimia dan Hayati Kegiatan verifikasi metode pengujian dilakukan dengan tujuan memperoleh kepastian akan kelayakan penggunaan suatu metode pengujian tertentu. Pada T.A. 2013, kegiatan verifikasi metode pengujian kimia dan hayati di BBP2HP dilakukan terhadap dua metode uji, yaitu metode pengujian nutrisi asam amino dengan HPLC flourosence dan metode pengujian mineral kalsium (Ca) dengan AAS Flame. Matriks yang digunakan dalam kegiatan verifikasi metode pengujian adalah matriks udang, pindang tongkol, bandeng, dan tuna. Matriksmatriks ini dipilih sesuai dengan komoditas prioritas kegiatan industrialisasi. Tabel 43 s/d 45 menampilkan hasil verifikasi metode uji dimaksud.
56
Tabel 43. Rekapitulasi Repeatability dan Recovery Asam Amino pada konsentrasi 0,1; 0,2; dan 0,4 µmol/µg Asam Amino Aspartat Glutamat Serin Histidin Glysin Threonin Arginin Alanin Tyrosin Methionin Valin
0,1 18.94 26.32 19.31 10.79 23.60 14.24 25.77 26.52 18.97 19.45 19.97
SD 0,2 23.92 23.63 23.41 31.31 24.70 25.10 11.09 33.11 26.76 21.95 24.02
0,4 20.27 39.50 17.28 50.37 27.69 24.91 12.2 33.72 34.81 27.98 25.28
0,1 65.14 94.07 59.06 83.33 72.76 49.66 83.34 81.92 40.86 78.68 70.03
% Recovery 0,2 0,4 86.44 98.68 95.12 152.98 67.06 64.10 102.40 130.13 105.21 106.95 94.58 73.24 65.62 51.62 85.78 79.01 95.70 92.61 92.88 80.18 91.21 72.43
0,1 29.07 27.98 32.70 12.95 32.44 28.67 30.92 32.37 46.43 24.72 28.52
% RSD 0,2 27.68 24.84 34.92 30.57 23.47 26.53 16.90 38.60 27.96 23.64 26.33
0,4 20.54 25.82 26.96 38.71 25.89 34.01 23.76 42.68 37.60 34.89 34.91
Tabel 44. Rekapitulasi Batas Deteksi (LoD) dan Batas Determinasi (LoQ) Asam Amino Asam Amino Aspartat Glutamat Serin Histidin Glysin Threonin Arginin Alanin Tyrosin Methionin Valin
LoD 0,09 0,11 0,40 0,06 0,48 0,28 4,32 0,34 0,33 0,16 0,76
LoQ 0,18 0,22 0,81 0,11 0,97 0,57 8,63 0,69 0,65 0,33 1,53
Tabel 45. Rekapitulasi Repeatability, Recovery, Batas Deteksi (LoD) dan Batas Determinasi (LoQ) Kalsium pada konsentrasi 0,5 mg/g Matrik Udang Pindang tongkol Bandeng Tuna
SD 9,20 10,24
%RSD 12,76 11,11
% Recovery 72,12 92,13
LoD 0,28 0,27
LoQ 0,57 0,55
26,88 7,68
36,52 13,22
73,61 58,04
0,61 0,21
1,22 0,42
Hasil ini menunjukkan bahwa metode pengujian asam amino dengan HPLC flourosence dan metode pengujian kalsium dengan AAS Flame dapat dijadikan metode pengujian rutin di laboratorium. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan setelah verifikasi di laboratorium BBP2HP selesai adalah sosialisasi metode tersebut kepada 10 LPPMHP daerah, yaitu LPPMHP Gorontalo, Surabaya, Lampung, Mataram, Denpasar, Kendari, Makassar, Semarang, Cirebon dan DKI Jakarta. Beberapa foto dokumentasi kegiatan ditampilkan pada Gambar 53. 57
Proses Verifikasi Metode Pengujian di Laboratorium
Proses Sosialisasi ke LPPMHP
Gambar 53. Dokumentasi kegiatan Verifikasi Metode Pengujian Kimia dan Hayati
3.4.2.1.3 Pembuatan Bahan Acuan dalam rangka Jaminan Mutu Hasil Pengujian Kimia Bahan acuan merupakan komponen penting dalam rangka pemantauan keabsahan hasil pengujian sesuai sistem mutu ISO/IEC 17025:2005 yang diterapkan oleh BBP2HP. Kegiatan pembuatan bahan acuan dilakukan untuk mendapatkan bahan acuan sekunder yang tertelusur sebagai pengganti bahan acuan bersertifikat yang harganya relatif mahal dan hanya dapat dibuat oleh lembaga terakreditasi. Pada T. A. 2013, kegiatan pembuatan bahan acuan dalam rangka jaminan mutu hasil pengujian kimia di BBP2HP dilakukan menggunakan bahan baku tuna bagi lima parameter uji, yaitu Kadar Air, Kadar Abu, Kadar Protein, logam Timbal (Pb) dan logam Kadmium (Cd). Kegiatan ini terdiri atas pembuatan bahan acuan dengan teknik beku kering (freeze drying), dilanjutkan dengan analisis terhadap kelima parameter uji untuk menentukan sifat homogenitas dan stabilitas bahan acuan. Evaluasi statistik yang dilakukan kemudian menunjukan bahwa bahan acuan yang dibuat telah memenuhi syarat homogenitas dan stabilitas, dan dapat digunakan dalam Control Chart pengujian kelima parameter yang dievaluasi, dengan rentang nilai seperti tertera dalam Tabel 46. Control Chart merupakan instrumen pemantauan keabsahan hasil pengujian rutin yang dilakukan.
58
Tabel 46. Hasil Evaluasi Statistik Pembuatan Bahan Acuan Kimia Parameter Kadar Air Kadar Abu Kadar Protein Logam Timbal (Pb) Logam Kadmium (Cd)
Nilai Bahan Acuan 7,54 ± 1,16 % 4,918 ± 0,31 % 89,618 ± 0,38 % 0,528 ±,0.05 mg/Kg 0,066 ± 0,02 mg/Kg
Bahan acuan sekunder yang dibuat kemudian digunakan sebagai bahan untuk uji banding dengan laboratorium perikanan daerah (LPPMHP Lampung, BLPPMHP Padang dan LPPMHP Semarang). Hasil dari uji banding menyatakan bahwa untuk parameter kadar air, kadar abu dan kadar protein, pengujian yang dilakukan seluruh peserta memiliki nilai “Tidak Berbeda Nyata” dengan pengujian yang dilakukan BBP2HP kecuali LPPMHP Semarang dalam uji kadar air. Sedangkan untuk uji logam Pb dan Cd yang diikuti oleh BLPPMHP Padang dan LPPMHP Semarang menyimpulkan bahwa pengujian yang dilakukan “Berbeda Nyata” dengan pengujian yang dilakukan BBP2HP. Beberapa foto dokumentasi kegiatan ditampilkan pada Gambar 54.
59
Pembuatan Bahan Acuan
Proses Uji Homogenitas
Proses Uji Banding ke LPPMHP
Gambar 54. Dokumentasi kegiatan Pembuatan Bahan Acuan dalam Rangka Jaminan Mutu Hasil Pengujian Kimia 60
3.4.2.1.4 Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium Pengujian Sesuai ISO/IEC 17025:2005 Keberterimaan hasil pengujian yang dilakukan oleh sebuah laboratorium salah satunya ditentukan oleh kemampuannya mengoperasikan sistem manajemen dan teknis sesuai dengan ISO/IEC 17025:2005. Sebagai laboratorium yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO/IEC 17025:2005, pada T. A. 2013 BBP2HP melaksanakan kegiatan pemeliharaan terhadap satu sistem yang mencakup: 1.
Audit internal pertama dilaksanakan pada tanggal 17 – 19 April 2013. Pada audit internal pertama ini bagian organisasi yang diaudit adalah manajer puncak, manajer teknis, manajer mutu dan manajer umum.
2.
Kaji ulang dokumen level 1 sampai dengan level 4 dilaksanakan pada tanggal 2 – 3 Mei 2013. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan perbaikan dokumen pada bulan berikutnya, terutama dikarenakan penggantian Manajer Puncak, yang semula dijabat oleh Ir. Harinto Wibowo, M.Si menjadi Ir. Rahmah Hayati Samik Ibrahim, MM.
3.
Kegiatan In-house Training dengan judul “Leading & Visioning: Leadership and Managerial for Top Management” untuk 20 orang analis, di Desa Wisata TMII pada tanggal 18 – 20 Juli 2013.
4.
Pelatihan “Understanding and Development of ISO/IEC 17025:2005 General Requirements for The Competence of Testing and Calibration Laboratories” pada tanggal 21 – 22 Agustus 2013 diikuti oleh Ir. Rahmah Hayati Samik Ibrahim, MM dan Balser Lumbantoruan, S.Sos, M.Si.
5.
Pelatihan personel laboratorium dalam rangka peningkatan kompetensi analis dengan materi: Uji Karbohidrat pada Produk Perikanan dengan Metode HPLC untuk 2 orang analis kimia pada bulan Oktober; Teknik Analisa, Validasi dan Ketidakpastian Pengukuran Metode Mikrobiologi untuk 1 orang analis mikrobiologi pada bulan Oktober; Texture Analyzer untuk 1 orang analis organoleptik pada bulan November.
6.
Survailen ke-1 Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk BBP2HP pada tanggal 28 Oktober 2013. Hasil dari survailen adalah laboratorium BBP2HP telah menerapkan SNI ISO/IEC 17025:2005 walaupun dalam beberapa hal ditemukan ketidaksesuaian. Tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah dalam hal implementasi sistem manajemen, audit internal, pelayanan kepada customer, pengendalian rekaman, peralatan, ketertelusuran pengukuran, penanganan contoh, jaminan mutu hasil pengujian, metode pengujian, dan kondisi akomodasi dan lingkungan. 61
7.
Audit internal ke-2 dilaksanakan pada tanggal 6 – 8 November 2013. Bidang yang diaudit dalam audit internal ke-2 ini adalah bidang teknis yaitu laboratorium mikrobiologi, laboratorium kimia, laboratorium organoleptik dan laboratorium hayati.
8.
Partisipasi pada uji profisiensi FAPAS untuk laboratorium kimia, dengan parameter pengujian kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak pada bulan November.
9.
Kaji ulang manajemen pada bulan Desember 2013. Beberapa foto dokumentasi kegiatan ditampilkan pada Gambar 55.
62
Kegiatan Audit Internal
Kegiatan Kaji Ulang Dokumen
Kegiatan In-house Training
Kegiatan Survailen KAN
Pelatihan Personel Laboratorium
Gambar 55. Dokumentasi kegiatan Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium Pengujian Sesuai ISO/IEC 17025:2005 63
3.4.2.2 Pengujian Mikrobiologi dan Organoleptik 3.4.2.2.1 Verifikasi Metode Pengujian Mikrobiologi dan Organoleptik Seperti halnya metode pengujian kimia dan hayati, metode pengujian mikrobiologi dan organoleptik yang akan digunakan di laboratorium pengujian BBP2HP juga perlu diverifikasi. Pada T. A. 2013, kegiatan verifikasi metode pengujian mikrobiologi dan organoleptik di BBP2HP dilakukan terhadap dua metode uji, yaitu metode pengujian kapang/khamir dan metode pengujian organoleptik mutu pasta pada produk perikanan. Verifikasi metode pengujian kapang/khamir pada produk perikanan dilakukan dengan mengacu kepada SNI 2332.7:2009 dan FDA-BAM Chapter 18 Edisi Januari 2001 dengan matriks ikan asin, bandeng presto dan dodol rumput laut. Tabel 47 menunjukkan hasil verifikasi metode pengujian kapang/khamir yang telah dilaksanakan di Laboratorium BBP2HP.
Tabel 47. Hasil Verifikasi Metode Pengujian Kapang dan Khamir Metode Uji Kapang dan Khamir SNI 2332.7:2009 FDA BAM Chapter 18 Edisi 2001
Matriks bandeng presto ikan asin dodol rumput laut bandeng presto ikan asin dodol rumput laut
RSD Total 0,025 0,022 0,076 0,018 0,019 0,049
RSD yang diperoleh dari verifikasi metode penentuan kapang dan khamir pada produk perikanan dengan acuan SNI 2332.7:2009 dan FDA BAM Chapter 18 Edisi 2001 menunjukan nilai kurang dari 0,1 (persyaratan RSD maksimum untuk metode tersebut). Hal ini berarti kedua metode tersebut memenuhi syarat keberterimaan dan dapat digunakan dalam pengujian rutin di Laboratorium Mikrobiologi BBP2HP dan laboratorium hasil perikanan lainnya, dengan catatan laboratorium tersebut harus melakukan verifikasi sendiri. Verifikasi metode pengujian organoleptik mutu pasta pada produk perikanan dilakukan dengan mengacu kepada SNI 2372.6:2009. Tabel 48 menunjukkan hasil verifikasi metode pengujian organoleptik pasta yang telah dilaksanakan di Laboratorium BBP2HP.
64
Tabel 48. Hasil Verifikasi Metode Pengujian Mutu Organoleptik Pasta Parameter Nilai % RSD kekuatan gel Nilai rata-rata kekuatan gel Nilai % RSD uji lipat Nilai rata-rata uji lipat Nilai % RSD uji gigit Nilai rata-rata uji gigit
Surimi ikan patin (T0) 11.88 89.484 ± 4.34 0.11 4.58 ± 0.20 12,48 6,42 ± 0.33
Matriks Surimi ikan Surimi (A) dari industri patin (T8) 8.135 11.361 53.726 ± 1.784 54.625 ± 2.534 0,408 11.16 4.167 ± 0.167 3.75 ± 0.08 11.066 12.27 4,667 ± 0.211 5.42 ± 0.27
Berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan, maka
Surimi (B) dari industri 15.755 30.881 ± 1.986 15.81 2.00 ± 0.13 13.97 4.33 ± 0.25
metode penentuan mutu pasta
pada produk perikanan dengan acuan SNI 2372.6:2009 memenuhi syarat keberterimaan dan dapat digunakan dalam pengujian rutin di Laboratorium Organoleptik BBP2HP, Jakarta. Setelah diverifikasi, metoda pengujian kapang dan khamir serta metode pengujian organoleptik mutu pasta tersebut disosialisasikan kepada Laboratorium Hasil Perikanan Makassar, Palembang, Tanjung Pinang, Denpasar, Mataram, Semarang, Surabaya, Lampung, DKI Jakarta, Banjarbaru, Padang, Cirebon dan Pontianak. Beberapa foto dokumentasi kegiatan ditampilkan pada Gambar 56.
65
Kegiatan Verifikasi Metode Uji Kapang dan Khamir
Kegiatan Verifikasi Metode Uji Organoleptik Pasta
Kegiatan Sosialisasi Metode Pengujian Mikrobiologi dan Organoleptik
Gambar 56. Dokumentasi Kegiatan Verifikasi Metode Pengujian Mikrobiologi dan Organoleptik
3.4.2.2.2 Pembuatan Bahan Acuan dalam rangka Jaminan Mutu Hasil Pengujian Mikrobiologi Sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab 3.4.2.1.3 tentang pembuatan bahan acuan dalam rangka jaminan mutu hasil pengujian kimia, bahan acuan merupakan komponen penting dalam rangka pemantauan keabsahan hasil pengujian sesuai sistem mutu SNI ISO/IEC 17025:2008 yang diterapkan oleh BBP2HP. Pada T. A. 2013, kegiatan pembuatan bahan acuan dalam rangka jaminan mutu hasil pengujian mikrobiologi dilakukan dengan empat parameter uji, yaitu Angka Lempeng Total (ALT), E.coli, Salmonella dan Staphylococcus aureus. Kegiatan ini dimulai dengan uji kemurnian bakteri menggunakan media selektif, uji ALT untuk mengetahui jumlah populasi bakteri pada media broth, spike bakteri ke larutan 66
homogenat untuk dibeku keringkan, uji homogenitas, uji stabilitas, serta analisa statistik dengan menggunakan uji t. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa bahan acuan yang dihasilkan oleh BBP2HP bersifat homogen dan stabil sampai pada saat dilakukan uji banding sehingga bahan acuan yang dihasilkan bersifat Robust. Setelah mendapatkan hasil tersebut, bahan acuan yang dibuat diuji banding dengan 5 laboratorium daerah yaitu Cilacap (M1), Pekalongan (M2), Lampung (M3), Makassar (M4) dan Cirebon (M5 ). Tabel 49 menampilkan hasil uji banding dimaksud.
Tabel 49. Hasil Uji Banding Pembuatan Bahan Acuan Mikrobiologi Parameter
Laboratorium M3 M4 Pvalue < α, Pvalue > α, Ho ditolak Ho diterima
Kesimpulan
ALT
M1 Pvalue < α, Ho ditolak
M2 Pvalue > α, Ho diterima
M5 Pvalue > α, Ho diterima
E. coli
sesuai
false (+)
sesuai
sesuai
sesuai
Salmonella
sesuai
false (+)
sesuai
sesuai
sesuai
S. aureus
false (+)
false (+)
sesuai
sesuai
sesuai
M1 & M3 berbeda nyata False (+) pada M2 False (+) pada M2 False (+) pada M1 dan M2
Hasil dari uji banding menyatakan bahwa untuk parameter ALT, pengujian yang dilakukan pada laboratorium Cilacap dan Lampung memiliki nilai “Berbeda Nyata” dengan laboratorium BBP2HP, sedangkan pengujian yang dilakukan pada laboratorium Pekalongan, Makassar, dan Cirebon memiliki nilai “Tidak Berbeda Nyata” dengan laboratorium BBP2HP. Sementara itu, uji E.coli memberi hasil false positif pada LPPMHP Pekalongan, uji Salmonella memberi hasil false positif pada LPPMHP Pekalongan, dan uji S. aureus memberi hasil false positif pada LPPMHP Pekalongan dan Cilacap. Dengan selesainya kegiatan ini, dapat disimpulkan bahwa laboratorium pengujian mikrobiologi BBP2HP memiliki jaminan mutu dalam menguji ALT, E.coli, Salmonella, dan S. aureus. Dokumentasi kegiatan disajikan pada Gambar 57.
67
Pembuatan Bahan Acuan
Proses Uji Stabilitas dan Homogenitas
Gambar 57. Dokumentasi Kegiatan Pembuatan Bahan Acuan dalam Rangka Jaminan Mutu Hasil Pengujian Mikrobiologi
3.4.2.2.3 Pembentukan dan Pemeliharaan Panelis Standar Dalam rangka mendukung program industrialisasi dan pengembangan Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Perikanan (LSPro-HP), BBP2HP berupaya untuk membentuk dan memelihara tenaga-tenaga teknis yang berkompeten dalam menilai mutu sensori produk hasil perikanan, khususnya bagi produk berbahan baku bandeng dan produk-produk perikanan yang termasuk ruang lingkup sertifikasi LSPro-HP. Pada T.A. 2013, BBP2HP melakukan pembentukan panelis standar bagi tiga produk perikanan, yaitu fillet ikan patin, bakso ikan dan bandeng presto, serta pemeliharaan panelis standar bagi dua produk perikanan, yaitu udang segar dan ikan segar. Metode yang digunakan terdiri dari persiapan contoh, persiapan panelis, dan pelaksanaan kegiatan. Persiapan contoh meliputi pembelian bahan baku, penyiapan contoh untuk uji pendahuluan, dan penyiapan contoh uji. Persiapan panelis dilakukan dengan cara pendataan calon panelis dan pengarahan cara uji pembentukan. Pelaksanaan kegiatan pembentukan menggunakan metode uji scoring, uji pembedaan, dan uji ANOVA. Tabel 50 menampilkan hasil pembentukan panelis standar dengan 3 metode uji pembedaan: triangle test, duotrio test dan paired comparison test. Tabel 51 menampilkan hasil pemeliharaan panelis standar dengan uji scoring. 68
Tabel 50. Hasil Pembentukan Panelis Standar Jenis Produk Fillet ikan patin Bakso ikan Bandeng presto
Jumlah Panelis yang Lulus 25 orang 19 orang 21 orang
Persentase Panelis yang Lulus 57 % 54 % 62 %
Tabel 51. Hasil Pemeliharaan Panelis Standar Jenis Produk Udang segar Ikan segar
Jumlah Tingkatan Mutu 4 sampel berbeda nyata 3 sampel berbeda nyata
Hasil Tabulasi Rata-rata Perbedaan Data Panelis Berbeda nyata Berbeda nyata
Hasil pembentukan panelis standar produk fillet ikan patin, bakso ikan, dan bandeng presto serta pemeliharaan panelis standar udang segar dan ikan segar secara umum menunjukan bahwa panelis dapat membedakan beberapa tingkatan mutu contoh yang berbeda sehingga panelis tersebut mampu melakukan pengujian organoleptik/sensori untuk produk tersebut. Dokumentasi kegiatan ditampilkan pada Gambar 58.
Penyiapan Sampel
Kegiatan Pembentukan dan Pemeliharaan
Gambar 58. Dokumentasi Kegiatan Pembentukan dan Pemeliharaan Panelis Standar
69
3.4.2.2.4 Pemeliharaan Sistem Sertifikasi Produk ISO Guide 65 Pemeliharaan
terhadap
sistem
manajemen
mutu
yang
telah
dimiliki
dan
terdokumentasikan perlu dilakukan. Oleh karena itu, pada tahun anggaran 2013, BBP2HP melaksanakan kegiatan pemeliharaan satu sistem sertifikasi produk ISO Guide 65. Pemeliharaan ini mencakup: 1.
Rapat Koordinasi Governing Board (GB) pada tanggal 11 Januari 2013 yang menghasilkan pemahaman antara GB mengenai LSPro Hasil Perikanan yang baru saja dibentuk, serta akan ditindak lanjutinya usulan studi banding ke LSPro milik pemerintah seperti yang ada di Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian. Keberadaan GB berfungsi untuk menjamin impartialitas serta keberlangsungan sertifikasi produk dan komunikasi dengan stakeholder pada lembaga sertifikasi produk hasil perikanan.
2.
Rapat Kaji Ulang Dokumen pada tanggal 31 Januari – 1 Februari 2013.
3.
Audit Internal Pertama pada tanggal 4 - 6 Maret 2013.
4.
Assesment oleh KAN pada tanggal 10 April 2013.
5.
Peningkatan kompetensi personil melalui: Pelatihan petugas pengambil contoh (PPC) pada tanggal 14 – 16 Mei 2013 di M-Brio Training Body, Bogor Jawa Barat; In-house Training SNI ISO/IEC 17065:2012 pada tanggal 30 Mei – 1 Juni 2013 di The Spring Institute, Bogor Pelatihan SNI ISO/IEC 17021:2011 pada tanggal 29 dan 30 Juli 2013, di The Spring Institute, Bogor.
6.
Audit Internal kedua pada tanggal 9 – 11 September 2013.
7.
Kaji Ulang Manajemen pada tanggal 13 November 2013.
8.
Governing Board pada tanggal 14 November 2013. Seluruh kegiatan tersebut telah terlaksana dan menunjukkan kinerja personil Lembaga
Sertifikasi Produk Hasil Perikanan serta peningkatan kompetensi personilnya. Kegiatan yang terpelihara dengan baik dan sesuai dengan persyaratan standar yang diacu akhirnya menunjukkan bahwa Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Perikanan (LSPro-HP) dapat dipercaya atas jasa sertifikasinya secara nasional dan mendapat pengakuan dari Komite Akreditasi Nasional (KAN). Sertifikat akreditasi KAN kepada LSPro-HP terbit pada tanggal 19 September 2013 dengan nomor LSPr-040-IDN. Beberapa foto dokumentasi kegiatan ditampilkan pada Gambar 59.
70
Kegiatan Governing Board
Kegiatan Audit Internal
Assesment oleh KAN
Kegiatan Peningkatan Kompetensi Personil
Kegiatan Kaji Ulang Manajemen
Penyerahan Sertifikat LSPro-HP
Gambar 59. Dokumentasi Kegiatan Pemeliharaan Sistem Sertifikasi Produk ISO Guide 65
71
3.4.2.2.5 Sosialisasi Sertifikasi Produk Rendahnya kesadaran para UKM/pengolah produk hasil perikanan akan mutu dan keamanan produk dapat menyebabkan produk yang dihasilkan memiliki mutu yang kurang baik. BBP2HP sebagai lembaga pelaksana sertifikasi produk hasil perikanan yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) turut berperan serta dalam peningkatan kualitas produk hasil perikanan dengan melakukan kegiatan Sosialisasi Sertifikasi Produk Hasil Perikanan. Tujuan dari kegiatan ini adalah: a.
Terlaksananya sosialisasi keberadaan Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Perikanan (LSPro-HP) kepada para UKM/pengolah bidang perikanan
b.
Terlaksananya pelayanan audit/evaluasi sertifikasi lima produk hasil perikanan yang termasuk dalam ruang lingkup akreditasi LSPro-HP, yaitu Bakso Ikan Beku berbahan baku surimi, Bakso Ikan Beku berbahan baku tetelan tuna, Bandeng Presto berbahan baku ikan bandeng segar, Bandeng Cabut Duri Beku berbahan baku ikan bandeng segar, dan Kerupuk Ikan berbahan baku ikan beloso. Untuk mencapai tujuan pertama, kegiatan sosialisasi LSPro-HP dilaksanakan pada
tanggal 1 – 4 April 2013 di Jakarta. Peserta yang mengikuti kegiatan tersebut sebanyak 37 orang UKM/pengolah yang berasal dari 6 daerah, yaitu Lampung, Palembang, Bandung, Semarang, Surabaya, DKI Jakarta; pembina UKM dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, Palembang; perwakilan LPPMHP Surabaya, Semarang, Cirebon, Lampung, Palembang; serta peserta dari masingmasing perwakilan unit eselon dua lingkup Ditjen P2HP dan BBP2HP. Untuk mencapai tujuan kedua, proses pre audit/verifikasi dilaksanakan di Surabaya, Kendal, Palembang, dan Indramayu. Pada proses ini dilakukan sampling terhadap produk akhir (end product) untuk diuji di laboratorium. Kegiatan ini merupakan kunjungan awal oleh tim manajemen LSPro-HP sebelum UKM/pengolah di audit/evaluasi proses produksi oleh tim evaluator. Audit/evaluasi proses produksi dilaksanakan oleh tim auditor/evaluator yang terdiri dari ketua dan anggota. Audit/evaluasi dilakukan terhadap dokumen sistem mutu dan seluruh tahapan proses produksi. Dalam tahap ini, dilakukan pula pengambilan contoh untuk diuji di laboratorium. Pengambilan contoh dilakukan oleh tim auditor/evaluator yang telah memiliki kompetensi dalam melakukan teknik sampling. Pengambilan contoh dilakukan pada titik-titik yang ditetapkan sebagai titik kritis, yang meliputi penerimaan bahan baku, proses 72
produksi, produk akhir, dan pengambilan contoh terhadap air dan es yang digunakan dalam proses produksi. Data hasil uji laboratorium dan tindakan perbaikan yang telah dilakukan oleh UKM/pengolah kemudian dikaji oleh tim yang beranggotakan Manajer Teknis, Manajer Mutu, Komite Teknis, Komite Skema, Auditor/Evaluator, dan tim manajemen mutu. Berdasarkan hasil kajian, Komite Teknis memberikan rekomendasi kepada Manajer Teknis perihal kelayakan UKM/pengolah untuk mendapatkan SPPT-SNI. Pada T. A. 2013, Manajer Teknis telah memutuskan menerbitkan SPPT-SNI berdasarkan rekomendasi Komite Teknis, kepada CV. Sakana Indo Prima untuk produk bakso ikan beku yang sesuai dengan SNI 01-7266:2006 dan UD. Mina Makmur untuk produk bandeng presto yang sesuai dengan SNI 4106:2009. Data UKM/pengolah yang telah mengalami proses pre audit/verifikasi atau audit/evaluasi sertifikasi disajikan pada Tabel 52. Kegiatan ini akan terus dilanjutkan pada T. A. 2014 dengan target semakin banyak UKM/pengolah hasil perikanan yang mengetahui dan mendaftarkan diri untuk proses sertifikasi produk-produknya. Dokumentasi kegiatan ditampilkan pada Gambar 60.
Tabel 52. Daftar UKM/pengolah yang Telah Menjalani Proses Pre-audit/Verifikasi oleh LSPro-HP Kabupaten/Kota Depok Surabaya
Nama Pengolah CV Sakana Indo Prima UKM Udang Werus UKM Srikandi Mina
Produk bakso ikan kerupuk ikan kerupuk ikan, bakso ikan
Kendal
Bandeng Juwana Bandeng Bu Darmono UKM Kopmir Bandeng Rozal
bandeng presto bandeng presto bandeng cabut duri bandeng cabut duri, bandeng presto
Palembang
Perusahaan Cek Nani 222 Perusahaan HJ. Cek Tura
kerupuk ikan kerupuk ikan
Semarang Indramayu
UD. Mina Makmur PD. Inderasari UKM Padi Kapas UKM Risya UKM Marijo
bandeng presto kerupuk ikan kerupuk ikan bakso ikan bandeng cabut duri
Sukabumi Makassar
Catatan: Konten bercetak tebal adalah UKM yang juga telah mengalami proses audit/evaluasi. 72
Kegiatan Sosialisasi di Jakarta, 1 – 4 April 2013
Proses Pre-audit/Verifikasi
Proses Pengambilan Contoh di UKM/Pengolah
Proses Audit/Evaluasi
Gambar 60. Dokumentasi Kegiatan Sosialisasi Sertifikasi Produk
73
3.4.3 Monitoring Hasil Perikanan Kegiatan monitoring hasil perikanan ditargetkan untuk menghasilkan 2966 data bahan baku dan produk hasil perikanan di Unit Pengolahan Ikan (UPI) dan pasar. Data hasil monitoring ini dimaksudkan sebagai bahan pertimbangan/rekomendasi bagi Ditjen P2HP untuk melakukan pembinaan terhadap hasil monitoring yang memerlukan tindak lanjut, sekaligus memberi informasi bagi pelaku usaha perikanan tentang ketersediaan bahan baku di
UPI
dan
keragaman
produk
perikanan
yang
bermutu
di
PPI/TPI/pasar
tradisional/modern. Bidang teknis yang bertanggung jawab dalam pencapaian target ini adalah Bidang Monitoring Hasil Perikanan, dimana 1224 target data merupakan tanggung jawab Seksi Monitoring Cemaran Biologi dan 1742 target data merupakan tanggung jawab Seksi Monitoring Cemaran Kimia. Target dan capaian data secara lengkap ditampilkan pada Tabel 53.
Tabel 53. Rincian Kegiatan dalam Pencapaian Target Data Monitoring No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kegiatan Monitoring Bahan Baku UPI Bandeng dan Rumput Laut Monitoring Bahan Baku UPI Patin dan TTC Monitoring Bahan Baku UPI Pindang Monitoring Produk Perikanan di Pasar Tradisional Monitoring Kesegaran Ikan di TPI/PPI Monitoring Produk Perikanan di Pasar Modern Total
Target (Data)
Realisasi (Data)
Persentase
600
616
102,67%
264 360
305 360
115,53% 100%
605
605
100%
552 585 2966
552 587 3025
100% 100,34% 101,99%
Bagian selanjutnya dari laporan ini akan menjelaskan lebih detail capaian masingmasing kegiatan, dimulai dengan pembahasan kegiatan nomor 1 s/d 3 yang merupakan tanggung jawab Seksi Monitoring Cemaran Biologi, dilanjutkan dengan pembahasan kegiatan nomor 4 s/d 6 yang merupakan tanggung jawab Seksi Monitoring Cemaran Kimia.
3.4.3.1 Monitoring Bahan Baku Komoditas Industrialisasi di UPI 3.4.3.1.1 Monitoring Bahan Baku UPI Bandeng dan Rumput Laut Monitoring bahan baku di UPI bandeng dan rumput laut pada T. A. 2013 telah terlaksana di 17 lokus dengan capaian data sebanyak 616 data (102,67%) dari 600 data yang telah direncanakan. Lokus pengambilan contoh untuk monitoring bahan baku di UPI bandeng 74
adalah Banten, Bekasi, Brebes, Demak, Gresik, Karawang, Kendal, Pati, Pemalang, Sidoarjo, Tarakan, dan Makassar, sedangkan lokus monitoring bahan baku rumput laut adalah Brebes, Depok, Gorontalo, Kupang dan Mataram. Dari aspek produktivitas, masih banyak kelompok pengolah/UPI/UMKM yang belum bekerja secara optimal karena belum memenuhi target kapasitas produksi terpasang yang direncanakan. Berdasarkan hasil uji Angka Lempeng Total (ALT), bahan baku bandeng yang memenuhi syarat sebanyak 90,3% dan produk olahan bandeng yang memenuhi syarat sebanyak 83,1%, sehingga perlu pembinaan terhadap proses pengolahan dan mutu bahan baku serta produk. Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian kuisioner, bahan baku rumput laut berasal dari pembudidaya (74%), pengumpul (13%), serta dari pembudidaya dan pengumpul (13%). Jenis rumput laut yang digunakan adalah Eucheuma cottonii (80%), Gracillaria (13%), serta Eucheuma cottonii dan Gracillaria (7%). Ketersediaan bahan baku rumput laut 100% dapat terpenuhi artinya tidak ada kendala dalam pasokan bahan baku rumput laut. Produktivitas yang masih dibawah 50% ditemukan di 5 kelompok pengolah/UPI/UMKM (33,33%). Hasil uji organoletik menunjukkan bahwa 42,85% bahan baku tidak memenuhi syarat. Produk yang diuji secara score sheet hanya ada dua yaitu agar-agar kertas dan Semi Refined Caragenan (SRC). Hasil uji score sheet menunjukkan bahwa produk agar-agar kertas belum memenuhi syarat. Pengujian produk yang lain adalah dengan menggunakan uji deskripsi karena belum ada SNI mengenai produk tersebut. Dokumentasi kegiatan monitoring bahan baku di UPI bandeng dan rumput laut ditampilkan pada Gambar 61.
Wawancara dengan Bapak Dedy pemilik UMKM Bandeng Kendal
Proses pencetakan kerupuk dengan menggunakan alas gelas secara manual
Produk akhir jus dan kemasan produk kelompok Winner
Gambar 61. Dokumentasi Kegiatan Monitoring Bahan Baku di UPI Bandeng dan Rumput Laut
75
3.4.3.1.2 Monitoring Bahan Baku UPI Patin dan Tuna Tongkol Cakalang (TTC) Kegiatan monitoring bahan baku UPI patin dan TTC yang dilaksanakan di 11 lokus menghasilkan 305 data (115,53%), melebihi target 264 data yang direncanakan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan di 7 lokus patin yaitu Batanghari, Kampar, Jambi, Kuantansingingi, Muaro Jambi, Palembang, Pelalawan dan 4 lokus TTC yaitu Ambon, Bitung, DKI Jakarta dan Palabuhanratu. Pengelompokan dan analisis data dilakukan berdasarkan parameter yang telah ditetapkan guna mengetahui ketersediaan bahan baku UPI Patin dan TTC serta mutunya. Parameter kegiatan meliputi bahan baku (asal pasokan, jenis, ukuran dan harga), volume (kebutuhan bahan baku, volume pasokan, kapasitas terpasang, kapasitas produksi), produk akhir (jenis produk, volume penjualan, harga penjualan dan omzet), kemasan (asal kemasan, harga kemasan, bahan kemasan) dan label (harga, barcode, AKG, kode produksi, kadaluarsa, P.IRT, BPOM, Depkes, Halal MUI, netto, komposisi dan produsen), sarana prasarana, dan hasil uji ALT (bahan baku dan produk). Hasil monitoring menunjukkan bahwa 23 kelompok pengolah/UPI/UMKM Patin tidak mengalami kekurangan bahan baku. Lima kelompok pengolah/UPI/UMKM (21,74%) yang produktivitasnya optimal yaitu Poklah Dua Sepakat, Wanita Karya dan Cahaya yang berasal dari Kuantansingingi dan Poklah Tunas Baru dan Padik Lestari yang berasal dari Muarajambi. Delapan belas Poklah/UPI/UMKM (78,26%) produktivitasnya belum optimal. Hasil monitoring bahan baku UPI TTC menunjukkan bahwa terdapat 3 UPI (20%) skala industri yang kekurangan bahan baku dari 15 Poklah/UPI/UMKM yang dimonitoring yaitu PT. Nusantara Alam Bahari (produktivitas 55%), PT. Graha Insan Sejahtera (produktivitas 40%) dan PT. Gabungan Era Mandiri (produktivitas 33%). Poklah/UPI/UMKM TTC yang produktivitasnya belum optimal sejumlah 8 Poklah/UPI/UMKM (53,33%). Produktivitas Poklah/UPI/UMKM yang produktivitasnya masih belum optimal umumnya disebabkan oleh kurangnya modal, keterampilan SDM, serta sarana dan prasarana. Berdasarkan hasil uji ALT bahan baku patin yang tidak memenuhi syarat adalah sebanyak 9 contoh (39,13%), dan produk olahan patin yang tidak memenuhi syarat sebanyak 2 contoh (8,33%) sehingga perlu pembinaan terhadap proses pengolahan dan mutu bahan baku serta produk. Dokumentasi kegiatan monitoring dapat dilihat pada Gambar 62.
76
Proses penyiangan bahan baku ikan patin dari UPI Putra Niaga dilakukan di atas meja
Pengambilan Contoh Patin di Karamba Milik Ibu Merianti, di Sungai Batanghari
Wawancara dan pengisian kuisioner dengan Bapak Supandi UMKM Slamet Mandiri
Gambar 62. Dokumentasi Kegiatan Monitoring Bahan Baku di UPI Patin dan Tuna Tongkol Cakalang (TTC)
3.4.3.1.3 Monitoring Bahan Baku UPI Pindang Kegiatan monitoring bahan baku UPI pindang dilaksanakan di masing-masing 5 UPI/UMKM pada 8 lokus yaitu Medan, Bogor, Palabuhanratu, Rembang, Kendal, Pati, Trenggalek dan Klungkung. Wawancara, pengisian kuesioner dan pengambilan contoh yang dilaksanakan di pengolah pindang/UMKM di 8 lokus tersebut menghasilkan 360 data (100%). Pengelompokan dan analisis data dilakukan berdasarkan parameter yang telah ditetapkan guna mengetahui ketersediaan bahan baku UPI pindang serta mutunya. Pengelompokan data terdiri dari 9 parameter antara lain (1) bahan baku, meliputi asal, jenis, ukuran dan harga; (2) volume, meliputi kebutuhan bahan baku, volume pasokan, kapasitas terpasang dan kapasitas produksi; (3) pemasaran, meliputi tujuan pemasaran, volume penjualan, harga jual dan omzet; (4) kemasan dan label, meliputi bahan, asal, harga beli dan informasi label (harga, barcode, AKG, kode produksi, kadaluarsa, P.IRT, BPOM, Depkes, halal MUI, netto, komposisi dan produsen); (5) sarana dan prasarana; (6) sanitasi dan hygiene; (7) data mutu, meliputi hasil uji ALT bahan baku; (8) data mutu, meliputi hasil uji ALT produk; (9) data mutu, meliputi hasil uji formalin bahan baku. Hasil monitoring bahan baku UPI pindang menunjukkan bahwa 4 UPI/UMKM (10%) dari 40 UPI/UMKM mengalami kekurangan bahan baku: UMKM Bahari Hasta Asih-Rembang (kekurangan bahan baku 1 ton/hari), UMKM Dadi Mulyo (kekurangan bahan baku 1-2 ton/hari), Pengolah Pindang Yudi Prihandoko-Pati (kekurangan bahan baku 3 ton/hari) dan UMKM UD. Puspitasari-Pati (kekurangan bahan baku 17,5 ton/hari).
77
Daerah dengan kapasitas produksi pindang tertinggi adalah Pati dengan kapasitas produksi rata-rata 6760 kg/hari. Produktivitas pengolah pindang di 8 lokus umumnya (pada 28 UMKM dari 40 UMKM) lebih dari 50%. Produktivitas tertinggi adalah pada daerah Kendal (100%). Hasil pengujian formalin terhadap bahan baku menunjukkan 21 contoh positif mengandung formalin (53%) dari 40 contoh bahan baku yang diambil di 8 lokus. Hasil pengujian ALT bahan baku tidak ada yang melebihi batas maksimal yang dipersyaratkan oleh SNI pindang 2717.1:2009, sedangkan hasil pengujian ALT produk menunjukkan 1 contoh (2%) yang melebihi batas maksimal yaitu pindang layang yang diambil dari UMKM UD. Sinar Laut-Bogor dengan nilai ALT >500.000 koloni/gram. Sarana dan prasarana serta sanitasi dan hygiene keseluruhan aspek produksi 40 pengolah pindang di 8 lokus tergolong masih kurang baik sehingga diperlukan bantuan dan pembinaan guna peningkatan kualitas dan pertumbuhan industri pengolahan pemindangan. Dokumentasi kegiatan monitoring bahan baku UPI pindang dapat dilihat pada Gambar 63.
Ruang Proses Pemindangan
Bahan baku yang didapat dari TTPI Tasik Agung, diolah di UPI Lovy Putra
Pindang yang telah selesai direbus milik pengolah Ibu Astuti
Gambar 63. Dokumentasi Kegiatan Monitoring Bahan Baku UPI Pindang
3.4.3.2 Monitoring Bahan Baku dan Produk di Pasar 3.4.3.2.1 Monitoring Produk Perikanan di Pasar Tradisional Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan monitoring dan pendataan terhadap produk perikanan di pasar tradisional berdasarkan parameter jenis/jumlah produk, volume pasokan/volume penjualan, jenis bahan kemasan dan sarana dan prasarana, termasuk melakukan monitoring terhadap mutu produk perikanan melalui uji
formalin dan
organoleptik. 78
Monitoring produk perikanan di pasar tradisional dilaksanakan di 11 lokus untuk mendapatkan 605 data dengan rincian: 220 data pasar dan 385 data mutu produk perikanan di pasar tradisional. Jumlah pasar tradisional yang disurvey dari 11 lokus yang meliputi Bandung, Palangkaraya, Pekanbaru, Medan, Mataram, Semarang, Jakarta, Surabaya, Palembang, Balikpapan dan Makassar masing-masing berjumlah 5 pasar. 1.
Jenis Produk Jenis produk perikanan yang dijual dan tersedia di pasar tradisional dari 11 lokus adalah
ikan asin, kerupuk, ikan asap, terasi, empek-empek, ikan pindang, bakso ikan dan produk lainnya.
Persentase tertinggi adalah ikan asin (81,7%) dan terendah adalah bakso ikan
(1,3%). Jenis produk ikan asin masih mendominasi jenis produk perikanan yang dijual di pasar-pasar tradisional, sementara untuk jenis produk perikanan lainnya mencapai 4%, diantaranya otak-otak ikan, bandeng presto, teripang kering, ikan beku, hisit hiu, sirip hiu, nugget, hisit pari, siomay ikan, gelembung ikan kering, gelembung renang ikan, dendeng ikan, abon ikan, petis, ikan kaleng, chikuwa, ekkado, tempura, rusip, tekwan kering, udang gulung, fish cake, tahu isi ikan, tail on shrimp, crab imitation, ikan olah scallop, dan bekasam. Persentase dari masing-masing produk perikanan lainnya ini masih sangat rendah yaitu kurang dari 1%. 2.
Volume Pasokan dan Penjualan Lima pasar tradisional yang terdapat di Semarang memiliki rata-rata volume pasokan
dan penjualan tertinggi dengan nilai berturut-turut 1988,3 kg/hari dan 1823,3 kg/hari. Sedangkan rata-rata volume pasokan dan penjualan terendah adalah pada 5 pasar tradisional di Balikpapan, berturut-turut 158,7 kg/hari dan 95,3 kg/hari. Persentase penjualan berkisar antara 94,8% - 32,8%, dimana persentase tertinggi terdapat di pasar tradisional Mataram (94,8%), diikuti oleh Semarang (91,7%), sedangkan persentase penjualan terendah terdapat di pasar tradisional Makassar (32,8%). 3.
Kemasan Jenis-jenis bahan kemasan produk perikanan yang digunakan di pasar tradisional yang
terdapat di 11 lokus yang disurvey diantaranya adalah plastik, kertas koran, kardus, kertas sak semen, daun pisang, besek, styrofoam, keranjang, kaleng, dan botol. Persentase tertinggi adalah plastik (64,14%), sedangkan persentase terendah adalah styrofoam, keranjang, kaleng dan botol, yaitu hanya 0,42%. 4.
Sarana Prasarana Pasar Monitoring terhadap sarana pasar tradisional di sebelas lokus dilakukan melalui
pengamatan dan pendataan terhadap ketersediaan air, listrik, kondisi drainase saluran 79
Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) dan Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Klasifikasi A, B C, dan D untuk sarana pasar tradisional memiliki persentase berturut-turut sebesar 17%, 48%, 33% dan 2% atau berjumlah 9, 27, 18 dan 1 pasar dari keseluruhan 55 pasar tradisional yang disurvey. Secara keseluruhan persentase tertinggi untuk kondisi sarana pasar tradisional yang terdapat di 11 lokus di Indonesia berada pada klasifikasi B dan C, sementara untuk klasifikasi A baru mencapai 17%. Pasar-pasar tradisional yang berada dalam klasifikasi C dan D perlu segera diperbaiki dan direvitalisasi khususnya untuk ketersediaan sarana air bersih, sarana listrik untuk penerangan yang lebih baik, sarana drainase saluran IPAL yang lebih baik dan terkontrol, serta sarana TPS yang cukup dan memadai kapasitasnya di setiap pasar supaya tidak terjadi penumpukan sampah di area pasar. Monitoring terhadap prasarana pasar tradisional dilakukan melalui pengamatan dan pendataan terhadap kondisi bangunan, los pasar, tempat berjualan, dan kondisi lantai. Klasifikasi A, B C, dan D untuk prasarana pasar tradisional memiliki persentase berturutturut sebesar 16%, 38% ,37% dan 9% atau berjumlah 9, 21, 20 dan 5 pasar dari 55 pasar tradisional yang disurvey. Secara keseluruhan persentase tertinggi untuk kondisi prasarana pasar tradisional yang terdapat di 11 lokus di Indonesia berada pada klasifikasi B dan C, sementara klasifikasi A baru mencapai 16%.
Pasar-pasar tradisional yang berada dalam
klasifikasi C dan D perlu segera diperbaiki dan direvitalisasi. Bangunan pasar yang rusak seperti atap-atap yang bocor harus segera diperbaiki. Instansi terkait perlu segera melakukan perbaikan dan rehabilitasi gedung. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga kenyamanan konsumen dan pedagang dalam melakukan jual beli. 5.
Pengujian Formalin dan Organoleptik Jumlah contoh produk perikanan yang positif mengandung formalin adalah 105 contoh
atau 47,73% dari 220 contoh produk perikanan yang disampling dari 55 pasar tradisional dan 11 lokus. Produk perikanan yang dijual dan dipasarkan di pasar-pasar tradisional masih ditemukan positif mengandung formalin. Oleh karena itu, pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Instansi dan Dinas terkait terhadap bahaya dan larangan penggunaan formalin pada bahan pangan khususnya produk perikanan harus terus dilakukan dan lebih ditingkatkan. Selain itu sosialisasi kepada pengolah, pedagang dan masyarakat pada umumnya tentang bahaya dan larangan penggunaan formalin pada bahan pangan harus terus dilakukan, agar mutu dan keamanan pangan terhadap konsumen dapat lebih terjamin. Sebanyak 95 contoh atau 57,58% memenuhi standar atau kisaran nilai organoleptik ≥ 7, sedangkan yang tidak memenuhi standar yaitu kisaran nilai < 7 sebanyak 70 contoh atau 42,42%. Dengan demikian produk perikanan yang terdapat di pasar-pasar tradisional sudah 80
lebih dari 50% mencapai mutu yang diharapkan. Namun demikian mutu produk perikanan yang dijual dan dipasarkan di pasar-pasar tradisional harus terus diperbaiki dan ditingkatkan. Mutu produk perikanan di pasar tradisional yang lebih baik akan menambah daya saing terhadap produk yang dijual di pasar ritel modern sehingga meningkatkan daya jual, daya serap maupun volume penjualan. Dokumentasi kegiatan monitoring produk perikanan di pasar tradisional disajikan pada Gambar 64.
Gambar 64. Dokumentasi Kegiatan Monitoring Produk Perikanan di Pasar Tradisional di Palangkaraya, Mataram dan Semarang
3.4.3.2.2 Monitoring Kesegaran Ikan di TPI/PPI Kegiatan ini bertujuan mendapatkan data kesegaran ikan di TPI/PPI melalui pengujian organoleptik dan formalin pada ikan yang didaratkan di TPI/PPI. Kegiatan ini dilaksanakan di 12 lokus yaitu Jawa Barat (Cirebon), DKI Jakarta, Sumatera Barat (Padang), Banda Aceh, Kalimantan Barat, Banten (Serang), Bandar Lampung, Maluku (Ambon), Jawa Timur (Gresik), Sulawesi Utara (Bitung), Ternate, Papua Barat (Sorong) guna mendapatkan 552 data meliputi 480 data uji formalin dan organoleptik serta 72 data meliputi lama penangkapan, penerapan rantai dingin dan distribusi hasil tangkapan. 1.
Lama Penangkapan Lama/trip penangkapan kapal-kapal yang mendarat di TPI/PPI pada 12 lokus dibagi
menjadi 4 trip yaitu (1) one day fishing sebanyak 71%, (2) dua minggu – sebulan sebanyak 16%, (3) satu – dua minggu sebanyak 7% dan (4) satu – tiga bulan sebanyak 5%. Mayoritas lama penangkapan kapal-kapal yang mendarat di TPI/PPI pada 12 lokus adalah one day fishing.
81
2.
Penerapan Rantai Dingin Penerapan rantai dingin pada kapal-kapal yang mendarat di 12 lokus TPI/PPI terdiri dari
3 kelompok penanganan yaitu (1) menggunakan es sebanyak 71%, (2) memiliki palkah berefrigerasi sebanyak 22%, (3) tidak menggunakan es sebanyak 7%. Penerapan rantai dingin tersebut dilakukan pada saat penangkapan/operasional di laut. Sebagian besar penerapan rantai dingin kapal-kapal yang mendarat di TPI/PPI di 12 lokus adalah dengan menggunakan es. Sekitar 7% kapal belum menerapkan sistem rantai dingin dikarenakan kapal-kapal tersebut lama penangkapannya sekitar 6 – 8 jam. 3.
Distribusi Hasil Tangkapan Distribusi hasil tangkapan dari TPI/PPI di 12 lokus cukup beragam, sebanyak 23% hasil
tangkapan didistribusikan ke lokal dan luar daerah; 18% ke lokal; 14% ke lokal, pasar dan UPI; 12% ke pasar; 9% ke UPI, 6% ke lokal dan UPI; dan 3% ke pengumpul. Sebagian besar distribusi hasil tangkapan dari kapal-kapal yang mendarat di TPI/PPI di 12 lokus adalah ke lokal dan luar daerah. 4.
Formalin Rekapitulasi data penggunaan formalin di 12 lokus dapat dilihat pada Tabel 54.
Tabel 54. Rekapitulasi Data Formalin di TPI/PPI 12 lokasi di Indonesia No
Lokasi
1 Cirebon 2 DKI Jakarta 3 Padang 4 Aceh 5 Pemangkat 6 Serang 7 Lampung 8 Ambon 9 Gresik 10 Bitung 11 Ternate 12 Sorong Total contoh
Jumlah Contoh 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 240
Positif Positif Positif Negatif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif Positif
Contoh Berupa Ikan Segar Hasil Uji (mg/kg) 13 : 0,6 – 9 Ttd : 7 8 : 0,6 – 3,6 Ttd : 12 1 : 0,6 Ttd : 19 0 :Ttd : 20 16 : 0,6 – 9 Ttd : 4 20 : 0,6 – 9 Ttd : 0 9 : 0,6 – 9 Ttd : 11 3 : 0,6 Ttd : 17 14 : 0,6 – 2,4 Ttd : 6 4 : 0,6 – 2,4 Ttd : 16 4 : 0,6 Ttd : 16 1 : 0,6 Ttd : 19 93 Contoh Ttd 147 contoh (Ttd : 61%)
Persentase sampel positif 65% 40% 5% 80% 100% 45% 15% 70% 20% 20% 5% 39%
Keterangan: Ttd: tidak terdeteksi; Metode uji formalin: Formaldehyde test kit Larangan penggunaan formalin sesuai Permenkes No.33 Tahun 2012
Dari 240 contoh yang diuji, diperoleh 147 contoh (61%) tidak terdeteksi mengandung formalin (memenuhi standar), sedangkan 93 contoh (39%) positif mengandung formalin (tidak memenuhi standar) dengan nilai 0,6 – 9 mg/kg. 82
5.
Organoleptik Rekapitulasi data hasil uji organoleptik sampel yang diambil dari TPI/PPI di 12 lokus
dapat dilihat pada Tabel 55 berikut ini.
Tabel 55. Rekapitulasi data hasil uji organoleptik sampel yang diambil dari TPI/PPI di 12 lokus No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hasil Uji Organoleptik 7,0 8,0 6,0 9,0 6,5 7,5 8,5 4,0 5,0
Jumlah contoh 104 52 47 12 7 7 2 4 5 240
Persentase (%) 43% 22% 20% 5% 2,9% 2,9% 0,8% 1,7% 2,1%
Memenuhi standar atau tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak
Keterangan: Metode uji organoleptik SNI 2346:2011 Syarat mutu organoleptik sesuai SNI 2729:2013 adalah minimal 7
Berdasarkan data tersebut, dari 240 contoh yang diambil, sebanyak 177 contoh (74%) memenuhi standar dengan nilai organoleptik 7 – 9, sedangkan 63 (26%) contoh tidak memenuhi standar dengan nilai organoleptik 4 – 6,5. Mayoritas sampel untuk uji organoleptik yang diambil dari kapal-kapal yang mendarat di TPI/PPI di 12 lokus adalah segar dengan nilai rata-rata 7. Dokumentasi kegiatan monitoring kesegaran ikan dapat dilihat pada Gambar 65.
Pelelangan ikan di TPI Ternate
Pengambilan contoh di Tempat Pemasaran Ikan PPN Ternate
Pengujian organoleptik pada sampel yang diambil di TPI Kejawanan
Gambar 65. Kegiatan Monitoring Kesegaran Ikan
83
3.4.3.2.3 Monitoring Produk Perikanan di Pasar Modern Survei dalam rangka monitoring produk perikanan di pasar modern pada tahun 2013 telah dilaksanakan di 13 lokus yaitu: Medan, Palembang, Tangerang, Jakarta, Depok, Bogor, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Balikpapan dan Makassar, untuk mendapatkan 587 data dengan rincian 117 data terkait produk dan 470 data mutu produk. Hasil kegiatan dibagi ke dalam dua subtopik yaitu (1) komparasi produk perikanan impor dan lokal di pasar modern dan (2) memperoleh data uji mutu organoleptik serta uji laboratorium atas kemungkinan adanya kandungan formalin pada produk perikanan. Analisis data monitoring memberikan gambaran di pasar modern bahwa produk perikanan produksi lokal lebih dominan (88%) dari impor (12%). Kategori produk yang dimasuki impor diantaranya adalah ikan kaleng, olahan surimi, ikan/produk segar dan kerupuk dan dapat dilihat pada Gambar 66.
12%
88%
Gambar 66. Persentase Produk Perikanan Lokal-Impor Menurut Kategori Produk
Berdasarkan pengamatan, tidak ditemukan bahan kemasan yang tidak sesuai pada produk perikanan, namun penggunaan plastik transparan untuk mengemas olahan surimi dan produk segar cenderung mempengaruhi mutu. Pengaruh itu terutama berasal dari pengaruh cahaya yang dapat mendekomposisi kandungan vitamin dan oksidasi lemak jika suhu penyimpanan produk kurang sesuai. Sebanyak 76% olahan surimi mengandung formalin 0,6 - 4,8 mg/kg, namun konsentrasi tersebut masih cukup rendah untuk 84
mempengaruhi kesehatan (0,2 mg/kg berat badan menurut Acceptable Daily Intake/ADI (Widmer dan Frick, 2007)). Dari 244 contoh hasil sampling di tiga belas lokus monitoring, 226 contoh diuji formalin dan organoleptik, dan 18 contoh diuji formalin atau organoleptik saja. Sebanyak 96 contoh (39%) tidak mengandung formalin dan/atau memperoleh nilai organoleptik ≥ 7,0.
Tabel 56. Persentase contoh positif formalin menurut kategori produk Jenis produk
Jumlah contoh
Olahan surimi Ikan asin Pindang Produk segar Ikan asap Ikan segar Abon ikan Kerupuk Ikan kaleng
91 75 6 13 5 5 4 11 24 234
Jumlah 69 56 3 6 2 4 1 2 4 147
Positif formalin Persentase 76% 75% 50% 46% 40% 80% 25% 18% 17% 63%
Sebanyak 235 produk perikanan diuji organoleptik dengan hasil tujuh contoh diantaranya (2%) memperoleh nilai <5; sebanyak 61 contoh (26%) memperoleh nilai 5 - 6; 114 contoh (49%) memperoleh nilai >7, sementara 55 contoh lagi (23%) diuji deskripsi. Batas kelayakan konsumsi produk perikanan menurut KEP.135/DJ-P2HP/2009 harus bernilai minimal 5, sehingga produk perikanan yang tidak layak konsumsi hanya 2% dari produk yang disampling. Unsur label yang tidak tersedia pada kemasan biasanya adalah informasi nilai gizi, P.IRT/MD/ML dan halal. Dari jumlah keragaman produk di pasar modern, ketiga unsur label ini terpenuhi yaitu kandungan nilai gizi (83%), P.IRT/MD/ML (93%) dan halal (90%). Khusus produk segar dan curah ketentuan tentang label tidak berlaku. Produk impor untuk perdagangan wajib mencantumkan label di dalam dan/atau pada kemasan pangan pada saat memasuki wilayah NKRI. Kisaran harga menurut kategori produk ditampilkan pada grafik pada Gambar 67. Berat bersih (netto) produk perikanan sangat beragam sehingga pendekatan satuan yang digunakan adalah per 100 gr produk.
85
Kisaran harga produk lokal-impor per 100 gr
(Rp) 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000
Ikan kaleng Olahan surimi
(67.a)
Ikan segar
Produk segar
Impor
Lokal
Impor
Lokal
Impor
Lokal
Impor
Lokal
Impor
Asal …
Lokal
-
Kerupuk
(67.b)
Gambar 67. Rentang Harga Produk Lokal (67.a) dan Harga Produk Lokal-Impor (67.b) per 100 gr Produk
Untuk satuan berat yang sama, produk perikanan impor dijual lebih mahal dibandingkan produk lokal. Produk perikanan lokal yang paling mahal adalah produk abon sementara produk perikanan impor yang paling mahal adalah kerupuk rumput laut. Dokumentasi kegiatan monitoring produk perikanan di pasar modern dapat dilihat pada Gambar 68.
Survei produk perikanan di Hypermart Grand Palladium
Ikan segar dijual di Carrefour Palembang
Pengisian kuesioner di ritel Carrefour Kramatjati dengan pihak manajemen
Gambar 68. Kegiatan Monitoring Produk Perikanan di Pasar Modern
86
3.4.4 Dukungan Ketatausahaan Kegiatan dukungan ketatausahaan ditargetkan untuk menghasilkan 3 dokumen dukungan ketatausahaan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Bidang-bidang Teknis di BBP2HP. Bagian yang bertanggung jawab dalam pencapaian target ini adalah Bagian Tata Usaha, dimana 1 dokumen merupakan tanggung jawab Sub Bagian Perencanaan, 1 dokumen merupakan tanggung jawab Sub Bagian Informasi, dan 1 dokumen merupakan tanggung jawab Sub Bagian Umum. Target dan capaian data secara lengkap ditampilkan pada Tabel 57.
Tabel 57. Rincian Kegiatan Dukungan Ketatausahaan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Kegiatan Penyusunan Program Rapat Teknis BBP2HP Pemantapan Kegiatan BBP2HP Penyusunan Laporan Tahunan Penyusunan Laporan Kegiatan Penyusunan LAKIP Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Informasi Hasil Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Alih Teknologi dan Informasi Hasil Perikanan Apresiasi Penerapan Teknologi Pasca Panen Perikanan Bagi Pengolah Ikan TOT Operasionalisasi Mobil ATI Gelar Teknologi Pegolahan Hasil Perikanan dan Temu Bisnis Pengembangan Kapasitas SDM dan Ketatausahaan Peningkatan Jabatan Fungsional Penyusunan Analisis ABK, SIMPEG dan ANJAB Pembinaan Kepegawaian Sosialisasi Penyusunan dan Penilaian SKP Operasional Pengguna Anggaran Inventarisasi Barang Milik Negara (BMN) Penghapusan Barang Milik Negara (BMN) Total
Target
Realisasi
Persentase
1Dokumen
1Dokumen
100%
1Dokumen
1Dokumen
100%
1Dokumen
1Dokumen
100%
3 Dokumen
3 Dokumen
100%
Bagian selanjutnya dari laporan ini akan menjelaskan lebih detail capaian masingmasing kegiatan, dimulai dengan pembahasan kegiatan nomor 1 s/d 7 yang merupakan tanggung jawab Sub Bagian Perencanaan, dilanjutkan dengan pembahasan kegiatan nomor 8 s/d 12 yang merupakan tanggung jawab Sub Bagian Informasi, dan ditutup dengan pembahasan kegiatan nomor 13 s/d 20 yang merupakan tanggung jawab Sub Bagian Umum. 87
3.4.4.1 Penyusunan Program dan Pelaporan Kegiatan penyusunan program dan pelaporan ini meliputi kegiatan antara lain:
3.4.4.1.1 Penyusunan Program Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2010, setiap satuan kerja perlu melaksanakan kegiatan penyusunan program dalam rangka penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL). Dalam kegiatan penyusunan program, BBP2HP melaksanakan kegiatan penyusunan RKA-KL BBP2HP, penyusunan KAK dan RAB, mengikuti penelaahan RKA-KL di lingkup Ditjen P2HP, Sekretariat Jenderal KKP dan Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan. Adapun output kegiatan ini antara lain adalah: a. Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2013 b. Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Belanja (RAB) Tahun 2014 c. Rencana Kinerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) Tahun 2014 d. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2013 e. Penetapan Kinerja Tahunan (PKT) Tahun 2013 f.
Rencana Operasional Kegiatan (ROK) Tahun 2013
2.4.4.1.4 Rapat Teknis BBP2HP Berdasarkan kerangka keprograman dan siklus penganggaran berbasis kinerja, BBP2HP melaksanakan kegiatan Rapat Teknis BBP2HP. Kegiatan Rapat Teknis (Rateknis) dilaksanakan dengan maksud agar keseluruhan kegiatan BBP2HP mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada pelaporan, serta output yang dihasilkan selama kurun 1 tahun terpublikasikan kepada stakeholder terkait, terintegrasi dengan komprehensif melalui berbagai masukan yang diterima selama acara, dan terlaksana sesuai dengan tugas pokok BBP2HP. Rateknis BBP2HP 2013 diselenggarakan pada tanggal 24 – 26 April 2013. Peserta Rateknis berasal dari Sekolah Tinggi Perikanan (STP), Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP), Pusat Penyuluhan BPSDM KP, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBP4B KP), Dit. Pengolahan Hasil, Dit. Usaha dan Investasi, Dit. Pemasaran Luar Negeri, Dit. Pemasaran Dalam Negeri, Dit. Pengolahan Produk Nonkonsumsi, Setditjen P2HP, Pejabat 88
Struktural dan Fungsional lingkup BBP2HP, serta pegawai BBP2HP. Kegiatan Rateknis menghasilkan rumusan sebagai berikut : 1.
Semua kegiatan BBP2HP harus mengarah kepada IKU Ditjen P2HP dan KKP.
2.
Kegiatan BBP2HP diarahkan untuk mendukung kebijakan program minapolitan, industrialisasi, dan blue economy Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan meningkatkan produk nilai tambah dan peningkatan daya saing produk perikanan dari hulu ke hilir.
3.
Upaya peningkatan produk nilai tambah dilakukan melalui: (1) Fasilitasi ketersediaan bahan baku bagi industri dalam negeri yang bernilai tambah; (2) Modernisasi pengolahan skala UMKM; (3) Peningkatan kualitas kemasan; (4) Percepatan penerapan inovasi produk tanpa limbah.
4.
Upaya peningkatan daya saing dilakukan melalui: (1) Penerapan sistem rantai dingin; (2) Peningkatan keamanan produk perikanan (formalin fatwa MUI no. 43 tahun 2012); (3) Sinergitas hulu – hilir untuk kontinuitas pasokan bahan baku industri dan pasar; (4) Peningkatan persyaratan pasar dan preferensi konsumen di dalam dan luar negeri; dan (5) Peningkatan kompetensi SDM dan kapasitas kelembagaan.
5.
Inspektorat IV KKP akan mengawal target capaian kinerja BBP2HP mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi melalui kegiatan pendampingan, audit dan pengawasan.
6.
Dalam hal pengawasan, Inspektorat IV menerapkan tiga pilar yaitu: (1) Control by system (merupakan pengawasan preventif melalui penerapan Sistem Pengendalian Internal); (2) Control by report (merupakan pengawasan dalam hal evaluasi dan pelaporan untuk memberikan rekomendasi terhadap kinerja yang dilakukan); (3) Control by audit (merupakan pengawasan melalui audit terhadap kinerja organisasi yang berbasis penilaian resiko).
7.
Inspektorat IV akan terus memantau capaian indikator kinerja BBP2HP dengan fokus pengawasan:
(1)
Kinerja
Teknis
meliputi
capaian
indikator
kinerja
utama/program/kegiatan dan program prioritas kelautan dan perikanan (industrialisasi KP, PUMP, PUGAR, Inkamina, dan PKN); (2) Kinerja Manajerial meliputi kinerja keuangan (penganggaran, pelaksanaan anggaran, pelaporan, penyerapan anggaran) dan kinerja nonkeuangan (SPIP, SAKIP, pelayanan publik, ortala, pemanfaatan aset, kepegawaian, kerjasama/peraturan perundangan dan tindak lanjut hasil pengawasan). 8.
Hasil-hasil penelitian dan pengembangan dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBP4B-KP) yang perlu dilanjutkan kepada penerapan inovasi teknologi adalah: (1) Teknologi yang mendukung 89
industrialisasi (TTC, rumput laut, alginofat, agarofit, patin, lele, bandeng dan udang); (2) Pemanfaatan limbah menuju zero waste industry dalam rangka blue economy (pemanfaatan limbah crustaceae, gelatin, penyamakan kulit, limbah rumput laut); (3) Alat penanganan dan pengolahan (transportasi ikan hidup, alat depurasi kekerangan, penanganan ikan di atas kapal, penanganan dan distribusi ikan segar, alat pengering, alat pengasapan ikan, alat pengolahan kerupuk ikan, peralatan produksi gelatin, alat pengolahan abon ikan, alat pengolahan ikan presto, alat pengolahan rumput laut, alat ekstraksi karaginan, alat pengolah kitin dan kitosan, alat penyamakan kulit ikan, alat pengolahan
tepung
ikan
dan
peralatan
pembuatan
asap
cair);
(4)
Produk
nonkonvensional (pengembangan alga, spons dan mikroalga untuk obat anti kanker dan anti tumor); (5) Keamanan pangan (bahan pengawet pengganti formalin dan kits pendeteksi bahan kimia berbahaya); (6) Iptek untuk masyakat mendukung minapolitan. 9.
BBP2HP dan BBP4B-KB perlu berkoordinasi dalam menyusun perencanaan ke depan mengenai
penerapan
teknologi
dan
peralatan,
pelaksanaan
bimtek
yang
berkesinambungan mengenai inovasi teknologi pengolahan BBP2HP yang telah diimplementasikan oleh masyarakat dan round model bandeng. 10. Hasil kerjasama BBP2HP dan BPPTK LIPI Yogyakarta mengenai teknologi pengolahan berbahan baku keong laut telah menghasilkan produk yang aman dikonsumsi. Usaha pengolahan keong usal layak untuk dikembangkan dan perlu dilakukan uji preferensi konsumen untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap produk keong usal, serta perlu informasi lebih lanjut terkait potensi bahan baku keong usal di daerah lain. 11. Diperlukan kerja sama BPPTK dan BBP2HP dalam hal pengembangan teknologi pengolahan ikan bandeng yang inovatif dan berdaya saing sebagai sumber protein alternatif yang bergizi tinggi dalam mendukung program ketahanan pangan nasional. 12. Diperlukan sosialisasi dan implementasi hasil olahan bandeng hasil kerja sama BPPTK dan BBP2HP pada UMKM terpilih. 13. Hasil-hasil inovasi penerapan teknologi pengolahan BBP2HP perlu diinventarisasi, khususnya mengenai inovasi penerapan yang berskala laboratorium dan yang telah diterapkan di masyarakat. Dokumentasi kegiatan rapat teknis disajikan pada Gambar 69.
90
Paparan dan Arahan Ka. BBP2HP
Peserta Rateknis BBP2HP
Paparan Sesditjen P2HP
Paparan Ka. BBRPPB-KP
Tanya Jawab dengan Peserta Rateknis
Gambar 69. Dokumentasi Kegiatan Rapat Teknis BBP2HP 2013
3.4.4.1.3
Pemantapan Kegiatan BBP2HP
Pemantapan Kegiatan BBP2HP Tahun 2013 diselenggarakan pada tanggal 21 – 23 Januari 2013 di Hotel Best Western, Mangga Dua, Jakarta. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyusun langkah-langkah strategis dan bahan-bahan pendukung kegiatan dalam pelaksanaan kegiatan BBP2HP tahun 2013. Pemantapan kegiatan BBP2HP diikuti oleh seluruh pejabat eselon 2, 3 dan 4 lingkup BBP2HP. Pemantapan Kegiatan BBP2HP menghasilkan langkah-langkah strategis yang akan dilakukan BBP2HP antara lain: 1. Pendalaman dan penajaman DIPA/RKA-KL tahun 2013; 2. Integrasi/Keterpaduan (internal & eksternal, horizontal & vertikal); 3. Intensifikasi (efisiensi/penggunaan anggaran secara optimal baik bobot maupun frekuensinya); 4. Berorientasi pada target indikator kinerja utama dan kegiatan 2013; 5. Penyusunan tim dalam kegiatan yang proporsional dan sesuai dengan kompetensi; 91
6. Rencana Penarikan Dana (AFS) dan rencana aksi kegiatan 2013 yang tepat waktu. Pada kesempatan ini juga dilakukan penandatangan Penetapan Kinerja Tahunan BBP2HP oleh penjabat struktural lingkup BBP2HP, dimana PKT ini merupakan target dan indikator kinerja kegiatan yang harus tercapai dalam tahun 2013. Dokumentasi pemantapan kegiatan dapat dilihat pada Gambar 70.
Arahan Kepala BBP2HP
Peserta Pemantapan Kegiatan
Penandatanganan PKT 2012 oleh Pejabat Strukural BBP2HP
Gambar 70. Dokumentasi Kegiatan Pemantapan Kegiatan
3.4.4.1.4 Penyusunan Laporan Tahunan Kegiatan ini meliputi penyusunan laporan bulanan dan tahunan. Kegiatan penyusunan laporan bulanan bertujuan untuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan BBP2HP setiap bulan selama T. A. 2013. Selain itu dalam laporan bulanan juga dilaporkan perkembangan capaian indikator kinerja BBP2HP setiap bulannya. Laporan ini diserahkan kepada Ditjen P2HP untuk menjadi bahan laporan bulanan Ditjen. Laporan Tahunan 2012 disusun untuk memberikan gambaran pelaksanaan kegiatan BBP2HP selama satu tahun, termasuk didalamnya capaian realisasi anggaran dan fisik serta hasil-hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dicapai oleh BBP2HP selama T. A. 2012. Sebelum diterbitkan, BBP2HP melaksanakan kegiatan rapat pembahasan laporan tahunan ini dengan mengundang seluruh koordinator pelaporan yang ada pada masing-masing Bidang Teknis/Bagian Tata Usaha. Dokumentasi kegiatan penyusunan laporan tahunan Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan dapat dilihat pada Gambar 71.
92
Arahan Kepala BBP2HP
Peserta Rapat
Laporan Tahun 2012
Gambar 71. Dokumentasi Kegiatan Penyusunan Laporan Tahunan
3.4.4.1.5
Penyusunan Laporan Kegiatan
Penyusunan laporan kegiatan BBP2HP diikuti oleh 20 orang peserta yang seluruhnya berasal dari BBP2HP. Kegiatan ini di buka dan dihadiri oleh Kepala BBP2HP, Kepala Bagian Tata Usaha, dan para koordinator dan anggota tim pelaporan masing-masing Bagian/Bidang. Laporan kegiatan yang dibahas adalah laporan pelaksanaan masing-masing kegiatan pada Tahun Anggaran 2012, yang meliputi: 1. Bagian Tata Usaha a) Laporan Kegiatan Sub Bagian Umum b) Laporan Penyusunan Program dan Pelaporan BBP2HP 2012 c) Laporan Informasi Hasil Perekayasaan Teknologi Pasca Panen Perikanan d) Laporan Alih Teknologi dan Informasi Hasil Perikanan 2. Bidang Pengolahan Hasil Perikanan a) Laporan Inovasi Teknologi Pengemasan dan Pelabelan Hasil Perikanan b) Laporan Inovasi Teknologi Alat Pemisah Kulit Ikan, Motor Roda Tiga Berpendingin dan Alat Pencetak Beras Rumput Laut c) Laporan Inovasi Teknologi Pengolahan Produk Non Konsumsi d) Laporan Inovasi Desain Layout Unit Pengolah Ikan e) Laporan Bimbingan Teknis Pengolahan Produk Hasil Perikanan f) Laporan Penerapan Teknologi Pengolahan Rumput Laut bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) g) Laporan Inovasi Teknologi Pengolahan Rumput Laut h) Laporan Penerapan Teknologi Pengolahan Produk Bernilai Tambah bagi Kelompok Pengolah 93
i) Laporan Kerjasama Teknologi Pengolahan Keong Laut j) Laporan Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Air Tawar k) Laporan Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Laut l) Laporan Penyusunan Konsep Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Produk Perikanan m) Laporan Pengembangan Fasilitas Penjernih Air 3. Bidang Pengujian Hasil Perikanan a) Laporan Verifikasi Metode Baru untuk Pengujian Kimia dan Hayati b) Laporan Pengujian Nutrisi dan Mutu Produk Unggulan Daerah c) Laporan Pembuatan Bahan Acuan dalam rangka Jaminan Mutu Hasil Pengujian Kimia d) Laporan Pemeliharaan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian e) Laporan Pembuatan Bahan Acuan dalam rangka Jaminan Mutu Hasil Pengujian Mikrobiologi f) Laporan Pengembangan Metode Baru untuk Pengujian Mikrobiologi dan Organoleptik 4. Bidang Monitoring a) Laporan Monitoring Bahan Kimia Berbahaya pada Produk Perikanan b) Laporan Monitoring Produk Perikanan Impor c) Laporan Monitoring Bahan Baku di Pasar d) Laporan Monitoring Bahan Baku di UPI
3.4.4.1.6 Penyusunan LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) disusun sebagai wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sejalan misi organisasi dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Disamping itu, LAKIP ini juga dimaksudkan
untuk
memberikan
informasi
tentang
capaian
indikator
kinerja
program/kegiatan termasuk hambatan dan permasalahan yang dihadapi oleh BBP2HP selama T. A. 2012. LAKIP BBP2HP selanjutnya diserahkan ke Ditjen P2HP. Dokumentasi Kegiatan Penyusunan LAKIP BBP2HP disajikan pada Gambar 72.
94
Pembahasan LAKIP
Peserta
LAKIP Tahun 2012
Gambar 72. Dokumentasi Kegiatan Penyusunan LAKIP
3.4.4.1.7 Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Pada T. A. 2013, BBP2HP melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap program paket bantuan alat pengolahan hasil perikanan yang telah dilakukan pada T. A. 2011 dan 2012. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya BBP2HP untuk mengetahui sejauh mana optimalisasi pelaksanaan penerapan teknologi pengolahan hasil perikanan di lokasi yang mendapat paket bantuan peralatan tersebut. Dari 677 poklah yang mendapat bantuan alat, diambil 30% contoh sehingga didapatkan jumlah responden sebanyak 205 poklah yang harus dimonitoring dan dievaluasi. Rekapitulasi hasil monitoring pemanfaatan paket bantuan peralatan teknologi pengolahan hasil perikanan APBN-P BBP2HP T. A. 2011 menunjukkan bahwa sebanyak 95 poklah (52,20%) telah memanfaatkan paket bantuan dengan baik, sebanyak 34 poklah (18,68%) hanya memanfaatkan sebagian paket bantuan, dan sebanyak 53 poklah (29,12%) belum memanfaatkan paket bantuan peralatan tersebut. Rekapitulasi hasil monitoring pemanfaatan paket bantuan peralatan teknologi pengolahan hasil perikanan APBN-P BBP2HP T. A. 2012 menunjukkan bahwa sebanyak 23 poklah
(41,82%) telah memanfaatkan paket bantuan dengan baik, sebanyak 11 poklah
(20%) hanya memanfaatkan sebagian paket bantuan, dan sebanyak 21 poklah (38,18%) belum memanfaatkan paket bantuan peralatan tersebut. Dokumentasi pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan dapat dilihat pada Gambar 73.
95
Diskusi dengan Poklah
Mini Cold Storage
Salah satu paket bantuan alat
Gambar 73. Dokumentasi Kegiatan Monitoring dan Evaluasi
3.4.4.2 Alih Teknologi dan Informasi Pengolahan Hasil Perikanan Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang pengembangan teknologi pengolahan dan pengendalian hasil perikanan, salah satu tugas BBP2HP adalah menyebarluaskan informasi hasil perekayasaan teknologi pasca panen perikanan yang telah dihasilkannya melalui diseminasi media informasi dalam berbagai bentuk kepada masyarakat di seluruh Indonesia. Pada T. A. 2013, terdapat lima kegiatan yang telah dilaksanakan untuk memenuhi tugas ini.
3.4.4.2.1 Informasi Hasil Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Tujuan dari kegiatan ini adalah penyediaan piranti peraga yang komunikatif melalui berbagai jenis media informasi kepada masyarakat. Kegiatan ini terdiri atas kegiatan pengumpulan data dan informasi serta kegiatan pembuatan media informasi dimaksud. Kegiatan pengumpulan data dan informasi dilakukan ke sepuluh lokasi, yaitu Provinsi Banten, Kabupaten Pandeglang, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Jepara, Provinsi D.I Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur, dan Kabupaten Gresik. Bentuk kegiatan pengumpulan data dan informasi adalah diskusi dengan staf Dinas Perikanan dan Kelautan instansi terkait serta pengolah dan pengusaha perikanan setempat, penelaahan dokumen berupa laporan, statistik dan petunjuk teknis, serta kunjungan langsung ke lokasi pengolah dan pemasar hasil perikanan. Kegiatan pembuatan media informasi dilaksanakan dengan mempertimbangkan hasil inovasi teknologi pengolahan hasil perikanan yang dihasilkan BBP2HP pada tahun
96
sebelumnya dan isu-isu lain yang berkembang dalam kegiatan pengumpulan data dan informasi. Media informasi berupa leaflet, poster, jurnal, dan buku didistribusikan langsung kepada masyarakat melalui kegiatan seperti pameran dan demonstrasi/apresiasi yang diikuti/diselenggarakan oleh BBP2HP, sedangkan media berupa meja display, banner, alat peraga, panel, dan backdrop digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Informasi yang disebarluaskan melalui media informasi BBP2HP diharapkan dapat membuka peluang dan mendukung perkembangan bisnis perikanan bagi masyarakat. Tabel 58 menyajikan data lengkap mengenai media informasi yang telah dihasilkan melalui kegiatan ini sedangkan Gambar 74 menampilkan gambar beberapa di antara media-media tersebut.
Tabel 58. Media Informasi Hasil Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Bentuk Media Informasi Leaflet
Jumlah Terbitan 16 judul
Poster
4 judul
Banner
4 judul
Panel
8 judul
Jurnal
1 kali
Judul/Isi Losion Rumput Laut Sabun Transparan Rumput Laut Sirup Rumput Laut Yoghurt Rumput Laut Crackers Bandeng Kaki Naga Ikan Nugget Ikan Bandeng Cabut Duri Keong mas Keripik Kentang Ikan Patin Kerupuk Macaroni Ikan Patin Pilus Keju Rumput Laut Ekkado Ikan Bakso Ikan Rumput Laut Alat Pengiris Kerupuk LSPro-HP Aneka Produk Berbahan Baku Keong Usal Manfaat Nutrisi Ikan Nila LSPro-HP Diagram Alur Proses Pengujian BBP2HP LSPro-HP Aneka Produk Berbahan Baku Keong Usal Manfaat Nutrisi Ikan Nila LSPro-HP (sistem sertifikasi 3) LSPro-HP (sistem sertifikasi 5) Alur Proses Pengolahan Yoghurt Rumput Laut Alur Proses Pengolahan Sabun Transparan Rumput Laut Alur Proses Pengolahan Losion Rumput Laut Alur Proses Pengolahan Sirup Rumput Laut Aneka Produk Berbahan Baku Keong Usal Diagram Alur Proses Pengujian Jurnal Pasca Panen Perikanan Vol. XXIII Tahun 2013 97
Bentuk Media Informasi Alat Peraga
Jumlah Terbitan 12 jenis
Buku Meja Display
1 judul 3 buah
Portable Backdrop
3 buah
Judul/Isi Bandeng Isi Bandeng Presto Crackers Bandeng Pindang Tortila Lele Kerupuk Ikan Pasta Tuna Abon Ikan Fillet Patin Udang Black Tiger Kopyor Rumput Laut Mie Rumput Laut Profil Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan di Pulau Jawa Berbagai gambar hasil inovasi teknologi pengolahan hasil perikanan Backdrop bertema inovasi produk olahan berbasis ikan air tawar Backdrop bertema inovasi produk olahan berbasis bandeng Backdrop bertema inovasi produk olahan berbasis rumput laut
Beberapa contoh leaflet yang telah dihasilkan
Beberapa contoh poster yang telah dihasilkan
98
Beberapa contoh panel yang telah dihasilkan
Beberapa contoh banner yang telah dihasilkan
Beberapa contoh alat peraga yang telah dihasilkan
Buku
Jurnal
99
Meja Display
Portable Backdrop
Gambar 74. Media Informasi Hasil Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
3.4.4.2.2 Alih Teknologi dan Informasi Hasil Perikanan Tujuan dari kegiatan ini adalah penyebarluasan informasi hasil inovasi teknologi pasca panen perikanan melalui berbagai jenis media informasi kepada masyarakat. Pada T. A. 2013, kegiatan ini terdiri atas partisipasi dalam 13 event pameran dan demonstrasi/apresiasi dengan menggunakan Mobil Alih Teknologi dan Informasi (Mobil ATI) di 24 lokus. Dalam beberapa kesempatan pameran, Mobil ATI juga dimanfaatkan untuk demonstrasi teknik pengolahan. Tabel 59 menampilkan daftar kegiatan pameran sedangkan Tabel 60 menampilkan daftar kegiatan demonstrasi/apresiasi Mobil ATI dimaksud. Tabel 59. Kegiatan Pameran Alih Teknologi dan Informasi Hasil Perikanan Waktu
Jenis Acara
Lokasi
12 April 2013
Pameran dan demonstrasi pembuatan bandeng isi, mie rumput laut, bandeng cabut duri, kerupuk bandeng dan sabun rumput laut (memanfaatkan Mobil ATI)
UPT Terpadu Desa Sukajaya, Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang-Banten
21 April 2013
Pameran dan demonstrasi teknologi pengolahan bakso ikan dalam rangka Hari Kartini dan HUT TMII
Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta
Foto Kegiatan
100
Waktu
Jenis Acara
Lokasi
21 – 26 April 2013
Pameran hasil-hasil inovasi berbahan baku rumput laut dalam International Seaweed Symposium
Nusa Dua Covention Center, Bali
18 – 19 Juni 2013
Pameran Klinik dan Informasi Peluang Usaha dan Informasi Sektor Kelautan dan Perikanan pada Marine and Fisheries Investment Forum
Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua Bali
24 – 25 Agustus 2013
Pameran dan demonstrasi pengolahan hasil perikanan pada acara “Festival Perikanan Nusantara” (memanfaatkan Mobil ATI)
Plaza Taman, Parkir Timur Senayan
9 Oktober 2013
Pameran dan demo pada kegiatan Launching Industrialisasi Bandeng (memanfaatkan Mobil ATI)
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah
18 – 19 Oktober 2013
Pameran dan demo uji kandungan formalin dan rhodamin pada produk perikanan, dan demo pembuatan sabun rumput laut pada kegiatan Pencanangan Bulan Mutu 2013
Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah
Foto Kegiatan
101
Waktu
Jenis Acara
Lokasi
30 Oktober –2 November 2013
Pameran dan demo berbagai teknologi pengolahan pada kegiatan Indonesia Seafood Expo ke V (memanfaatkan Mobil ATI)
8 – 10 November 2013
Pameran dan demo pengolahan Hypermart, produk perikanan berbahan Cimanggis, baku ikan patin pada kegiatan Depok Bazaar Produk Perikanan
13 – 15 November 2013
Pameran dan demo teknologi pengolahan bakso ikan pada kegiatan International Symposium on Aquatic Products Processing (memanfaatkan Mobil ATI)
IPB International Convention Centre, Bogor
24 November 2013
Pameran dan demo pada kegiatan Final Lomba Inovator Pengembangan Produk Perikanan
Monumen Nasional, Jakarta
30 November –1 Desember 2013
Pameran dan demo pada kegiatan Agri dan Agro Festival
Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta
Foto Kegiatan
JIE Kemayoran, Jakarta
102
Waktu 10 – 15 Desember 2013
Jenis Acara Pameran dalam rangka Hari Nusantara
Lokasi
Foto Kegiatan
Palu, Sulawesi Tengah
Tabel 60. Kegiatan Demonstrasi Alih Teknologi dan Informasi Hasil Perikanan Waktu
Jenis Acara
Lokasi
11 – 12 Februari 2013
Demonstrasi pengolahan bakso ikan, sosis ikan,kaki naga, abon ikan dan cara pengoperasionalan alat Fish Ball dan Vacum Machine bagi 50 orang pengolah ikan dan penerima paket alat APBN dan APBN-P BBP2HP Tahun 2011
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah
14 – 15 Februari 2013
Demonstrasi pengolahan sosis ikan, burger ikan, sate bandeng, tortila lele dan dodol rumput laut bagi 50 orang anggota Dharma Wanita/PKK dan pengolah ikan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal, Jawa Tengah
25 – 26 Februari 2013
Demonstrasi pengolahan nugget, rolade ikan, sate bandeng, cracker bandeng, pilus ikan, kripik kentang ikan bandeng bagi 50 orang nelayan, pemasar dan bakul di Kab. Pemalang
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah
8 – 9 Maret 2013
Demonstrasi pengolahan bakso ikan, kaki naga ikan, nugget ikan, keong mas dan mie rumput laut bagi 100 orang anggota Dharma Wanita/PKK dan pengolah ikan
Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi DI Yogyakarta
Dokumentasi Kegiatan
103
4 – 5 April 2013
Demonstrasi pengolahan kerupuk bandeng, bandeng cabut duri, bandeng isi, sabun rumput laut dan mie rumput laut bagi 50 orang anggota Dharma Wanita/PKK dan pengolah ikan
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Banten
30 April – 1 Mei 2013
Demonstrasi pengolahan fillet patin, ekkado ikan, kaki naga ikan, keong mas ikan dan nugget ikan bagi 50 orang pengolah ikan, Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK) dan pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera Selatan
8 Mei 2013
Demonstrasi pengolahan nugget ikan, bakso ikan, kaki naga, mie rumput laut, sosis ikan rumput laut dan tahu ikan bagi 100 orang ibu-ibu anggota Organisasi Kowani
Gedung SMESCO, Jakarta
14 – 16 Mei 2013
Demonstrasi pengolahan bandeng cabut duri, bandeng isi, crackers bandeng, sabun rumput laut, dan losion rumput laut bagi 50 orang pengolah ikan
Unit Pelelangan Ikan Panimbang dan Pantai Kerang, Kabupaten Pandeglang, Banten
21 – 22 Mei 2013
Demonstrasi pengolahan bandeng cabut duri, pastel ikan, bakso ikan, abon ikan, stick ikan dan kaki naga ikan bagi 50 orang pengolah ikan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat
18 – 19 Juni 2013
Demonstrasi pengolahan kaki naga, ekkado, bandeng isi, mie rumput laut, ikan gulung dan sosis ikan bagi 50 orang pengolah ikan dan ibu-ibu PKK
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Salatiga, Jawa Tengah
104
18 Juni 2013
Demonstrasi pengolahan kaki naga, ekkado, bandeng isi, mie rumput laut, ikan bandeng cabut duri dan bakso ikan rumput laut bagi 100 orang ibu-ibu PKK
Dharma Wanita Pusat – LIPI, Jakarta
20 Juni 2013
Demonstrasi pengolahan kaki naga, ekkado, bandeng isi, mie rumput laut, bakso ikan, dan sosis ikan bagi 100 orang pengolah ikan dan ibu-ibu PKK
Pasar Ikan Higienis Belekambang Kota Surakarta, Jawa Tengah
4 – 5 Juli 2013
Demonstrasi pengolahan bandeng cabut duri, siomay, ekkado, sosis ikan, cendol rumput laut, ikan gulung dan lele crispy bagi 50 orang pengolah ikan dan staf Dinas Kelautan dan Perikanan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, Jawa Barat
25 Juli 2013
Demonstrasi pengolahan kaki naga, ekkado dan keong mas bagi 50 orang staf pengajar dan ibu rumah tangga
Pondok Pesantren Darunnajah, Cipining Bogor
20 – 21 Agustus 2013
Demonstrasi pengolahan bakso ikan, nugget ikan, kaki naga, ekkado ikan, siomay ikan dan keong mas bagi 50 orang pengolah ikan, pembudidaya ikan, ibu-ibu PKK dan staf Dinas Kelautan dan Perikanan
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat
5–6 September 2013
Demonstrasi pengolahan mie rumput laut, tortila, permen rumput laut, dendeng ikan, jus rumput laut dan tahu ikan bagi 50 orang pengolah ikan
PIH Kota Semarang
105
19 – 20 September 2013
Demonstrasi pengolahan hasil perikanan berbahan baku ikan manyung, ikan tenggiri, ikan tongkol, dan ikan kembung, serta pengetesan kandungan formalin bagi 50 orang pengolah ikan dan staf Dinas Kelautan dan Perikanan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat
20 – 21 September 2013
Demonstrasi pengolahan rolade, amplang, kaki naga, roti ikan, siomay dan tempura ikan bagi 50 orang pengolah ikan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tegal, Jawa Tengah
3–4 Oktober 2013
Demonstrasi pengolahan kerupuk ikan, abon ikan, bandeng cabut duri, sosis ikan, kaki naga ikan, roti ikan dan teknik pengemasan bagi 50 orang pengolah ikan dan staf Dinas Kelautan dan Perikanan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah
10 – 11 Oktober 2013
Demonstrasi pengolahan surimi, kerupuk ikan, mie rumput laut, sosis ikan, amplang ikan, fish cake, dan pastel ikan bagi 50 orang pengolah ikan, istri pegawai, serta staf Dinas Kelautan dan Perikanan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak, Jawa Tengah
24 – 25 Oktober 2013
Demonstrasi pengolahan rolade, kaki naga, nugget ikan, bakso ikan/udang, dan siomay ikan bagi 50 orang ibu-ibu pengolah ikan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah
6–7 November 2013
Demonstrasi pengolahan kaki naga, nugget, sosis ikan, bakso ikan, rolade ikan, kerupuk ikan dan amplang ikan bagi 50 orang pengolah ikan
UPTD Penyuluhan Pertanian, Kota Depok, Jawa Barat
106
13 – 14 November 2013
Demonstrasi pengolahan sosis ikan, bakso ikan, mie rumput laut, stick ikan, keong mas dan siomay ikan bagi 50 orang pengolah ikan
Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta
20 – 22 November 2013
Demonstrasi pengolahan nugget ikan, kaki naga ikan, keong mas, ekkado ikan, roti ikan, dan rolade ikan, bagi 50 orang pembudidaya ikan, ibu PKK, Dharma Wanita dan staf Dinas Kelautan dan Perikanan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
3.4.4.2.3 Apresiasi Penerapan Teknologi Pasca Panen Perikanan bagi Pengolah Ikan Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengolah ikan dalam
pengembangan produk bernilai tambah
dan meningkatkan taraf
hidup
masyarakat khususnya pengolah hasil perikanan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 15 – 19 April 2013 di Hotel Desa Wisata, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur dan diikuti oleh 50 orang pengolah ikan perwakilan dari kabupaten/kota lokasi pengembangan industrialisasi dan daerah potensial pengolahan/pemasaran hasil perikanan. Lampiran 3 menyajikan data asal dan jumlah peserta kegiatan. Materi yang disajikan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1.
Kebijakan Pengembangan Pengolahan Produk Bernilai Tambah
2.
Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Perikanan
3.
Peran BBP2HP dalam Mendukung Produk Bernilai Tambah
4.
Pengenalan Produk Bernilai Tambah
5.
Pengantar dan Praktek Teknologi Pengolahan Kerupuk Rumput Laut
6.
Pengantar dan Praktek Teknologi Pengolahan Pengolahan Bakso Ikan Rumput Laut
7.
Pengantar dan Praktek Teknologi Pengolahan Nugget Ikan
8.
Pengantar dan Praktek Teknologi Pengolahan Abon Ikan
9.
Pengantar dan Praktek Teknologi Pengolahan Dodol Rumput Laut
10. Pengantar dan Praktek Teknologi Pengolahan Pindang Ikan 11. Pengantar dan Teknik Pengemasan Produk 107
12. Fieldtrip Dokumentasi kegiatan ditampilkan pada Gambar 75.
30
Pembukaan kegiatan
Praktek pengolahan
Gambar 75. Dokumentasi kegiatan Apresiasi Penerapan Teknologi Pasca Panen Perikanan bagi Pengolah Ikan
3.4.4.2.4 Training of Trainers (TOT) Operasionalisasi Mobil ATI Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan keterampilan dan pengetahuan operator Mobil ATI di daerah-daerah penerima bantuan Mobil ATI dari Ditjen P2HP. Dengan keterampilan dan pengetahuan yang memadai, optimalisasi pemanfaatan Mobil ATI di daerah-daerah dan penyebarluasan informasi teknologi pengolahan hasil perikanan dapat ditingkatkan. Kegiatan TOT Operasionalisasi Mobil ATI dilaksanakan pada tanggal 18 – 22 Maret 2013 di Park Hotel, Jakarta dan diikuti oleh 40 orang peserta seperti tertera pada Tabel 61.
Tabel 61. Asal Daerah Dan Jumlah Peserta TOT Operasionalisasi Mobil ATI No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Asal Peserta Dislutkan Propinsi Bali Dislutkan Propinsi Sulawesi Selatan Dislutkan Propinsi NTB Diskanlut Propinsi NTT Diskanlut Propinsi Jawa Timur Dislutkan Propinsi Jawa Tengah Diskanlut Propinsi Jawa Barat Dislutkan Propinsi D.I Yogyakarta Diskanlut Propinsi Banten BBPMHP Cirebon TOTAL PESERTA
Jumlah Peserta 4 4 4 4 3 5 3 7 3 3 40
108
Materi yang disajikan dalam kegiatan TOT Operasionalisasi Mobil ATI adalah sebagai berikut: 1.
Kebijakan Ditjen P2HP
2.
Kebijakan Pemasaran Dalam Negeri dalam Mendukung Operasionalisasi Mobil ATI
3.
Peran Penyuluh Perikanan dalam Mendukung Operasionalisasi Mobil ATI
4.
Peran BBP2HP dalam Mendukung Operasionalisasi Mobil ATI
5.
Informasi Hasil Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
6.
Pengelolaan Mobil Alih Teknologi dan Informasi
7.
Pengantar dan Praktek Teknologi Pengolahan Bandeng Cabut Duri
8.
Pengantar dan Praktek Teknologi Pengolahan Bandeng Isi
9.
Pengantar dan Praktek Teknologi Pengolahan Baso Ikan
10. Pengantar dan Praktek Teknologi Pengolahan Sosis Ikan 11. Pengantar dan Praktek Teknologi Pengolahan Krupuk ikan/Udang 12. Pengantar dan Praktek Teknologi Pengolahan Mie Rumput Laut 13. Pengantar dan Praktek Teknologi Pengolahan Sirup Rumput Laut 14. Pengantar dan Praktek Teknologi Pengolahan Sabun Rumput Laut 15. Fieldtrip Dokumentasi kegiatan ditampilkan pada Gambar 76.
Pembukaan kegiatan
Praktek pengolahan
Gambar 76. Dokumentasi kegiatan TOT Operasionalisasi Mobil ATI
3.4.4.2.5 Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Tujuan dari kegiatan ini adalah menyebarluaskan seluruh hasil karya yang telah dicapai oleh BBP2HP kepada masyarakat. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai sarana pertukaran informasi mengenai inovasi teknologi pengolahan produk perikanan yang membentuk satu jalinan teknologi yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat pengolah maupun industri olahan di masa mendatang sekaligus menunjukkan peluang-peluang inovasi baru lainnya untuk 109
melengkapi jalinan tersebut. Kegiatan ini juga diharapkan dapat mendukung tercapainya industrialisasi perikanan di Indonesia. Kegiatan gelar teknologi dilaksanakan pada tangal 4 – 5 Juni 2013 di Hotel Park, Jakarta Timur dalam bentuk seminar dan pameran dan diikuti oleh 150 orang yang terdiri dari pelaku usaha, UMKM perikanan, perwakilan organisasi massa, sekolah, pesantren, perguruan tinggi, dharma wanita, PKK dan staf Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah. Pameran Gelar Teknologi menampilkan produk hasil inovasi BBP2HP, produk UKM/poklahsar, peralatan pengolahan, motor roda tiga berpendingin, mobil ATI dan media informasi seperti leaflet, poster, panel, buku-buku dan majalah yang telah diterbitkan BBP2HP. Seminar Gelar Teknologi berisi materi antara lain: 1.
Peran BBP2HP dalam mendukung industrialisasi perikanan;
2.
Hasil inovasi penerapan teknologi pengolahan BBP2HP;
3.
Success story usaha dalam bidang pengolahan hasil perikanan oleh CV Sakana Indo Prima (usaha skala mikro) dan PT ADIP (usaha skala besar);
4.
Peran Asosiasi Pengusaha Pengolahan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) dalam mendukung penerapan inovasi teknologi pengolahan dan industrialisasi;
5.
Hasil-hasil penelitian dan pengembangan Institut Pertanian Bogor dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBP4BKP). Dokumentasi kegiatan ditampilkan pada Gambar 77.
Pembukaan kegiatan
Kegiatan pameran
Gambar 77. Dokumentasi Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
110
3.4.4.3 Pengembangan Kapasitas SDM dan Ketatausahaan 3.4.4.3.1 Pengembangan Kapasitas SDM dan Ketatausahaan Hasil dari kegiatan ini selama T. A. 2013 antara lain adalah terlaksananya mutasi pegawai dan pensiun pegawai, atas nama-nama yang tertera pada Tabel 62 dan 63.
Tabel 62. Mutasi Pegawai pada T. A. 2013 No.
Nama
Unit Kerja Asal Direktorat Pemasaran Luar Negeri
Unit Kerja Baru BBP2HP
1.
Ir. Rahmah Hayati Samik Ibrahim, MM NIP. 195808011983032002
2.
Harun AS S.St.Pi, MP NIP. 196106151991031003
Direktorat Pengolahan Hasil
BBP2HP
3.
Kaharuddin Sholeh, S.Pi, M.Si NIP. 198305142006041006
Sekretariat Ditjen P2HP
BBP2HP
4.
Sutimantoro, A.Pi, MM NIP. 196106151991031003
BBP2HP
Direktorat Pengolahan Hasil
No. SK Mutasi
TMT
SK MENTERI KP No. KEP.04/ MEN.KP/ KP.430/2013 tanggal 3 Juni 2013 SK MENTERI KP No. KEP.10/ SJ-KKP/KP.430/ 2013 tanggal 5 Juli 2013 SK MENTERI KP No. KEP.17/ SJ-KKP/KP.430/ 2013 tanggal 9 September 2013 SK MENTERI KP No. KEP.10/ SJ-KKP/KP.430/ 2013 tanggal 5 Juli 2013
7 Juni 2012
10 Juli 2013
10 September 2013 10 Juli 2013
Tabel 63. Pensiun Pegawai pada T. A. 2013 No. 1.
Nama Andi Moh. Suyuni. BE NIP. 195706051982021001
2.
Sri Sukemi NIP 196206141986022001
3.
Ir. Theresia Maria Hutagaol NIP 195303151979032010
No. SK Pensiun SK BKN No. 000412/KEP/AV/13012/12 tanggal 6 November 2012 SK MENTERI KP No. 120/MEN.3/KPTS/KP820/X/2013 tanggal 10 September 2013 SK Presiden No. 46 Tahun 2013 tanggal 1 Mei 2013
TMT 1 Juli 2013 1 Oktober 2013 1 April 2013
Pada Tahun 2013 terjadi rolling intern pegawai BBP2HP karena ada pejabat yang berhenti dari Jabatan Struktural untuk pengaktifan kembali ke Jabatan Fungsional, sebagaimana tertera pada Tabel 64.
111
Tabel 64. Rolling Intern Pegawai pada T. A. 2013 No
Nama
1
Balser Lumbantoruan, S.Sos, M.Si NIP. 196104281986031004
2
Netty Herawati. A.Pi, MM NIP. 196107151986032003
Jabatan Lama Kepala Sub Bagian Perencanaan Kepala Sub Bagian Umum
Jabatan Baru Kepala Sub Bagian Umum Pejabat Fungsional Perekayasa
Keterangan 10 September 2013 1 September 2013
Selama T. A. 2013, pegawai BBP2HP yang naik pangkat pada periode April dan Oktober adalah sebanyak 16 orang, seperti tertera pada Tabel 65. Pegawai yang mendapatkan kenaikan gaji berkala berjumlah 47 orang dengan rincian pada Tabel 66.
Tabel 65. Kenaikan Pangkat Pegawai pada T. A. 2013 Gol
A 1 3 1 5
IV III II I Jumlah
Ruang C 3 3
B 2 5 7
D 1 1
E -
Jumlah Pegawai 1 9 6 16
Tabel 66. Kenaikan Gaji Berkala Pegawai pada T. A. 2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Periode Januari Februari Maret April Mei Juli Agustus Oktober Desember Jumlah
Jumlah (pegawai) 7 9 16 3 4 1 2 1 4 47
Pegawai BBP2HP yang mengambil cuti dalam tahun 2013 berjumlah 34 orang, seperti pada Tabel 67.
112
Tabel 67. Cuti Pegawai pada T. A. 2013 No 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Cuti
Jumlah
Tahunan Sakit Bersalin Alasan penting Cuti Besar
31 2 2 18 2 Jumlah
55
Pegawai BBP2HP yang mendapatkan penghargaan Satya Lancana Karya Satya 30, 20 dan 10 tahun pada tahun 2013 berjumlah 7 pegawai. Penyerahan penghargaan dilaksanakan bertepatan dengan Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 68, dengan nama-nama seperti tertera pada Tabel 68.
Tabel 68. Penghargaan Satya Lancana Karya Satya 30, 20 dan 10 Tahun pada T. A. 2013 No 1. 2 3 4 5 6 7
Nama/NIP Ir. Rahmah Hayati Samik Ibrahim, MM NIP. 195808011983032002 Sugiran NIP. 195811131983031002 Edi Primar Julikartika NIP.196307201990031003 Sutoro, S.Pi NIP. 196501111990031003 Aris Hartanto, S.Pi NIP. 196601191990031001 Chairita, S.Pi, M.Si NIP. 197203301998032001 Dewi Nurmayanti, A.Pi, M.S.T.Pi NIP. 197305171999032001
Jenis Piagam SLKS 30 Th 30 Th 20 Th 20 Th 20 Th 10 Th 10 Th
Dalam rangka peningkatan kapasitas SDM BBP2HP, telah dilakukan pelatihan/traning, pengikutsertaan dalam seminar, dan peningkatan pendidikan formal. Nama-nama pegawai yang mengikuti kegiatan pelatihan dan pendidikan formal pada T. A. 2013 disajikan pada Tabel 69 sampai dengan Tabel 73.
Tabel 69. Pegawai BBP2HP yang Mengikuti Diklat di Tahun 2013 No
Nama
1
Ismarsudi.S.TP. MP 196212131986021001
Kegiatan Diklatpim IV
Tempat BPP Sukamandi
113
Tabel 70. Pegawai BBP2HP yang Ijin Belajar di Tahun 2013 No 1 2 3 5 6 7
Nama Irfan Syahbana, S.Si 197401272006041001 Agus Asmoro 196808011997031003 Doni Suhadak. A.Md 198402072008011004 Soleh Haerul Soleh 198212242006041001 Erwin Maulana 198002042007011001 M. Al Alawi. P, A.Md 198211302005021002
Jenjang
Tahun Mulai
Tempat Pendidikan
S2
2012
Universitas Indonesia Jakarta
S2
2012
Institut Pertanian Bogor
S1
2012
Universitas Terbuka
S1
2012
Universitas Terbuka
S1
2012
Universitas Terbuka
S1
2012
Universitas Terbuka
Ket
Tabel 71. Pegawai BBP2HP yang Tugas Belajar di Tahun 2013 No
Nama
Jenjang
Tahun Mulai
Tempat Pendidikan Double degree UI – Erasmus University Rotterdam Double degree ITB – Ritsumeikan University
1
Hazil Kaharutman, S.Pi 198206232006041002
S2
2012
2
Hermana, S.Si 197804202005021001
S2
2012
S2
2012
Institut Pertanian Bogor
S2
2013
Sekolah Tinggi Perikanan
3 4
Natalia Prodiana Setiawati, S.Pi 197512262005022001 Mintut Silowati, S.Pi 197401201999032002
Ket
Tabel 72. Pegawai BBP2HP yang Selesai Ijin Belajar di Tahun 2013 No 1
Nama Balser Lumbantoruan, S.Sos., M.Si 196104281986031004
Jenjang S2
Tempat Pendidikan Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang
Ket
Tabel 73. Pegawai BBP2HP yang Selesai Tugas Belajar di Tahun 2013 No 1
Nama Doharni Wina Harianja, S.Pi 198211072006042003
Jenjang
Tahun Mulai
Tempat Pendidikan
S2
2011
Double degree ITB – Kobe University
Ket
114
3.4.4.3.2 Peningkatan Jabatan Fungsional Kegiatan
ini
dilaksanakan
sebagai
forum
komunikasi
dalam
perencanaan,
penghimpunan dan pemecahan masalah serta sebagai upaya dalam pengembangan karir jabatan fungsional. Kegiatan ini diadakan pada tanggal 26 – 28 Juni 2013 di Hotel Desa Wisata TMII Jakarta Timur dan dihadiri 46 peserta calon/pejabat fungsional di BBP2HP. Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan pihak yang berkompeten dalam peningkatan jabatan fungsional dan mengundang narasumber dengan materi sebagai berikut: 1.
Ir. Rahmah Hayati Samik Ibrahim, MM (Kepala Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan) Materi: Dukungan BBP2HP terhadap Peningkatan Jabatan Fungsional
2.
Dr. Ir. Muhammad Murdjani, M.Sc (Tim Penilai Pejabat Fungsional Perekayasaan DJPB) Materi: Strategi Penyusunan dan Pengumpulan Angka Kredit Jabatan Fungsional Perekayasa
3.
Dede Rosmana, A.Pi (Kepala Subbagian Jabatan Fungsional Sekretariat BKIPM) Materi: Kegiatan Pengawasan Perikanan Bidang Mutu Hasil Perikanan
4.
Rezy Andriyasman, SH, M.H (Kepala Bagian Jabatan Fungsional Biro Kepegawaian) Materi: Pembinaan dan Pengembangan Karier Jabatan Fungsional di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dokumentasi kegiatan peningkatan jabatan fungsional dapat dilihat pada Gambar 78.
Pembukaan oleh Dr Syafril Fauzi (Sesditjen P2HP)
Narasumber Dr. Ir. Muhammad Murdjani. M.Sc (Tim Penilai Pejabat Fungsional Perekayasa DJPB)
Peserta kegiatan
Gambar 78. Dokumentasi Kegiatan Peningkatan Jabatan Fungsional
115
Kegiatan lain dalam rangka peningkatan jabatan fungsional di BBP2HP yaitu : a.
Seminar Hasil untuk Peningkatan Jabatan Fungsional Kegiatan seminar dilaksanakan pada tanggal 25 November 2013 di Ruang Rapat Utama BBP2HP. Peserta yang mengikuti seminar yaitu para pejabat fungsional dan para pelaku usaha bidang perikanan yang terkait inovasi dan perekayasaan teknologi pengolahan hasil perikanan. Seminar ini juga bertujuan untuk menyebarluaskan inovasi teknologi pengolahan hasil perikanan sehingga dapat diterapkan oleh para pelaku usaha baik industri, UMKM maupun perorangan. Hasil dari seminar ini adalah : Tersebarluasnya teknologi pengolahan hasil perikanan kepada masyarakat, khususnya pelaku usaha pengolahan hasil perikanan; Terbentuknya kerjasama BBP2HP sebagai pihak pemerintah dengan pelaku usaha dalam penerapan teknologi pengolahan hasil perikanan; Terbukanya peluang usaha di bidang pengolahan hasil perikanan dengan teknologi pengolahan hasil perikanan yang mudah didapat dan mudah dalam penerapannya; Terciptanya semangat berwirausaha dibidang pengolahan hasil perikanan melalui penerapan teknologi pengolahan hasil perikanan.
b.
Studi Banding untuk Pengelola Jabatan Fungsional BBP2HP pada T. A. 2013 melakukan kegiatan studi banding peningkatan jabatan fungsional di 6 (enam) daerah, yaitu : LPPMHP Surabaya Jawa Timur pada tanggal 31 Juli sampai dengan 2 Agustus 2013; Balai Budidaya Air Payau Takalar Sulawesi Selatan pada tanggal 6 sampai dengan 8 November 2013; Badan Kepegawaian Negara Jakarta pada tanggal 6 sampai dengan 8 November 2013; Balai Budidaya Laut Batam Kepulauan Riau pada tanggal 22 sampai dengan 25 November 2013; LPPMHP Banjarbaru Kalimantan Selatan pada tanggal 28 sampai dengan 30 November 2013; Balai Besar Alsintan Kementerian Pertanian Tangerang Banten pada tanggal 4 sampai dengan 6 Desember 2013. Hasil studi banding tersebut menunjukkan bahwa pejabat fungsional di BBP2HP masih perlu ditingkatkan melalui kegiatan seperti seminar proposal maupun seminar hasil kegiatan perekayasaan serta pertemuan rutin pejabat fungsional, sehingga hasil kerja dapat terlihat dan dapat diajukan untuk penilaian angka kredit. Diperlukan pula penambahan pejabat fungsional lainnya seperti fungsional Pranata Humas, Pranata Komputer, Arsiparis, Analis Kepegawaian serta Litkayasa. 116
3.4.4.3.3 Penyusunan ABK, ANJAB dan SIMPEG Analisa Beban Kerja ( ABK ) merupakan salah satu indikator kerja yang dapat dijadikan suatu standar dalam pekerjaan yang merupakan suatu proses. Analisa Jabatan (ANJAB) merupakan upaya untuk mendapatkan informasi mengenai suatu jabatan dan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat memegang jabatan tersebut dengan baik. Melalui analisa jabatan, akan diketahui berapa posisi/jabatan yang seharusnya ada dalam suatu organisasi dan kemampuan apa yang dibutuhkan oleh pemegang jabatan. Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian ( SIMPEG ) adalah sistem yang terpadu dan terintegrasi yang meliputi pendataan pegawai, pengolah data, prosedur, tata kerja, sumber daya manusia serta teknologi komputer untuk menghasilkan informasi yang cepat dan akurat dalam mendukung administrasi kepegawaian serta menunjang pimpinan dalam mengambil suatu keputusan. Pada tahun 2013, sesuai dengan program renumerasi pemerintah, telah dilakukan pembuatan Analisa Beban Kerja (ABK) sesuai dengan TUPOKSI masing masing Sub Bagian, Seksi, Bagian dan Bidang, serta penyelesaian Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Analisa Beban Kerja (ANJAB). Seluruh dokumen tersebut telah diserahkan ke Bagian Organisasi Tata Laksana Ditjen P2HP. Kegiatan penyusunan ABK, ANJAB dan SIMPEG ini diadakan pada tanggal 7 Mei 2013 di Hotel Kawanua Jakarta Pusat dan dihadiri 16 pegawai yang mewakili setiap Bidang dan Bagian di BBP2HP. Dokumentasi kegiatan penyusunan ABK, ANJAB, SIMPEG disajikan pada Gambar 79.
Pembukaan oleh Kepala BBP2HP
Nara sumber dari Biro Hukum KKP
Peserta kegiatan
Gambar 79. Dokumentasi Kegiatan Penyusunan ABK, ANJAB, SIMPEG
117
3.4.4.3.4 Pembinaan Kepegawaian Kegiatan pembinaan kepegawaian dilaksanakan pada tanggal 17 – 18 Mei 2013 bertempat di Resort Jambuluwuk, Tapos, Bogor, Jawa Barat dan diikuti oleh 118 orang pegawai BBP2HP. Sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah terciptanya pegawai yang berintegritas, profesional dan berkinerja tinggi. Dalam kegiatan ini dilakukan penyampaian materi terkait disiplin pegawai dan kegiatan yang bersifat kebersamaan seperti senam pagi, permainan serta pelepasan pegawai yang pensiun di T. A. 2013. Dokumentasi kegiatan pembinaan kepegawaian dapat dilihat pada Gambar 80.
Pembukaan oleh Ir. Saut P Hutagalung (Dirjen P2HP)
Narasumber Dr. Sunarya (Konsultan The Spring Institut)
Pelepasan Purna Bakti Pegawai BBP2HP (Ir. Theresia M Hutagaol dan Andi M Suyuni BE)
Foto bersama Kegiatan Pembinaan Kepegawaian
Gambar 80. Dokumentasi Kegiatan Pembinaan Kepegawaian
118
3.4.4.3.5 Sosialisasi Penyusunan dan Penilaian SKP Kegiatan Sosialisasi Penyusunan dan Penilaian Sasaran Kerja Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan dengan tujuan memberikan pemahaman yang mencukupi kepada setiap PNS BBP2HP dalam menyusun SKP yang memuat kegiatan tugas jabatan dan target yang harus dicapai sesuai tugas dan fungsi, wewenang, tanggung jawab, dan uraian tugas yang telah ditetapkan dalam Struktur Organisasi dan Tata Kerja. Kegiatan ini dilaksanakan dengan narasumber Drs. Margi Prayitno, Kepala Subdit Sistem Penilaian dan Standar Kinerja Pegawaian dari Badan Kepegawaian Negara, dengan materi sebagai berikut: a.
Panduan Penyusunan Sasaran Kerja Pegawai Negeri Sipil;
b.
Petunjuk Teknis PP Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil;
c.
Formulir Sasaran Kerja Pegawai Negeri Sipil: Cara Penyusunan dan Penilaian Prestasi Kerja. Dokumentasi kegiatan sosialisasi penyusunan dan penilaian SKP ditampilkan pada
Gambar 81.
Narasumber memaparkan materi
Peserta kegiatan sosialisasi
Gambar 81. Dokumentasi Kegiatan Sosialisasi Penyusunan dan Penilaian SKP
119
3.4.4.3.6 Operasional Pengguna Anggaran Rincian kegiatan operasional pengguna anggaran adalah seperti tertera pada Tabel 74.
Tabel 74. Rincian Kegiatan Operasional Pengguna Anggaran No. Kegiatan Kerjasama antar instansi 1. Kerjasama antar instansi 2. Kerjasama antar instansi 3. Penelusuran keracunan makanan hasil perikanan 4. Apresiasi peraturan bidang kepegawaian 5. Organisasi ketatausahaan 6. Bimtek manajemen perawatan gedung 7. Workshop penyusunan perjanjian internasional di bidang kelautan 8. Rapat koordinasi pengelolaan rumah 9. Forum komunikasi jabatan fungsional KKP 10. Verifikasi pertanggungjawaban triwulan III Rapat Pimpinan 1. Rapat Pimpinan 2. Workshop pengembangan industri 3. Rapat Pimpinan 4. Rapat Pimpinan 5. Sosialisasi jabatan fungsional 6. Rapat Pimpinan 7. Pengembangan kelembagaan rumah mutiara indonesia Koordinasi antar laboratorium 1. Koordinasi antar laboratorium 2. Koordinasi antar laboratorium 3. Koordinasi antar laboratorium 4. Kunjungan ke laboratorium Seafast Center Bogor Pendampingan Wilayah Kerja Ditjen P2HP 1. Panen patin dan peluncuran perdana 2. Kunjungan kerja dan safari ramadhan Menteri Kelautan dan Perikanan 3. Pendampingan ke Pelabuhanratu 4. Pendampingan ke Pelabuhanratu
Waktu
Lokasi
19 – 21 Januari 2013 30 Januari – 1 Februari 2013 21 – 23 Januari 2013
Yogyakarta Kendal Bandung
27 – 28 Juni 2013 20 – 22 Mei 2013 19 – 22 Juni 2013 25 – 26 September 2013
Bogor Cirebon Bandung Batam
26 – 28 September 2013 21 – 23 Agustus 2013 14 – 16 November 2013
Bogor Bandung Bogor
14 – 15 Januari 2013 14 Juni 2013 28 – 29 September 2013 26 – 27 November 2013 4 – 6 Desember 2013 22 – 24 Desember 2013 22 – 24 Desember 2013
Bandung Bogor Semarang Kendari Surabaya Mataram Mataram
18 – 20 Desember 2013 19 – 20 Desember 2013 19 – 20 Desember 2013 27 Desember 2013
Cirebon Surabaya Sukabumi Bogor
5 – 7 April 2013 25 – 27 Juli 2013
Jambi Banyuwangi
27 – 29 November 2013 Desember 2013
Pelabuhanratu Pelabuhanratu
3.4.4.3.7 Inventarisasi Barang Milik Negara Laporan Barang Milik Negara Semester II/Tahunan T. A. 2013 per 31 Desember 2013 Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UKAPB:427686) BBP2HP disajikan sebagai salah satu wujud transparansi dan akuntabilitas dalam tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Neraca BMN yang menggambarkan posisi Persediaan dan Aset dari Satker BBP2HP Ditjen P2HP – KKP (032.06.427686) tercantum pada Tabel 75. 120
Tabel 75. Laporan Posisi Barang Milik Negara di Neraca per 31 Desember 2013 AKUN NERACA Kode
Uraian
117111
Barang Konsumsi
117112 117113
JUMLAH Akm. Penyusutan
Nilai BMN
Nilai Netto
534.000,-
0,
534.000,-
Amunisi
0,-
0,
0,-
Bahan untuk Pemeliharaan Suku Cadang
0,-
0,
0,-
0,-
0,
0,-
117121
Pita Cukai, Materai dan Legas
0,-
0,
0,-
117122
Tanah Bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada Masyarakat Peralatan dan Mesin untuk dijual atau diserahkan kepada Masyarakat Bahan Baku
0,-
0,
0,-
0,-
0,
0,-
31.175.500,-
0,
31.175.500,-
0,-
0,-
0,-
0,-
0,-
0,-
117114
117124
117131 117191 117199
Persediaan untuk tujuan strategis/ berjaga-jaga Persediaan Lainnya
131111
Tanah
44.360.431.500,-
0,-
44.360.431.500,-
132111
Peralatan dan Mesin
70.613.528.670,-
50.957.756.468,-
19.655.772.202,-
133111
Gedung dan Bangunan
57.918.737.946,-
3.417.067.437,-
54.501.670.509,-
134111
Jalan dan Jembatan
128.180.636,-
76.692.382,-
51.488.254,-
134112
Irigasi
846.124.000,-
245.819.130,-
600.304.870,-
134113
Jaringan
110.644.307,-
15.152.650,-
95.491.657,-
135121
Aset Tetap Lainnya
1.265.565.592,-
0,-
1.265.565.592,-
136111
Konstruksi Dalam Pekerjaan Software
0,-
0,-
0,-
45.400.000,-
0,-
45.400.000,-
200.779.700,-
174.170.151,-
26.609.549,-
175.521.101.851,-
54.886.658.218,-
120.634.443.633,-
162151 169122
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi JUMLAH
Saldo Persediaan per 31 Desember 2013 pada Satker BBP2HP adalah sebesar Rp. 31.709.500,- seperti tercantum dalam Tabel 76.
121
Tabel 76. Saldo Persediaan Barang Milik Negara Kode 117111 117112 117113 117114 11712 117121 117122 117124 117131 117191 117199
Uraian
per 31 Desember 2013 (Unaudited)
Barang Konsumsi Amunisi Bahan untuk Pemeliharaan Suku Cadang Uraian Akun Tidak Ada Pita Cukai, Materai dan Leges Tanah dan Bangunan untuk Dijual Peralatan dan Mesin untuk dijual atau diserahkan kepada Masyarakat Bahan Baku Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga Persediaan Lainnya JUMLAH
534.000,0,0,0,0,0,0,0,31.175.500,0,0,31.709.500,-
Keterangan: a) Barang konsumsi sebesar Rp. 534.000,- adalah bahan ATK yang masih tersisa sampai dengan 31 Desember 2013, b) Bahan baku sebesar Rp. 31.175.500,- adalah Bahan Media Reagensia pada Laboratorium BBP2HP sampai dengan tanggal 31 Desember 2013.
3.4.4.3.8 Penghapusan Barang Milik Negara Kegiatan usulan penghapusan BMN rusak berat yang dilaksanakan sejak tanggal 20 Maret 2013 pada BBP2HP sampai saat ini telah berada pada tahap pengusulan penghapusan kepada Setditjen P2HP. Berikut adalah tahapan-tahapan yang sudah dilaksanakan dalam rangka usulan penghapusan BMN rusak berat: 1.
Surat Tugas / Surat Perintah Pemeriksaan dan Inventarisasi dari kepala Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan Nomor TU.420/BB.I.1983/III/2013 tertanggal 20 Maret 2013.
2. Berita Acara Inventarisasi dalam rangka usulan Penghapusan BMN Nomor TU.210/BB.I.1468/IV/2013 tanggal 30 April 2013. 3. Telaah Penghapusan BMN dari Kepala Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan Nomor TU.210/BB.I.1575/V/2013 tanggal 08 Mei 2013. 4. Usulan Penghapusan pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Nomor TU.210/BB.I.1576/V/2013 tanggal 08 Mei 2013. Daftar Barang Milik Negara yang diusulkan untuk dihapuskan dapat dilihat pada Lampiran 4.
122
BAB IV PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT 4.1 Permasalahan Dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2013, meskipun terdapat beberapa permasalahan, tidak terdapat gangguan yang berarti dalam kelancaran pelaksanaan kegiatan sesuai dengan perencanaan dan penganggaran pada tahun 2013. Adapun permasalahan tersebut antara lain:
Keterbatasan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) bidang pengolahan dan pengujian untuk mendukung kegiatan-kegiatan teknis.
Keterbatasan kompetensi SDM bidang administrasi mengakibatkan SDM bidang teknis harus dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat administrasi.
Ketidaksesuaian antara rencana operasional kegiatan (ROK) dan pelaksanaan kegiatannya.
Sinkronisasi kegiatan lingkup Direktorat Teknis dengan BBP2HP sebagai UPT serta unit kerja pemerintah daerah belum optimal sehingga terkendala dalam koordinasi dan penentuan jadwal.
Adanya kegiatan-kegiatan direktif yang bersifat di luar tugas dan fungsi BBP2HP mengakibatkan penambahan beban kerja.
Kerusakan dan belum optimalnya penyediaan sarana dan prasarana perkantoran dan laboratorium mengganggu kelancaran operasional kegiatan.
Perubahan kebijakan tentang pemberlakuan metode pengukuran kinerja dengan Balance Score Card (BSC) di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan mengakibatkan perubahan indikator kinerja BBP2HP.
4.2
Tindak Lanjut Strategi pemecahan masalah yang juga merupakan rekomendasi adalah:
Peningkatan kompetensi melalui kegiatan pelatihan secara berkelanjutan.
Peningkatan ketertiban administrasi pelaporan kegiatan.
Peningkatan koordinasi dengan berbagai stakeholder.
Peningkatan
pemeliharaan
gedung
kantor,
rehabilitasi
gedung
laboratorium,
pembangunan IPAL, dan pengadaan alat laboratorium pengujian dan pengolahan.
Pematangan perencanaan di tingkat teknis/bidang/bagian sehingga waktu pelaksanaan dan anggaran dapat sesuai dengan rencana operasional kegiatan. 123
Penambahan SDM di bidang teknis pengolahan, pengujian dan pengembangan usaha untuk mendukung kegiatan BBP2HP dengan struktur organisasi yang baru di tahun 2014.
Peningkatan sarana dan prasarana perkantoran dalam rangka mendukung pekerjaan teknis di BBP2HP dalam bentuk usulan penyempurnaan Gedung Workshop Pengolahan, Pembangunan Cold Storage dan pengadaan kendaraan dinas untuk tahun 2014.
Penyesuaian dokumen perencanaan dan pelaporan terkait indikator kinerja menjadi berbasis BSC.
124
BAB V KEGIATAN BBP2HP TAHUN 2014 Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 28/PERMEN-KP/2013, Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan yang semula berperan sebagai UPT di bidang penerapan dan pengembangan teknologi pengolahan, pengujian, serta pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, diubah menjadi Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan, dengan peran baru sebagai UPT di bidang pengujian penerapan hasil perikanan. Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan (BBP2HP) pada Tahun Anggaran 2014 memiliki tugas melaksanakan uji terap teknik pengolahan dan pemasaran, pengujian dan sertifikasi produk, serta pelayanan pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Penetapan Indikator Kinerja BBP2HP T. A. 2014 berdasarkan Balanced Score Card (BSC) adalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan PDB perikanan sebesar 7,25%. 2. Jumlah produk olahan hasil perikanan sebesar 5,2 juta ton. 3. Nilai produk kelautan perikanan non konsumsi pada tingkat pedagang besar sebesar 2 triliun rupiah. 4. Jumlah inovasi produk dan teknologi P2HP hasil pengujian penerapan hasil perikanan yang bernilai tambah dan berdaya saing sebanyak 35 ragam. 5. Jumlah kebijakan bidang pengujian penerapan hasil perikanan sebanyak 1 kebijakan. 6. Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang pengujian penerapan hasil perikanan sebanyak 1 draft. 7. Teknologi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan bernilai tambah dan berdaya saing yang diterapkan sebanyak 35 ragam. 8. Jumlah bahan RSNI pengujian penerapan hasil perikanan sebanyak 8 bahan RSNI. 9. Jumlah Penerapan Penggunaan Tanda SNI Produk sebanyak 3 SPPT SNI. 10. Jumlah data uji nutrisi dan mutu produk perikanan sebanyak 600 data. 11. Jumlah pelayanan pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sebanyak 12 UMKM. 12. Indeks Kesenjangan Kompetensi Pejabat Eselon II dan III Lingkup BBP2HP sebesar 50%. 13. Service Level Agreement (SLA) Lingkup BBP2HP sebesar 75%. 14. Persepsi user terhadap kemudahan akses informasi BBP2HP senilai 4,25 (dalam skala likert 1-5). 125
15. Rekomendasi
Aparat
Pengawas
Internal
Eksternal
Pemerintah (APIEP)
yang
ditindaklanjuti oleh BBP2HP sebesar 100%. 16. Nilai akuntabilitas kinerja di BBP2HP dengan Nilai AKIP A. 17. Indeks Kepuasan Masyarakat BBP2HP sebesar 6,75. 18. Nilai inisiatif anti korupsi BBP2HP sebesar 7,75. 19. Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi (RB) BBP2HP sebesar 80 (setara level 4). 20. Persentase penyerapan DIPA BBP2HP senilai lebih besar dari 95%. Indikator Kinerja diatas didukung Anggaran sebesar Rp. 63.120.533.000 (Enam Puluh Milyar Seratus Dua Puluh Juta Lima Ratus Tiga Puluh Tiga Ribu Rupiah). Adapun rincian rencana kegiatan dan anggaran BBP2HP Tahun Anggaran 2014 disajikan pada Tabel 77.
Tabel 77. Kegiatan dan Anggaran Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan (BBP2HP) Tahun Anggaran 2014 No
Kegiatan
1. Pembinaan, Penyusunan Program, Rencana Kerja dan Anggaran A. Penyusunan Program dan Pelaporan a b c d e f
Penyusunan Program dan Koordinasi dengan Instansi Terkait Rapat Teknis BBP2HP Pemantapan Kegiatan BBP2HP Penyusunan Laporan Rutin Pemantauan Pemanfaatan Alat Nilai Tambah Penyusunan Renstra
B. Pengembangan Kapasitas SDM dan Ketatausahaan a b c d e f g h
Peningkatan Kompetensi Pegawai Peningkatan Jabatan Fungsional Kegiatan Kepegawaian (Penyusunan Analisis ABK, SIMPEG dan ANJAB) Pembinaan Kepegawaian Operasional Pengguna Anggaran Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) Pendampingan dan Tindak Lanjut atas Pemeriksaan Intern dan Ekstern Pendampingan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
C. Pengelolaan Admistrasi dan Keuangan a b c
Sistem Pengendalian Intern BBP2HP Penyusunan Laporan Keuangan Audited dan Unaudited Pengelolaan Serta Penataan Sistem Akuntansi dan Administrasi Keuangan
2. Inovasi Penerapan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan A. Penerapan Teknik Pengolahan Hasil Perikanan a b c d e f g h i j k
Penerapan Teknik Pengolahan Ikan Penerapan Teknik Pengolahan Rumput Laut Penerapan Teknik Pengolahan Produk Non Konsumsi Kerjasama Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Penerapan Teknologi Pengolahan Bandeng dalam Rangka Mendukung Industrialisasi Penyiapan Bahan Rumusan Standard Produk, Alat dan Mesin Pengolahan Penerapan Teknologi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Inovasi Rancang Bangun Alat dan Mesin Pengolahan Inovasi Rancang Bangun Tata Letak dan Desain Lay Out Workshop dalam Rangka Deseminasi Hasil-Hasil Inovasi BBP2HP Penerapan Produk Hasil Perikanan Bernilai Tambah Bagi UMKM
Anggaran (Rp) 3.160.238.000 1.428.643.000 371.390.000 199.200.000 104.800.000 287.850.000 332.123.000 133.280.000
1.421.645.000 391.990.000 277.556.000 21.232.000 226.575.000 384.387.000 13.085.000 54.320.000 52.500.000
309.950.000 63.150.000 41.900.000 204.900.000
11.212.720.000 5.199.412.000 239.680.000 245.305.000 217.069.000 577.760.000 746.236.000 196.600.000 811.712.000 359.831.000 215.639.000 389.580.000 1.200.000.000
126
B. Uji Terap Teknik Pemasaran a b c d
Inovasi Teknologi Pengemasan dan Pelabelan Hasil Perikanan Inovasi Rancang Bangun Alat/Sarana Pemasaran Inovasi Rancangan Bangun Tata Letak dan Desain Layout Pasar Uji Penerimaan Pasar Produk Hasil Perikanan
3. Pengujian Produk Hasil Perikanan A. Pengujian Produk Hasil Perikanan a b c d e f g h
Pengujian Nutrisi dan Mutu Produk Hasil Perikanan Verifikasi dan Penerapan Metode Pengujian Kimia Verifikasi dan Penerapan Metode Pengujian Mikrobiologi Verifikasi dan Penerapan Metode Pengujian Organoleptik Pembuatan Bahan Acuan dalam Rangka Jaminan Mutu Hasil Pengujian Kimia Pembuatan Bahan Acuan dalam Rangka Jaminan Mutu Hasil Pengujian Mikrobiologi Pembuatan Bahan Acuan dalam Rangka Jaminan Mutu Hasil Pengujian Organoleptik Pembentukan dan Pemeliharaan Panelis Standar Produk Perikanan
B. Sertifikasi Produk Hasil Perikanan a b c
Penerapan Penggunaan Tanda SNI Hasil Perikanan Pemeliharaan Sistem Manajemen SNI ISO 17065 Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium Pengujian Sesuai ISO 17025:2005
4. Pelayanan Pengembangan Usaha Hasil Perikanan A. Pelayanan Informasi a b
Informasi Hasil Uji Terap dan Pengujian Hasil Perikanan Alih Teknologi dan Informasi Hasil Perikanan
B. Sarana Pengembangan Usaha a b c
Penyusunan Role Model Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Pelayanan Penerapan Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Klinik Pengembangan Usaha
5. Pelayanan dan Pembinaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan di Wilayah Kerja BBP2HP A. Satker BBP2HP di Bogor a b c d e
Pemetaan Potensi Pasar Ikan Hias Identifikasi Potensi dan Pelaku Pemasaran Ikan Hias Bimbingan Teknis Pengembangan Usaha dan Pemasaran Ikan Hias Bimbingan Teknis Standardisasi Penanganan dan Pemasaran Ikan Hias Keikutsertaan Gelar Teknologi
B. Satker BBP2HP di Mataram a b
Operasionalisasi Program Kegiatan Satker BBP2HP di Mataram dalam rangka Mendukung Industrialisasi Asistensi dan Fasilitasi Pengembangan Usaha P2HP dalam rangka Mendukung Industrialisasi Perikanan
C. Satker BBP2HP di Pelabuhan Ratu a b
Pelayanan dan Pengembangan Usaha Pengolahan Hasil Perikanan Pelayanan dan Pengembangan Usaha Pemasaran Hasil Perikanan
D. Satker BBP2HP di Ambon a b c
Operasional Program Kegiatan Satker BBP2HP di Ambon dalam rangka Mendukung Industrialisasi Bimbingan Teknis Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Peningkatan Layanan Promosi dan Fasilitasi Pemasaran Produk Hasil Perikanan
6. Layanan Perkantoran A. Pembayaran Gaji dan Tunjangan a
Pembayaran Gaji dan Tunjangan
B. Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran a b c d
Pengadaan Pakaian Dinas Perawatan Gedung Kantor Perawatan/Perbaikan Peralatan Kantor Perawatan Kendaraan Bermotor Roda 4/6/10
6.013.308.000 299.257.000 5.214.696.000 182.589.000 316.766.000
2.430.000.000 1.131.991.000 265.724.000 163.704.000 107.979.000 96.979.000 151.500.000 149.500.000 79.200.000 117.405.000
1.298.009.000 724.541.000 314.700.000 258.768.000
3.242.706.000 1.694.771.000 446.411.000 1.248.360.000
1.547.935.000 329.400.000 803.935.000 414.600.000
2.185.290.000 208.140.000 30.740.000 70.500.000 41.310.000 32.960.000 32.630.000
889.440.000 171.400.000 718.040.000
445.330.000 346.900.000 98.430.000
642.380.000 141.700.000 407.580.000 93.100.000
10.970.123.000 5.370.098.000 5.370.098.000
5.600.025.000 75.680.000 167.025.000 358.330.000 249.000.000
127
e f g h i j k
Perawatan Kendaraan Bermotor Roda 2 Langganan Daya dan Jasa Operasional Perkantoran dan Pimpinan Operasionalisasi UPT BPUPIH Bogor Operasionalisasi UPT BPUP2HP Ambon Operasionalisasi UPT BPUP2HP Mataram Operasionalisasi UPT BPUP2HP Pelabuhan Ratu
7. Kendaraan Bermotor A. Pengadaan Kendaraan Dinas 8. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi A. Pengadaan Alat Pengolah Data 9. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran A. Pengadaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor B. Pengadaan Sarana Pengujian Hasil Perikanan 10. Gedung/Bangunan A. Rehabilitasi Gedung Laboratorium B. Pembangunan IPAL C. Pembangunan Cold Storage Muara Baru Tahap II Total
69.400.000 627.000.000 1.730.020.000 1.671.440.000 116.060.000 171.400.000 364.670.000
1.000.000.000 1.000.000.000 328.956.000 328.956.000 10.200.000.000 200.000.000 10.000.000.000 18.390.500.000 2.373.000.000 900.000.000 15.117.500.000 63.120.533.000
Catatan: Data per 5 Desember 2013
128
BAB VI PENUTUP Laporan Tahunan BBP2HP Tahun Anggaran 2013 disusun untuk memberi gambaran kepada seluruh pihak, instansi lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan secara khusus, dan instansi-instansi terkait lainnya secara umum, mengenai pelaksanaan serta capaian kegiatan Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan selama tahun 2013. Laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan dan bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan, program dan kegiatan lingkup Ditjen P2HP pada tahun-tahun yang akan datang. Laporan ini juga diharapkan dapat dimanfaatkan oleh instansi pemerintah pusat terkait lainnya, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, praktisi, akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat, serta pengusaha yang bergerak di bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.
129