GAMBARAN ANGKA KEJADIAN GANGGUAN KULIT PASCA PEMBERHENTIAN KEGIATAN PERTAMBANGAN NIKEL (Ni) DI DESA LAMONGGI KECAMATAN KABAENA TENGAH KABUPATEN BOMBANA SULAWESI TENGGARA Ayu Afriani Ningsih, Rama P. Hiola, Sirajuddien Bialangi1
[email protected] Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Keluhan masyarakat mengenai kejadian gangguan kulit meningkat pada tahun 2013, saat itu salah satu faktor utama yang diduga menjadi penyebabnya adalah telah terkontaminasinya air sungai yang digunakan masyarakat dengan limbah dari pertambangan nikel. Pada awal 2014 semua kegiatan pertambangan di pulau Kabaena diberhentikan oleh pemerintah setempat, maka dalam penelitian ini mengkaji gambaran kejadian gangguan kulit pasca pemberhentian kegiatan pertambangan tersebut.Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Survei Analitik dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Adapun untuk mengetahui angka kejadian gangguan kulit data dikumpulkan dengan cara wawancara.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang sangat signifikan pada angka kejadian gangguan kulit di Desa Lamonggi setelah diberhentikannya kegiatan pertambangan, dimana jumlah penderita gangguan kulit pada tahun 2013 tercatat sebanyak 110 jiwa dan pada tahun 2014 saat dilakukannya peneliti ini jumlah penderita hanya sebanyak 12 jiwa. Kata Kunci : Nikel, Gangguan Kulit.
1
Ayu Afriani Ningsih, Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo. Dr. Hj. Rama P. Hiola, Dra, M.Kes. dan Sirajuddien Bialangi, SKM. M.Kes, Dosen pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo.
Permasalahan pencemaran lingkungan merupakan topik yang selalu menarik untuk dibahas dan menjadi masalah yang semakin memprihatinkan, bukan saja bagi kualitas lingkungan itu sendiri tapi lebih kesehatan masyarakat yang terpapar dengan berbagai dampak dari pencemaran lingkungan. Seiring perkembangan perindustrian yang terus melejit dari tahun ke tahun, menuntut para pelaku dalam bidang ini untuk terus menguras kekayaan bumi yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan sarana prasarana yang di butuhkan masyarakat. Nikel (Ni) merupakan salah satu kekayaan alam yang paling dicari. Beberapa kegiatan pertambangan nikel dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perusahan industri yang terus meningkat seiring perkembangan kebutuhan masyarakat. Kulit merupakan pembungkus elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m2, rata-rata tebal kulit 1-2 mm, paling tebal (6 mm) ada ditelapak tangan dan kaki, paling tipis (0,5 mm) ada di penis. Kulit di bagian atas terdiri dari tiga lapisan pokok yaitu : epidermis, dermis atau korium dan jaringan subkulit. Kesehatan kulit perlu diperhatikan karena kulit merupakan bagian yang sangat penting. Kesehatan kulit sering kali dijadikan sebagai cerminan bagi kebiasaan hidup sehat seseorang. Tidak sedikit saat ini banyak orang yang telah cukup memperhatikan keadaan kulit untuk menunjukkan kehidupan yang lebih bersih dan sehat, tetapi juga untuk menunjang gaya hidup. Timbulnya pemahaman kesehatan kulit merupakan cerminan kebiasaan hidup sehat seseorang, banyak masyarakat akhirnya malu untuk melakukan kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan untuk memperoleh pengobatan saat mengalami gangguan kesehatan kulit. Hal ini juga sering kali menjadi penyebab tidak lengkapnya data surveilans mengenai angka kejadian gangguan kulit di masyaarakat. Tidak jarang ditemukan kasus sebagian orang tidak menganggap permasalahan gangguan kulit merupakan masalah serius, sehingg sering kali mereka mengabaikan tindakan pencegahan dan penanggulangan dari masalah kesehatan yang satu ini. berakhir buruk bagi orang yang mengkonsumsinya (Darmono, 2010). Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh serta besarnya dosis paparan. Efek toksin dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan gangguan, bersifat mutagen, teratogen, atau karsinogen bagi manusia maupun hewan (Widowati dkk., 2008). Nikel adalah logam berwarna putih perak dengan berat jenis 8,5 dan berat atom 58,71 g/mol. Ni merupakan logam yang resisten terhadap korosi dan oksidasi pada temperatur tinggi sehingga bisa digunakan untuk memproduksi stainless steel. Bijih nickel laateric (nickel ore) mengandung kadar Ni tinggi memiliki sifat kuat, dapat ditempa, serta tahan terhadap karat dan tahan terhadap oksidari (Widowati dkk., 2008). Nikel (Ni) terbentuk secara alami dalam kerak bumi dan tersebar di lingkungan. Nikel terdapat dalam kombinasi dengan arsen, antimon (Sb), oksigen,
sulfur, oksida, silikat, sulfida, serta aresenida seperti millerite (NiS) dan dalam garnierita, yaitu silikat-magnesium-nikel dalam berbagai komposisi. Nikel juga ditemukan beraliansi dengan besi (Fe) dalam meteor, sedangkan bumi mengandung Ni dengan jumlah cukup banyak. Ni biasanya terbentuk bersamasama dengan kromit dan platina dalam batuan ultrabasa seperti peridotit (Widowati dkk., 2008). Pulau Kabaena mempunyai kandungan nikel yang cukup tinggi, pertama kali diketahui 1970, saat pertama kali PT. Inco Tbk, salah satu perusahaan nikel terbesar di Indonesia mengutus sejumlah ahli geologinya untuk melakukan survei dan memastikan 80 persen pulau tersebut memiliki kandungan nikel yang cukup besar dan kadar yang lumayan tinggi. Sejak didapatkannya informasi mengenai keberadaan nikel di pulau Kabaena, beberapa perusahaan pertambangan telah menunjukan ketertarikan untuk melalukan kegiatan pertambangan di pulau tersebut. Awalnya pemerintah menolak untuk diadakannya kegiatan pertambangan, mengingat pulau Kabaena yang tidak terlalu besar, maka kegiatan pertambangan akan merambah ke lahan-lahan pertanian penduduk. Namun fenomena yang terjadi sekarang, tercatat ada 19 perusahaan yang mendapatkan legitimasi dari bupati Bombana untuk melakukan aktivitas pertambangan. Pada kegiatan pertambangan ini bukan hanya menempati lahan yang luas, tapi kegiatan pertambangan juga dilakukan di daerah-daerah yang dekat dengan pemukiman warga sehingga masyarakat setempat saat ini mengalami keterpaparan dengan dari kegiatan pertambangan nikel. Salah satu perusahaan pertambangan nikel yakni PT. Billy Indonesia telah melakukan eksploitasi dan beberapa diantaranya masih tahap eksplorasi. Sejak beroperasinya perusahaan itu, banyak masyarakat pesisir terutama di kelurahan Lambale dan Desa Dongkala, telah kehilangan mata pencaharian sebagai petani rumput laut dan nelayan, sebagai akibat pencemaran air yang berasal dari rembesan tanah galian oleh PT. Billy diatas perbukitan yang bermuara ke salah satu sungai yang langsung mengalir ke laut, dan bila hujan deras, air sungai merah dan air laut juga keruh, sehingga usaha budi daya rumput laut dan tangkapan ikan berkurang. Akibat pencemaran sungai dari rembesan tanah galian, beberapa Desa yang dilalui sungai ikut menerima dampak dari pencemaran tersebut. Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun (toksin) yang berbahaya bagi organisme hidup dan bahan polutan tersebut juga yang dapat menyebabkan pencemaran (Palar, 2008). Polutan logan mencemari lingkungan, baik di lingkungan udara, air, dan tanah yang berasal dari proses alami dan kegiatan industri. Proses alami antara lain siklus alamiah sehingga bebatuan gunung berapi bisa memberikan kontribisi ke lingkungan udara, air, dan tanah. Kegiatan manusia yang bisa menambah polutan bagi lingkungan berupa kegiatan industri, pertambangan, pembakaran bahan bakar, serta kegiatan domestik lain yang mampu meningkatkan kandungan logam di lingkungan udara, air, dan tanah. Pencemaran logam di darat, yakni di tanah, selanjutnya akan mencemari bahan pangan, baik yang berasal dari tanaman
atau hewan dan akhirnya di konsumsi oleh manusia. Pencemaran logam, baik dari industri, kegiatan domestik, maupun sumber alami dari batuan akhirnya sampai ke sungai/laut dan selanjutnya mencemari manusia melalui ikan, air minum, atau air sumber irigasi lahan pertanian sehingga tanaman sebagai sumber pangan manusia tercemar logam. Pencemaran logam melalui udara terjadi melalui beberapa jalur. Salah satunya melalui kontak langsung dengan manusia atau proses inhalasi (Widowati dkk., 2008). Seiring berjalannya waktu, sejak penelitian diatas dilakukan pada tahun 2006. Pada awal tahun 2013 sekarang ini, ditemukan permasalahan yang diduga akibat kegiatan pertambangan nikel tersebut yang berakibat pada kesehatan masyarakat pulau Kabaena. Sekarang banyak keluhan dari masyarakat khususnya di Desa Lamonggi Kecamatan Kabaena Tengah tentang kejadian penyakit gangguan baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Gangguan merupakan permasalahan yang paling sering terjadi pada daerah yang lingkungannya telah terkontaminasi oleh logam berat, dalam hal ini khususnya nikel. Gangguan hanyalah fenomena awal dan dapat berdampak lebih berat bagi kesehatan masyarakat setempat jika hal ini tidak segera ditanggulangi dengan tegas sejak dini. Biasanya logam di dalam air berikatan dengan senyawa kimia atau dalam bentuk logam ion, bergantung pada kompartemen tempat logam tersebut berada. Tingkat kandungan logam pada setiap kompartemen sangat bervariasi, bergantung pada lokasi, jenis komparten dan tingkat pencemarannya. Telah banyak dilaporkan mengenai konsentrasi logam dalam air dan biota yang hidup di dalamnya. Biasanya tingkat konsentrasi logam berat dalam air dibedakan menurut tingkat pencemarannya, yaitu polusi berat, polusi sedang dan nonpolusi. Suatu perairan dengan tingkat polusi berat biasanya memiliki kandungan logam berat dalam air, dan organisme yang hidup didalamnya cukup tinggi. Pada tingkat polusi sedang, kandungan logam berat dalam air dan biota yang hidup didalamnya berada dalam batas marjinal. Sedangkan pada tingkat nonpolusi, kandungan logam berat dalam air dan organisme yang hidup dalamnya, sangat rendah bahkan tidak terdeteksi (Darmono, 2010). Nikel adalah logam berwarna putih perak dengan berat jenis 8,5 dan berat atom 58,71 g/mol. Ni merupakan logam yang resisten terhadap korosi dan oksidasi pada temperatur tinggi sehingga bisa digunakan untuk memproduksi stainless steel. Bijih nickel laateric (nickel ore) mengandung kadar Ni tinggi memiliki sifat kuat, dapat ditempa, serta tahan terhadap karat dan tahan terhadap oksidari (Widowati dkk., 2008). Nikel (Ni) merupakan zat gizi esensial untuk beberapa jenis hewan dan manusia. Ni terdapat pada DNA dan RNA. Ni berfungsi menstabilisasi struktur asam nukleat serta protein, dan sebagai kofaktor berbagai enzim. Defisiensi Ni bisa mengakibatkan kerusakan hati dan alat tubuh lain. Ni merupakan nonspesifik aktivator enzim. Enzim yang mengandung Ni telah diidentifikasi dalam tanaman dan mikroorganisme, tetapi belum terdapat bukti mengenai enzim hewan yang diaktifkan oleh Ni. Ni spesifik untuk enzim urease dalam rumen sebagai Nimetalloenzym. Ni berperan dalam metabolisme tubuh bersama dengan vitamin B-
12. Ni mengatur kadar lipid dalam jaringan dan Ni juga berperan dalam sintesis fosfolipid (Widowati dkk., 2008). Dalam penelitian ini telah dilakukan wawancara pada masyarakat untuk mengetahui angka kejadian gangguan kulit pada tahun 2013 saat kegiatan pertambangan masih berlangsung dan keluhan gangguan kulit dimasyarakat sedang meningkat. Berdasarkan data tersebut terdapat gambaran angka kejadian gangguan kulit sebelum diberhentikannya kegiatan pertambangan nikel (Ni), sehingga dapat dijadikan dasar bagi peneliti untuk melihat angka kejadian gangguan kulit pasca diberhentikannya kegiatan pertambangan nikel (Ni). Kadar Ni dalam jaringan akan dijaga dan diatur oleh mekanisme kontrol homeostatik. Sebagai contoh, anak sapi membutuhkan Ni dalam makanan sejumlah lebih dari 250 ppm. Kebutuhan Ni untuk hewan nonruminansia lebih besar dibandingkan hewan ruminansia sebesar < 200 µg/kg makanan. Kebutuhan Ni untuk hewan ruminansia adalah sebesar 1 ppm. Manusia pada umumnya mengkonsumsi Ni dari makanan sebesar 150 µg/hari, sedangkan intake Ni asal makanan pada orang dewasa rata-rata sebesar 100-300 µg/hari. Sumber Ni dalam makanan antara lain terdapat dalam coklat, kacang buncis, biji-bijian, kacangkacangan dan serelia (Widowati dkk., 2008). Widowati dkk. (2008) dalam tulisannya menyatakan “Ni diproduksi dari bijih nikel, hasil dari peleburan/daur ulang besi. Salah satu sumber terbesar Ni di atmosfer berasal dari hasil pembakaran bahan bakar minyak (BBM), pertambangan, penyulingan minyak, serta incenerator. Sumber Ni di air berasal dari lumpur limbah, limbah cair dari Sewage Treatment Plant, dan air tanah didekat lokasi landfill”. Kontak Ni dengan kulit bisa mengakibatkan terjadinya dermatitis nikel, gatal pada jari-jari, gatal pada tangan dan lengan, serta gangguan kulit. Paparan Ni lewat kulit secara kronis bisa menimbulkan gejala, antara lain dermatitis nikel berupa eksema (kulit kemerahan, gatal) pada jari-jari, tangan, pergelangan tangan, serta lengan. Paparan kronis Ni secara inhalasi bisa mengakibatakan gangguan pada alat pernafasan, berupa asma, penurunan fungsi paru-paru, serta bronkitis. Sebesar 4-9% orang yang terpapar Ni akan menunjukan dermatitis gangguan, terutama pada orang yang menggunakan peralatan logam mengandung Ni, antara lain koin ataupun perhiasan. Kadar Ni dalam darah dipengaruhi oleh paparan Ni dan ditentukan oleh ada tidaknya terapi chelate. Apabila tidak ada terapi, kadar Ni dalam darah tentu lebih tinggi (Widowati dkk., 2008). Udara, tanah dan air dapat menjadi alternatif penghubung sehingga nikel dapat mengganggu kesehatan masyarakat yang relatif terpapar. Khususnya di Desa Lamonggi air dapat menjadi alternatif paling berpotensi sebagai media penyebaran nikel di lingkungan masyarakat. Dilihat dari letak geografis Desa Lamonggi yang berada dataran rendah, sedangkan salah satu kegiatan pertambangan terdapat di daratan tinggi yang berjarak hanya beberapa Desa dari Desa Lamonggi dan pertambangan lainnya terdapat dibagian bawah Desa Lamonggi. Ditambah lagi limbah dari kegiatan pertambangan tersebut dibuang ke badan air permukaan yaitu sungai yang melewati seluruh Desa dibawahnya hingga ke laut, termasuk Desa Lamonggi. Dari fenomena yang digambarkan menimbulkan kemungkinan bahwa air tanah dan air permukaan di Desa
Lamonggi telah terkontaminasi nikel. Jika dihubungkan dengan kebiasaan sebagian masyarakat yang menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci pakaian, masak, mencuci perabotan dan kegiatan lainnya, hal ini di sebabkan karena sungai merupakan satu-satunya sumber air bersih Desa Lamonggi. Maka hal tersebut dapat meningkatkan keterpaparan masyarakat terhadap bahaya nikel. Saat ini dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah gangguan kulit yang semakin marak dirasakan oleh masyarakat setempat dan saat ini sebagian besar masyarakat yang mederita gangguan kulit melakukan penanggulangan secara mandiri dengan mengkonsumsi obat-obatan yang terjual bebas dipasaran. Secara alamiah, sungai dapat tercemar pada daerah pemukaan air saja. Pada sungai yang besar dengan arus sungai yang deras, sejumlah kecil bahan pencemar akan mengalami pengencaran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Hal tersebut menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang diperlukan oleh kehidupan air dan biodegradasi akan cepat diperbaharui. Tetapi terkadang sebuah sungai mengalami pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemar yang sangat besar. Akibatnya, proses pengenceran dan biodegradasi akan sangat menurun jika arus air mengalir perlahan akan kekeringan atau penggunaan sejumlah air untuk irigasi. Hal ini juga mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut. Suhu yang tinggi dalam air menyebabkan laju proses biodegradasi yang dilakukan oleh bakteri mengurai aerobik menjadi naik dan dapat menguapkan bahan kimia ke udara (Darmono, 2010). Sejak memasuki tahun 2014 pemerintah setempat telah menetapkan aturan baru, bahwa semua kegiatan pertambangan harus diberhentikan. Setiap perusahaan diharuskan membangun tempat pengolahan tanah yang mengandung nikel di pulau Kabaena agar tanah dari pegunungan Kabaena tidak perlu dibawa keluar karna akan berdampak buruk bagi kelestarian alam kelak. Dengan diberhentikannya kegiatan pertambangan nikel maka peneliti ingin melihat angka kejadian gangguan kulit di Desa Lamonggi saat ini. Berdasarkan masalah-masalah diatas, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang : “Gambaran Angka Kejadian Gangguan Kulit Pasca Pemberhentian Kegiatan Pertambangan Nikel (Ni) Di Desa Lamonggi Kecamatan Kabaena Tengah Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara”. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Survei Analitik dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik karena peneliti mencoba menggali bagaimana dan mengapa kejadian gangguan kulit muncul di masyarakat, sedangkan rancangan Cross Sectional digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dalam hal ini pencemaran lingkungan oleh nikel (Ni), dengan efek yaitu kejadian gangguan kulit pada masyarakat setempat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mencari tahu gambaran angka kejadian gangguan kulit di Desa Lamonggi paska pemberhentian kegiatan pertambangan nikel (Ni) di pulau Kabaena oleh pemerintahan kabupaten Bombana. Berdasarkan data primer yang diperoleh peneliti saat melakukan penelitian, masyarakat yang pernah mengalami gangguan kulit pada tahun 2013 yaitu sebanyak 110 jiwa. Berdasarkan data tersebut peneliti mencoba menggambarkan kejadian gangguan kulit di Desa Lamonggi pada tahun 2014 setelah kegiatan pertambangan diberhentikan. Pengumpulan data untuk mengetahui angka kejadian gangguan kulit dilakukan dengan cara mewawancarai tiap ibu rumah tangga sebagai perwalilan dari setiap rumah tangga. Adapun hasil analisis data mengenai kejadian gangguan kulit dari 444 penduduk di Desa Lamonggi, sebagai berikut : Tabel 1 Distribusi Angka Kejadian Gangguan Kulit yang Sedang Terjadi di Desa Lamonggi Kec. Kabaena Tengah Kab. Bombana Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Dusun Sedang Mengalami Gangguan Kulit I II
n 2 3
% 16,7 25,0
III Jumlah
7 12
58,3 100,0
Sumber: Data Primer Tahun 2014 Kategori sedang mengalami gangguan kulit dimaksudkan adalah masyarakat yang mengalami gangguan kulit saat dilakukan pengambilan data. Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk yang sedang mengalami gangguan kulit pada dusun I sebanyak 2 orang, dusun II sebanyak 3 orang, dan dusun III sebanyak 7 orang, sehingga total penduduk yang sedang mengalami gangguan kulit adalah sebanyak 12 orang. Tabel 2 Distribusi Masyarakat yang Tidak Pernah Mengalami Keluhan Gangguan Kulit dalam 1 Tahun Terakhir di Desa Lamonggi Kec. Kabaena Tengah Kab. Bombana Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Dusun Tidak Pernah Mengalami Gangguan Kulit n
%
I
112
34,9
II
103
32,1
III
106
33,0
Jumlah
321
100,0
Sumber: Data Primer Tahun 2014
Bersadarkan tabel diatas jumlah penduduk yang tidak pernah mengalami gangguan kulit dalam kurun waktu 1 tahun terakhir selama tahun 2013 di Desa Lamonggi pada dusun I sebanyak 112 orang, dusun II sebanyak 103 orang dan dusun III sebanyak 106 orang, sehingga total masyarakat yang tidak pernah mengalami gangguan kulit adalah sebanyak sebanyak 321 orang. Adapun data berikut memperlihatkan perbandingan ketiga kategori kejadian gangguan kulit di Desa Lamonggi, sebagai berikut: Tabel 3 Distribusi Kejadian Gangguan Kulit di Desa Lamonggi Kec. Kabaena Tengah Kab. Bombana Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Dusun Kejadian Gangguan Kulit Total Sedang
Tidak Pernah
Pernah
n
%
n
%
n
%
n
%
I
2
16.7
112
34.9
21
19.1
135
30.5
II
3
25.0
103
32.1
39
35.5
145
32.7
III
7
58.3
106
33.0
50
45.5
163
36.8
Total 12 100.0 321 100.0 110 100.0 443 100.0 Sumber: Data Primer Tahun 2014 Air digunakan masyarakat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi angka kejadian gangguan kulit di Desa Lamonggi, apalagi bila dikaitkan dengan kegiatan pertambangan nikel, air bisa menjadi faktor penghantar limbah pertambangan nikel ke lingkungan masyarakat. Berikut tabel distribusi 119 rumah tangga di Desa Lamonggi berdasarkan sumber air bersih yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, yaitu sebagai berikut: Tabel 4 Distribusi Rumah Tangga yang Menggunakan Sumber Air Perpipaan di Desa Lamonggi Kec. Kabaena Tengah Kab. Bombana Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Dusun Sumber Air Perpipaan n
%
I
30
42.9
II
39
55.7
III
1
1.4
Jumlah
70
100.0
Sumber: Data Rumah Tangga PKK Desa Lamonggi Tahun 2013 Berdasarkan tabel diatas, jumlah rumah tangga yang menggunakan sistem perpipaan sebagai sumber air bersih pada dusun I sebanyak 30 rumah tangga, dusun II sebanyak 39 rumah tangga, dan dusun III sebanyak 1 rumah tangga, sehingga total rumah tangga yang menggunakan sistem perpipaan adalah sebanyak 70 rumah tangga.
Tabel 5 Distribusi Rumah Tangga yang Menggunakan Sumber Air Sungai di Desa Lamonggi Kec. Kabaena Tengah Kab. Bombana Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Dusun Sumber Air Sungai n
%
I
9
18.4
II
0
0.0
III
40
81.6
Jumlah
49
100.0
Sumber: Data Rumah Tangga PKK Desa Lamonggi Tahun 2013 Jumlah rumah tangga yang menggunakan air sungai pada dusun I sebanyak 9 rumah tangga dan dusun III sebanyak 40 rumah tangga, sehingga total rumah tangga yang menggunakan air sungai adalah sebanyak 49 rumah tangga. Pembahasan Berdasarkan data primer mengenai kejadian gangguan kulit yang dapat dilihat pada tabel 4.1 jumlah masyarakat yang mengalami gangguan kulit saat ini adalah sebanyak 12 orang, menurut bidan Desa yang bertugas di Desa Lamonggi gangguan kulit saat ini tidak lagi sama dengan yang banyak dialami masyarakat setempat pada tahun 2013. Menurut bidan tersebut, gangguan kulit akibat nikel mempunyai ciri-ciri yang tidak sama dengan gangguan kulit yang dialami masyarakat sekarang. Gangguan kulit yang sekarang dialami masyarakat diduga akibat alergi terhadap makanan. Gangguan kulit akibat nikel mempunyai gejala yaitu gatal dan bengkak yang disertai bernanah pada bagian gatal. Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah masyrakat yang tidak pernah mengalami gangguan kulit dengan jumlah terbanyak terdapat pada dusun I yaitu 112 orang, jika dikaitkan dengan sumber air bersih yang digunakan masyarakat dusun I ini disebabkan karena 30 rumah tangga dari 39 rumah tangga yang terdapat di dusun I telah menggunakan system perpipaan untuk memenuhi kebutuhan air bersih keluarga. Adapun jumlah masyarakat yang tidak pernah mengalami keluhan gangguan kulit paling terdapat pada dusun II. Jika dilihat dari sumber air yang digunakan ini karena semua rumah tangga di dusun II telah menggunakan system perpipaan. Sebagian besar masyarakat didusun I dan II menggunakan sumber air perpipaan karena bagian sungai yang terdapat pada dusun tersebut sudah dangkal dan kurang bersih karena sudah tidak sering dibersihkan. Perpipaan yang menjadi sumber air bersih oleh sebagian besar rumah tangga di dusun I dan II adalah bagian perpipaan yang pecah dan terdapat didusun I. Sebagian masyarakat telah membuat saluran perpipaan sampai ke rumah, namun hal itu tidak dapat dimanfaatkan pada dataran tinggi juga disebabkan oleh pipa yang telah pecah, sehingga lebih banyak masyarakat yang memanfaatkan bagian pipa yang pecah sebagai sumber air bersih.
Sebaliknya di dusun III, masyarakat mayoritas masih menggunakan air sungai karena pada bagian hilir tersebut memang masih cukup banyak air dan bersih karena terus digunakan oleh masyarakat. Oleh karena itu, tidak heran saat angka kejadian gangguan kulit paling tinggi di temukan di dusun III. Masyarakat dusun III masih banyak yang menggunakan sungai sebagai sumber air bersih karena tidak dapat menggunakan saluran perpipaan, sebab dataran di dusun tersebut yang cenderung lebih tinggi dibangdingkan dusun I dan II sehingga air perpipaan tidak mampu dialirkan ke perumahan masyarakat di dusun tersebut. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Paska diberhentikannya kegiatan pertambangan angka kejadian gangguan kulit yang sedang terjadi yaitu sebanyak 12 jiwa, sedangakan yang tercatat tidak pernah mengalami keluhan gangguan kulit sejak tahun 2013 yaitu sebanyak 321 jiwa. Bila dibandingkan dengan jumlah penderita gangguan kulit pada tahun 2013 yang berjumlah 110 jiwa, dapat dilihat terjadi penurunan yang sangat signifikan pada tahun 2014 setelah diberhentikannya kegiatan pertambangan nikel. Saran Masyarakan Desa Lamonggi disarankan agar tetap berhati-hati terhadap peningkatan angka kejadian gangguan kulit yang dapat terjadi, karena kemungkinan limbah nikel masih mengkontaminasi lingkungan dengan kadar rendah. DAFTAR PUSTAKA Darmono 2010. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: UI Press. Palar, Heryando 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta. Widowati, dkk. 2008. Efek Toksin Logam. Yogyakarta: Andi Offset.