POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KABUPATEN MADIUN
2.1. PROFIL GEOGRAFI 2.1.1 Letak Geografi Kabupaten Madiun merupakan salah satu dari 29 kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Timur. Hingga kini, pusat pemerintahan Kabupaten Madiun masih berada di Kota Madiun, sekalipun kini perkembangan wilayah yang paling progresif berlangsung di Kecamatan Mejayan. Secara geografis, Kabupaten Madiun terletak di sekitar 70 12 ' sampai dengan 7 0 48 ' 30 ” Lintang Selatan dan 111 0 25 ' 45 ” sampai dengan 111 0 51 ' Bujur Timur. Keseluruhan luas wilayah 1.010,86 Km 2, terdiri dari 15 wilayah administrasi kecamatan dan 206 wilayah administrasi desa/kelurahan. Adapun batas administrasi Kabupaten Madiun sebagai berikut : Batas sebelah Utara
: Kabupaten Bojonegoro
Batas sebelah Timur
: Kabupaten Nganjuk
Batas sebelah Selatan
: Kabupaten Ponorogo
Batas sebelah Barat
: Kabupaten Magetan dan Ngawi
2.1.2 Sumber Daya Tanah A) Topografi Topografi di Kabupaten Madiun membujur dari utara ke selatan dengan posisi terendah terdapat di lembah-lembah Bengawan Madiun berdekatan dengan pusat Kota Madiun dengan ketinggian antara 21 - 100 mdpl. Kemudian berturut-turut ke arah selatan yang semakin bertambah tinggi hingga ketinggian hampir 2.000 mdpl. Kecamatan-kecamatan dengan ketinggian antara 1000-2000 mdpl diantaranya adalah Kecamatan Kare, Gemarang dan Dagangan sedangkan kecamatan dengan ketinggian >2000 mdpl adalah Kecamatan Kare. Untuk lebih jelasnya topografi beserta luasannya dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Diagram 1.1 Dari tabel dan diagram berikut terlihat bahwa untuk Kabupaten Madiun prosentase terbesar didominasi oleh ketinggian 100 – 500 meter di atas permukaan laut disusul
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-1
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
kemudian oleh ketinggian 50 – 100 meter di atas permukaan laut yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Madiun. Tabel 2.1 Jenis Dan Luas Topografi Kabupaten Madiun Tahun 2009 No
Kecamatan
Jenis dan Luas Topografi (Ha) 0 - 50 mdpl 50-100 mdpl 100-500 mdpl 500-1000 mdpl 1000-2000 mdpl >2000 mdpl 1 Kebonsari 0,00 3.940,16 804,84 0,00 0,00 0,00 2 Geger 0,00 2.427,94 1.233,06 0,00 0,00 0,00 3 Dolopo 0,00 0,41 4.881,93 2,66 0,00 0,00 4 Dagangan 0,00 485,14 5.134,75 1.378,99 237,12 0,00 5 Wungu 0,00 1.809,78 2.744,22 0,00 0,00 0,00 6 Karee 0,00 0,00 8.885,10 6.125,13 4.002,56 72,21 7 Gemarang 0,00 0,00 0,18 8.790,93 1.391,16 14,73 8 Saradan 0,00 2.540,13 12.579,44 172,42 0,00 0,00 9 Pilangkenceng 0,00 6.034,58 2.099,42 0,00 0,00 0,00 10 Mejayan 0,00 2.290,89 3.231,11 0,00 0,00 0,00 11 Wonoasri 0,00 2.059,79 1.333,21 0,00 0,00 0,00 12 Balerejo 0,00 5.198,00 0,00 0,00 0,00 0,00 13 Madiun 1,89 3.263,73 327,38 0,00 0,00 0,00 14 Sawahan 12,07 2.202,93 0,00 0,00 0,00 0,00 15 Jiwan 0,00 3.376,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah 13,96 35.629,49 43.254,63 16.470,13 5.630,84 86,95 Sumber : Peta Bakosurtanal
Jumlah 4.745,00 3.661,00 4.885,00 7.236,00 4.554,00 19.085,00 10.197,00 15.292,00 8.134,00 5.522,00 3.393,00 5.198,00 3.593,00 2.215,00 3.376,00 101.086,00
Diagram 1. 1 Ketinggian Di Kabupaten Madiun
6% 16%
0% 35%
43%
Ketinggian 0 - 50 m dpl
Ketinggian 50 - 100 m dpl
Ketinggian 100 - 500 m dpl
Ketinggian 500 - 1000 m dpl
Ketinggian 1000 - 2000 m dpl
Ketinggian > 2000 m dpl
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-2
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KABUPATEN MADIUN TAHUN 2011 - 2015
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-3
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KABUPATEN MADIUN TAHUN 2011 - 2015
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-4
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
B) Kelerengan Sebagaimana halnya topografi, maka Kelerengan di Kabupaten Madiun juga bervariasi mulai dari kelerengan 0-8% sampai >45%. Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Madiun pada umumnya berada pada kelerengan 0-8% dan tersebar di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Kare. Sedangkan kecamatan-kecamatan yang berada pada ketinggian 1000 sampai >2000 meter di atas permukaan laut umumnya mempunyai kelerengan wilayah di > 25%. Kecamatan dimaksud antara lain adalah Kecamatan Dolopo, Dagangan, Kare, Wungu, Gemarang, Mejayan dan Wonoasri, dimana kecamatan-kecamatan tersebut umumnya berada di bagian selatan berdekatan dengan Pegunungan Wilis. Untuk lebih jelasnya kelerengan di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Jenis Dan Luas Kemiringan Kabupaten Madiun Tahun 2009 No
Kecamatan
Jenis dan Luas Kemiringan Lahan (Ha) 0-8% 8-15% 15-25% 25-45% >45% Jumlah 1 Kebonsari 4.745,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4.745,00 2 Geger 3.403,50 255,45 2,04 0,00 0,00 3.661,00 3 Dolopo 1.890,02 1.562,29 1.406,07 5,58 21,04 4.885,00 4 Dagangan 1.021,50 1.948,52 1.112,50 653,93 2.499,55 7.236,00 5 Wungu 1.075,50 1.589,73 1.853,53 15,76 19,48 4.554,00 6 Karee 0,00 231,47 5.425,47 2.742,31 10.685,75 19.085,00 7 Gemarang 1.538,62 1.797,02 3.685,77 1.652,06 1.523,53 10.197,00 8 Saradan 14.881,34 410,66 0,00 0,00 0,00 15.292,00 9 Pilangkenceng 8.134,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8.134,00 10 Mejayan 1.602,27 2.128,89 1.448,12 342,72 0,00 5.522,00 11 Wonoasri 1.406,66 513,63 1.147,45 325,27 0,00 3.393,00 12 Balerejo 5.198,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5.198,00 13 Madiun 3.055,90 95,02 411,48 30,61 0,00 3.593,00 14 Sawahan 2.215,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2.215,00 15 Jiwan 3.376,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3.376,00 Jumlah 53.543,31 10.532,67 16.492,43 5.768,23 14.749,36 101.086,00 Sumber : Peta Bakosurtanal
2.1.3 Kondisi Geologi Secara struktur geologi, zona Madiun umumnya ditutupi oleh endapan alluvium yang sebagian besar terdiri dari bahan rombakan rempah gunung berapi, seperti kerikil, pasir, batu apung, dan tufa yang berselang-seling. Wilayah Kabupaten Madiun mempunyai sumber daya alam yang tidak ternilai. Dengan hasil tambang terdiri dari batu gunung, pasir, sirtu, dan tanah urug.produksi hasil tambang secara detail dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini. POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-5
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
Tabel 2.3 Produksi Tambang di Kabupaten Madiun No Hasil Tambang 1 Batu Gunung 2 Pasir 3 Sirtu 4 Tanah Urug Sumber : BPN Kabupaten Madiun
Jumlah (m3) 10456 725 7500 19530
2.1.4 Kondisi Tanah A) Jenis Tanah Pada dasarnya jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Madiun terdiri dari 5 jenis tanah, yaitu: Mediteran, Latosol, Alluvial, Litosol dan Grumusol. Berdasarkan data yang didapat, jenis tanah di Kabupaten Madiun didominasi oleh jenis tanah aluvial dengan prosentase sebesar 36 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Madiun dengan penyebaran seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Kare dan Gemarang, disusul kemudian jenis tanah mediteran dengan prosentase sebesar 26 % dengan penyebaran seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Pilangkenceng, Jiwan dan Sawahan. Jenis tanah grumosol dengan prosentase sebesar 21 % dengan penyebaran hanya beberapa kecamatan diantaranya Kecamatan Saradan, Pilangkenceng, Mejayan, Wonoasri, Madiun dan Sawahan. Sedangkan jenis tanah latosol dengan prosentase sebesar 13 % penyebarannya meliputi Kecamatan Dolopo, Wungu, Kare, Gemarang, Mejayan, Wonoasri dan Madiun. Untuk jenis tanah dengan luasan terkecil yaitu jenis tanah litosol dengan prosentase sebesar 4 % penyebarannya meliputi Kecamatan Dagangan, Kare dan Saradan. Untuk lebih jelasnya jenis tanah di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada Tabel 2.4
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-6
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
Tabel 2.4. Jenis Tanah Dan Penyebarannya Di Kabupaten Madiun Tahun 2009 No
Kecamatan
Mediteran 1 Kebonsari 129,27 2 Geger 1.951,00 3 Dolopo 1.285,74 4 Dagangan 6.116,44 5 Wungu 2.934,65 6 Karee 5.133,95 7 Gemarang 6.437,24 8 Saradan 3.082,14 9 Pilangkenceng 0,00 10 Mejayan 3.438,37 11 Wonoasri 2.050,28 12 Balerejo 0,00 13 Madiun 399,02 14 Sawahan 0,00 15 Jiwan 0,00 Jumlah 32.958,09 Sumber : Peta Data Pokok
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
Jenis dan Luas Jenis Tanah (Ha) Latosol Aluvial Litosol Grumosol Jumlah 0,00 4.615,73 0,00 0,00 4.745,00 9,01 1.701,00 0,00 0,00 3.661,00 758,03 2.841,24 0,00 0,00 4.885,00 0,00 1.020,77 98,79 0,00 7.236,00 1.314,79 304,55 0,00 0,00 4.554,00 9.511,10 0,00 4.439,95 0,00 19.085,00 3.759,76 0,00 0,00 0,00 10.197,00 0,00 12.044,43 165,43 10.747,49 15.292,00 0,00 8.134,00 0,00 1.694,23 8.134,00 638,65 1.444,99 0,00 860,73 5.522,00 0,93 1.341,78 0,00 48,32 3.393,00 0,00 5.198,00 0,00 0,00 5.198,00 203,93 2.990,05 0,00 38,96 3.593,00 0,00 2.215,00 0,00 13.655,28 2.215,00 0,00 3.376,00 0,00 0,00 3.376,00 16.196,20 47.227,54 4.704,17 27.045,01 101.086,00
II-7
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KABUPATEN MADIUN TAHUN 2011 - 2015
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-8
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
Ditinjau dari komposisi jenis tanah yang ada di Kabupaten Madiun yang memiliki karakteristik tingkat kesuburan yang baik sehingga kabupaten Madiun memiliki potensi pertanian yang bisa dikembangkan.
B) Tekstur Tanah Selain kedalaman efektif tanah, tekstur tanah juga menentukan kesuburan tanah. Tanah dengan tekstur yang halus akan semakin tinggi tingkat produktifitasnya. Luas tiap tekstur tanah di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada tabel 2.5. Tabel 2.5 Luas Tiap Tekstur Tanah Di Kabupaten Madiun No. 1. 2. 3.
Kelas Tekstur Tanah Luas (Ha) Halus 36.837.470 Sedang 64.098.91 Kasar 149.12 Jumlah 43.247.510 Sumber : BPN Kabupaten Madiun
Prosentase (%) 36.44 63.41 0.25 100.00
Kondisi dari tekstur tanah Kabupaten Madiun yang didominasi tekstur sedang dan halus maka Kabupaten Madiun memiliki potensi tingkat kesuburan yang tinggi untuk pertanian. Berdasarkan kondisi tekstur tanah yang paling dominan adalah tekstur sedang seluas 64.098,91 Ha atau 63.41 % dari luas total Kabupaten Madiun. Kedalaman efektif tanah suatu wilayah menentukan tingkat kesuburan tanah pada wilayah tersebut. Semakin dalam kedalaman efektif tanah, maka potensi produktivitas semakin baik. Luas tiap kedalaman efektif tanah di wilayah Kabupaten Madiun dapat dilihat pada tabel 2.6. Tabel 2.6 Luas Kedalaman Efektif Tanah Di Kabupaten Madiun No. 1. 2. 3. 4.
Kedalaman Efektif Tanah > 90 cm 60 – 90 cm 30 – 60 cm < 30 cm Jumlah Sumber : BPN Kabupaten Madiun
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
Luas (Ha) 43.941.67 14.298.50 34.383.00 8.462.83 101.086.00
Prosentase (%) 43.47 14.14 34.01 8.38 100.00
II-9
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
Kondisi kedalam efektif tanah dari Kabupaten Madiun yang didominasi oleh kedalaman yang lebih dari 90 cm sebesar 43.914,67 Ha atau 43.47% dari luas total Kabupaten Madiun.
2.1.5 Pola Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Madiun dapat dibedakan menjadi penggunaan lahan terbangun diantaranya berupa permukiman, perdagangan dan jasa, fasilitas umum dan pemerintahan, industri dan pergudangan serta peternakan. Sedangkan kawasan lahan tidak terbangun pada umumnya berupa sawah, ladang, kebun, perkebunan, hutan, semak belukar, padang rumput.
Diagram 2.2 Prosentase Penggunaan Lahan Kabupaten Madiun Tahun 2009
1.03%
0.09% 10.13% 0.01%
0.03% 0.06%
1.90% 0.03% 31.73%
40.20%
5.58%
5.26%
0.23%
3.52%
0.19%
Sawah
Kolam/Empang/Waduk
Ladang/Kebun Campur
Semak Belukar
Hutan Lindung
Hutan Rakyat
Hutan Produksi
Perkebunan
Permukiman
Industri
Kaw Militer
Peternakan
PLTA
TPA
Lain-Lain
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-10
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KABUPATEN MADIUN TAHUN 2011 - 2015
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-11
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
2.1.6 Kondisi Hidrologis Pada zona air tanah Kabupaten Madiun termasuk zona Madiun; meliputi daerah Madiun, Ngawi, Magetan, dan Ponorogo, yang umumnya merupakan dataran rendah yang luas, sebelah barat dibatasi oleh Gunung Lawu dan sebelah timur dibatasi oleh Gunung Wilis. Di sebelah utara dibatasi oleh pegunungan Kendeng dan di sebelah selatan dibatasi oleh pegunungan selatan. Akuier utamanya tersusun oleh lapisan pasir dan kerikil berkelulusan sedang sampai tinggi, sungai utama pada daerah ini adalah bengawan solo yang mengalir dari barat ke timur dan Kali Madiun yang mengalir dari selatan ke utara, di dekat daerah Ngawi. Kedua sungai ini bergabung dan membelok ke arah utara memotong pegunungan Kendeng. Di Kabupaten Madiun terdapat kurang lebih 31 sungai dengan panjang 3–43 Km diantaranya adalah Sungai Glidik, Sungai Rejali, Sungai Mujur, Sungai Pancing, Sungai Besuksemut, Sungai Asem, dan Sungai Bondoyudo. Semua sungai tersebut mengalir ke arah selatan dan bermuara di Samudra Indonesia. Walaupun di Kabupaten Madiun banyak terdapat sungai, tidak berarti bahwa kebutuhan penduduk akan terpenuhi seluruhnya, karena pada musim kemarau sebagian sungai tidak berair. Di beberapa daerah pemberian air untuk sawah dilakukan secara bergiliran. Pada musim hujan, deras hujan dapat menimbulkan banjir. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan perlindungan terhadap mata air, melaksanakan proyek reboisasi dan penghijauan, serta pembagian air pada saat tertentu. Tabel 2.7 Nama Dan Panjang Sungai di Kabupaten Madiun No 1.
Kecamatan Pilang Kenceng
Nama Sungai Kali Jerowan Kali Kembang Kali Bruwok Kali Notopuro (Uneng) 2. Saradan Kali kembang Kali Bruwok 3. Kare Kali Kembang 4. Dagangan Kali Catur 5. Dolopo Kali Asin 6. Madiun Kali Sono 7. Geger Kali Sareng Kali Catur 8. Kebonsari Kali Asin 9. Balerejo Kali Sono Kali Notopuro Kali Jerowan 10. Mejayan Kali Kembang Sumber : BPS Kabupaten Madiun Dalam Angka 2008 POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
Panjang (Km) 4,00 3,00 2,00 14,00 3,00 6,50 6,00 5,00 3,50 8,20 8,50 4,50 3,00 0,50 6,00 9,00 18,00
II-12
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KABUPATEN MADIUN TAHUN 2011 - 2015
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-13
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
2.1.7 Kondisi Klimatologis Keadaan iklim di Kabupaten Madiun ditandai dengan keadaan curah hujan dan intensitas hujan, sedangkan kondisi iklim sendiri ditandai dengan keadaan dimana suatu wilayah mempunyai keadaan bulan basah dan bulan kering. Dengan tipe iklim yang ada di Kabupaten Madiun maka berdasarkan Schmidt dan Ferguson, wilayah ini termasuk iklim dengan Tipe C yaitu iklim sedang yang merupakan daerah tidak kering dan tidak basah. Kabupaten Madiun dipengaruhi oleh iklim laut dan iklim pegunungan dengan temperatur berkisar antara 200 - 350 C. Intensitas hujan merupakan nilai perbandingan antara curah hujan dengan hari hujan baik dalam bulanan maupun tahunan. Berdasarkan jumlah hari hujan di masing-masing kecamatan, rata-rata hari hujan dengan intensitas tinggi terjadi pada bulan Desember hingga Maret dan hari hujan dengan intensitas rendah terjadi pada bulan Juli hingga Oktober. Curah hujan di Kabupaten Madiun pada Tahun 2008 rata-rata mencapai 1.656 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 85 hari hujan/tahun. Intensitas hujan di Kabupaten Madiun berkisar antara 18,50 – 19,48 mm/bulan. Artinya intensitas hujan di Kabupaten Madiun dapat diklasifikasikan rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.8 Tabel 2.8. Curah Hujan Menurut Bulan Dan Lokasi Penakar Tahun 2008
Lokasi Penakar Hujan Kantor PG PG Klegen Rata-Rata Madiun Rejoagung Kanigoro 1 Januari 119 129 175 134 139 2 Pebruari 286 239 354 286 291 3 Maret 509 489 476 442 479 4 April 213 207 126 198 186 5 Mei 32 22 8 21 6 Juni 7 Juli 8 Agustus 9 September 10 Oktober 125 56 140 101 106 11 Nopember 199 209 257 210 219 12 Desember 271 277 160 175 221 Jumlah 1.754 1.628 1.688 1.554 1.656 2007 1.594 1.462 1.480 1.276 1.453 Sumber : Dinas Pekerjaan UmumPengairan Kabupaten Madiun No
Bulan
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-14
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KABUPATEN MADIUN TAHUN 2011 - 2015
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-15
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
2.18 Pembagian Wilayah Administrasi Setiap kawasan perkotaan akan memiliki jangkauan pelayanan tertentu sesuai dengan hirarki perkotaan masing-masing. Penentuan Sub Satuan Wilayah Pengembangan dilakukan dengan pendekatan homogenitas, pola aliran barang dan jangkauan pelayanan yang dilakukan. Untuk itu, dibuat sesuai dengan hierarki perkotaan masing-masing dan fungsi yang harus diemban bagi setiap wilayah pendukung. Satuan Wilayah Pengembangan ini memiliki fungsi: 1. Menciptakan keserasian dan keseimbangan struktur ruang wilayah. 2. Sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah hinterlandnya, diharapkan mampu sebagai motor penggerak pembangunan. 3. Sebagai motor penggerak perekonomian wilayah. 4. Sebagai stimulator bagi perkembangan pembangunan dan pertumbuhan perekonomian wilayah. Satuan Wilayah Pengembangan diharapkan dapat berperan secara efektif untuk: 1. Menciptakan keserasian dan keterpaduan struktur ruang secara berhirarki dari tingkat pelayanan lokal, regional dan nasional. 2. Mendukung strategi kebijakan keruangan dalam pembangunan wilayah Kabupaten Madiun. 3. Mendukung rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Madiun yang tidak terpisahkan dari struktur tata ruang wilayah Propinsi. Adapun Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP) yang dibentuk di Kabupaten Madiun adalah : 1. SSWP – 1 : adalah kawasan yang dipersiapkan menjadi bagian dari Ibukota Kabupaten dengan fungsi utama pusat pelayanan fasilitas umum, perdagangan dan jasa, pusat pemerintahan
skala kabupaten serta permukiman perkotaan, meliputi Kecamatan
Mejayan, Wonoasri, Pilangkenceng, Saradan dan Balerejo. 2. SSWP – 2 : adalah kawasan-kawasan yang menjadi wilayah limpahan dari Kota Madiun dengan fungsi utama sebagai kawasan perdagangan dan jasa, fasilitas umum serta permukiman, meliputi Kecamatan Jiwan, Sawahan, Madiun. 3. SSWP – 3 : adalah kawasan-kawasan yang direncanakan menjadi Kawasan Agropolitan “GEDANGSARI” di Kabupaten Madiun atau Urban Village of Gedangsari, meliputi Kecamatan Dolopo, Dagangan, Geger, Kebonsari.
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-16
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
4. SSWP – 4 : adalah kawasan-kawasan yang direncanakan untuk pengembangan ekowisata dan fungsi lindung di Kabupaten Madiun (Ecological City), meliputi Kecamatan Wungu, Kare, Gemarang.
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-17
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KABUPATEN MADIUN TAHUN 2011 - 2015
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-18
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
2.2. PROFIL DEMOGRAFI Penduduk adalah sebagai subyek sekaligus obyek dari pembangunan, oleh karena itu keberhasilan pembangunan tidak bias dilepaskan dari permasalahan kependudukan. Guna mendukung tercapainya hasil-hasil pembangunan yang optimal, data kependudukan merupakan hal yang mutlak diperlukan. 2.2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk di Kabupaten Madiun hingga akhir tahun 2008 sebesar 769.613 jiwa. Dengan luas wilayah 1.010,86 km2 maka kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Madiun adalah sebesar 761 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.9 berikut ini : Tabel 2.9 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Madiun Akhir Tahun 2008 Jumlah Penduduk Luas Kepadatan No. Kecamatan (Jiwa) (Km2) (Jiwa/Km2) 1. Kebonsari 61.016 47,45 1.289 2. Geger 67.528 36,61 1.841 3. Dolopo 62.787 48,85 1.285 4. Dagangan 53.657 72,36 740 5. Wungu 62.596 45,54 1.373 6. Kare 34.940 190,85 183 7. Gemarang 35.696 101,97 350 8. Saradan 75.218 152,92 491 9. Pilangkenceng 58.711 81,34 721 10. Mejayan 52.810 55,22 917 11. Wonoasri 35.034 33,93 1.032 12. Balerejo 45.184 51,98 869 13. Madiun 39.696 35,93 1.140 14. Sawahan 26.487 22,15 1.197 15. Jiwan 60.253 33,76 1.785 Jumlah 769.613 1.010,86 761 Sumber : BPS Kabupaten Madiun Dalam Angka 2008
2.2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Dari tahun ke tahun secara umum jumlah penduduk di Kabupaten Madiun terus meningkat. Pertumbuhan penduduk rata-rata 3,305% tiap tahunnya, dimana pertambahan penduduk terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 80261 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 11,65% dari tahun sebelumnya, sedangkan pertumbuhan terkecil POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-19
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
pada tahun 2005 yaitu sebesar 2552 jiwa atau sebesar 0,38% dari tahun sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.10. Tabel 2.10 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Madiun Tahun 2004 – 2008 TAHUN JUMLAH PENDUDUK PERTUMBUHAN (%) 2004 678.097 0,38 2005 680.649 0,75 2006 685.765 0,44 2007 688.763 11,65 2008 769.024 Pertumbuhan Rata-rata 3,305 Sumber : BPS Kabupaten Madiun Dalam Angka 2008 dan Hasil Analisa
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-20
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KABUPATEN MADIUN TAHUN 2011 - 2015
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-21
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
2.2.3 Struktur Penduduk Struktur penduduk di kabupaten Madiun dibedakan berdasarkan jenis kelamin, Kelompok umur, tingkat pendidikan, agama, mata pencaharian, serta tingkat kejahteraan. a) Jenis Kelamin Berdasarkan data Kabupaten Madiun dalam angka, jumlah penduduk yang berada di wilayah Kabupaten Madiun tahun 2008 secara keseluruhan sebanyak 769.613 jiwa yang terdiri atas 384 334 jiwa penduduk laki-laki dan 385 279 jiwa penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kabupaten Madiun sebesar 99,75%. Ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki sedikit lebih kecil dibandingkan dengan penduduk perempuan yaitu setiap 100 jumlah perempuan terdapat 99 jiwa penduduk laki-laki. Jumlah penduduk Kabupaten Madiun berdasarkan jenis kelamin tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 2.11 berikut ini : Tabel 2.11 Jumlah Penduduk Kabupaten Madiun Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2008 Jumlah Penduduk Akhir Tahun No. Kecamatan Sex Ratio Laki-laki Perempuan 1. Kebonsari 30.086 30.930 97,27 2. Geger 33.294 34.234 97,25 3. Dolopo 30.986 31.801 97,44 4. Dagangan 26.770 26.887 99,56 5. Wungu 30.728 31.868 96,42 6. Kare 17.820 17.120 104,09 7. Gemarang 18.182 17.514 103,81 8. Saradan 38.144 37.074 102,89 9. Pilangkenceng 29.140 29.571 98,54 10. Mejayan 25.369 25.441 99,72 11. Wonoasri 17.818 17.216 103,50 12. Balerejo 22.828 22.356 103,11 13. Madiun 19.821 19.875 99,73 14. Sawahan 13.253 13.234 100,14 15. Jiwan 30.095 30.158 99,79 Jumlah 384.334 385.279 99,75 Sumber : BPS Kabupaten Madiun Dalam Angka 2008
b) Kelompok Umur Jumlah penduduk yang berdasarkan struktur umur di Kabupaten Madiun pada tahun 2008 terbagi dalam beberapa kelompok usia. Penduduk dengan usia 35 – 44 tahun memiliki jumlah terbesar yaitu sebanyak 104.855 jiwa. Sedangkan usia 20 – 24 tahun POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-22
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
merupakan kelompok penduduk dengan usia terkecil yaitu sebanyak 38.041 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 2.12 berikut ini : Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Kabupaten Madiun Berdasarkan Usia Tahun 2008 Kelompok Umur Jumlah 15 – 19 55.298 20 – 24 38.041 25 – 34 95.292 35 – 44 104.855 45 – 54 93.226 55 – 64 65.349 65 keatas 70.025 Jumlah 522.086 Sumber : Laporan Fakta dan Analisa RTRW Kabupaten Madiun Tahun 2009
c)
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Madiun berdasarkan data diketahui
bahwa mayoritas penduduk di Kabupaten Madiun mempunyai tingkat pendidikan sampai SLTA, yaitu sebanyak 83690 jiwa sedangkan penduduk dengan tingkat pendidikan SLTP Sebanyak 110181 jiwa rata-rata mempunyai pendidikan sampai SLTP ke bawah, dan hanya 10297 jiwa mempunyai pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Adapun data mengenai jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 2.13 di bawah ini. Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Kabupaten Madiun Berdasarkan Pendidikan Tertinggi Tahun 2008 Jenis Kelamin No. Pendidikan Tertinggi Jumlah Laki-laki Perempuan 1. Tidak/Belum Sekolah 15.581 40.392 55.973 2. Tidak/Belum Tamat SD 30.719 33.170 63.826 3. Sekolah Dasar 91.458 82.863 174.321 4. SMP/Madrasah Tsanawiyah 55.270 53.276 1087.546 5. SMP Kejuruan 2.290 2.455 4745 6. SMA/Madrasah Aliyah 28.800 22.849 51.649 7. SMK 27.374 15.240 42.617 8. Program Diploma I/II 1.637 2.972 4.609 9. Program Diploma III 2.940 1.479 4.419 10. Program D IV/S1 5.540 5.567 11.071 11. Program S2/S3 313 313 Jumlah 261.8861 260.200 522.086 Sumber : BPS Kabupaten Madiun Dalam Angka 2008 POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-23
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
d) Agama Mayoritas penduduk di Kabupaten Madiun beragama Islam yaitu sebesar 763.877 jiwa. Disusul kemudian dengan pemeluk agama Kristen Protestan yang menempati urutan kedua dengan jumlah 4.328 jiwa. Sisanya memeluk agama Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan ada pula yang menjadi penganut kepercayaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 2.14 berikut ini : Tabel 2.14 Jumlah Penduduk Kabupaten Madiun Berdasarkan Agama Tahun 2008 Kristen Kristen No Kecamatan Islam Hindu Budha Protestan Katolik 1 Kebonsari 61.007 9 2 Geger 67.423 94 9 3 Dolopo 62.731 37 19 4 Dagangan 53.657 5 Wungu 61.834 493 261 4 6 Kare 34.745 187 8 7 Gemarang 35.623 73 8 Saradan 74.849 189 180 1 9 Pilangkenceng 58.076 632 2 10 Mejayan 49.350 1.130 303 12 11 11 Wonoasri 34.901 128 5 12 Balerejo 45.063 121 3 13 Madiun 38.968 724 4 14 Sawahan 26.371 25 91 15 Jiwan 59.279 486 462 16 12 Jumlah 763.877 4.328 1.340 35 28 Sumber : Laporan Fakta dan Analisa RTRW Kabupaten Madiun Tahun 2009
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
Jumlah 61.016 67.528 62.787 53.657 62.596 34.940 35.696 75.218 58.711 50.810 35.034 45.184 39.696 26.487 60.253 769.613
II-24
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
e)
Jenis Mata Pencaharian Berdasarkan jenis mata pencaharian penduduk maka jumlah penduduk yang
bekerja di bidang Pertanian, Kehutanan, perburuan dan Perikanan sebesar 182.422 jiwa. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 218 jiwa, jumlah tersebut merupakan jumlah yang terkecil di banding dengan jenis pekerjaan yang lain. Selengkapnya lihat tabel 2.15. Tabel 2.15 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Madiun Tahun 2008 Penduduk No. Jenis Lapangan Usaha Jumlah Laki-laki Perempuan 1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan 112.405 70.017 182.422 dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 218 218 3. Industri 14.771 4.260 19.131 4. Konstruksi 19.636 572 20.208 5. Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa 25.137 34.228 59.365 Akomodasi 6. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 8.162 2.921 11.083 7. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha 1.684 1.136 2.820 Persewaan dan Jasa Perusahaan 8. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 24.669 11.313 35.982 Jumlah 206.464 124.665 331.129 Sumber : BPS Kabupaten Madiun Dalam Angka 2008
f)
Migrasi Penduduk Migrasi penduduk madiun pada tahun 2008 berjumlah 186 jiwa, dengan rincian
migrasi masuk berjumlah 7 jiwa sedangkan migrasi keluar berjumlah 179 jiwa, migrasi keluar tertinggi pada Kecamatan Kare dengan jumlah 64 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.16 Migrasi Penduduk Kabupaten Madiun Tahun 2008 No Kecamatan Masuk Keluar Jumlah 1 Kebonsari 3 3 2 Geger 4 4 3 Dolopo 3 14 17 4 Dagangan 5 Wungu 6 Kare 64 64 7 Gemarang 49 49 8 Saradan POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-25
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
9 10 11 12 13 14 15
Pilangkenceng Mejayan 3 3 Wonoasri Balerejo 1 1 Madiun Sawahan 43 43 Jiwan 2 2 Jumlah 7 179 186 Sumber : BPS, Kabupaten Madiun Dalam Angka 2008
g) Proyeksi Penduduk (Lima Tahun Kedepan) Dengan pertimbangan adanya pergeseran struktur ekonomi Kabupaten Madiun selama waktu perencanaan, maka di perkirakan jumlah penduduk Kabupaten Madiun sampai dengan akhir waktu perencanaan (tahun 2014) dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 3,305% per tahun adalah sebesar 921.521 jiwa. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk hasil prediksi hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut : Tabel 2.17 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Madiun Tahun 2009 – 2014 Rata-Rata Tahun Prediksi Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Proyeksi Jumlah Penduduk 2004 678.097 2009 794.440 2005 680.649 2010 819.856 2006 685.765 2011 845.273 3,305 % 2007 688.763 2012 870.689 2008 769.024 2013 896.105 2014 921.521 Sumber : BPS Madiun Dalam Angka 2008 dan Hasil Analisa
2.2.4 Tingkat Kemiskinan Penjelasan dan uraian mengenai tingkat kemiskinan penduduk Kabupaten Madiun di bagi menjadi beberapa sub pembahasan antara lain Jumlah dan persebaran penduduk miskin, tingkat kesejahteraan penduduk, indeks kemiskinan, indeks pembangunan manusia. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut ini. a) Jumlah dan Persebaran Penduduk Miskin Penduduk miskin pada tahun 2008 mencapai 61 128 rumah tangga atau 31,97 % dari 191.184 rumah tangga di Kabupaten Madiun. Kemiskinan ini tersebar pada 206 desa/kelurahan. Jumlah penduduk masalah sosial mencapai 310 orang, terdiri dari anak POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-26
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
jalanan, gelandangan, pengemis dan tuna susila. Jumlah dan persebaran penduduk miskin di kabupaten Madiun berdasarkan masing masing kecamatan adalah sebagai berikut : Jumlah Rumah Tangga dan jiwa Miskin di Kabupaten Madiun Tahun 2008
Tabel 2.18 Jumlah Rumah Tangga dan Jiwa Miskin di Kabupaten Madiun Tahun 2008 No Kecamatan Rumah Tangga Miskin Jiwa Miskin 1 Kebonsari 2.453 6.042 2 Geger 4.224 13.264 3 Dolopo 2.195 5.768 4 Dagangan 5.082 15.087 5 Wungu 3.707 10.480 6 Kare 4.964 15.087 7 Gemarang 5.109 12.447 8 Saradan 8.993 24.508 9 Pilangkenceng 5.604 15.307 10 Mejayan 3.258 8.719 11 Wonoasri 3.426 8.848 12 Balerejo 6.167 16.975 13 Madiun 2.073 5.487 14 Sawahan 1.946 6.172 15 Jiwan 1.927 4.655 Jumlah 61.128 168.846 Sumber : BPS Kabupaten Madiun Dalam Angka 2008
b) Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) Adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan, serta kenaikan bahan bakar minyak (BBM) sehingga mengakibatkan kenaikan harga-harga yang terjadi selama ini ternyata membawa dampak yang besar bagi perkembangan kehidupan masyarakat, termaksut komponen indeks pembangunan manusia.
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-27
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
Dengan melihat laju tingkat pencapaian menuju sasaran (shortfall reduction) indeks pembangunan manusia 2006-2007 di ketahui dalam kurun waktu tersebut telah terjadi peningkatan sebesar (0.4) yaitu dari 65,93 menjadi 66,08. Peningkatan ini lebih di akibatkan oleh terjadinya kenaikan rata-rata lama sekolah dengan di tandai tingginya presentase penduduk usia 10 tahun keatas yang berpendidikan SD serta naiknya angka partisipasi murni SD/Mi. Rata-rata lam sekolah Kabupaten Madiun pada tahun 2006 ialah 6.71 sedangkan pada tahun 2007 menjadi 6,79 tahun artinya secara rata-rata Kabupaten madiun dalam menekuni pendidikan formal (sekolah) hanya sampai lulus SD atau tidak sampai lulus SLTP, hal ini dapat di kategorikan rendah dan ini mengindikasikan program belajar 9 tahun di Kabupaten Madiun masih belum berjalan dengan baik. Selain itu juga angka ini masih menggambarkan begitu rendahnya mutu SDM di Kabupaten Madiun. Karena menurut UNDP untuk mendapatkan mutu SDM di kabupaten Madiun yang berkualitas rata-rata lama sekolah yang harus di tekuni adalah 15 tahun. Untuk lebih jelasnya besaran nilai Ipm dan komponen-komponenya dapat di lihat pada tabel berikut ini; Tabel 2.19 Besarnya Nilai IPM dan Komponen – komponenya Selama Tahun 2003, 2006, 2007 Shortfall reduction No Indeks 2003 2006 2007 06-07 03-07 1 Indeks Pembangunan Manusia 67,07 65,93 66,08 0,44 -1,32 2 Indeks Angka Harapan Hidup 74,65 71,83 71,66 -0,62 -1,85 3 Indeks Pendidikan 69,51 71,04 71,77 2,52 1,65 4 Indeks Komsumsi Rill 57,06 54,92 54,81 -0,23 -1,51 Sumber : Bappeda Kabupaten Madiun 2008
Bila di lihat dari segi status pembangunan manusia seperti yang telah di kelompokkan oleh UNDP, berarti dalam kurun waktu 2003-2007 status pembangunan manusia di Kabupaten Madiun telah mengalami pergeseran status dari statur menengah bawah menjadi status menengah atas. Kemampuan dasar manusia yang di miliki akan menjamin jika mendukung dalam proses perluasan peluang dalam hidupnya. Kemampuan dasar ini tercermin pada komponen pembentuk Indeks embangunan Manusia (IPM), yaitu angka harapan hidup, pendidikan dan kemampuan daya beli.
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-28
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
2.2.5 Ketenagakerjaan Jumlah angkatan kerja tahun 2007 sebesar 323.489 orang dengan rata – rata peningkatan angkatan kerja tiap tahun 0,41 % atau lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan penduduk. Jumlah angkatan kerja yang terserap untuk bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri, setiap tahun mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan, bahwa minat untuk bekerja ke luar negeri cukup tinggi. Tabel 2.20 Jumlah Tenaga Kerja Tahun 2004-2007 Tahun No Uraian 2004 2005 2006 1 Angkatan Kerja 319.513 322.297 325.105 2 Angkatan Kerja Tertampung 278.285 279.349 281.036 3 Pencari Kerja (Penganggur) 41.228 42.948 44.069 4 Penduduk Usia Kerja 495.301 501.611 507.921 5 Lowongan Kerja 2.354 1.310 1.334 6 Pencari Kerja terdaftar 9.657 1.720 3.337 7 TKI dan TKW 1.357 1.534 1.592 Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2007
2007 323.489 284.778 44.511 514.234 3.696 16.954 1.954
Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Madiun Tahun 2004-2007
a) Angkatan Kerja Jumlah angkatan kerja usia 15 tahun terbesar di Kabupaten Madiun dalam kurun waktu empat tahun terakhir terjadi pada tahun 2007 dengan jumlah 345.231 orang angka di berbanding jauh dengan jumlah pada tahun 2004 dimana jumlah angkatan kerja sebesar 324.051 orang, sedangkan penduduk usia 15 tahun keatas yang mencari kerja pada tahun 2007 sebesar 22.429 orang serta tingkat partisipasi angkatan kerja pada tahun 2007 POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-29
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
sebesar 60,68% dengan tingkat pengangguran pada tahun yang sama sebesar 9,65%, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.21 Angkatan Kerja, Tingkat pengangguran, TPAK dan TPT Tahun No Uraian 2004 2005 2006 1 Angkatan Kerja Usia 15 Tahun 324.051 326.824 331.297 Keatas 2 Penduduk Usia 15 Tahun keatas 27.669 34.023 27.683 yang Mencari Pekerjaan 3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 63.45% 64,28% 64.65% (TPAK) (%) 4 Tingkat Pengangguran Terbuka 8.54% 10.41% 8.36% (TPT) (%) Sumber : Madiun Dalam Angka Tahun 2007
2007 345.231 22.429 65,68% 9.65%
b) Pencari Kerja Jumlah pencari kerja tahun 2008 sebesar 7.043 orang dengan pencari kerja terbesar adalah yang berpendidikan SMA sebesar 4271 Jiwa. Dan terbesar kedua adalah masyarakat yang berpendidikan SLTP sebesar 1311 Jiwa Sedangkan Jumlah pencari kerja yang berpendidikan akademi adalah jumlah
terkecil, setiap tahun masyarakat yang
mencari pekerjaan mengalami peningkatan, untuk mengetahui jumlah pencari kerja berdasarkan jenis pendidikan dan jenis kelamin, dapat di lihat di bawah ini :
Tabel 2.22 Jumlah Pencari Kerja Kabupaten Madiun Berdasarkan Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2008 Jenis Kelamin No Pendidikan Jumlah Laki-laki Perempuan 1 Tidak Sekolah 2 Belum Tamat SD 3 Tamat SD 167 493 660 4 SLTP+ Kejuruan 388 923 1311 5 SLTA + Kejuruan 2213 2058 4271 6 Akademi 103 238 341 7 Sarjana Penuh 193 267 460 Jumlah 3064 3979 7043 Sumber : BPS Kabupaten Madiun Dalam Angka 2008
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-30
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
Jumlah Pencari Kerja di Kabupaten Madiun Berdasarkan Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2008
c)
Kebutuhan Hidup Minimum Kebutuhan minimum adalah kebutuhan bulanan terendah yang terdiri dari
kebutuhan pokok termasuk kebutuhan tetap. Kebutuhan ekonomi telah berdampak luas pada daya beli masyarakat. Walaupun secara kuantitas pendapatan masyarakat meningkat tetapi nilai dari pendapatan tidak seberapa jika di banding dengan nilai tukar terhadap barang yang akan di komsumsi. Jika mengacu pada data yang ada terlihat bahwa pencapaian terhadap kebutuhan hidup minimum selama lima tahun terakhir sangat merosot tajam yaitu dari 57.06 menjadi 54,81. Penurunan ini menandakan adanya penurunan kemampuan daya beli masyarakat.
d) Transmigran Kepadatan penduduk cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk paling tinggi adalah Kecamatan Jiwan. Sedangkan yang tingkat kepadatan penduduknya paling rendah adalah Kecamatan Kare. Di sisi lain jumlah pemberangkatan transmigrasi di kecamatan main pada tahun 2008 sebesar 179 jiwa. Untuk kecamatan terbanyak yang memberangkatkan masyarakatnya untuk mengikuti program transmigrasi berada di Kecamatan Kare yakni 69 Jiwa, kemudian disusul oleh Kecamatan Gemarang dengan jumlah 49 Jiwa. Jumlah penduduk yang banyak tentu saja akan berimbas pada tingginya kebutuhan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan dapat mencukupi kebutuhan diri serta keluarga. Data-data dari Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja serta Badan Pusat Statistik,
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-31
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
yang mencerminkan dinamika pencari kerja, untuk mengetahui jumlah realisasi pemberangkatan transmigrasi menurut kecamatan dapat d lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.23 Realisasi Pemberangkatan Transmigrasi Menurut Kecamatan dan Jenisnya Tahun 2008 Jenis Transmigrasi Transmigrasi Transmigrasi Transmigrasi No Kecamatan Umum PIR HTI/Desplot KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa 1 Kebonsari 2 Geger 3 Dolopo 4 Dagangan 5 Wungu 9 29 6 Kare 17 67 7 Gemarang 2 7 8 Saradan 9 Pilangkenceng 10 Mejayan 11 Wonoasri 12 Balerejo 13 Madiun 2 7 14 Sawahan 5 16 15 Jiwan 35 126 Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Madiun Dalam Angka 2008
2.3. PROFIL EKONOMI Percepatan ekonomi merupakan salah satu hal yang penting dalam menilai makro ekonomi suatu daerah. Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi alat yang biasa digunakan adalah PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga konstan dapat menunjukkan pertumbuhan riil aktifitas perekonomian tanpa mempertimbangkan perubahan harga-harga. 2.3.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan
ekonomi
Kabupaten
Madiun
Tahun
2007
sebesar
4,07%.
Pertumbuhan yang paling besar adalah sektor industri pengolahan, yaitu sebesar 8,66%. Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan negatif sebesar 1,41%. Sebagai sektor yang paling besar kontribusinya terhadap PDRB, sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 2,54%. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Madiun Tahun POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-32
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
2004-2006 berturut-turut adalah 3,44%, 4,62%, dan 4,60%. Secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Madiun dipengaruhi juga oleh kondisi makro ekonomi nasional, seperti adanya kebijakan kenaikan harga BBM dan fluktuasi nilai tukar rupiah.
2.3.2 Inflasi Tingkat inflasi memberikan gambaran yang penting terhadap perekonomian daerah. Inflasi bisa diukur dari sisi produsen maupun dari sisi konsumen. Inflasi dari sisi produsen diukur menurut indeks implisit PDRB. Sedangkan inflasi dari sisi konsumen diukur menurut Indeks Harga Konsumen (IHK). Tingkat inflasi Kabupaten Madiun seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 2.24 Inflasi Menurut Indeks Implisit PDRB dan Menurut Indeks Harga Konsumen Kabupaten Madiun Tahun 2003-2007 (%) No Jenis Inflasi 2003 2004 2005 2006 2007 1 Inflasi Menurut Indeks Implisit 7,85 7,88 11,61 8,56 8,90 PDRB 2 Inflasi Menurut Indeks Harga 9,15 5,58 15,15 7,70 Konsumen (IHK) Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Madiun
Inflasi menurut indeks implisit PDRB di Kabupaten Madiun pada tahun 2007 adalah sebesar 8,90%. Pada tahun 2005 kedua jenis inflasi tersebut cukup tinggi, hal ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro nasional terutama dengan adanya kenaikan BBM yang cukup tinggi.
2.3.3 Investasi Investasi adalah komponen yang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu banyak pemerintah daerah berusaha untuk menggaet investasi yang sebanyakbanyaknya dengan tetap mempertimbangkan pengembangan sarana dan prasarana. Dengan banyaknya investasi yang masuk beserta realisasanya, maka akan memperbesar kegiatan ekonomi di sektor riil yang pada gilirannya akan menumbuhkan peluang-peluang kerja baru dan peningkatan pendapatan dari balas jasa faktor produksi. Tingkat investasi sub sektor industri formal di Kabupaten Madiun Tahun 2004-2007 seperti terlihat pada tabel berikut ini: POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-33
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
Tabel 2.25 Nilai Investasi, Produksi, Nilai Tambah, Bahan Baku Menurut Sub Sektor Industri Formal Tahun 2007 (.000 Rp) Nilai No Jenis Industri Investasi Produksi Tambah 1 Industri Kimia 10,324,657 22,369,316 7,742,362 2 Industri Agro 13,646,176 39,171,328 14,161,538 3 Industri Pulp dan Kertas 358,100 837,450 278,150 4 Industri Hasil Hutan 17,121,659 61,166,000 18,779,375 5 Industri Logam Mesin 866,404 4,357,055 1,625,805 Elektronika dan Aneka Jumlah 42,316,996 127,901,149 42,587,230 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Madiun
Bahan Baku 14,626,865 25,008,490 559,300 42,386,625 2,731,250 85,312,530
Investasi selain dilakukan di sub sektor industri formal juga dilakukan di sub sektor industri non formal dengan perincian sebagai berikut: Tabel 2.26 Nilai Investasi, Produksi, Nilai Tambah, Bahan Baku Menurut Sub Sektor Industri Non Formal Tahun 2007 (.000 Rp) Nilai Bahan No Jenis Industri Investasi Produksi Tambah Baku 1 Industri Kimia 2,392,000 12,732,604 6,036,519 6,696,085 2 Industri Agro 3,061,750 16,208,340 8,579,872 7,628,668 3 Industri Hasil Hutan 761,000 7,275,050 3,117,390 4,157,660 6,214,750 36,215,994 17,733,781 18,482,413 Jumlah Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Madiun
2.3.4 APBD Pendapatan daerah berpengaruh langsung terhadap kemampuan anggaran pembangunan, yang pada gilirannya juga akan berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi daerah. APBD Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2010 dari sisi pendapatan adalah sebagai berikut:
No 1 1.1. 1.2. 1.3. 1.4.
Tabel 2. 27 APBD Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2010 Anggaran Jenis Penerimaan (Sebelum Perubahan) Pendapatan Asli Daerah 35.957.604.000 Pajak Daerah 7.346.260.000 Retribusi Daerah 7.253.024.000 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang 1.460.000.000 Dipisahkan Lain-lain PAD Yang Sah 19.898.320.000
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-34
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
2
Dana Perimbangan 2.1. Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 2.2. Dana Alokasi Umum 2.3. Dana Alokasi Khusus 3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 3.1. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah 3.2. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 3.3. Bantuan Keu. dari Prov. atau Pemda Lainnya Jumlah Pendapatan Sumber : Kantor Pengelola Keuangan Pemerintah Kabupaten Madiun
568.519.316.000 47.504.921.000 476.031.395.000 44.983.000.000 78.555.200.000 25.836.000.000 25.000.000.000 27.719.200.000 683.032.120.000
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sisi pendapatan Kabupaten Madiun masih didominasi
oleh
dana perimbangan, yaitu sebesar Rp. 568.519.316.000,00
dengan porsi terbesar Dana Alokasi Umum sebesar Rp. 476.031.395.000,00.
2.3.5 PDRB Sebagai salah satu kabupaten penyangga pertanian di Jawa timur dengan kontribusi PDRB sebesar 32,89 persen terhadap Kabupaten Madiun atau mempunyai peranan sebesar 2,25 persen terhadap PDRB Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Jawa Timur, Kabupaten Madiun merupakan salah satu tulang punggung pertanian tanaman bahan makanan di Jawa Timur. Sektor pertanian di Kabupaten Madiun memegang peranan penting dalam menciptakan besarnya nilai PDRB. Sementara tingkat produktifitasnya sangat tergantung pada daya dukung sumber daya alam. Padahal daya dukung sumber daya alam sangat terbatas dan kemampuannya semakin menurun. Oleh karena itu peningkatan perekonomian rakyat yang berbasisi agro dan menguatkan system ketahanan pangan, Agropolitan dan Agrobisnis merupakan kebijakan pemerintah
guna meningkatkan investasi dan
permodalan agrobisnis di wilayah kabupaten Madiun.
Tabel 2.28 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Madiun Tahun 2004 – 2007 (000.000 Rp.) No Sektor/Sub Sektor 2004 2005 2006 2007 Atas Dasar Harga Berlaku 1. Pertanian 1.050.094,19 1.176.646,70 1.289.422,35 1.411.064,32 2. Pertambangan & 76.948,32 92.691,77 97.194,86 101.649,37 Penggalian 3. Industri Pengolahan 103.190,63 130.649,23 153.198,91 175.738,48 4. Listrik, Gas, & Air Bersih 24.776,04 29.445,68 33.240,30 35.327,97 5. Bangunan 251.716,51 305.873,97 376.314,59 426.106,08 POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-35
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
No Sektor/Sub Sektor 2004 2005 2006 2007 6. Perdagangan, Hotel, & 702.020,02 861.389,89 998.142,84 1.147.974,51 Restoran 7. Angkutan & Komunikasi 84.605,59 102.293,86 121.584,46 136.375,25 8. Keuangan, Persewa. & Js. 125.869,58 148.543,43 163.094,37 182.745,30 Perus. 9. Jasa-jasa 472.193,11 528.717,80 601.462,22 673.742,86 PDRB KAB. MADIUN 2.891.413,99 3.376.252,32 3.833.654,90 4.290.724,14 ADHB ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1. Pertanian 740.832,88 759.586,42 780.618,80 803.660,17 2. Pertambangan & 52.644,15 54.563,21 53.352,57 53.923,04 Penggalian 3. Industri Pengolahan 74.844,92 84.749,72 93.128,48 101.196,31 4. Listrik, Gas, & Air Bersih 16.575,07 17.140,59 18.064,06 18.871,36 5. Bangunan 163.067,74 170.039,07 181.822,86 189.975,06 6. Perdagangan, Hotel, & 490.033,52 524.325,23 552.969,39 591.626,49 Restoran 7. Angkutan & Komunikasi 54.618,30 57.615,69 62.192,80 67.603,97 8. Keuangan, Persewa. & 89.682,43 96.311,81 100.416,42 106.021,03 Js.Perus 9. Jasa-jasa 339.787,08 351.271,81 370.306,11 391.160,72 PDRB KAB. MADIUN 2.022.086,08 2.115.603,56 2.212.871,48 2.310.047,15 ADHK Sumber: BPS Kabupaten Madiun Pergerakan ekonomi tampak dari penigkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Madiun. Tercatat sejak tahun 2004 PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB)1 mencapai masing-masing Rp. 2.891.413,99 juta (2004); Rp Rp. 3.376.252,32 juta (2005); Rp. 3.833.654,90 juta (2006); dan Rp. 4.290.724,14 juta (2007). Demikian pula jika ditinjau atas dasar harga konstan tahun 2000 (ADHK) 2, PDRB Kabupaten Madiun meningkat masing-masing Rp. 2.022.086,08 juta (2004). Rp. 2.115.603,56 juta (2005); Rp. 2.212.871,48 juta (2006); dan Rp. 2.302.864,15 juta (2007). Sektor Pertanian, dan Sektor Perdagangan, Hotel, Restoran (PHR) memberikan sumbangan terbesar pada PDRB Kabupaten Madiun tahun 2007 masing-masing sebesar Rp. 1.411.064,32 juta dan Rp.1.147.974,51 juta atau mempunyai peranan sebesar 32,89 persen dan 26,75 persen. Dominasi kedua sektor ini begitu menonjol seakan memantapkan bahwa Kabupaten Madiun sebagai Kabupaten Penyangga Pertanian.
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-36
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
PDRB sektor pertanian sejak tahun 2004 hingga 2007 peranannya semakin menurun. Ini menunjukkan bahwa Sektor lain diluar pertanian mempunyai peranan yang makin meningkat khususnya sektor perdagangan, sektor bangunan dan sektor industri pengolahan. Selain itu pada tahun 2007 juga ada penurunan jumlah luas lahan pertanian. Apabila dilihat dari sisi penawaran agregat harus didorong adanya pengembangan teknologi pembenihan, sehingga pada sektor pertanian khususnya tanaman padi dapat ditingkatkan produktivitasnya dan dapat kita lihat tahun 2007 masih ada pertumbuhan sebesar 2,18 persen. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004-2007
Lahan untuk pertanian di Kabupaten Madiun cukup luas, sedangkan infrastruktur pendukung pertanian seperti jembatan, system pengairan, dan sarana produksi perlu diperbaiki. Tabel 2.29 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Madiun Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2004 – 2007 (%) N Sektor/Sub Sektor 2004 2005 2006 2007 o 1. PERTANIAN 109,80 112,05 109,58 108,89 a. Tanaman Bahan Makanan 108,74 111,32 109,63 108,03 b. Tanaman Perkebunan 111,69 107,02 122,29 114,35 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 108,63 114,75 108,70 107,30 d. Kehutanan 117,14 117,40 102,17 112,41 e. Perikanan 126,17 125,17 113,02 111,52 POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-37
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
N o 2.
3.
4.
5. 6.
7.
8.
Sektor/Sub Sektor
2004
2005
2006
2007
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN A. Industri Tanpa Migas 1. Makanan, Minuman &Tembakau 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 4. Kertas dan Barang Cetakan 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 7. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 8. Barang lainnya LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih BANGUNAN PERDAG., HOTEL & RESTORAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan
113,00 0,00 0,00 113,00 117,03 117,03 117,41 118,06 119,57 113,75 114,30 110,71 111,61 115,37 109,71 109,64 112,38 115,17 113,16 112,99 115,92 115,86 112,93 115,65 105,12 115,95 0,00 0,00 0,00 113,00
120,46 0,00 0,00 120,46 126,61 126,61 134,50 112,01 124,80 113,46 114,21 111,77 112,80 118,77 118,85 118,99 113,20 121,52 122,70 122,69 117,03 123,06 120,91 126,53 115,95 127,24 0,00 0,00 0,00 117,97
104,86 0,00 0,00 104,86 117,26 117,26 124,28 111,05 112,05 109,03 109,40 107,08 108,05 115,08 112,89 113,05 106,28 123,03 115,88 116,22 110,28 110,62 118,86 123,69 109,80 124,67 0,00 0,00 0,00 110,71
104,58 0,00 0,00 104,58 114,41 114,41 119,27 109,95 110,75 108,28 108,60 106,61 107,45 109,40 106,28 106,22 109,09 113,23 113,92 114,19 109,32 109,60 110,98 111,84 105,27 112,02 0,00 0,00 0,00 109,68
b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan
108,86 108,80 109,22 113,98
111,95 111,96 111,87 118,01
110,16 110,27 109,47 109,80
109,22 109,32 108,65 108,92
115,16 121,05 0,00 112,35 114,52
114,29 128,64 0,00 115,96 117,66
110,16 111,93 0,00 109,22 109,92
109,22 110,66 0,00 108,44 109,03
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-38
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
9.
JASA-JASA a. Pemerintahan Umum 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumahtangga PDRB DENGAN MIGAS PDRB TANPA MIGAS Sumber: BPS Kabupaten Madiun 2007
109,44 108,80 0,00 0,00 112,28 114,13 116,25 111,59 111,59 111,59
111,97 110,84 0,00 0,00 116,77 110,10 116,85 119,01 116,77 116,77
113,76 114,70 114,70 0,00 109,96 109,35 103,67 110,28 113,55 113,55
109,86 110,02 110,02 0,00 109,15 108,55 109,33 109,32 110,93 110,93
Kondisi geografis Kabupaten Madiun yang menjadi tempat transit serta berkembangnya perdagangan di Kota Madiun, menyebabkan Sektor PHR mendapatkan ruang dimensi yang cukup untuk berkembang. Apalagi sektor ini tidak membutuhkan lahan yang luas sebagaimana sektor pertanian. Di sisi lain, Sektor Listrik, Gas dan Air memberikan sumbangan terkecil dalam pembentukan PDRB Kabupaten Madiun yaitu sebesar Rp.35.327,97 juta atau sebesar 0,83 persen. Tabel 2.30 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Madiun Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004 – 2007 (000.000 Rp.) No Sektor/Sub Sektor 2004 2005 2006 1. PERTANIAN 102,34 102,53 102,77 a. Tanaman Bahan Makanan 101,84 102,38 102,41 b. T anaman Perkebunan 102,62 98,22 112,62 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 100,43 102,16 102,12 d. Kehutanan 107,90 106,87 99,49 e. Perikanan 114,81 109,76 107,78 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 103,77 103,65 97,78 a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 c. Penggalian 103,77 103,65 97,78 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 108,78 113,23 109,89 A. Industri Tanpa Migas 108,78 113,23 109,89 1. Makanan, Minuman &Tembakau 108,91 119,35 114,33 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 111,25 101,85 107,20 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 111,43 112,67 107,63 4. Kertas dan Barang Cetakan 105,46 103,75 103,83 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 105,07 104,64 103,62 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 103,16 100,14 101,49 POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
2007 102,54 102,18 105,69 100,82 104,52 107,22 98,59 0,00 0,00 98,59 108,66 108,66 112,08 106,71 107,09 103,69 103,49 101,46
II-39
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
7. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 8. Barang lainnya 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA a. Pemerintahan Umum 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 2. Jasa Pemerintah lainnya b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumahtangga PDRB DENGAN MIGAS PDRB TANPA MIGAS Sumber: BPS Kabupaten Madiun
104,27 108,14 103,27 103,32 101,93 103,95 104,58 104,39 105,11 107,58 104,86 108,92 99,70 109,39 0,00 0,00 0,00 104,01 98,74 98,50 100,09 104,99
102,32 108,08 103,41 103,47 101,98 104,28 107,00 106,92 104,13 108,32 105,49 108,67 101,24 109,11 0,00 0,00 0,00 103,60 100,19 100,02 101,14 107,39
102,76 108,53 105,39 105,45 103,63 106,93 105,46 105,50 104,31 104,88 107,94 109,98 100,44 110,45 0,00 0,00 0,00 104,44 104,26 104,19 104,65 104,26
102,68 105,62 104,47 104,51 103,29 104,48 106,36 106,47 104,13 104,66 106,50 107,77 100,44 108,06 0,00 0,00 0,00 104,26 104,08 104,34 102,66 104,09
104,01 111,01 0,00 103,78 105,27 102,23 101,50 0,00 0,00 105,40 107,02 107,76 104,80 103,44 103,44
101,85 116,26 0,00 105,85 107,36 103,38 102,51 0,00 0,00 106,99 101,95 103,08 108,85 104,62 104,62
102,61 107,32 0,00 103,55 105,13 105,42 105,48 105,48 0,00 105,17 104,90 100,33 105,36 104,60 104,60
102,54 106,82 0,00 103,43 104,88 104,79 104,75 104,75 0,00 104,98 104,67 105,18 105,08 104,39 104,39
Perkembangan perdagangan yang cukup pesat, merupakan dampak positif dari perkembangan Sektor Konstruksi seperti dibangunnya waduk kedungbrubus maupun penyelesaian pembangunan gedung olah raga (GOR). Sektor ini mencapai Rp. 426.106,08 juta. Dari pergerakan ekonomi di seluruh sektor ekonomi, pada tahun 2007 ekonomi POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-40
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
Kabupaten Madiun mampu tumbuh sebesar 5,02 persen, lebih cepat dibanding dengan tahun sebelumnya yang mencapai 4,60 persen. Di lihat dari sisi pertumbuhan sektoral, Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan tercepat sebesar 8,70 persen, Ini menunjukkan bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi bergerak dengan lebih cepat mengingat telah banyaknya operator seluler serta adanya perang tarif membuat sector ini menjadi efisien.
2.4. PROFIL SOSIAL BUDAYA Fasilitas merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perencanaan tata ruang. Fasilitas merupakan alat pelayanan atau wadah bagi kegiatan masyarakat sebagai obyek perencanaan. 2.4.1. Fasilitas Pendidikan Berdasarkan data eksisting, dapat diketahui bahwa jumlah fasilitas pendidikan terbanyak di Kabupaten Madiun adalah SD yaitu 464 unit dan tersebar secara merata di seluruh wilayah Kabupaten Madiun, fasilitas pendidikan TK sebesar 386 unit, SLTP sebesar 40 unit dan SMU sebesar 13 unit, sedangkan untuk fasilitas Perguruan Tinggi di Kabupaten Madiun tidak ada. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 2.31 Tabel 2.31. Jumlah Fasilitas Pendidikan Kabupaten Madiun Tahun 2008 Fasilitas Pendidikan No. Kecamatan TK SD SLTP SMU/SMK 1. Kebonsari 39 28 2 2. Geger 39 41 3 2 3. Dolopo 34 30 3 1 4. Dagangan 28 34 3 2 5. Wungu 28 34 2 1 6. Kare 19 30 2 7. Gemarang 17 28 2 8. Saradan 30 48 5 1 9. Pilangkenceng 23 37 2 1 10. Mejayan 23 30 6 3 11. Wonoasri 16 19 1 12. Balerejo 23 32 2 13. Madiun 23 27 2 1 14. Sawahan 17 18 3 15. Jiwan 27 28 2 1 Jumlah 386 464 40 13 Sumber data : Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun 2008 POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-41
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
2.4.2. Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kabupaten Madiun terdiri Rumah Sakit, Poliklinik, Puskesmas, Puskesmas pembantu,Dokter praktek, Rumah Sakit Bersalin, Klinik KB, Posyandu, Balai Pengobatan, Apotik, Toko Obat dan Pos Pelayanan Obat dengan distribusi yang cukup merata di Kabupaten Madiun. Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Madiun sebanyak 1.159 unit dengan komposisi terbanyak adalah fasilitas kesehatan yang berupa posyandu. Untuk rumah sakit di Kabupaten Madiun berjumlah 3 unit yang terdapat di Kecamatan Dolopo, Kecamatan Wungu dan Kecamatan Mejayan. Lebih jelasnya mengenai jumlah fasilitas kesehatan dapat dilihat pada tabel 2.32. Tabel 2.32. Jumlah Fasilitas Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun 2008 No Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah 1 Puskesmas dengan ruang perawatan 5 Unit 2 Puskesmas dengan jumlah tempat 98 Unit tidur 3 Puskesmas 25 Unit 4 Puskesmas pembantu 58 unit 5 Puskesmas Keliling 32 unit 6 Posyandu 856 unit 7 Apotik 20 Unit 8 Toko Obat 4 Unit 9 Kelompok Dana sehat 20 unit 10 Instansi Kesehatan swasta /ABRI Rumah sakit daerah 1 Unit Balai Pengobatan 11 Unit BKIA Rumah sakit bersalin 4 Unit 11 Rumah sakit Khusus Rumah sakit Paru-Paru 1 Unit Lainnya Sumber : BPS Kabupaten Madiun Dalam Angka 2008 2.4.3. Fasilitas Agama Fasilitas peribadatan yang ada di Kabupaten Madiun terdiri dari masjid, langgar, gereja, pura dan wihara dengan distribusi yang merata pada masing-masing kecamatan. Jumlah terbesar yaitu langgar sebesar 1.075 unit, masjid sebesar 891 unit dan langgar sebesar 1.196 unit mengingat mayoritas penduduk Kabupaten Madiun adalah beragama Islam. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 2.33
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-42
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
Tabel 2.33 Jumlah Tempat Ibadah Menurut Kepercayaan Tahun 2008 Gereja Gereja No Kecamatan Masjid Langgar Musholla Pura Kristen Katholik 1 Kebonsari 90 262 10 2 Geger 75 273 12 3 Dolopo 84 183 12 4 4 Dagangan 112 220 13 5 Wungu 58 149 36 4 6 Kare 50 98 1 5 7 Gemarang 64 68 5 3 8 Saradan 70 122 59 4 2 9 Pilangkenceng 50 176 10 9 10 Mejayan 48 96 15 11 1 11 Wonosari 38 144 17 1 12 Balerejo 32 92 5 4 13 Madiun 56 102 7 7 14 Sawahan 32 105 4 2 15 Jiwaan 46 288 20 4 Jumlah 905 2.378 266 58 3 Sumber: BPS Kabupaten Madiun dalam Angka 2008
Vihara -
2.4.4. Karakteristik Budaya Karakteristik sosial budaya masyarakat di Kabupaten Madiun tidak terlepas dari sejarah serta etnik dan budaya masyarakatnya. Kabupaten Madiun di tinjau dari pemerintahan yang sah, berdiri pada tanggal paro terang, bulan muhharam, tahun 1568 Masehi tepatnya jatuh pada hari Kamis Kliwon tanggal 18 Juli 1568/Jumat Legi tanggal 15 Suro 1487 Be – Jawa Islam. Berawal pada masa kesultanan Demak yang di tandai dengan perkawinan putra mahkota Demak Pangeran Surya Patiunus dengan Raden Ayu Retno Lembah Putri dan Pangeran Adipati Gugur yang berkuasa di Ngurawan Dolopo. Pusat pemerintahan di pindahkan dari Ngurawan ke desa Sogaten dengan nama baru Purabaya (sekarang Madiun). Pangeran Surya Patiunus menduduki kesultanan hingga tahun 1521 dan di teruskan oleh Kyai Rekso Gati. (Sogaten adalah Rekso Gati). Pangeran Timoer di lantik menjadi Supati di Purabaya tanggal 18 juli 1568 berpusat di desa Sogaten. Sejak saat itu secara yuridis formal Kabupaten Purabaya menjadi suatu wilayah pemerintah di bawah seorang Bupati dan berakhirlah pemerintah
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-43
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
pengawasan di Purabaya yang di pegang oleh Kyai Rekso Gati atas nama Demak dari tahun 1518-1568. Perkembangan penduduk sangat berpengaruh bagi perkembangan suatu wilayah. Hal ini disebabkan karena aktifitas penduduk itu sendiri yang cukup dinamis, dapat menyebabkan perkembangan kebutuhan lainnya, baik secara fisik maupun secara sosial. Selain itu dalam rencana tata ruang sumber daya manusia merupakan obyek sekaligus subyek dalam pembangunan. Pada tahun 1575 pusat pemerintahan di pindahkan dari Desa Sogaten ke desa Wonorejo atau Kuncen, Kota Madiun sampai tahun 1590. Pada tahun 1686, kekuasaan pemerintah Kabupaten Purabaya di serahkan oleh bupati Pangeran Timoer (Panembahan Rama) kepada putrinya Raden Ayu Retno Djumillah. Bupati inilah selaku senopati manggalining perang yang memimpin prajurit-prajurit mancanegara timur. Pada tahun 1586 dan 1587 Mataram melakukan penyerangan ke Purbaya dengan Mataram menderita kekalahan berat. Pada tahun 1590, dengan berpura-pura menyatakan takluk, Mataram menyerang pusat istana Kabupaten Purbaya yang hanya di pertahankan oleh Raden Ayu Retno Djumilah dengan sejumlah kesil pengawalnya. Perang tanding terjadi antara Sutawidjaja dengan Raden Ayu retno Djumilah dilakukan di sekitar sendang di dekat istana Kabupaten Wonorejo (Madiun). Pusaka tundung Madiun berhasil di rebut oleh Sutawidjaja dan melalui bujuk rayunya, Raden Ayu Retno Djumilah di persunting oleh Sutawidjaja dan di boyong ke istana Mataram di Pleret (Jogyakarta) sebagai peringatan penguasaan Mataram atas Purbaya tersebut maka pada hari Jum’at Legi tanggal 16 November 1590 Masehi nama “Purbaya” di ganti menjadi “Madiun”. Adapun kebudayaan Kabupaten Madiun banyak di pengaruhi oleh budaya Mataraman dan Islam. Sikap hidup sehari-hari sangat sederhana suka bekerja keras, kenyal terhadap pengaruh kehidupan dan budaya asing. Adapun seni dan budaya yang ada meliputi Dungkrek, Thuk Thuk Brug, OrekOrek, Kethoprak, Jedor, Campursari, dan wayang Kulit.
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-44
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
2.5. KONDISI PRASARANA BIDANG PU DAN CIPTA KARYA Pada sub bab kondisi prasarana budang pekerjaan umum dan cipta karya tersebut berisikan tentang materi pengembangan permukiman, penaan bangunan dan lingkungan, penyehatan ingkungan dan permukiman, revitalisasi kawasan, pengembangan kawasan agropolitan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada sub bab berikut ini. 2.5.1. Pengembangan Permukiman (Bangkim) Perumahan penduduk di Kabupaten Madiun pada umumnya berdinding tembok (permanen), namun ada pula yang berdinding kayu atau bambu. Sebagai gambaran kondisi rumah sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.34 Jumlah dan Kondisi Unit Rumah di Kabupaten Madiun Tahun 2008 Jumlah Rumah Tembok Kayu Bambu No. Kecamatan (Unit) (unit) (unit) (unit) 1 Kebonsari 14.564 14.417 116 31 2 Geger 16.540 16.514 11 15 3 Dolopo 13.880 13.874 0 6 4 Dagangan 12.134 11.898 76 160 5 Wungu 13.868 11.570 1.514 784 6 Kare 9.657 3.502 5.795 360 7 Gemarang 9.474 3.905 4.246 1.323 8 Saradan 20.327 7.759 11.148 1.420 9 Pilangkenceng 14.056 3.215 6.098 4.743 10 Mejayan 9.280 7.354 1.373 553 11 Wonoasri 8.603 7.638 462 503 12 Balerejo 12.114 6.413 2.792 2.909 13 Madiun 10.184 9.061 662 461 14 Sawahan 6.896 6.851 34 11 15 Jiwan 12.591 12.159 254 178 JUMLAH 184.168 136.130 34.581 13.457 Sumber : Dinas PU Kabupaten Madiun Untuk mengurangi jumlah rumah-rumah yang kurang layak huni, program perbaikan perumahan akan terus dilaksanakan secara bertahap utamanya ditujukan pada kondis perumahan yang berdinding kayu atau bambu. Kabupaten Madiun merupakan wilayah dengan populasi penduduk di wilayah kota sebesar 134.216 jiwa pada tahun 2005, dan kebutuhan rumah di wilayah kota sebesar 34.200 unit namun terjadi bocklog 380 unit.apabila diproyeksikan hingga tahun 2015 kebutuhan rumah mencapai 36.099 unit dengan bucklog sebesar 2279 unit dengan klasifikasi penyediaan rumah sederhana sehat 569 unit dengan biaya sebesar POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-45
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
Rp. 20.484.000.000; dan bantuan rumah sederhana 1.710 unit dengan biaya sebesar Rp. 8.551.537.616;. Sedangkan perkembangan penduduk di wilayah perdesaan di Kabupaten Madiun dari tahun 2005 mencapai 525.445 jiwa sedangkan proyeksi hingga tahun 2015 mencapai 556.840 jiwa, maka kebutuhan rumah tangga hingga tahun 2015 seharusnya 136.991 unit dengan bucklog 9268 unit. Maka bila diklasifikasikan menjadi rumah sehat sederhana diperlukan biaya sebesar Rp. 83.412.000.000; sedangkan bantuan rumah swadaya diperlukan biaya sebesar Rp. 34.756.726.896;
2.5.2. Penataan Bangunan Lingkungan (PBL) Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang. Terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan dan lingkungannya. Kabupaten Madiun mempunyai luas total wilayah 101.086.00 Ha. Dari luas wilayah tersebut masih terdapat kawasan-kawasan yang termaksud dalam kawasan kumuh. Menyadari hal tersebut maka dalam upaya mendukung kegiatan atau program penataan bangunan dan lingkungan, Kabupaten Madiun telah melaksanakan kegiatan identifikasi permasalahan permukiman kumuh di Kota Caruban, pengukuran tingkat kekemuhan di perkotaan Kota Caruban dilakukan di 5 kecamatan (Kecamatan dan 14 kelurahan/desa, dengan perincian sebagai berikut : 1. Kecamatan Mejayan, permukiman kumuh terdapat di 6 kelurahan/desa yaitu : Kelurahan Krajan, Kelurahan Pandean, Kelurahan bangunsari, Desa Mejayan, Desa Ngampel Dan Desa Kaligunting. 2. Kecamatan wonoasri, permukiman kumuh terdapat di 3 kelurahan/desa, yaitu : Desa Purwosari, Desa Buduran, dan Desa Klitik. 3. Kecamatan Pilangkencang, permukiman kumuh terdapat di 2 kelurahan/desa, yaitu : Desa Wonoayu dan desa Kedungrejo. 4. Kecamatan Saradan, permukiman kumuh terdapat di 2 kelurahan/desa, yaitu : Desa Bajulan dan Desa Ngepeh. 5. Kecamatan Balerejo, permukiman kumuh terdapat di Desa Bulakrejo. Jumlah kawasan yang di kategorikan sebagai kawasan kumuh sedang di perkotaan kota Caruban terdapat pada 11 desa/kelurahan sedangkan kawasan yang di kategorikan sebagai kawasan kumuh berat terdapat di 3 desa/kelurahan, gambaran desa/kelurahan yang POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-46
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
di indikasikan sebagai kawasan kumuh perkotaan Kota Caruban dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.35 Gambaran Kawasan Kumuh Diperkotaan Kota CarubanTahun 2008 Luas Kepadatan Desa/ Luas Jumlah Jumlah Klasifikasi No Permukiman Penduduk Nilai Kelurahan Wilayah penduduk KK/RT Kekumuhan (Ha) (Jiwa/Ha) 1 Bajulan 172 2.617 688 39,80 15 3.11 K. Berat 2 Kaligunting 793 3.045 923 36,14 4 3.06 K. Berat 3 Kedungrejo 390 3.168 951 99.50 8 3.06 K. Berat 4 Wonoayu 150 1.464 586 16,75 10 2.96 K. Sedang 5 Ngepeh 107 1.698 471 35,30 16 2.96 K. Sedang 6 Bulakrejo 167 1.592 460 23,74 10 2.96 K. Sedang 7 Pandean 49 2.342 603 6,40 48 2.89 K. Sedang 8 Bangunsari 1.367 3.857 1.062 48,98 3 2.85 K. Sedang 9 Klitik 301 3.048 845 28,50 10 2.81 K. Sedang 10 Krajan 1.389 4.606 1.125 31,52 3 2.81 K. Sedang 11 Mejayan 285 4.554 1.214 42,75 16 2.81 K. Sedang 12 Ngampel 219 3.003 858 62,20 14 2.76 K. Sedang 13 Buduran 244 2.731 842 67,86 11 2.76 K. Sedang 14 Purwosari 250 4.716 1.300 54,32 19 2.72 K. Sedang Sumber : PU Bina Marga dan Cipta Karya Kab. Madiun Tahun 2008 Keterangan : Susunan nama desa pada tabel di atas sudah berdasarkan peringkat tingkat kekumuhan (Kumuh berat sampai kumuh sedang). Tabel 2.36 Tipologi Kawasan Kumuh Diperkotaan Kota Caruban Tahun 2008 Desa/ Klasifikasi No Kecamatan Nilai Tipologi Kawasan Kelurahan Kekumuhan 1 Bajulan Saradan 3.11 K. Berat Kawasan kumuh kampung kota 2 Kaligunting Mejayan 3.06 K. Berat Kawasan kumuh pinggiran kota 3 Kedungrejo Pilangkenceng 3.06 K. Berat Kawasan kumuh pinggiran kota 4 Wonoayu Pilangkenceng 2.96 K. Sedang Kawasan kumuh pinggiran kota 5 Ngepeh Saradan 2.96 K. Sedang Kawasan kumuh kampung kota 6 Bulakrejo Balerejo 2.96 K. Sedang Kawasan kumuh pinggiran kota 7 Pandean Mejayan 2.89 K. Sedang Kawasan kumuh kampung kota 8 Bangunsari Mejayan 2.85 K. Sedang Kawasan kumuh dekat pasar 9 Klitik Wonoasri 2.81 K. Sedang Kawasan kumuh pinggiran kota 10 Krajan Mejayan 2.81 K. Sedang Kawasan kumuh Dekat Stasiun KA 11 Mejayan Mejayan 2.81 K. Sedang Kawasan kumuh dekat terminal 12 Ngampel Mejayan 2.76 K. Sedang Kawasan kumuh kampung kota 13 Buduran Wonoasri 2.76 K. Sedang Kawasan kumuh kampung kota 14 Purwosari Wonoasri 2.72 K. Sedang Kawasan kumuh kampung kota Sumber : PU Bina Marga dan Cipta Karya Kab. Madiun Tahun 2008 Keterangan : Susunan nama desa pada tabel di atas sudah berdasarkan peringkat tingkat kekumuhan (Kumuh berat sampai kumuh sedang). POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-47
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
2.5.3. Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) Dalam sub bab penyehatan lingkungan permukiman (PLP) berisikan tentang penjelasan deskriptif pengembangan sistim saluran air limbah, persampahan, dan sistem saluran drainase yang sudah tersedia secara layak dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga terjadi penurunan prosentase permukiman kumuh di Kabupaten Madiun. a) Sub Sektor Air Limbah (1) Perkotaan Tingkat pelayanan sanitasi perkotaan di kabupaten Madiun diperthitungkan telah mencapai 88,02% penduduk. Hal ini berarti bahwa ssekitar 11,98% penduduk masih membuang kotorannya secara langsung ke lingkungan sekitarnya. Untuk pengembangan sesuai dengan MDG,s maka sampai dengan tahun 2015 prosentase penduduk yang terlayani adalah 94,01%. Prasarana dan sarana air limbah yang akan dikembangkan terdiri dari; IPLT, tangki, septick komunal, septick tank, dan sistem pengangkutan yakni mobil tinja. Saat ini pemerintah Kabupaten Madiun tidak memiliki sarana unit IPLT, sedangkan hingga tahn 2015 dibutuhkan kurang lebih 1 unit IPLT harus dibangun dengan kapasitas @150 m3/hr, dimana IPLT tersebut digunakan untuk pelayanan lumpur tinja hngga tahun 2015. (2) Perdesaan Tingkat pelayanan sanitasi perdesaan di Kabupaten Madiun diperhitungkan telah mencapai 60,16 penduduk. Hal ini berarti sekitar 39,84% penduduk masih membuang kotorannya secara langsung di lingkungan sekitarnya. Untuk pengembangan sesuai MDG,s maka sampai dengan tahun 2015 prosentase penduduk yang terlayani adalah 80,08%. Prasarana dan sarana air limbah yang akan dikembangkan adalah tangki septik komunal, hal ini disebabkan lahan pada perdesaan masih cukup luas untuk sanitasi serta daya dukung tanahnya masih memadai untuk mengolaah limbah secara alamiah. Pada fasilitas umum yang menggunkan tangki septik saat ini adalah 125 unit sedangkan pada tahun 2015 menjadi 248 unit, peningkatan ini adalah peningkatan akibat pertumbuhan penduduk dan massyarakat yang belum terlayani akan fasilitas air limbah, serta peningkatan wilayah perkotaan.
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-48
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
b) Sub Sektor Persampahan Untuk mendukung terwujudnya pengelolaan kebersihan dan pertamanan di Kabupaten Madiun, sarana yang sudah dibangun dan disediakan adalah 1 (satu) unit Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, yang terletak di Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan dan sudah dipersiapkan lokasi TPA Desa Banjarsari Wetan Kecamatan Dagangan. Pengelolaan sampa di TPA tersebut, menggunakan metode Control Land Fill. Tabel 2.37 Perkembangan Sarana dan Prasarana Kebersihan Kabupaten Madiun Tahun 2008 KAPASITAS NO. JENIS ALAT ANGUT JUMLAH PER UNIT RITASI (m3) 1. Gerobak Sampah 65 1 2 2. Truk Terbuka Besar 3. Truk Terbuka Kecil 1 4 3 4. Mini Truk (Kijang) 1 2 3 5. Truk Compactor Besar 6. Truk Compactor Kecil 7. Dump Truk Besar 3 6 2 8. Dump Truk Kecil 9. Arm Roll Besar 3 6 3 10. Arm Roll Kecil 11. Trailer Container 12. Motor Sampah 1 1 4 Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Madiun
Berdasarkan asal sumber pengahasil sampah, sampah-sampah yang ada di kabupaten Madiun terdiri dari Sampah yang di hasilkan oleh Kawasan Perumahan, Kawasan Industri, Kawasan Perdagngan dan Jasa, Kawasan Perkantoran, Rumah Sakit serta Pasar. Berdasarkan laporan penyusunan database dan peta tematik bidang persampahan dan drainase Jawa Timur (2006), Kabupaten Madiun mempunyai satu unit TPA yang beradadi desa Kaliabu Kecamatan Mejayan (Caruban). TPA ini Berjarak sekitar 6 km dari pusat kota dan menggunakan sistim kontrol landfill untuk pengelolaan sampahnya. Daerah pelayanan dari TPA ini meliputi kawasan permukiman (169.718.475 m2), kawasan komersial (22.629.130 m2), pasar (5.565.282 m2), kawasan wisata (5.565.285 m2), kawasan industri (11.314.565 m2), dan lain-lain (11.314.565 m2). Jika di tinjau dari timbunan sampah yang masuk, mulai dari awal tahun pembangunannya (1992), di POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-49
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
perkirakan TPA ini masih dapat di pergunakan hingga tahun 2025. Untuk mengetahui data volume sampah rata perhari pada lokasi timbunan sampah tahu 2008 dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 2.38 Jenis dan Jumlah Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Kabupaten Madiun Tahun 2008 VOLUME NO. JENIS TPS LOKASI JUMLAH (m3/unit) 1. Terbuka 2. Tertutup Kantor Bupati 1 unit 4 m3 Kantor DPRD 1 unit 4 m3 Kantor DPUD 1 unit 6 m3 Kantor Disnaker 1 unit 6 m3 RSUD Kabupaten Madiun 1 unit 4 m3 Kantor Dinas Pertanian 1 unit 6 m3 Perum. Griya Kencana 1 unit 4 m3 Perum. Mojopurno Permai 2 unit 4 m3 Perum. Griyan Segaran 1 unit 4 m3 Permai SMPN 1 Mejayan 1 unit 8 m3 SMPN 2 Mejayan 1 unit 8 m3 SMUN 1 Mejayan 1 unit 8 m3 SMUN 2 Mejayan 1 unit 8 m3 SMKN Wonoasri 1 unit 8 m3 Jl. Prambanan 1 unit 4 m3 Jl. Rajawali 1 unit 4 m3 Terminal Bus 1 unit 4 m3 Pasar Caruban Baru 2 unit 4 m3 Pasar Umum 2 unit 4 m3 Pasar Dungus 1 unit 4 m3 Pasar Sambilegi 1 unit 4 m3 Pasar Pagotan 2 unit 4 m3 3. Dengan Kantor Bupati 1 unit 4 m3 Pemisah Kantor DPRD 1 unit 4 m3 Sesuai Jenis Kantor DPUD 1 unit 6 m3 Sampah Kantor Disnaker 1 unit 6 m3 Kantor Dinas Pertanian 1 unit 6 m3 RSUD Kabupaten Madiun 1 unit 4 m3 Perum. Griya Kencana 1 unit 4 m3 SMPN 1 Mejayan 1 unit 8 m3 SMPN 2 Mejayan 1 unit 8 m3 SMUN 1 Mejayan 1 unit 8 m3 SMUN 2 Mejayan 1 unit 8 m3 SMKN Wonoasri 1 unit 8 m3 Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Madiun POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-50
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
c)
Sub Sektor Drainase Keberadaan saluran drainse hanya terdapat di jalan-jalan utama. Air hujan dan
air buangan dari rumah tangga umumnya langsung dialirkan ke tegalan atau pekarangan, dan langsung terserap oleh tanah. Dilihat dari kondisi drainasenya maka wilayah Kabupaen Madiun yang tidak pernah tergenang seluas 100.963 Ha, dan yang pernah tergenang secara periodik seluas 123 Ha. Sistim drainase di Kabupaten Madiun seluruhnya bertumpu pada kali Madiun sebagai pembuangan akhir, Kali Madiun bermuara pada Sungai Bengawan Solo itu sendiri. Jika aliran Sungai bengawan solo dalam keadaan tinggi, maka aliran sungai Madiun tidak masuk kedalam Sungai Bengawan Solo, sehingga pada saat hujan terjadi, maka akan terjadi banjir di sekitar Sungai Madiun.
d) Pengembangan Air Minum Saat ini, kebutuhan air bersih bagi rumah tangga di wilayah pedesaan pada umumnya di cukupi oleh sumur gali (sumur tradisional), sumur pompa tangan, dan pemanfaatanya sumber air dengan menggunakan jaringan perpipaan yang di kelola oleh masyarakat desa (HIPPAM). Sedangkan untuk masyarakat di wilayah perkotaan, kebutuhan air di cukupi dari sumur gali (sumur tradisional), sumur pompa tangan, dari air bersih yang di kelola oleh PDAM. Berdasarkan laporan teknis yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Madiun tahun 2007, belum seluruh kecamatan di Kabupaten Madiun yang masuk dalam wilayah PDAM. Hingga tahun 2007 wilayah pelayanan PDAM mencakup 13 kecamatan dan 63 desa, dengan cakupan pelayanan sebesar 35,99% dari total penduduk Kabupaten Madiun. Data pelayanan dan desa yang masuk dalam pelayanan PDAMdapat di lihat pada tabel berikut;
Rayon 1 2 3
Tabel 3.39 Jumlah Penduduk daerah Pelayanan PDAM Madiun Tahun 2007 Jumlah Daerah Jumlah Unit Pelayanan Penduduk Pelayanan penduduk PDAM di daerah (Kecamatan Terlayani Pelayanan Cab. caruban Mejayan 37.670 33.505 Wonoasri 12.519 1.240 Cab. Dolopo Dolopo 29.188 9.950 Cab. Geger Geger 32.195 10.515
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-51
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
4 5 6 7 8 9 10 11 12
Cab. Pilang Kenceng Pilang Kenceng Cabang saradan Saradan Cabang wungu Wungu Cabang dagangan Dagangan Cab. Gemarang Gemarang Cab. Kare Kare Cab. Jiwan Jiwan Cab. Madiun Madiun Cab. Balerejo Balerjo JUMLAH Sumber: PDAM Kabupaten Madiun 2007
8.120 19.178 30.581 16.524 25.272 12.943 19.247 8.698 13.146 265.281
2.960 9.935 16.460 7.860 8.506 5.345 2.620 1.275 1.240 111.410
Air bersih memegang peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Ujung tombak pelayanan kebutuhan air bersih masyarakat adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Jumlah air bersih yang disalurkan PDAM Kabupaten Madiun tahun 2008 adalah sebagai berikut: Tabel 2.40 Jumlah Pelanggan Air Bersih yang Disalurkan Menurut Kategori Pelanggan Tahun 2008 AIR BERSIH DISALURKAN KATEGORI JUMLAH NO. PELANGGAN PELANGGAN BANYAKNYA NILAI (m3) (000)Rp. 1. Rumah Tangga 20.425 3.743.018 6.306.511 2. Sosial a. Sosial Umum 393 198.285 203.007 b. Sosial Khusus 99 56.940 69.112 3. Toko, Industri, Perusahaan 285 64.807 161.447 4. Instansi/Kantor Pemerintah 130 72.383 172.994 5. Susut/Hilang Sumber : Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Madiun
e)
Revitalisasi Kawasan Revitalisasi kawasan dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan
yang termuat dalam produk rencana tata ruang kabupaten madiun, revitalisasi kawasan yang di laksanakan di kabupaten Madiun bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan kawasan-kawasan kritis di tinjau dari sudut lingkungan maupun sosial ekonomi. Revitalisasi kawasan yang perlu mendapat perhatian karena sifatnya yang strategis adalah kawasan ruang terbuka hijau. Kegiatan dan pelaksanaan revitalisasi kawasan di Kabupaten Madiun pelaksanaan kegiatannya di fokuskan pada Kecamatan Mejayan, hal ini POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-52
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
di sebabkan karena Kecamatan Mejayan adalah ibu kota dari Kabupaten Madiun di mana fungsinya sebagai pusat pemerintahan dan kegiatan perdagangan dan jasa. Berdasarkan laporan penyusunan ruang terbuka hijau Kecamatan Mejayan Kabupaten madiun pada tahun 2008, secara umum potensi yang terdapat pada wilayah perencanaan yang berkaitan dengan RTH yang berada di Kecamatan Mejayan adalah sebagai berikut : Semua ruas jalan memiliki proporsi ruang terbuka antara bangunan dengan jalan yang cukup, sehingga dapat dapat di jadikan sebagai lahan jalur hijau. Di daerah sepadan sungai sungai juga masih memiliki beberapa luasan lahan yang mencukupi yang dapat di rekomendasikan sebagai suatu hutan kota, kawasan, dan daerah resapan. Di daerah sepadan rel masih terdapat lahan terbuka yang mencukupi untuk di rekomendasikan sebagai jalur hijau. Di daerah pertanian maupun tegalan pinggiran pematang sawahnya/tegalannya potensi untuk di tanami pohon mahoni, pisang, pohon turi maupun lainnya sehingga dapat berfungsi sebagai peneduh dan dari sengatan matahari. Berdasarkan kondisi RTH yang ada di Kecamatan Mejayan maka dapat di tarik beberapa permasalahan pada saat ini, yaitu : Taman/RTH di pintu gerbang kota yang seharusnya berfungsi sebagai landmark tidak berfungsi karena kondisi RTHnya kurang terawat dan di biarkan terlantar. Lahan yang di fungsikan sebagai hutan kota di kabupaten madiun dalam hal ini pusat ibukota kabupaten (Kecamatan Mejayan) masih belum optimal sesuai dengan fungsinya, karena jumlah atau kepadatan tanamannya masih sangat kurang jika di katakan sebagai hutan kota.disamping itu lahan yang semestinya menjadi lahan hutan kota bercampur dengan pasar burung. Jalur hijau di Kecamatan Mejayan masih kurang seragam karena pohon yang seharusnya menjadi ciri kota adalah Pohon Tanjung sehingga masih banyak ruas jalan yang belum seragam dengan penanaman jalur hijaunya. Fungsi sebagai peneduh yang kebanyakan di fungsikan pada jalur hijau masih belum optimal karena jalur pedestrian sendiri belum ada pada beberapa ruas jalan di Kecamatan Mejayan. Sempadan sungai dan RTH di sekitar rel masih belum terpenuhi sebagai pembatas, pencegah erosi dan penyerap kebisingan. POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-53
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
Kecamatan Mejayan memiliki perbandingan antara area terbangun dengan area tidak terbangun adalah 24,9% : 75,1%. Dengan perbandingan tersebut dapat di ketahui bahwa pada Kecamatan Mejayan masih dimungkinkan adanya pengembangan untuk Kawasan terbangunnya sebesar 45,1%. Prosentase tersebut dapat di optimalkan dengan penanaman pohon untuk kawasan yang masih kosong agar peran dari tata hijaunya dapat berfungsi sebagai suatu penyeimbang bagi perkembangan suatu kawasan. Namun demikian pembangunan pada kawasan ini harus ada kontrol dari pemerintah kota agar ruang terbuka hijaunya agar tetap di optimalkan.
2.6. Agropolitan Kawasan agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis yang mampu melayani, mendorong, menarik dan menghela kegiatan pembangunan agribisnis hinterland-nya. Kawasan agropolitan terdiri dari kota tani (desa dengan fasilitas kota) sebagai pusat kegiatan agroindustri (hilir), pusat pelayanan agribisnis serta kawasan desa pemasok bahan baku yang berupa produksi primer pertanian dalam arti luas (pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan dan perikanan). Pengembangan kawasan agropolitan digerakkan dan difasilitasi oleh pemerintah dirancang secara bottom up dilaksanakan lintas sektor maupun sub sektor, lintas kawasan, daerah maupun wilayah dengan seoptimal mungkin melibatkan peran para stokeholder, shareholder dan stakeholder lainnya. Kabupaten Madiun sesuai dengan visi dan misinya telah mengidentifikasi dan menetapkan bahwa wilayah Kecamatan Geger – Delopo – Dagangan – Kebonsari (Gedangsari) merupakan area atau site calon kawsasan agropolitan yang akan dikembangkan secara progresif dengan tahapan rencana yang matang dan berkesinambungan dengan tujuan akhir peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan kebijakan Kabupaten Madiun (RTRWK) Kecamatan Geger – Delopo – Dagangan – Kebonsari merupakan kawasan prioritas bagi pengembangan agribisnis dan agrowisata daerah. Kawasan prioritas merupakan kawasan yang berpotensi namun memiliki permasalahan untuk dikembangkan. Masalah pengembangan Kecamatan Geger – Dolopo – Dagangan – Kebonsari bersifat internal dan eksternal. Berdasarkan data eksisting (Penyebaran Potensi Agro Kabupaten Madiun Tahun 2001) diperoleh gambaran bahwa kecamatan-kecamatan yang tergabung dalam kawasan Gedangsari memiliki sumber daya alam yang berlimpah namun belum direncanakan pengelolaannya. Calon kawasan POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-54
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
agropolitan Gedangsari ternyata memiliki kegiatan agribisnis yang membanggakan, seperti agribisnis tanaman pangan, hortikultura peternakan dan perkebunan. Dengan akan dibukanya jalur yang menghubungkan antara obyek wisata air terjun Sedudo Kabupaten Nganjuk ke Telaga Ngebel Kabupaten Madiun, maka pengembangan obyek wisata tersebut akan menjadi pendukung pengembangan Kawasan Agropolitan Gedangsari. Seperti umumnya daerah pedesaan dengan kegiatan utama di sektor pertanian. Kecamatan – kecamatan di Kawasan Gedangsari secara internal memiliki kelemahan atau kendala berupa : produk primer belum dikembangkan nilai tambahnya (agroindustri), sumberdaya tenaga terampil terbatas, permodalan terbatas, pemasaran masih tradisional. Masih sangat sedikit investor yang mencoba menanamkan modal karena terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Perencanaan pengelolaan/pengembangan/pengusahaan Kawasan Agropolitan Gedangsari perlu dilakukan dengan memperhatikan kehendak para stakeholder. Kompleksitas permasalahan dan pentahapan pembangunan merupakan latar belakang dari penyusunan rencana pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Madiun. Produk Master Plan Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Madiun berupa konsep, rencana serta Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2006 – 2011.
POKJA SANITASI KABUPATEN MADIUN
II-55