PERENCANAAN TERPADU PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA DI SUATU DESTINASI WISATA Antonius Danang Adinugroho, A.P ar., MM *
Abstract The significant growth of tourism industry around the globe has attracted our attention
for a careful eoaluation to
the concept and planning of.the tourist attraction
deaelopmeni. Tourism industry is an important economic source
for
the community
and related industries as well as the goaernment at the destination, A whole consideration to generate maximum benefit to the destination will be focus on the role of goaernment, community support and the concept of atraction deaelopment, lndonesia has a lot of potential attractions to welcome international aisitors as the tourism business may inaolaed more community and become a oitnl economic actioity,
1.
LATAR BELAKANG
Atraksiwisata adalah salah satu faktor yangmendorong danmendukung pengembangan industri pariwisata dan perhotelan secara luas, sehingga perlu dipikirkan untuk dikernbangkan secara lebih serius dan terencana di kemudian hari. Bagi Indonesia yang memiliki peluang sekaligus potensi pengembangan teramat besar di kawasan Asia, perlu mempersiapkan diri secara sinergis. Melihat potensi wisata yang sebagian besar belum tergali dan dikembangkan selama ini, maka perlu dipikirkan dan direncanakan pengembangan kepariwisataan terpadu dan jangka panjang, dengan tujuan agar dapat disosialisasikan sektor padat karya ini, dan dapat diterima dengan baik oleh segala lapisan masyarakat di Indonesia yang kemudian dapat dijadikan sebagai sektor unggulan dan andal, baik oleh masyarakat 1uas, pemerintah, investor dan pihak swasta lainnya khususnya di dalam mengantisipasi persaingan dunia wisata di kawasan Asia pada khususnya dan'internasional pada umurnnya. Sektor industri tanpa asap ini diharapkan mampu menyumbangkan kontribusi nyata bagi pelbagai pihak, secara bertahap, berkesinambungan dan terperencana.
* Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akademi Pariwisata Pelita Harapan
Vol. 5, No.2, Agustus 2002
29
Itulah
sebabnya, perencanaan atraksi wisata yang baik akan mampu
menopang pengembangan sektor kepariwisataan jangka panjang yang selanjutnya akan berdampak teramat positif secara ekonomi bagi destinasi yang besangkutan. Atraksi wisata sebagai daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu destinasi pada akhirnya terasa menjadi sangat penting Peranannya.
2.
CIRI KHAS INDUSTRI PARIWISATA
Pariwisata adalah suatu industri dengan jenis jasa atau pelayanan. Ciriciri khas ekonomis dari industri pariwisata menurut Spillane (1.994) akan dijelaskan jenis dampaknya terhadap masyarakat tempat wisata. Dalam hal ini, ada lima ciri-ciri khas yang khusus dalam industri pariwisata : a. Produk wisata tidak dapat disimpan b. Permintaarmya dipengaruhi oleh faktor-faktor luar dan pengaruh yang tidak dapat atau sulit diramalkan. c. Permintaan tergantung pada banyak motivasi yang rumit. Ada lebih dari satu alasan mengapa para wisman berjalan ke luar negeri. Dalam hal ini, jarang ada unsur loyalitas untuk sebagian besar wisman, karena cenderung memilih tempat berbeda untuk setiap kali berkudung. d. Permintaan akan produk pariwisata sangat tergantung kepada musim e. Pariwisata sangat elastis akan harga dan pendapatan. Pariwisata sebagai suatu industri jasa memiliki perbedaan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan produk-produk manufaktur lainnya. Beberapa di antaranya adalah bahwa konsumen tidak dapat menyimpan produk wisatanya. Industri pariwisata juga sangat sensitif oleh faktor-faktor eksternal, seperti perubahan struktur politik, keamanan serta bencana alam. Ciri khas lain dari industri pariwisata adalah kepada pelavanan atau seraice kepada para konsumen yangnyaris tidak dapat digantikan oleh tenaga mesin. Oleh karenannya, industri ini pun disebut dengan industri padat karya mengingat wisatawan atau konsumen akan lebih dihargai apabila dilayani dengan tangan-tangan manusia. Hotel Ritz-Carlton memiliki motto bagi para pegawai di hotelnya "u)e are ladies and gentlemen, seraing ladies and gentlemen" . Hotel ini mencoba mengangkat harkat dan martabat para pegawainya, agar lebih senang dan bangga di dalam melayani para tamu-tamunya dan dengan
30
Vol. 5, No. 2, Agustus 2002
tulus iklas membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka selama mereka berwisata. Mengapa? Tidak dipungkiri apabila masih ada sebagian besar masyarakat Indonesia yang masih enggan melayani, bahkan ini pun masih terjadi bagi mereka yang telah bekerja di industri pariwisata!
3.
ATRAKSI DAN CIRI.CIRI DAERAH TUIUAN WISATA
Atraksi dan ciri-ciri daerah tujuan wisata adalah penting untuk keperluan sight seeing, rekreasi, berbelanja, hiburan dan bentuk lain dari suatu hiburan. Suatu cara penggolongan atraksi dan ciri-cirinya menurut Ha"dinoto (1996) adalah : a. Sumber daya alam seperti iklim, pantai dan hutan. b. Sumber daya budaya seperti tempat bersejarah, museum dan masyarakat lokaI. c. Fasilitas rekreasi seperti taman hiburan. d. Eaent seperti pesta Danau Toba. e. Aktivitas spesifik seperti kasino di Genting Highland dan berbelanja di Hong Kong. f. Daya tarik psikologis seperti romantik, petualangan dan keterpencilan. Atraksi merupakan sebuah komponen utama di dalam kegiatan wisata dan selain itu, keberadaan sebuah atraksi juga dapat dikatakan sebagai sebuah produk wisata. Tanpa adanya atraksi maka tidak ada kebutuhan terhadap tourism seraices dan sebalik^yu tidak ada atraksi tanpa adanya tourism seraice. Pada dasarnya tidak ada penjelasan yang baku mengenai pengertian dari sebuah atraksi. Semua penjelasan yang ada mengenai hal ini merupakan pengulangan kata-kata dari pengertian yang sama, salah satunya adalah :
"A permanently
established excursion destination, a primary purpose of which
is to allow public access for entertainment, interest of education, rather than being principally a retail outlet or a oenue for sporting, theaterical or film performances. It must be open to the public without prior booking, for established periods each year and should be capable of attracting tourists and day aisitor as well as local residents." (S cottish T ourist B oar d, 1,995)
Dalam pengertian tersebut digambarkan bahwa atraksi merupakan dan memenuhi keinginan pengunjung dengan maksud dan tujuan tertentu beserta kemudahansebuah tempat fujuan unfuk menarik pengunjung
Vol. 5, No. 2, Agustus 2002
31
kemudahannya. Menurut Middleton yang dikutip olehJohn Swarbrooke (1995) disebutkan bahwa:
"Atraksi merupakan sebuah permanent
resources yang telah dan
didesain
yalrg ditangani dan dikelola untuk keperluan enjoyment, am'usement, ainment dan pendidikan untuk dikunjungi masy ar akat." Menurut Swarbrooke (1995), walaupun belum ada definisi yang jelas
ent ert
mengenai pengertian atraksi, atraksi itu sendiri dapat dibagi ke dalam empat kategori yaitu :
1-. 2. 3. 4.
Features within natural enaironment Man-made buildings, structures and sites that zoere designed for a purpose other than attracting aisitors Man made buildings, structures and sites that are designed to attract aisitors Special eaents
Pengelolaan taman rekreasi dapat dikategorikan ke dalam butir ke tiga, karena di dalam pengelolaan taman rekreasi salah satu tujuan yang paling utama adalah menarik kunjungant yangjuga tidak lepas dari unsur bisnis. Adapun karakteristik dari main attraction sebuah theme park terhadap pengunjung menurut Swarbrooke (1995) adalah rides, atmosphere dan entertainment.
Menurut Kotler (7994), produk terbagi menjadi beberapa tingkat yaitu The core product merupakan apa yang sebenarnya dibeli oleh pelanggan. Mengandung keuntungan utama yang diidentifikasi oleh pembeli sebagai personal need yang mampu memenuhi kebutuharrrrya, yang merupakan intangible dan highly subjectiae attributes, seperti atmosphere, :
1.
experience, relaxation atau conainience. 2. 1
J,
32
The tangible product meliputi features, brand name, quality, styling dan packaging The augmented producf merupakan additional seraices dan benefit yang diterima konsumen, gabungan antara tangible dan intangible product.
Vol. 5, No. 2, Agustus 2002
Augmented
product
Core Benefit of service
Tangible product
Core Product
Gambar 1: Three Lezsels of Product (Kotler,1g94l
4.
PERENCANAAN PENGEMBANGAN AKTRAKSI WISATA
Obyek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur pokok dalam pembangunan kepariwisataan seperti akomodasi, restoran dan rumah makan, transportasi, industri kerajinan/cinderamata dan jasa usaha perjalanan, usaha jasa pangan dan lain-lain (Musanef). Maksud dan tujuan perencanaan pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah mencegah dampak fisik, masyarakat, pemasaratt, organisasi dan lain-lain yang negatif, yang dapat terjadi apabila tidak dilakukan perencanaan. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa pariwisata akan lebih sukses, apabila direncanakan secara teratur dan
teliti.
Vol. 5, No.2, Agustus 2002
33
Menurut Hadinoto (1996), terdapat beberapa syarat perencanaan unfuk sukses, dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini : a. Gagasan pengembangan tujuan, apakah berdasarkan pasar wisata yang ada atau menambah pasar-pasar baru ? b. Lingkup dan skala pengembangan yang diusulkan ? c. Kawasan atau kawasan-kawasan mana yang tersangkut ? d. Di kawasan itu, apa yang menarik bagi wisatawan ? e. Bagaimana dampak atau perubahan yang akan terjadi di daerah itu ? f. Batas-batas dari dampak wisata, pertumbuhan atau perubahan apa saja yang bisa ditentukan ? g. Siapa yang tersangkut dalam pengembangan pariwisata dan apa yang diharapkannya ? h. Bagaimana jangka waktu pelaksanaan studi yang layak ? Pengembangan sebuah kawasan pariwisata harus bersandar kepada beberapa pertimbangan yang dikemukakan Hadinoto (1996), mengingat kompleksitas sektor pariwisata ini. Beberapa butir tersebut, bertujuan untuk meningkatkan manfaat pariwisata bagi masyarakat luas pada khususnya dan pemerintah daerahpada umumnya, serta untukmengurangi resiko yang tinggi dari pengembangan pariwisata yang tidak terencana. Resiko tersebut seperti tergusurnya penduduk asli, hilangnya identitas asli daerah yang telah disulap menjadi kawasan daerah tujuan wisata dan meningkatnya polusi lingkungan akibat limbah hotel, serta lain-lain. Menurut Musanef (1995), pemanfaatan sebagai obyek wisata merupakan optimasi pendayagunaan sumber daya. Apapun dasar pertimbangan pembangunan suatu obyek wisata, harus menarik dan memuaskan pengunjung, yang didasarkan atas pertimbangan analisis mengenai Dampak Lingkungan sebagaimana diatur dalam Undang-undang No 4 Tahun 1982. Namun dalam pelaksanaan program pembangunan obyek dan daya tarik wisata, perlu berpedoman pada hasil kelayakan, yang antara lain meliputi : a. Layak Keuangan, artinya memenuhi kriteria komersial, dengan cara membandingkanbiaya operasional dan hasil usaha untuk pengembalian modal. b. Layak Sosial Ekonomi, artinya mempertimbangkan perbandingan nisbah pembangunan obyek wisata, bila dibandingkan dengan pembangunan ekonomi lain.
34
Vol. 5, No. 2, Agustus 2002
c.
Layak Teknik, artinya apakah obyek wisata yang akan dibangun dapat dipertanggungjawabkan secara daya dukung. d. Layak Lingkungan, artinya dapat membantu kelangsungan kelestarian lingkungan alami. Pada dasarnya, kegiatan rekreasi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh manusia di waktu senggang. Saat ini, kegiatan rekreasi yang dilakukan oleh semua orang telah menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan di dalam kehidupan ini. Rekreasi merupakan sebuah aktivitas yang muncul setelah bekerja dan menyegarkary membuat pekerjaan kita lebih baik dan segar kembali, yang juga melibatkan pengalaman kepuasan di dalam , berekreasi ( ]ub,envile,1976). Selain itu, ]ubenville juga menyatakan bahwa rekreasi adalah kegiatan yang memiliki nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik. Nilai ekstrinsik dari suatu kegiatan rekreasi adalah nilai yang mampu membuat pengunjung merasa kondisi fisik dan mentalnya lebih baik, sedangkan nilai intrinsik adalah nilainilai yang berkaitan dengan partisipasi pengunjung dalam kegiatan rekreasi untuk mengoptimalkan pengalaman rekreatifnya. Salah satu karakteristik dari rekreasi itu sendiri adalah adanya unsur spontanitas pengunjung, sehingga yang bersangkutan berhak menentukan sendiri apayang akan dilakukannya. Menurut Gold (1980): "Recreation is not a point in time or space, it is an emotional condition independent of actiaity, leisure or social acceptence. Recreation qs what happens to people as a direct result of actiaities or experiences." Hal di atas menjelaskanbahwa rekreasi merupakan sebuah kegiatan yang melibatkan beberapa unsur, di antaranya kondisi emosional, aktivitas dan interaksi, yang nantinya akan menghasilkan sebuah pengalaman berekreasi. Gold (1980) juga menyatakan bahwa ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi individu untuk berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi, yaitu : a, Indiaidual characterisfics meliputi karakteristik demografi. b. Social relationship meliputi keluarga, dll. c. Aaailability of recreation opportunity meliputi accesst cost dan informasi. Selain itu, ada beberapa kecenderungan yang menyatakan bahwa orangorang yang selalu terikat dan terlibat di dalam kegiatan atau pekerjaan rutin yang dilakukan di dalam ruangan memiliki dorongan lebih kuat untuk melakukan kegiatan rekreasi di luar ruangan. Hal inilah, telah menjadi sebuah
Vol. 5, No.2, Agustus 2002
35
fenomena yang terjadi di kota-kota besar dan salah mendefinisikan dan mengukur hal tersebut, karena pasar merupakan sebuah kondisi yang sangat kompleks. Pengembangan atraksi wisata secara holistik atau menyeluruh akan terlihat pa dabaganZ, yang menggambarkan bahwa perencanaan tersebut perlu dikaji secara teliti guna menghindari dampak negatif yang terlalu banyak dari pembangunan suatu atraksi wisata di suatu destinasi.
5.
IAKARTA SEBAGAI DAERAH TUIUAN WISATAUNGGULAN
Sebagai daerah tujuan wisata wisata unggulan, Jakarta memang telah berusaha meningkatkan kualitas produk wisatanya dari waktu ke wakfu. Pihak pemda DKI ]akarta pun telah menyadari potensinya yang begitu besar, akan tetapi tetap dihadapkan kepada terlalu banyaknya kendala yang harus dibenahi, misalnya masalah padatnya penduduk di Jakarta, beserta angkaangka tingkat pengangguran yang masih amat tinggi semenjak krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak Juni 1997 silam. Pada bagan 3 akan terlihat secara konsep umum, manfaat suatu atraksi wisata di suatu destinasi yang kemudian akan disimulasikan dengan mengambil contohlakarta sebagai suattt destinasi. Hal lain adalah masalah tidak praktisnya keadaan transportasi di Jakarta, yaifu masih rawan dan tidak terpadunya pengembangan transportasi darat di ]akarta, yang tetap menjadi kendala hingga sekarang dan tumpang tindihnya rute perjalanan. Saat ini, transportasi massal yang murah dan mudah dijangkau masih amat langka di ]akarta, belum lagi ditambah dengan aspek kenyamanan yang masih jauh dari harapan. Akan tetapi yangmembuat ]akarta berpotensi tinggi sebagai daerah daerah tujuanwisata wisata unggulan di Indonesia,yaitu mengenai kelengkapan infrastrukturnya yang hampir sebagian besar menuju ke arah modernisasi dan lebih baik daripada destinasi lain di Indonesia. Sebagai ilustrasi, sistem perbankan yang telah on-line, turut membantu wisatawan pada saat berkunjung ke Jakarta , tanpaperlu lagi membawa uang tunai dalam jumlah besar. Maka dari itu, bila jakarta ingin menetapkan dirinya sebagai daerah tujuan wisata wisata unggulan, pihak Diparda (dinas pariwisata daerah) perlu melakukan sikronisasi program pengembangan kepariwisataan dan sinergisme antar departemen terkait.
36
Vol. 5, No.2, Agustus 2002
]akarta sebagai pusat ibukota yang memiliki beragam masalah dan
potensinya, memang harus melangkah ke arah pengembangan kepariwisataan
terpadu atau gotong royong. Mengapa, karena kompleksitas dinamika perkotaan di Jakarta cukup tinggi, dan di sisi lain ]akarta dianggap sebagai barometer kehidupan di Indonesia secara makro. Oleh karena itu, apabila tidak terdapat keterpaduan antar sektor atau antar departemen terkait, baik yang memiliki korelasi langsung terhadap kepariwisataan (hotel, biro perjalanan wisata, atraksi wisata, kantor Kementerian Pariwisata dan Kesenian, d11) atau yang tidak memiliki korelasi secara langsung (media massa/ kepolisian, perbankan, d11), maka dampak yang akan terjadi apabila dilihat dari kaca mata pariwisata (devisa, arus kunjungan, d11) terutama wis4tawan menjadi tidak positif. Sebaliknya,bila antar elemen tadi bersatu padu untuk secara serius mengembangan kepariwisataan di Jakarta, maka dampaknya atau hasilnya akan dapat dilihat secara langsung adalah positif, yaitu ]akarta
menjadi meriah, ramai, pusat perbelanjaan padat, wisatawan asing dan domestik senang berwisata di Jakarta. Hal positif lainnya, beban biaya promosi dan pengembangan fasilitas wisata akan menjadi tanggungan bersama' Untuk itu supaya aktualisasi semuanya itu, pihak Pemda DKI Jakarta harus terlebih dahulu menganggap sektor pariwisata adalah sektor yang cukup dapat diandalkan untuk mendongkrak perekonomian setempat. Beberapa hal penting yangbisa dikaji lebih dalam adalah bahwa ]akarta harus lebih fokus kepada pengembangan produknya dan melengkapi dirinya dengan jaringan informasi yangdapat diakses lewat dunia maya ataupun penyebaran brosur. Penyebaran brosur ini dapat ditujukan kepada wisatawan nusantara ataupun asing, dengan pelbagai jenis brosur yang diletakan di pusat-pusat perbelanjaan. Strategi promosi wisata di Jakarta tidak mesti hanya dilakukan di bandara-bandara internasional, tetapi harus juga dilakukan melalui pusatpusat kegiatan ekonomi lainnya dan tidak semata ditujukan kepada wisatawan asing saja, mengingat jumlah wisatawan nusantara akan terlalu banyak untuk diabaikan dalam kegiatan promosi pariwisata di Jakarta ini.
Vol. 5, No.2, Agustus 2002
37
6.
PENUTUP
Dari kajian itulah, maka suatu destinasi perlu direncanakan dengan baik. Dengan mengambil contoh DKI Jakarta, kemudian mensimulasikan dalam konsep umum pengembangan atraksi wisata, masih terlihat perlunya pembenahan dan penanganan terhadap produk-produk wisata yang dapat
ditawarkan kepada wisatawan. Destinasi lain
di
Indonesia perlu
mengadaptasikan kepada perubahan yang terjadi, dan mengambil contoh pengembangan suatu atraksi yang lebih baik dari DKI ]akarta atau Bali,. agar faedah pengembangan pariwisata dapat dirasakan di seluruh Indonesia bagi masyarakat Indonesia!
DAFTAR PUSTAKA 1.
Baud-Bovy, M and F. Lawson, Fred., 1988. Tourism and Recreation Development. CBI Publishing Company Inc.
2.
Hadinoto, K., 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. UIP: Iakarta
a J.
]ubenville, A., L976. Outdoor Recreation Planning.
4.
Kaynak,8.,L985. Developing Marketing Strategy for a Resource-Based Industry. Tourism Management, 6 (3): 18a - D4.
5.
Kotler, P., lggl.Dasar-dasar Pemasaran. Penerbit Erlangga, Jakarta.
6.
Laws, 8.,1997. Managing Packaged Tourism. Thomson Business Press.
7.
Lunberg, D and M.,7997. Ekonomi Pariwisata. Gramedia,Jakarta.
8.
M. Gold, Seymour., 1980. Recreation Planning and Design. Mc Graw Hill Book Company, New York
38
Vol. 5, No. 2, Agustus 2002
g.
Mc Intosh, R. and c.,1972. Tourism Principles, Practices, Philosophies. Ohio.Grid Publishing Inc, Colombus
10. Merrit, CL.,1g7g. Long Range Planning for Your Business. AMACOM, New York
11.
Middleton, VTC., 1988. Marketing in Travel and Tourism. Heinemann Professional Publishing Ltd, Oxford
12. Mill, RC. and M., 1985. The Tourism system : An Introdpctory Text:Pretice Hall Englewood Clifts, New jersey
di Indonesia. Gunung
13.
Musanef, 1.995. Manajemen Usaha Pariwista Agung, Jakarta.
74.
Spillane, JSI. 1994. Pariwisata Lrdonesia. Kanisius; Yogyakarta.
15.
Swarbrooke,1.1.995.The Development and Management of Visitor Attractions. Buttenworth Heinemann, Oxford
Vol. 5, No.2, Agustus 2002
39