Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 9-18
Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908
AUTOBIOGRAFI SEORANG KONSELOR SEBAGAI ASESMEN EVALUASI BIMBINGAN DAN KONSELING Adinuringtyas Herfi Rahmawati, Niken Cahyaningsih Program Studi Bimbingan dan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta E-mail:
[email protected];
[email protected] ABSTRAK Bimbingan dan konseling di sekolah memerlukan evaluasi dan supervisi dalam meningkatkan kualitas pemberian layanan dan program. Selama ini, asesmen evaluasi bimbingan dan konseling belum maksimal karena hanya berfokus pada kuantitas berupa hasil skor daripada kualitas layanan dan program yang dibuat serta dikembangkan oleh konselor di sekolah. Adanya fenomena pandangan negatif terhadap konselor di sekolah, menyebabkan ketidakpercayaan terhadap kinerja konselor. Fenomena tersebut bisa terjadi karena selama ini belum semua konselor di sekolah memiliki administrasi yang baik, terutama terhadap unjuk kerja diri konselor itu sendiri. Maka, dalam hal ini diperlukan sebuah teknik yang dapat mengungkapkan unjuk kerja konselor melalui asesmen diri berupa autobiografi. Autobiografi ini digunakan dalam membantu seorang pengawas menilai kinerja konselor di sekolah. Tujuan dibuatnya perangkat asesmen diri untuk evaluasi bimbingan dan konseling dengan mengembangkan autobiografi adalah konselor dapat menunjukkan tentang kinerja setiap hari yang telah dilakukan di sekolah, sehingga pengawas dapat mendapatkan gambaran secara utuh tentang unjuk kerja konselor. Harapan dari penulis, autobiografi ini menjadi pelengkap dokumen administrasi yang dapat ditulis sendiri oleh konselor untuk menjadi solusi penyelenggaraan evaluasi bimbingan dan konseling di sekolah, sekaligus dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia. Kata Kunci: autobiografi, konselor, asesmen, evaluasi bimbingan dan konseling
”kurang normal”, bimbingan dan konseling
PENDAHULUAN Menurut
sejarah
bimbingan
dan
bekerja sendiri, konselor sekolah harus aktif
konseling ada pandangan negatif terhadap
sementara pihak lain pasif, adanya anggapan
kinerja konselor atau guru bimbingan dan
bahwa pekerjaan bimbingan dan konseling
konseling di Indonesia. Menurut Agus Basuki
dapat dilakukan oleh siapa saja, pelayanan
(2014:5) terdapat beberapa pandangan buruk
bimbingan dan konseling berpusat pada
mengenai
konseling,
keluhan pertama saja, menganggap hasil
diantaranya konselor sekolah dianggap polisi
pekerjaan bimbingan dan konseling harus
sekolah, bimbingan dan konseling dianggap
segera
semata-mata
pemecahan
bimbingan
sebagai
bimbingan dan
dan
pemberian
nasehat,
menyamaratakan
masalah
bagi
semua
cara klien,
pada
memusatkan usaha bimbingan dan konseling
insidental,
pada penggunaan instrumentasi bimbingan
bimbingan dan konseling dibatasi untuk
dan konseling (tes, inventori, kuesioner dan
konseli
lain-lain) dan bimbingan dan konseling
menangani
konseling dibatasi
dilihat,
masalah
tertentu
saja,
yang
bimbingan
dan
konseling melayani ”orang sakit” dan atau 9
10 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 9-18
dibatasi untuk menangani masalah-masalah
tahunan, pola organisasi dan peran anggota
yang ringan saja.
organisasi,
Menurut
Direktorat
Kependidikan
tentang
Tenaga
bimbingan
dan
sistem
penyiapan
sarana
sosialisasi dan
program,
prasarana
serta
penyediaan anggaran.
konseling di sekolah (2008:27) menyatakan
Salah satu masalah lain yang paling
bahwa penilaian kegiatan bimbingan di
sering dialami oleh konselor saat bekerja
sekolah adalah segala upaya, tindakan atau
adalah masalah burnout. Menurut Lambie
proses untuk menentukan derajat kualitas
(2007) burnout adalah terkurasnya kondisi
kemajuan yang berkaitan dengan pelaksanaan
jasmani atau rohani seseorang, sehingga tidak
program bimbingan di sekolah. Kegiatan
mampu berfungsi sebagaimana mestinya.
evaluasi
mengenai
Dalam kondisi terkuras, seorang konselor
keterlaksanaan program. Pengawas dapat
akan memiliki konsep diri yang negatif,
menilai
salah
satunya
keterlaksanaan
kelancaran
program
program
melalui
perilaku kerja yang negatif, dan bahkan
dan
suasana
kehilangan
kepedulian,
perasaan
dan
penyelenggaraan. Pengawas dapat melakukan
perhatian terhadap orang lain. Hal ini
observasi maupun melihat administrasi yang
dikuatkan dengan pendapat Emerson &
dibuat oleh guru bimbingan dan konseling.
Markos
Dalam melakukan evaluasi, beberapa guru
diperkirakan rata-rata 39% konselor sekolah
bimbingan dan konseling menemui kesulitan.
dan komunitas pasti pernah mengalami
Padahal salah satu tugas guru bimbingan dan
masalah burnout dari tingkat menengah
konseling
hingga ke tingkat tinggi, sepanjang kariernya.
yakni
pengadministrasian
melakukan
dalam
pelaksanaan
(1996;
McCormick
Lambie,
(1999)
2007)
mengatakan
bahwa
bahwa
program bimbingan dan konseling. Hal ini
konselor terkadang harus keluar dari peran
dijelaskan
Panduan
profesionalnya dan mengembangkan hobi di
Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
luar konseling. Mereka harus menghindari
Konseling Sekolah Dasar (2016: 94) dalam
membawa pekerjaan pulang baik secara
melaksanakan administrasi bimbingan dan
jasmani
konseling adalah mencakup penyimpanan,
menyegarkan diri mereka kembali dengan
pemberkasan,
melakukan
lebih
lanjut
oleh
pengklasifikasian,
prosedur
akses,
pembaruan
dan
penemuan pemanfaatan
serta kembali,
data
maupun
rohani.
langkah-langkah
Juga
kecil
perlu
tetapi
berarti, seperti mengubah tata perabotan
hasil
ruangan kerja setiap beberapa tahun sekali;
asesmen kebutuhan, program semesteran dan
membuang, meringkas, dan membuat arsip
Rahmawati, Cahyaningsih, Autobiografi Seorang Konselor... 11
baru; mengevaluasi materi-materi terbaru; dan
seseorang yang bekerja sebagai konselor
memberikan
sepanjang kariernya. Salah satu teknik yang
kontribusi
terhadap
profesi
konseling dengan menulis atau memberi
dapat
presentasi tentang hal-hal yang mereka sukai
bimbingan dan konseling, konselor dapat
(Gladding, 2011:43).
membuat autobiografi. Autobiografi dapat
Konselor
memang
perlu
untuk
mempermudah
membantu
pengadministrasian
seorang
konselor
menilai
menghindari permasalahan burnout tersebut
kepribadian dan kualitas layanan yang telah
untuk tetap komitmen dalam kinerjanya.
dilakukannya. Maka, dalam hal ini penulis
Konselor dapat menuliskan tentang hal-hal
mengusulkan
yang mereka sukai sebagai kontribusinya
catatan pribadi yang ditulis sendiri oleh
terhadap profesi. Konselor harus mampu
konselor akan menjadi sebuah solusi dalam
membangun perspektif tentang dirinya sendiri
membangun
selain melihat kebutuhan-kebutuhan pada diri
sekaligus
konseli. Hal ini ditegaskan oleh Sunaryo
bimbingan dan konseling. Tujuan dibuat
Kartadinata
bahwa pertanyaan
pengembangan autobiografi sebagai asesmen
filosofis mendasar dalam bimbingan dan
evaluasi bimbingan dan konseling adalah
konseling
membantu
(2011:58)
terkait
dengan
peran
ganda
autobiografi
filosofi sebagai
konselor
yang
berupa
pribadi
konselor
asesmen
evaluasi
dalam
pemahaman
konselor, yakni sebagai fasilitator pilihan
dirinya sendiri secara utuh,
dalam kebebasan individu di satu sisi dan
pengawas untuk menilai unjuk kerja konselor
pengembangan perilaku individu di sisi lain
di
yang
meningkatkan keyakinannya terhadap dirinya
bisa
saja
memerlukan
pengaruh
sekolah,
sekaligus
konselor
konselor
dapat
konselor, serta satu keharusan bagi konselor
sendiri
untuk membangun filsafat pribadi (personal
profesional
philosophy) yang menjadi landasan untuk
menjalankan profesinya. Evaluasi bimbingan
membangun world view dan kerangka kerja
dan
layanan profesional yang diembannya.
mengevaluasi
Untuk membangun filsafat pribadi ini,
bahwa
memudahkan
sehingga
konseling
konselor
ini
konselor
menyelenggarakan
bimbingan dan konseling.
yang
PEMBAHASAN
dan
penting
di
dalam
hidupnya, sehingga konselor mempunyai gambaran
tentang
pandangan
arah
dirinya
sendiri
kehidupannya
dan
sebagai
dalam dan
lebih
konsisten
ditekankan
layanan
konselor perlu untuk menulis tentang hal-hal mendasar
mampu
pada
kerjanya program
Autobiografi Philippe
Lejeune
(1982;
Anderson,
2001:2) mendefinisikan autobiografi sebagai
12 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 9-18
sebuah
retrospektif
prosa
yang
simpul pengertian dan apresiasi terhadap
diproduksi dengan sebuah pribadi nyata
penulis. Setiap penulis dapat mengembangkan
mengenai eksistensi dirinya, fokus dalam
dan mengerjakan sebuah kerangka yang
kehidupan
cocok dengan gayanya sendiri. Penitikberatan
individual,
naratif
khususnya
dalam
pengembangan kepribadian dirinya. Autobiografi
telah
dan detail yang penulis berikan bagi periode, bentuk
kejadian atau individu apa pun mestinya harus
literatur yang sangat populer sejak muncul
tepat. Berikut ini adalah beberapa contoh
pertama kali. Manusia sudah tertarik secara
kerangka dan topik yang mungkin tepat untuk
konsisten terhadap sudut pandang pribadi
dimasukkan ke sebuah autobiografi: (a)
terhadap pengalaman hidupnya sendiri. Selain
Contoh A berisi tentang bagian I: tahun-tahun
itu, hampir setiap orang, terkenal atau tidak,
pra sekolah (keluarga yang mengasuh saya,
di satu waktu pasti ingin mengabadikan
kenangan-kenangan
pandangan pribadinya tentang pengalaman
kesukaan dan ketidaksukaan), bagian II:
hidupnya.
berharap
tahun-tahun sekolah (SD, SMP, SMA, kuliah,
sedangkan
guru, teman, pelajaran yang disukai dan tidak,
Beberapa
autobiografi
menjadi
individu
dipublikasikan,
aktivitas,
pribadi semata dalam diari atau jurnal
selama periode ini, perjalanan, permasalahan
hariannya. Untuk mayoritas perasaan yang
yang dihadapi dan keputusan-keputusan yang
terpaksa
saat
diambil), bagian III: tahun-tahun dewasa
menuliskan pengalaman hidup, tentu tidak
(tempat saya tinggal, pengalaman kerja,
semuanya dibutuhkan program konseling.
teman
Sebaliknya, autobiografi yang tidak begitu
pendidikan
merepresentasikan upaya yang dikehendaki,
dihadapi
dapat menjadi sumber informasi berharga
diambil), bagian IV: saya sekarang, bagian V:
bagi konselor terlatih. Berikut garis pedoman
rencana masa depan; (b) Contoh B berisi
mempersiapkan
tentang orang-orang terpenting dalam hidup,
dan
diungkapkan
autobiografi
(Gibson
&
Mitchell, 2011:409).
dan
penting,
teman-teman,
beberapa lainnya digunakan untuk kepuasan
diuji
kejadian
awal,
keluarga,
perjalanan,
hobi,
permasalahan
yang
keputusan-keputusan
yang
lanjutan, dan
pengalaman
kejadian dan pengalaman penting dalam
Tujuan: (1) menyediakan bagi penulis
hidup, tempat-tempat terpenting dalam hidup;
kesempatan untuk mengalami perencanaan,
(c) Contoh C berisi tentang memulainya
pengorganisasian dan penulisan autobiografi,
penulisan
(2) menyediakan bagi penulis dan pembaca
informasi sejauh yang bisa diingat (kenangan
kesempatan bagi peningkatan pemahaman,
terawal masa kanak-kanak), memberitahukan
autobiografi
diawali
dengan
Rahmawati, Cahyaningsih, Autobiografi Seorang Konselor... 13
semua hal yang mengesankan (entah yang
keseluruhan dan mereka punya wewenang
membahagiakan
mencoba
berlebih untuk menilai dirinya sendiri secara
yang
menyeluruh terhadap kehidupan termasuk
menulis
atau
sedih),
peristiwa
apa
pun
mempengaruhi jalan hidup (seperti pindah
profesinya
kota
seorang konselor.
atau
masuk
bagaimana
SMP),
peristiwa
menunjukkan mempengaruhi
kehidupan penulis ketika menulis suatu
sepanjang
hidupnya
sebagai
Tugas dan Wewenang Konselor Konselor menurut UU Permendikbud 111
peristiwa, siapa yang paling mempengaruhi di
tahun
2014,
konselor
adalah
pendidik
hidup penulis, bagaimana orang-orang itu
profesional
mempengaruhi cara penulis merasa dan
minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam
bertindak saat ini, menyebutkan harapan dan
bidang bimbingan dan konseling dan telah
rencana penulis ke depan (misalnya apa yang
lulus pendidikan profesi guru bimbingan dan
diharapkan 10 tahun ke depan).
konseling/konselor.
yang berkualifikasi akademik
Menurut
Cavanagh
Membaca sebuah autobiografi berarti
(dalam Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan.
telah membaca sebuah pengetahuan yang
2009: 37) mengemukakan bahwa kualitas
tersurat dalam teks: “Momen ini, sudut
pribadi konselor ditandai dengan beberapa
pandang ini, membutuhkan untuk menangkap
karakteristik
kembali sebuah pemahaman tepat pada usaha
kompeten, memiliki kesehatan psikologis
autobiografi, mestinya motivasi dan tujuan
yang
penulis untuk menulis autobiografi secara
kesadaran yang holistik.
menyeluruh (Weintraub, 1978:xviii). Menurut Olney
(1972:332)
mengatakan
bahwa
seperti
baik,
dapat
Menurut Konseling
pemahaman
dipercaya,
Pedoman
pada
dan
Pendidikan
validitas
Pendidikan dan Kebudayaan (2016:4) tugas
pentingnya
pada
sebuah
seorang
yang mempunyai wewenang berlebih pada
melaksanakan, mengevaluasi serta melakukan
teks diri mereka dan menulis menjadi sebagai
tindak
bentuk akses langsung pada diri mereka
konseling. Untuk menjadi konselor yang
(Anderson, 2011:3).
profesional, tanggung jawab yang harus hal
tersebut,
maka
autobiografi ini akan dibuat oleh konselor dalam menggambarkan dirinya sendiri secara
lanjut
yakni
Departemen
gambaran pasti pada kepenulisan: penulis
Berdasarkan
konselor
oleh
Dasar
dan
autobiografi terlihat menyediakan bukti pada dan
Menengah
memiliki
Bimbingan
Pendidikan
diri,
layanan
merencanakan,
bimbingan
dan
dilakukan oleh seorang konselor menurut Gibson & Mithchell (2011: 46) yakni:
14 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 9-18
a. Para konselor harus terlatih sepenuhya dan
berkualifikasi
agar
sanggup
memenuhi kebutuhan populasi konseli yang
ditangani.
Menurut
karya
ilmiah
dan
inovatif
dalam
bimbingan dan konseling. e. Para konselor profesional adalah anggota-
Dinas
anggota yang berpartisipasi aktif di dalam
Pendidikan Dan Kebudayaaan Republik
organisasi profesi yang tepat di semua
Indonesia, kualifikasi yang dimaksud
tingkatan. Di Indonesia terdapat asosiasi
yakni seorang konselor telah menempuh
bimbingan dan konseling yakni ABKIN.
pendidikan minimal S-1 dalam bidang
f. Para konselor profesional sadar betul dan
bimingan dan konseling. Apabila seorang
taat kepada rambu-rambu legal dan etis
konselor belum memiliki kualifikasi S-1
profesi dan praktik konseling. Beberapa
bimbingan
menurut
peraturan yang berlaku di Indonesia
Permendikbud 111 Tahun 2014 secara
untuk guru bimbingan konseling di
bertahap
dilakukan
antaranya UU nomor 20 tahun 2003
kompetensi
sesuai
konseling
peningkatan
dengan
peraturan
perundang-undangan
mencari
sistem
pendidikan
nasional,
Permendikbud 111 tahun 2014 tentang
b. Para konselor profesional secara aktif harus
tentang
dan
mendapatkan
bimbingan dan konseling sekolah dasar dan menengah serta panduan pelaksanaan
sertifikasi atau lisensi yang tepat sesuai
operasional
pelatihan, latar belakang dan lingkup
kementerian pendidikan dan kebudayaan.
praktik.
Sejalan dengan pendapat Gibson &
c. Para
konselor
dikeluarkan
oleh
perlu
Mitchell, Gladding (2012: 38) berpendapat
dan
bahwa dalam menilai keefektifan konselor
profesional untuk terus memperbarui dan
dan konseling ditentukan dari nilai-nlai
meningkatkan keahlian dan pengetahuan
berikut:
sebagai
a. Kepribadian dan latar belakang konselor.
berkomitmen
profesional
yang
secara
cerminan
dan
pribadi
representasi
kemajuan terbaru bidang profesi. d. Para konselor profesional menyadari dan berkontribusi bagi pengembangan profesi
b. Pendidikan formal yang didapat oleh konselor. c. Kemampuan
konselor
untuk
terlibat
dengan melakukan dan berpartisipasi
dalam kegiatan konseling profesional
dalam studi-studi riset yang dirancang
seperti
melanjutkan
pendidikan,
untuk meningkatkan pengetahuan tentang
supervisi,
advokasi
membangun
profesinya. Konselor dapat membuat
portofolio.
dan
Rahmawati, Cahyaningsih, Autobiografi Seorang Konselor... 15
Berdasarkan penjelasan di atas dapat
kualitas
pada
program,
produk,
orang,
ditarik kesimpulan bahwa seorang konselor
kebijakan, saran, atau rencana. (Fourner,
yang profesional yakni yang memahami
2005: dalam Mertens, 2015:48).
kompetensi
dirinya
serta
mampu
Tahapan untuk setiap evaluasi mungkin
meningkatkan kompetensi tentang kualitas
berbeda-beda,
pribadi dan pengetahuan tentang bimbingan
dirumuskan oleh Burck & Peterson (1975,
dan konseling, selain itu konselor mengikuti
dalam
kode
dan
program evaluasi, cukup solid untuk diikuti.
kegiatan
Menurut Burck & Peterson tersebut, langkah
pengadministrasian dengan baik. Konselor
pertama dalam merumuskan program evaluasi
mampu dikatakan efektif apabila dirinya juga
mencakup
mampu untuk terlibat dalam membangun
kedua dalam evaluasi adalah menetapkan
portofolio yang menyangkut kepribadian dan
tujuan dan sasaran kinerja, langkah ketiga
latar belakang kehidupannya.
dalam evaluasi adalah mendesain program,
Asesmen dan Evaluasi Bimbingan dan Konseling
langkah keempat adalah memperbaiki dan
Menurut Hamzah B. Uno & Satria Koni
terakhir adalah mencatat dan melaporkan
etik,
konseling
organisasi dan
bimbingan
melakukan
namun
Gladding,
prosedur
2012:346)
penilaian
yang
menerapkan
kebutuhan,
langkah
merevisi suatu program, langkah kelima dan
(2012:1) asesmen merupakan istilah umum
hasil
yang didefinisikan sebagai sebuah proses
mempublikasikan
yang ditempuh untuk mendapatkan informasi
program kepada masyarakat umum. Karena
yang digunakan dalam rangka membuat
evaluasi
keputusan-keputusan mengenai para siswa,
berkesinambungan
kurikulum, program-program, dan kebijakan
harus
pendidikan,
(Wheeler & Loesch, 1981). Bagian dari
pendidikan
metode lainnya
atau
terkait
dengan
dari
evaluasi
temuan
suatu dari
bagian profesi,
mempersiapkannya
yang konselor
dengan
baik
persiapan ini termasuk menentukan waktu
lembaga, organisasi, atau institusi resmi yang
untuk melakukan evaluasi. Bagian lain yang
menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu.
sama pentingnya adalah mendidik diri sendiri
evaluasi
suatu
adalah
yaitu
badan,
Sedangkan,
oleh
instrumen
program
adalah
sebuah
dan orang lain mengenai berbagai model
proses inkuiri terapan untuk mengumpulkan
evaluasi
dan menyatukan fakta-fakta yang menyeluruh
menawarkan daftar model evaluasi dan
dalam kesimpulan akhir tentang urusan
dimensi penting dari tiap model yaitu:
negara, nilai, jasa, kekayaan, signifikan, atau
a.
yang
tersedia.
Keputusan mengevaluasi
House
(1978)
16 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 9-18
b.
Pemilihan model
c.
Kendala
mengevaluasi layanan dan program, namun
internal
(tujuan,
asumsi,
pertanyaan) d.
Kendala
konselor harus mampu menilai dirinya sendiri sebelumnya sebelum membuat layanan dan
eksternal
(audiens,
metode,
program yang akan dibuat untuk dapat
kemampuan konselor)
menyelesaikan
e.
Model yang dipilih
eksternal yaitu kemampuan konselor dalam
f.
Program yang dievaluasi
mengevaluasi
g.
Modifikasi program
bimbingan dan konseling yang dibuat.
Gysbers & Henderson (dalam Coleman &
Pengembangan Autobiografi
Yeh, 2011: 741) memberikan tiga jenis evaluasi
dari
program
bimbingan
dan
konseling komprehensif. Pertama, evaluasi personel
Gibson
permasalahan
layanan
&
kendala
dan
Mitchell
program
(2011:410)
menggambarkan format kajian autobiografi sebagai berikut.
yang menjelaskan standar dan
prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi pekerjaan konselor sekolah. Kedua, evaluasi program menjelaskan standar dan prosedur yang digunakan untuk menentukan tingkat penerapan program bimbingan dan konseling di suatu sekolah. Ketiga, evaluasi hasil berfokus pada dampak program bimbingan dan
konseling
aktivitasnya
di
serta
suatu
sekolah
layanan
pada
dan siswa,
wilayah, dan masyarakat Berdasarkan beberapa pendapat di atas asesmen adalah proses yang ditempuh untuk mendapatkan
informasi
yang
digunakan
dalam rangka membuat keputusan-keputusan. Sedangkan
evaluasi
merupakan
suatu
kegiatan yang teratur melalui prosedur yang bertujuan untuk menilai dan mengambil keputusan. dengan
Konselor baik
harus
selain
menyiapkan
kemampuannya
Gambar 1. Format Kajian Autobiografi
Berdasarkan kajian teori yang ditulis, penulis kemudian mengembangkan kajian autobiografi sebagai berikut:
Rahmawati, Cahyaningsih, Autobiografi Seorang Konselor... 17
PENUTUP Kesimpulan Permasalahan yang terjadi dalam kinerja konselor di sekolah dapat diatasi dengan salah satunya mengembangkan asesmen evaluasi bagi
kinerja
konselor
menyelenggarakan
layanan
dalam
dan
program
bimbingan dan konseling. Melihat fungsi penting dari autobiografi yang belum banyak digunakan
dan
dikembangkan,
maka
autobiografi dapat menjadi salah satu solusi dalam
membantu
konselor
memahami
dirinya. Autobiografi ini mempunyai fungsi penting dalam membantu konselor untuk mengevaluasi sejauhmana dirinya sendiri bekerja secara profesional dalam bimbingan dan
konseling.
Konselor
mampu
lebih
memahami dirinya sendiri dengan menulis autobiografi
Gambar 2. Pengembangan Autobiografi
Format kajian tersebut dikembangkan menjadi
sebuah
asesmen
diri
konselor
merancang autobiografinya. Format tulisan bisa
dalam
bentuk
deskriptif
yang
dikembangkan menjadi sebuah cerita. Tidak ada batas ketentuan jumlah kata dalam autobiografi tersebut, namun perlu ditulis secara menyeluruh terkait gambaran diri seorang konselor, terutama pada bagian periode dewasa dan sekarang, yaitu pada aktivitas pekerjaan yang dilakukan setiap harinya.
yang
tentunya
sangat
membantunya dalam kompetensinya bekerja sebagai konselor, terutama konselor mampu mengetahui
dirinya
sendiri
dalam
meingkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikapnya sepanjang kehidupannya di masa lalu sampai sekarang. Saran Berdasarkan kesimpulan, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut. 1. Konselor atau guru bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan dapat menilai dirinya sendiri dalam rangka meningkatkan kualitas kinerjanya.
18 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 9-18
2. Konselor atau guru bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan dapat menulis autobiografi. 3. Autobiografi diharapkan sebagai salah satu
dokuemn
menunjang
yang
penting
kelengkapan
untuk
administrasi
bimbingan dan konseling yang ditujukan dalam penilaian asesor atau pengawas kinerja guru bimbingan dan konseling atau konselor. DAFTAR RUJUKAN Agus Basuki. (2014). Landasan Historis Bimbingan dan Konseling (Mata Kuliah Landasan BK pertemuan ke-6 dan 7). (Online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files /pendidikan/agus-basuki-mpd/materilandasan-sejarah-bimbingan-dankonseling.pdf, diakses pada tanggal 18 Maret 2017). Anderson, Linda. (2001). Autobiography. London: Routledge. Coleman, H. L. K & Yeh, C. (Ed.). (2011). Handbook of School Counseling. New York, NY: Taylor & Francis Group, LLC. Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Depdiknas. Gibson, Robert L. & Mitchell, Marianne H. (2011). Bimbingan dan Konseling. Penerjemah: Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gladding, Samuel T. (2012). Konseling: Profesi yang Menyeluruh edisi keenam. Penerjemah: Winarno dan Lilian Yuwono. Jakarta: PT INDEKS. Hamzah B. Uno & Satria Koni. (2012). Assesment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Kemendikbud. (2014). Permendikbud RI No 111 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemendikbud. (2016). Pedoman Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kemendikbud. (2016). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Dasar (SD). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Mertens, Donna M. (2015). Research and Evaluation in Education and Psychology Fourth Edition. Los Angeles: SAGE Publication Inc. Sunaryo Kartadinata. (2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya Pedagogis. Bandung: UPI Press. Syamsu Yusuf & Juantika Nurihsan. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Pustaka Pelajar.