AUDITING Prepared by:
Signature:
Ahmad Try Handoko (15919043) Magister Akuntansi
SOAL MATRIKULASI
AUDITING PENGANTAR Dra. Erna Hidayah., M.Si., Ak, CA.
Take Home Exam Dikumpulkan paling lambat Hari : Minggu, 13 Maret 2016 Dengan TULISAN TANGAN
1. Bobot 15%. Jelaskan Tiga Langkah Audit Berbasis Risiko. 2. Bobot 15%. Jelaskan kelompok asersi yang dapat digunakan auditor untuk mempertimbangkan berbagai salah saji dalam laporan keuangan. 3. Bobot 20% Auditor menggunakan asersi, untuk apa saja? jelaskan dan beri contohnya! 4. Bobot 20% Jelaskan perbedaan antara : overall materiality, specific materiality, dan performance materiality ! 5. Bobot 15% Apa perbedaan antara “Risiko Salah Saji Material” dan “Risiko Audit”. Jelaskan ! 6. Bobot 15% Dalam kondisi apa auditor tidak dapat memberi pendapat “Wajar Tanpa Pengecualian”. Jelaskan !
“Selamat Mengerjakan semoga Sukses”
1. Tiga langkah audit berbasis Risiko Tahap/ Langkah Risk Assesment (menilai risiko)
Penjelasan Melaksanakan
prosedur
penilaian
risiko
untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material dalam laporan Risk Response (menanggapi risiko)
keuangan. Merancang
dan
melaksanakan
prosedur
audit selanjutnya yang menanggapi risiko (salah
saji
diidentifikasi Reporting (pelaporan)
yang dan
material) dinilai,
yang pada
telah tingkat
laporan keuangan dan asersi. Tahap melaporkan meliputi: a. Merumuskan pendapat berdasarkan bukti audit yang diperoleh; dan b. Membuat dan menerbitkan laporan yang tepat, sesuai kesimpulan yang ditarik.
2. kelompok asersi yang dapat digunakan auditor untuk mempertimbangkan berbagai salah saji dalam laporan keuangan. A. Asersi untuk jenis transaksi Asersi Occurence
Penjelasan Transaksi dan peristiwa yang sudah dicatat, memang terjadi dan merupakan transaksi dan
Completeness
peristiwa
bersangkutan. Semua transaksi seharusnya
Accuracy
dari
entitas
yang
dan
peristiwa
yang
dicatat,
memang
sudah
dicatat. Angka-angka, jumlah-jumlah, dan data lain yang terkait dengan transaksi dan peristiwa
Cut-of
yang dicatat, sudah dicatat dengan akurat. Transaksi dan peristiwa dicatat dalam
Classification
periode akuntansi yang benar. Transaksi dan peristiwa dicatat dalam akun yang benar.
B. Asersi untuk saldo akun Asersi
Penjelasan
Existence Rights and obligations
Aset, Kewajiban, dan Ekuitas benar ada Entitas memiliki dan menguasai aset dan
Completeness
utang merupakan kewajiban entitas Semua Aset, Kewajiban, dan Ekuitas yang
Valuations and allocation
seharusnya dicatat, sudah dicatat. Aset, Kewajiban, dan Ekuitas dicantumkan dalam laporan keuangan dalam jumlah yang benar (appropriate amounts), dan semua penyesuaian atau adjusments untuk penilaian
(valuation)
dan
alokasi
(allocation) telah dicatat dengan benar. C. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan Asersi Occurence rights, and obligations
Penjelasan Transaksi, peristiwa dan hal-hal lain yang sudah
diungkapkan
dalam
laporan
keuangan, memang terjadi dan berkaitan dengan entitas yang bersangkutan. Semua pengungkapan yang seharusnya
Completeness
dicantumkan,
memang
sudah
dicantumkan, memang sudah dicantumkan Classification and understandability
dalam laporan keuangan. Informasi keuangan disajikan
dan
dijelaskan dengan tepat, pengungkapan dinyatakan dengan jelas. Informasi keuangan dan infomasi lainnya
Accuracy and valuation
diungkapkan
dengan
wajar
(fairly
disclosed) dan dalam jumlah yang benar (appropriate amounts).
D. Asersi Gabungan Asersi Gabungan C-Completeness E-Existence A-Accuracy dan
Jenis Transaksi Completeness Occurence Accuracy Cut-of
Saldo akun Completeness Existence Rights dan
Cut-of V-Valuation
Classification
Obligations Valuation Alocation
Presentasi dan pengungkapan Completeness Occurence Accuracy, Rights dan Obligations,
Classification, Understandability dan Valuation
Asersi Gabungan C-Completeness
Penjelasan Segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan dalam laporan keuangan, telah dicakup. Tidak ada aset, utang dan kewajiban, transaksi yang belum dicatat atau diungkapkan, tidak ada catatan dalam laporan keuangan yang hilang/ dihilangkan atau tidak lengkap. Segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan dalam
E-Existence
laporan
keuangan,
memang
ada
pada
tanggal
yang
bersangkutan dan memang harus dicakup. Aset, utang dan kewajiban, transaksi, dan hal-hal lain dalam catatan laporan keuangan, memang ada, terjadi dan terkait A-Accuracy dan Cut-of
dengan entitas. Semua kewajiban, pendapatan, beban, dan hak atas aset (yang dikuasai atau dibawah pengendalian merupakan kewajiban atau kekayaan entitas dan telah dicatat dalam jumlah yang benar dan dialokasikan ke periode yang benar. Juga telah dilakukan pengklasifikasian dan pengungkapan yang benar dalam laporan keuangan. Aset, Kewajiban, dan ekuitas dicatat dalam jumlah atau nilai (at
V-Valuation
the appropriate value) dalam laporan keuangan. Penyesuaian (adjusment) untuk penilaian atau alokasi yang diperlukan karena sifatnya atau sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterapkan, telah dicatat sebagaimana mestinya.
3. Auditor menggunakan asersi A. Asersi dapat digunakan auditor dalam menentukan jenis risiko salah saji yang terjadi, yaitu menilai risiko di tingkat laporan keuangan dan di tingkat asersi. -
Penilaian risiko ditingkat laporan keuangan
Risiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan, cenderung bersifat perfasif (tersebar luas) dan karenanya mencakup semua asersi. Contoh, jika kepala pembukuan tidak cukup kompeten, sangat boleh jadi kekeliruan terjadi dalam laporan keuangan. Kekeliruan semacam ini seringkali tidak terbatas pada satu saldo akun, atau satu jenis transaksi, atau suatu pengungkapan saja. Kekeliruan
juga
tidak
terbatas
pada
satu
asersi
saja,
seperti
lengkapnya
(completeness) transaksi penjualan. Kekeliruan dengan mudah merambah ke asersi lain seperti accuracy, existence, dan valuation.
-
Penilaian risiko di tingkat asersi
Risiko pada tingkat asersi berkaitan dengan saldo dari akun tertentu (secara individu) pada saat tertentu. Contoh, akhir tahun atau transaksi tertentu pada suatu periode tertentu (misalnya dalam tahun buku yang berangkutan), dan berkenaan dengan penyajian dan pengungkapan tertentu dalam laporan keuangan. Relevansi setiap asersi untuk saldo akun (atau jenis traksaksi atau penyajian dan pengungkapan) tertentu, akan berbeda, tergantung pada ciri saldo akun itu dan potensi salah saji yang material. Sebagai contoh, ketika menilai valuation assertion, auditor mungkin menilai risiko terjadinya kekeliruan menjadi rendah. Namun untuk persediaan
dimana
keusangan
(obsolescence)
merupakan
factor
penting
auditormenilai valuation risk tinggi. Contoh lain, karena kemungkinan hilangnya persediaan relatif kecil, auditor menilai risiko salah saji yang material berkenaan dengan completeness assertion, rendah. Akan tetapi, kelemahan dalam menangani transaksi penjualan menyebabkan auditor menilai risiko salah saji karena tidak lengkapnya saldo akun penjualan, sebagai risiko yang tinggi.
B. Asersi dapat digunakan auditor dalam menilai seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko salah saji yang material Contoh
-
Apakah risiko tersebut merupakan suatu risiko kecurangan;
-
Apakah risiko tersebut terkait dengan perkembangan terkini yang signifikan dalam bidang ekonomi, akuntansi, atau lainnya, dan oleh karena itu, membutuhkan perhatian spesifik;
-
Kompleksitas transaksi;
-
Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan dengan pihak yang berelasi;
-
Derajat subjektivitas dalam pengukuran informasi keuangan yang berkaitan risiko, terutama pengukuran yang melibatkan ketidakpastian pengukuran yang luas; dan
-
Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan yang terjadi di luar kegiatan bisnis normal entitas, atau yang tampaknya tidak biasa
C. Asersi dapat digunakan auditor dalam merancang prosedur audit selanjutnya (further audit procedures) sebagai jawaban atau tanggapan terhadap risiko yang dinilai (responsive to the assessed risk). Contoh
-
Permintaan keterangan dari manajemen, dan personel lain dalam entitas yang menurut pertimbangan auditor kemungkinan memiliki informasi yang mungkin membantu dalam mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material karena kecurangan atau kesalahan.
-
Prosedur analitis.
-
Observasi dan inspeksi.
4. perbedaan antara : overall materiality, specific materiality, dan performance materiality A.
Performance Materiality
Performance materiality memungkinkan auditor menangani risiko salah saji dalam jenis transaksi, saldo akun atau disclousures tanpa harus mengubah overall materiality. Performance
materiality memungkinkan
auditor menetapkan
angka materialitas
berdasarkan overall materiality, tetapi lebih rendah dari overall materiality untuk mencerminkan detection risk (risiko tidak terdeteksinya salah saji) dan untuk mencerminkan penilaian risiko. Angka yang lebih rendah berfungsi sebagai penyangga (bufer) antara performance materiality (yang digunakan untuk menentukan sifat dan luasnya
prosedur
audit
yang
harus
dilaksanakan)
dengan
overall
materiality
(materialitas menyeluruh). Menetapkan angka performance materiality yang tepat memerlukan kearifanprofesional (professional
judgement),
dan
bukan
sekedar
hitung-hitungan
sederhana
atau
penerapan atbel-tabel. Performance
materiality
secara
keseluruhan
atau
untuk
saldo,
transaksi
dan
disclousures secara individual mungkin harus diubah pada setiap waktu selama audit (tanpa mempengaruhi overall materiality) untuk mencerminkan penilaian risiko yang diubah (revised risk assesment), temuan audit, dan informasi baru pada penyelesaian audit, overall materiality akan digunakan untuk mengevaluasi dampak salah saji yang tidak teridentifikasi dalam laporan keuangan dan tepatnya pendapat auditor. B. Overall Materilaity Overall materiality didasarkan atas persepsi auditor mengenai kebutuhan informasi keuangan dari pemakai laporan keuangan. Umumnya dan seharusnya ditetapkan
sebesar angka materialitas yang digunakan pembuat laporan keuangan.
Dengan
professional judgement, auditor akan menetapkan materialitas pada angka salah saji tertinggi yang tidak akan berdampak pada keputusan ekonomis yang dibuat pemakai laporan keuangan. Sekali ditetapkan, angka overall materiality menjadi salah satu faktor yang pada akhirnya menjadi ukuran yang dipakai untuk menilai sukses atau gagalnya audit. Pada penyelesaian audit, overall materiality akan digunakan untuk mengevaluasi dampak salah saji yang tidak teridentifikasi dalam laporan keuangan dan tepatnya pendapat auditor. C. Specifik Materiality Ada beberapa situasi di mana salah saji yang lebih kecil dari angka materialitas untuk laporan
keuangan
mempengaruhi
secara
pengambilan
keseluruhan keputusan
dapat oleh
diperkirakan pemakai
secara
laporan
layak
akan
keuangan.
Yang
mempengaruhi keputusan tersebut antara lain: Ketentuan perundang-undangan dan kerangka pelaporan keuangan, pengungkapan utama dalam industri yang bersangkutan, pengungkapan peristiwa penting, perubahan pentinga dalam operasi.
5. perbedaan antara “Risiko Salah Saji Material” dan “Risiko Audit”. A. Risiko salah saji material Salah saji material (material misstatement) terjadi jika secara layak diharapkan akan mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai laporan keuangan. Antara lain:
-
Terjadi secara sendiri-sendiri atau bersama.
-
Berupa salah saji yang tidak dikoreksi
-
Pengungkapan yang menyesatkan
-
Kesalahan atau kecurangan.
Pada risiko salah saji material merupakan risiko residual manajemen, yaitu risiko yang tersisa setelah manajemen mengupayakan segala pengendalian. Istilah lain untuk management’s residual risk adalah risk appetite (“selera” terhadap risiko) atau risk tolerance (toleransi terhadap risiko). B. Risiko Audit
Risiko audit (audit risk) adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat (expressing an inappropriate audit opinion) atas laporan keuangan yang disalahsajikan secara material. Risiko audit terdiri dari: Risiko Inherent risk (risiko bawaan)
Sifat Laporan
dan
mungkin/
control
risk
pengendalian) Detection
Risk
deteksi)
(risiko
Sumber keuangan Tujuan/ operasi entitas dan berpotensi rancangan/
mengandung
salah
yang material (risiko Auditor mungkin
saji pengendalian internal oleh gagal
manajemen. Sifat dan luasnya prosedur
mendeteksi salah saji yang
audit
material
auditor.
dalam
implementasi
laporan
yang
dilaksanakan
keuangan Risiko bawaan berisi semua faktor risiko bisnis dan kecurangan (business and fraud risk factors) yang dapat menyebabkan laporan keuangan disalahsajikan secara material (tanpa mempertimbangkan mitigasi oleh pengendalian internal). Risiko pengendalian (control risk) mencerminkan prosedur pengendalian yang perfasif dan spesifik yang dibuat manajemen untuk memitigasi risiko Laporan keuangan disalahsajikan. 6. Auditor tidak dapat memberi pendapat “Wajar Tanpa Pengecualian jika: a. Kesimpulan opini WDP, yang wajib jika:
-
Auditor setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa salah saji sendiri-sendiri atau digabungkan adalah material tetapi tidak pervasif untuk laporan keuangan yang bersangkutan.
-
Auditor tidak berhasil memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk dijadikan dasar pemberian pendapat, tetapi ia menyimpulkanbahwa dampak salah saji yang tidak ditemukan mungkin material tetapi tidak pervasif.
b. Kesimpulan opini TW, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat menyimpulkan bahwa salah saji, sendiri-sendiri atau digabungkan adalah material dan pervasif untuk laporan keuanganyang bersangkutan. c. Kesimpulan opini TMP, yang wajib jika:
-
Auditor tidak berhasil memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk dijadikan dasar pemberian pendapat, dan menyimpulkan bahwa dampak salah saji yang tidak ditemukan bisa material dan pervasif.
-
Auditor dalam situasi yang sangat langka dimana ada beberapa ketidakpastian yang menyimpulkan bahwa meskipun telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai masing-masing ketidakpastian tersebut, tidak mungkin baginya memberikan pendapat karena ketidakpastian karena ketidakpastian tersebut bisa saling terkait dan dampak kumulatif dari ketidakpastian itu terhadap laporan keuangan.
d. Hal-hal lain yang memerlukan modifikasi, antara lain:
-
Menghilangkan pembatasan
-
Manajemen menolak menghilangkan pembatasan
-
Auditor tidak memperoleh bukti dan tidak mampu memperoleh bukti audit
-
Auditor mengundurkan diri
-
Pendapat yang bertentangan
-
Masalah penyebab modifikasi
-
Salah saji yang material
-
Pengungkapan disalahsajikan
-
Informasi yang seharusnya diungkapkan
-
Dan hal lainnya yang memerlukan modifikasi