ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH AKIBAT SKIZOFRENIA DI RUANG TANJUNG RUMAH SAKIT UMUM KOTA BANJAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan di Sekolan Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Ciamis
Disusun Oleh :
DINAR AYU GUMILAR NIM: 13DP277018
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN 2016
STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN Ciamis, juni 2016 DINAR AYU GUMILAR NIM : 13DP277018 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI HARGADIRI RENDAH AKIBAT SKIZOFRENIA DI RUANG TANJUNG RUMAH SAKIT UMUM KOTA BANJAR TANGGAL 15 s.d 19 juni 2016 ABSTRAK Karya tulis ini dilator belakangi oleh kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta era modernisasi yang sangat pesat dalam masyarakat menyebabkan perubahan sosial. Kasehatan jiwa merupakan suatu bagia yang tak terpisahkan dan menjadi unsur terpenting dalam kehidupan manusia jika individu mengalami sering kegagalan, maka sering muncul gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah akibat skizoprenia. Berdasarkan catatan yang penulis dapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Banjar, penderita gangguan jiwa pada tahun 2015 tercatat ada 1.280 kasus. Rincian dari kasus tersebut diantaranya Mental Organik sebanyak 19 kasus dan 1.261 kasus skizoprenia. Dan pada tahun 2016 dari bulan Januari – Mei tercatat dari tiap-tiap puskesmas yang berada di Kota Banjar, 19 kasus yang sudah tercatat dan 128 kasus melakukan pengobatan secara berkala. Tujuan studi kasus ini memberikan asuhan keperawatan pada Ny. R secara komprehensif. Metode pengumpulan data melalui interview, observasi, dokumentasi dan kepustakaan. Masalah keperawatan yang ditemukan dalam pengkajian adalah gangguan konsep diri : harga diri rendah,resiko prilaku kekerasan dan isolasi sosial : hargadiri rendah, Asuhan keperawatan ini meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi. Tindakan yang di lakuakan adalah bina hubungan saling percaya,menggali masalah klien, membuat jadwal aktifitas klien, membuat terapi aktifits kelompok,juga merencanakan kunjungan rumah,mengidentifikasikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien hargadiri rendah. Kesimpulansemua sp klien tercapai, Asuhan keperawatan pada klien memerlukan pendekatan yang komperensif, keterlibatn keluarga dan petugas kesehatan dengan cara membina hubungan meningkatkan hasil yang telah di capai klien,untuk ilmukeperawatan sebaliknya dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien perlu diperhatikan catatan pengkajin yang sistematis untuk prawat. Iv bab, 86 halaman, tabel, gambar, lampiran. Kata kunci : asuhan keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah Daftar pustaka : 10 buah (2005-2013)
i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah keperawatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan berbagai macam gejala dan disebabkan oleh berbagai hal (Erlinafsiah, 2010). Penelitian
World
Health
Organization
(WHO)
atau
Badan
Kesehatan Dunia 2014 itu menunjukkan hampir 3/4 beban global penyakit neuropsikiatrik didapati berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. WHO memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini, 25% diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa tpada usia tertentu. Gangguan jiwa yang mencapai 13%, kemungkinan akan berkembang 25% pada tahun 2030, menurut survey saat ini gangguan jiwa ditemukan sebanyak 450 juta orang di dunia terdiri dari 150 juta depresi, 90 juta gangguan penggunaan zat dan alkohol, 38 juta epilepsi, 25 juta skizofrenia, serta hampir 1 juta melakukan bunuh diri setiap tahun. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2014 menyebutkan terdapat 1 juta jiwa pasien gangguan jiwa berat dan 19 juta pasien gangguan jiwa 1
2
ringan di Indonesia. Prevalensi ganguan mental emosional seperti gangguan kecemasaan dan depresi tercatat sebesar 11,6 % dari 150 juta populasi orang dewasa di Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4% dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menunjukan jumlah penderita gangguan jiwa di Jawa Barat melonjak tajam. Pada tahun 2014 tercatat 296.943 orang yang mengalaminya sedangkan berdasarkan hasil pendataan tim Dinkes Jabar pada 2015, jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 465.975 orang. Terus meningkatnya kasus jiwa dikarnakan semakin kompleknya masalah kehidupan yang bermacam-macam diantaranya masalah ekonomi, kemampuan dan kepentingan seperti Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqoroh ayat 155
…
Artinya:”Dan sungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buahbuahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.
3
Dari ayat diatas kita
dapat menyimpulkan bahwa Alloh SWT akan
memberikan ujian dan cobaan kepada
setiap hamba-Nya dengan
berbagai macam bentuk diantaranya dengan rasa takut, gelisah hatinya, kelaparan,
serta
ke
kurangan
makanan
dan
kematian.
Dalam
menghadapi ujian dan cobaan tersebut manusia dianjurkan untuk bersabar. Berdasarkan catatan yang penulis dapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Banjar penderita gangguan jiwa pada tahun 2014 tercatat ada 156 kasus. Rincian dari kasus tersebut diantaranya Mental Organik sebanyak 19 kasusdan 179 kasus skizoprenia. Dan pada tahun 2016 dari bulan Januari – Mei tercatat dari tiap-tiap puskesmas yang berada di Kota Banjar, 19 kasus yang sudah tercatatdan 191 kasus melakukan pengobatan secara berkala. Berdasarkan catatan dan pelaporan di Ruang Tanjung Rumah Sakit Umum Kota Banjar yang dirawat inap dalam periode tahun 2014 sampai dengan Mei 2016 dapat dilhat pada tabel 1.1 di bawahini. Tabel 1.1 DaftarPenderitaGangguanJiwa di RSU Kota Banjar PeriodeJanuari 2014-Juni 2016 No 1 2 3
Diagnosa Skizofrenia Depresi Retardasi Mental Jumlah
2014 48 18 0 66
TAHUN 2015 Juni 2016 63 31 32 16 0 2 95 49
Jumlah 111 66 2 179
4
Sumber :CatatanRekamMedik RSU Kota Banjar Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa klien penderita gangguan jiwa di RSU Kota Banjar dari tahun 2014 sampai bulan Januari-Juni 2016 mengalami peningkatan sebesar 57% per
tahun, menurut Maramis
(2005) gejala skizofrenia terdiri dari gejala primer muncul kelainan atau gangguan afek, emosi, kemauan dan gangguan psikomotor yang kelainannya tersebut terakumulasi dalam gangguan isolasi sosial: menarik diri. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindar iinteraksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain (Yosep, 2011: 229). Dampak dari isolasi sosial: menarik diri dapat terganggu dalam pemenuhan kebutuhan dasar, diantaranya kebutuhan makan-minum, dan istirahat. Jika masalah tersebut tidak segera diatasi akan menimbulkan datangnya masalah lainnya. Oleh karena untuk mengatasi resiko tersebut diperlukan asuhan keperawatan yang bermutu berdasarkan hasil kajian ilmiah dengan menggunakan metode komunikasi terapeutik. Selain pendekatan asuhan keperawatan jiwa, untuk mengatasi masalah kejiwaan tersebut Allah telah berfirman dalam Q.S. Al - Imran ayat 164 :
5
Artinya: Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka,. Dan sesungguhnya sebelum (keadaan nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Q.S. Al-Imran: 164). Bahwa pada saat klien merasa harga dirinya rendah anjur klien membaca al quran. Berdasarkan uraian di atas dibuatlah Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada NY.R dengan harga diri rendah: Menarik Diri Akibat Skizofrenia di Ruang Tanjung BLUD Rumah Sakit Umum
Kota
Banjar”
dengan
harapan
dapat
membuat
asuhan
keperawatan yang lebih baik dan komprehensif. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif meliputi aspek
bio-psiko-sosio-spiritual
keperawatan
pada
klien
dengan
dengan Isolasi
pendekatan Sosial:
proses
Menarik
Diri
6
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan dengan menggunakan pola pikir ilmiah, sehingga klien dapat hidup mandiri. 2. Tujuan Khusus a. Dapat melakukan pengkajian fisik, psikologis, social dan spiritual sehingga dihasilkan masalah keperawatan. b. Dapat menentukan diagnose keperawatan sesuai dengan prioritas masalah klien dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri. c. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan kepada klien dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri. d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan rencana tindakan keperawatan. e. Dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan isolas isosial: Menarik Diri.
C. MetodeTelaahan Metode telaahan yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah metode studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan. Adapun teknik pengumpulan yang penulis gunakan adalah sebagai berikut : 1. Observasi Data yang dikumpulkan diperoleh dengan mengamati secara langsung perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data objektif
7
tentang masalah kesehatan keperawatan penyakit klien, perjalanan penyakit, respon emosional klien pada saat diwawancara. 2. Wawancara Pengumpulan data dengan melakukan Tanya jawab langsung kepada klien atau keluarga mengenai riwayat penyakit klien, perjalanan penyakit, respon emosional klien pada saat wawancara. 3. Studi Literatur Melalui bahan-bahan kajian atau buku untuk mendapatkan teoriteori yang dihubungkan dengan masalah sesuai dengan yang dihadapi pada klien dengan isolas isosial. 4. Studi Dokumentasi Pengumpulan data dengan mempelajari data khusus klien dengan catatan-catatan yang berhubungan dengan klien yaitu isolasi sosial.
D. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I:
PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang masalah, tujuan
penulisan, metode telaah dan sistematika penulisan. BAB II:
TINJAUAN TEORITIS, terdiri dari Skizofrenia mencakup definisi,
etiologi, gejala, jenis factor predisposisi dan factor presipitasi skizofrenia, serta mencakup tentang definisi Isolasi Sosial, tanda dan gejala,
8
karakteristik perilaku, rentang respon sosial, etiologi, dampak gangguan Isolasi Sosial akibat skizofrenia terhadap kebutuhan dasar manusia dan asuhan
keperawatan
meliputi
pengkajian,
diagnose
keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. BAB III :
TINJAUAN
KASUS
DAN
PEMBAHASAN,
berisi
laporan
pelaksanaan asuhan keperawatan dengan system dokumentasi proses keperawatan
yang
meliputi
pengkajian
yang
di
dalamnya
berisi
pengumpulan data, analisa data dan diagnose keperawatan dilanjutkan dengan
proses
keperawatan
dengan
perencanaan
dan
catatan
perkembangan, sedangkan pembahasan mencakup pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. BAB IV: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI, berisi tentang kesimpulan yang ditarik dari pembahasan kondisi nyata di lapangan sedangkan rekomendasi berisi tentang solusi dan saran tentang penyelesaian masalah yang muncul.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Dalam sub BAB ini akan dibahas skizoprenia sebagai sumber diagnosa masalah ganguan jiwa yang mengakibatkan munculnya Gangguan Kosep Diri : Harga Diri Rendah. A. Skizoprenia 1. Definisi Skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosial. Di dalam otak yang terserang skizofrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi tersebut. (IYus Yosef, 2009: 211) Pada penyakit ini terjadi kemunduran intelegensi sebelum waktunya, sebab itu dinamakan demensia dan Prekox (Maramis, 2005: 215). 2. Etiologi a. Keturunan Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 4068 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 2005 : 215).
9
10
b. Endokrin Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan. c. Metabolisme Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini
masih
dalam
pembuktian
dengan
pemberian
obat
halusinogenik. d. Susunan saraf pusat Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan Sistem Syaraf Pusat yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan. e. Teori Adolf Meyer : Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer
11
mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah,
suatu
maladaptasi,
sehingga timbul disorganisasi
kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme). f. Teori Sigmund Freud Skizofrenia terdapat 1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik. 2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan. 3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin. g. Eugen Bleuler Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala
12
sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain). h. Teori lain Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti luwes otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui. i.
Ringkasan Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia.
Dapat
dikatakan
bahwa
faktor
keturunan
mempunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus (precipitating factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya
tidak
menyebabkan
Skizofrenia,
walaupun
pengaruhnyaa terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal. (Maramis, 2005: 218). 3. Gejala-gejala Skizofrenia Gejala-gejala
Skizofrenia
dapat
dibagi
menjadi
2
kelompok, yaitu primer dan sekunder : (Maramis, 2005: 218-221)
13
a. Gejala Primer Gangguan proses fikiran (bentuk, langkah dan isi fikiran) yang terganggu terutama ialah asosiasi. Kadangkadang satu ide belum selesai diutarakan, sudah timbul ide lain. Atau terdapat pemindahan maksud, umpanya “tani” tetapi dikatakan “sawah” 1) Gangguan Afek dan Emosi Berupa kedangkalan afek dan emosi parathimi (apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada penderita timbul rasa sedih atau marah). Paramimi (penderita merasa senang dan gembira) 2) Gangguan Kemauan Tidak dapat mengambil keputusan dan tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan. 3) Gejala Psikomotor (gangguan perbuatan). b. Gejala-gejala Sekunder 1) Waham Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizar. 2) Halusinasi Pada Skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan dalam hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain.
14
c) Gejala lain yang muncul dari skizofrenia adalah : 1) Masalah Koginitif Masalah kognitif yang akan mempengaruhi perilaku dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Masalah Kognitif pada Skizofrenia Masalahmasalah Kognitif Memori
Perilaku
Pelupa Tidak berminat Kurang patuh
Perhatian
Kesulitan menyelesaikan tugas Kesulitan berkonsentrasi pada tugas
Bentuk dan Isi Kesulitan mengkomunikasikan pikiran dan fikiran perasaan Pengambilan keputusan
Kesulitan melakukan dan menjalankan aktivitas pikiran konkrit : -
Isi pikir
Ketidakmampuan untuk menjalankan perintah multiple Masalh dalam pengelolaan waktu Kesulitan mengelola keuangan Penafsiran kata-kata dan symbol secara harfiah
Waham
( Stuart & Gail W, 2007: 244 )
15
2) Respon Emosional Menurut Stuart, (2007: 246 ) a) Alekstimia, yaitu kesulitan dalam pemberian nama dan penguraian emosi. b) Apati, yaitu kurang memiliki perasaan, emosi, minat, atau kepedulian. c) Anthedonia,
yaitu
kemauan untuk
ketidakmampuan
atau
mengalami kesenangan,
menurunnya kebahagiaan,
keakraban dan kedekatan. 3) Gerakan (Stuart &Gail W, 2007: 246) a) Katatonia, flexibilitas cerea, sikap tubuh b) Efek
samping
ekstra
pyramidal
dari
pengobatan
psikotropika c) Gerakan mata abnormal d) Menyeringai e) Apraksia ( kesulitan melaksanakan tugas yang kompleks ) f) Ekpraksia ( sengaja meniru gerakan orang lain ) g) Langkah yang tidak normal h) Menerisme 4) Perilaku ( Stuart &Gail W, 2007 : 246 ) a) Deteriaorasi penampilan b) Agresi/agitasi c) Perilaku stereotipik atau berulang
16
d) Avolisi ( kurang energy dan dorongan ) e) Kurang tekun dalam bekerja atau sekolah. 4. Jenis-Jenis Skizofrenia Pembagian skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama diantaranya : Maramis ( 2005 : 222-228 ) a) Skizofrenia Simplek Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan. b) Skizofrenia Hebefrenia Permulaannya perlahan-lahan atau
subakut
dan
sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinasi banyak sekali. c)
Skizofrenia Katatonia Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
17
d) Skizofrenia Paranoid Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan. e) Episode Skizofrenia akut Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti
dalam keadaan
mimpi.
Kesadarannya
mungkin
berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakanakan mempunyai suatu arti yang khusus baginya. f) Skizofrenia Residual Keadaan
Skizofrenia
dengan
gejala
primernya
Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia. g) Skizofrenia Skizo Afektif Disamping
gejala
Skizofrenia
terdapat
menonjol
secara bersamaaan juga gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa efek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.
18
5. Faktor Predisposisi dan Presipitasi a. Faktor predisposisi 1) Biologis Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik. ( Gail W, Stuart, 2007 : 247 – 248 ) 2) Psikologis Teori
psikodinamika
neurobiologik penelitian.
yang
untuk
maladaptif
Sayangnya,
teori
terjadinya
belum
respon
didukung
psikologik
oleh
terdahulu
menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini. Sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa professional. 3) Sosial Budaya Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan psikotik lain tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan. b. Faktor Presipitasi 1) Biologis Stress biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologik yang maladaptif termasuk :
19
a) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi b)
Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi ransangan ( Gail W. Stuart, 2007 : 248 )
2) Pemicu Gejala Pemicu merupakan precursor dan stimuli yang sering menimbulkan episode baru suatu penyakit. 3) Stress Lingkungan Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan gangguan perilaku. B. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep diri Konsep diri di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya yang mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya
sendiri,
dengan
dunia.(Stuart, 2006, hal 35)
orang
terdekat,
dan
realitas
20
Komponen-komponen konsep diri (Stuart, 2006) adalah sebagai berikut : a.
Citra tubuh (body image) Merupakan kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, pena-
mpilan,
dan
citra
tubuh
dimodifikasi
secara
berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru. b. Ideal diri, (self ideal) Merupakan persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu. Sering juga di sebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri. c. Identitas diri, (self identifity), Merupakan prinsip pengorganisasian kepribadian yang
bertanggung
jawab
terhadap
kesatuan,
kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Prinsip tersebut sama artinya dengan otonomi dan mencakup persepsi seksualitas seseorang. Pemebentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja.
21
Identitas diri merupakan kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Sunaryo (2004, hal 36) Hal-hal yang penting dengan identitas diri, yaitu: 1) Berkembang sejak masa kanak-kanak, bersama dengan ber- kembangnya konsep diri. 2) Individu yang memiliki perasaan identitas didi kuat akan memandang dirinya tidak sama dengan orang lain, unik, dan tidak ad duanya. 3) Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap sejak bayi. 4) Identitas jenis kelamin dimulai dengan konsep laki-laki dan perempuanserta banyak dipengaruhi oleh pandangan maupun perlakuan masyarakat. 5) Kemandirian timbul dari perasaan berharga menghargai diri sendiri, kemampuan dan penguasaan diri. 6) Individu yang mandiri dapat mengaturdan menrima dirinya. d.
Peran diri (self role) Merupakan serangkaian pola prilaku yang di harapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah
22
peran yang di jalani dan seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang di ambil adalah peran yang terpilih atau yang di pilih oleh individu. Peran diri adalah pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi yang di harapkan individu berdasarkan posisinya di masyarakat. Setiap individu disibukan oleh berbagai macam peran yang terkait dengan posisinya. Sunaryo (2004, hal 37) Hal-hal penting terkait dengan peran diri, yaitu: 1) Peran dibutuhkan individu sebagai aktualisasi diri. 2) Peran yang memenuhi kebutuhan dan sesuai ideal diri, menghasilkan harga diri yang tinggi atau sebaliknya. 3) Posisi individu di masyarakat dapat menjadi stressor terhadap peran. 4) Stress
peran
timbul
karena
struktu
social
yang
menimbulkan kesukaran atau tuntutan posisi yang tidak mungkin di laksanakan. 5) Stress peran, terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak sesuai, peran yang terlalu banyak dan berlebih. e. Harga diri (self esteem) Merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang
23
berasal dari peneriman diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa seseorang yang penting dan berharga (Stuar, 2006, hal 37) Aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi, dikasihi orang lain dan mendapat penghargaan dari orang lain (Sunaryo 2004, hal 37) 2. Rentang Respon Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan inter- personal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan social yang maladaptive. Rentang respon individu terhadap konsep dirinya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Respon adaptif Aktualisai diri
Konsep diri positif
respon maladaptif Harga diri rendah
Kerancuan identitas
Aktualisasi diri
depersonalisai
Gambar 2.1 rentang respon konsep - diri (Stuart G.W, 2006)
24
a) Aktualisasi diri Adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar pengalaman nyata yang sukses dan dapat di terima. b) Konsep diri positif Merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga dirinya, penampilan peran serta identitas dirinya secara positif. Hal ini akan menunjukan bahwa individu itu akan menjadi individu yang sukses. c) Harga diri rendah Merupakan perasaan negatife terhadap dirinya sendiri termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. d) Kerancuan identitas Merupakan
suatu
kegagalan
individu
untuk
mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. e) Deefersonalisasi Merupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya.
25
C. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah 1. Pengertian Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya hilang percaya diri,merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosef 2009 hal 39). Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mau beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung nerasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negative dan menganggap sebagai ancaman (Yosep 2009). Dari pengertian diatas,dapat penulis simpulkan bahwa haraga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri sejauhb mana individu menilai dirinya sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan. 2. Etiologi Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang.dalam tinjauan life stan history klien, penyebab harga diri rendah adalah pada masa kecil sering d
26
salahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. (Yosep, 2009) Factor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah kronik meliputi predisposisi dan faktor presifitasi Stuart (2006) sebagai berikut: a.
Factor predisposisi 1) Factor yang meliputi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempuynyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis. 2)
Factor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
3)
Factor ysng mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidak percayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.
b.
Factor presifitasi Terjadinya
harga
diri
rendah
biasanya
adalah
kehilangan bagian tubuh perubahan penampilan atau bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Yosep, (2009,)
27
c.
Perilaku Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam diri klien sendiri.
3. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Adapun tanda dan gejala harga diri rendah adalah Damayanti (2008), sebagai berikut : a. Mengkritik diri sendiri. b. Perasaan tidak mampu. c. Pandangan hidup yang pesimis. d. Penurunan produktivitas e. Penolakan terhadap kemampuan diri. Selain data di atas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada suara pelan. 4. Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah Batasan karakteristik menurut Nanda – 1 (2012), yaitu : a. Bergantung pada pendapat orang lain. b. Individu tidak mampu menghadapi peristiwa, c. Melebih – lebihkan umpan balik negative tentag diri sendiri. d. Secara berlebihan mencari penguatan.
28
e. Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup. f.
Enggan mencoba situasi baru, enggan mencoba hal baru.
g. Perilaku bimbang, kontak mata kurang. h. Perilaku tidak asertif. i.
Sering kali mencari penegasan, pasif.
j.
Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri.
k. Ekspresi rasa bersalah.
5. Pohon Masalah
PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
ISOLASI SOSIAL
HARGA DIRI RENDAH
KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF
TRAUMATIK TUMBUH KEMBANG
Gambar 2.2 Pohon Masalah (Yosep, 2010 hal. 257)
29
D. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah 1. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dan unsur utama dari proses keperawatan. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosa keperawatan. Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat mengidentifikasi, mengenal maslah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik mental, sosial, dan lingkungan (Rohmah, 2009). Jadi pengkajian meliputi pengumpulan data analisa data dan diagnosa keperawatan : a. Pengumpulan data Tujuan
dari
pengumpulan
data
adalah
menilai
statuskesehatan dan kemungkinan adanya masalah yang memerlukan intervensi dari perawat. Data yang dikumpulkan bisa berupa data objektif, yaitu didapat secara nyata dan melaui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat. Sedangkan data subjektif yaitu dat yang disampaikan secara
30
lisan oleh klien dan keluarganya. Adan data ini di dapat melalui wawancara perawat pada klien dan keluarganya. Untuk
dapat
menjaring
data
yang
diperlukan,
umumnya yang dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk
teknis
pengkajian
agar
memudahkan
dalam
pengkajian. 1)
Identitas klien Identitas klien meliputi nama,umur,jenis kelmain,
pendidikan, agama, pekerjaan, status marital, suku/bangsa, alamat, nomor medrek, ruang rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis, dan identitas penanggung jawab. 2)
Alasan masuk
Tanya kepada
pihak
klien/keluarga
atau
pihak
yang
berkaitan dan tuliskan hasilnya, apa yang menyebabkan klien datang kerumah sakit, dan Apa yang sudah dilakukan klien/keluarga sebelum atau sesudah berobat kerumah sakit. 3)
Faktor predisposisi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang (Stuart, 2006). a) Riwayat ganguan jiwa Kaji apakah klien mempunyai riwayat gangguan jiwa sebelumnya, kapan mulai terjadi, gejalanya bagaimana, dan pengobatan apa saja yang telah dilakukan.
31
b) Pengobatan Apabila klien mengalami gangguan jiwa, tanyakan bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakahh dia dapat beradaptasi di masyarakat tanpa ada gejala-gejala gangguan jiwa berarti berhasil, apakah dapat beradaptasi tapi masih ada gejala-gejala sisa berarti kurang berhasil, apabila tidak ada kemajuan atau gejala-gejala bertambah atau menetap berarti tidak berhasil. c) Aniaya Tanyakan kepada klien apakah klien pernah melakukan, mengalami, satu menyaksikan peng- aniayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal (Keliat, 2006). d) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Tanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada kelurga yang mengalami gangguan jiwa sama dengan klien dan apa saja pengobatan yang sudah dilakukan. e) Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan Pengalaman yang kurang menyenangkan pada masa lalu seperti
kehilangan
orang
yang
dicintai,
kehilangan
pekerjaan serta tidak tercapainya ideal diri merupakan stressor psikologik bagi klien yang dapat mengakibatkan gangguan jiwa.
32
4) Pengkajian fisik Tanda-tanda vital Ukur dan observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan klien, berat badan, dan tinggi badan. 5) Pengkajian psikososial a) Genogram Kaji meliputi gambaran klien dengan tiga generasi ke atas, pola asuh, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan dengan anggota keluarga lainnya. Keluarga dari
klein
sebelumnya
pernah
mengalami
penyakit
gangguan kejiwaan, pola asuh yang kurang dari orang tuanya saat/sejak dari kecil, jarang diikitsertakan dalam pengambilan keputusan, dan hubungan klien dengan keluarga lainnya kurang harmonis. Penjelasan Jelaskan klien tinggal dengan siapa dan apa hubungannya, jelaskan masalah yang terkait dengan pola asuh kelurga terhadap klien dan anggota keluarga lainnya, pola komunikasi,pola pengambilan keputusan, dan faktor herediter (Azizah : 2011).
33
b) Konsep diri (1) Gambaran`diri Disukai
dan
tidak
disukai,
klien
akan
mengatakan tidak ada keluhan apapun. (2)
Identitas diri Kaji bagaiman kepuasan klien terhadap jenis kelaminnya, status sebelum dirawat dirumah sakit. Klien merasa tidak berdaya dan rendah diri sehingga tidak mempunyai status yang dibanggakan atau diharapkan dikeluarga maupun masyarakat.
(3) Peran Biasanya
pasien
mengalami
penurunan
produktifitas, ketegangan peran dan merasa tidak mampu dalam melaksanakan tugas. (4) Ideal diri Tanyakan harapan terhadap tubuh, posisi, status,
tugas/peran.
Harapan
(keluarga,
sekola,
lingkungan
klien
terhadap
tempat
kerja,
masyarakat),harapan klien terhadap penyakitnya. (5) Harga diri Pasien
mengejek
dan
mengkritiki
diri
sendiri,menurunkan martabat, menolak kemampuan
34
yang dimiliki yang nyata dan perasaan dirinya lebih penting. c) Hubungan sosial 1) Klien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu atau meminta dukungan 2) Pasien merasa berada dilingkungan yang mengancam 3) Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien 4) Klien sulit berinteraksi karena berprilaku kejam dan mengeksploitasi orang lain. d) Spiritual 1)
Falsafah hidup Pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan ancaman, tujuan hidup biasanya jelas, kepercayaannya terhadap sakit serta dengan penyembuhannya.
2) Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan Pasien mengakui adanya tuhan tetapi kurang yakin terhadap Tuhan, putus asa karena tuhan tidak memberikan sesuatu yang diharapkan dan tidak mau menjalankan kegiatan keagamaan.
35
e) Status mental 1)
Penampilan Penampilan tidak rapih, tidak sesuai karena klien kurang minat untuk melakukan perawatan diri. Kemunduran dalam tingkat kebersihan dan kerapian dapat
merupakan
tanda
adanya
depresi
atau
skizoprenia. Bila seorang perempuan yang mempunyai ketakutan seksual mungkin berpakaian netral, tetapi
apabila
berprilaku
wanita
seakan-akan
berpaian, hendak
bersolek,
dan
membangkitkan
rangsangan seksual maka adanya kemungkinan hysteria. Bau badan karena tidak mandi merupakan tanda dini suatu gangguan jiwa (Marammis, 2005). 2)
Pembicaraan Klien
dengan
frekuensi
lambat,
tertahan,
volume suara rendah, sedikit bicara, inkoheren, dan bloking (Yosep, 2009). 3)
Aktivitas motorik Tegang, lambat, gelisah, dan terjadi penurunan aktivitas interaksi Yosep, 2009).
4) Alam perasaan Klien biasanya merasa tidak mamapu dan pandangan hidup yang pesimis (Yosep, 2009).
36
5)
Afek Afek klien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon bila ada stimulus emosi yang bereaksi (Yosep, 2009).
6)
Interaksi selama wawancara Biasanya kurang kooperatif dan mudah tersinggung (Yosep, 2009).
7) Persepsi Klien mengalami halusinasi dengar/lihat yang mengancam atau member perintah. (Keliat : 2006). 8) Proses pikir Data diperoleh dari hasil observasi ketika wawancara tentang sirkumtansial (pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi samapai pada tujuan pembicaraan). Tangensial (pembicaraan yang berbelitbelit, tetapi tidak sampai pada tujuan pembicaraan). Kehilangan asosiasi (pembicaraan tidak memiliki hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya, serta klien tidak menyadarinya). Fight of ideas (pembicaraan yang meloncat dari satu toipik ke topik lain, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan). Blocking (pembicaraan terhenti secara tiba-tiba tanpa gangguan eksternal
37
kemudian
dilanjutkan
kembali).
Perseverasi
(pembicaraan yang diulang berkali-kali). Jelaskana apa yang dilakukan klien ketika wawancara. Masalah keperawatan sesuai dengan data. (Keliat : 2006). 9) Isi pikir Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri (Yosep, 2009) 10) Tingkat kesadaran Data tentang bingung (tampak bingung dan kacau) dan sedasi (klien mengatakan malu bila bertemu orang lain karena dirinya
mengalami
gangguan jiwa) diperoleh melalui wawancara dan observasi,
stupor
(gangguan
motorik
seperti
ketakutan, gerakan yang di ulang-ulang, anggota tubuh
klien
dalam
sikap
canggung
dipertahankan dalam waktu lama, menyadari siperoleh
semua melalui
yang
terjadi
observaasi,
yang
tetapi klien
dilingkunganya) orientasi
waktu,
tempat, dan orang cukup jelas diperoleh melaui wawancara, jelaskan data objektif dan data subjektif yang
terkait
dengan
hal-hal
diatas.
Masalah
38
keperawatan sesuai dengan data,
jelaskan apa
yang dilakukan klien saat wawancara. (Keliat : 2006). 11) Memori Klien dengan harga diri rendah,umumnya tidak terdapat gangguan pada memorinya, baik memori jangka pendek ataupun memori jangka panjang. (Keliat : 2006). 12) Tingkat konsentrasi dan berhitung Tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau tidak mampu mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama, karena merasa cemas. Dan biasanya tiak mengalami gangguan dalam berhitung. (Keliat : 2006). 13) Kemampuan menilai Gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain, contohnya: berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi dahulu sebelum makan atau makan dahulu sebelum mandi, setelah diberikan
penjelasa
klien
masih
tidak
mampu
mengambil keputusan), jelaskan sesuai data yang terkait. Masalah keperawatan sesuai dengan data. (Keliat: 2006).
39
14)
Daya tilik diri Klien tidak tahu alasan dibawa ke Rumah Sakit dan tidak menyadari mempunyai gangguan jiwa. (Keliat: 2006).
f) Perencanaan klien pulang Kaji
persiapan
pulang
klien
dari
mulai
kemandirian klien dalam memenuhi kebutuhan seharti hari. Persiapan pulang atau rencana pulang bertujuan untuk: 1) Menyiapkan
klien
dan
keluarga
secara
fisik
psikologi, dan sosial 2) Meningkatkan kemandirian klien dan keluarga 3) Melaksanakan rentang perawatan antara rumah sakit dan masyarakat 4) Menyelenggarakan
proses
pulang
dalam
perencanaan klien yang bertahap Pada semua gangguan jiwa peran serta keperawatan keluarga dalam perencanaan klien pulang sangat penting. Setelah klien pulang dari rumah sakit maka dikaji mengenai: a)
Makan
b)
Eliminasi (BAB dan BAK)
c)
Mandi
40
d)
Berpakaian
e)
Istirahat dan tidur
f)
Penggunaan obat
g)
Pemeliharaan kesehatan
h)
Aktifitas didalam rumah
i)
Aktifitas diluar rumah
j)
Mekanisme koping
k)
Masalah psikososial dan lingkungan
l)
Terapi Terapi pada gangguan konsep diri : harga diri
rendah biasanya mendapatkan obat psikofarmaka yang ditujukan
pada
gangguan
fungsi
neurotransmitter,
sehingga gejala-gejala klinisnya dapat dihilangkan. Jenis obat psikofarmaka dibagi dalam dua golongan, yaitu golongan generasi pertama (Typical) dan golongan generasi kedua (atypical). b. Analisa data Analisa
adalah
kemampuan
mengkaitkan
data
menghubungkan data tersebut dengan konsep diri, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien (Rohman, 2009).
41
Tabel 2.2 Analisa Data No
Data
Masalah keperawatan
DO: 1 DS:
Table 2.3 Data mayor dan data minor pada gangguan konsep diri : harga Diri rendah yaitu : No
Diagnose
Deskripsi
Data mayor
Data minor
Ide, pikiran perasaan yang negatif tentang dirinya
Subyektif:
Subyektif:
*Mengeluh hidup tidak bernakna
*Mengataka n malas
Keperawatan 1
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
*Tidak memiliki kelebihan apapun *Merasa jelek Obyektif *Kontak mata kurang *Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
*Putus asa ingin mati Obyektif: *Tampak malasmalasan *Produktifita s menurun
42
2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menggambarkan
respon
manusia
(keadaan
sehat
atau
perubahan pola interaksi aktual atau potensial) dari individu atau kelompok ketika perawat secara legal mengidentifikasi dan dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga kesehatan atau
untuk
mengurangi,
menyingkirkan,
atau
mencegah
perubahan (Rohmah, 2009). Menurut Fitria (2009) masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gangguan harga diri rendah adalah: a) Gangguan harga diri rendah kronik b) Koping individu tidak efektif c) Gangguan sensori persepsi : halusinasi d) Isolasi sosial e) Resiko prilaku kekerasan 3. Rencana tindakan keperawatan (intervensi) Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah mengurangi, mengatasi maslah-maslah yang telah di identifikasi dalam diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan maslah dengan efektif dan efisien (Rohmah, 2009).
43
Berdasarkan diagnosa diatas pelaksaan ditetapkan dalam suatu tujuan, kriteria evaluasi, intervensi, dan rasional. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian masalah dari diagnosa tertentu, dan didapat jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian sistem dari diagnosa tertentu, tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien
44
Tabel 2.4 Rencana Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah (SAK Khusus RSJ Jabar, 2011)
No
1
Diagnosa Keperawat an
Perencanaan Tujuan
Gangguan Klien mampu Konsep Diri : : Harga Diri a. Membina Rendah hubungan saling percay b. Mengiden tifikasi kemampu an dan aspek positif yang dimiliki c. Menilai kemampua n yang dapat
Kriteria Evaluasi Setelah 1-3 X pertemuan klien mampu :
Intervensi SP 1 a. Membina hubungan saling percaya
Hubungan saling percaya diharapkan dapat menggali permasalahan klien sebagai acuan dalam implementasi
b. Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki 1. Diskusikan bahwa klien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan dirumah adanya keluarga dan lingkungan terdekat klien 2. Beri pujian yang realitas dan hindarkan setiap kali bertemu dengan klien pujian yang negative
Dengan mengidentifikasi kemampuan di harapkan halhal positif yang masih klien miliki dapat di ungkapkan.
a. Membina hubungan saling percaya b. Mengidentifikasi kemampuan aspek positif yang dimiliki. c. Memiliki kemampuan yang dapat digunakan d. Memilih kegiatan sesuai kemampu e. Melakukan kegiatan yang sudah dipilih
Rasional
Agar klien tidak merasa putus
45
digunakan f. Merencanakan d. Menet kegiatan yang apkan atau sudah dilatih memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampua n e. Melati h kegiatan yang sudah dilatih sesuai kemampua n f. Melatih kegiatan yang sudah dilatihnya
c. Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini 1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan saat ini 2. Bantu klien menyebutkannya dan member penguatan terhadap kemampuan diri 3. Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif d. Bantu klien menetapkan aktifitas manayang dapat klien lakukan mandiri 1. Aktifitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga 2. Aktifitas apa saja yang memerlukan bantuan penuh dari kelurag atau lingkungan terdekat klien 3. Beri contoh cara pelaksanaan aktifitas yang dapat dilaksanakan klien 4. Susun bersama klien aktifitas atau kegiatan sehari-hari klien 5. Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih
asa,untuk mengetahui sampai dimana realistis harapan dari klien dan membantu untuk membentuk harapan yang realistis
Mendiskusikan dengan klien aktifitasn yang dapat dilakukan sesuai kemampuan klien
Dengan memberikan kesempatan kepada klien
46
e. Melakukan kegiatan yang sudah dipilih 1. Diskusikan dengan klien untuk menerapkan urutan kegiatan (yang sudah dipilih) yang akan dilatih 2. Bersama klien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan 3. Berikan dukungan dan pujian yang nyata sesuai kemajuan yang diperlihatkan klien 4. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan 5. Beri pujian atas aktifitas/kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari 6. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi dan perubahan klien f. Masukan dalam jadwal kegiatan klien 1. Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan bersama klien dan keluarga 2. Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya
akan menghilangkan rasa ketidakpuasan terhadap klien dalam berhubungan sosial
Dengan membuat jadwal klien,klien dapat mengatur kegiatan secara berkelanjutan
47
setelah pelaksanaan kegiatan 3. Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktifitas yang dilakukan klien SP 2 a. Evaluasi kegiatan yang lalu SP 1
b. Pilih kemampuan ke dua yang dapat dilakukan
c. Latih kemampuan yang dilatih
d. Masukan dalam jadwal kegiatan klien
a. Dengan mengingatkan klien diharapkan klien dapat mengulang dan mengingatkan cara yang sudah dilatih b. Dengan mencoba berbagai kegiatan diharapkan agar klien mampu untuk beraktifitas c. Meningkatkan kepercayaan diri klien d. Dengan membuat jadwal kegiatan klien,klien dapat mengatur kegiatan secara berkesinambungan
48
SP 3 a. Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 dan SP 2 ) b. Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan c. Masukan dalam jadwal kegiatan klien
Keluarga mampu : a. Merawat klien harga diri rendah dan menjadi system pendukun g yang efektif bagi klien di rumah
Setelah … x pertemuan keluarga mampu : a. Mengidentifika si kemampuan yang dimiliki klien b. Menyediakn fasilitas untuk klien melakukan kegiatan c.Mendorong klien melakukan kegiatan d. Memuji klien saat klien dapat melakukan kegiatan
a. Diharapkan klien mampu melakukan aktifitas dengan baik b. Diharapkan klien mampu melakukan beberapa aktifitas c .Dengan membuat jadwal kegiatan klien,klien dapat mengatur kegiatan secara berkesinambungan.
SP 1 a. Identifikasi masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
b. Jelaskan proses terjadinya HDR
c. Jelaskan tentang cara merawat klien
d. Main pearan dalam
a. Diharapkan pihak keluarga tidak merasa asing dengan kehadiran perawat dan keluarga dapat membantu paerawat b. Diharapkan keluarga dapat mengetahui maslah klien c. Diharapkan keluarga dapat merawat klien semaksimal mungkin d. Diharapkan keluarga
49
e. Membantu melatih klien f. Membantu menyusun jadwal kegiatan klien g. Memantau perkembangan klien
merawat klien
e. Susun RTL/jadwal keluarga untuk merawat klien
jjj
mampu mempraktekan cara merawat klien dengan baik dan benar e. Dengan membuat jadwal kegiatan klien,keluarga dapat mengatur kegiatan secara berkesinambungan
SP 2 a. Evaluasi
a. Diharapkan keluarga mengingat cara merawat klien dengan benar
b. Latihan keluarga langsung keklien
b.Diharapkan keluarga selalu melihat perkembangan klien
c. Menyusun RTL/Jadwal keluarga untuk merawat klien
c.Dengan membuat jadwal kegiatn klien,keluarga dapat mengatur kegiatan secar berkesinambungan
50
SP 3f
SP 3 a. Evaluasi kemampuan keluarga
b.
Evaluasi kemampuan klien
c. RTL keluarga,folowup,rujukan
a. Diharapkan keluarga mengingat cara merawat klien dengan benar
d. Diharapakn klien mengingat cara merawat setiap kegiatan yang sudah dilatih e. Diharapkan keluarga sealalu melihat perkembangan klien dan mampu untuk melakukan dan memfasilitasi setiap kegiatan.
51
4. . Implementasi Implementasi adalah relisasi tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kegiatan dalam pelaksaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan tindakan dan menilai data yang baru (Rohmah,2009) Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat, perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan
masih
sesuai
dan
dibutuhkan
dengan
perinsip
ketidaktahuan, ketidakmauan sesuai kondisi saat ini. Implementasi meliputi fase orientasi, fase kerja, fase terminasi. Implementasi merupakan bentuk operasional dari informasi pada
perencaan,
secra
garis
besar
implementasi
tindakan
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatn,implementasi pada gangguan konsep diri : harga diri rendah (Iyus Yosep,2009). SP.1 pasien : mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan,
membantu
klien
memilih,
menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sidah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih dalam rencana harian. SP.2 pasien : melatih klien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan klien. SP.3 pasien : memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan klien.
52
SP.1 keluarga : mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian tanda dan gejala harga diri rendah, dan memberikan kesempatan kepada keluarga untuk memperaktekan cara merawat. SP.2 keluarga : melatih keluarga memperaktekan cara merawat pasien dengan melatih harga diri rendah langsung kepada pasien. SP.3 keluarga : mengevaluasi keluarga untuk bisa menilai kemampuan pasien. 5. Evaluasi Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi proses atau pormatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya. S :Respons subyektif klien terhadap intervensi keperawatan yang telah dilaksanakan. O :Respons objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. A :Analisas ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah atau tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiktif dengan masalah yang ada. P :Perencanaan atau tindak lanjut berdasar hasil analisa pada respon. (Keliat, 2006).
53
Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat perubahan dan berupaya mempertahankan dan memelihara kesehatan klien. Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubahan yang positif, klien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self reinforcement. Adapun teknik evaluasi ada tiga bagian yang menunjukan bahwa terdapat beberapa macam yaitu tujuan tercapai dengan criteria hasil klien
menunjukan
ditetapkan,tujuan
perubahan tercapai
sesuai
sebagian
dengan dengan
standar criteria
yang
telah
apabila
klien
menunjukan perubahan sebagian dari standard an criteria yang telah ditetapkan dan tujuan tidak tercapai yaitu jika klien tidak menunjukan perubahan dan kemajuan sekali dan timbul masalah baru (Rohmah,2009). Kemungkinan evaluasi yang terjadi setelah perawat memberikan tindakan keperawatan menurut Keliat (2006) adalah : a. Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil belum memuaskan. c. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkan. d. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru. Hasil evaluasi yang diharapkan: a. Terbina hubungan saling percaya b. Klien mampu menyadari penyebab menarik diri Klien mampu berinteraksi den
DAFTAR PUSTAKA
Depag RI, (2010) Al Baqoroh (155) dan Al – Imran (164). Jakarta : Aksara.
Damayanti., (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa, Bandung: PT.Refika Aditama Dinkes Kota Banjar Rekapitulasi Laporan Kesehatan Jiwa Januari( 2013) s.d Mei (2014). Fitria, N,.( 2009), Prinsip Dasar Dan Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksaan Tindakan Keperawatan (LP dan ST), Jakarta: Salemba Medika. Iyus,Yosep (2009). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi), Bandung: PT.refika Aditama. Kemenkes RI 13 Februari 2015 www.buk.depkes.go.id/read peningkatan-kapasitas-kader-kesehatan-jiwa-masyarakat-provinsisulawesi-selatan-570.html Maramis, WE,. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa , Cetakan kesembilan, Surabaya:Airlangga University press. Riskesdas (2013) www.terbitan.litbang.depkes.go.id diakses pada tanggal 13 Mei 2015 Rohmah. N, (2009). Proses Keperawatan Teori Dan Aflikasi Yogyakarta : Ar-ruzz Media.dikutip dari Http://lensapropesi.blogspot.com/2008 diambil tanggal 07 Juli (2013). RSU Kota Banjar. (2013). Catatan Rekam Medik Ruang Tanjung. RSU Kota Banjar. Suliswati, (2009) Konsep Dasar Keperawatan Jiwa., Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta:EGC. Stuart, Gail W,.(2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Alih bahasa Ramona P. Kapoh,Eghi Komara Yudha; editor edisi Bahasa Indonesia. Pamalih Eko Karyani,Edisi 5, Jakarta:EGC