ASPIRASI PENDIDIKAN MASYARAKAT, DI DAERAH TERPENCIL DESA BUGELAN, KISMANTORO WONOGIRI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Irvandra Kalismaya NIM 11110244017
PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JANUARI 2017
i
ii
iii
iv
MOTTO
“Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit! Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang” (Soekarno)
“Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali” (Penulis)
v
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan sebagai ungkapan cinta dan kasih sayang kepada: 1. Ayah dan ibu tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan, semangat, kesabaran, dan memberikan doa selama ini. 2. Almamater UNY. 3. Nusa, Bangsa, dan Agama.
vi
ASPIRASI PENDIDIKAN MASYARAKAT, DI DAERAH TERPENCIL DESA BUGELAN, KISMANTORO WONOGIRI Oleh Irvandra Kalismaya NIM 11110244017 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspirasi pendidikan masyarakat, kebijakan pendidikan, isu pendidikan dan sarana penyampaian aspirasi masyarakat beserta faktor pendukung dan penghambatnya di daerah terpencil Desa Bugelan, Kismantoro, Wonogiri. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi lapangan. Subjek penelitian ini adalah masyarakat Desa Bugelan yang terdiri dari orang tua dan anak. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan mengacu konsep dari Miles dan Hubberman yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan dilakukan dengan teknik trianggulasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan adalah dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya yang mereka inginkan dan berharap memperoleh pekerjaan dan kehidupan yang lebih layak serta berusaha sebisa mungkin untuk mewujudkannya. Faktor pendukung aspirasi pendidikan Masyarakat Desa Bugelan adalah faktor keluarga yang berupa dukungan finansial dan moral yang berupa motivasi atau bimbingan, serta pengaruh teman sebaya dan bantuan dari pihak lain. Sedangkan Faktor penghambat aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan adalah faktor orang tua atau keluarga yang tidak memiliki aspirasi yang sama dengan aspirasi pendidikan anak, faktor ekonomi yang menunjukkan sebagian besar masyarakat masih tergolong ekonomi lemah, faktor geografis karena akses dari dan menuju ke Desa Bugelan yang sulit dan faktor lingkungan yaitu sulitnya mendapatkan informasi tentang jenjang pendidikan yang diinginkan. Kata kunci: Aspirasi Pendidikan, Daerah Terpencil, Masyarakat Desa Bugelan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, petunjuk, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Skripsi yang berjudul “ASPIRASI PENDIDIKAN MASYARAKAT, DI DAERAH TERPENCIL DESA BUGELAN, KISMANTORO WONOGIRI” ini disusun dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S1, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari dengan segenap hati bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak/Ibu berikut ini. 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyusun skripsi ini hingga selesai. 4. Bapak L. Hendrowibowo, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu guna memberi arahan dan bimbingan dengan
viii
penuh kesabaran serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar. 5. Bapak Dr. Arif Rohman, M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan nasehat dan saran kepada penulis. 6. Bapak dan Ibu Dosen Kebijakan Pendidikan yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama di bangku perkuliahan sebagai bekal di masa sekarang dan yang akan datang. 7. Bapak Kepala Desa beserta perangkat Desa Bugelan yang telah memberikan izin dan bantuan untuk mengadakan penelitian. 8. Semua pihak yang telah bersedia menjadi subjek penelitian. 9. Ayah
Triyatmo,
Ibu
Pudyastuti,
Adik
Pundhibrana
Kalismaya
dan
Octopassiam Kalismaya, serta sahabat tercinta yang selalu mendoakan dan memberi dukungan dalam penyusunan skripsi ini. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak.
Yogyakarta, 18 Januari 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi ABSTRAK .......................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... x DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 6 C. Batasan Masalah ................................................................................................ 8 D. Rumusan Masalah ............................................................................................. 8 E. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 9 F. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Aspirasi ............................................................................................................ 11
x
1. Pengertian Aspirasi ..................................................................................... 11 2. Jenis-jenis Aspirasi ..................................................................................... 12 3. Aspek-aspek Aspirasi ................................................................................. 12 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi aspirasi ................................................ 14 B. Pendidikan ...................................................................................................... 19 C. Aspirasi Pendidikan ......................................................................................... 20 D. Masyarakat ..................................................................................................... 22 E. Daerah Terpencil ............................................................................................. 23 F. Desa Bugelan ................................................................................................... 24 G. Kebijakan Pendidikan ...................................................................................... 24 H. Penelitian yang Relevan .................................................................................. 27 I. Kerangka Pikir ................................................................................................. 32 J. Pertanyaan Penelitian ...................................................................................... 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ................................................................................................ 34 B. Setting Penelitian ............................................................................................. 35 C. Subjek Penelitian ............................................................................................. 35 D. Teknik Pengeumpulan Data ............................................................................. 36 E. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 38 F. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 41 G. Keabsahan Data ............................................................................................... 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Desa Bugelan ........................................................................................ 45 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................................ 45
xi
a. Geografis Desa Bugelan ........................................................................ 45 b. Kependudukan Desa Bugelan ................................................................ 46 c. Pendidikan di Desa Bugelan .................................................................. 47 2. Deskripsi Informan Penelitian .................................................................... 48 a. Informan 1 .............................................................................................. 48 b. Informan 2 .............................................................................................. 48 c. Informan 3 .............................................................................................. 49 d. Informan 4 .............................................................................................. 49 e. Informan 5 .............................................................................................. 49 f. Informan 6 .............................................................................................. 50 g. Informan 7 .............................................................................................. 50 h. Informan 8 .............................................................................................. 50 B. Hasil Penelitian ............................................................................................... 50 1. Aspirasi Pendidikan Masyarakat Desa Bugelan ......................................... 50 a. Cita-cita Masyarakat Terhadap Pendidikan ........................................... 51 b. Hasrat Masyarakat Terhadap Pendidikan .............................................. 56 c. Ketetapan Hati Masyarakat .................................................................... 60 2. Penyampaian Aspirasi Pendidikan ............................................................. 65 3. Faktor Pendukung Aspirasi Pendidikan...................................................... 66 4. Faktor Penghambat Aspirasi Pendidikan .................................................... 70 5. Kebijakan Pendidikan di Desa Bugelan ...................................................... 75 6. Isu Pendidikan di Desa Bugelan .................................................................. 77 C. Pembahasan .................................................................................................... 79 1. Aspirasi Pendidikan Masyarakat Desa Bugelan ......................................... 80
xii
2. Faktor Pendukung Aspirasi Pendidikan...................................................... 85 3. Faktor Penghambat Aspirasi Pendidikan .................................................... 87 4. Relevansi Kebijakan Pendidikan dengan Isu Pendidikan ........................... 90 5. Relevansi Kebijakan Pendidikan dengan Aspirasi ..................................... 93 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...................................................................................................... 95 B. Saran ................................................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 98 LAMPIRAN ....................................................................................................... 100
xiii
DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Orang Tua ....................................... 39 Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Anak................................................ 40 Tabel 3. Kisi-Kisi Pedoman Observasi ............................................................ 41 Tabel 4. Hasil Observasi Media Penyampaian Aspirasi .................................. 65 Tabel 5. Aspek-Aspek Aspirasi Masyarakat .................................................... 74 Tabel 6. Faktor Pendukung dan Penghambat Aspirasi Masyarakat ................. 75 Tabel 7. Aspek Cita-Cita Masyarakat .............................................................. 81 Tabel 8. Aspek Hasrat terhadap Cita-Cita........................................................ 82 Tabel 9. Aspek Ketetapan Hati Masyarakat ..................................................... 83
xiv
DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Kerangka Pikir................................................................................ 32 Gambar 2. Teknik Analisis Data Miles & Huberman ...................................... 43
xv
DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Pedoman Observasi .................................................................... 101 Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ............................................................... 102 Lampiran 3. Pedoman Wawancara ................................................................. 103 Lampiran 4. Catatan Lapangan ....................................................................... 105 Lampiran 5. Transkrip Wawancara ................................................................. 113 Lampiran 6. Data Desa Bugelan ..................................................................... 140 Lampiran 7. Foto Penelitian ............................................................................ 145 Lampiran 8. Surat Keputusan Bupati Wonogiri .............................................. 149 Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 153
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, karena di mana ada kehidupan manusia pasti ada pendidikan (Driyarkarya, 1980: 32). Pendidikan juga merupakan usaha sadar manusia untuk mengembangkan dirinya sendiri. Dengan kata lain pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mengembangkan potensi diri, keterampilan maupun perilaku sosialnya. Seperti yang diutarakan oleh Carter V. Good yang dikutip Dwi Siswoyo, dkk (2011: 54), pendidikan adalah: (1) keseluruhan proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku lainnya yang bernilai positif; (2) proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dan sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal. Sedangkan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pengertian pendidikan di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Seperti yang disampaikan oleh Dwi Siswoyo, dkk. (2011: 56), pendidikan sangat berguna untuk:
1
(1) membentuk individu yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki rasa percaya diri, disiplin dan tanggung jawab, mampu mengungkapkan dirinya melalui media yang ada, mampu melakukan hubungan manusiawi, dan menjadi warga negara yang baik, (2) membentuk individu yang memiliki kemampuan dalam meningkatkan produktifitas, kualitas dan efisiensi kerja, (3) melestarikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan negara, (4) mengembangkan nilai-nilai baru yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang sudah ada, (5) merupakan jembatan masa lampau, masa kini dan masa depan.
Di Indonesia, pendidikan diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Definisi pendidikan nasional yang juga dijelaskan pada undang-undang tersebut tepatnya pada pasal 1 ayat 2, Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan Nasional Indonesia diselenggarakan dalam sebuah Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sedangkan tujuan pendidikan nasional itu sendiri adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Saat ini Sistem Pendidikan Nasional Indonesia diselenggarakan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Didalam penyelenggaran pendidikan, selama masa awal kemerdekaan hingga sekarang,
2
pemerintah tentu saja telah menghadapi berbagai macam masalah yang mempengaruhi perkembangan pendidikan di Indonesia. Masalah-masalah pendidikan secara umum di Indonesia antara lain adalah, pemerataan pendidikan, kualitas pendidikan, relevansi pendidikan, efektifitas dan efisiensi pendidikan. Permasalahan-permasalahan ini merupakan hal yang selalu menjadi fokus dari pemerintah dalam upaya mewujudkan salah satu tujuan nasional yaitu, mencerdaskan kehidupan bangsa. Perhatian pemerintah di daerah terpencil dalam bidang pendidikan tidak sebesar yang diberikan pemerintah pada daerah perkotaan yang notabene lebih mudah dijangkau. Harian Kompas 8 Juni 2015, juga menyebutkan bahwa masih banyak daerah di Indonesia yang dapat dikategorikan dalam daerah terpencil, perbatasan provinsi-provinsi tertentu. Sebagian masalah pendidikan yang ada di daerah terpencil antara lain kurangnya sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung sekolah atau media-media pendukung lainnya. Selain itu, kualitas pendidik yang ”pas-pasan” juga merupakan penyebab pendidikan di daerah terpencil terkesan tertinggal. Desa Bugelan sebagai daerah terpencil juga mempunyai masalah pendidikan khas daerah terpencil. Salah satunya adalah masalah sarana dan prasarana. Desa Bugelan mempunyai 3 (tiga) sekolah dasar negeri yaitu SD N 1 Bugelan, SD N 2 Bugelan, SD N 3 Bugelan dan 1(satu) sekolah menengah pertama satu atap yaitu SMPN 4 Satap Kismantoro. SMPN 4 Satap Kismantoro berada atau tergabung dengan SD N 1 Bugelan. Sebagai sekolah satu atap, SMPN 4 Satap Kismantoro hanya memiliki fasilitas yang seadanya. Dengan
3
kondisi demikian, masyarakat Bugelan cukup sulit untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas maupun menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Untuk bisa mengenyam pendidikan menengah atas, masyarakat Desa Bugelan harus menuju pusat kecamatan yang cukup jauh, medan yang sulit dan transportasi umum yang minim. Hal itu pun hanya tersedia sekolah menengah kejuruan atau SMK. Apabila ingin bersekolah di Sekolah Menengah Atas atau SMA, masyarakat Desa Bugelan harus menuju ke kecamatan lain yang jaraknya lebih jauh lagi. Desa Bugelan, Kecamatan Kismantoro, kabupaten Wonogiri merupakan salah satu desa yang masih tergolong daerah terpencil. Hal tersebut dibuktikan dengan ditetapkannya Sekolah Dasar Negeri yang ada di desa tersebut sebagai salah satu sekolah daerah terpencil atau daerah khusus. Penetapan tentang sekolah daerah terpencil berdasarkan Surat Keputusan Bupati Wonogiri Jawa Tengah nomor 289 tahun 2015 tentang penetapan satuan pendidikan dalam daerah khusus di wilayah Kabupaten Wonogiri tahun 2015. Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa SD N 2 Bugelan yang berada di Dusun Setren Desa Bugelan termasuk ke dalam satuan pendidikan yang berada di daerah khusus. Kriteria daerah khusus telah diatur dalam Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Khusus Jenjang Pendidikan Dasar yaitu daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat yang terpencil, daerah yang berbatasan dengan negara lain dan daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial dan daerah yang berada dalam keadaan darurat.
4
Dalam hal ini, Desa Bugelan termasuk ke dalam daerah yang terpencil dan tertinggal sesuai dengan kriteria tersebut. Berbagai masalah pendidikan daerah terpencil yang telah diungkapkan di atas, dipengaruhi oleh berbagai masalah eksternal di luar sistem pendidikan tersebut. Masalah-masalah eksternal yang dimaksud antara lain, perkembangan IPTEK. Perkembangan IPTEK dibagi menjadi tiga aspek yaitu, perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan tekhnologi dan perkembangan seni. Masalah eksternal yang kedua yaitu laju pertumbuhan penduduk yang pesat. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat akan menyebabkan perkembangan masalah pemerataan, misalnya jumlah anak usia sekolah akan semakin besar atau banyak, jika daya tampung sekolah tidak bertambah maka secara otomatis sebagian dari mereka tidak akan terlayani dalam bidang pendidikan. Masalah eksternal yang ketiga yaitu, keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. Masyarakat yang umumnya berada di daerah terpencil dengan ekonomi lemah dan kurang terdidik akan mengalami keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. Perkembangan masalah yang timbul dari hal ini adalah bagaimana sistem pendidikan dapat menjangkau dan melibatkan
mereka dalam
penyelenggaraan pendidikan sehingga mereka keluar dari keterbelakangan tersebut. Masalah eksternal yang terakhir adalah aspirasi masyarakat. Hurlock (1999:23) mengatakan aspirasi adalah keinginan akan sesuatu yang lebih tinggi dengan kemajuan sebagai tujuannya. Dimyati & Mudjiono (1999:97) menyamakan aspirasi dengan cita-cita, yaitu keinginan yang ingin dicapai dan dapat berpengaruh pada kemauan dan semangat belajar. Kaitannya dengan
5
pendidikan, aspirasi merupakan kesadaran akan pentingnya pendidikan, harapan atau keinginan seseorang untuk menempuh pendidikan sesuai dengan yang diharapkannya dan usaha dalam mewujudkan harapannya tersebut. Aspirasi pendidikan pada masyarakat tersebut berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan di Indonesia terutama pada daerah terpencil. Keberadaan aspirasi pendidikan pada masyarakat di daerah terpencil menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat daerah terpencil juga memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap pendidikan. Hal ini yang membuat masyarakat daerah terpencil berminat untuk bersekolah dengan keterbatasan yang ada. Begitu juga sebaliknya apabila aspirasi pendidikan pada masyarakat terpencil masih kurang, partisipasi pendidikan di daerah terpencil juga akan berkurang. Berdasarkan pernyataan di atas, aspirasi berpengaruh terhadap berkembangnya masalah pendidikan, tidak terkecuali di daerah terpencil. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengkaji bagaimana aspirasi pendidikan pada masyarakat di Desa Bugelan, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri yang masih tergolong dalam daerah terpencil. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Masalah-masalah pendidikan secara umum di Indonesia antara lain pemerataan
pendidikan,
kualitas
efektivitas dan efisiensi pendidikan.
6
pendidikan,
relevansi
pendidikan,
2. Masih banyak daerah di Indonesia yang dapat dikategorikan dalam daerah terpencil, perbatasan provinsi-provinsi tertentu. 3. Sebagian masalah pendidikan yang ada di daerah terpencil antara lain kurangnya sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung sekolah atau media-media pendukung lainnya. Selain itu, kualitas pendidik yang ”paspasan” juga merupakan penyebab pendidikan di daerah terpencil terkesan tertinggal. 4. Desa Bugelan, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu desa yang masih tergolong daerah terpencil 5. Desa Bugelan sebagai daerah terpencil juga mempunyai masalah pendidikan khas daerah terpencil. Salah satunya adalah masalah sarana dan prasarana. 6. Berbagai masalah pendidikan, dipengaruhi oleh berbagai masalah eksternal diluar sistem pendidikans alah satu masalah eksternal yang mempengaruhi masalah pendidikan adalah perkembangan IPTEK. 7. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat akan menyebabkan perkembangan masalah pemerataan, misalnya jumlah anak usia sekolah akan semakin besar atau banyak, jika daya tampung sekolah tidak bertambah maka secara otomatis sebagian dari mereka tidak akan terlayani dalam bidang pendidikan. 8. Masyarakat yang umumnya berada di daerah terpencil dengan ekonomi lemah dan kurang terdidik akan mengalami keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.
7
9. Masalah pendidikan yang ada di daerah terpencil antara lain kurangnya sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung sekolah atau media-media pendukung lainnya. 10. Kualitas pendidik yang ”pas-pasan” juga merupakan penyebab pendidikan di daerah terpencil terkesan tertinggal. 11. Aspirasi masyarakat dalam bidang pendidikan juga menjadi salah satu faktor berkembangnya masalah pendidikan. 12. Rendahnya aspirasi masyarakat berpengaruh pada rendahnya partisipasi, sehingga
kuantitas
peserta
didik
berkurang.
Tingginya
partisipasi
menyebabkan membengkaknya animo pendaftar calon peserta didik yang tidak ditunjang dengan ketersediaan daya tampung peserta didik. C. Batasan Masalah Dari beberapa masalah yang diidentifikasi peneliti, peneliti membatasi masalah penelitian pada bagaimana aspirasi pendidikan pada masyarakat daerah terpencil di Desa Bugelan Kismantoro Wonogiri dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta relevansi kebijakan pendidikan dengan isu-isu pendidikan dan aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pada batasan masalah yang telah ditetapkan peneliti, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana aspirasi pendidikan pada masyarakat di Desa Bugelan? 2. Faktor apa yang mendukung aspirasi pendidikan pada masyarakat di Desa Bugelan?
8
3. Faktor apa yang menghambat aspirasi pendidikan pada masyarakat di Desa Bugelan? 4. Bagaimana relevansi kebijakan pendidikan dengan isu pendidikan dan aspirasi pendidikan masyarakat di Desa Bugelan? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana aspirasi pendidikan pada masyarakat daerah terpencil di Dusun Setren Bugelan Kismantoro Wonogiri. 2. Untuk mengetahui kebijakan pendidika di Desa Bugelan dan relevansinya dengan masalah pendidikan dan aspirasi masyarakat. 3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi aspirasi pendidikan pada masyarakat daerah terpencil di Dusun Setren Bugelan Kismantoro Wonogiri. 4. Untuk mengetahui kebijakan pendidikan di Desa Bugelan dan relevansinya dengan isu pendidikan dan aspirasi pendidikan masyarakat. F. Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi akademisi, universitas, lembaga pendidikan dan stakeholder terkait. Manfaat yang didapat berbagai pihak dari penelitan ini sebagai berikut: 1. Bagi Akademisi: Dapat menjadi bahan referensi bagi akademisi yang akan melakukan penelitian yang serupa dan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian lanjutan yang terkait.
9
2. Bagi Universitas: Dapat menambah khasanah penelitian yang mengkaji tentang aspirasi pendidikan di daerah terpencil, serta mendorong akademisi lain untuk lebih produktif lagi dalam menghasilkan produk penelitian yang berguna bagi masyarakat atau lembaga lain. 3. Bagi Lembaga Pendidikan dan stakeholder: Menjadi bahan informasi dan dijadikan bahan pertimbangan mengenai aspirasi pendidikan pada masyarakat daerah terpencil sehingga membantu dalam pembuatan kebijakan di bidang pendidikan 4. Bagi peneliti: Melakukan penelitian yang nantinya bermanfaat bagi peningkatan kualitas pendidikan yang berhubungan dengan masalah aspirasi pendidikan, di daerah asal peneliti. Sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
10
BAB II KAJIAN TEORI A. Aspirasi 1. Pengertian Aspirasi Hurlock (1999:23) berpendapat aspirasi adalah keinginan akan sesuatu yang lebih tinggi dengan kemajuan sebagai tujuannya, sedangkan Slameto (2003:182) mengemukakan aspirasi sebagai harapan atau keinginan seseorang akan suatu keberhasilan atau prestasi tertentu. Sedangkan Noeng Muhadjir (1984) mengatakan, “Aspirasi adalah dinamika untuk mencapai suatu tujuan dengan kerja keras dan baik”. Ahmadi (2009:134) menjelaskan aspirasi sama dengan kemauan yaitu dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. Dimyati & Mudjiono (1999:97) menyamakan aspirasi dengan cita-cita, yaitu keinginan yang ingin dicapai dan dapat berpengaruh pada kemauan dan semangat belajar. Sedangkan menurut Sri Rumini (1990 : 10) Aspirasi adalah tujuan yang ditentukan seseorang agar mencapai tingkat di atas statusnya yang sekarang dan melebihi egonya. Keberhasilan akan meningkatkan rasa harga diri, sedangkan kegagalan menyebabkan rasa rendah diri. Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aspirasi adalah kemauan, keinginan, kehendak, atau harapan mengenai suatu tujuan hidup yang ingin diwujudkan, yang berhubungan dengan keberhasilan, prestasi, atau peningkatan kualitas diri.
11
2. Jenis Aspirasi Hurlock (1999:24) mengemukakan, berdasarkan sifatnya aspirasi dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Aspirasi Positif, yaitu keinginan meraih kemampuan. Orang yang memiliki aspirasi positif adalah orang yang ingin mendapatkan kemajuan daripada keadaannya sekarang. b. Aspirasi Negatif, yaitu keinginan mempertahankan apa yang sudah dicapai saat ini, tanpa keinginan untuk meningkatkannya. Berdasarkan tujuannya, Hurlock (1999:24) membedakan aspirasi menjadi dua jenis, yaitu: a. Aspirasi Langsung (Immediate Aspiration), yaitu aspirasi yang tujuan atau cita-citanya ingin dicapai seseorang pada waktu yang dekat atau tidak terlalu lama. b. Aspirasi Jauh,yaitu aspirasi dengan tujuan yang ingin dicapai dalam jangka panjang. 3. Aspek-aspek Aspirasi Hurlock (1980:45) mengemukakan mengenai aspek-aspek aspirasi yang berisi tiga hal, yaitu: a. Cita-cita Cita-cita adalah apa yang oleh individu dinilai penting dan ingin dicapai. Cita-cita merupakan sesuatu yang ingin dicapai atau diwujudkan dalam waktu yang akan datang, yang merupakan idealisasi dari suatu
12
bentuk kehidupan yang diinginkan, kehendak yang selalu ada di dalam pikiran. b. Hasrat Hasrat adalah apa yang diharapkan individu dari apa yang dinilainya penting dan ingin dicapai tersebut. Hasrat merupakan sesuatu yang ingin diperoleh dari apa yang dilakukan, baik untuk waktu dekat maupun untuk jangka panjang. Hasrat lebih berkaitan dengan kemajuan diri dan peningkatan prestasi. c. Ketetapan Hati Ketetapan hati adalah seberapa nilai kepentingan bagi individu dari apa yang dinilainya penting dan ingin dicapai tersebut. Ketetapan hati merupakan nilai dari sesuatu yang dinilai penting dan ingin dicapai, sebagai standar pencapaian dari apa yang dilakukan, tingkat kepuasan yang ingin dicapai dari apa yang dilakukan. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa ketiga aspek tersebut merupakan aspek-aspek yang membentuk aspirasi seseorang. Tinggi rendahnya aspirasi seseorang dapat dilihat dari seberapa besar cita-cita, hasrat dan ketetapan hati seseorang. Aspirasi dapat bersifat realistis yaitu apabila ada cukup kesempatan untuk berhasil dalam mencapainya, dan bersifat tidak realistis apabila kesempatan untuk berhasil mencapainya tidak ada kepastian atau dalam keragu-raguan.
13
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aspirasi Hurlock
(1999:25)
mengatakan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi aspirasi terdiri dari: a. Faktor Pribadi 1) Inteligensi Status pendidikan amat penting dan selalu dipandang dalam suatu kelompok, banyak diantara remaja yang mempunyai aspirasi yang tinggi tetapi tidak realistis. Hal ini disebabkan karena adanya tuntutan dari kelompok yang tinggi. Namun jika status pendidikan tidak terlalu dipandang, maka dapat dilihat bahwa remaja akan menentukan tingkat aspirasi yang lebih relistik. 2) Minat pribadi Minat timbul dari dalam diri seseorang tergantung dari beberapa hal seperti jenis kelamin, bakat, lingkungan keluarga, dan lingkungan sepermainan. Semakin tersedianya kebutuhan manusia yang serba cepat dan efisien akan mendorong semakin besar kesempatan untuk memilih sesuatu yang diinginkan sesuai dengan aspirasinya. 3) Pengalaman masa lampau Perubahan aspirasi pada remaja dipengaruhi oleh frekuensi kesuksesan dan kegagalan masa lalu. Kesuksesan pada bidang tertentu tinggi akan mengubah harapan sukses keharapan umum (bila siswa sukses dalam bidang tertentu, siswa mengharapkan sukses pada bidang
14
lainnya),
sehingga
bisa
dikatakan
bahwa
keberhasilan
akan
memperkuat aspirasi dan kegagalan melemahkannya. 4) Pola kepribadian Dalam hal ini kepribadian seseorang turut mempengaruhi penentuan
tujuan
cita-citanya.
Bila
bercita-cita
melebihi
kemampuannya sebagai bentuk kompensasi, semakin tidak puas dengan dirinya sendiri, maka semakin tinggi dan tidak realistis aspirasinya. Biasanya, emosi yang luar biasa merupakan akhir ketidakpuasan diri. Pribadi yang meyakinkan dan adanya rasa aman akan menentukan tujuan untuk mencapai cita-citanya. Para remaja yang
dipengaruhi
perasaan
secara
sewajarnya
akan
sanggup
memelihara keseimbangan yang lebih baik antara harapan dengan kenyataan, dengan demikian ia akan berangan-angan secara lebih realistis. Pola kepribadian akan berpengaruh pada jenis dan kekuatan aspirasi. 5) Nilai pribadi Nilai ini menentukan apa saja aspirasi yang penting. Pada siswa khususnya sesuatu yang diharapkan oleh keluarga, guru, dan temantemannya, semakin kuat keinginan untuk diakui oleh kelompoknya maka aspirasinya semakin meningkat. 6) Jenis kelamin Remaja laki-laki mempunyai perbedaan dengan remaja perempuan dalam hal aspirasi. Remaja perempuan aspirasinya lebih
15
mengarah pada bidang daya tarik pribadi dan penerimaan sosial yang dinilai tinggi di kalangan perempuan. Dalam keluarga dan sekolah, aspirasi remaja laki-laki cenderung pada bidang pekerjaan, akademik dan olahraga. Dapat dikatakan bahwa aspirasi anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan. 7) Kompetisi Banyak aspirasi yang didasarkan pada keinginan untuk dapat melebihi orang lain. Semenjak masa kanak-kanak, individu sudah berkompetisi dengan anak yang lebih tua maupun dengan teman sebaya. Kebiasaan berkompetisi dengan orang lain ini mempunyai peran yang penting dalam menentukan perkembangan aspirasi. 8) Latar belakang ras, anak-anak dari kelompok minoritas sering bercitacita tinggi yang tidak realistis sebagai bentuk kompensasi. b. Faktor Lingkungan 1) Ambisi orang tua Ambisi yang sering lebih tinggi bagi anak yang lahir pertama daripada bagi anak yang lahir selanjutnya berpengaruh pada pola asuh orang tua. Orang tua sangat berpengaruh dalam menentukan karir anaknya. Keluarga, terutama orang tua berperan besar sebagai sumber rangsangan untuk mempengaruhi perkembangan anak dan membentuk ciri karakterologis dari kepribadiannnya sesuai dengan apa yang diinginkan atau diharapkan. Orang tua secara langsung mengajarkan agar apa yang dilakukan oleh anak harus mencapai hasil sebaik-
16
baiknya, karena dengan hasil yang baik akan membawa keberuntungan bagi aspirasinya. 2) Harapan sosial Harapan sosial menekankan bahwa mereka yang berhasil di satu bidang juga dapat berhasil di semua bidang jika itu diinginkannya. Harapan seseorang belum tentu akan tercapai meskipun telah berusaha semaksimal mungkin. Dengan keinginan dari sebuah kelompok nantinya harapan tersebut harus tercapai meskipun telah menggunakan banyak cara karena satu sama lain mempunyai keinginan yang sama, sehingga semakin kuat keinginan untuk diakui dalam kelompoknya maka aspirasinya akan semakin kuat. 3) Dorongan keluarga Individu berasal dari keluarga yang mempunyai keadaan sosial yang stabil cenderung mempunyai tingkat aspirasi yang lebih tinggi daripada individu yang berasal dari keluarga yang tidak stabil. Selain itu individu yang berasal dari keluarga kecil mempunyai orientasi prestasi yang lebih besar daripada dari keluarga besar, sebab orang tua pada keluarga kecil tidak sekedar menuntut anak tetapi juga akan mendorongnya untuk maju. 4) Urutan kelahiran Suatu kenyataan menunjukkan bahwa anak pertama laki-laki akan ditekankan untuk mencapai aspirasi yang lebih tinggi daripada adiknya. Keadaan ini berlaku terutama pada keluarga yang mempunyai
17
kelas sosial tinggi dan menengah, sedangkan pada kelas sosial rendah anak bungsu justru lebih ditekankan untuk mempunyai aspirasi yang lebih tinggi, baik dari orang tuanya ataupun kakak-kakaknya. 5) Tradisi budaya Tradisi budaya yang beranggapan bahwa semua orang dapat mencapai apa saja yang diinginkannya jika usahanya cukup keras. Pada masyarakat yang demokratis menganggap semua orang mempunyai kesempatan yang sama. Seorang siswa dalam masyarakat yang demokratis dididik bahwa mereka dapat mencapai hasil yang tinggi dalam masyarakat bila dapat melakukan yang terbaik. Keterbatasan dalam meraih kesempatan juga dapat berasal dari diri siswa. Misalnya kapasitas mental, fisik atau temperamen yang tidak memungkinkan untuk mencapai aspirasinya. Keterbatasan lain adalah karena
lingkungan
yang
tidak
memberikan
kesempatan
mengembangkan pendidikan dan keahlian khusus. 6) Nilai sosial yang bervariasi dengan bidang prestasi, pada siswa khususnya sesuatu yang diharapkan oleh keluarga, guru dan temantemannya, semakin kuat keinginan untuk diakui oleh kelompoknya maka aspirasinya semakin meningkat. 7) Media massa, mempengaruhi tujuan yang jauh ke depan sehingga siswa beraspirasi tinggi mungkin karena merasa bahwa selalu ada kemungkinan yang akan terjadi dan memberi kesempatan pada mereka untuk mencapai keberhasilan.
18
B. Pendidikan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Kemudian George F. Kneller dalam bukunya yang berjudul Foundation of Education yang dikutip oleh Dwi Siswoyo (2011: 53) mengungkapkan bahwa pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan dalam arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti luas pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa (mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical ability) individu. Pendidikan dalam artian ini berlangsung seumur hidup. Dalam arti teknis pendidikan adalah proses dimana masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga pendidikan lain), dengan sengaja mentransformasikan warisan budaya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, dari generasi ke generasi. Pendidikan selalu berkedudukan diaklektik terhadap masyarakat karena selain menjadi bagian dari masyarakat, pendidikan juga mempengaruhi masyarakat dan hasil dari pengaruh pada masyarakat itu berpengaruh lagi pada pendidikan (Imam Barnadib, 1996: 15).
19
Saat ini Sistem Pendidikan Nasional Indonesia diselenggarakan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tujuan Nasional Pendidikan Indonesia dijelaskan dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 Pasal 3 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. C. Aspirasi Pendidikan Aspirasi dimaknakan sebagai keinginan yang kuat untuk mencapai tingkat kemampuan tertentu (Dali Gulo, 1982:13). Slameto (2010:182) mendefinisikan aspirasi sebagai harapan atau keinginan individu akan suatu keberhasilan atau prestasi tertentu. Sedangkan Dimyati & Mudjiono (1999:97) menyamakan aspirasi dengan cita-cita, yaitu keinginan yang ingin dicapai dan dapat berpengaruh pada kemauan dan semangat belajar. Aspirasi selalu berkaitan dengan kesadaran, keinginan dan usaha seseorang dalam mewujudkan suatu hal yang diharapkannya. Pendidikan sekarang ini menjadi kebutuhan setiap manusia. Pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensipotensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan (Fuad Ihsan, 2003: 2). Selanjutnya Driyarkara 1950 (Hasbullah, 2006: 2) berpendapat bahwa pendidikan adalah
20
pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 menjelaskan tentang jalur pendidikan yaitu jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Mengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Berdasarkan uraian di atas maka dapat didefinisikan bahwa aspirasi pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kesadaran, harapan atau keinginan, serta usaha seseorang dalam memperoleh tujuannya dalam bidang pendidikan formal.
21
D. Masyarakat Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi. Mac lver dan Page (dalam Soerjono Soekanto 2006: 22), memaparkan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara, wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia. Ralph Linton (dalam Soerjono Soekanto, 2006: 22) mengatakan masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial. Sedangkan masyarakat menurut Selo Soemardjan (dalam Soerjono Soekanto, 2006: 22) adalah sekelompok orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mempunyai kesamaan wilayah, identitas, kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan. Tipe-tipe masyarakat menurut Kingley Davis dalam Soekanto (2007: 134-135) ada empat kriteria yaitu: 1. Jumlah penduduk. 2. Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman. 3. Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat. 4. Organisasi masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu yang kemudian terjadi interaksi sosial sehingga memunculkan suatu keteraturan, kebiasaan, adat istiadat dan tumbuhnya rasa kesamaan diantara mereka.
22
E. Daerah Terpencil Menurut petunjuk teknis penyaluran tunjangan khusus jenjang pendidikan dasar Kemendikbud tahun 2015 mengungkapkan bahwa daerah yang terpencil atau terbelakang adalah daerah dengan faktor geografis yang relatif
sulit
dijangkau
karena
letaknya
yang
jauh
di
pedalaman,
perbukitan/pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau terpencil, seperti daerah yang memiliki pemukiman permanen dan terpencil yang penduduknya kurang dari 1000 (seribu) jiwa dan yang tidak bisa dihubungkan dengan kelompok yang lain dalam jarak tempuh tertentu yang tidak dapat dicapai dengan jalan kaki ataupun tidak memiliki akses transportasi yang memadai dan daerah dengan faktor geomorfologis lainnya yang sulit dijangkau oleh jaringan baik transportasi maupun media komunikasi, serta tidak memiliki sumberdaya alam. Sedangkan kriteria daerah yang terpencil atau terbelakang adalah: 1. Akses transportasi yang sulit dijangkau dan mahal disebabkan oleh tidak tersedianya jalan raya tergantung pada jadwal tertentu, tergantung pada cuaca, satu-satunya akses dengan jalan kaki 2. Memiliki hambatan dan tantangan alam yang besar. 3. Tidak tersedia dan/atau sangat terbatasnya layanan fasilitas umum, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas listrik, fasilitas informasi dan komunikasi, dan sarana air bersih 4. Tingginya harga-harga dan/atau sulitnya ketersediaan bahan pangan, sandang, dan papan atau perumahan untuk pemenuhan kebutuhan hidup.
23
F. Desa Bugelan Desa Bugelan merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Desa Bugelan berjarak 15 kilometer dari pusat kecamatan dan berjarak 73 kilometer dari pusat kabupaten. Sehingga Desa Bugelan terbilang cukup jauh dari pusat pemerintahan. Kondisi geografis Desa Bugelan adalah perbukitan sehingga cukup sulit untuk ditempuh. Maka dari itu tidak ada transportasi umum menuju pusat kecamatan maupun ke pusat kabupaten. Tidak adanya transportasi umum membuat Desa Bugelan jauh dari keramaian. Mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Bugelan adalah sebagai petani. Terdapat beberapa produk pertanian dari Desa Bugelan diantaranya adalah cabai, jahe, ketela dan janggelan. G. Kebijakan Pendidikan 1. Pengertian Kebijakan Pendidikan Banyak ahli yang telah menyinggung istilah kebijakan. Terutama banyak ahli yang menjelaskan mengenai kebijakan negara atau kebijakan publik (public policy). Namun, penjelasan khusus mengenai kebijakan pendidikan
(education
policy)
belum
terlalu
banyak
ahli
yang
menyampaikan. Arif Rohman (2014: 108) mengungkapkan bahwa kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan negara atau kebijakan publik secara umum. Kebijakan pendidikan merupakan kebijakan publik yang mengatur secara khusus peraturan atau regulasi berkaitan dengan penyerapan sumber, serta pengaturan perilaku dalam pendidikan. Dalam konteks yang
24
lebih umum, Hugh Heclo yang dikutip oleh Arif Rohman (2014: 108), mendefinisikan bahwa kebijakan adalah cara bertindak yang disengaja untuk menyelesaikan
beberapa
permasalahan
pendidikan.Dengan
demikian
kebijakan pendidikan (educational policy) merupakan keputusan berupa pedoman bertindak baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik umum maupun khusus, baik terperinci maupun longgar yang dirumuskan melalui proses politik untuk suatu arah tindakan, program, serta rencanarencana tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan. 2. Tahap Kebijakan Suatu kebijakan biasanya diputuskan dengan dilatarbelakangi adanya suatu permasalahan. Keputusan dalam pengambilan kebijakan terdiri dari beberapa tahap, yang pertama perumusan dan formulasi kebijakan, dilanjutkan dengan penentuan kebijakan, setelah itu implementasi kebijakan, dan terakhir evaluasi kebijakan. Pada aspek perumusan kebijakan, berkenaan dengan: penyusunan agenda kebijakan, yaitu dengan menempatkan masalah pada agenda publik; Formulasi kebijakan yaitu merumuskan berbagai alternatif kebijakan berdasarkan pertimbangan lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif; Adopsi/penentuan kebijakan, adalah pemilihan dari berbagai alternatif yang diadopsi menjadi suatu kebijakan, bisa secara konsensus atau berdasarkan mayoritas; Implementasi kebijakan yaitu pelaksanaan kebijakan pada unitunit administratif melalui mobilisasi sumber daya; Evaluasi kebijakan yaitu
25
pemeriksaan dan penilaian terhadap proses dan hasil kebijakan berdasarkan persyaratan peraturan pembuatan dan pelaksanaan kebijakan. Brewer dan Deleon yang dikutip oleh Sutjipto (1987: 32), membagi fase dalam proses kebijakan menjadi enam tahap. Tahap pertama adalah tahap inisiasi, yang dimulai ketika masalah yang dirasa penting untuk diselesaikan mulai timbul. Dalam tahap ini dipikirkan berbagai alternatif untuk mengurangi atau meringankan akibat dan dampak dari masalah tersebut. Tahap kedua adalah tahap estimasi yang memikirkan resiko, biaya, untung dan rugi dari berbagai alternatif yang ada. Pada tahap ini masalah ditekankan secara ilmiah, empirik, dan proyektif untuk melihat apa yang akan timbul sebagai akibat dari dari sebuah pilihan kebijakan. Tahap yang ketiga adalah tahap seleksi, yang akhirnya memilih dan menentukan salah satu dari berbagai alternatif yang tersedia. Tahap keempat yaitu tahap implementasi, yaitu pelaksanaan dari pilihan alternatif yang telah diputuskan. Tahap kelima yaitu tahap evaluasi yang ada kenyataannya lebih bersifat retrospektif. Dalam tahap ini dilakukan usaha untuk menjawab pertanyaan tentang kebijakan mana yang sukses dan yang gagal, bagaimana hasilnya dapat diukur, dan kriteria atau indikator apa yang digunakan untuk mengukur. Terakhir adalah tahap terminasi yang merupakan penyesuaian kebijakan yang tidak fungsional, tidak perlu, berlebihan, atau tidak lagi cocok dengan keadaan.
26
H. Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa penelitian hasil penelitian yang relevan dan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, di bawah ini: 1. Penelitian yang dilakukan Purnawati (2005) yang berjudul ASPIRASI DAN PARTISIPASI ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK (Kasus pada Komunitas
Pedagang Kakilima di
Kecamatan
Wonopringgo,
Kabupaten Pekalongan). Responden dalam penelitian ini adalah komunitas pedagang kaki lima di kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan. Adapun hasil dari penelitian tersebut adalah: a. Pedagang kaki lima yang mempunyai aspirasi dan partisipasi baik terhadap pendidikan anak. Yaitu dalam pemilihan pendidikan; tidak memprioritaskan pendidikan formal maupun nonformal, karena mereka merasa dapat membiayai sekolah dari penghasilannya, bahkan dapat menyekolahkan anak sampai Perguruan Tinggi, namun ada beberapa orangtua yang memilih sekolah kejuruan dengan harapan setelah lulus sekolah nanti anaknya kelak mudah mendapatkan pekerjaan. Partisipasi orangtua yaitu peranan mereka dalam keluarga dan pemenuhan kebutuhan adalah berusaha memberi perhatian, kasih sayang yang cukup, memberi motivasi dan membimbing anak agar belajar, menanamkan nilai moral dan agama, memberi nasehat, mengajarkan hidup sederhana dan hemat seperti menabung, adanya sifat keterbukaan dalam keluarga, b. Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi baik dan partisipasi rendah yaitu ditunjukkan dengan adanya pemahaman orangtua akan pentingnya
27
pendidikan, sehingga adanya keinginan kuat agar dapat menyekolahkan anak setinggi-tingginya, karena kurangnya factor biaya, maka dalam pemilihan pendidikan lebih memilih pada sekolah kejuruan karena mendapatkan ketrampilan yang cukup dan mudah mendapat pekerjaan. Adapun partisipasi orangtua rendah yaitu, kurangnya perhatian dan kasih sayang terhadap anak hal ini dikarenakan kesibukan orantua berdagang, kurangnya penanaman nilai moral dan agama, sehingga pergaulan anak kurang terkontrol. c. Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi rendah dan partisipasi baik yaitu kurangnya pemahaman orangtua terhadap pentingnya pendidikan mereka beranggapan bahwa pendidikan tidak bermakna apa-apa bila tidak ditunjukkan dengan pekerjaan, tidak adanya dukungan orangtua dalam memilih pendidikan utuk anaknya walaupun mereka dapat membiayai sekolah,
orangtua
hanya
memenuhi
kebutuhan
materi
tanpa
memperdulikan sekolah anak. Peranan orangtua dalam keluarga cukup baik yaitu berusaha memenuhi kebutuhan ekonomi, memberi perhatian dan kasih sayang yang cukup, mengajarkan nilai agama. Walaupun mereka mempunyai peranan yang baik dalam keluarga, namun mereka kurang memperhatikan anak dalam pendidikan maka keberhasilan anak akan terhambat. d. Pedagang kakilima yang mempunyai aspirasi dan partisipasi rendah terhadap pendidikan yaitu kurangnya pemahaman terhadap pendidikan sehingga orangtua bersikap masa bodoh, tidak adanya keinginan orangtua
28
untuk menyekolahkan anak karena kurangnya biaya, kurangnya perhatian dan kasih sayang, kurangnya keterbukaan dalam keluarga. Apabila kepedulian orangtua dalam pendidikan dan keluarga kurang, maka kemajuan dan keberhasilan anak tidak akan terwujud. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Lestari (2015) yang berjudul “ASPIRASI PENDIDIKAN FORMAL PADA PETANI DI DUSUN BANGUNMULYO GIRIKERTO TURI SLEMAN”. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berprofesi sebagai petani di Dusun Bngunmulyo, Girikerto, Turi, Sleman. Berikut hasil dari penelitiannya adalah: a. Aspirasi
orangtua
terhadap
pendidikan
formal
anak
di
dusun
Bangunmulyo yaitu mereka menginginkan pendidikan formal itu mampu memberikan pengalaman dan mempersiapkan anak untuk menghadapi masa depannya. Selain masyarakat petani mempunyai pandangan bahwa pendidikan itu penting. Mereka berharap bahwa pendidikan akan memberikan pengalaman dan mempersiapkan anak untuk menghadapi masa depannya. Selain itu beberapa masyarakat juga berharap, dengan memiliki pendidikan yang baik maka anak-anaknya bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik agar kehidupannya bisa maju dan hidup lebih layak. b. Hal-hal yang mempengaruhi aspirasi pendidikan bagi masyarakat dusun Bangunmulyo adalah tingkat pendidikan orangtua, tingkat ekonomi dan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak. Sebagian besar
29
masyarakat desa ini hanya berpendidikan SD, SMP, dan SMA, hanya beberapa warga saja yang lulusan Perguruan Tinggi. Hal tersebut ternyata tidak mempengaruhi pendidikan anak-anak mereka, walaupun masyarakat di dusun Bangunmulyo mayoritas berpendidikan rendah namun mereka tetap menginginkan agar anak-anaknya mempunyai pendidikan yang tinggi. Tingkat ekonomi jelas sangat berpengaruh dalam pendidikan anak, namun setiap orangtua akan mengusahakan seberapapun biaya yang dibutuhkan agar anak dapat bersekolah. Komunikasi antara orangtua dan anak juga sudah berjalan dengan baik, hal ini juga sangat berpengaruh terhadap pendidikan maupun kehidupan anak. Selain itu, hal-hal yang mempengaruhi aspirasi pendidikan di wilayah dusun Bangunmulyo yaitu upaya pemerintah dalam menyelenggarakan program JBM (Jam Belajar Masyarakat), dan menyediakan TBM (Taman Bacaan Masyarakat) dengan nama TBM Kampung Pintar yang di dalamnya juga terdapat perpustakaan. c. Aspirasi pendidikan bagi masyarakat petani sejauh ini hampir semuanya efektif terbukti masyarakat petani di dusun Bangunmulyo sudah mampu mensekolahkan anak-anaknya. Efektifitas diartikan sebagai kemampuan untuk mencapai hasil spesifik yang menunjukkan taraf tercapainya sasaran yang telah ditetapkan. Namun ada sebagian aspirasi yang terkendala oleh tingkat ekonomi yang rendah, akan tetapi masyarakat yang mempunyai tingkat ekonomi rendah berusaha untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk memenuhi biaya pendidikan
30
bagi anakanaknya. Semua narasumber mengatakan bahwa tingkat ekonomi sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak, maka dari itu selain bermatapencaharian sebagai petani masyarakat di desa ini juga mempunyai pekerjaan sampingan yaitu sebagai buruh bangunan. Hal tersebut dilakukan karena hasil pertanian yang didapat hanya bisa mencukupi untuk kehidupan sehari-hari. Setelah dilakukan penelitian, ada pula beberapa warga yang menitipkan anaknya di suatu panti asuhan islam agar mendapatkan pendidikan agama yang bagus dan sekolah di biayai oleh panti asuhan. Karena seseorang yang mempunyai aspirasi terhadap sesuatu hal akan dapat merencanakan bahwa keinginannya dapat dicapai, karena telah disesuaikan dengan tingkat ekonomi keluarga, tingkat pendidikan orangtua, serta komunikasi antara orangtua dan anak yang berkualitas.
31
I. Kerangka Pikir Penelitian
PENDIDIKAN MASYARAKAT DAERAH TERPENCIL
KEBIJAKAN PENDIDIKAN
ISU PENDIDIKAN
PERAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN FAKTOR
ASPIRASI
PARTISIPASI
FAKTOR MEDIA PENYAMPAIAN ASPIRASI MASRAKAT Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang sangat luas dan juga penduduk yang padat, ketidakmerataan sumber daya menjadikan beberapa wilayah di Indonesia masih termasuk dalam kategori daerah terpencil. Seperti masyarakat pada umumnya, masyarakat di daerah terpencil terbentuk dari beberapa aspek masyarakat yaitu, sosial, budaya, geografis, ekonomi, dan pendidikan. Pendidikan yang ada pada masyarakat daerah terpencil, tentu saja
32
tidak lepas dari peran masyarakat itu sendiri dalam bidang pendidikan. Peran masyarakat dalam pendidikan berupa aspirasi dan partisipasi masyarakat dalam pendidikan. J. Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah yang sudah dirumuskan peneliti, maka pertanyaan pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana cita-cita masyarakat Desa Bugelan dalam pendidikan ? 2. Bagaimana hasrat masyarakat Desa Bugelan dalam pendidikan ? 3. Bagaimana ketetapan hati dan usaha masyarakat Desa Bugelan dalam mewujudkan cita-citanya ? 4. Bagaimana masyarakat menyampaikan aspirasi pendidikan? 5. Apa saja faktor yang mendukung aspirasi pendidikan pada masyarakat di Desa Bugelan? 6. Apa saja faktor yang menghambat aspirasi pendidikan pada masyarakat di Desa Bugelan? 7. Kebijakan pendidikan apa yang ada di Desa Bugelan? 8. Bagaimana relevansi kebijakan pendidikan dengan isu pendidikan di Desa Bugelan? 9. Bagaimana relevansi kebijakan pendidikan dengan aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan?
33
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Andi Prastawa (2011: 22), metodologi kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data dekskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif bertujuan bukan untuk menguji hipotesis atau teori, melainkan untuk menemukan teori dari lapangan. Maka dari itu penelitian kualitatif akan menghasilkan makna dari fenomena yang diamati dan bukan generalisasi berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas. Jenis penelitian kualitatif juga dapat didefinisikan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Kirk dan Miller dalam Moleong(1993:3), mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (Field Research) yang menurut Moh. Nazir (2005:65) dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian adalah: ”Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung tempat yang menjadi objek penelitian. Peneliti datang langsung ke lokasi penelitian dan berinteraksi secara langsung untuk mengamati pola kepribadian, perilaku dan sosial yang diamati.
34
B. Setting Penelitian Latar atau setting dari penelitian ini adalah di Desa Bugelan Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Desa Bugelan berjarak 15 kilometer dari pusat kecamatan dan berjarak 73 kilometer dari pusat kabupaten. Sehingga Desa Bugelan terbilang cukup jauh dari pusat pemerintahan. Kondisi geografis Desa Bugelan adalah perbukitan sehingga cukup sulit untuk ditempuh. Maka dari itu tidak ada transportasi umum menuju pusat kecamatan maupun ke pusat kabupaten. Tidak adanya transportasi umum membuat Desa Bugelan jauh dari keramaian. C. Subjek Penelitian Pemilihan subjek bukan berdasarkan atas strata, random atau kewilayahan, akan tetapi berdasarkan atas tujuan yakni untuk meneliti mengenai aspirasi pendidikan pada masyarakat di daerah terpencil di Desa Bugelan, Kecamatan Kismantoro, Wonogiri, Jawa Tengah. Maka dari itu penelitian ini menggunaka teknik serial selection of sample units. Lincoln dan Guba dalam Sugiono (2009: 54-55) menjelaskan bahwa Serial selection of sample units adalah keadaan dimana peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari subjek penelitian itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Berdasarkan tekhnik tersebut maka didapat subjek penelitian yaitu Bapak BJ beserta anaknya yang bernama AG, Bapak WR beserta anaknya WS, Ibu MR beserta anaknya EG dan Ibu TM beserta
35
anaknya JL. Sedangkan objek penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, dan fokus penelitian adalah mengenai aspirasi pendidikan pada masyarakat di daerah terpencil. D. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dikelompokkan ke dalam dua jenis cara, yaitu teknik yang bersifat interaktif dan non-interaktif. Metode interaktif meliputi interview dan observasi berperanserta,
sedangkan
metode
noninteraktif
meliputi
observasi
takberperanserta, tehnik kuesioner, mencatat dokumen, dan partisipasi tidak berperan (Sutopo, 2006: 9). Pada penelitian ini, tekhnik pengumpulan data yang digunakan antara lain observasi, wawancara dan dokumentasi. 1. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap suatu gejala yang terjadi pada objek penelitian (Sutrisno Hadi, 1987: 136). Dalam observasi peneliti mengamati langsung dan mencatat fenomena yang terjadi secara alamiah. Menurut Mohamad Mustari (2012: 64) ada tiga macam data yang dapat dikumpulkan dalam observasi, yaitu keadaan fisik, keadaan interaksi dan keadaan suatu program dijalankan apabila meneliti tentang keberlangsungan program. Observasi digunakan agar peneliti dapat melihat secara langsung keadaan di Dusun Bugelan terkait aspirasi pendidikan di daerah tersebut. Peneliti kemudian mengamati sendiri dan mencatat bagaimana perilaku dan kejadian apa saja yang terjadi sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
36
2. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Sugiyono. 2014: 64). Wawancara dimaksudkan agar peneliti dapat menggali lebih dalam informasi-informasi dari
subjek
penelitian.
Wawancara
adalah
sala
satu
cara
untuk
mengumpulkan informasi yang utama dalam kajian pengamatan. Ia dilakukan dengan tanya jawab secara lisan dan hasilnya disimpan dalam berbagai media seperti media tulis, rekaman kaset, video dan media elektronik lainnya (Mohamad Mustari, 2012: 56). Wawancara dilakukan terhadap masyarakat guna mengetahui aspirasi pendidikan
pada masyarakat di daerah tersebut. Tekhnik wawancara
dilakukan dengan maksud agar peneliti dapat menggali lebih dalam informasi dari narasumber. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan catatan peristiwa masa lampau. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumenal dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan contohnya adalah catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto,
sketsa dan lain-lain (Sugiyono,
2014: 82). Metode dokumentasinyaitu mencari data mengenai hal-hal atau
37
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 1987:188). Dalam penelitian ini, dokumentasi dimaksudkan untuk menunjang hasil penelitian. Dokumentasi yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain geografis wilayah, data kependudukan, data pendidikan masyarakat dan sarana dan prasarana pendidikan. E. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono. 2014: 59). Jadi, dalam penelitian ini instrumen penelitian yang paling utama adalah peneliti sendiri, karena fokus penelitian sudah jelas yaitu mengenai aspirasi pendidikan pada daerah terpencil, maka dari itu dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang berupa pedoman observasi dan pedoman wawancara. Kedua pedoman ini digunakan untuk menjaring data pada sumber data yang lebih luas dan mempertajam serta melengkapi data hasil pengamatan dan observasi. 1. PedomanWawancara Wawancara dilaksanakan dengan menggunakan penelitian yang berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Dengan pertanyaan terstruktur ini, narasumber diberikan pertanyaan-pertanyaan yang sama kemudian peneliti mencatat jawaban dari narasumber. Pedoman wawancara akan dibuat dengan pertanyaan
penelitian
secara
terbuka,
sehingga
narasumber
dapat
memberikan informasi selengkap-lengkapnya demi keakuratan peneliti.
38
Adapun pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara kepada Orang Tua No. Aspek ditanyakan 1 Cita-cita
yang Item pertanyaan a. b. c.
2
Hasrat
a.
b.
3
Ketetapan Hati
a. b.
c.
4
Faktor-faktor yang a. mempengaruhi b. aspirasi c.
Seberapa penting arti pendidikan bagi anda? Apa alasan anda? Bagaimana tanggapan lingkungan anda terhadap pentingnya pendidikan? Anda menginginkan anak anda menempuh pendidikan sampai jenjang apa? Mengapa anda menginginkan anak anda menempuh pendidikan sampai jenjang tersebut? Apa harapan anda setelah anak anda selesai menempuh jenjang pendidikan yang anda harapkan? Mengapa anda harus mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut? Apakah anda yakin bahwa anak anda dapat menempuh jenjang pendidikan sesuai dengan yang anda harapkan? Bagaimana usaha anda dalam mewujudkan cita-cita dan harapan anda? Pendidikan terakhir anda apa ? Apa kesulitan anda dalam mewujudkan aspirasi anda? Apa dukungan anda terhadap pendidikan anak?
39
Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara kepada anak No Aspek yang ditanyakan Item pertanyaan . 1 Cita-cita a. Seberapa penting arti pendidikan bagi anda? Apa alasan anda? b. Bagaimana tanggapan lingkungan anda terhadap pentingnya c. pendidikan? Anda menginginkan anda menempuh pendidikan sampai jenjang apa? 2
Hasrat
a. b.
3
Ketetapan Hati
a. b.
c.
4
Faktor-faktor yang a. mempengaruhi aspirasi b. c.
Mengapa anda menginginkan menempuh pendidikan sampai jenjang tersebut? Apa harapan anda setelah anda selesai menempuh jenjang pendidikan yang anda harapkan? Mengapa anda harus mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut? Apakah anda yakin bahwa anda dapat menempuh jenjang pendidikan sesuai dengan yang anda harapkan? Bagaimana usaha anda dalam mewujudkan cita-cita dan harapan anda? Pendidikan terakhir anda apa ? Apa kesulitan anda dalam mewujudkan aspirasi anda? Apa dukungan orang tua anda terhadap pendidikan anda?
2. Pedoman Observasi Pedoman observasi dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan data fleksibel, lengkap dan akurat. Pedoman observasi mempunyai peran yang
40
cukup penting dalam penelitian kualitatif. Adapun pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Observasi No Indikator 1
Kebijakan
Aspek yang Diamati
a. Kebijakan yang diimplementasikan di daerah terpencil a.Masalah pendidikan yang dapat diamati
2
Masalah/Isu Pendidikan
dalam masyarakat b.Masalah pendidikan yang dapat diamati di lembaga pendidikan
3
Media
a. Media penyampaian melalui masyarakat
Penyampaian
b. Media penyampaian melalui lembaga
Aspirasi
c. Media penyampaian individu
4
Pendidikan
5
Ekonomi
a. Pendidikan terakhir orangtua/anak sendiri. b. Pendidikan yang sedang ditempuh. a. Tingkat ekonomi keluarga. a. Lokasi tempat tinggal.
6
Geografi
b. Jarak tempat tinggal dengan sekolah. c. Jumlah lembaga pendidikan.
7
Sosial
8
Jenis Pekerjaan
a. Kepedulian lingkungan terhadap pendidikan. a. Jenis pekerjaan orangtua/anak.
F. Teknik Analisis Data Miles dan Huberman (2007: 16) mengatakan analisis data kualitatif adalah proses analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
41
bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman tersebut. Model analisis data Miles dan Huberman memiliki tiga tahap, yaitu: 1. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses pemilihan atau penyederhanaan data yang didapat selama penelitian. Dalam hal ini peneliti mengklasifikasikan data mana yang dianggap penting, data mana yang perlu dibuang dan mengkategorikan data sesuai kebutuhan penelitian. Reduksi data penting dilakukan karena selama penelitian, peneliti banyak mendapatkan hasil yang beberapa diantaranya merupakan hal yang menyimpang dari topik penelitian. Menurut Miles dan Huberman (2007: 17), reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis
yang
menajamkan,
menggolongkan,mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. 2. Penyajian Data Setelah data direduksi, maka kemudian data tersebut perlu disajikan agar memudahkan peneliti dalam penarikan kesimpulan. Penyajian data dapat berbentuk sketsa, sinopsis, matriks dan bentuk-bentuk lain. Penyajian data diperlukan untuk memudahkan upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan (Burhan Bungin, 2010: 70). Penyajian data dirancang untuk menggabungkan informasi yang disusun dalam suatu bentuk yang padu dan
42
mudah dipahami. Dengan demikian peneliti dapat melihat apa yang sedang terjadi dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar. 3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi Kesimpulan awal pada penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat. Tetapi jika kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal telah didukung bukti-bukti yang kuat maka kesimpulan yang kita kemukakan adalah kesimpulan yang kredibel dan terpercaya (Sugiyono, 2014: 99).
Gambar 2. Teknik Analisis Data, Miles dan Huberman. G. Keabsahan Data Lexy J. Moleong (2005:177-178) mengatakan agar hasil penelitian kualitatif dapat dipertanggung jawabkan, maka dibutuhkan metode pengecekan keabsahan data. Adapun cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk memeriksa keabsahan data antara lain: 1. Ketekunan Peneliti Penelitian kualitatif memerlukan ketekunan peneliti yang tinggi. Ketekunan peneliti akan memudahkan peneliti dalam menemukan kejadian-
43
kejadian atau unsur-unsur yang diteliti dan memfokuskan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Untuk meningkatkan ketekunan peneliti, dapat dilakukan dengan cara membaca referensi berupa buku maupun hasil penelitian atau dokumentasidokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti yaitu mengenai aspirasi pendidikan pada masyarakat di daerah terpencil. Dengan membaca maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan apakah data tersebut benar atau dapat dipercaya atau tidak (Sugiyono. 2014: 125). 2. Trianggulasi Data Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Lexi J. Moleong. 2005: 330). Uji keabsahan melalui trianggulasi dilakukan dalam penelitain kualitatif karena untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji statistik. Begitu pula materi kebenaran tidak diuji berdasarkan kebenaran alat sehingga substansi kebenaran tergantung pada kebenaran intersubjektif (Burhan Bungin. 2010: 205).
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Desa Bugelan 1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Geografis Desa Bugelan Desa Bugelan merupakan salah satu desa dari 10 desa atau kelurahan yang berada di Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Desa Bugelan memiliki wilayah dengan ketinggian 715 m dari permukaan laut dengan pembagian wilayah menurut penggunaan yaitu sawah seluas 81,7 Ha; pekarangan 292,2 Ha; tegal 212,2 Ha; tanah kering 692,9 Ha; tanah hutan 176,03 Ha; kuburan dan jalan 18,5 Ha. Desa Bugelan terdiri dari 4 dusun yaitu Dusun Bugelan, Dusun Cabol, Dusun Setren dan Dusun Waru. Sebagian besar wilayah Desa Bugelan merupakan berupa gunung, bukit dan lereng-lereng bukit. Desa Bugelan berbatasan dengan desa lainnya di Kecamatan Kismantoro, yaitu: a. Bagian utara
: Desa Ngroto
b. Bagian selatan
: Desa Ngromo (Jawa Timur)
c. Bagian timur
: Desa Plosorejo
d. Bagian barat
: Desa Brenggolo
Desa Bugelan merupakan desa yang cukup sulit dijangkau karena jaraknya yang jauh dari pusat Kecamatan Kismantoro dan medan yang berat. Jarak Desa Bugelan dengan pusat kecamatan yaitu Kecamatan Kismantoro adalah 15 km. Jarak Desa Bugelan dengan pusat kabupaten
45
yaitu Kabupaten Wonogiri sekitar 73 km. Sedangkan jarak Desa Bugelan dengan pusat Provinsi Jawa Tengah sekitar 203 km. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa bugelan sangat terbatas. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Bugelan antara lain: a. Gedung pertemuan (Balai Desa) b. Puskesdes c. Poskamling d. Tempat ibadah (masjid) e. Lapangan voli f. Sumur gali g. Perpipaan b. Kependudukan Desa Bugelan Jumlah penduduk Desa Bugelan adalah 4.258 jiwa dengan penduduk laki-laki berjumlah 2.116 jiwa sedangkan penduduk perempuan berjumlah 2.142 jiwa. Mayoritas penduduk Desa Bugelan berprofesi sebagai petani. Sekitar 90% penduduk Desa Bugelan berprofesi sebagai petani. Sisanya sebesar 8% berprofesi sebagai pedagang dan 2% sebagai pegawai negeri sipil. Dari sektor pertanian Desa Bugelan memiliki produk andalan berupa padi, cabai, cengkeh, ketela pohon dan janggelan. Jenis profesi yang cenderung homogen dan sebagian besar berprofesi sebagai petani menunjukkan bahwa Desa Bugelan belum termasuk desa yang modern atau maju. hal tersebut juga ditunjukkan dari lembaga sekolah yang ada di Desa Bugelan termasuk ke dalam lembaga sekolah
46
yang berada di daerah khusus karena sulitnya medan yang ditempuh dan jauh dari kota atau terpencil yang ditetapkan dalam Keputusan Bupati Wonogiri Nomor 289 Tahun 2015 tentang Penetapan Satuan Pendidikan dalam Daerah Khusus di Wilayah Kabupaten Wonogiri Tahun 2015. c. Pendidikan di Desa Bugelan Desa Bugelan memiliki beberapa lembaga pendidikan dalam memfasilitasi pendidikan di desa. Diantaranya adalah sebagai berikut a. SD N I Bugelan b. SD N II Bugelan c. SD N III Bugelan d. SMP N 4 Satu Atap Kismantoro Kondisi lembaga pendidikan di Desa Bugelan cukup layak untuk digunakan, hanya saja masih terdapat kekurangan dalam hal sarana dan prasarana yang belum lengkap dan terbatasnya tenaga pendidik atau guru. Dalam satu sekolah dasar di Desa Bugelan, rata-rata hanya 3 sampai 4 guru saja yang berstatus pegawai negeri. Sisanya diisi oleh guru honorer dari luar Desa Bugelan. Berdasarkan tingkat pendidikan, data kependudukan Desa Bugelan yaitu belum tamat SD 457 orang, tidak tamat SD 88 orang. Sedangkan yang lulus SD/sederajat berjumlah 2989 orang, tamat SMP/sederajat 482 orang, tamat SMA/sederajat 189 orang. Masyarakat Desa Bugelan yang lulus akademi atau perguruan tinggi berjumlah 21 orang. Hal tersebut
47
menggambarkan bahwa masyarakat Desa Bugelan yang mampu melanjutkan hingga perguruan tinggi masih sangat terbatas. 2. Deskripsi Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini adalah orang tua atau wali dan anak yang masih berusia sekolah. Pemilihan informan didasarkan pada teknik serial selection of sample units sehingga didapat informan sebagai berikut: a. Informan 1 Nama
: BJ
Pendidikan Terakhir
: SLTP
Pekerjaan
: Kepala Dusun Setren
Jumlah anak
:2
Nama anak usia sekolah
: AG
Umur anak
: 18
Sekolah anak
:
b. Informan 2 Nama
: WR
Pendidikan Terakhir
: SLTP
Pekerjaan
: Kepala Dusun Cabol
Jumlah anak
:2
Nama anak usia sekolah
: WS
Umur anak
: 15
Sekolah anak
: SMP N 4 Satu Atap Kismantoro
48
c. Informan 3 Nama
: MR
Pendidikan Terakhir
: SLTP
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Jumlah anak
:2
Nama anak usia sekolah
: EG
Umur anak
: 15
Sekolah anak
: SMP N 4 Satu Atap Kismantoro
d. Informan 4 Nama
: TM
Pendidikan Terakhir
: SD
Pekerjaan
: Petani/Buruh Tani
Jumlah anak
:3
Nama anak usia sekolah
: JL
Umur anak
: 16
Sekolah anak
: SMK N 1 Nawangan
e. Informan 5 Nama
: AG
Pendidikan Terakhir
: SMA
Nama orang tua
: BJ
Umur
: 18
Sekolah
:-
49
f. Informan 6 Nama
: WS
Pendidikan Terakhir
: SD
Nama orang tua
: WR
Umur
: 15
Sekolah
: SMP N 4 Satu Atap Kismantoro
g. Informan 7 Nama
: EG
Pendidikan Terakhir
: SD
Nama orang tua
: MR
Umur
: 15
Sekolah
: SMP N 4 Satu Atap
h. Informan 8 Nama
: JL
Pendidikan Terakhir
: SMP
Nama orang tua
: TM
Umur
: 16
Sekolah
: SMK N 1 Nawangan
B. Hasil Penelitian 1. Aspirasi Pendidikan Masyarakat Desa Bugelan Aspirasi memiliki tiga aspek yaitu cita-cita yang merupakan sesuatu yang dianggap penting dan ingin dicapai oleh individu, harapan atas cita-cita yang ingin dicapai atau hasrat atau harapan akan sesuatu yang dapat
50
diperoleh apabila cita-cita terwujud, dan ketetapan hati yang menunjukkan seberapa penting cita-cita dan harapan tersebut bagi seseorang. Ketetapan hati seseorang dapat dilihat dari bagaimana individu tersebut berusaha untuk mewujudkan cita-citanya
Jadi apabila seseorang memiliki tiga aspek
tersebut, maka dia dikatakan sudah memiliki aspirasi. Dalam penelitian kali ini, peneliti mengetahui aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan melalui tiga aspek yaitu cita-cita, harapan dan ketetapan hati masyarakat dalam pendidikan. a. Cita-cita masyarakat Desa Bugelan terhadap Pendidikan Cita-cita adalah apa yang dinilai individu penting dan yang ingin dicapai. Cita-cita berkaitan dengan aspek idealis dari individu. Individu biasanya memiliki cita-cita yang tinggi sebagai refleksi dari pemikiran idealisnya. Cita-cita dalam pendidikan merupakan keinginan individu untuk mencapai jenjang tertentu dalam pendidikan. Cita-cita masyarakat Desa Bugelan terhadap pendidikan dinilai cukup realistis dan rata-rata menginginkan pendidikan yang lebih tinggi dari pada pendidikan yang saat ini sedang ditempuh. Cita-cita masyarakat Desa Bugelan dalam pendidikan diungkapkan oleh Bapak BJ sebagai berikut: “Pendidikan tidak hanya penting tapi sangat penting mas. Karena jika hanya harta dunia itu bisa habis, akan tetapi ilmu itu selama hidup masih bisa terus digunakan. Dalam hati saya, saya ingin anak saya bisa lulus sarjana. Tetapi juga tergantung anaknya nanti minat atau tidak” (BJ/21/06/2016) Hal yang kurang lebih sama diungkapkan oleh Bapak WR sebagai berikut:
51
“Pendidikan itu penting sekali. Ya agar kita itu lebih cerdas, lebih pintar dan berwawasan luas jadinya nanti kedepannya mudah mencari pekerjaan atau malah membuat lapangan kerja atau wirausaha. Pendapat saya sebagai orang tua, seandainya anaknya mau ya pengennya nanti sampai kuliah”. (WR/24/06/2016) Bapak BJ dan Bapak WR keduanya sama-sama menganggap pendidikan sangat penting untuk kehidupan agar manusia menjadi lebih cerdas, berwawasan luas dan ilmu yang didapat dari pendidikan tidak akan habis dan dapat digunakan hingga akhir hayat. Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa Bapak BJ dan Bapak WR menyadari betul akan pentingnya pendidikan sehingga mencita-citakan agar anaknya dapat menempuh pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Cita-cita tersebut sangat mungkin terwujud karena Bapak BJ dan Bapak WR merupakan kepala dusun dari Dusun Setren dan Dusun Cabol dan tergolong keluarga yang mampu secara ekonomi. Hal yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Ibu MR sebagai berikut: “Pendidikan sangat penting. Pendidikan itu untuk menuntut ilmu untuk masa depan. Nanti kalau mampu, pengennya ya anak saya bisa kuliah. Kalau tidak ya hanya sampai SMK/SMA saja”. (MR/27/06/2016) Pernyataan tentang cita-cita diungkapkan juga oleh ibu TM. Berikut ungkapan pernyataan dari Ibu TM: “Pendidikan ya penting. Anak sekarang itu dapat pengalaman ya dari pendidikan itu sendiri. Jadi tidak hanya belajar tapi juga pengalamannya itu juga penting. Ya paling hanya SMK. Tapi putri saya cita-citanya sampai kuliah seandainya bisa cari biaya. . Katanya besok mau kuliah sambil bekerja begitu mas katanya”. (TM/01/07/2016)
52
Pernyataan dari Ibu MR mengungkapkan bahwa Ibu MR menganggap pendidikan itu penting untuk mempersiapkan masa depan terutama masa depan anak. Sedangkan Ibu TM menganggap penting pendidikan karena dalam pendidikan tidak hanya mendapatkan ilmu yang bermanfaat tetapi juga mendapatkan pengalaman yang berharga. Ibu MR dan ibu TM memiliki cita-cita terhadap pendidikan anaknya yang sedikit berbeda. Ibu MR mencita-citakan anaknya untuk dapat meneruskan ke jenjang perguruan tinggi bila mampu, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk hanya melanjutkan pendidikan hingga jenjang SMA/SMK. Ibu TM memiliki cita-cita terhadap pendidikan anaknya yaitu menginginkan anaknya dapat menempuh pendidikan hingga jenjang SMK. Akan tetapi Ibu TM mengungkapkan jika putrinya berminat atau memiliki keinginan untuk dapat meneruskan pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa orang tua di Desa Bugelan memiliki cita-cita pendidikan terhadap pendidikan anaknya yaitu mereka mencita-citakan pendidikan yang lebih tinggi bagi anaknya dari pada pendidikan yang sedang ditempuh saat ini. Cita-cita dalam pendidikan tidak hanya dimiliki oleh orang tua saja, akan tetapi juga dimiliki oleh anak itu sendiri. Salah satunya adalah AG. Berikut pernyataan AG mengenai cita-citanya: “Menurut saya pendidikan itu penting sekali. Karena pendidikan itu membuat kita memiliki wawasan yang luas. Nantinya juga bisa memperoleh pekerjaan yang bagus jika pendidikannya tinggi. Seandainya bisa dan diperbolehkan, saya ingin sampai kuliah mas. Tetapi belum tau juga nanti mau kuliah dimana dan jurusan apa”. (AG/21/06/2016)
53
Pernyataan cita-cita yang kurang lebih sama juga diungkapkan oleh WS yaitu sebagai berikut: “Pendidikan menurut saya penting sekali. Supaya jadi pintar dan dapat ilmu yang banyak. Saya setelah lulus SMP nanti ingin meneruskan ke SMK saja”. (WS/24/06/2016) Menurut pernyataan AG dan WS, mereka menganggap pendidikan penting sekali bagi kehidupan agar memiliki wawasan yang luas dan menjadi pintar. Dari pernyataan AG dapat diketahui juga bahwa dengan pendidikan yang tinggi nantinya akan memperoleh pekerjaan yang layak. Pernyataan AG tersebut memang tepat karena dengan pendidikan yang tinggi, individu lebih banyak memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Mengenai cita-cita dalam pendidikan, AG dan WS memiliki citacita yang berbeda. AG memiliki cita-cita untuk dapat melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi dan WS lebih memilih untuk menempuh jenjang pendidikan SMK. Pernyataan tentang cita-cita diungkapkan juga oleh EG. Berikut adalah pernyataan EG mengenai cita-citanya dalam pendidikan: “Pendidikan itu penting mas. Supaya jadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Saya Belum tau meneruskan kemana. Tapi sepertinya setelah lulus nanti bisa masuk ke SMK”. (EG/27/06/2016) Hal yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh JL. Berikut pernyataan JL: “Pendidikan sangat penting. Supaya lebih pintar dan pengetahuannya banyak. Jika pendidikannya rendah nantinya juga
54
susah mencari pekerjaan. Penginnya bisa kuliah jika ada biaya. Seandainya tidak bisa ya sampai SMK saja” (JL/01/07/2016) Pernyataan yang disampaikan oleh EG dan JL menunjukkan bahwa EG dan JL sama-sama menganggap pendidikan itu penting agar menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya dan agar mudah dalam memperoleh pekerjaan. Aspek cita-cita dari EG dan JL juga berbeda. EG bercita-cita untuk dapat meneruskan pendidikan ke jenjang SMK. Sedangkan JL bercita-cita meneruskan pendidikan hingga jenjang perguruan apabila memungkinkan. Berdasarkan pernyataan anak yang masih bersekolah di Desa Bugelan mengenai cita-citanya dalam pendidikan, dapat diketahui bahwa mereka memiliki cita-cita yang dapat menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari pada pendidikan yang sedang mereka tempuh saat ini. Berdasarkan pernyataan yang didapatkan oleh peneliti, dapat diketahui bahwa masyarakat Desa bugelan memiliki cita-cita dalam pendidikan. Cita-cita pendidikan masyarakat Desa Bugelan adalah untuk dapat menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari pada pendidikan yang ditempuh saat ini. Cita-cita tersebut tercermin baik dari orang tua terhadap pendidikan anak maupun cita-cita anak itu sendiri terhadap pendidikannya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Bugelan memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan.
55
b. Hasrat Masyarakat Desa Bugelan terhadap Cita-cita dalam Pendidikan Hasrat adalah apa yang diharapkan individu dari apa yang dinilainya penting dan ingin dicapai. Atau dengan kata lain hasrat adalah harapan dari apa yang di cita-citakan oleh individu. Harapan tersebut berupa apa yang ingin diperoleh individu dari apa yang telah dilakukannya atau cita-cita yang akan/telah dicapainya. Setiap individu pasti mengharapkan manfaat atau timbale balik dari apa yang ia lakukan. Bagitupun dengan cita-cita, individu akan mengharapkan manfaat apa yang didapatkan apabila ia nantinya mampi mewujudkan cita-citanya. Harapan itu lah yang disebut sebagai hasrat. Harapan masyarakat Desa Bugelan dari apa yang dicita-citakannya tercermin dari Bapak BJ yang menyampaikan pernyataan sebagai berikut: “Dulu saya berminat sampai sarjana, tetapi dulu orang tua tidak mampu. Jadi sekarang saya berusaha agar anak saya berpendidikan setinggi-tingginya. Sarjana itu tidak hanya ilmunya mas menurut saya, tetapi juga dari pengalamannya agar nantinya dalam mencari pekerjaan bisa lebih luas, rezekinya juga lebih luas menurut saya” (BJ/21/06/2016) Bapak WR juga menyatakan harapan dari cita-citanya untuk menyekolahkan anaknya sampai pendidikan tinggi atau kuliah. Berikut pernyataan Bapak WR: “Supaya pendidikannya lebih dari orang tua. Supaya nanti bisa mengangkat derajat orang tua juga. Untuk masalah itu, harapannya bisa cepat dapat pekerjaan layak yang sesuai mas”. (WR/24/06/2016) Bapak BJ dan Bapak WR memiliki hasrat yang relatif sama terhadap pendidikan anaknya. Keduanya berharap agar nantinya anak-
56
anak mereka dapat memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak sehingga dapat mengangkat derajat keluarga apabila cita-cita mereka dapat tercapai. Hal tersebut menunjukkan bahwa Bapak BJ dan Bapak WR menaruh harapan yang besar terhadap cita-citanya. Hasrat juga disampaikan oleh Ibu MR yang memiliki cita-cita menyekolahkan putrinya sampai sarjana. Berikut pernyataan Ibu MR: “Supaya pendidikannya lebih tinggi dari saya. Saya dulu sempat mengalami putus sekolah jadi sebisa mungkin anak saya pendidikannya lebih tinggi dari saya. Seumpama selesai kuliah ya dapat pekerjaan yang bagus dan layak”. (MR/27/06/2016) Harapan dari cita-cita terhadap pendidikan anak disampaikan pula oleh Ibu TM yang memiliki cita-cita menyekolahkan anaknya sampai jenjang SMK. Berikut pernyataan Ibu TM: “Agar lebih tinggi dari orang tua. Saya dulu hanya sampai SD. Kan dulu rata-rata hanya sampai SD. Bapak juga hanya sampai SD. Saya pengennya ya biarkan bekerja dulu setelah lulus SMK”. (TM/01/07/2016) Ibu MR dan Ibu TM kurang lebih memiliki hasrat yang kurang lebih sama. Keduanya berharap agar anak mereka mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang tua. Tidak hanya itu saja, hasrat Ibu MR dan Ibu TM yang lain adalah agar anak mereka mendapatkan pekerjaan yang bagus dan layak setelah cita-cita dalam pendidikannya tercapai. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Bugelan memiliki hasrat terhadap pendidikan anaknya atau harapan dari apa yang mereka cita-citakan terhadap pendidikan anaknya. Mereka
57
menyadari betul apa yang akan mereka capai atau peroleh dari apa yang mereka cita-citakan dari pendidikan anaknya. Tidak hanya orang tua yang memiliki hasrat dalam pendidikan, akan tetapi anak yang masih juga menyampaikan harapannya dari apa yang ia cita-citakan. Hasrat tersebut disampaikan oleh AG yang memiliki cita-cita untuk bisa kuliah. Berikut pernyataan AG: “Ya agar mempunyai pendidikan yang bagus. Supaya nantinya bisa bekerja dan dapat pekerjaan yang bagus juga. Harapan saya bisa cepat dapat pekerjaan dan dapat penghasilan yang layak”. (AG/21/06/2016) WS yang bercita-cita dapat sekolah di SMK juga menyampaikan hasratnya yaitu: “Teman-teman banyak yang ingin masuk SMK mas. Jaraknya juga dekat dibandingkan dengan sekolah lain. Setelah lulus SMK harapannya bisa langsung bekerja seperti teman-teman saya yang lebih tua yang sudah lulus”. (WS/24/06/2016) Berdasarkan pernyataan dari AG dan WS, diketahui bahwa keduanya memiliki hasrat yang kurang lebih sama. AG menyampaikan harapan untuk dapat segera mendapatkan pekerjaan yang layak apabila cita-citanya dalam pendidikan dapat tercapai yaitu meneruskan hingga jenjang perguruan tinggi. Sedangkan WS juga menyampaikan untuk dapat langsung bekerja setelah lulus dari jenjang SMK sesuai dengan yang dicita-citakannya. Hasrat dalam pendidikan disampaikan pula oleh EG yang memiliki cita-cita melanjutkan sekolah ke SMK. Berikut pernyataan EG: “Supaya seperti teman-teman yang lain. Teman-teman saya sepertinya banyak yang berniat melanjutkan ke SMK. Harapannya
58
setelah lulus SMK bisa langsung bekerja dan dapat penghasilan sendiri”. (EG/27/06/2016) JL menyampaikan pula hasratnya mengenai cita-citanya yang ingin melanjutkan sekolah sampai ke bangku kuliah. Berikut pernyataan JL: “Supaya dapat pekerjaan yang layak mas nantinya. Sebenarnya SMK juga cepat dapat pekerjaan mas. Sudah banyak lulusan SMK dilingkungan saya yang cepat bekerja. Semisal setelah lulus kuliah nantinya ingin langsung dapat pekerjaan. Supaya tidak menganggur lama-lama jadi bisa bantu orang tua menyekolahkan adik saya”. (JL/01/07/2016) Pernyataan dari EG dan JL juga menunjukkan hasrat bahwa ingin cepat mendapatkan pekerjaan yang layak setelah nantinya dapat mewujudkan cita-citanya dalam pendidikan. Berdasarkan berbagai pernyataan tersebut diketahui bahwa anak memiliki harapannya sendiri dari apa yang dia cita-citakan. Mereka menaruh harapan dari apa yang dicita-citakan. Harapan tersebut berkaitan dengan
manfaat
dari
cita-cita
mereka
apabila
mereka
mampu
mewujudkannya. Hasrat dari masyarakat Desa bugelan lebih berorientasi ke bidang pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Bugelan berpandangan bahwa pendidikan yang lebih tinggi akan mendatangkan kemudahan dalam memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak sebagai kebutuhan untuk melangsungkan hidup. Berdasar berbagai uraian tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat Desa Bugelan memiliki hasrat dalam pendidikan baik hasrat dari orang tua terhadap pendidikan anak maupun hasrat anak terhadap
59
pendidikannya sendiri. Hasrat tersebut berupa harapan agar anaknya atau dirinya dapat segera memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak apabila dapat mewujudkan cita-citanya nanti. Masyarakat Desa Bugelan memiliki harapan dari apa yang dicita-citakannya dan mengerti betul hal apa yang akan diperoleh dari apa yang mereka cita-citakan. c. Ketetapan Hati Masyarakat Desa Bugelan dari Cita-cita dan Hasratnya terhadap Pendidikan Ketetapan hati adalah seberapa nilai kepentingan bagi individu dari apa yang dinilainya penting dan ingin dicapai. Atau dengan kata lain adalah seberapa penting cita-cita dari individu yang ingin dia capai. Ketetapan
hati
berkaitan
juga
dengan
bagaimana
seseorang
mengusahakan cita-citanya agar dapat terwujud sebagai cerminan dari pentingnya cita-cita tersebut bagi individu. Ketetapan hati disampaikan oleh Bapak BJ yang bercita-cita agar anaknya dapat kuliah. Berikut pernyataan Bapak BJ: “Namanya sekolah itu penting mas. Dengan sekolah yang tinggi nanti bisa memperbaiki hidup. Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan penghidupan yang layak lebih besar dari pada yang sekolahnya kurang tinggi. Saya sebenarnya pasrah mas sebagai orang desa, tetapi selama masih sehat selama masih halal segala macam usaha saya tempuh agar anak saya bisa kuliah”. (BJ/21/06/2016) Ketetapan hati disampaikan pula oleh Bapak WR. Berikut pernyataan Bapak WR yang mencita-citakan anaknya bisa kuliah: “Karena sekolah itu penting. Supaya anak saya dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Anak saya yang pertama sekarang sedang kuliah di Madiun. Kemungkinan pas anak saya yang kedua ini masuk kuliah, kakaknya sudah selesai. Jadi pembiayaannya bisa bergantian. Usaha saya sebagai orang tua ya memberikan
60
pengertian ke anak bahwasanya pendidikan itu penting, sekolah yang rajin, agar anak itu semangat untuk sekolah. Dari saya sendiri ya diusahakan melalui bekerja walaupun hanya mengandalkan gaji ya bagaimana caranya nanti bisa menyekolahkan anak”. (WR/24/06/2016) Ketetapan hati Bapak BJ diwujudkan dalam pernyataannya yang akan berusaha semaksimal mungkin agar anaknya dapat menempuh jenjang pendidikan yang ia cita-citakan. Usaha yang maksimal dari Bapak BJ tersebut dapat dikatakan sebagai ketetapan hati Bapak BJ dalam usaha mewujudkan cita-citanya. Bapak WR juga menyampaikan bahwa ia berusaha untuk memberikan motivasi dan pengertian kepada anakanya akan pentingnya pendidikan dan membiayai anaknya untuk dapat terus bersekolah. Usaha yang dilakukan oleh Bapak WR juga merupakan bentuk ketetapan hati orang tua terhadap cita-cita pendidikan anaknya. Ketetapan hati terhadap cita-cita juga disampaikan oleh Ibu MR yang bercita-cita agar anaknya dapat menempuh pendidikan sampai kuliah: “Seperti yang saya katakana tadi. Pendidikan itu penting. Maka dari itu saya berkeinginan agar anak saya dapat terus bersekolah. Usahanya saya memberikan pengertian ke anak atau memotivasi anak sambil terus membiayai anak saya agar bisa bersekolah”. (MR/27/06/2016) Ibu TM juga menyampaikan ketetapan hatinya melalui pernyataan berikut: “Ya agar anak saya nanti dapat memiliki kehidupan yang lebih baik dari saya mas. Tidak punya pendidikan juga susah mencari pekerjaan. Akhir-akhirnya jadi pekerja kasar yang penghasilannya tidak seberapa. Usahanya biasa saja mas namanya juga petani.
61
Mungkin nanti usaha mengajukan bantuan dari sekolah atau pemerintah seperti waktu anak saya SMP dulu”. (TM/01/07/2016) Pernyataan dari Ibu MR dan Ibu TM menunjukkan sedikit hal yang berbeda. Ibu MR berusaha untuk memberikan motivasi dan membiayai anak untuk dapat mencapai cita-cita pendidikan. Sedangkan Ibu TM mengungkapkan melakukan usaha yang biasa saja karena merasa dalam ekonomi lemah. Tetapi Ibu TM memiliki bentuk usah lain dalam mewujudkan cita-citanya yakni mengajukan bantuan biaya pendidikan kepada sekolah atau pemerintah. Usaha yang dilakukan Ibu MR dan Ibu TM dapat dikatakan juga sebagai ketetapan hati dalam mewujudkan cita-cita walaupun dalam bentuk usaha yang berbeda. Berdasarkan beberapa pernyataan orang tua tersebut, dapat diketahui bahwa orang tua memiliki ketetapan hati untuk mewujudkan cita-citanya dalam pendidikan anak. Tidak hanya ketetapan hati saja tetapi juga usaha dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Seorang anak dalam usaha mewujudkan cita-citanya tentunya juga harus memiliki ketetapan hati agar cita-cita tersebut lebih mudah untuk terwujud. Ketetapan hati disampaikan juga oleh AG dalam meraih citacitanya. Berikut adalah pernyataan AG: “Penting karena memang saya sendiri mempunyai keinginan untuk kuliah. Supaya dapat pengalaman di luar sana. Untuk usaha saat ini saya sedang mencari-cari tempat kuliah mas. Tempat kuliah yang paling memungkinkan dari segi biaya dan juga sesuai kemampuan saya”. (AG/21/06/2016)
62
WS juga menyampaikan ketetapan hatinya untuk mencapai citacitanya untuk dapat melanjutkan pendidikan ke SMK. Berikut pernyataan WS: “Cita-cita itu penting agar bisa sekolah sesuai keinginan saya dan bisa bekerja. Saya yakin dapat mewujudkannya jika orang tua mengizinkan. Masalahnya bapak saya menginginkan saya untuk kuliah. Untuk usaha saya belajar yang rajin. Bisa lulus SMP dengan nilai yang bagus dan diterima di SMK”. (WS/24/06/2016) Berdasar pernyataan AG dan WS, diketahui bahwa mereka menganggap penting cita-cita yang mereka ingin wujudkan. AG menganggap cita-citanya penting karena memang ia sangat berniat untuk dapat meneruskan ke jenjang perguruan tinggi. Sedangkan WS juga demikian, ia menganggap cita-citanya penting agar dapat bersekolah sesuai dengan keinginannya. Tidak hanya menganngap penting saja, tetapi AG dan WS juga berusaha untuk mewujudkan cita-citanya sesuai dengan porsinya sebagai anak. AG mengaku berusaha dengan cara mencari-cari perguruan tinggi yang sesuai dengan minat dan kemampuannya dan WS berusaha dengan belajar dengan giat agar dapat lulus SMP dan diterima di SMK yang ia cita-citakan. Pernyataan yang kurang lebih sama diungkapkan pula oleh EG mengenai ketetapan hatinya: “Saya harus meneruskan ke SMK agar saya punya keterampilan dan bisa bekerja jadinya bisa mandiri. Saya yakin bisa sekolah sampai SMK. Usahanya belajar yang rajin supaya bisa diterima di SMK mas”. (EG/27/06/2016)
63
JL yang memiliki cita-cita untuk melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi juga mengungkapkan ketetapan hatinya melalui pernyataannya sebagai berikut: “Karena jika bisa sekolah sampai tinggi nantinya mudah dapat pekerjaan. Bisa meningkatkan taraf hidup juga. Yakin mas. Nanti setelah lulus harapan saya bisa pergi ke kota mencari tempat kuliah yang waktunya bisa dibagi untuk bekerja. Belajar yang rajin supaya nilainya bagus dan bisa lulus. Siapa tau nanti mendapat bantuan atau beasiswa untuk meneruskan kuliah”. (JL/01/07/2016) Keyakinan dari EG dan JL dalam mencapai cita-cita cukup tinggi. Keyakinan tersebut dapat diartikan sebagai ketetapan hati dalam meraih cita-cita dalam pendidikan. EG juga berusaha agar cita-citanya tercapai yaitu dengan belajar dengan rajin supaya dapat di terima di SMK. JL juga melakukan usaha untuk meraih cita-cita. JL berusaha dengan belajar dengan rajin agar dapat lulus SMK dan dapat melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Berdasarkan pernyataan masyarakat Desa Bugelan mengenai ketetapan hati terhadap cita-citanya, dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Bugelan memiliki keyakinan akan cita-citanya. Selain itu mereka juga melakukan usaha sesuai porsi mereka sebagai orang tua maupun sebagai anak untuk mewujudkan cita-cita mereka dalam pendidikan. Baik cita-cita dari orang tua terhadap anak maupun cita-cita anak itu sendiri. Adanya keyakinan dan usaha tersebut mencerminkan bahwa masyarakat Desa Bugelan menganggap penting cita-cita mereka dalam pendidikan.
64
Terdapatnya tiga aspek aspirasi yaitu cita-cita, hasrat dan ketetapan hati pada masyarakat Desa Bugelan tentunya sudah menunjukkan bahwa mereka memiliki aspirasi dalam pendidikan. Aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan cukup fariatif. Tentunya hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal seperti faktor ekonomi, faktor pribadi, dorongan orang tua, faktor lingkungan dan faktor geografis. 2. Penyampaian Aspirasi Pendidikan Masyarakat Desa Bugelan Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, berikut adalah media penyampaian aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan yang diinterpretasikan dalam tabel berikut. Tabel 4. Hasil Observasi Media Penyampaian Aspirasi No 1
Indikator
Aspek yang Diamati
Media Penyampaian a. Media penyampaian Aspirasi
melalui masyarakat
b. Media penyampaian melalui lembaga
Hasil a.Membahas syarat beasiswa bagi siswa tidak mampu b. menyampaikan saran kepada perangkat desa selaku anggota komite sekolah a. komite sekolah menyampaikan saran berupa perbaikan sarpras dan pemenuhan tenaga pendidik
Penyampaian aspirasi pendidikan masyarakat dilakukan dalam rapat desa di balai Desa Bugelan. Pada rapat tersebut hal yang dibahas salah satunya adalah tentang pengurusan surat keterangan tidak mampu yang dikeluarkan oleh pemerintah desa. Surat tersebut dapat digunakan sebagai
65
persyaratan untuk mendapatkan beasiswa pendidikan. Selain itu juga dapat sebagai persyaratan mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah sehingga membantu ekonomi masyarakat kurang mampu. Dalam rapat tersebut salah satu warga juga menyampaikan agar kepala desa dapat menyalurkan anggaran dan mengajukan perbaikan jalan dan jembatan yang ada di Desa Bugelan agar akses ke pusat kecamatan menjadi lebih mudah. Media penyampaian aspirasi pendidikan masyarakat juga dilakukan melalui komite sekolah. Menurut keterangan Bapak WR, beliau selaku anggota komite di salah satu sekolah yang ada di Desa Bugelan berkali-kali telah menyampaikan kepada pihak sekolah untuk dapat memperbaiki sarana dan prasarana sekolah dengan mengajukan bantuan kepada dinas terkait. Selain itu juga Bapak WR mengusulkan agar guru yang berstatus pegawai negeri sipil jumlahnya dapat ditambah. Hal tersebut berhubungan dengan kualitas pendidik yang ada di sekolah di lingkup Desa Bugelan. Dengan kualitas pendidik dan sarana prasarana sekolah yang baik maka diharapkan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan maksimal sehingga mampu menyiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 3. Faktor yang Mendukung Aspirasi Pendidikan Masyarakat Desa Bugelan Dalam usaha mewujudkannya, aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut dapat berupa faktor pendukung maupun faktor penghambat. Bapak BJ menyatakan faktor
66
pendukungnya dalam mewujudkan aspirasi pendidikan terhadap anaknya. Berikut pernyataan Bapak BJ: “Ya saya sendiri mas yang mendukung. Saya berusaha agar anak saya bisa menempuh pendidikan sampai sarjana. Memberikan pengertian kepada anak, memfasilitasi, membiayai dan mendorong agar anak mau kuliah. Dan kebetulan anak saya ini sepertinya juga pengen sampai sarjana mas”. (BJ/21/06/2016) Melalui pernyataan Bapak BJ, dapat diartikan bahwa faktor pendukung aspirasi Bapak BJ terhadap pendidikan anaknya adalah dari faktor orang tua atau keluarga. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya keinginan dan usaha Bapak BJ untuk dapat menyekolahkan anaknya sampai bangku kuliah. Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak WR ketika ditanya mengenai faktor pendukung aspirasinya. Berikut keterangan Bapak WR: “Alhamdulillah anak saya yang paling tua sekarang sedang kuliah di Madiun. Semoga nanti adiknya ini bisa berkuliah seperti kakaknya. Jadi nanti kakaknya bisa memberikan semacam pengertian untuk adiknya”. (WR/24/06/2016) Pernyataan Bapak WR mengungkapkan bahwa faktor pendukung aspirasi Bapak WR adalah faktor keluarga. Pengertian dari anak pertamanya dianggap mampu untuk memberikan motivasi untuk anak keduanya agar berminat meneruskan pendidikan hingga perguruan tinggi. Faktor Pendukung aspirasi disampaikan juga oleh Ibu MR. Berikut pernyataan Ibu MR: “Kebetulan banyak anak-anak sekitar sini yang seangkatan dengan anak saya. Jadi itu membuat anak saya semangat untuk sekolah. Dukungan dari saya ke anak mungkin memenuhi kebutuhan sekolah anak sebisanya, mengingatkan belajar, kadang-kadang saya
67
mengantarkan anak saya ke sekolah semisal sudah ditinggal temantemannya”. (MR/27/06/2016) Pernyataan Ibu MR menunjukkan bahwa faktor pendukung aspirasinya adalah dari faktor lingkungan, yaitu banyak anak-anak di sekitar tempat tinggalnya yang membuat anaknya semangat untuk sekolah. Ibu TM menyampaikan pula faktor pendukung aspirasinya terhadap pendidikan anaknya. Ibu TM menyampaikan pernyataannya sebagai berikut: “Alhamdulillah dapat bantuan dari sekolah mulai dari SMP. Nanti semoga saja di SMK ini dapat bantuan juga. Dari orang tua mungkin mengingatkan saja untuk rajin belajar dan memberikan uang saku walaupun sedikit”. (TM/01/07/2016) Berdasarkan pernyataan Ibu TM, diketahui bahwa faktor pendukung aspirasi Ibu WR terhadap pendidikan anaknya adalah mendapatkan bantuan biaya sekolah dari sekolah atau pemerintah. Bantuan dari luar tersebut dapat dikategorikan sebagai faktor lingkungan. Faktor pendukung aspirasi juga disampaikan oleh AG yang memiliki aspirasi melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Berikut pernyataan AG: “Dukungan orang tua yang membiayai saya dan memberikan fasilitas yang menunjang sekolah. Kebetulan bapak saya menginginkan saya bisa kuliah. Jadi keluarga saya sudah mendukung saya”. (AG/21/06/2016)
Berdasarkan pernyataan AG, diketahui bahwa faktor pendukung aspirasi AG berasal dari faktor orang tua atau keluarga. AG mengungkapkan dukungan orang tua yang besar dalam mencapai aspirasinya. Faktor pendukung aspirasi disampaikan pula oleh WS, menurut WS faktor pendukung aspirasinya adalah sebagai berikut:
68
“Nanti setelah lulus SMP, banyak teman saya yang ingin melanjutkan ke SMK. Jadi temannya banyak dari daerah sini”. (WS/24/06/2016) Pernyataan WS mengungkapkan bahwa aspirasinya didukung karena adanya faktor lingkungan yaitu banyak teman-temannya yang ingin melanjutkan sekolah ke jenjang SMK. EG menyampaikan pula faktor pendukung aspirasinya. Berikut pernyataan EG: “Orang tua selalu mendukung saya mas. Membiayai saya dan memberikan uang saku. Kadang-kadang mengingatkan saya untuk mengerjakan pekerjaan rumah”. (EG/27/06/2016) Berdasarkan pernyataan EG, diketahui bahwa faktor pendukung aspirasinya adalah dari orang tua atau keluarga yang mendukung dan peduli terhadap pendidikannya. Faktor pendukung aspirasi juga disampaikan oleh JL yang memiliki aspirasi untuk dapat meneruskan pendidikan hingga penrguruan tinggi. Berikut pernyataan JL: “Orang tua selalu memberikan uang saku dan memberikan sarana penunjang untuk sekolah seperti tas, sepatu, seragam dan lainnya. Untungnya juga selama SMK ini saya mendapat bantuan biaya sekolah dari pemerintah. Jadi bisa sedikit mengurangi beban orang tua saya”. (JL/01/07/2016) Pernyataan JL menjelaskan bahwa faktor pendukung aspirasinya adalah orang tua yang selalu mendukung dan mendapatkan bantuan biaya sekolah dari pemerintah maupun sekolah atau lingkungan. Berdasarkan pernyataan dari informan, diketahui bahwa faktor pendukung aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan adalah diantaranya faktor keluarga dan faktor lingkungan. Faktor keluarga yang dimaksud
69
adalah dorongan atau dukungan dari orang tua terhadap anak untuk dapat mewujudkan aspirasi pendidikannya. Sedangkan faktor lingkungan yang dimaksud adalah pengaruh dari teman sebaya yang memiliki aspirasi pendidikan yang sama. Faktor lingkungan lainnya adalah adanya bantuan berupa biaya pendidikan dari pemerintah atau sekolah yang diberikan kepada anak. 4. Faktor yang Menghambat Aspirasi Pendidikan Masyarakat Desa Bugelan Selain adanya faktor pendukung aspirasi pendidikan, masyarakat Desa Bugelan juga mempunyai kesulitan atau faktor penghambat dalam usaha mewujudkan aspirasi pendidikannya. Faktor penghambat aspirasi pendidikan adalah aspek-aspek yang menyulitkan seseorang untuk mewujudkan aspirasinya. Bapak BJ menyampaikan faktor penghambat aspirasi pendidikannya adalah sebagai berikut: “Yang jelas ekonomi mas. Sekarang biaya kuliah semakin mahal, kebutuhan di kota dan di desa juga berbeda. Apa-apa di kota kan lebih mahal mas jadi ya itu penghambatnya”. (BJ/21/06/2016) Pernyataan yang kurang lebih sama disampaikan juga oleh Bapak WR. Berikut pernyataan Bapak WR: “Ya ekonomi itu tadi mas. Saya masih harus menyekolahkan dua anak saya. Mengharapkan gaji dari perangkat desa kan tidak seberapa. Tetapi ya untung masih punya pekarangan sama cadangan hewan ternak walaupun tidak banyak. Punya hewan ternak itu bagi orang desa sangat menolong lho mas. Sewaktu-waktu butuh uang dijual pasti laku dan pasti dapat untung”. (WR/24/06/2016)
70
Berdasarkan pernyataan Bapak BJ dan Bapak WR, faktor ekonomi merupakan faktor yang menghambat mereka untuk dapat mewujudkan aspirasi pendidikannya. Padahal menurut observasi peneliti, Bapak BJ dan Bapak WR tergolong keluarga yang mampu. Tetapi pendapat tersebut tidak dapat disalahkan begitu saja. Bapak BJ memberikan keterangan bahwa biaya kuliah semakin hari semakin mahal dan kebutuhan hidup di desa dan di kota sangat berbeda. Keterangan Bapak BJ tersebut sangat masuk akal dan memang benar apa yang dikatakan oleh Bapak BJ bahwa semakin hari biaya pendidikan semakin mahal dan biaya hidup di kota-kota besar juga semakin mahal pula. Pernyataan yang tidak jauh berbeda disampaikan pula oleh Ibu MR mengenai faktor penghambatnya dalam mewujudkan aspirasi. Berikut pernyataan Ibu MR: “Yang jelas masalah biaya. Sekarang bersekolah semakin mahal. Jaraknya juga lumayan jauh dari tempat tinggal. Untuk SMK saja sudah lumayan jauh, harus ada uang transportasi”. (MR/27/06/2016) Faktor penghambat aspirasi juga disampaikan oleh Ibu TM. Ibu TM menyampaikan keterangannya sebagai berikut: “Ya namanya juga petani, bapak juga hanya buruh bangunan ya pasti ekonomi yang menghambat. Tapi untuk SMK ini sebisanya diusahakan”. (TM/01/07/2016) Menurut pernyataan dari Ibu MR dan Ibu TM, faktor ekonomi juga menjadi
penghambat
mereka
untuk
dapat
mewujudkan
aspirasi
pendidikannya. Akan tetapi Ibu MR juga memberikan pernyataan bahwa jarak sekolah yang cukup jauh menjadi kendala tersendiri bagi masyarakat
71
Desa Bugelan. Akses dari dan menuju ke Desa Bugelan memang cukup sulit. Selain jaraknya yang jauh, medan yang harus dilalui juga cukup sulit dilalui. Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa faktor penghambat terwujudnya aspirasi pendidikan dari orang tua terhadap anak adalah faktor ekonomi. Selain itu juga jarak antara tempat tinggal dengan jenjang sekolah yang diinginkan yang cukup jauh dianggap menjadi faktor penghambat terwujudnya aspirasi pendidikan. Faktor penghambat aspirasi pendidikan disampaikan juga oleh AG yang saat ini sedang berusaha mendapatkan tempat kuliah. Berikut pernyataan AG: “Penghambatnya saya belum tahu nantinya mau kuliah dimana dan sepertinya tidak ada teman juga dari daerah saya. Jadi apa-apa nanti harus sendiri. Di SMA juga minim informasi tempat kuliah”. (AG/21/06/2016) Hal yang sedikit berbeda disampaikan oleh WS mengenai faktor penghambat aspirasinya. Berikut pernyataan WS: “Bapak menginginkan saya bisa kuliah mas. Tetapi saya lebih berminat masuk SMK saja”. (WS/24/06/2016) Berdasarkan
pernyataan
AG,
ia
menyatakan
bahwa
faktor
penghambatnya dalam mewujudkan aspirasi pendidikannya adalah ia belum tahu akan meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi yang mana. AG juga mengatakan bahwa informasi yang didapatnya mengenai perguruan tinggi sangat minim sehingga membingungkannya untuk dapat dengan tepat memilih perguruan tinggi yang sesuai.
72
Faktor penghambat aspirasi yang berbeda dari AG disampaikan oleh WS.
Faktor
yang
menghambat
WS
dalam
mewujudkan
aspirasi
pendidikannya justru berasal dari orang tua. Orang tua WS yaitu Bapak WR menginginkan agar WS dapat meneruskan pendidikan hingga kuliah. Akan tetapi WS sendiri justru menginginkan pendidikan hingga jenjang SMK. Hal berbeda juga disampaikan oleh EG. Berikut pernyataan EG mengenai faktor penghambat terwujudnya aspirasi: “Faktor biaya yang jelas dan juga jarak antara sekolahan dan rumah cukup jauh dan jalannya sulit. Jika tidak ada transportasi cukup sulit juga untuk bisa sekolah”. (EG/27/06/2016) Faktor yang hampir sama dengan yang disampaikan oleh EG, disampaikan pula oleh JL. Berikut adalah pernyataan JL: “Faktor ekonomi keluarga mas. Bapak dan ibu saya hanya buruh. Jadi saya rasa untuk membiayai saya sampai kuliah akan kesulitan”. (JL/01/07/2016) Pernyataan EG dan JL menyatakan bahwa faktor penghambat mereka dalam mewujudkan aspirasi pendidikan adalah faktor ekonomi. EG menambahkan faktor geografis juga menyulitkan masyarakat Desa Bugelan untuk mewujudkan aspirasi pendidikan. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa faktor penghambat aspirasi pendidikan yang dialami oleh anak adalah faktor ekonomi, faktor geografis dan faktor dari orang tua atau keluarga yang memiliki aspirasi berbeda dengan anak. Faktor penghambat lain adalah minimnya pengetahuan dan informasi mengenai jenjang pendidikan
73
perguruan tinggi yang diinginkan sehingga menyulitkan dalam mendapatkan perguruan tinggi yang tepat. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan adalah faktor ekonomi, geografis, orang tua atau keluarga, dan faktor informasi. Berdasarkan uraian hasil penelitian, dapat diketahui aspek-aspek aspirasi dan faktor pendukung dan penghambat aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan. Berikut adalah tabel aspek-aspek aspirasi pendidikan, tabel faktor pendukung dan penghambat aspirasi pendidikan. Tabel 5. Aspek-aspek aspirasi pendidikan masyarakat Informan
Ketetapan Hati Membiayai dan memfasilitasi anak
Anaknya dapat berkuliah
Hasrat Mudah mendapatkan pekerjaan Dapat pekerjaan yang layak
Anaknya dapat berkuliah
Dapat pekerjaan yang layak
1. Memberikan motivasi 2. Membiayai anak
TM
Anaknya dapat lulus SMK
Cepat bekerja
Mengajukan bantuan biaya sekolah
AG
Melanjutkan ke perguruan tinggi
Dapat pekerjaan yang layak
Mencari tempat kuliah yang sesuai
WS
melanjutkan ke SMK
Cepat bekerja
Belajar dengan rajin
EG
melanjutkan ke SMK
Cepat bekerja
Belajar dengan rajin
Melanjutkan ke Cepat bekerja perguruan tinggi Sumber: Rekapitulasi Hasil Wawancara
Belajar dengan rajin
BJ
Cita-cita Anaknya dapat berkuliah
WR
MR
JL
74
1. Memberikan motivasi 2. Membiayai anak
Tabel tersebut merupakan tabel aspek aspirasi masyarakat Desa Bugelan yang menunjukkan aspek cita-cita, hasrat dan ketetapan hati masyarakat Desa Bugelan dalam aspirasi pendidikannya. Tabel 6. Faktor pendukung dan penghambat aspirasi pendidikan masyarakat Informan BJ
Faktor Pendukung
Faktor Penghambat
Keinginan anaknya yang Biaya kuliah yang semakin kuat untuk berkuliah mahal
WR
Dukungan moral pertama terhadap kedua
MR
Teman sebaya anaknya yang memiliki aspirasi sama
TM
Bantuan financial pemerintah
AG
Dukungan biaya dan Minim informasi fasilitas dari orang tua perguruan tinggi
WS
Teman sebaya yang Orang tua yang memiliki memiliki aspirasi sama aspirasi berbeda
EG
Dukungan orang tua
JL
anak Biaya kuliah yang semakin anak mahal
biaya
1. Biaya kuliah yang mahal 2. Jarak sekolah yang jauh
dari Biaya sekolah yang semakin mahal
dari
tentang
1. Biaya yang semakin mahal 2. Jarak sekolah yang jauh
Dukungan biaya dari Ekonomi keluarga orang tua dan bantuan kurang mampu financial dari pemerintah
yang
Sumber: Rekapitulasi Hasil Wawancara Tabel tersebut menunjukkan faktor apa saja yang mendukung dan yang menghambat aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan dalam upaya mewujudkan aspirasi pendidikannya.
75
5. Kebijakan Pendidikan di Desa Bugelan Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, Desa Bugelan memiliki empat sekolah negeri, diantaranya adalah SD N 1 Bugelan, SD N 2 Bugelan, SD N 3 Bugelan dan SMP N 4 Satu Atap Kismantoro. Keempat sekolah tersebut tentu saja tak luput dari kebijakan pendidikan. Baik kebijakan pendidikan dari pusat maupun daerah. Kebijakan tersebut antara lain kebijakan tentang tunjangan khusus bagi guru yang bertugas di daerah khusus yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan khusus guru dan dosen serta tunjangan kehormatan professor. Selanjutnya tunjangan khusus guru pendidikan dasar dilaksanakan berdasarkan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Beberapa guru di keempat sekolah negeri yang ada di Desa Bugelan tersebut sudah mendapatkan tunjangan khusus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Guruguru yang mendapatkan tunjangan khusus adalah guru yang tidak hanya bertugas di sekolah yang berada di daerah khusus, akan tetapi guru tersebut juga harus memenuhi kualifikasi dan persyaratan yang telah diatur. Kebijakan selanjutnya adalah kebijakan dari daerah yaitu Keputusan Bupati Wonogiri nomor 289 Tahun 2015 tentang Penetapan Satuan Pendidikan dalam Daerah Khusus di Wilayah Kabupaten Wonogiri Tahun 2015. Dalam keputusan tersebut, keempat sekolah yang ada di Desa Bugelan ditetapkan sebagai sekolah yang berada di daerah terpencil atau khusus oleh Bupati Wonogiri. Tidak mengherankan apabila Bupati Wonogiri menunjuk
76
keempat sekolah tersebut merupakan sekolah yang berada dalam daerah khusus, karena memang kondisi gegrafis Desa Bugelan yang berbukit, jauh dari pusat keramaian, rawan bencana dan akses transportasi yang sulit dengan akses jalan yang sukar ditempuh. 6. Isu Pendidikan di Desa Bugelan Sebagai daerah yang tergolong daerah terpencil, Desa Bugelan tentu memiliki isu atau permasalahan pendidikan khas daerah terpencil. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, isu yang mencolok di Desa Bugelan adalah permasalahan kualitas pendidik, sarana dan prasarana, dan pemerataan pendidikan. Dari segi kualitas pendidik, keempat sekolah yang ada di Desa Bugelan yaitu SD N 1 Bugelan, SD N 2 Bugelan, SD N 3 Bugelan dan SMP N 4 Satu Atap Kismantoro belum mempunyai kualitas pendidik yang seharusnya dibutuhkan di daerah terpencil. Terutama untuk sekolah dasar di Desa Bugelan, menurut pengakuan Bapak WR selama bapak WR bersekolah di sekolah dasar tersebut hingga sekarang ini hanya ada 3 sampai 4 guru sekolah dasar termasuk kepala sekolah yang berstatus pegawai negeri sipil. Hal tersebut sudah berlangsung selama puluhan tahun dan belum ada perkembangan. Memang guru yang bertugas di Desa Bugelan dan memenuhi kualifikasi sudah mendapatkan tunjangan khusus dari pemerintah. Akan tetapi hal tersebut dirasa kurang dapat meningkatkan kualitas pendidik. Sedangkan dari segi sarana dan prasarana, sekolah yang ada di Desa Bugelan masih kekurangan sarana dan prasarana yang bersifat sebagai
77
penunjang seperti perpustakaan, laboratorium, computer dan koneksi internet. Terutama pada SMP N 4 Satu Atap Kismantoro untuk standar sekolah menengah pertama, sarana dan prasarana di sekolah tersebut masih sangat kurang. Laboratorium yang kekurangan alat prakter, jumlah computer dan koneksi internet yang kurang memadai menjadi masalah utama. Untuk ruang kelas di SMP N 4 Satu Atap Kismantoro masih dapat memenuhi kebutuhan karena jumlah rombongan belajar di sekolah tersebut tidak terlalu banyak yakni sekitar 40 sampai 50 peserta didik di tiap angkatan. Akan tetapi lahan yang dimiliki oleh sekolah tersebut masih sangat kurang karena memang berada dalam satu kawasan dengan SD N 1 Bugelan. Pemerataan pendidikan menjadi isu pendidikan yang paling mencolok di Desa Bugelan. Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti, dari 4258 warga hanya sekitar separuhnya saja yang pendidikannya sampai tamat sekolah dasar, sedangkan yang tamat SMP sederajat hanya 482 orang, tamat SMA/SMK sederajat hanya 189 orang. Sedangkan yang dapat melanjutkan pendidikan hingga jenjang diploma dan strata hanya 21 orang. Data tersebut diperoleh dari Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa Bugelan tahun 2015. Dari data tersebut terlihat bahwa pemerataan pendidikan di Desa Bugelan masih sangat rendah. Hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor diantaranya karena kondisi ekonomi masyarakat yang rata-rata merupakan masyarakat golongan tidak mampu sehingga kesulitan biaya untuk mengakses pendidikan. Faktor selanjutnya adalah kondisi geografis Desa Bugelan yang berbukit, susah diakses dan tergolong terpencil. Untuk
78
menjangkau SMA/SMK terdekat, masyarakat Desa Bugelan harus menempuh perjalanan sekitar 45 menit hingga 1 jam dengan medan jalan sulit dan tidak adanya transportasi umum. Dengan demikian hanya golongan masyarakat tertentu saja yang dapat mengakses pendidikan hingga jenjang pendidikan tersebut. C. Pembahasan Hurlock (1999:23) berpendapat aspirasi adalah keinginan akan sesuatu yang lebih tinggi dengan kemajuan sebagai tujuannya, sedangkan Slameto (2003:182) mengemukakan aspirasi sebagai harapan atau keinginan seseorang akan suatu keberhasilan atau prestasi tertentu. Sedangkan Noeng Muhadjir (1984) mengatakan, “Aspirasi adalah dinamika untuk mencapai suatu tujuan dengan kerja keras dan baik”. Sedangkan menurut Sri Rumini (1990 : 10) Aspirasi adalah tujuan yang ditentukan seseorang agar mencapai tingkat di atas statusnya yang sekarang dan melebihi egonya. Keberhasilan akan meningkatkan rasa harga diri, sedangkan kegagalan menyebabkan rasa rendah diri. Hurlock menjelaskan, aspirasi terdiri dari beberapa aspek yaitu cita-cita, hasrat dan ketetapan hati. Cita-cita adalah apa yang dianggap penting oleh individu dan yang ingin dicapai oleh individu tersebut. Cita-cita berkaitan dengan idealisme seseorang. Sedangkan hasrat adalah harapan seseorang mengenai cita-cita yang ingin dia capai. Individu tentunya memiliki harapan tersendiri dari apa yang ia lakukan atau cita-citakan. Ketetapan hati adalah seberapa nilai kepentingan cita-cita yang ingin dicapai oleh individu. Dengan kata lain adalah seberapa penting cita-cita tersebut untuk dapat diwujudkan oleh individu. Penting atau tidaknya cita-cita tersebut, dapat diketahui dari
79
bagaimana individu memperjuangkan dan mengusahakan cita-citanya untuk dapat ia capai. Aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan berarti aspirasi masyarakat terhadap pendidikan dalam bidang pendidikan formal. Aspirasi yang dimaksud merupakan aspirasi orang tua terhadap pendidikan anak dan aspirasi pendidikan anak itu sendiri. Aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan juga dilihat melalui tiga aspek yaitu cita-cita, hasrat dan ketetapan hati masyarakat dalam pendidikan. Dari tiga aspek tersebut nantinya dapat diketahui bagaimana aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, maka peneliti akan membahas bagaimana aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan yang dilihat melalui aspek cita-cita, hasrat dan ketetapan hati, serta faktor yang mendukung dan yang menghambat aspirasi pendidikan masyarakat. 1. Aspirasi Pendidikan Masyarakat Desa Bugelan Aspirasi memiliki tiga aspek yaitu cita-cita, hasrat dan ketetapan hati. Aspek cita-cita adalah apa yang dinilai penting oleh individu dan ingin dicapainya. Aspek cita-cita masyarakat Desa Bugelan dalam pendidikan tergambar dalam pernyataan yang diungkapkan oleh subjek penelitian. Dari subjek penelitian, peneliti mendapatkan bahwa masyarakat desa bugelan memiliki hal yang dirasa penting dan ingin dicapai dalam pendidikan. Hal tersebut adalah pendidikan formal. Masyarakat Desa Bugelan menginginkan jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi bagi anaknya maupun bagi diri sendiri sebagai anak.
80
Tabel 7. Aspek cita-cita masyarakat Informan
Pendidikan Saat Ini
Cita-cita
BJ
Anaknya dapat berkuliah
SMK
WR
Anaknya dapat berkuliah
SMP
MR
Anaknya dapat berkuliah
SMP
TM
Anaknya dapat lulus SMK
SMK
AG
Melanjutkan ke perguruan tinggi
SMK
WS
melanjutkan ke SMK
SMP
EG
melanjutkan ke SMK
SMP
Melanjutkan ke perguruan tinggi Sumber: Hasil wawancara JL
SMK
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa orang tua menginginkan pendidikan yang lebih tinggi bagi anaknya. Sedangkan anak menginginkan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari pendidikan yang sedang ditempuh. Adanya keinginan yang lebih tinggi dari kondisi sebelumnya atau sekarang merupakan gambaran adanya cita-cita yang dimiliki masyarakat Desa Bugelan. Selain aspek cita-cita, aspirasi juga memiliki aspek hasrat. Hasrat adalah harapan dari apa yang dinilainya penting dan ingin dicapai atau harapan dari cita-cita yang akan dicapai. Hasrat pada masyarakat Desa
81
Bugelan dapat dilihat dari adanya harapan masyarakat Desa Bugelan setelah nantinya cita-citanya tercapai. Tabel 8. Aspek Hasrat terhadap cita-cita Informan
Cita-cita Anaknya dapat berkuliah Anaknya dapat berkuliah Anaknya dapat berkuliah Anaknya dapat lulus SMK Melanjutkan ke perguruan tinggi
Hasrat Mudah mendapatkan pekerjaan Dapat pekerjaan yang layak Dapat pekerjaan yang layak
WS
melanjutkan ke SMK
Cepat bekerja
EG
melanjutkan ke SMK
Cepat bekerja
BJ WR MR TM AG
Melanjutkan ke perguruan tinggi Sumber: Hasil Wawancara JL
Cepat bekerja Dapat pekerjaan yang layak
Cepat bekerja
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa masyarakat Desa Bugelan memiliki harapan untuk dapat mempunyai kehidupan yang lebih baik, agar mudah mendapat pekerjaan dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Masyarakat Desa Bugelan menganggap bahwa nantinya jika memperoleh pendidikan yang lebih tinggi akan mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang lebih layak. Harapan tersebut sangat wajar mengingat di zaman sekarang ini pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia untuk menjadi manusia yang mandiri. Pendidikan juga dapat dijadikan sarana sebagai mengangkat derajat dan ekonomi manusia. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka kemungkinan besar akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik. Pendidikan yang
82
tinggi juga dapat dijadikan dasar seseorang untuk membangun usaha atau berwirausaha. Jadi dapat diketahui bahwa hasrat dari masyarakat Desa Bugelan
adalah
memperoleh
kehidupan
yang
lebih
baik,
mudah
mendapatkan pekerjaan dan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik setelah cita-citanya tercapai. Ketetapan hati juga merupakan salah satu aspek dari aspirasi. Ketetapan hati adalah seberapa nilai kepentingan dari cita-cita yang ingin dicapai oleh individu. Ketetapan hati merupakan bagaimana individu menganggap cita-citanya begitu penting untuk diwujudkan. Penting atau tidaknya cita-cita tersebut, dapat diketahui dari bagaimana individu memperjuangkan dan mengusahakan cita-citanya untuk dapat ia capai. Tabel 9. Aspek Ketetapan Hati Masyarakat Informan
WR
Cita-cita Anaknya dapat berkuliah Anaknya dapat berkuliah
Ketetapan Hati Membiayai dan memfasilitasi anak 3. Memberikan motivasi 4. Membiayai anak
MR
Anaknya dapat berkuliah
3. Memberikan motivasi 4. Membiayai anak
WS
Anaknya dapat lulus SMK Melanjutkan ke perguruan tinggi melanjutkan ke SMK
Mengajukan bantuan biaya sekolah Mencari tempat kuliah yang sesuai Belajar dengan rajin
EG
melanjutkan ke SMK
Belajar dengan rajin
BJ
TM AG
Melanjutkan ke perguruan tinggi Sumber: Hasil Wawancara JL
Belajar dengan rajin
83
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa masyarakat Desa Bugelan memiliki usaha sebagai perwujudan dari ketetapan hati untuk dapat mencapai cita-citanya. Usaha masyarakat Desa Bugelan dilakukan sesuai dengan porsinya, yaitu porsi sebagai orang tua dan porsi sebagai anak. Sebagai orang tua yaitu berusaha untuk membiayai anak untuk dapat terus bersekolah dan memenuhi sarana dan prasarana pendukung sekolah. Selain itu juga memotivasi anak agar terus semangat untuk sekolah. Dari orang tua yang kurang mampu juga mengusahakan agar anaknya mendapatkan bantuan dari pemerintah atau sekolah agar dapat meneruskan pendidikan. Sebagai anak yaitu berusaha untuk belajar yang rajin agar dapat lulus dari sekolahnya yang sekarang dan diterima di sekolah atau perguruan tinggi yang diinginkan. Jadi dapat diketahui bahwa ketetapan hati masyarakat Desa Bugelan adalah yakin akan dapat mencapai cita-cita dalam pendidikan dan berusaha supaya cita-citanya tersebut tercapai. Aspirasi memiliki tiga aspek yaitu cita-cita, hasrat dan ketetapan hati. Untuk dapat melihat aspirasi maka harus dilihat dari ketiga aspek tersebut. Ketiga aspek tersebut harus saling melengkapi atau berhubungan. Seseorang harus memiliki cita-cita yang lebih baik dari kondisi sekarang dan di dalam cita-cita tersebut harus ada harapan apabila cita-cita tercapai atau dapat disebut sebagai hasrat. Selanjutnya seseorang harus mempunyai ketetapan hati atau usaha untuk dapat mencapai cita-cita seseorang, sehingga dari itu seseorang tersebut dapat dikatakan mempunyai aspirasi. Masyarakat Desa Bugelan memiliki cita-cita untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan
84
yang lebih tinggi, dan memiliki harapan setelah cita-citanya tercapai, serta memiliki usaha untuk dapat mewujudkan cita-cita tersebut. 2. Faktor Pendukung Aspirasi Pendidikan pada Masyarakat Desa Bugelan Berkaitan dengan usaha untuk mewujudkan aspirasi pendidikan tentunya dipengaruhi oleh faktor pendukung dan faktor penghambat aspirasi pendidikan. Banyak faktor yang dapat menjadi faktor pendukung aspirasi pendidikan. Untuk masyarakat Desa Bugelan, faktor yang mendukung aspirasi pendidikannya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor orang tua atau keluarga dan faktor lingkungan. Dari keterangan narasumber, banyak yang mengatakan bahwa faktor pendukung aspirasi pendidikannya adalah faktor orang tua. Orang tua yang memiliki aspirasi pendidikan terhadap anaknya selalu memberikan dukungan kepada anak. Dukungan tersebut dapat berupa dukungan secara finansial dengan memenuhi biaya sekolah hingga sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas sekolah. Dukungan finansial menjadi sangat krusial dalam usaha mewujudkan aspirasi pendidikan. Orang tua dengan ekonomi yang tergolong mampu tentunya akan lebih mudah dalam mewujudkan aspirasinya. Berlaku sebaliknya dengan orang tua dengan ekonomi yang tergolong kurang mampu. Keadaan ekonomi orang tua juga akan berpengaruh terhadap aspirasi pendidikan anak. Aspirasi pendidikan anak akan lebih mudah dicapai apabila orang tua memiliki ekonomi yang tergolong mampu. Sedangkan keadaan ekonomi yang kurang mampu akan menyulitkan anak untuk dapat mewujudkan aspirasinya. Selain itu juga berupa motivasi atau
85
memberikan pengertian kepada anak akan pentingnya pendidikan dan mengingatkan anak untuk selalu rajin dan bersungguh-sungguh. Motivasi atau pengertian orang tua terhadap anak juga sangat penting mengingat anak usia sekolah masih sangat memerlukan bimbingan dari orang tua dalam kehidupannya tak terkecuali dalam pendidikan seperti contoh untuk memilih sekolah yang baik. Faktor pendukung aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan yang lain adalah faktor dari teman sebaya yang menginginkan sekolah hingga jenjang tertentu sehingga memotivasi anak untuk dapat sekolah sampai jenjang yang sama dengan temannya. Sangat wajar apabila anak sangat menginginkan jenjang pendidikan tertentu yang sama dengan teman sebayanya karena pada usia sekolah, anak-anak lebih sering berkumpul dengan teman sebaya dan ingin melakukan sesuatu secara bersama-sama dalam segala hal tidak terkecuali dalam pendidikan. Keinginan menempuh jenjang pendidikan yang sama dengan teman sebaya dapat juga menunjukkan kompetisi positif antar anak di dalam pendidikan. Kompetisi tersebut tentu sangat memacu anak untuk dapat menempuh jenjang pendidikan yang paling tidak sama dengan teman sebayanya. Faktor yang lain adalah adanya bantuan berupa biaya pendidikan yang diberikan kepada anak oleh pemerintah dan juga sekolah. Bantuan biaya pendidikan tersebut tentunya sangat membantu orang tua dan juga anak untuk dapat mewujudkan aspirasinya. Terlebih lagi bagi orang tua yang kondisi ekonominya tergolong kurang mampu. Dengan mendapatkan bantuan berupa biaya sekolah, orang
86
tua atau anak dapat mengalihkan biaya sekolah menjadi biaya untuk mendukung kegiatan sekolah seperti biaya transportasi, seragam, tas, buku dan lain sebagainya. Hal tersebut tentu sangat mendukung tercapainya aspirasi pendidikan orang tua dan anak yang tergolong memiliki kondisi ekonomi yang kurang mampu. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung aspirasi pendidikan Masyarakat Desa Bugelan adalah faktor keluarga yang berupa dukungan finansial dan moral yang berupa motivasi atau bimbingan, serta faktor pengaruh teman sebaya dan bantuan dari pihak lain yaitu bantuan dari pemerintah maupun sekolah. 3. Faktor Penghambat Aspirasi Pendidikan pada Masyarakat Desa Bugelan Aspirasi masyarakat Desa Bugelan, dalam usaha mewujudkannya tidak hanya terdapat faktor pendukungnya saja tetapi juga terdapat faktor penghambat aspirasi pendidikan. Beberapa hal yang dapat menjadi faktor penghambat adalah faktor pribadi, orang tua atau keluarga, lingkungan, geografis, ekonomi, sosial budaya dan adat istiadat. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan faktor penghambat aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan adalah adanya perbedaan aspirasi antara orang tua dan anak. Hal ini ditemukan pada aspirasi Bapak WR dan Aspirasi anaknya yaitu WS. Aspirasi pendidikan WR terhadap anak menginginkan anaknya untuk meneruskan pendidikan sampai jenjang perkuliahan. Akan tetapi ternyata aspirasi pendidikan WS menginginkan
87
untuk dapat meneruskan ke jenjang SMK supaya dapat langsung bekerja. Apabila orang tua bersikeras untuk menyekolahkan anak hingga jenjang perguruan tinggi, tentunya akan menghambat aspirasi pendidikan anak, tetapi juga apabila anak tidak berminat meneruskan ke jenjang perguruan tinggi dan lebih memilih ke jenjang SMK supaya langsung bekerja, dapat dipastikan aspirasi pendidikan orang tua terhadap anak akan sulit untuk dicapai. Faktor penghambat yang lain adalah kondisi ekonomi. Tidak mengherankan apabila kondisi ekonomi menjadi faktor utama yang menghambat tercapainya aspirasi pendidikan pada masyarakat Desa Bugelan. Sebagian besar masyarakat Desa Bugelan berprofesi menjadi petani dan tergolong dalam ekonomi lemah. Kondisi ekonomi tersebut yang membuat masyarakat kesulitan untuk dapat menempuh pendidikan tinggi mengingat biaya pendidikan yang semakin hari semakin mahal dan juga kehidupan di kota besar yang semakin hari semakin mahal juga. Hanya golongan tertentu saja yang mampu memperoleh pendidikan tinggi. Faktor penghambat selanjutnya adalah faktor geografis. Desa Bugelan merupaka desa yang lokasinya sangat jauh dari perkotaan. Keadaan geografis desa yang berupa bukit-bukit dan lereng-lereng membuatnya sangat sulit untuk diakses. Kondisi itu lah yang menghambat aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan. Untuk dapat meneruskan ke jenjang SMA atau SMK, masyarakat harus menempuh perjalanan sekitar 30 sampai dengan 60 menit atau sekitar 15 km untuk mencapai pusat kecamatan atau
88
harus menuju ke sekolah yang berada di provinsi lain yaitu Provinsi Jawa Timur yang memerlukan perjalanan sekitar 30 sampai dengan 45 menit. Kondisi itu diperparah dengan tidak adanya kendaraan umum dari dan menuju Desa Bugelan. Jauh dan sulitnya perjalanan yang ditempuh membuat orang tua mengeluarkan biaya lebih untuk biaya transportasi anak untuk bersekolah. Maka dari itu hanya masyarakat tertentu saja yang memiliki kendaraan pribadi seperti sepeda motor yang mampu mengakses pendidikan yang lebih tinggi. Faktor lain yang menghambat aspirasi pendidikan Masyarakat Desa Bugelan adalah informasi dan komunikasi. Peneliti menemukan salah seorang informan yang menyatakan keluhannya dalam menemukan atau memilih perguruan tinggi yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Dia mengaku bahwa informasi mengenai perguruan tinggi sangat minim ia dapatkan. Di tempat ia sekolah dulu juga sangat sulit untuk mendapatkan informasi mengenai perguruan tinggi. Di Desa Bugelan juga cukup kesulitan untuk menggunakan internet karena jaringan yang sangat terbatas dan hanya di tempat-tempat tertentu saja. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor penghambat aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan adalah adanya perbedaan aspirasi dari orang tua dan aspirasi anak, kondisi ekonomi yang menunjukkan sebagian besar masyarakat masih tergolong ekonomi lemah, faktor geografis karena akses dari dan menuju ke Desa Bugelan yang sulit dan sulitnya mendapatkan informasi tentang perguruan tinggi/jenjang pendidikan yang diinginkan.
89
4. Relevansi Kebijakan Pendidikan dengan Isu Pendidikan di Desa Bugelan Kebijakan pendidikan yang dibuat oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sudah semestinya harus relevan dengan masalah apa yang ada di lapangan. Agar nantinya kebijakan tersebut dapat membawa perubahan yang lebih baik terhadap kondisi pendidikan di daerah tersebut. Begitu juga kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat maupun daerah yang dibuat untuk daerah terpencil seperti Desa Bugelan. Pemerintah pusat sudah membuat kebijakan yang ditujukan kepada daerah terpencil seperti Desa Bugelan yaitu melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan khusus guru dan dosen serta tunjangan kehormatan professor. Tunjangan khusus yang dimaksud dalam peraturan pemerintah tersebut adalah tunjangan yang diberikan kepada guru dan dosen yang bertugas di daerah yang tergolong dalam daerah khusus. Kriteria daerah khusus dan kualifikasi guru yang dimaksud juga telah diatur di dalam petunjuk tekhnis tunjangan khusus yang diterbitkan oleh Kemendikbud. Tunjangan khusus tersebut bertujuan untuk memberikan intensif kepada guru dan dosen untuk dapat melakukan kegiatan belajar mengajar tanpa terkendala biaya hidup dan transportasi dikarenakan daerah khusus adalah daerah yang sulit diakses, terpencil, rawan bencana, perbatasan Negara dan keterbelakangan budaya. Sehingga nantinya guru dan dosen mampu melakukan tugasnya dengan maksimal.
90
Melihat isu pendidikan yang ada di Desa Bugelan, yakni kualitas pendidik, sarana dan prasarana, dan pemerataan pendidikan kebijakan pendidikan tersebut masih kurang maksimal dalam menangani isu pendidikan yang ada. Faktanya sekolah dasar yang ada di Desa Bugelan membutuhkan tenaga pendidik yang lebih baik karena dari apa yang disampaikan oleh Bapak WR bahwa hanya 3 sampai 4 guru saja yang berstatus pegawai negeri. Hal ini menunjukkan sekolah dasar yang ada masih kekurangan tenaga pendidik yang lebih baik. Meskipun saat ini status pegawai negeri sukar dijadikan perbandingan terhadap kualitas pendidik akan tetapi status pegawai negeri dapat dijadikan standar bahwa guru tersebut memang sudah terkualifikasi oleh sistem perekrutan pegawai negeri sipil sebagai seorang guru, sehingga guru tersebut sudah memenuhi standar untuk menjadi seorang guru. Kebijakan pendidikan yang dikeluarkan pemerintah pusat tersebut hanya memberikan tunjangan lebih kepada guru yang bertugas di daerah khusus seperti Desa Bugelan. Bukan menunjuk seorang guru yang telah terkualifikasi untuk ditugaskan di daerah khusus dan memberikan tunjangan kepada guru tersebut. Hal tersebut membuat pendidikan di Desa Bugelan hanya berjalan di tempat dan berkembang sangat lamban karena terbatasnya kualitas pendidik. Kebijakan pendidikan dari daerah yang berkaitan dengan daerah terpencil Desa Bugelan adalah Keputusan Bupati Wonogiri nomor 289 Tahun 2015 tentang Penetapan Satuan Pendidikan dalam Daerah Khusus di
91
Wilayah Kabupaten Wonogiri Tahun 2015. Keputusan tersebut berisi rekomendasi yang diajukan oleh Bupati Wonogiri bahwa sekolah-sekolah yang disebutkan dalam surat keputusan tersebut merupakan sekolah yang termasuk ke dalam daerah khusus sesuai dengan kriteria dari petunjuk tekhnis yang dikeluarkan oleh Kemendikbud. Keempat sekolah negeri yang ada di Desa Bugelan merupakan sebagian dari sekian banyak sekolah yang berada di lingkup Kabupaten Wonogiri, yaitu SD N 1 Bugelan, SD N 2 Bugelan, SD N 3 Bugelan dan SMP N 4 Satu Atap Kismantoro. Keputusan dari pemerintah Kabupaten Wonogiri yang menunjuk sekolah di Desa Bugelan menjadi sekolah dalam daerah khusus merupakan keputusan yang sangat tepat agar daerah terpencil seperti Desa Bugelan mendapatkan perhatian khusus tidak hanya dari pemerintah daerah tetapi juga dari pemerintah pusat. Keputusan Bupati Wonogiri tersebut tentu mengacu kepada kondisi geografis Desa Bugelan itu sendiri yang berbukit, jauh dari pusat pemerintahan dan sulitnya akses jalan. Keputusan Bupati yang menunjuk keempat sekolah di Desa Bugelan sebagai sekolah dalam daerah khusus memang tepat. Akan tetapi harus ada upaya lain agar dapat memajukan pendidikan di Desa Bugelan. Diantaranya adalah dengan lebih memperhatikan sarana dan prasarana sekolah yang ada di Desa Bugelan. Selain itu juga pemerintah daerah sudah semestinya meperhatikan akses jalan yang baik dan aman untuk akses masyarakat Desa Bugelan. Karena dengan jalan yang baik akan mempengaruhi mobilitas masyarakat sehingga akses transportasi dapat masuk ke Desa Bugelan.
92
Dengan demikian masyarakat Desa Bugelan dapat mengakses pendidikan yang lebih tinggi dari pada jenjang pendidikan yang ada dan pemerataan pendidikan di Desa Bugelan dapat tercapai. Seperti yang telah diketahui dan dialami oleh peneliti bahwa kondisi geografis dan akses jalan yang berbahaya serta tidak ada transportasi umum membuat masyarakat Desa Bugelan sulit untuk mengakses pendidikan hingga jenjang SMA/SMK sederajat. 5. Relevansi
Kebijakan
Pendidikan
dengan
Aspirasi
Pendidikan
Masyarakat Seperti yang telah diketahui dalam penelitian ini bahwa aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan yang meliputi cita-cita, hasrat dan ketetapan hati adalah dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya yang mereka inginkan dan berharap memperoleh pekerjaan dan kehidupan yang lebih layak serta berusaha sebisa mungkin untuk mewujudkannya. Aspirasi tersebut merupakan aspirasi pendidikan dari orang tua terhadap pendidikan anak maupun aspirasi pendidikan anak itu sendiri. Kebijakan pendidikan yang ada di Desa Bugelan yang berkaitan dengan daerah terpencil semestinya dapat mengakomodir aspirasi pendidikan masyarakat daerah terpencil seperti masyarakat Desa Bugelan. Dalam hal ini pemerintah Kabupaten Wonogiri sudah mengakomodir dengan cara mambangun SMP N 4 Satu Atap Kismantoro. Dengan dibangunnya sekolah tersebut, masyarakat Desa Bugelan yang notabene mengalami kesulitan akses pendidikan karena kendala geografis dan transportasi dapat terakomodir dengan adanya SMP N
93
4 Satu Atap di Desa Bugelan. Selain itu juga dapat membantu memfasilitasi aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan untuk dapat menempuh jenjang pendidikan yang diinginkan. Dengan demikian masyarakat Desa Bugelan diharapkan dapat menempuh pendidikan serendah-rendahnya adalah sampai jenjang sekolah menengah pertama. Kebijakan pemerintah berkaitan dengan daerah terpencil dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan khusus guru dan dosen serta tunjangan kehormatan professor dan Keputusan Bupati Wonogiri nomor 289 Tahun 2015 tentang Penetapan Satuan Pendidikan dalam Daerah Khusus di Wilayah Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 kurang begitu relevan dengan aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan. Hal ini karena kebijakan tersebut lebih menyangkut masalah kesejahteraan pendidik dari pada peningkatan kualitas pendidik. Padahal aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan adalah dapat menempuh pendidikan setinggi apa yang mereka inginkan sehingga hal yang harus diperhatikan adalah aspek pemerataan pendidikan dengan cara memberikan beasiswa pendidikan penuh khusus untuk peserta didik yang bertempat tinggal di daerah terpencil seperti Desa Bugelan. Selain itu juga dapat dilakukan dengan kerja sama antar instansi di lingkup kabupaten untuk membangun jalan yang layak dan aman menuju ke Desa Bugelan agar terjangkau jaringan transportasi.
94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menganai aspirasi pendidikan pada masyarakat daerah terpencil di Desa Bugelan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan yang meliputi cita-cita, hasrat dan ketetapan hati adalah dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya yang mereka inginkan dan berharap memperoleh pekerjaan dan kehidupan yang lebih layak serta berusaha sebisa mungkin untuk mewujudkannya. Aspirasi tersebut merupakan aspirasi pendidikan dari orang tua terhadap pendidikan anak maupun aspirasi pendidikan anak itu sendiri. Media penyampaian aspirasi dilakukan melalui rapat desa dan melalui komite sekolah. 2. Faktor pendukung aspirasi pendidikan Masyarakat Desa Bugelan adalah faktor keluarga yang berupa dukungan finansial dan moral yang berupa motivasi atau bimbingan, serta pengaruh teman sebaya dan bantuan dari pihak lain. 3. Faktor penghambat aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan adalah faktor orang tua atau keluarga yang tidak memiliki aspirasi yang sama dengan aspirasi pendidikan anak, faktor ekonomi yang menunjukkan sebagian besar masyarakat masih tergolong ekonomi lemah, faktor geografis karena akses dari dan menuju ke Desa Bugelan yang sulit dan faktor
95
lingkungan yaitu sulitnya mendapatkan informasi tentang jenjang pendidikan yang diinginkan. 4. Kebijakan pendidikan yang berkaitan dengan daerah terpencil dan telah diimplementasikan di Desa Bugelan yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan khusus guru dan dosen serta tunjangan kehormatan professor dan Keputusan Bupati Wonogiri nomor 289 Tahun 2015 tentang Penetapan Satuan Pendidikan dalam Daerah Khusus di Wilayah Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 belum dapat menanggulangi isu-isu pendidikan di Desa Bugelan yaitu kualitas pendidik, sarana dan prasarana, dan pemerataan pendidikan. 5. Kebijakan pemerintah berkaitan dengan daerah terpencil dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan khusus guru dan dosen serta tunjangan kehormatan professor dan Keputusan Bupati Wonogiri nomor 289 Tahun 2015 tentang Penetapan Satuan Pendidikan dalam Daerah Khusus di Wilayah Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 kurang begitu relevan dengan aspirasi pendidikan masyarakat. Akan tetapi dibangunnya SMP N 4 Satu Atap Kismantoro dapat membantu memfasilitasi aspirasi pendidikan masyarakat Desa Bugelan untuk dapat menempuh jenjang pendidikan yang diinginkan.
96
B. Saran Saran yang dapat diajukan oleh peneliti dalam penelitian tentang aspirasi pendidikan pada masyarakat di daerah terpencil di Desa Bugelan, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah adalah sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah, khususnya pemerintah Desa Bugelan untuk dapat menambah fasilitas pendidikan yang ada di desanya seperti perpustakaan desa dan menyediakan fasilitas internet dan komputer di balai desa agar dapat dimanfaatkan masyarakat. 2. Bagi pemerintah daerah, yaitu Pemerintah Kabupaten Wonogiri untuk lebih memperhatikan kualitas pendidik dengan menugaskan guru berkualitas baik bertugas di daerah terpencil dan memperhatikan kondisi sekolah di daerahdaerah terpencil seperti Desa Bugelan. 3. Bagi orang tua dan anak, agar lebih menjalin komunikasi yang baik dan saling mengutarakan aspirasinya masing-masing agar nantinya tidak terjadi kesalahpahaman antara orang tua dan anak dalam usaha mewujudkan aspirasi pendidikan.
97
DAFTAR PUSTAKA A. Ahmadi. (2009). Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Andi Prastawa. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. Arif Rohman. (2012). Kebijakan Pendidikan (Analisis Dinamika Formulasi dan Implementasi). Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Burhan Bungin. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenama Media Group. Dali Gulo. (1982). Kamus Psikologi. Bandung: Penerbit Tonis. Dimyati & Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Driyakarya. (1980). Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Dwi Siswoyo, Dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY PRESS. Fuad Ihsan. (2003). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta:PT. Rineka Cipta. Hasbullah. (2006). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih Bahasa: Isti Widayanti & Soedjarwo. Jakarta: Erlangga (Edisi ke-5). _____________(1999). Perkembangan Anak. Jilid 2. Alih Bahasa: Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Erlangga (Edisi ke-6). H.B. Sutopo. (2006). Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Khusus Jenjang pendidikan Dasar. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Miles dan Huberman. (2007). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Mohamad Mustari. (2012). Pengantar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Laksbang Pressindo.
98
Moleong, Lexy J. (2005). Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya. Noeng Muhadjir. (1984). Aspirasi Pendidikan dan Kesempatan Kerja di Sektor Industri. Studi Kasus di Kabupaten Klaten dan Pekalongan. Yogyakarta: Laporan Penelitian FIP IKIP Yogyakarta. Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri. (2015). Surat Keputusan Bupati Wonogiri Provinsi Jawa Tengah tentang Penetapan Satuan Pendidikan dalam Daerah Khusus di Wilayah Kabupaten Wonogiri Tahun 2015. Wonogiri: Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rhineka Cipta. Soerjono Soekanto. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sri Rumini. (1992). Beberapa Faktor Penentu Aspirasi Mahasiswa IKIP Terhadap Jabatan Tenaga Pendidikan. Yogyakarta: Laporan Penelitian IKIP Yogyakarta. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. _________(2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (1987). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Bina Aksara. Sutjipto. (1987). Analisis Kebijaksanaan Pendidikan, Suatu Pengantar. Padang: IKIP PADANG. Sutrisno Hadi. (1987). Metodologi Reseach. Jakarta: Rineka Cipta.
99
LAMPIRAN
100
Lampiran 1. Pedoman Observasi Kisi-kisi Pedoman Observasi No 1
Indikator Kebijakan
Aspek yang Diamati a. Kebijakan yang diimplementasikan di daerah terpencil a.Masalah pendidikan yang dapat diamati dalam
2
Masalah/Isu Pendidikan
masyarakat b.Masalah pendidikan yang dapat diamati di lembaga pendidikan
3
Media
a. Media penyampaian melalui masyarakat
Penyampaian
b. Media penyampaian melalui lembaga
Aspirasi
c. Media penyampaian individu
4
Pendidikan
5
Ekonomi
a. Pendidikan terakhir orangtua/anak sendiri. b. Pendidikan yang sedang ditempuh. a. Tingkat ekonomi keluarga. a. Lokasi tempat tinggal.
6
Geografi
b. Jarak tempat tinggal dengan sekolah. c. Jumlah lembaga pendidikan.
7
Sosial
a. Kepedulian lingkungan terhadap pendidikan.
8
Jenis Pekerjaan
a. Jenis pekerjaan orangtua/anak.
101
Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Melalui Arsip Tertulis a. Profil Desa Bugelan b. Kondisi Geografis Desa Bugelan c. Kependudukan Desa Bugelan d. Surat Keputusan Bupati Wonogiri nomor 289 Tahun 2015 e. LPJ Kepala Desa Bugelan tahun 2015
2. Foto a. Foto saat penelitian berlangsung b. Foto sarana dan prasarana Desa Bugelan
102
Lampiran 3. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
A. Pedoman Wawancara terhadap Orang Tua No. Aspek ditanyakan 1 Cita-cita
yang Item pertanyaan a. b. c.
2
Hasrat
a.
b.
3
Ketetapan Hati
a. b.
c.
4
Faktor-faktor yang a. mempengaruhi b. aspirasi c.
Seberapa penting arti pendidikan bagi anda? Apa alasan anda? Bagaimana tanggapan lingkungan anda terhadap pentingnya pendidikan? Anda menginginkan anak anda menempuh pendidikan sampai jenjang apa? Mengapa anda menginginkan anak anda menempuh pendidikan sampai jenjang tersebut? Apa harapan anda setelah anak anda selesai menempuh jenjang pendidikan yang anda harapkan? Mengapa anda harus mewujudkan citacita dan harapan tersebut? Apakah anda yakin bahwa anak anda dapat menempuh jenjang pendidikan sesuai dengan yang anda harapkan? Bagaimana usaha anda dalam mewujudkan cita-cita dan harapan anda? Pendidikan terakhir anda apa ? Apa kesulitan anda dalam mewujudkan aspirasi anda? Apa dukungan anda terhadap pendidikan anak?
103
B. Pedoman Wawancara Terhadap Anak No . 1
Aspek ditanyakan Cita-cita
yang Item pertanyaan a. b. c.
2
Hasrat
a.
b.
3
Ketetapan Hati
a. b.
c.
4
Faktor-faktor yang a. mempengaruhi b. aspirasi c.
Seberapa penting arti pendidikan bagi anda? Apa alasan anda? Bagaimana tanggapan lingkungan anda terhadap pentingnya pendidikan? Anda menginginkan anda menempuh pendidikan sampai jenjang apa?
Mengapa anda menginginkan menempuh pendidikan sampai jenjang tersebut? Apa harapan anda setelah anda selesai menempuh jenjang pendidikan yang anda harapkan? Mengapa anda harus mewujudkan citacita dan harapan tersebut? Apakah anda yakin bahwa anda dapat menempuh jenjang pendidikan sesuai dengan yang anda harapkan? Bagaimana usaha anda dalam mewujudkan cita-cita dan harapan anda? Pendidikan terakhir anda apa ? Apa kesulitan anda dalam mewujudkan aspirasi anda? Apa dukungan orang tua anda terhadap pendidikan anda?
104
Lampiran 4. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan I Hari/Tanggal
: Selasa, 17 November 2015
Tempat
: Desa Bugelan
Fokus
: Melaksanakan pra observasi Peneliti datang ke Desa Bugelan dengan maksud untuk melakukan pra
observasi lokasi penelitian sekaligus meminta ijin secara lisan kepada kepala desa. Sesampainya di Desa Bugelan, peneliti langsung menuju ke balai desa untuk bertemu dengan Kepala Desa Bugelan. Setelah bertemu kemudian peneliti menyampaikan maksud dari peneliti datang ke Desa Bugelan. Bapak Kepala Desa menyambut baik maksud dan tujuan peneliti dan mempersilakan peneliti untuk melakukan pra observasi. Setelah bertemu dengan kepala desa, peneliti kemudian melanjutkan pra observasi dengan mengelilingi Desa Bugelan. Peneliti mengunjungi satu per satu dusun yang ada di Desa Bugelan, yaitu Dusun Bugelan, Cabol, Setren dan Dusun Waru. Peneliti juga mengunjungi saran pendidikan di Desa Bugelan untuk melihat kondisinya. Sarana pendidikan di Desa Bugelan antara lain TK 1 Bugelan, TK 2 Bugelan, SD N 1 Bugelan, SD N 2 Bugelan, SD N 3 Bugelan, SMP N 4 Satu Atap Kismantoro.
105
Catat Lapangan II Hari/Tanggal
: Senin, 13 Juni 2016
Tempat
: Kantor Kecamatan Kismantoro dan Desa Bugelan
Fokus
: Menyerahkan surat rekomendasi penelitian Pada hari tersebut, peneliti menuju ke Kantor Kecamatan Kismantoro
untuk mengantarkan surat rekomendasi penelitian dari Kesbangpol Kabupaten Wonogiri. Pihak kecamatan kemudian mempersilahkan peneliti untuk melakukan penelitian di Desa Bugelan. Setelah dari Kantor Kecamatan Kismantoro, peneliti langsung menuju ke Desa Bugelan untuk mengantarkan surat rekomendasi penelitian. Bapak Kepala Desa menerima surat tersebut dan mempersilakan untuk langsung melakukan penelitian. Pada hari tersebut bertepatan dengan adanya rapat desa dalam rangka pembahasan penyaluran dana desa dan program memperingati HUT RI. Sehingga peneliti belum dapat menanyakan kepada Kepala Desa siapa saja masyarakat yang dapat untuk diwawancarai.
106
Catatan Lapangan III Hari/Tanggal
: Rabu, 15 Juni 2016
Tempat
: Desa Bugelan
Fokus
: Meminta rekomendasi informan kepada perangkat desa Pada tanggal tersebut peneliti kembali ke Desa Bugelan dengan maksud
menanyakan siapa saja warga yang dapat untuk diwawancarai. Sesampainya di kantor desa, peneliti langsung menemui Kepala Desa Bugelan. Kepala Desa Bugelan kemudian meminta kepada masing-masing kepala Dusun untuk memberikan rekomendasi siapa saja masyarakat yang dapat diwawancarai. Kepala Dusun Cabol dan Setren menawarkan diri kepada peniliti untuk dapat mewanwancarai mereka dan anak mereka. Kepala Dusun Bugelan merekomendasikan Ibu TM dan Kepala Dusun Waru merekomendasikan Ibu TM beserta anak mereka. Namun wawancara tidak dapat dilaksanakan pada hari itu juga. Kemudian peneliti membuat janji dengan Kepala Dusun Setren Bapak BJ untuk melaksanakan wawancara pada hari selanjutnya.
107
Catatan Lapangan IV Hari/Tanggal
: Selasa, 21 Juni 2016
Tempat
: Rumah Bapak BJ, Dusun Setren, Desa Bugelan
Fokus
: Melaksanakan wawancara dengan Bapak BJ dan AJ Peneliti kembali ke Desa Bugelan tepatnya ke Dusun Setren guna
melakukan wawancara dengan Bapak BJ dan AG. Peneliti melaksanakan wawancara sekitar 40 menit untuk Bapak BJ dan AG. Setelah melaksanakan wawancara kemudian peneliti menuju ke kantor Desa Bugelan untuk menemui Bapak WR selaku kepala Dusun Cabol untuk membuat janji untuk melaksanakan wawancara kepada dirinya dan anaknya yaitu WS.
108
Catatan Lapangan V Hari/Tanggal
: Jumat, 24 Juni 2016
Tempat
: Rumah Bapak WR
Fokus
: Melaksanakan wawancara dengan Bapak WR dan WS Peneliti menuju ke rumah Bapak WR yang berada di Dusun Cabol, Desa
Bugelan untuk melaksanakan wawancara kepada Bapak WR beserta anaknya yang bernama WS. Setelah sampai di rumah Bapak WR, peneliti melakukan wawancara sekitar 30 menit kepada Bapak WR dan anaknya yang bernama WS. Setelah melaksanakan wawancara, peneliti kemudian menuju ke kantor kepala desa. Sesampainya di kantor kepala desa, peneliti kemudian menemui kepala dusun Bugelan guna menanyakan rumah Ibu MR sebagai responden salanjutnya. Kepala Dusun Bugelan bersedia mengantarkan peneliti ke rumah Ibu MR. Sesampainya di rumah Ibu MR, peneliti membuat janji dengan Ibu MR untuk melaksanakan wawancara kepadanya dan anaknya yang bernama EG pada hari selanjutnya. Ibu MR menyetujui janji tersebut dan peneliti beserta bapak kepala dusun Bugelan meninggalkan rumah Ibu MR.
109
Catatan Lapangan VI Hari/Tanggal
: Senin, 27 Juni 2016
Tempat
: Rumah Ibu MR, Dusun Bugelan, Desa Bugelan
Fokus
: melaksanakan wawancara dengan Ibu MR dan EG Pada hari tersebut peneliti langsung menuju rumah Ibu MR untuk
melaksanakan wawancara dengannya dan anaknya yang bernama EG. Wawancara dilakukan kurang lebih selama 35 menit. Setelah wawncara selesai, peneliti kemudian menuju ke kantor kepala desa. Sesampainya di kantor kepala desa, peneliti menanyakan alamat rumah Ibu TM dan anaknya JL yang direkomendasikan oleh Kepala Dusun Waru. Kepala Dusun Waru berkenan mengantarkan peneliti ke rumah Ibu TM. Sesampainya di rumah Ibu TM, peneliti dan Bapak Kepala Dusun tidak menemui Ibu TM karena beliau tidak ada dirumah. Karena telah mengetahui alamat rumah Ibu TM, peneliti mempersilakan Bapak Kepala Dusun untuk kembali ke kantor desa dan peneliti akan langsung menuju ke rumah Ibu TM di hari selanjutnya.
110
Catatan Lapangan VII Hari/Tanggal
: Rabu, 29 Juni 2016
Tempat
: Rumah Ibu TM, Dusun Waru, Desa Bugelan
Fokus
: membuat janji dengan ibu TM untuk melakukan wawancara Peneliti langsung menuju ke rumah Ibu TM. Sesampainya di rumah Ibu
TM, peneliti meminta ijin untuk melakukan wawancara kepada dirinya dan anaknya yang bernama JL. Ibu TM menyetujui maksud peneliti, tetapi ibu TM tidak dapat diwawancarai pada hari itu juga. Mengetahui hal tersebut, peneliti kemudian membuat janji dengan Ibu TM dan anaknya untuk dapat melaksanakan wawancara. Ibu TM menyetujui janji tersebut sehingga peneliti dapat meninggalkan rumah Ibu TM.
111
Catatan Lapangan VIII Hari/Tanggal
: Jumat, 1 Juli 2016
Tempat
: Rumah Ibu TM, Dusun Waru, Desa Bugelan
Fokus
: Melaksanakan wawancara dengan Ibu TM dan JL Pada hari tersebut, peneliti langsung menuju ke rumah Ibu TM yang berada
di Dusun Waru untuk melaksanakan wawancara. Ibu TM beserta anaknya yang bernama JL sedang berada di rumah. Peneliti melakukan wawancara kepada Ibu TM dan JL selama kurang lebih 30 menit. Setelah selesai melakukan wawancara, peneliti kemudian meninggalkan rumah Ibu TM dan menuju ke kantor Kepala Desa.
112
Lampiran 5. Transkrip Wawancara TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSI A. Transkrip I Nama
: Bejan
Umur
: 47
Pekerjaan
: Kepala Dusun
1. Seberapa penting arti pendidikan bagi anda? Apa alasan anda? Jawab: Pendidikan tidak hanya penting tapi sangat penting mas. Karena jika hanya harta dunia itu bisa habis, akan tetapi ilmu itu selama hidup masih bisa terus digunakan.
2. Bagaimana
tanggapan
lingkungan
anda
terhadap
pentingnya
pendidikan? Jawab: Khusus lingkungan sekitar saya, hampir semua masyarakat sudah sadar pentingnya pendidikan. Tapi kadang-kadang ada anak yang minat tetapi terpancang biaya. Kadang orang tuanya yang minat tetapi anaknya biarpun dipaksa tetap tidak minat. Tapi khusus dusun saya, dibandingkan dengan dusun lain jumlah sarjananya paling banyak.
113
3. Anda berharap anak anda menempuh pendidikan sampai jenjang apa? Jawab: Dalam hati saya, saya ingin anak saya bisa lulus sarjana. Tetapi juga tergantung anaknya nanti minat atau tidak.
4. Mengapa anda berharap anak anda dapat menempuh pendidikan sampai jenjang tersebut ? Jawab: Dulu saya berminat sampai sarjana, tetapi dulu orang tua tidak mampu. Jadi sekarang saya berusaha agar anak saya berpendidikan setinggitingginya.
5. Apa harapan anda setelah anak anda selesai menempuh pendidikan yang anda harapkan? Jawab: Sarjana itu tidak hanya ilmunya mas menurut saya, tetapi juga dari pengalamannya agar nantinya dalam mencari pekerjaan bisa lebih luas, rezekinya juga lebih luas menurut saya.
6. Mengapa anda harus mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut? Jawab: Namanya sekolah itu penting mas. Dengan sekolah yang tinggi nanti bisa memperbaiki hidup. Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan
114
yang layak dan penghidupan yang layak lebih besar dari pada yang sekolahnya kurang tinggi.
7. Apakah anda yakin bahwa anak anda dapat menempuh jenjang pendidikan sesuai dengan yang anda harapkan? Jawab: Yakin tidak yakin harus yakin. Yang penting dijalani dan dicoba dulu. Nanti kedepannya sambil dipikirkan dan diusahakan.
8. Bagaimana usaha anda agar anak anda dapat menempuh pendidikan yang anda harapkan? Jawab: Saya sebenarnya pasrah mas sebagai orang desa, tetapi selama masih sehat selama masih halal segala macam usaha saya tempuh agar anak saya bisa kuliah.
9. Pendidikan terakhir anda apa ? Jawab: Saya hanya tamatan SLTP. Maka dari itu saya ingin anak saya bisa sekolah setinggi-tingginya.
115
10. Apa faktor pendorong anda untuk mewujudkan aspirasi anda? Jawab: Ya saya sendiri mas yang mendukung. Saya berusaha agar anak saya bisa menempuh pendidikan sampai sarjana. Memberikan pengertian kepada anak, memfasilitasi, membiayai dan mendorong agar anak mau kuliah. Dan kebetulan anak saya ini sepertinya juga pengen sampai sarjana mas.
11. Apa kesulitan anda dalam mewujudkan aspirasi anda? Jawab: Yang jelas ekonomi mas. Sekarang biaya kuliah semakin mahal, kebutuhan di kota dan di desa juga berbeda. Apa-apa di kota kan lebih mahal mas jadi ya itu penghambatnya.
116
B. Transkrip II Nama
: Warmin
Umur Pekerjaan
: 45 : Kepala Dusun Cabol
1. Seberapa penting arti pendidikan bagi kehidupan anda? Apa alasan anda? Jawab: Penting sekali. Ya agar kita itu lebih cerdas, lebih pintar dan berwawasan luas jadinya nanti kedepannya mudah mencari pekerjaan atau malah membuat lapangan kerja atau wirausaha.
2. Bagaimana
tanggapan
lingkungan
anda
terhadap
pentingnya
pendidikan? Jawab: Sudah mas, secara umum sudah sadar pendidikan. Paling tidak sampai SMA/SMK paling jelek ya SMP.
3. Anda berharap anak anda menempuh pendidikan sampai jenjang apa? Jawab: Pendapat saya sebagai orang tua, seandainya anaknya mau ya pengennya nanti sampai kuliah.
117
4. Mengapa anda berharap anak anda dapat menempuh pendidikan sampai jenjang tersebut ? Jawab: Supaya pendidikannya lebih dari orang tua. Supaya nanti bisa mengangkat derajat orang tua juga.
5. Apa harapan anda setelah anak anda selesai menempuh pendidikan yang anda harapkan? Jawab: Untuk masalah itu, harapannya bisa cepat dapat pekerjaan layak yang sesuai mas.
6. Mengapa anda harus mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut? Jawab: Karena sekolah itu penting. Supaya anak saya dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya.
7. Apakah anda yakin bahwa anak anda dapat menempuh jenjang pendidikan sesuai dengan yang anda harapkan? Jawab: Yakin mas. Anak saya yang pertama sekarang sedang kuliah di Madiun. Kemungkinan pas anak saya yang kedua ini masuk kuliah, kakaknya sudah selesai. Jadi pembiayaannya bisa bergantian.
118
8. Bagaimana usaha anda agar anak anda dapat menempuh pendidikan yang anda harapkan? Jawab: Ya memberikan pengertian ke anak bahwasanya pendidikan itu penting, sekolah yang rajin, agar anak itu semangat untuk sekolah. Dari saya sendiri ya diusahakan melalui bekerja walaupun hanya mengandalkan gaji ya bagaimana caranya nanti bisa menyekolahkan anak.
9. Pendidikan terakhir anda apa ? Jawab: Saya hanya sekolah sampai SLTP. Ya dulu kan namanya sekolah masih jarang. Pengen sekolah tapi jauh apalagi banyak yang tidak sekolah dari pada yang sekolah.
10. Apa faktor pendorong anda untuk mewujudkan aspirasi anda? Jawab: Alhamdulillah anak saya yang paling tua sekarang sedang kuliah di Madiun. Semoga nanti adiknya ini bisa berkuliah seperti kakaknya. Jadi nanti kakaknya bisa memberikan semacam pengertian untuk adiknya.
119
11. Apa kesulitan anda dalam mewujudkan aspirasi anda? Jawab: Ya ekonomi itu tadi mas. Saya masih harus menyekolahkan dua anak saya. Mengharapkan gaji dari perangkat desa kan tidak seberapa. Tetapi ya untung masih punya pekarangan sama cadangan hewan ternak walaupun tidak banyak. Punya hewan ternak itu bagi orang desa sangat menolong lho mas. Sewaktu-waktu butuh uang dijual pasti laku dan pasti dapat untung.
120
C. Transkrip III Nama
: Mariani
Umur
: 38
Pekerjaan
: Petani/Buruh Tani
1. Seberapa penting arti pendidikan bagi kehidupan anda? Apa alasan anda? Jawab: Penting. Pendidikan itu untuk menuntut ilmu untuk masa depan.
2. Bagaimana
tanggapan
lingkungan
anda
terhadap
pentingnya
pendidikan? Jawab: Lumayan bagus. Setahu saya anak-anak disekitar sini semua bersekolah minimal SMP. Banyak juga yang SMA/SMK tetapi yang tidak mampu pasti minimal sudah SMP.
3. Anda berharap anak anda menempuh pendidikan sampai jenjang apa? Jawab: Nanti kalau mampu, pengennya ya sampai kuliah. Kalau tidak ya hanya sampai SMK/SMA saja
121
4. Mengapa anda berharap anak anda dapat menempuh pendidikan sampai jenjang tersebut ? Jawab: Supaya pendidikannya lebih tinggi dari saya. Saya dulu sempat mengalami putus sekolah jadi sebisa mungkin anak saya pendidikannya lebih tinggi dari saya.
5. Apa harapan anda setelah anak anda selesai menempuh pendidikan yang anda harapkan? Jawab: Seumpama selesai kuliah ya dapat pekerjaan yang bagus dan layak.
6. Mengapa anda harus mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut? Jawab: Seperti yang saya katakana tadi. Pendidikan itu penting. Maka dari itu saya berkeinginan agar anak saya dapat terus bersekolah.
7. Apakah anda yakin bahwa anak anda dapat menempuh jenjang pendidikan sesuai dengan yang anda harapkan? Jawab: Untuk kuliah sepertinya kurang yakin. Tapi dilihat nanti saja yang penting yang sekarang ini dijalani dulu.
122
8. Bagaimana usaha anda agar anak anda dapat menempuh pendidikan yang anda harapkan? Jawab: Saya memberikan pengertian ke anak atau memotivasi anak sambil terus membiayai anak saya agar bisa bersekolah.
9. Pendidikan terakhir anda apa ? Jawab: Saya lulusan SLTP.
10. Apa faktor pendorong anda untuk mewujudkan aspirasi anda? Jawab: Kebetulan banyak anak-anak sekitar sini yang seangkatan dengan anak saya. Jadi itu membuat anak saya semangat untuk sekolah. Dari orang tua
mungkin
memenuhi
kebutuhan
sekolah
anak
sebisanya,
mengingatkan belajar, kadang-kadang saya mengantarkan anak saya ke sekolah semisal sudah ditinggal teman-temannya.
11. Apa kesulitan anda dalam mewujudkan aspirasi anda? Jawab: Yang jelas masalah biaya. Sekarang bersekolah semakin mahal. Jaraknya juga lumayan jauh dari tempat tinggal. Untuk SMK saja sudah lumayan jauh, harus ada uang transportasi.
123
D. Transkrip IV Nama
: Tumini
Umur
: 38
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
1. Seberapa penting arti pendidikan bagi kehidupan anda? Apa alasan anda? Jawab: Ya penting. Anak sekarang itu dapat pengalaman ya dari pendidikan itu sendiri. Jadi tidak hanya belajar tapi juga pengalamannya itu juga penting.
2. Bagaimana
tanggapan
lingkungan
anda
terhadap
pentingnya
pendidikan? Jawab: Ya sudah banyak yang sadar. Yang putus sekolah sudah jarang sekali. Paling tidak ya sampai SMP kan sudah ada SMP Satu Atap.
3. Anda berharap anak anda menempuh pendidikan sampai jenjang apa? Jawab: Ya paling hanya SMK. Tapi putri saya cita-citanya sampai kuliah seandainya bisa cari biaya. . Katanya besok mau kuliah sambil bekerja begitu mas katanya
124
4. Mengapa anda berharap anak anda dapat menempuh pendidikan sampai jenjang tersebut ? Jawab: Agar lebih tinggi dari orang tua. Saya dulu hanya sampai SD. Kan dulu rata-rata hanya sampai SD. Bapak juga hanya sampai SD.
5. Apa harapan anda setelah anak anda selesai menempuh pendidikan yang anda harapkan? Jawab: Saya pengennya ya biarkan bekerja dulu setelah lulus SMK.
6. Mengapa anda harus mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut? Jawab: Ya agar anak saya nanti dapat memiliki kehidupan yang lebih baik dari saya mas. Tidak punya pendidikan juga susah mencari pekerjaan. Akhir-akhirnya jadi pekerja kasar yang penghasilannya tidak seberapa.
7. Apakah anda yakin bahwa anak anda dapat menempuh jenjang pendidikan sesuai dengan yang anda harapkan? Jawab: Untuk SMK ini ya yakin mas. Yang penting orang tua sehat namanya untuk anak bagaimanapun ya diusahakan.
125
8. Bagaimana usaha anda agar anak anda dapat menempuh pendidikan yang anda harapkan? Jawab: Usahanya biasa saja mas namanya juga petani. Mungkin nanti usaha mengajukan bantuan dari sekolah atau pemerintah seperti waktu anak saya SMP dulu.
9. Pendidikan terakhir anda apa ? Jawab: Saya hanya lulus SD. Bapak juga hanya lulus SD.
10. Apa faktor pendorong anda untuk mewujudkan aspirasi anda? Jawab: Alhamdulillah dapat bantuan dari sekolah mulai dari SMP. Nanti semoga saja di SMK ini dapat bantuan juga. Dari orang tua mungkin mengingatkan saja untuk rajin belajar dan memberikan uang saku walaupun sedikit.
11. Apa kesulitan anda dalam mewujudkan aspirasi anda? Jawab: Ya namanya juga petani, bapak juga hanya buruh bangunan ya pasti ekonomi yang menghambat. Tapi untuk SMK ini sebisanya diusahakan.
126
E. Transkrip V Nama
: Agus Saputro
Umur
: 18
Sekolah
: Lulus SMA
1. Seberapa penting arti pendidikan bagi kehidupan anda? Apa alasan anda? Jawab: Menurut saya penting sekali. Karena pendidikan itu membuat kita memiliki wawasan yang luas. Nantinya juga bisa memperoleh pekerjaan yang bagus jika pendidikannya tinggi.
2. Bagaimana
tanggapan
lingkungan
anda
terhadap
pentingnya
pendidikan? Jawab: Teman-teman ada yang berkeinginan melanjutkan kuliah. Tetapi ada juga yang ingin langsung bekerja saja.
3. Anda berharap anda menempuh pendidikan sampai jenjang apa? Jawab: Seandainya bisa dan diperbolehkan, saya ingin sampai kuliah mas. Tetapi belum tau juga nanti mau kuliah dimana dan jurusan apa.
127
4. Mengapa anda berharap dapat menempuh pendidikan sampai jenjang tersebut ? Jawab: Ya agar mempunyai pendidikan yang bagus. Supaya nantinya bisa bekerja dan dapat pekerjaan yang bagus juga.
5. Apa harapan anda setelah anda selesai menempuh pendidikan yang anda harapkan? Jawab: Harapan saya bisa cepat dapat pekerjaan dan dapat penghasilan yang layak.
6. Mengapa anda harus mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut? Jawab: Penting karena memang saya sendiri mempunyai keinginan untuk kuliah. Supaya dapat pengalaman di luar sana.
7. Apakah anda yakin bahwa anda dapat menempuh jenjang pendidikan sesuai dengan yang anda harapkan? Jawab: Yakin mas. Soalnya orang tua sudah sangat mendukung saya.
128
8. Bagaimana usaha anda agar dapat menempuh pendidikan yang anda harapkan? Jawab: Untuk saat ini saya sedang mencari-cari tempat kuliah mas. Tempat kuliah yang paling memungkinkan dari segi biaya dan juga sesuai kemampuan saya.
9. Pendidikan terakhir anda apa ? Jawab: Saya baru saja lulus SMA.
10. Apa faktor pendorong anda untuk mewujudkan aspirasi anda? Jawab: Dukungan orang tua yang membiayai saya dan memberikan fasilitas yang menunjang sekolah. Kebetulan bapak saya menginginkan saya bisa kuliah. Jadi keluarga saya sudah mendukung saya.
11. Apa kesulitan anda dalam mewujudkan aspirasi anda? Jawab: Penghambatnya saya belum tahu nantinya mau kuliah dimana dan sepertinya tidak ada teman juga dari daerah saya. Jadi apa-apa nanti harus sendiri. Di SMA juga minim informasi tempat kuliah
129
F. Transkrip VI Nama
: Wisnu Nanda Aditya (Warmin)
Umur
: 15
Sekolah
: SMP N 4 Satu Atap Kismantoro
1. Seberapa penting arti pendidikan bagi kehidupan anda? Apa alasan anda? Jawab: Penting sekali. Supaya jadi pintar dan dapat ilmu yang banyak.
2. Bagaimana
tanggapan
lingkungan
anda
terhadap
pentingnya
pendidikan? Jawab: Sudah baik. Teman-teman saya semuanya bersekolah tidak ada yang putus sekolah.
3. Anda berharap anda menempuh pendidikan sampai jenjang apa? Jawab: Saya setelah lulus SMP nanti ingin meneruskan ke SMK saja.
130
4. Mengapa anda berharap dapat menempuh pendidikan sampai jenjang tersebut ? Jawab: Teman-teman banyak yang ingin masuk SMK mas. Jaraknya juga dekat dibandingkan dengan sekolah lain.
5. Apa harapan anda setelah anda selesai menempuh pendidikan yang anda harapkan? Jawab: Bisa langsung bekerja seperti teman-teman saya yang lebih tua yang sudah lulus.
6. Mengapa anda harus mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut? Jawab: Ya agar bisa sekolah sesuai keinginan saya dan bisa bekerja.
7. Apakah anda yakin bahwa anda dapat menempuh jenjang pendidikan sesuai dengan yang anda harapkan? Jawab: Yakin
jika
orang
tua
mengizinkan.
menginginkan saya untuk kuliah.
131
Masalahnya
bapak
saya
8. Bagaimana usaha anda agar dapat menempuh pendidikan yang anda harapkan? Jawab: Belajar yang rajin. Bisa lulus SMP dengan nilai yang bagus dan diterima di SMK.
9. Pendidikan terakhir anda apa ? Jawab: Lulus SD. Sekarang kelas 3(tiga) SMP.
10. Apa faktor pendorong anda untuk mewujudkan aspirasi anda? Jawab: Nanti setelah lulus SMP, banyak teman saya yang ingin melanjutkan ke SMK. Jadi temannya banyak dari daerah sini.
11. Apa kesulitan anda dalam mewujudkan aspirasi anda? Jawab: Bapak menginginkan saya bisa kuliah mas. Tetapi saya lebih berminat masuk SMK saja.
132
G. Transkrip VII Nama
: Ega Pratiwi (Mariani)
Umur
: 15
Sekolah
: SMP N 4 Satu Atap Kismantoro
1. Seberapa penting arti pendidikan bagi kehidupan anda? Apa alasan anda? Jawab: Penting mas. Supaya jadi orang yang lebih baik dari sebelumnya.
2. Bagaimana
tanggapan
lingkungan
anda
terhadap
pentingnya
pendidikan? Jawab: Kurang tau mas. Tetapi yang jelas teman SD saya dulu sampai sekarang semuanya bersekolah jadi satu sekolahan.
3. Anda berharap anda menempuh pendidikan sampai jenjang apa? Jawab: Belum tau mas. Tapi sepertinya setelah lulus bisa masuk ke SMK.
133
4. Mengapa anda berharap dapat menempuh pendidikan sampai jenjang tersebut ? Jawab: Supaya seperti teman-teman yang lain. Teman-teman saya sepertinya banyak yang berniat melanjutkan ke SMK.
5. Apa harapan anda setelah anda selesai menempuh pendidikan yang anda harapkan? Jawab: Harapannya setelah lulus SMK bisa langsung bekerja dan dapat penghasilan sendiri.
6. Mengapa anda harus mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut? Jawab: Agar saya punya keterampilan dan bisa bekerja jadinya bisa mandiri.
7. Apakah anda yakin bahwa anda dapat menempuh jenjang pendidikan sesuai dengan yang anda harapkan? Jawab: Yakin bisa sekolah sampai SMK.
134
8. Bagaimana usaha anda agar dapat menempuh pendidikan yang anda harapkan? Jawab: Usahanya belajar yang rajin supaya bisa diterima di SMK mas.
9. Pendidikan terakhir anda apa ? Jawab: Sekarang saya kelas 3 SMP.
10. Apa faktor pendorong anda untuk mewujudkan aspirasi anda? Jawab: Orang tua selalu mendukung saya mas. Membiayai saya dan memberikan uang saku. Kadang-kadang mengingatkan saya untuk mengerjakan pekerjaan rumah.
11. Apa kesulitan anda dalam mewujudkan aspirasi anda? Jawab: Faktor biaya yang jelas dan juga jarak antara sekolahan dan rumah cukup jauh dan jalannya sulit. Jika tidak ada transportasi cukup sulit juga untuk bisa sekolah.
135
H. Transkrip VIII Nama
: Julia Nurmaya Sari (Marino/Tumini)
Umur
: 16
Sekolah
: SMA N 1 Nawangan
1. Seberapa penting arti pendidikan bagi kehidupan anda? Apa alasan anda? Jawab: Sangat penting. Supaya lebih pintar dan pengetahuannya banyak. Jika pendidikannya rendah nantinya juga susah mencari pekerjaan.
2. Bagaimana
tanggapan
lingkungan
anda
terhadap
pentingnya
pendidikan? Jawab: Bagus mas. Rata-rata lingkungan saya sudah lulusan SMK. Tapi ada juga yang hanya sampai SMP. Yang hanya lulusan SD sudah tidak ada sepengetahuan saya.
3. Anda berharap anda menempuh pendidikan sampai jenjang apa? Jawab: Penginnya bisa kuliah jika ada biaya. Seandainya tidak bisa ya sampai SMK saja.
136
4. Mengapa anda berharap dapat menempuh pendidikan sampai jenjang tersebut ? Jawab: Supaya dapat pekerjaan yang layak mas nantinya. Sebenarnya SMK juga cepat dapat pekerjaan mas. Sudah banyak lulusan SMK dilingkungan saya yang cepat bekerja.
5. Apa harapan anda setelah anda selesai menempuh pendidikan yang anda harapkan? Jawab: Semisal setelah lulus kuliah nantinya ingin langsung dapat pekerjaan. Supaya tidak menganggur lama-lama jadi bisa bantu orang tua menyekolahkan adik saya.
6. Mengapa anda harus mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut? Jawab: Karena jika bisa sekolah sampai tinggi nantinya mudah dapat pekerjaan. Bisa meningkatkan taraf hidup juga.
137
7. Apakah anda yakin bahwa anda dapat menempuh jenjang pendidikan sesuai dengan yang anda harapkan? Jawab: Yakin mas. Nanti setelah lulus harapan saya bisa pergi ke kota mencari tempat kuliah yang waktunya bisa dibagi untuk bekerja.
8. Bagaimana usaha anda agar dapat menempuh pendidikan yang anda harapkan? Jawab: Belajar yang rajin supaya nilainya bagus dan bisa lulus. Siapa tau nanti mendapat bantuan atau beasiswa untuk meneruskan kuliah.
9. Pendidikan terakhir anda apa ? Jawab: Pendidikan terakhir saya SMP. Di SMP 4 Satap(Satu Atap) Kismantoro
10. Apa faktor pendorong anda untuk mewujudkan aspirasi anda? Jawab: Orang tua selalu memberikan uang saku dan memberikan sarana penunjang untuk sekolah seperti tas, sepatu, seragam dan lainnya. Untungnya selama SMK ini saya mendapat bantuan biaya sekolah dari pemerintah. Jadi bisa sedikit mengurangi beban orang tua saya.
138
11. Apa kesulitan anda dalam mewujudkan aspirasi anda? Jawab: Faktor ekonomi keluarga mas. Bapak dan ibu saya hanya buruh. Jadi saya rasa untuk membiayai saya sampai kuliah akan kesulitan
139
Lampiran 6. Data Desa Bugelan
Data Desa Bugelan A. Perangkat Desa Bugelan Adapun data Peragkat Desa Bugelan Tahun 2015 adalah sbb :
NO
NAMA
1
Paryanto
2
Nyono
3 4
Sido
5
Sukiman
JABATAN
ALAMAT
Kepala Desa
Bugelan
Sekretaris Desa
Bugelan
Kaur Pemerintahan
Kosong
Kaur. Keuangan
Waru
Kaur. Ekbang
Setren
Kadus
Waru
6 7
Sugiyono
Kadus
Bugelan
8
Warmin
Kadus
Cabol
9
Bejan
Kadus
Setren
10
Tumiran
Kaur. Kessos
Bugelan
LUAS BENKOK ( Ha )
B. Geografis Desa Bugelan 1. Adapun batas Wilayah Desa Bugelan terdiri atas : a. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ngromo dan Pakis Baru. b. Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Ngroto. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Brenggolo. d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Plosorejo.
140
2. Wilayah Desa Bugelan terbagi 4 Dusun: a. Dusun Waru terdiri 6 RT 2 RW b. Dusn Bugelan terdiri 11 RT 3 RW c. Dusun Cabol Terdiri 5 RT 2 RW d. Dusun Setren terdiri 6 RT 2 RW
3. Luas Wilayah Desa Bugelan keseluruhan : 780,7045 Hektar dengan rincian sebagai berikut : a. Tanah Sawah seluas
: 81 ,7310 Ha
b. Tanah Sawah Tadah Hujan
: 81, 7310 Ha
c. Tanah Tegalan
: 212, 1745 Ha
d. Tanah Pekarangan
: 292, 2650 Ha
e. Tanah Kering
: 692, 9735 Ha
f. Tanah Hutan
: 176, 0340 Ha
g. Tanah Lain Kuburan, jalan
: 18, 5000 Ha
141
C. Kependudukan Desa Bugelan Adapun perhitungan jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Umur dan jenis Kelamin dengan rincian sebagai berikut : 1. Jumlah Penduduk Desa Bugelan Mnurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin a. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur No Umur 1 2 3 4 5 6 7
Laki-Laki
Perempuan
0 Sampai 6 Th 7 Sampai 12 Th 13 Sampai 18 Th 24 Sampai 29 Th 25 Sampai 55 Th 56 Sampai 79 Th 80 Tahun ke atas Jumlah
Jumlah
163 211 217 239 234 226 102
158 113 126 207 222 211 89
321 324 343 446 456 437 191
1392
1.126
2518
Perempuan 129 118 137 141 131 125 117 126 163 1187
Jumlah 270 235 276 278 269 254 253 235 342 2412
b. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Umur 0 Sampai 4 Th 5 Sampai 9 Th 10 Sampai 14 Th 15 Sampai 19 Th 20 Sampai 24 Th 25 Sampai 29 Th 30 Sampai 39 Th 40 Sampai 49 Th 50 Sampai 59 Th Jumlah
Laki-Laki 141 117 139 137 138 129 136 119 179 1235
142
2. Jumlah Penduduk menurut Kewarganegaraan : a. Jumlah WNI Laki-laki : 2.116 b. Perempuan
: 2142
Jumlah
: 4258
3. Jumlah Penduduk Menurut Agama a. Islam
: 4256, ORANG
b. Kristen
:-
c. Katolik
:-
d. Hindu
:-
e. Budha
:2
4. Banyaknya Kejadian: a. Nikah
: 35
b. Talak/Cerai
:
c. Rujuk
: -
d. Lahir
: 52
e. Mati
: 19
f. Pindah
: 19
g. Datang
: 19
h. KB ( Keluarga berencana)
:
143
4
5. Data Kesehatan Desa Bugelan a. Jumlah Pos/ Klinik KB
:-
b. Jumlah Pasangan Usia Subur
: 826 Pasang
c. Jumlah PUS masuk KB
: 743 Pasang
d. Jumlah Posyandu
:4
e. IUD
: 189 Orang
f. Suntik
: 422 Orang
g. MOW
: 25 Orang
h. MOP
: 24 Orang
i. Kondom
:-
j. IMPLAN
: 83 Orang
k. Pil
: 45 Orang
l. Cacat Fisik
: 17
m. Cacat Mental
: 13
Orang
4. Data Penduduk Menurut Pendidikan a. Tamat Akademi/Perguruan tinggi
:
21 Orang
b. Tamat SLTA
:
189 Orang
c. Tamat SLTP
:
482 Orang
d. Tamat SD
: 2989 Orang
e. Tidak Tamat SD
:
88 Orang
f. Belum Tamat SD
:
457 Orang
144
Lampiran 7. Foto Penelitian A. SD N III Bugelan
B. Gerbang SD N II Bugelan
145
C. Ruangan Balai Desa Bugelan
D. Ruangan Balai Desa yang Sedang Direnovasi
146
E. Balai Desa Bugelan
F. Jalan Desa Bugelan
147
G. Pelaksanaan Wawancara di Rumah Ibu MR dan EG
H. Pelaksanaan Waancara di Rumah Ibu TM dan JL
148
Lampiran 8. Surat Keputusan Bupati Wonogiri
149
150
151
152
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian
153
154
155
156
157