ATRAKSI, PRODUK WISATA, DAN EVENT WISATA DARI TEORI KE PRAKTIK Ni Made Eka Mahadewi Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali
[email protected]
ABSTRACT The purpose of this paper is to review of attraction, tourist product and tourism even theory of Bali as a tourism destination. Based on study case of tourism event in Bali, by linking theories to industry practice. This paper advocates that tourism destination affected by attraction and events. This paper offers a good understanding of attraction, tourist product, tourism event and its impact to destination. By using description kuantitatifmethod of analysis found that (i) Tourism activity in tourism destination iss a part informing tourism activities (ii) The involvement of tourist in tourism destination is not optimal so that make less of impression by tourist itself to tourism destination (iii) Tourist consumption such as cultural event could be developed in details activity (iv) For Baali, combinationof tourism theory could bebasic consideration in tourism development in Bali. Keywords : Tourism event, tourist attraction, cultural event, tourism destination. PENDAHULUAN Bali memiliki keunikan dari sisi budaya dibandingkan dengan daerah wisata lainnya di Indonesia. Keunikan inilah yang memberikan nilai yang berbeda juga bagi wisatawan untuk memilih Bali sebagai daerah tujuan wisata. Dukungan pemerintah yang dikuatkan dengan adanya peraturan Perda 3/1990 tentang Pariwisata Budaya, seakan-akan menggerakkan setiap aktivitas destinasi wisata selalu mengacu pada budaya Bali. Dapat dikatakan, industri pariwisata yang terlibat di Bali, sebagian besar seakan tunduk pada aturan ini. Berbagai sumber mengungkapkan, bahwa destinasi wisata adalah bergantung dari atraksi. Dan atraksi
adalah produk wisata dalam industri keparwisataan. Dari sisi persepktif kepariwisataan, industri pariwisata mengacu pada semua aktivitas yang menawarkan dan menjual produkproduk pariwisata. Menurut Middleton, (2009:20) produk pariwisata didefinisikan sebagai “A bundle or package of tangible and intangible component, based on activity at destination. The package is perceived by the tourist as an experience available at price.” Ini berarti bahwa produk pariwisata adalah semua bentuk aktivitas manusia yang terjadi di daerah destinasi. Dengan demikian sebenarnya produk pariwisata itu bukan hanya atraksi saja, tapi meliputi semua aktivitas wisatawan,
Jurnal Perhotelan dan Pariwisata, Agustus 2012, Vol.2 No.1 hal.1
Sekolah Tinggi Pariwisata Triatma Jaya, Ni Made Eka Mahadewi.
seperti menikmati, melihat, merasakan, mendengar, mengamati, dan membeli semua bentuk barang dan jasa yang ditawarkan di daerah destinasi. Sementara itu, Cooper (1990) dalam bukunya Tourism Principle and Practice, menjelaskan bahwa area wisata itu tidak hanya terdiri atas destinasi wisata itu sendiri, tetapi juga daerah asal dan daerah transit atau daerah yang dilewati oleh wisatawan selama melakukan kegiatan pariwisata. Aktivitas di daerah tujuan wisata, adalah bentuk atraksi-atraksi wisata. A. ATRAKSI WISATA Setiap orang bisa membuat susunan atraksi wisata, beberapa yang terkenal di dunia maupun pada kota-kota kecil seperti: Angkor Wat, Disneyland, the Eiffel Tower, Kuta Beach, Kakadu National Park, Sydney Opera House, the Big Banana, Whales at Byron Bay, Bledisloe Cup matches. Permasalahannya adalah apakah yang menyebabkan wisatawan tertarik kepada pemandangan, tempat-tempat, objek serta peristiwaperistiwa tersebut, itulah yang menarik untuk dibahas dalam mengungkap pentingnya atraksi wisata (Leiper, 2004:305). Swarbrooke (1995:3) menyatakan atraksi merupakan sektor yang sangat kompleks dalam industri pariwisata. Menurutnya ada beberapa buku yang khususnya membahas tentang atraksi ada beberapa definisi yang tidak semua dapat diterima secara umum. Berikut beberapa kutipan dari berbagai definisi tentang atraksi: Atraksi adalah sesuatu yang permanen dalam daerah tujuan wisata. Atraksi ditujukan kepada
pengunjung, yang tujuan utamanya untuk memberikan hiburan, bersenang-senang, pendidikan, menyaksikan sesuatu yang menarik . Hal ini terbuka untuk umum tanpa harus ada pemesanan, harus di publikasikan setiap tahun dan dapat menarik wisatawan maupun masyarakat lokal setiap hari. (Scottish Touris Board, 1991) Atraksi juga merupakan sumber daya yang bersifat alami, dikontrol dan diatur untuk kegiatan bersenangsenang, hiburan, musik dan pendidikan, serta dikunjungi oleh publik (Middleton, 1988) Dari berbagai penelitian ilmiah bidang pariwisata, definisi mengenai atraksi beserta hal-hal yang terkait didalamnya oleh Ritchie dan Zinns (1978) serta Ferrario (1979), pengklasifikasian atraksi dapat dilihat seperti keindahan alam, iklim, situs, dan budaya. Menurut Stear (Leiper, 2004:305) kebanyakan penulis tidak jelas dalam memaparkan fungsi sebuah atraksi karena menggunakan kalimat khiasan. Istilah-istilah seperti “atraksi, gambar, ketertarikan, faktor pendorong, pengaruh grafitasi” memiliki kekuatan mempengaruhi tingkah laku wisatawan, yang merupakan kekuatan dari sebuah atraksi di seluruh dunia. Tempattempat, bangunan-bangunan, objek dan peristiwa-peristiwa yang biasa dikenal sebagai atraksi wisata yang populer (Bondi Beach, Disneyland, Gracelands, the Empire State Building, whales, Pandas) menurut Stear tidaklah sepenuhnya memiliki kekuatan untuk mempengaruhi tingkah laku wisatawan. Terkait dengan Bali, ketertarikan pada atraksi adalah faktor yang
Jurnal Perhotelan dan Pariwisata, Agustus 2012, Vol.2 No.1 hal.2
Sekolah Tinggi Pariwisata Triatma Jaya, Ni Made Eka Mahadewi.
menentukan pilihan mereka untuk berkunjung ke Bali (Mahadewi, 2004). Definisi atraksi wisata yang lain adalah „segala hal yang membuat wisatawan tertarik‟ (Lundberg,1985: 33); „atraksi bisa berupa situs atraksi atau peristiwaperistiwa, dimana keduanya merupakan pengaruh gravitasi yang mempengaruhi‟ (Burkart dan Medlik,1974: 44); „atraksi adalah merupakan daya pikat‟, jika tidak demikian, tidak bisa dikatakan sebagai sebuah atraksi‟ (Gunn,1972: 37), „terkadang alam dan sejarah mempunyai daya tarik intrinsik‟ (Gunn,1979: 71) dan, yang paling nyata, „saya yakin bahwa objek wisata memiliki kesatupaduan, keunggulan unik yang mampu menarik wisatawan‟ (Schmidt, 1989: 447). Dari berbagai peristilahan dan definisi berbagai ahli pariwisata, dapat dikatakan bahwa kata „atraksi‟, „daya pikat‟ merupakan kata yang menarik dalam penjabaran atraksi wisata. Namun hal ini pun masih ditentang kembali oleh Pigram (1983:193), bahwa atraksi sebagai daya pikat bukanlah semata-mata sebuah kesatupaduan‟. Ungkapan seperti atraksi, faktor pendorong, kesatupaduan memiliki arti yang biasa. Makna yang lebih berarti, akan terungkap ketika terjadinya suatu „proses‟. Melalui contoh Bumi menjaga keseimbangan dengan daya tarik gravitasi, dan magnet menarik besi dengan gaya tarik magnet. Proses tersebut melibatkan sebuah kesatupaduan sifat didalam menarik suatu benda yang mampu membuat suatu perubahan fisik dan menggerakkan benda lain didalam suatu area. Sebagai tempat yang menawarkan atraksi, daerah tujuan
wisata mempunyai keistimewaan pada suatu wilayah sebagai suatu tempat untuk berlibur dengan kriteria sebagai berikut: 1. Sesuatu yang menarik wisatawan yang berbeda dari tempat asalnya dimana wisatawan dapat melakukan aktivitas yang sesuai dengan keinginannya. 2. Memberikan kesenangan dan pengalaman yang menarik, kepuasan pengunjung/wisatawan untuk menghabiskan waktu berliburnya. 3. Mengembangkan potensi pengetahuan/pendidikan 4. Menyajikan atraksi wisata, memberikan kesenangan kepada wisatawan. 5. Kemungkinan membayar dalam kunjungannya (Walsh-Heron and Stevens, 1990 ed. Swarbrooke, 1995:4) Dari definisi diatas, Atraksi wisata terbagai dalam 4 kelompok (Swarbrooke,1996:5) 1. Menonjolkan keistimewaan kealamian lingkungan 2. Terbentuk dari buatan manusia, struktur dan tempatnya tergantung kepada tujuan para pengunjung, seperti kegiatan budaya dan tempat bersejarah, akan tetapi sekarang ada beberapa wisatawan yang menggunakannya untuk kegiatan bersantai 3. Terbentuk dari buatan manusia, struktur dan tempatnya dengan desain untuk menarik wisatawan dan kebutuhan tujuan mereka seperti seperti Taman Safari 4. Special event
Jurnal Perhotelan dan Pariwisata, Agustus 2012, Vol.2 No.1 hal.3
Sekolah Tinggi Pariwisata Triatma Jaya, Ni Made Eka Mahadewi.
PRODUK WISATA Lazar and Kelley (1962:413) yang diadopsi oleh Hebestreit (1975:82 ed Scmoll,1976:22-32) menyebutkan instrumen produk pariwisata terdiri dari beberapa hal yaitu: (1) pelayanan kepada wisatawan; (2) kualitas produk , (3) harga produk, (4) kondisi tempat penyelenggaraan produk, (5) transportasi, (6) akomodasi, (7) entertainment, (8) jasa travel agent, (9) pedagang pengecer. Sedangkan Lickorish (1958:216 ed Scmoll,1976:46) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap destinasi wisata sebagai sebuah produk terdiri dari (1) harga, (2) Atraksi wisata, (3) Fasilitas wisata,(4) pelayanan wisata, (5) aksessibilitas, (6) pelayanan awal perjalanan, (7) informasi wisata, (8), image, (9) asosiasi wisata. Swarbrooke (1995: 36) mengemukakan atraksi wisata adalah a service product. Sebagai sebuah produk jasa (Sasser, 1978 ed Swarbrooke), maka (1) atraksi wisata yang ditawarkan didalamnya termasuk pelayanan yang diberikan oleh tenaga kerja yang bekerja disektor tersebut. (2) ada konsumen yang menikmati produk atraksi wisata yang ditawarkan, (3) atraksi wisata tidak bisa diukur (not standardize), yang artinya produk wisata sangat tergantung dari proses terjadinya penawaran produk yang melibatkan pengelola, pelayanan dan konsumen. (4) produk wisata dapat rusak dan bersifat tidak bisa disimpan (perishable and cannot be stored), yang artinya proses produksi dan konsumsi terjadi secara bersamaan. (5) produk wisata tidak bisa dibawa pulang, dan harus dinikmati di destinasi penghasil
produk tersebut. Yang bisa dibawa pulang hanyalah pengalaman selama menikmati produk wisata yang telah dinikmati. (6) Lingkungan/atmosphere tempat diselenggarakannya produk merupakan faktor penting bagi produkyang ditawarkan. EVENT WISATA Peristilahan yang menyangkut Event dalam tulisan ini mengungkapkan lingkup (a)Festivals, Special Event, Mega Event (Getz:1991), (b) Major Event (Torkildson,1986:456). Pengertian event dalam kamus secara umum dapat berarti sesuatu yang terjadi, kejadian, sebagai suatu hasil atau bagian dari kegiatan olahraga (Getz, 1991:43). A special event is a onetime or infrequently occurring event outside the normal program or activities of the sponsoring or organizing body.To the customer, a special event is an opportunity for a leisure, social, or cultural experience outside the normal range of choices or beyond everyday experience. Menurut Getz (1991:45), dalam bukunya “Festivals, Special Event and Tourism”, memberikan gambaran Pariwisata event dilihat dari sisi penawaran. Terdapat 7 (tujuh) elemen yang ada dalam sebuah daerah tujuan wisata untuk kategori event. Adapun ketujuh elemen tersebut (1) infrastruktur (2) akomodasi (3)transportasi (4) atraksi (5) katering (6) pedagang pengecer (7)sarana rekreasi atau hiburan. Karakteristik dari Pariwisata event adalah sebagai berikut :
Jurnal Perhotelan dan Pariwisata, Agustus 2012, Vol.2 No.1 hal.4
Sekolah Tinggi Pariwisata Triatma Jaya, Ni Made Eka Mahadewi.
1. Terbuka untuk umum 2. Tujuan utamanya untuk memperingati atau memamerkan tema tertentu 3. Diselenggarakan dalam jangka waktu setahun atau kurang 4. Ada acara pembukaan dan penutupan 5. Struktur organisasi yang dibentuk tidak permanen 6. Program acara terdiri dari beberapa aktivitas 7. Seluruh aktivitas diselenggarakan pada tempat dan lokasi yang sama dalam satu wilayah. Event muncul sebagai sektor yang signifikan dan berkembang serta dipandang sebagai memiliki dampak ekonomi, sosial budaya dan politik yang signifikan. Secara bersamaan, menurut Arcodia dan Whitfield (2006), Buch (2006), Chalip (2006), Hughes (2007) pada Tassiopoulus (2009), telah terjadi peningkatan minat merancang caracara untuk mengidentifikasi berbagai biaya dan manfaat yang terkait dengan penyelenggaraan event. Special event memainkan peranan penting dalam kebudayaan modern. Dalam budaya barat, special event sering digunakan untuk mengembangkan citra positif dari daerah tujuan wisata, dan digunakan untuk menarik wisatawan. Pada intinya, special event memberikan kesempatan kepada manusia untuk meluangkan diri mereka dari rutinitas kehidupan sehari-hari (Getz, 1997; Jago, 1997). As a “onetime or infrequently occuring event of limited duration,” special events can, therefore, play an important role for attendees by providing them with an opportunity for leisure, social and cultural experiences, beyond
everyday experiences. Dalam waktu yang terbatas, special event memainkan peranan penting bagi peserta yang telah diberikan kesempatan untuk pengalaman rekreasi, sosial dan budaya, di luar pengalaman sehari-hari (Getz, 1997; Jago, 1997 ). PENYELENGGARAAN EVENT DI KOTA DENPASAR Penelitian ini dilaksanakan di Kota Denpasar yang merupakan ibukota Provinsi Bali yang mempunyai program kerja penegmbangan pariwisata budaya. Pengumpulan data secara kualitatif berdasarkan studi literatur diperoleh dengan menyoroti aktivitas/kegiatan kepariwisataan yang meliputi (a) jenis kegiatan-kegiatan atraksi budaya kota Denpasar, (b) pengelola kegiatan-kegiatan atraksi budaya di Kota Denpasar, (c) Lokasi tempat penyelenggaraan atraksi budaya, (d) narasumber yang memahami dan memiliki peran penting dan berkompetensi dalam pengembangan event wisata. Penelitian ini difokuskan untuk menentukan atraksi budaya yang dapat dikemas sebagai produk event wisata. Dengan metode penggunaan data primer, informasi diperoleh melalui wawancara (interview) dengan narasumber. Sedangkan data sekunder dilakukan melalui studi pustaka yang relevan. Buku-buku tentang Bali terutama yang menyangkut kota Denpasar beserta fenomenanya dalam kepariwisataan, merupakan referensi dalam penelitian ini. Dengan menggunakan pedoman wawancara dan Daftar Periksa Atraksi-Event Wisata, dapat diketahui atraksi budaya Kota Denpasar yang dikemas menjadi bentuk event budaya adalah
Jurnal Perhotelan dan Pariwisata, Agustus 2012, Vol.2 No.1 hal.5
Sekolah Tinggi Pariwisata Triatma Jaya, Ni Made Eka Mahadewi.
seperti tabel 1 berikut. Terdapat lebih dari puluhan atraksi budaya di Kota Denpasar. Dari studi kepustakaan, Denpasar sebagai bagian dari Bali dalam kurun waktu setahun atau dalam 365 hari, Bali mempunyai hari raya suci umat Hindu (rerahinan) sebanyak 139 hari. Dalam kurun waktu setahun itu juga terdapat sekitar 4.560 hari baik untuk melakukan kegiatan ritual, baik yang menyangkut hari baik upacara Panca Yadnya, pertanian-pengairan, peternakan-perikanan, perumahankesenian-perdagangan serta lainnya. (Wisma, 2008). Untuk kegiatan ritual tersebut diperkirakan pelaksanaan ritual dilakukan di sekitar 1.200 pura diseluruh Bali (Kalender Bangbang Gde Rawi dan
putra-putranya, 2009). Dari ketentuan ini, layaklah Bali dikatakan dengan sebutan “Bali Seribu Pura”. Tabel 2 pada halaman selanjutnya menunjukkan kategori event budaya Kota Denpasar yang telah dianalisis, dinyatakan sebagai bentuk event budaya yang mempunyai kriteria sebagai bentuk event wisata. Berdasrkan pada konsep dan teori Event, Special Event and Tourism; atraksi budaya Kota Denpasar yang dapat dikategorikan sebagai produk event wisata adalah pawai Ogoh-ogoh, Med-medan, Pesta Kesenian Bali, Sanur Village Festival, Denpasar Festival dan Serangan Festival.
Tabel 1 Events Budaya Kota Denpasar No. 1. 2. 3 4 5 6 7 8 9
Name of Events Ogoh-ogoh paper-mache parade Nyepi (Silence Day) Med-medan (Tug of kissing war) Bali Art Festival/BAF Kite Festival National Children Day ( Painting Competition, Culinary show, Parade and show) Tumpek Kandang “Cow competition” Sanur Village Festival (SVF)
16
17Agustus /Independent Day, ( Pillow Fight, Fishing Competition, Duck catching Competition ,Pole Climbing Competition, Badung River music competition ) Saraswati Science Day (Denpasar Book Fair) Endek Garment Design competition Fashion Show, Children Competition Maha Bhandana Prasada religious ceremony Tumpek Landep/Religious celebration for metal related equipment, (Kris show, Culinary show, Seminar, Musical show) Gema Perdamaian (Love and Peace celebration) Puputan Badung commemoration “Maha Bhandana Pershada” Serangan Island Festival
17
Denpasar Great Sale
10 11 12 13
14 15
18
Denpasar Festival (Parade, Agro-Industry show, Endek Germent Fashion show, Culinary show, Traditional food recipe competition, Suckling Pig Competition, Betutu Chicken Recipe competition. 19 Year End Sun Festival Sumber : Dinas Pariwisata Kota Denpasar (2010)
Type of Event
Schedule
Community & Cultural Event Hallmark Event Community & Cultural Event
March/April*) March/April*) March/April*)
Community and Cultural Event (Festival) Community Event Community Event
June – July July July
Community Event
July *)
Community & Cultural Event (Festival) Community Event
August
Community Event Community Event Community & Cultural Event Community Event
Community and Spiritual Event
August
September *) September September October *)
October
Community & Cultural Event Festival Community Event Festival
Community Event
Jurnal Perhotelan dan Pariwisata, Agustus 2012, Vol.2 No.1 hal.6
November 19-21 November 15-25 December 28-31 December
31 December
Sekolah Tinggi Pariwisata Triatma Jaya, Ni Made Eka Mahadewi.
Tabel 2 Event Wisata Kota Denpasar No. 1. 2 3 4 5 6
Nama Event Ogoh-ogoh paper- mache parade & Silence Day Med-medan (Tug of kissing war)
Type of Event Hallmark Event
Schedule March/April*)
Special Event
March/April*)
Bali Arts Festival/Pesta Kesenian Bali Sanur Village Festival (SVF) Serangan Island Festival Denpasar Festival
Festival
June – July
Festival Festival Festival
August November 15-31 December
Sumber : Data diolah (2010)
DAMPAK PENYELENGGARAAN EVENT Penyelenggaraan event, secara langsung mauun tidaklangsung memberikan dampak bagi destinasi wisata. Dampak dari penyelenggaraan event budaya dan event wisata di Kota Denpasar, dapat dilihat sebagai berikut :
1. Peningkatan Jumlah Turis Secara statistik belum ditemukan data wisatawan yang bertujuan untuk melihat event yang digelar. Namun dari hasil observasi, penyelenggara event menyebutkan bahwa ada peningkatan kunjungan jumlah wisatawan yang berkunjung ke hampir semua tempat penyelenggaraan event. 2. Pertumbuhan Infrastruktur Keuntungan-keuntungan yang paling nyata dari penyelenggaraan event terletak di dalam penambahan infrastruktur dan
memungkinkan dunia pariwisata internasional dan domestik tumbuh di daerah Denpasar. Perubahan-perubahan penting harus ikut dipertimbangkan, (1) jumlah sarana akomodasi, hotel dan penginapan bertambah sekitar tempat penyelenggaraan event; (2) dibangunnya atraksi wisata alternatif penunjang event yang tumbuh secara tidak langsung; dan (3) terciptanya rumah makanrumah makan di sekitar daerah penyelenggaraan event yang memberi dampak fisik lingkungan Kota Denpasar. 3.Keuntungan-keuntungan bagi Masyarakat Kepariwisataan dan event-event khusus memberi keuntungan bagi masyarakat yang menjadi tuan rumahnya. Masyarakat penting diperhatikan sebagai bagian dari target pasar kepariwisataan (Haywood, 1990). Persepsipersepsi masyarakat lokal terhadap kepariwisataan dan dukungan mereka terhadap
Jurnal Perhotelan dan Pariwisata, Agustus 2012, Vol.2 No.1 hal.7
Sekolah Tinggi Pariwisata Triatma Jaya, Ni Made Eka Mahadewi.
perkembangan kepariwisataan tampaknya akan menjadi lebih positif apabila mereka bisa mendapatkan beberapa keuntungan dari kepariwisataan itu sendiri, serta mampu meningkatkan kualitas kehidupan mereka. Secara mikro untuk lingkungan sekitar penyelenggaraan event, ada pengaruh keuntungan bagi masyarakat. Akan tetapi, pengaruh bagi masyarakat Bali secara keseluruhan belum dapat diperoleh. Setiap Event yang diselenggrakan Kota Denpasar belum diketahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari penyewaan tempat pameran, yang kemudian menjadi sumber penghasilan yang memberi kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD). 4. Meningkatnya tanggapan positif Media Salah satu dampak utama dari diselenggarakannya event-event besar adalah kesempatan untuk menikmati cakupan media yang luas bagi masyarakat. Penyebarluasan berita secara mendunia dapat mengawali tahuntahun sebelum dilangsungkannya event, dan hal ini nampaknya belum secara maksimal diperguanakn oleh penyelenggara event. Media biasanya menampilkan penyelenggaraan suatu event-besar yang positif bagi masyarakat yang akan menghasilkan suatu citra yang lebih kuat dan mampu meningkatkan kepedulian terhadap tempat tujuan wisata (destinasi) tersebut.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, strategi pemasaran penyelenggaraan event Kota Denpasar, termasuk publisitas dan periklanannya, perlu lebih ditingkatkan. Dengan bekerjasama dengan promosi usaha-usaha lainnya, diharapkan akan tercapai tujuan memberikan citra positif destinasi dan peningkatan jumlah kunjungan.
PENUTUP Kegiatan wisatawan di destinasi wisata merupakan bagian terbentuknya aktivitas wisata, yang kemudian menjadi atraksi. Keterlibatan wisatawan di destinasi perlu mendapat sorotan bagi pelaku parwisata. Destinasi tidak hanya „menjual‟ produk wisata dalam bentuk obyek dan daya tarik wisata, tapi perlu memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk berbaur, merasakan, menikmati, menyaksikan aktivitas di destinasi. Keterlibatan wisatawan, belum maksimal dilakukan di destinasi, dan hal ini dapat menjadi berkurangnya kesan wisatawan terhadap destinasi. Aktivitas wisata dapat dilakukan dengan penciptaan event wisata, dengan melibatkan wisatawan, sehingga muncul produk wisata yang akan mempengaruhi citra destinasi. Contoh kegiatan-kegiatan event budaya yang kemudian menjadi konsumsi wisatawan, dapat dikembangkan dengan melibatkan wisatawan dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Proses pembelajaran, pemberian pengalaman kepada wisatawan, akan memberikan citra positif destinasi bagi mereka yang terlibat.
5. Peningkatan Promosi Pariwisata Jurnal Perhotelan dan Pariwisata, Agustus 2012, Vol.2 No.1 hal.8
Sekolah Tinggi Pariwisata Triatma Jaya, Ni Made Eka Mahadewi.
Teori dan praktik tentang atraksi, produk wisata, event wisata dan destinasi, merupakan pilar-pilar yaang tidak dapat dipisahkan. Bagi Bali, kombinasi teori yang dipaparkan, dapat menjadi acuan pengembangan kepariwisataan Bali. DAFTAR PUSTAKA Allen, J., O‟Toole, et al, 2002, Festival and Special Event Management, John Willey & Sons Inc. Hoboken, New Jersey Ardika, IW, dalam Pustaka Bali Post, 2004, Pariwisata Bali: Membangun Pariwisata-Budaya dan Mengendalikan BudayaPariwisata, BP, Denpasar Berridge, G., 2007, Event Management Series; Events Design and Experiences, Butterworth Heinemann, Linacre Jordan, Oxford Getz, D, 1991, Festivals, Special Events, and Tourism, Van Nostrand Reinhold, New York Inskeep, E, 1991, Tourism Planning, An Integrated and Sustainable Development Approach, VNR Tourism and Commercial Recreation Series, Van Nostrand Reinhold, New York Koentjaraningrat, 2000, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Leiper, N., 2004, Tourism Management, Pearson Education Australia
Mahadewi, NME, 2004, Faktorfaktor yang Menentukan Kepuasan Wisatawan Konvensi terhadap Bali sebagai Destinasi MICE, Tesis, Pasca Sarjana UNUD Mahadewi, NME, 2007, Pesta Kesenian Bali XXIX, Persepektif Pariwisata Event, Materi Lomba Artikel Ilmiah, Pemerintah Provinsi Bali, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Mahadewi, NME, 2009, Pengembangan Atraksi Budaya Kota Denpasar sebagai Event Wisata, Penelitian STP Nusadua Bali, Puslitabmas Sonder, M., 2004, Event Entertainment and Production, John Willey & Sons Inc. Hoboken, New Jersey Sorin,D,. 2003, The Special Event Advisor, A Business and Legal Guide for Event Profesionals, John Willey & Sons Inc. Hoboken, New Jersey Torkildsen, G, 1989, Leisure and Recreation Management, Second Edition, Presenterd by Britain, London New York, E & F.N. Spon Ltd Tribe, J, 1999, The Economic of Leisure and Tourism, Second Edition, Butterworth-Heinemann Ltd, Linacre House, Jordan Hill, Oxford OX2 8DP, 225 Wildwood Avenue, Woburn, MA 01801-2041, a Devision of Reed Educational and Professional Publishing Ltd
Jurnal Perhotelan dan Pariwisata, Agustus 2012, Vol.2 No.1 hal.9
Sekolah Tinggi Pariwisata Triatma Jaya, Ni Made Eka Mahadewi.
Trigg, P, 1996, Leisure and Tourism GNVQ : Advanced Textbook, Butterworth-Heinemann Ltd, Linacre House, Jordan Hill, Oxford OX2 8DP, a Division of Reed Educational and Professional Publishing Ltd Tusthi Eddy, N, 2000, Mengidamkan PKB yang Komplit, Majalah Sarad Edisi Juni 2000 No.6 Tahun I, hal. 47 Yoeti, Oka,A, 1990, Komersialisasi Seni Budaya dalam Pariwisata, Penerbit Angkasa Bandung
Jurnal Perhotelan dan Pariwisata, Agustus 2012, Vol.2 No.1 hal.10