FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV. SULAWESI SELATAN Beatris F. Lintin1. Dahrianis2. H. Muh. Nur3 1
Stikes Nani Hasanuddin Makassar Stikes Nani Hasanuddin Makassar 3 Poltekkes Kemenkes Makassar
2
ABSTRAK Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan dirinya. Tujuan penelitain ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan konsep diri pada pasien harga diri rendah Di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Rancangan penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik, dengan teknik pengambilan sampel total sampling yaitu berdasarkan jumlah pasien harga diri rendah dengan jumlah responden sebanyak 30 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kemudian hasilnya dilakukan dengan uji statistic Chi Square dengan tingkat kemaknaan α=0,05, dari kelima komponen konsep diri semuanya mengalami perubahan ke arah negatif. Sehingga diperoleh gambaran harga diri rendah berdasarkan gambaran diri terjadi perubahan ke arah negatif sebanyak 23 orang (76,7%) dan responden dengan gambaran diri positif 7 orang (23,3%), ideal diri kearah negatif 22 orang(73,3%) dan kearah positif 8 orang (26,7%), harga diri kearah negatif 20 orang (66,7%) dan kearah positif 10 orang (33,3%), peran ke arah negatif 23 orang (76,7%) dan ke arah positif 7 orang (23,3%), identitas diri ke arah negatif 21 orang (70%) dan ke arah positif 9 orang (30%). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan perubahan konsep diri pada pasien harga diri rendah di ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Kata kunci : konsep diri, harga diri rendah. PENDAHULUAN Definisi kesehatan jiwa menurut UU No.3 tahun 1996 yang dikutip Yosep (2009) adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain. Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah harga diri rendah. Harga diri rendah adalah persaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan dirinya. Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman.
Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman. Secara umum gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi,kecelakaan, perkosaan atau dipenjara. Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, keyakinan, kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 2009). Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia. Konsep diri adalah merupakan dasar yang perlu diketahui perawat untuk mengerti perilaku dan pandangan klien terhadap dirinya, maslahnya dan lingkungannya. Dalam
1 Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721
memberikan asuhan keperawatan perawat harus dapat menyakini bahwa klien adalah makhluk bio psiko sosial spiritual yang utuh dan unik sebagai satu kesatuan dalam berinteraksi terhadap lingkungannya dan dirinya sendiri. Berdasarkan data dari Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan tahun 2011 tercatat jumlah penduduk Indonesia sebesar 241.000.000 orang sedangkan sekitar 17.400.000 orang (7,2%) mengalami gangguan jiwa (Depkes RI, 2011). Riset Kesehatan Dasar tahun 2012 menunjukkan bahwa sebanyak 0,46% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar satu juta orang menderita gangguan psikotik dan 11,6% menderita gangguan emosional perilaku terhadap responden usia 15-64 tahun sehingga diperkirakan penderita gangguan jiwa mencapai 19 juta orang. Hal ini menunjukkan bahwa pada setiap 1000 orang penduduk terdapat empat sampai lima orang menderita gangguan jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa data pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu meningkat (Depkes RI, 2012). Adapun di Provinsi Sulawesi Selatan, berdasarkan Profil Kesehatan tahun 2010, tercatat sebanyak 56.112 orang (0,69%) menderita gangguan jiwa dari 8.328.957 jumlah penduduk secara keseluruhan (Dinkes SULSEL, 2010). Sedangkan tahun 2011, data Profil Kesehatan mencatat penderita gangguan jiwa sebesar 108.816 orang yaitu 1,3 % dari penduduk Sulawesi Selatan yang berjumlah sekitar 8.370.462 orang (Dinkes SULSEL, 2012). Pelayanan kesehatan jiwa berpusat di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil pencatatan jumlah penderita yang mengalami gangguan jiwa di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2010 adalah sebanyak 12914 orang yang diantaranya terdapat penderita harga diri rendah 2652 orang (20,5%). Tahun 2011 sebanyak 11410 orang dan jumlah harga diri rendah 1151 orang (10,1%). Sedangkan pada triwulan pertama (Januari sampai Maret) tahun 2012, jumlah pasien adalah sebanyak 3337 orang yang terdiri dari penderita harga diri rendah sebanyak 417 orang (12.5%). (Medical Record Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, 2012. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan konsep diri
2
pada pasien harga diri rendah di Bangsal Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien penderita HDR yang rawat di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Rata – rata jumlah pasien yang di rawat dalam 1 bulan 30 orang. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 responden. Teknik Sampling yang digunakan yaitu total sampling yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel dalam hal ini adalah semua pasien HDR yang dirawat di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel. a. Kriteria Sampel 1) Kriteria inklusi: a) Pasien HDR b) Sedang menjalani perawatan di ruangan c) Bersedia menjadi responden 2) Kriteria eksklusi a) Tidak bersedia menjadi responden b) Tidak dapat membaca dan menulis c) Pasien yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik wawancara yang berisi pokok- pokok pikiran tentang perubahan konsep diri. Dalam penelitian ini digunakan cara pengolahan data antara lain dengan: 1. Editing dilakukan untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau yang telah di kumpulkan. 2. Koding, data yang telah terkumpul diberi kode atau simbol menurut pengamatan yang telah dilakukan. 3. Tabulasi data dilakukan ntuk memudahkan analisa data, maka dapat di kumpulkan ke dalam tabel sesuai dengan karakteristik masing-masing. 4. Analisa data a. Analisa univariate Analisa univariate dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian yang menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel yang diteliti. b. Analisa Bivariate Untuk melihat hubungan dari tiap variabel dengan uji statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 dengan menggunakan komputer program komputer SPSS.
Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721
HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik responden Tabel 5.1. Karakteristik responden di ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan bulan Januari (n=30) Jumlah Persentase Karakteristik (n) (%) Tingkat pendidikan a. SD 14 46,7 b. SMP 6 20,0 c. SMA 10 33,3 umur a. 20-35 tahun b. 36-50 tahun c. >50 tahun
19 8 3
63,3 26,7 10,0
Pekerjaan a. Tidak kerja/IRT
30
100
Tabel 5.2 menggambarkan distribusi responden harga diri rendah berdasarkan gambaran diri, yang menunjukkan responden terbanyak adalah responden dengan gambaran diri negatif yaitu 23 orang (76,7%) dan responden dengan gambaran diri positif 7 orang (23,3%). b. Ideal diri Tabel 5.3. Distribusi responden berdasarkan ideal diri pada pasien harga diri rendah di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan bulan Januari (n=30) Jumlah Persentase Ideal diri (n) (%) Positif 8 26,7 Negatif 22 73,3 Total 30 100 Sumber: Data Primer, 2013
Status pernikahan a. belum kawin b. kawin c. janda/duda
12 17 1
40,0 56,7 3,3
Total
30
100
Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 5.1 menggambarkan distribusi frekuensi hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden, yaitu diketahui bahwa jumlah responden terbanyak memiliki tingkat pendidikan pada jenjang sekolah dasar (SD) yaitu 14 orang (46,7%). Jumlah responden terbanyak berada pada rentang umur 25-35 tahun yaitu 19 orang (63,3%), dan 30 orang responden (100%) tidak bekerja atau sebagai IRT, sebagian besar responden 17 orang (56,7%) memiliki status pernikahan menikah.
Tabel 5.3 menggambarkan distribusi responden harga diri rendah berdasarkan ideal diri, yang menunjukkan responden terbanyak adalah responden dengan ideal diri negatif yaitu 22 orang (73,3%) dan responden dengan ideal diri positif 8 orang (26,7%). c. Harga diri Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan harga diri pada pasien harga diri rendah di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan bulan Januari (n=30) Jumlah Persentase Harga diri (n) (%) Positif 10 33,3 Negatif 20 66,7 Total 30 100 Sumber: Data Primer, 2013
2. Analisa univariat Bagian ini menguraikan hasil distribusi untuk masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian, yakni gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri. a. Gambaran diri Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan gambaran diri pada pasien harga diri rendah di ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan bulan Januari (n=30) Gambaran Jumlah Persentase diri (n) (%) Positif 7 23,3 Negatif 23 76,7 Total 30 100
Tabel 5.4 menggambarkan distribusi responden harga diri rendah berdasarkan harga diri, yang menunjukkan responden terbanyak adalah responden dengan harga diri negatif yaitu 20 orang (66,7%) dan responden dengan ideal diri positif yaitu 10 orang (33,3%). d. Peran Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan peran pada pasien harga diri rendah di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan bulan Januari (n=30)
Sumber: Data Primer, 2013
3 Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721
Peran Positif Negatif Total
Jumlah (n) 7 23 30
Persentase (%) 23,3 76,7 100
Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 5.5 menggambarkan distribusi responden harga diri rendah berdasarkan peran, yang menunjukkan responden terbanyak adalah responden dengan peran negatif yaitu 23 orang (76,7%) dan responden dengan peran positif yaitu 7 orang (23,3%). e. Identitas DIRI Tabel 5.6. Distribusi responden berdasarkan identitas diri pada pasien harga diri rendah di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan bulan Januari (n=30) Identitas diri Jumlah Persentase (n) (%) Positif 9 30,0 Negatif 21 70,0 Total 30 100 Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 5.6 menggambarkan distribusi responden harga diri rendah berdasarkan identitas diri, yang menunjukkan responden terbanyak adalah responden dengan identitas diri negatif yaitu 21 orang (70,0%) dan responden dengan identitas diri positif yaitu 9 orang (30,0%). 3. Analisa bivariat a. Hubungan gambaran diri dengan konsep diri rendah pada pasien harga diri rendah di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Tabel 5.7. Hubungan gambaran diri dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan di bulan Januari 2013 (n=30) Konsep Diri HDR Total Gambaran & Deperso diri kerancuan nalisasi identitas N % N % N % Positif 6 20,0 1 3,3 7 23,3 Negatif 4 13,4 19 63,3 23 76,7 Total 10 33,4 20 66,6 30 100 p = 0.002 Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 5.7, menunjukkan bahwa pada gambaran diri yang negatif lebih
4
banyak terjadi depersonalisasi sejumlah 19 orang (63,3%) dan rentang dari harga diri rendah sampai dengan kerancuan identitas sejumlah 4 orang (13,4). Hasil uji statistik chi square dengan koreksi fisher’s exact test diperoleh nilai p = 0,002, yang berarti nilai p < 0,05 artinya menunjukkan ada hubungan perubahan gambaran diri dengan harga diri rendah pada pasien harga diri rendah dan OR= 28,5 yang berarti pasien dengan gambaran diri yang negatif memiliki kemungkinan 28,5 kali untuk mengalami depersonalisasi dibandingkan dengan pasien yang memiliki gambaran diri positif, atau probabilitasnya adalah 96% untuk pasien dengan gambaran diri negatif di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan di bulan Januari 2013. b. Hubungan ideal diri dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Tabel 5.8. Hubungan ideal diri dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan di bulan Januari 2013 (n=30) Konsep Diri HDR Total & Deperson Ideal diri kerancuan alisasi identitas N % N % N % Positif 7 23,4 1 3,3 8 26,7 Negatif 3 10,0 19 63,3 22 73,3 Total 8 33,4 20 66,6 30 100 p = 0.001 Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 5.8, menunjukkan bahwa pada ideal diri yang negatif lebih banyak terjadi depersonalisasi sejumlah 19 orang (63,3%) dan rentang dari harga diri rendah sampai dengan kerancuan identitas sejumlah 3 orang (10,0%). Hasil uji statistic chi square dengan koreksi fisher’s exact test diperoleh nilai p = 0,001, yang berarti nilai p < 0,05 artinya menunjukkan ada hubungan perubahan ideal diri dengan harga diri rendah pada pasien harga diri rendah dan OR= 44,3 yang berarti pasien dengan ideal diri yang negatif memiliki kemungkinan 44,3 kali untuk mengalami depersonalisasi dibandingkan dengan pasien yang memiliki ideal diri positif, atau probabilitasnya adalah 97%
Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721
untuk pasien dengan ideal diri negatif di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan di bulan Januari 2013. c. Hubungan harga diri dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Tabel 5.9. Hubungan harga diri dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan di bulan Januari 2013 (n=30) Konsep Diri HDR Total & deperson Harga diri kerancuan alisasi identitas N % n % N % Positif 9 30,0 1 3,3 10 33,3 Negatif 1 3,3 19 63,4 20 66,7 Total 10 33,3 20 66,7 30 100 p = 0.001 Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 5.9, menunjukkan bahwa pada harga diri yang negatif lebih banyak terjadi depersonalisasi sejumlah 19 orang (63,4%) dan rentang dari harga diri rendah sampai dengan kerancuan identitas sejumlah 1 orang (3,3%). Hasil uji statistic chi square dengan koreksi fisher’s exact test diperoleh nilai p = 0,001, yang berarti nilai p < 0,05 artinya menunjukkan ada hubungan perubahan harga diri dengan harga diri rendah pada pasien harga diri rendah OR= 171 yang berarti pasien dengan harga diri yang negatif memiliki kemungkinan 171 kali untuk mengalami depersonalisasi dibandingkan dengan pasien yang memiliki harga diri positif, atau probabilitasnya adalah 99% untuk pasien dengan harga diri negatif di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan di bulan Januari 2013 d. Hubungan peran dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Tabel 5.10. Hubungan peran dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan di bulan Januari 2013 (n=30)
Konsep Diri HDR depersona Peran & kerancuan lisasi identitas N % N % Positif 7 23,3 0 0 Negatif 3 10,0 20 66,7 Total 10 33,3 20 66,7 p = 0.001 Sumber: Data Primer, 2013
Total N % 7 23,3 23 76,7 30 100
Tabel 5.10, menunjukkan bahwa pada peran yang negatif lebih banyak terjadi depersonalisasi sejumlah 20 orang (66,7%) dan rentang dari harga diri rendah sampai dengan kerancuan identitas sejumlah 3 orang (10,0%). Hasil uji statistic chi square dengan koreksi fisher’s exact test diperoleh nilai p = 0,001, yang berarti nilai p < 0,05 artinya menunjukkan ada hubungan perubahan peran dengan harga diri rendah pada pasien harga diri rendah di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan di bulan Januari 2013. e. Hubungan identitas diri dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Tabel 5.11. Hubungan identitas diri dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan di bulan Januari 2013 (n=30) Konsep Diri HDR Total Identitas Deperson & kerancuan diri alisasi identitas N % N % N % Positif 8 26,7 1 3,3 9 30,0 Negatif 2 6,7 19 63,3 21 70,0 Total 10 33,4 20 66,6 30 100 p = 0.001 Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 5.11, menunjukkan bahwa pada identitas diri yang negatif lebih banyak terjadi depersonalisasi sejumlah 19 orang (63,3%) dan rentang dari harga diri rendah sampai dengan kerancuan identitas sejumlah 2 orang (6,7%). Hasil uji statistic chi square dengan koreksi fisher’s exact test diperoleh nilai p = 0,001, yang berarti nilai p < 0,05 artinya menunjukkan ada hubungan perubahan identitas diri dengan harga diri rendah pada pasien harga diri rendah OR= 76 yang berarti pasien dengan identitas diri yang negatif
5 Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721
memiliki kemungkinan 76 kali untuk mengalami depersonalisasi dibandingkan dengan pasien yang memiliki identitas diri positif, atau probabilitasnya adalah 98% untuk pasien dengan identitas diri negatif di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan di bulan Januari 2013. PEMBAHASAN 1. Hubungan gambaran diri dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada gambaran diri yang negatif lebih banyak terjadi depersonalisasi sejumlah 19 orang (63,3%) dan rentang dari harga diri rendah sampai dengan kerancuan identitas sejumlah 4 orang (13,4%). Hasil uji statistik chi square dengan koreksi fisher’s exact test diperoleh nilai p = 0,002, yang berarti nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan perubahan gambaran diri dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap keberadaan dan keberartian dirinya. Individu yang memiliki harga diri yang tinggi akan menerima dan menghargai dirinya sendiri apa adanya. Dalam harga diri tercakup evaluasi dan penghargaan terhadap diri sendiri dan menghasilkan penilaian tinggi atau rendah terhadap dirinya sendiri. Penilaian tinggi terhadap diri sendiri adalah penilaian terhadap kondisi diri, menghargai kelebihan dan potensi diri, serta menerima kekurangan yang ada, sedangkan yang dimaksud dengan penilaian rendah terhadap diri sendiri adalah penilaian tidak suka atau tidak puas dengan kondisi diri sendiri, tidak menghargai kelebihan diri dengan melihat diri sebagai sesuatu yang selalu kurang (Riyadi & Purwanto, 2009; Fajariyah, 2012). Gambaran diri adalah kumpulan sikap individu terhadap tubuhnya yang disadarinya atau tidak disadari. termasuk persepsi dan perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi (Stuart dan Sundeen, 2008 dalam Riyadi & Purwanto, 2009). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden adalah pada rentang umur 20-35 tahun yaitu 19 orang. Pada usia ini, penampilan menjadi salah satu hal utama yang mempengaruhi pandangan terhadap diri sendiri, sehingga bila ada gangguan pada penampilan diri,
6
misalnya kecacatan atau adanya anggapan tentang keterbatasan pada fisik yang membuat tidak menarik, akan menyebabkan terciptanya gambaran diri negatif. Hal ini bila terjadi dalam rentang waktu yang lama akan merusak kepercayaan diri seseorang yang menyebabkan seseorang memiliki harga diri yang rendah. 2. Hubungan ideal diri dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ideal diri yang negatif lebih banyak terjadi depersonalisasi sejumlah 19 orang (63,3%) dan rentang dari harga diri rendah sampai dengan kekacauan identitas sejumlah 3 orang (10,0%). Hasil uji statistic chi square dengan koreksi fisher’s exact test diperoleh nilai p = 0,001, yang berarti nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan perubahan ideal diri dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu. Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di capai Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita–cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak–kanak yang di pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman (Fajariyah, 2012). Ideal diri berhubungan dengan standar yang diberikan pada diri sendiri. Penetapan ideal diri sebaiknya dalam batas kemampuan yang dicapai. Gangguan ideal diri terjadi karena ideal diri terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis. Gangguan konsep diri yang terjadi, sebagian besar adalah depersonalisasi, yang dialami oleh 19 orang. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemassan, kepanikan, serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain (Fajariyah, 2012). Hal ini dapat dialami oleh sebagian besar responden yang mengalami harga diri rendah di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, dimana 100% responden tidak bekerja dan hanya sebagai ibu rumah tangga biasa dan sebagian memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar
Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721
(SD), yang tidak bisa mewujudkan keinginan dan cita-cita yang kadang tidak sesuai dengan kemampuan baik secara ekonomi maupun pengetahuan, sehingga ketika standar yang dibuat tidak dapat dicapai, menyebabkan terganggunya konsep diriharga diri rendah. 3. Hubungan perubahan harga diri dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada harga diri yang negatif lebih banyak terjadi depersonalisasi sejumlah 19 orang (63,4%) dan rentang dari harga diri rendah sampai dengan kerancuan identitas sejumlah 1 orang (3,3%). Hasil uji statistic chi square dengan koreksi fisher’s exact test diperoleh nilai p = 0,001, yang berarti nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan perubahan harga diri dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen,2008). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal , maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah di cintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992). Hasil penelitian ini sejalan dengan teori dan penelitian yang dikemukakan oleh Riyadi, 2009, dimana harga diri rendah terjadi bila kurangnya apresiasi dan perhatian dari lingkungan sekitarnya, serta hubungan interpersonal yang buruk yang menyebabkan harga diri menjadi negatif. 4. Hubungan perubahan peran dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada peran yang negatif lebih banyak terjadi depersonalisasi sejumlah 20 orang (66,7%) dengan rentang dari harga diri rendah sampai dengan kerancuan identitas sejumlah 3 orang (10,0%). Hasil uji statistic chi square dengan koreksi fisher’s exact test diperoleh nilai p = 0,001, yang berarti nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan perubahan peran dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan di bulan januari 2013. Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Keliat, 2005).Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga
diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan (Keliat, 2005). Stress peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang ada bahwa adanya gangguan pada pemenuhan peran individu dapat menyebabkan terganggunya konsep diri yang menyebabkan seseorang mengalami harga diri rendah, hal ini disebabkan munculnya stress pada seseorang yang tidak mampu berfungsi secara optimal, sehingga pada akhirnya muncul perasaan tidak mampu untuk melakukan sesuatu dan tidak percaya diri. 5. Hubungan perubahan identitas diri dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada identitas diri yang negatif lebih banyak terjadi depersonalisasi sejumlah 19 orang (63,3%) dan rentang dari harga diri rendah sampai dengan kekacauan identitas sejumlah 2 orang (6,7%). Hasil uji statistic chi square dengan koreksi fisher’s exact test diperoleh nilai p = 0,001, yang berarti nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan perubahan identitas diri dengan konsep diri pada pasien harga diri rendah. Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 2008). Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (Fajariyah, 2012). Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang ada, bahwa ketidakmampuan seseorang untuk mengenal dirinya sendiri akan menyebabkan terjadinya kerancuan terhadap identitasnya sampai dengan depersonalisasi yang salah satu di dalamnya adalah ketidakmampuan seseorang untuk membedakan dirinya dengan orang lain. Hal ini termasuk dalam
7 Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721
rentang respon yang maladaptif pada harga diri rendah.
5. Ada hubungan perubahan identitas diri dengan konsep diri pada pasien HDR di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
KESIMPULAN Dari hasil pengolahan data penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa : 1. Ada hubungan perubahan gambaran diri dengan konsep diri pada pasien HDR di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. 2. Ada hubungan perubahan ideal diri dengan konsep diri pada pasien HDR di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. 3. Ada hubungan perubahan harga diri dengan konsep diri pada pasien HDR di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. 4. Ada hubungan perubahan peran dengan konsep diri pada pasien HDR di Ruang Kenanga Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Kenanga Ruma
SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diberikan beberapa saran kepada pihak yang terkait : 1. Bagi pelayanan kesehatan Agar dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan dapat memperhatikan aspek psikologis dari penderita khususnya masalah konsep diri. Dengan demikian asuhan keperawatan yang diberikan akan bersifat holistik dengan memperhatikan bio, psiko, sosial dan spiritual dari penderita. 2. Bagi peneliti Perlu melakukan penelitian dengan menggunakan metode yang lain dan memiliki sampel yang lebih banyak dan area penelitian yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta Stuart, Gail. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Videbeck (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Yosep I (2009). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Refika Aditama: Bandung Riyadi Sujono dkk, (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta. Keliat, Budi Anna dkk. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta. Stuart & Sundeen, (2008) Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5, EGC: Jakarta Suliswati dkk, (2005) Konsep Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC Jakarta Nursalam.(2005) Pendekatan Praktis Metedologi Keperawatan. EKG, Jakarta Keliat, Budi A. (2008) Gangguan Konsep Diri, EGC: Jakarta Saryono, (2008) Metodologi Penelitian Kesehatan, Mitra Cendikia Press, Jakarta Suyanto. (2011) Metedeologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan, Nuha Medika: Yogyakarta Notoatmojo S, (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta, Jakarta Dalami, dkk (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Penerbit Trans Info Media Jakarta Damaiyanti, M (2005). Komunikasi Terapeutik dalam Praktek Keperawatan. Jakarta: Penerbit Refika Aditama. Hamid AY, (2008). Buku Ajar Riset Keperawatan, Konsep, Etika dan Instrumental. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Sastroasmoro S & Ismael S (2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Penerbit Sagung Seto. Townsend, MC. (2009). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
8
Volume 3 Nomor 3 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721