Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
AUDIT LINGKUNGAN SEBAGAI INSTRUMEN DALAM MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN TERHADAP PENGELOLAAN KUALITAS LINGKUNGAN Raynard C. Sanito Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, Jayapura, Papua Jl Raya Padang Bulan Waena, Jayapura, Papua. e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Industrialisasi di Indonesia akan terus berkembang dengan pesat, sehingga berpotensi menghasilkan dampak penting terhadap lingkungan. Audit lingkungan merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk melakukan penilaian secara objektif terhadap suatu kegiatan yang telah berjalan. Tujuan dilakukan audit pada prinsipnya adalah mencari temuan yang nantinya dapat dilakukan perbaikan terhadap kinerja perusahaan berupa bentuk temuan ketaatan, ketidaktaatan dan observasi berdasarkan protokol audit yang telah disusun oleh tim audit. Temuan-temuan dalam proses audit lingkungan diperoleh berdasarkan berbagai jenis kriteria protokol audit yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh tim. Proses audit meliputi beberapa hal diantaranya perencanaan audit, pembuatan protokol audit, teknik melakukan audit, temuan dalam audit, proses perbaikan dan rekomendasi. Selama audit lingkungan berlangsung berbagai jenis fakta, data atau sumber informasi yang ditemukan di lapangan dapat menjadi suatu temuan apabila telah dilakukan proses verifikasi fakta atau verifikasi informasi dan evaluasi berdasarkan kriteria audit atau protokol audit. Evaluasi berdasarkan kriteria audit akan menentukan temuan digolongkan menjadi temuan ketaatan, ketidaktaatan atau observasi. Audit lingkungan merupakan instrumen penting dalam meningkatkan ketaatan dan kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan berdasarkan peraturan perundang-undangan lingkungan hidup dan pada saat operasional telah berlangsung. Berbagai temuan dilapangan akan di review kembali oleh auditi atau manajemen perusahaan untuk segera melaksanakan pengambilan tindakan perbaikan. Kata Kunci: Audit lingkungan, Auditi, Auditor, Protokol audit, Temuan.
PENDAHULUAN Industrialisasi di Indonesia berkembang dengan sangat pesat sehingga berpotensi menghasilkan dampak penting terhadap lingkungan. Menurut Fandeli et al., (2006) Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan instrumen yang digunakan untuk menganalisis prakiraan dampak penting pada tahap perencanaan (prakonstruksi, konstruksi dan operasi suatu kegiatan). Dampak penting yang dianalisis berdasarkan hasil pelingkupan menggunakan berbagai jenis metode ilmiah. Analisis mengenai kegiatan yang tidak memiliki dampak penting pada umumnya hanya memerlukan instrumen Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL). Fandeli et al., (2006) mengemukakan bahwa audit merupakan suatu proses sistematis, mandiri, dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti dan penilaian objektif dan mengevaluasi untuk mengetahui sejauh mana kriteria audit telah dilaksanakan atau terpenuhi. ISBN: 978-602-70604-4-9 A-24-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
Audit lingkungan merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi ketaatan penanggung jawab usaha atau kegiatan terhadap berbagai persyaratan hukum/peraturan perundang-undangan dan berbagai kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah (Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2013). Audit lingkungan pada dasarnya menyediakan cara untuk membahas pemahaman kontekstual antara auditor dengan auditi mengenai maksud dilakukannya audit dan cara mencapai tujuan tersebut agar dapat dilaksanakan (Cook et al., 2016). Audit lingkungan dapat menjadi suatu instrumen yang melindungi lingkungan serta terintegrasi dalam penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (Kaur dan Gupta, 2011). Audit lingkungan mengacu pada proses, instrumen yang digunakan serta instrumen kebijakan yang secara perinsip mengacu pada berbagai sumber (Cook et al., 2016). Audit lingkungan dilaksanakan pada saat suatu kegiatan yang sedang beroperasi (Fandeli et al., 2006). Secara prinsip audit lingkungan merupakan bagian dari sistem manajemen mutu (ISO 9001) dan sistem manajemen lingkungan (ISO 14001) (Fandeli et al., 2006; Kaur dan Gupta, 2011). Audit lingkungan juga dilaksanakan saat operasional suatu kegiatan telah beroperasi atau berjalan (Purwono, 2015). Tujuan dilaksanakannya audit lingkungan secara umum adalah mencari temuan dan melakukan verifikasi yang bersifat taat, tidak taat serta observasi terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan hidup yang berlaku. Audit lingkungan pada dasarnya bukan melakukan judgement melainkan verifikasi terhadap ketaatan terhadap kegiatan yang telah direncanakan, belum direncanakan dan akan dilaksanakan saat operasional. Hasil temuan pada saat audit lingkungan berlangsung kemudian dianalisis dan melakukan penyusunan rekomendasi berupa perbaikan kepada auditi. Audit lingkungan terdiri dari audit lingkungan yang bersifat sukarela dan audit lingkungan hidup yang diwajibkan (Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2013). Audit lingkungan yang bersifat sukarela pada dasarnya adalah audit internal dan audit eksternal, bersifat tidak dipaksakan, dilaksanakan berdasarkan dokumen AMDAL atau UKL-UPL, merupakan inisiatif dari perusahaan yang dilaksanakan oleh pihak penanggung jawab usaha atau perusahaan. Audit lingkungan yang diwajibkan merupakan audit eksternal yang pada dasarnya bersifat memaksa dan dilaksanakan oleh Auditor yang ditunjuk oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2013). Audit yang bersifat wajib secara umum dilakukan tehadap kegiatan yang berisiko tinggi terhadap lingkungan dan kegiatan yang tidak menunjukkan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan lingkungan hidup (Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2013). Purwono (2015), mengemukakan bahwa hal utama yang diperiksa dalam proses audit lingkungan mengenai ketaatan terhadap kebijakan, peraturan perundang-undangan dan standart operational procedure (SOP). Cook et al., 2016 mengemukakan bahwa karakteristik utama dalam pelaksanaan audit lingkungan terdiri dari efektivitas, objektivitas atau tidak memihak pada siapapun dan transparan. Informasi dan standarisasi yang terpenting adalah kriteria untuk melakukan penilaian atau evaluasi dalam audit lingkungan. Sebelum melaksanakan proses audit perlu dilakukan persiapan audit yang meliputi perencanaan audit, pembuatan protokol audit, teknis pelaksanaan audit, berbagai jenis temuan selama proses audit berlangsung serta rekomendasi perbaikan serta peningkatan kinerja. PERSIAPAN DAN PROSES AUDIT Dalam melaksanakan audit lingkungan terdapat beberapa hal penting yang harus dipersiapkan diantaranya yaitu: Memilih ketua tim audit yang berasal dari auditi yang memiliki pengalaman audit dan anggota tim audit yang memiliki kualifikasi sesuai dengan bidang keilmuan; ISBN: 978-602-70604-4-9 A-24-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
Menentukan rencana audit yang terdiri scope atau ruang lingkup audit; Membuat protokol audit berupa checklist yang berisi berbagai daftar pertanyaan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Pada saat audit berlangsung beberapa hal penting yang harus diperhatikan diantaranya: Pengklasifikasian temuan dari kegiatan audit berupa verifikasi, konfirmasi dan observasi; Mencari temuan bersifat ketaatan, ketidaktaatan dan observasi (berpotensi mengarah pada temuan ketidaktaatan) berdasarkan checklist atau protokol audit; Memberi rekomendasi dan prioritas perbaikan terhadap temuan di lapangan. Mulai
Persiapan Audit
Konsultasi Dengan Auditi
Pemilihan Tim Audit Berdasarkan Kualifikasi Tenaga Ahli
Kajian Teknis Dalam Wawancara
Ruang Lingkup Audit dan kriteria Audit
Penentuan Lama Waktu Audit
Pelaksanaan Audit Lingkungan
Fakta / data / sumber informasi Verifikasi Fakta Bukti Evaluasi dengan Kriteria Audit Temuan : Taat, Tidak Taat, Observasi
Rekomendasi & Prioritas Perbaikan
Penyampaian hasil Audit Pada Auditi
Pembuatan Laporan
Selesai
Gambar 1. Diagram Alir Proses Audit Lingkungan Perencanaan Audit Perencanaan audit pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk mempersiapkan audit sebaik mungkin (Purwono, 2015; Kramadisastra, 2016). Beberapa hal penting yang harus dipersiapkan dengan baik meliputi konsultasi dengan auditi, pemilihan tim audit, kualifikasi tim audit, ruang lingkup atau scope audit, kajian teknis dalam wawancara dan lama waktu audit (Purwono, 2015; Kramadisastra, 2016).
ISBN: 978-602-70604-4-9 A-24-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
Pemilihan tim audit bertujuan untuk mendapatkan anggota tim yang sesuai kualifikasi ruang lingkup audit. Ruang lingkup audit pada dasarnya ditentukan berdasarkan tata letak lokasi fisik, aktivitas organisasi, kegiatan dan proses atau periode waktu. Secara umum terdapat beberapa jenis kriteria audit lingkungan yang dilaksanakan dalam proses audit yaitu audit perizinan, audit pengendalian pencemaran air, audit pengendalian emisi udara, audit bahan berbahaya beracun dan audit limbah bahan berbahaya dan beracun (Purwono, 2015; Kramadisastra 2016). Penentuan kriteria audit memberikan penjelasankepada auditor dan auditi bagaimana sebaiknya audit dilaksanakan (Cook et al., 2016). Ruang lingkup audit yang telah ditentukan kemudian dijadikan acuan untuk membuat protokol audit berupa checklist audit berdasarkan peraturan perundang-undangan lingkungan hidup yang berlaku. Pembuatan Protokol Audit dan Teknik Melakukan Audit Protokol audit dibuat berdasarkan berbagai jenis peraturan seperti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta peraturan daerah. Peraturan yang digunakan untuk melakukan audit berdasarkan kriteria audit yang telah dikonsultasikan dengan auditi. Pelaksanaan audit lingkungan terdiri dari verifikasi, observasi dan konfirmasi (Purwono, 2015; Kramadisastra, 2016). Verifikasi merupakan kegiatan pemeriksaan berdasarkan adanya dokumen atau standar operasional prosedur (SOP). Observasi merupakan kegiatan memeriksa secara fisik berbagai temuan dilapangan sedangkan konfirmasi merupakan temuan berdasarkan hasil wawancara dengan petugas di lapangan (Purwono, 2015). Teknik dalam audit lingkungan dilakukan dengan wawancara (Purwono, 2015; Kramadisastra, 2016). Teknik wawancara dapat dilaksanakan dengan melihat-lihat dokumen (Purwono, 2015; Ernhart dan Leonard, 2016). Teknik wawancara juga dapat dilakukan dengan melakukan wawancara langsung pada manager, superintendent, supervisor, staff, maupun operator pada saat melakukan kunjungan lapangan (Purwono, 2015; Kramadisastra, 2016). Protokol audit pada dasarnya mengacu pada berbagai peraturan perundang-undangan lingkungan (Purwono, 2015; Kramadisastra, 2016; Ernhart dan Leonard, 2016). Temuan-temuan Dalam Proses Audit Temuan-temuan dalam proses audit lingkungan di lapangan diperoleh berdasarkan berbagai jenis kriteria protokol audit yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh tim. Fakta, data atau sumber informasi yang ditemukan di lapangan dapat menjadi suatu temuan apabila telah dilakukan proses verifikasi fakta atau verifikasi informasi dan evaluasi berdasarkan kriteria audit atau protokol audit yang kemudian akan disimpulkan menjadi temuan (Purwono, 2015). Teknik penilaian digolongkan menjadi observasi, konfirmasi dan verifikasi (Purwono, 2015). Observasi berarti mengamati dengan melakukan pemeriksaan secara fisik di lapangan. Konfirmasi dilakukan dengan melakukan wawancara dengan karyawan atau petugas misalnya wawancara dengan manager, superintendent, supervisor, staff, operator dan lain sebagainya. Verifikasi merupakan pemeriksaan dokumen seperti SOP, perizinan, dokumen lingkungan serta berbagai jenis dokumen lainnya. Pemeriksaan baik secara verifikasi, konfirmasi dan observasi akan menentukan hasil temuan apakah tergolong temuan bersifat taat, tidak taat atau observasi. Data yang ditemukan dilapangan berupa fakta atau sumber informasi dilakukan verifikasi. Hasil verifikasi fakta akan menentukan apakah fakta atau sumber informasi dapat dijadikan bukti atau tidak. Purwono (2015), mengemukakan bahwa bukti hasil verifikasi data kemudian dievaluasi berdasarkan kriteria audit pada protokol audit (checklist) yang nantinya ISBN: 978-602-70604-4-9 A-24-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
akan menyimpulkan fakta atau sumber informasi adalah menjadi temuan (findings). Berbagai jenis temuan dalam proses pelaksanaan audit lingkungan terdiri dari beberapa hal terdiri dari: Temuan taat apabila auditi telah melaksanakan berbagai ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan lingkungan hidup yang berlaku; Temuan ketidaktaatan apabila berdasarkan berbagai hasil temuan selama proses audit berlangsung terdapat ketidaksesuaian antara pelaksanaan dengan berbagai peraturan perundangan lingkungan yang berlaku; Temuan yang bersifat observasi pada prinsipnya telah berupaya melaksanakan ketentuan-ketentuan perundang-undangan lingkungan yang berlaku tetapi masih terdapat kekeliruan dan beberapa kesalahan sehingga temuan observasi berpotensi mengarah pada temuan ketidaktaatan apabila tidak segera melakukan tindakan perbaikan. Kesimpulan audit lingkungan yang telah dilaksanakan secara prinsip telah menjawab beberapa hal penting diantaranya ketaatan terhadap berbagai jenis kriteria audit, efektivitas kinerja pengelolaan lingkungan hidup perusahaan, kemampuan managemen perusahaan dalam meningkatkan kinerja khususnya dalam pengelolaan lingkungan hidup, serta rekomendasi untuk meningkatkan kinerja audit lingkungan kedepannya (Purwono, 2015). Rekomendasi Peningkatan Kinerja dan Perbaikan Berbagai jenis temuan baik ketaatan, ketidaktaatan dan observasi perlu diberikan rekomendasi atau perbaikan. Secara umum rekomendasi perbaikan terhadap bentuk ketidaktaatan bersifat urgent. Ketidaktaatan secara prinsip telah menyimpang dari berbagai peraturan perundang-undangan lingkungan hidup yang berlaku. Auditi sebagai pihak yang di audit harus memiliki komitmen untuk segera memperbaiki berbagai temuan ketidaktaatan agar kinerja perusahaan dapat lebih baik untuk kedepannya. Tujuan diberikannya rekomendasi oleh auditor kepada auditi diantaranya: Sebagai peningkatan kinerja untuk menjadi lebih baik dari sekedar taat terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan, sekaligus sebagai persiapan kegiatan PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Mengetahui berbagai bentuk penyimpangan berdasarkan kriteria audit seperti temuan ketidaktaatan dan observasi baik secara sengaja maupun tidak disengaja (ketidaktahuan); Sebagai komitmen perusahaan terhadap upaya pengelolaan dan perlindungan lingkungan; Menjaga citra perusahaan agar tetap baik di mata masyarakat dan pemerintah; Bahan evaluasi agar pihak manajemen perusahaan tetap berkomitmen untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan; Menghindari sanksi pidana dan potensi pencabutan izin usaha. Secara umum dukungan dan partisipasi dari pimpinan terhadap pentingnya audit lingkungan dapat menghasilkan suatu dokumen audit yang sempurna dan baik (Fandelli et al., 2006). Audit lingkungan dapat menjadi pedoman dari manajemen untuk tetap menjaga komitmen suatu badan usaha atau kegiatan agar tetap memperhatikan lingkungan (Enhart dan Leonard, 2016). Pemerintah hingga saat ini menerapkan peringkat ketaatan dalam PROPER sebagai upaya pemerintah dalam menilain kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. Audit lingkungan dapat menjadi suatu instrumen yang sangat membantu perusahaan dalam mendukung persiapan dalam menghadapi PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
ISBN: 978-602-70604-4-9 A-24-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016
KESIMPULAN Audit lingkungan merupakan suatu instrumen penting dalam meningkatkan ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan hidup yang berlaku. Berbagai temuan dalam proses audit lingkungan baik ketaatan, ketidaktaatan maupun observasi dapat menjadi bahan perbaikan yang tertuang dalam rekomendasi dan prioritas untuk memperbaiki dan mempertahankan kinerja perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Berbagai temuan dilapangan akan di review kembali oleh auditi atau manajemen perusahaan untuk segera melaksanakan pengambilan keputusan dalam melaksanakan tindakan perbaikan. DAFTAR PUSTAKA Cook, W., van Bommel, S., dan Turnhout, E. (2016). Inside environmental auditing: effectiveness, objectivity, and transparency. Journal of Environmental Sustainability, Vol.18. p. 33-39. Earnhart, D., dan Leonard, J.M. (2016). Environmental audits and signaling: the role of firm organizational structure. Journal of Energy Economics, Vol. 44. p. 1-22. Fandeli, C., Utami, R.N., dan Nurmansyah, S. (2006). Audit Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Kaur, S., dan Gupta, N. (2011). Environmental Auditing for Protecting Environmental Right in India, Journal of Learning Community: Vol. 2.p. 141-149. Kramadisastra, A, K. (2016). Program magang audit lingkungan, Disampaikan dalam Program Magang Audit Lingkungan PT Bogor Environment Resource Institute, Tangerang, Banten. Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia (2013). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 03 Tahun 2013 Tentang Audit Lingkungan Hidup. Purwono, B. (2015). Pelatihan audit lingkungan. Pusat Studi lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada, Disampaikan dalam Lokakarya Audit Lingkungan, Yogyakarta.
ISBN: 978-602-70604-4-9 A-24-6