ASPEK PERLINDUNGAN
JENIS: TEMBESU BAMBANG LANANG KAYU BAWANG GELAM
Aspek Perlindungan 2011 31
Program Judul RPI Koordinator RPI Judul Kegiatan Sub Judul Kegiatan Pelaksana Kegiatan
: Pengelolaan Hutan Tanaman : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan : Drs. Riskan Efendi, MSc. : Teknik Budidaya Tembesu : Aspek Perlindungan : Ir. Asmaliyah, M. Sc Nesti Andriyani
ABSTRAK Salah satu permasalahan yang sering dihadapi dalam pembangunan hutan tanaman adalah adanya serangan hama dan penyakit. Akibat serangan hama dan penyakit dapat merugikan secara ekonomis. Oleh karena itu kegiatan pengendalian krusial untuk dilakukan. Untuk itu perlu dukungan research karena informasi mengenai jenis hama dan penyakit serta teknik pengendaliannya pada tanaman tembesu belum ada. Mengacu pada keterangan tersebut di atas, maka pada tahun 2011 ini telah dilakukan beberapa kegiatan, yaitu: 1) mengkaji berbagai pengaruh teknik silvikultur (berupa teknik pemangkasan dan teknik penjarangan) terhadap serangan hama dan penyakit, dan 2) pengujian efektivitas beberapa bioinsektisida terhadap rayap Nasutitermes matangensis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Jenis hama dan penyakit yang ditemukan pada tanaman tembesu pada perlakuan pemangkasan dan penjaranagan adalah hama rayap, penggerek batang, penyakit bercak daun yang disebabkan oleh cendawan Diplodia mutila dan Curvularia sp., 2) perlakuan intensitas pemangkasan sebesar 70% paling efektif dalam menekan luas serangan dan tingkat kerusakan tanaman, 3) perlakuan penjarangan belum berpengaruh nyata dalam menekan serangan hama dan penyakit, dan 4) Insektisida mikroba berbahan aktif cendawan Metarrhizium anisopliae paling efektif dalam menyebabkan kematian rayap dengan persentase kematian sebesar 66%, Kata Kunci : hutan tanaman, hama, penyakit, pemangkasan, penjarangan, bioinsektisida A. Latar Belakang Salah satu kendala teknis yang sering dihadapi dalam pembangunan hutan tanaman adalah ancaman adanya serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit ini dapat menyebabkan kerugian secara ekonomis. Untuk mengantisipasi agar kondisi ini tidak terjadi, tindakan pengendalian sudah harus dilakukan. Tindakan pengendalian akan berhasil dan efektif, apabila jenis serangga hama dan patogen penyebab, luas serangan dan tingkat kerusakan tanaman diketahui. Hasil penelitian sebelumnya telah diketahui jenis hama dan penyakit serta luas serangan dan intensitas serangannya pada berbagai hutan tanaman tembesu di Sumbagsel. Satu diantaranya adalah jenis rayap Nasutitermes
Aspek Perlindungan 2011 32
matangensis (Isoptera; Termitidae), merupakan jenis hama yang paling luas serangan dan paling berat kerusakannya. Oleh karena itu perlu segera dicari solusi untuk penanggulangannya. Sedangkan jenis hama dan penyakit lainnya, tingkat kerusakannya masih kategori serangan sedang. Namun demikian cara pengendaliannya tetap harus diketahui untuk mengantisipasi agar serangan hama dan penyakit tersebut tidak sampai merugikan secara ekonomis. Untuk itu perlu diketahui faktor-faktor yang dapat menekan serangan hama dan penyakit tersebut.. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada tahun 2011 telah dilakukan kegiatan penelitian berupa kajian beberapa teknik silvikultur terhadap serangan hama dan penyakit dan pengujian efektivitas beberapa bioinsektisida terhadap rayap N. matangensis. Data dan informasi ini diperlukan untuk merancang suatu model Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang efektif, efisien dan aman. B. Tujuan dan Sasaran Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknik PHT yang efektif, efisien dan berwawasan lingkungan, yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk kegiatan pengendalian dalam rangka pengelolaan hutan tanaman, khususnya kayu tembesu. Sedangkan sasaran dari kegiatan penelitian adalah: 1) Tersedianya data dan informasi pengaruh beberapa teknik silvikultur (pemangkasan dan penjarangan) terhadap serangan hama dan penyakit, 2) Tersedianya data dan informasi cara pengendalian rayap yang efektif dalam skala laboratorium C. Metode Penelitian 1. Kajian Pengaruh Teknik Pemangkasan Terhadap Serangan Hama dan Penyakit Kegiatan ini dilakukan di KHDTK Benakat pada plot uji coba pengaruh teknik pemangkasan terhadap pertumbuhan tembesu seluas 0,2 ha, dengan perlakuan pemangkasan 0%, 40%, 50%, 60% dan 70%. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Pengumpulan data dilakukan secara sensus dengan parameter pengamatan berupa jenis hama dan penyakit yang menyerang; luas serangan (persentase serangan) dan tingkat kerusakan tanaman; serta bentuk kerusakan atau gejala serangan 2.
Kajian Pengaruh Teknik Penjarangan Terhadap Serangan Hama dan Penyakit Kegiatan ini dilakukan juga di KHDTK Benakat pada plot uji coba pengaruh teknik penjarangan terhadap pertumbuhan tanaman tembesu. Perlakuan penjarangan berupa: pada jarak tanam 3 x 2 m, perlakuan penjarangan secara untuwalang, tebang baris dan kontrol; Masing-masing perlakuan di ulang 3 kali. Pengumpulan data dilakukan secara sensus dengan parameter pengamatan berupa: jenis hama dan penyakit yang menyerang; luas serangan dan tingkat kerusakan tanaman; serta bentuk kerusakan atau gejala serangan
Aspek Perlindungan 2011 33
3.
Pengujian Efektivitas Beberapa Bioinsektisida Nasutitermes matangensis Di Laboratorium
Terhadap
Rayap
Pengujian menggunakan beberapa macam insektisida, yaitu insektisida mikroba berbahan aktif cendawan Metarrhizium anisopliae (Biometeor); insektisida mikroba berbahan aktif bakteri Bacillus thuringiensis (Bactospeine); insektisida nabati (Rimau, Mindi, Bawang, dll) dan insektisida kimia (sebagai pembanding). Pengujian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 ulangan. Setiap ulangan menggunakan 10 ekor rayap. Variabel pengamatan berupa: mortalitas (persentase rayap yang mati), waktu kematian dan gejala yang tampak pada rayap yang mati serta perilaku rayap yang terpapar bioinsektisida. D. Analisis Data 1.
Identifikasi Hama dan Penyakit Untuk mengetahui jenis hama dan penyakit yang menyerang akan dilakukan kegiatan identifikasi, karena kegiatan ini merupakan kunci awal keberhasilan kegiatan pengendalian. Kesalahan dalam melakukan identifikasi akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan cara pengendalian yang tepat. Identifikasi akan dilakukan di Museum zoology LIPI di Bogor. 2.
Pengamatan Persentase Serangan dan Tingkat Kerusakan Tanaman Persentase serangan (P) dihitung dengan menggunakan rumus:
P=
Jumlah tanaman yang terserang dalam suatu petak ukur Jumlah seluruh tanaman dalam suatu petak ukur
Untuk penghitungan tingkat kerusakan tanaman (I) menggunakan rumus: Jumlah daun yang terserang dalam satu pohon I= Jumlah seluruh daun dalam satu pohon
dilakukan
X 100 % dengan X 100 %
Untuk klasifikasi tingkat kerusakan tanaman menggunakan kriteria Unterstenhofer (1963) Tabel 1. Klasifikasi tingkat kerusakan daun yang disebabkan oleh hama Tingkat Kerusakan Sehat Ringan Agak berat Berat Sangat berat
Tanda kerusakan yang terlihat pada daun -
Permukaan atau jumlah daun rusak 5 % Permukaan atau jumlah daun rusak antara 5-25 % Permukaan atau jumlah daun rusak antara 26-50 % Permukaan atau jumlah daun rusak antara 51-75 % Permukaan atau jumlah daun rusak antara >76% Pohon gundul/hampir gundul
Nilai 0 1 2 3 4
Aspek Perlindungan 2011 34
Tabel 2. Klasifikasi tingkat kerusakan batang yang disebabkan oleh hama Tingkat Kerusakan Sehat Ringan Agak berat Berat Sangat berat Gagal
Tanda kerusakan yang terlihat pada tanaman - Batang rusak 0 % - Batang rusak antara 1 % - 20 % - Batang rusak antara 20,1 % - 40 % - Batang rusak antara 40,1 % - 60 % - Batang rusak antara 60,1 % - 80 % - Batang rusak di atas 80 % - Pohon tumbang/patah/mati
Nilai 0 1 2 3 4 5
Tabel 3. Klasifikasi tingkat kerusakan daun yang disebabkan oleh penyakit Tingkat Kerusakan Sehat Ringan Agak berat Berat Sangat berat Gagal
Tanda kerusakan yang terlihat pada tanaman
Nilai
Tidak ada serangan/daun sehat Permukaan daun terserang ≤ 10% Permukaan atau jumlah daun yang terserang antara 11-30 % Permukaan atau jumlah daun yang terserang antara 31-50 % Permukaan atau jumlah daun yang terserang antara 51 % 80 % - Jumlah daun yang terserang di atas 80 % atau - Daun kering dan tanaman mati
0 1 2 3 4 5
E. Hasil Yang Dicapai 1.
Kajian Pengaruh Teknik Pemangkasan Terhadap Serangan Hama dan Penyakit Jenis hama yang ditemukan adalah: rayap dan penggerek batang. Sedangkan penyakit yang ditemukan adalah: penyakit bercak yang disebabkan oleh cendawan Diplodia mutila dan Curvularia sp. (Gambar 1). Luas serangan rayap 0,74% (tanpa pemangkasan), 2,86% (pemangkasan 40%), 2,97% (pemangkasan 50%), 0,85% (pemangkasan 60%) dan 0% (pemangkasan 70%). Luas serangan penggerek batang 7,02% (tanpa pemangkasan), 1,37% (pemangkasan 40%), 8,97% (pemangkasan 50%), 0% (pemangkasan 60% dan 70%. Luas serangan dan tingkat kerusakan tanaman akibat serangan penyakit bercak yang disebabkan D. mutila adalah: 83,33%/36,34% (tanpa pemangkasan), 92,86%/53,06% (pemangkasan 40%), 100%/49,03% (pemangkasan 50%), 90,44%/36,96% (pemangkasan 60%), dan 88,44%/29,7% (pemangkasan 70%), secara tabulasi belum ada perbedaan yang nyata. Luas serangan dan intensitas serangan penyakit bercak yang disebabkan Curvularia sp. adalah: 46,95%/8,61% (tanpa pemangkasan), 14,66%/14,20% (pemangkasan 40%), 12,72%/4,97% (pemangkasan 50%), 11,61%/12,67% (pemangkasan 60%), dan 9,88%/10,95%
Aspek Perlindungan 2011 35
(pemangkasan 70%). Secara tabulasi perlakuan pemangkasan 70% paling rendah serangan hama dan penyakitnya 2.
Kajian Pengaruh Teknik Penjarangan Terhadap Serangan Hama dan Penyakit
Jenis hama yang ditemukan adalah: rayap, penggerek batang. Sedangkan penyakit yang ditemukan adalah: penyakit bercak yang disebabkan oleh cendawan Diplodia mutila dan Curvularia sp. Luas serangan rayap 5,73% (kontrol), 7,81% (tebang baris), dan 13,65% (untu walang). Luas serangan penggerek batang 5,73% (kontrol), 11,46% (tebang baris) dan 13,73% (untu walang). Luas serangan dan intensitas serangan penyakit bercak yang disebabkan D. mutila: 75,86%/ 39,48% (kontrol), 68,75%/38,25% (tebang baris), 70,48%/39,57% (untu walang). Luas serangan dan intensitas serangan penyakit bercak yang disebabkan Curvularia sp.: 34,80%/20,59% (kontrol), 27,53%/10,51% (tebang baris), 1,75%/2,5% (untu walang). Secara tabulasi perlakuan penjarangan belum berpengaruh nyata dalam menekan serangan hama dan penyakit. 3.
Pengujian Efektivitas Beberapa Bioinsektisida Nasutitermes matangensis Di Laboratorium
Terhadap
Rayap
Sampai hari ke-6 setelah aplikasi penyemprotan: Insektisida mikroba berbahan aktif cendawan Metarrhizium anisopliae dapat menyebabkan kematian rayap sebesar 66%, ekstrak air daun rimau (Toona sp.) sebesar 30%, ekstrak air ranting rimau sebesar 40%, esktrak air daun mindi sebesar 48%, ekstrak air daun kayu bawang sebesar 30% dengan kematian perlakuan kontrol sebesar 0%.
a
b
c
d
Gambar 1. a= kerusakan akibat serangan ulat daun, b= ulat daun, c= hama penggerek batang, d= kerusakan akibat serangan hama penggerek batang F. Kesimpulan 1.
2.
Jenis hama dan penyakit yang ditemukan pada tanaman tembesu pada perlakuan pemangkasan dan penjaranagan adalah hama rayap, penggerek batang, penyakit bercak daun yang disebabkan oleh cendawan Diplodia mutila dan Curvularia sp Secara tabulasi perlakuan intensitas pemangkasan sebesar 70% paling efektif dalam menekan luas serangan dan tingkat kerusakan tanaman. Aspek Perlindungan 2011 36
3. 4.
Secara tabulasi perlakuan penjarangan belum berpengaruh nyata dalam menekan serangan hama dan penyakit. Insektisida mikroba berbahan aktif cendawan Metarrhizium anisopliae paling efektif dalam menyebabkan kematian rayap dengan persentase kematian sebesar 66%, dengan kematian kontrol sebesar 0% pada hari ke enam setelah aplikasi perlakuan penyemprotan langsung ke tubuh.
Aspek Perlindungan 2011 37
Program Judul RPI Koordinator RPI Judul Kegiatan Sub Judul Kegiatan Pelaksana Kegiatan
: Pengelolaan Hutan Tanaman : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan : Drs. Riskan Efendi, MSc. : Teknik Budidaya Jenis Bambang Lanang : Aspek Perlindungan : Andika Imanullah, S.Si
Abstrak Bambang Lanang (Michelia champaca L.) adalah salah satu jenis tanaman kehutanan unggulan lokal di Sumatera Selatan. Tetapi Pembangunan tanaman hutan khususnya tegakan Bambang Lanang sering kali terkendala serangan hama dan penyakit. Untuk mengantisipasi timbul dan berkembangnya gangguan hama dan penyakit pada tanaman Bambang Lanang maka diperlukan kegiatan pencegahan dan pengendalian. Penelitian ini dilakukan tahun 20101 untuk identifikasi, serta inventarisasi hama dan penyakit, untuk mendapatkan jenis hama dan penyakit yang potensial pada tanaman Bambang Lanang. Penelitian bertujuan mendapatkan teknik PHT yang efektif, Sasaran dari kegiatan penelitian adalah mendapatkan jenis hama dan penyakit yang potensial dan pengaruh teknik silvikultur yang diterapkan terhadap serangan hama dan penyakit. Lokasi penelitian dilakukan di beberapa desa di kabupaten Lahat, Empat Lawang dan Kota Pagaralam Provinsi Sumatera Selatan. hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah hama yang didapatkan yaitu Dari pengamatan yang dilakukan pada tegakan Bambang Lanang ditemukan beberapa hama dan penyakit yang potensial antara lain Kumbang (coleoptera), Dan ulat. Penyakit yang menyerang Tanaman Bambang Lanang antara lain Embun jelaga, Karat daun,dan Bercak coklat. Kata Kunci : Bambang Lanang, Hama, Penyakit, Pola Campuran, teknik silvikultur. A. Latar Belakang Bambang Lanang (Michelia champaca L.) adalah salah satu jenis tanaman kehutanan unggulan lokal di Sumatera Selatan, manfaatnya sebagai bahan bangunan. Pertumbuhannya cepat dan kayunya berkualitas kelas kuat II (Adelina, 2008). Jenis ini telah lama digunakan sebagai bahan bangunan oleh masyarakat setempat karena kayunya yang kuat dan awet (Winarno, 2008). Bambang Lanang merupakan pohon lokal yang dikembangkan melalui kegiatan hutan rakyat dapat ikut berperan dalam penyediaan kayu di tanah air (Lukman, 1999). Tetapi Pembangunan tanaman hutan khususnya tegakan Bambang Lanang sering kali terkendala serangan hama dan penyakit. Kendala ini acapkali disebabkan oleh penanaman monokultur yang hanya satu jenis tanaman. Serangan hama dan penyakit ini bila tidak ditangani bisa mengganggu sampai ke taraf ekonomi. Pada serangan yang berat, serangan hama dan penyakit dapat Aspek Perlindungan 2011 38
menyebabkan kematian tanaman, kondisi yang ringan pertumbuhan tanaman dapat terganggu. Untuk mengantisipasi timbul dan berkembangnya gangguan pada tanaman maka diperlukan kegiatan pencegahan dan pengendalian. Kegiatan pencegahan dan pengendalian akan efektif apabila jenis pengganggunya telah diketahui (Asmaliyah et al, 2007), dengan cara mengidentifikasi dan mencari tahu aspek biologi dan ekologi pada hama dan penyakit, Tingkat serangan perlu juga diketahui untuk menentukan status serangan hama serta pengaruh dari silvikultur Bambang Lanang terhadap hama dan penyakit. Sehubungan dengan hal itu maka tahun 2011 kegiatan aspek perlindungan bambang lanang ini melakukan identifikasi dan inventarisasi hama dan penyakit, untuk mendapatkan jenis hama dan penyakit yang potensial pada tanaman Bambang Lanang. Dampak pengendalian pada teknik silvikultur sehingga didapatkan informasi awal tentang rancangan model Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Bambang Lanang. B. Tujuan dan Sasaran Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik PHT yang efektif, efisien dan berwawasan lingkungan dapat digunakan sebagai untuk kegiatan pengendalian dalam rangka pengelolaan hutan tanaman, khususnya kayu pertukangan. Sasaran dari kegiatan penelitian adalah : 1) untuk mendapatkan jenis hama dan penyakit yang potensial pada tanaman Bambang Lanang di berbagai hutan tanaman, di Sumatera Selatan dan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya hama tersebut, 2) untuk mengetahui pengaruh teknik silvikultur yang diterapkan terhadap serangan hama dan penyakit. C. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di beberapa desa di kabupaten Lahat, OKU Selatan dan Kota Pagaralam Provinsi Sumatera Selatan, 2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan hutan tanaman Bambang Lanang, alkohol, cat, kayu sento, papan, paku, thinner, kertas label, kawat tembaga, air atau aquadest, serangga hama, kertas roti, kertas saring, kapas, tally sheet, dan lain-lain. Sedangkan alat yang digunakan adalah hand counter, caliper, meteran, galah, kotak plastik, ice box, kuas, spidol permanen, ember, pipet, pinset, masker, kompor, timbangan, hand counter, hand sprayer, tali plastik, kamera, alat-alat tulis, dan lain-lain.
Aspek Perlindungan 2011 39
3. Prosedur Kerja 1) Inventarisasi dan Identifikasi Hama & Penyakit Kegiatan ini dilakukan dengan cara membuat petak/plot pengamatan pada areal tanaman yang terserang, baik di skala lapangan maupun persemaian yang luasannya diambil 10 % dari luasan seluruh areal yang terserang atau di areal seluas 1 – 3 ha. Dan dilakukan dengan cara wawancara (data sekunder) dan pengamatan langsung. Parameter yang diamati adalah jenis hama yang menyerang, bentuk kerusakan, bagian tanaman yang terserang, persentase serangan dan tingkat kerusakan tanaman. Identifikasi hama dilakukan dengan mengumpulkan, telur, ulat, pupa dan atau imago. Identifikasi penyakit dengan mengumpulkan bagian tanaman yang diserang. Identifikasi akan dilakukan di Pusat Penelitian Biologi Bagian Zoologi LIPI di Bogor. 2) Penghitungan tingkat Kerusakan tanaman Persentase serangan hama dan penyakit (P) dihitung dengan cara menghitung jumlah pohon yang terserang dalam suatu petak ukur, dibagi jumlah pohon yang terdapat dalam suatu petak ukur di kali 100 persen. Penghitungan tingkat kerusakan tanaman (I) dilakukan menurut kriteria Unterstenhofer, 1963 dalam Djunaedah, 1994. dengan sedikit modifikasi. 3) Analisis data Analisis data dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang diterapkan terhadap parameter yang diamati dengan analisis sidik ragam dengan menggunakan sintesa uji F. Apabila hasil analisis menunjukkan perbedaan yang nyata, dilanjutkan dengan uji DMRT untuk membedakan rata-rata perlakuan yang diuji. Untuk memperoleh homogenitas varians semua data persentase ditransformasikan ke nilai arcsin √% (Gasperz, 1991). D. Hasil yang telah dicapai Dari pengamatan yang dilakukan pada tegakan Bambang Lanang ditemukan beberapa hama dan penyakit yang potensial yaitu : Tahun 2010 Hasil penelitian tahun 2010 di temukan hama dan penyakit yang menyerang bambang lanang : Ditemukan hama yang menyerang bambang lanang a). dari ordo coleoptera yaitu famili Scarabalidae spesies Adoretus sp, famili Lagriidae Spesies, famili Chrysomelidae spesies Aulexis sp, famili Chrysomelidae spesies Aulacophora. Kumbang menyerang tanaman bambang lanang rata-rata pada stadia imago. b). hama kepik yang menyerang bambang lanang. 3 jenis kepik yang ada di tanaman Bambang Lanang yaitu Pentatomidae, Mitilidae, dan Coreidae. Dilihat dari gejala yang ditimbulkannya kepik menghisap cairan yang ada didaun menyebabkan daun keriting, kaku dan akhirnya gugur. c). Juga ditemukan serangan ulat yang menyerang bambang lanang antara lain : 1. Ulat daun: Ulat
Aspek Perlindungan 2011 40
daun ini menyerang daun muda dan tua. Bila menyerang biasanya ulat memakan daging daun dan hanya meninggalkan rangka daun atau daun menjadi lebih transparan. Daun pun menjadi coklat. 2. Ulat Kuning : ulat ini menyerang daun bambang lanang yaitu dengan masuk ke bagian daun, membuat selaput tipis pada daun dan memakan daging daun dan menyebabkan daun yang tersisa hanya urat daun / rangka daun. 3. Ulat Kantong : gejala serangan ulat kantong pada bambang lanang yaitu ulat kantong ini memakan daun sehingga daun menjadi berlubang dan berwarna kecoklatan. Penyakit yang menyerang Bambang Lanang yaitu a). Embun jelaga : Penyakit embun jelaga menyerang daun Bambang Lanang di enam lokasi pengamatan, juga menyerang ranting batang. Bagian tanaman yang terserang kelihatan dilapisi oleh kumpulan jamur berwarna hitam. Pada musim kering kumpulan jamur mudah terkelupas dan diterbangkan oleh angin kepada tanaman yang sehat. b). Karat Daun : Karat daun tidak terlalu banyak ditemukan pada Bambang Lanang, Tanaman Bambang Lanang yang terserang Karat yaitu adanya bercak-bercak berwarna kuning muda pada sisi bawah daunnya, kemudian berubah menjadi kuning tua.Di bagian ini terbentuk tepung berwarna jingga cerah (oranye). c). Bercak coklat : Penyakit bercak coklat ini di temukan hampir disemua lokasi pengamatan. Di daun Bambang lanang terdapat beberapa bulat berwarna coklat. Bercak berkembang melebar membentuk bulat, bulat panjang warna tengah coklat muda warna tengah coklat terang. Selanjutnya daun berwarna kuning dan akhirnya gugur. Tahun 2011 A. Inventarisasi hama dan penyakit 1. Hama Berdasarkan hasil pengamatan pada beberapa lokasi Bambang Lanang di Kabupaten Lahat, OKU Selatan dan Muara Enim ditemukan beberapa jenis hama, antara lain : a. Ulat Kuning Ulat ini disebut ulat kuning karena tubuh ulat berwarna kekuningan dan ulat ini juga membuat selaput pada daun bambang lanang berwarna kuning. Ulat ini menyerang daun bambang lanang yaitu serangga dewasa memasukkan telurnya ke lapisan epidermis, daun setelah telur menetas dan menjadi ulat di lapisan epidermis daun ulat tersebut membuat lapisan tipis yang berwarna kuning. Gejala sserangannya yaitu lapisan daun lunak dimakan, bekas gerekannya agak kasar, selanjutnya daun bekas serangan itu mengering, akibatnya daun menjadi berlubang. Serangan ulat ini dominan menyerang tanaman bambang lanang, bisa dilihat dari luas serangan mencapai 91,11 % dan intensitas serangannya 16,22 termasuk dalam katagori ringan. Berdasarkan identifikasi, ulat ini adalah jenis dari sub family Pyraustinae, family Crambidae, ordo .
Aspek Perlindungan 2011 41
b. Ulat hijau (Graphium Agamemnon L.) Ulat ini bentuknya seperti kerucut, pada waktu masih muda (instar awal), tubuh berwarna coklat dengan potongan berwarna putih dan dada berpunuk. Terdapat duri di sisi kanan dan kiri, dan ekornya terdapat sepasang duri (gambar 2a). Ulat sudah mencapai instar yang tinggi seluruh tubuhnya berwarna hijau. Ulat ini menyerang daun muda dengan cara memakan daun mulai dari bagian pinggir daun. Akibat serangannya daun menjadi rusak atau beberapa bagian dari daun hilang. Berdasarkan indentifikasi, ulat ini adalah Graphium agamemnon (L.), yang termasuk famili Papilionidae, Ordo Lepidoptera. c. Kumbang Berdasarkan hasil Identifikasi jenis kumbang yang menyerang dan memakan daun Bambang lananmg adalah jenis Aulexis sp yang termasuk famili Chrysomelidae, ordo coleoptera dan kumbang dari famili Anobiidae ordo Coleoptera. Serangan kumbang hampir ditemui di seluruh areal tanaman Bambang Lanang yang ada di Kabupaten Lahat, OKU Selatan dan Muara Enim. Serangan kumbang dominan ditemukan di hampir seluruh areal tanaman Bambang Lanang, dapat dilihat dari luas serangan kumbang rata-rata mencapai 96,52 % dan intensitas serangan mencapai 24,77 % sudah termasuk katagori agak berat. 2. Penyakit a. Embun jelaga Embun jelaga menyerang bagian bawah permukaan daun, bagian tanaman yang terserang kelihatan dilapisi oleh kumpulan jamur berwarna hitam. Embun jelaga meyerang bambang lanang dengan luasan serangan 92,5 % dengan tingkat serangan katagori ringan yaitu 11,57 %. Gejala penyakit embun jelaga ini berupa lapisan jamur berwarna hitam pada permukaan atas daun. Pada serangan awal, jamur membentuk lingkaranlingkaran konsentris yang tipis dan kemudian melebar, bersatu dan secara bersama-sama menebal menutupi seluruh permukaan daun. b. Karat Daun Tanaman Bambang Lanang yang terserang Karat yaitu adanya bercak-bercak berwarna kuning muda pada sisi bawah daunnya, kemudian berubah menjadi kuning tua. Di bagian bercak membentuk tepung berwarna jingga cerah (oranye). Intensitas serangan karat daun 17,46 % dengan luas serangan mencapai 100 % , disetiap lokasi yang ada serangan karat daun hanya ditemui satu pohon yang terserang, serangan karat daun pada bambang lanang belum mengganggu pertumbuhan bambang lanang tapi perlu diwaspadai serangan karat daun. c. Bercak coklat Penyakit bercak coklat ini di temukan hampir disemua lokasi pengamatan. Bercak pada daun yang menyerang bambang lanang berbentuk bulat, warna Aspek Perlindungan 2011 42
bulatan tersebut coklat muda dan coklat terang. Selanjutnya daun berubah menajdi warna kuning dan akhirnya gugur. Serangan penyakit bercak coklat ditemukan di hampir seluruh areal tanaman Bambang Lanang, dapat dilihat dari luas serangan bercak coklat rata-rata mencapai 100% dan intensitas serangan mencapai 40,61 % sudah termasuk katagori berat. d. Bercak putih Serangan penyakit bercak putih, luasan serangan penyakit ini menyeluruh di lokasi pengamatan dengan luas serangan 100 %, tingkat serangan yang ditimbulkan oleh penyakit ini sudah termasuk agak berat dimana dari nilai tingkat serangannya sudah mencapai 32,5 %. Serangan penyakit ini ditemukan di empat lokasi pengamatan. Gejala yang terlihat adalah adanya bercak-bercak yang berwarna putih, awalnya sedikit lama kelamaan menyebar di seluruh daun dan dapat menyebabkan daun menjadi busuk. e. Bercak orange Pada gambar di atas terlihat salah satu contoh dari penyakit bercak orange. Gejala yang terlihat adalah adanya bercak-bercak yang berwarna orange, terdapat pada daun-daun tua dan muda, tulang daun primer dan tangkai daun pada permukaan atas dan bawah daun. Bercak-bercak ini awalnya berwarna orange, kemudian berkembang menjadi semakin menebal dan warnanya menjadi agak coklat. Tingkat serangan penyakit ini sudah mencapai 25,63 % dan luas serangannya mencapai 100 %. f. Daun kuning Pada penyakit daun kuning luasan serangan penyakit ini menyeluruh di lokasi pengamatan dengan luas serangan 100 %, tingkat serangan yang ditimbulkan oleh penyakit ini sudah termasuk agak berat dimana dari nilai tingkat serangannya sudah mencapai 46,06 %. Ciri-ciri penyakit ini awalnya terdapat sedikit daun kuning di batang bambang lanang lama kelamaan daun kuning menyebar & akhirnya gugur. B. Tingkat kerusakan tanaman Kerusakan tanaman Bambang Lanang dapat dilihat dari nilai luas serangan dan nilai tingkat serangan hama dan penyakit. Luas serangan hama dan penyakit di tempat pengamatan pada tanaman Bambang Lanang jenis sebagai berikut: 1. Luas serangan hama dan penyakit Pengamatan dan pengambilan data luas serangan hama dan penyakit di setiap areal tegakan Bambang Lanang, dihitung dengan cara menghitung jumlah pohon yang terserang dalam suatu petak ukur, hasil analisa luas serangan di areal tegakan Bambang Lanang selalu ditemui jenis hama dan penyakit, hama dan penyakit yang didapatkan tersebar di suatu areal tegakan Bambang Lanang. Ratarata luas serangan hama dan penyakit rata pada tegakan bambang lanang 90 – 100 %. Aspek Perlindungan 2011 43
2. Tingkat Serangan hama dan penyakit Menurut kriteria Unterstenhofer, hama dan penyakit yang tergolong ringan (Kriteria 5 – 25 %) menyerang adalah rayap, ulat, ulat kuning, karat dan embun jelaga. Hama dan penyakit yang termasuk agak berat (Kriteria 5 – 50 %) menyerang bambang lanang antara lain : Kumbang, daun kuning, bercak orange, bercak putih dan bercak coklat. Hama dan penyakit yang terkatagori agak berat menyerang tanaman bambang lanang karena hampir di setiap tegakan ditemui hama dan penyakit tersebut. pada hama kumbang dan penyakit bercak coklat, juga faktor tempat seperti ketinggian tempat diatas permukaan laut. Begitu juga dengan penyakit bercak coklat namun penyakit bercak coklat ini bukan karena faktor ketinggian, karena penyakit bercak coklat ini selalu ada di setiap areal tegakan. C. Pengaruh teknik silvikultur yang diterapkan terhadap serangan hama dan penyakit. Masyarakat menggunakan menggunakan pola tanam campuran dan hanya beberapa yang menggunakan pola tanam monokultur , Jenis tanaman pertanian seperti kopi, coklat, petai, pisang, duku, aren dan lain-lain umumnya penanamannya dicampurkan dengan Bambang Lanang dengan agroforestry dan Bambang Lanang digunakan sebagai tanaman pagar. Kebun bambang lanang murni dan pola campuran ditemukan serangan hama dan penyakit tetapi tidak sampai mengganggu dan tidak terjadi ledakan hama dan penyakit. Faktor pemeliharaan juga mempengaruhi terhadap hama dan penyakit. Menurut wawancara yang dilakukan dilapangan masyarakat dilokasi pengamatan, pada umumnya memelihara bambang lanang dengan cara manual, sedikit yang menggunakan herbisida. Tanaman bambang lanang secara intensif dipelihara sewaktu tanaman masih muda karena pada umur yang muda bambang lanang masih mudah terserang hama dan penyakit. Bambang lanang yang umurnya lebih dari 5 tahun lebih tahan pada hama dan penyakit. E. Kesimpulan dan Rekomendasi A. Kesimpulan 1. Serangga hama yang potensial menyebabkan kerusakan pada Tanaman Bambang Lanang adalah : a. Kumbang (Coleoptera) famili Chrysomelidae spesies Aulexis sp, dan famili Anobiidae. b. Ulat hijau termasuk famili Papilionidae, Ordo Lepidoptera c. Ulat kuning sub family Pyraustinae, family Crambidae, ordo Lepidoptera 2. Penyakit yang ada pada Tanaman Bambang Lanang antara lain embun jelaga, karat daun, bercak coklat, bercak putih, bercak orange dan daun kuning. 3. Semua jenis hama yang ditemukan merupakan jenis hama pemakan daun dan penyakit yang menyerang juga terdapat di daun.
Aspek Perlindungan 2011 44
4. Luas serangan dan tingkat serangan hama dan penyakit rata-rata katagori ringan dan agak berat. 5. pola tanam campuran dan monokultur yang ditanam oleh masyarakat ditemukan hama dan penyakit namun belum merugikan hingga taraf ekonomi. B. Rekomendasi : 1. hama dan penyakit yang dapat dijadikan informasi awal untuk proses pengendalian hama dan penyakit pada tanaman Bambang Lanang 2. perlu dibuat sistem silvikultur antara lain pola tanam campuran yang baik untuk tanaman bambang lanang yang nantinya akan mencegah serangan hama dan penyakit. 3. Supaya serangan hama dan penyakit ini tidak sampai ke taraf merugikan, perlu dilakukan monitoring secara berkesinambungan, sehingga pencegahan dan pengendalian bisa dilakukan secara dini. Foto Kegiatan :
a. Penyakit karat berlubang
b. Ulat hijau
c. Daun
d. Penyakit bercak putih
e. Kumbang yang menyerang daun
f. Kegiatan dokumentasi
g. bekas serangan ulat
h. contoh daun yang diserang hama
Aspek Perlindungan 2011 45
Program Judul RPI Koordinator RPI Judul Kegiatan Sub Judul Kegiatan Pelaksana Kegiatan
: Pengelolaan Hutan Tanaman : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan : Drs. Riskan Efendi, MSc. : Budidaya Jenis Kayu bawang : Aspek Perlindungan : Sri Utami, SP, M. Si Ir. Asmaliyah , M. Sc Nesti Andriany
ABSTRAK Tanaman kayu bawang merupakan salah satu jenis unggulan di Propinsi Bengkulu. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya tanaman kayu bawang yaitu adanya serangan hama dan penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis serangan hama pada tanaman kayu bawang yaitu ulat kantong (Pteroma plagiophleps dan Pagodiella sp.), belalang (Valanga nigricornis), kumbang penggerek (Xystrocera globosa), rayap, semut, dan babi. Sedangkan jenis-jenis penyakit yang ditemukan yaitu karat daun, daun mengeriting, mati pucuk, busuk akar, tumbuhan parasitik, dan busuk pangkal batang/akar. Persentase dan intensitas serangan hama dan penyakit tergolong ringan hingga agak berat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ekstrak umbi gadung dan minyak nyamplung cukup efektif mengendalikan larva P. plagiophleps pada skala laboratorium. Sedangkan ekstrak daun rimau (Toona sp.) konsentrasi 1% mampu menekan persentase serangan penyakit busuk pangkal batang/akar bibit kayu bawang hingga mencapai 10%. Kata kunci : gadung, hama, kayu bawang, minyak nyamplung, penyakit, rimau A. Latar Belakang Kayu bawang merupakan salah satu jenis unggulan di Propinsi Bengkulu dan biasanya dikenal dengan nama kayu pahit. Melihat potensi kayu dan pemanfaatan yang cukup besar serta pertumbuhannya yang cukup baik, maka jenis ini cukup potensial untuk dikembangkan. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya tanaman kayu bawang yaitu adanya serangan hama dan penyakit. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan pada tahun anggaran 2010 menunjukkan bahwa ditemukan beberapa jenis hama dan penyakit pada tanaman kayu bawang berbagai umur di beberapa daerah di Provinsi Bengkulu dan KHDTK Benakat, Kab. Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan hal tersebut maka hal penting yang perlu dilakukan yaitu memonitor populasi hama dan penyakit, serta melakukan teknik pencegahan dan pengendalian. Untuk memperoleh teknik pengendalian yang tepat, efektif dan efisien maka diperlukan informasi tentang jenis dan tingkat serangan, serta ekobiologi hama dan patogen penyebab penyakit.
Aspek Perlindungan 2011 46
B. Tujuan dan Sasaran Tujuan penelitian adalah mengkaji serangan hama dan penyakit pada tanaman kayu bawang serta melakukan teknik pencegahan dan pengendalian yang efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan produktivitas dan nilai ekonomi hutan tanaman kayu bawang yang mendukung industri perkayuan dan perekonomian rakyat. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2011 adalah : 1) Diketahuinya jenis hama dan penyakit yang potensial pada tanaman kayu bawang, dan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya hama dan penyakit, 2) Diketahuinya pengaruh perlakuan silvikultur yang diterapkan terhadap tingkat serangan hama dan penyakit, dan 3) Diketahuinya teknik pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit. C. Metodologi Penelitian 1. Inventarisasi, Identifikasi dan Pengukuran Tingkat Serangan Kegiatan dilakukan di Kab. Rejang lebong, Kepahiang, Bengkulu Selatan Provinsi Bengkulu dan KHDTK Kemampo, Kab. Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan, dengan cara membuat plot pengamatan pada areal tanaman yang terserang, dengan parameter pengamatan : jenis hama dan penyakit yang menyerang, persentase serangan dan tingkat kerusakan tanaman. 2. Uji Efikasi Beberapa Ekstrak Pestisida Nabati untuk Pengendalian Hama dan Penyakit Uji efikasi ekstrak umbi gadung dan minyak nyampung dilakukan terhadap larva Pteroma plagiophleps pada skala laboratorium. Konsentrasi yang digunakan yaitu 0; 0,125; 0,25; 0,5; 1; dan 1,5%. Sedangkan pada skala persemaian dilakukan uji aplikasi ekstrak daun rimau 1% untuk menekan penyakit busuk pangkal batang/akar pada bibit kayu bawang skala persemaian. 3. Analisis Data Data mortalitas dianalisis dengan uji sidik ragam menggunakan program SAS. Sedangkan data hubungan antara mortalitas larva uji dengan konsentrasi ekstrak diolah dengan analisis probit menggunakan program PoloPlus. D. Hasil yang Telah Dicapai 1. Tahun 2010 a. Hasil inventarisasi dan eksplorasi pada beberapa daerah di Provinsi Bengkulu dan KHDTK Benakat, Kab. Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan bahwa terdapat serangan hama dan penyakit pada tanaman kayu bawang baik pada skala persemaian maupun lapangan. b. Jenis serangan hama yang umumnya dijumpai adalah ulat kantong, belalang, ulat daun, kutu buah, dan babi. Sedangkan serangan penyakit pada tanaman kayu bawang meliputi penyakit bercak daun dan tumbuhan parasitik seperti benalu. Persentase dan intensitas serangan hama penyakit pada tanaman kayu bawang tergolong ringan hingga sedang.
Aspek Perlindungan 2011 47
c. Hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa daun kayu bawang mengandung alkaloid dan steroid, sedangkan ranting dan kulit batangnya mengandung senyawa alkaloid. d. Tingkat serangan hama dan penyakit pada pola tanam campuran lebih rendah dibandingkan monokultur. 2. Tahun 2011 a. Jenis Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman Kayu bawang Hasil inventarisasi dan eksplorasi pada beberapa daerah di Provinsi Bengkulu dan KHDTK Kemampo, Kab. Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan bahwa terdapat serangan hama dan penyakit pada tanaman kayu bawang baik pada skala persemaian maupun lapangan. Jenis-jenis hama yang ditemukan yaitu ulat kantong (Pteroma plagiophleps dan Pagodiella sp.), belalang (Valanga nigricornis), semut, kumbang penggerek batang (Xystrocera globosa), rayap, dan babi. Besarnya persentase serangan hama ulat kantong, belalang, semut, kumbang penggerek batang, rayap dan babi masing-masing sebesar 1,46-5,58%; 5,74-43,87%; 15,85-20,8%; 0,56-5,58%; 0,51-8,33%; dan 2,66-5,15%.Intensitas serangannya tergolong ringan (<10%). Adapun jenis-jenis penyakit yang ditemukan yaitu karat daun, daun mengeriting, tumbuhan parasitik, busuk akar, mati pucuk, dan busuk pangkal batang/akar. Penyebab penyakit karat daun, daun mengeriting, busuk akar dan busuk pangkal batang masing-masing adalah Cephaleuros sp., virus, Ganoderma sp., dan Phytophthora sp. Sedangkan besarnya persentase serangan penyakit karat daun, daun mengeriting, tumbuhan parasitik, busuk akar, mati pucuk, dan busuk pangkal batang/akar masing-masing sebesar 0,56-15,89%; 1,76-16,67%; 3,57%; 1,13%; 8,33-23,33%; dan 22,5%. Adapun intensitas serangan hama dan penyakit tergolong ringan (<10%). Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa perlakuan silvikultur seperti pemupukan, aplikasi mikoriza dan jarak tanam tidak mempengaruhi besarnya serangan hama dan penyakit pada tanaman kayu bawang. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbul dan Berkembangnya Hama dan Penyakit Muncul dan berkembangnya hama dan penyakit dipicu oleh faktor lingkungan. Tingginya serangan ulat kantong dan karat daun pada tahun 2010 juga terkait dengan faktor cuaca. Selama tahun 2010 besarnya curah hujan dan kelembaban udara lebih tinggi dibandingkan tahun 2011. c. Uji Efikasi Ekstrak Umbi Gadung dan Minyak Nyamplung terhadap P. plagiophleps Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak umbi gadung dan minyak nyamplung memberikan pengaruh yang signifikan terhadap mortalitas ulat kantong (Tabel 1).
Aspek Perlindungan 2011 48
Tabel 1. Rata-rata persentase mortalitas ulat kantong (P. plagiophleps) pengaruh perlakuan ekstrak umbi gadung dan minyak nyamplung Konsentrasi (%/v/w) 0 0,125 0,25 0,5 1 1,5
Persentase Mortalitas (%) Umbi gadung Minyak nyamplung 2,22 a 0,00 a 64,44 b 55,56 a 71,11 bc 62,22 b 75,56 c 95,55 c 95,56 d 95,55 c 97,78 d 100 c
Ket : Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% Terdapat korelasi positif antara konsentrasi ekstrak dengan mortalitas larva. Pada konsentrasi tertinggi, ekstrak umbi gadung dan minyak nyamplung menyebabkan mortalitas larva masing-masing sebesar 97,78% dan 100%. Berdasarkan nilai LC50 pada minyak nyamplung 6,62 kali lebih toksik dibandingkan dengan ekstrak umbi gadung. Sedangkan pada LC95 pada minyak nyamplung lebih toksik 1,92 kali dibandingkan dengan ekstrak umbi gadung. Tabel 2. Penduga parameter toksisitas ekstrak umbi gadung dan minyak nyamplung terhadap ulat kantong (P. plagiophleps) Ekstrak uji Umbi gadung Minyak nyamplung
a ± GBa) 1,44 ± 0,17 1,93 ± 0,23
b ± GBa) 1,35 ± 0,28 2,15 ± 0,35
LC50 0,86 0,13
LC95 1,42 0,74
d. Uji Efikasi Ekstrak Daun Rimau (Toona sp.) pada Skala Persemaian Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun rimau lebih efektif dalam menekan perkembangan penyakit busuk pangkal batang/akar dibandingkan pestisida kimia dithane 1%. Pada perlakuan daun rimau 1%, ekstrak tersebut mampu menekan persentase serangan penyakit hingga mencapai 10%. E. Kesimpulan 1. Hasil inventarisasi dan eksplorasi menunjukkan terdapat serangan hama dan penyakit pada kayu bawang pada skala persemaian maupun lapangan. Jenisjenis serangan hama pada tanaman kayu bawang yaitu ulat kantong (Pteroma plagiophleps dan Pagodiella sp.), belalang (Valanga nigricornis), kumbang penggerek (Xystrocera globosa), rayap, semut, dan babi. Sedangkan jenis-jenis penyakit yang ditemukan yaitu karat daun, daun mengeriting, mati pucuk, busuk akar, tumbuhan parasitik, dan busuk pangkal batang/akar. 2. Persentase dan intensitas serangan hama dan penyakit tergolong ringan hingga agak berat.
Aspek Perlindungan 2011 49
3. Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban udara dan curah hujan sangat mempengaruhi berkembangnya serangan hama dan penyakit pada tanaman kayu bawang. 4. Ekstrak daun rimau (Toona sp.) 1% mampu menekan penyakit busuk pangkal batang/akar pada bibit bawang hingga mancapai 10%. 5. Ekstrak umbi gadung dan minyak nyamplung memberikan pengaruh yang signifikan terhadap mortalitas ulat kantong (P. plagiophleps). Foto Kegiatan :
Inventarisasi hama dan penyakit di Bengkulu
Inventarisasi hama dan penyakit di KHDTK Kemampo
Gejala penyakit karat daun
Ulat kantong Pagodiella sp.
Uji efikasi ekstrak skala laboratorium
Ulat kantong yang mati sebagai respon aplikasi ekstrak Aspek Perlindungan 2011 50
Program Judul RPI Koordinator RPI Judul Kegiatan Sub Judul Kegiatan Pelaksana Kegiatan
: Pengelolaan Hutan Tanaman : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan : Drs. Riskan Efendi, MSc. : Teknik Pembudiyaan Gelam : Aspek Perlindungan : Ir. Asmaliyah, MSc. Sri Utami, SP, M.Si Kusdi Mulyadi, S.Hut.
ABSTRAK Salah satu permasalahan yang sering dihadapi dalam pembangunan hutan tanaman (HTI, HTR, HR) adalah adanya serangan hama dan penyakit, karena mempunyai jenis yang terbatas bahkan umumnya monokultur. Akibat serangan hama dan penyakit dapat merugikan secara ekonomis. Oleh karena itu kegiatan pengendalian terhadap serangan hama dan penyakit krusial untuk dilakukan. Untuk itu perlu dukungan research karena informasi mengenai jenis hama dan penyakit serta teknik pengendaliannya pada tanaman gelam belum ada. Mengacu pada keterangan tersebut di atas, maka dalam aspek kegiatan penelitian perlindungan hutan pada tanaman gelam pada tahun 2010 dan 2011 telah melakukan kegiatan inventarisasi dan identifikasi serangan hama dan penyakit pada berbagai hutan tanaman gelam di wilayah Sumatera Selatan dan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya serangan hama dan penyakti tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Ada 2 jenis hama dan 3 jenis penyakit yang potensial pada tanaman gelam di wilayah Kabupaten OKI dan Banyuasin. Perlakuan pembebasan tumbuhan bawah belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap serangan hama dan penyakit Kata Kunci : hutan tanaman, hama, penyakit A. Latar Belakang Permasalahan yang sering timbul dalam pembangunan hutan tanaman adalah adanya serangan hama dan penyakit, hal ini disebabkan karena hutan tanaman umumnya dibangun secara monokultur atau dengan jenis yang terbatas. Serangan hama dan penyakit dapat mengakibatkan kematian tanaman, pertumbuhan tanaman terganggu, menurunnya kualitas dan kuantitas tanaman, akibatnya tentu saja penanam akan mengalami kerugian secara ekonomis. Untuk mengantisipasi agar kondisi ini tidak terjadi, secara dini tindakan pengendalian sudah harus dilakukan, agar perkembangan populasi hama dan penyakit dapat ditekan sehingga keberadaan hama tidak sampai menyebabkan kerusakan berat. Tindakan pengendalian akan berhasil dan efektif, apabila jenis serangga hama dan patogen penyebab penyakitnya yang menyerang tanaman diketahui, Selain itu luas serangan dan tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama dan penyakit juga perlu diketahui untuk menentukan status dan potensi organisme
Aspek Perlindungan 2011 51
pengganggu tumbuhan (OPT) tersebut (hama dan penyakit ). Sampai saat ini data dan informasi tentang serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman gelam belum ada. Oleh karena itu pada DIPA tahun 2010 dan 2011 telah dilakukan kegiatan penelitian berupa inventarisasi dan identifkasi hama dan penyakit pada tanaman gelam termasuk juga luas serangannya, tingkat kerusakannya, sebarannya dan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya hama dan penyakit. Data dan informasi ini sangat diperlukan sebagai dasar untuk merancang suatu model Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang efektif, efisien dan aman. B. Tujuan dan Sasaran Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknik PHT yang efektif, efisien dan berwawasan lingkungan, yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk kegiatan pengendalian dalam rangka pengelolaan hutan tanaman, khususnya kayu gelam. Sedangkan sasaran dari kegiatan penelitian adalah : 1) untuk mendapatkan jenis hama dan penyakit yang potensial pada tanaman gelam di berbagai lokasi tanaman gelam di Sumatera Selatan dan 2) untuk mendapatkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbul dan berkembangnya hama dan penyakit, diantaranya teknik pembebasan tumbuhan bawah pada tanaman gelam yang tumbuh secara alami. C. Metode Penelitian 1. Inventarisasi dan Identifikasi Hama dan Penyakit Kegiatan ini dilakukan pada areal hutan tanaman gelam di Sumatera Selatan dengan cara membuat petak/plot pengamatan pada areal tanaman yang terserang, baik di skala lapangan maupun persemaian yang luasannya diambil 10 % dari luasan seluruh areal yang terserang atau di areal seluas 1 – 3 ha, dimana luasan areal ini terbagi dalam plot-plot kecil berukuran 20 x 50 m (0,1 ha). Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara (data sekunder) dan pengamatan langsung di lapangan. Pengumpulan data di lapangan berupa: bentuk kerusakan, bagian tanaman yang terserang, persentase serangan atau luas serangan dan tingkat kerusakan tanaman. Untuk identifikasi jenis hama dan penyakit yang menyerang dilakukan di Museum zoology LIPI di Bogor. 2. Pengamatan Persentase Serangan dan Tingkat Kerusakan Tanaman Persentase serangan (P) dihitung dengan menggunakan rumus: Jumlah tanaman yang terserang dalam suatu petak ukur P= Jumlah seluruh tanaman dalam suatu petak ukur Untuk penghitungan tingkat kerusakan tanaman (I) menggunakan rumus: Jumlah daun yang terserang dalam satu pohon I= Jumlah seluruh daun dalam satu pohon
dilakukan
X 100 % dengan X 100 %
Aspek Perlindungan 2011 52
Untuk klasifikasi tingkat kerusakan tanaman menggunakan kriteria Unterstenhofer (1963) Tabel 1. Klasifikasi tingkat kerusakan daun yang disebabkan oleh hama Tingkat Kerusakan Sehat Ringan Agak berat Berat Sangat berat
Tanda kerusakan yang terlihat pada daun -
Kerusakan permukaan atau jumlah daun 5 % Kerusakan permukaan atau jumlah daun antara 5 % x 25 % Kerusakan permukaan atau jumlah daun antara 25 % x 50 % Kerusakan permukaan atau jumlah daun antara 50 % x 75 % Kerusakan permukaan atau jumlah daun antara 75 % x 100 % Pohon gundul/hampir gundul
Nilai 0 1 2 3 4
Tabel 2. Klasifikasi tingkat kerusakan daun yang disebabkan oleh penyakit Tingkat Kerusakan Sehat Ringan Agak berat Berat Sangat berat Gagal
Tanda kerusakan yang terlihat pada tanaman
Nilai
- Tidak ada serangan/daun sehat - Permukaan daun atau jumlah daun yang terserang per pohon antara 1-20% - Permukaan daun atau jumlah daun yang terserang perpohon antara 21 % - 50 % - Permukaan daun atau jumlah daun yang terserang antara 51 % 80 % - Permukaan daun yang terserang antara atau jumlah daun yang terserang antara diatas 80 % - Daun kering dan tanaman mati
0 1
3. Kajian Teknik Pembebasan tumbuhan bawah terhadap Hama dan Penyakit Kegiatan ini dilakukan pada plot uji coba pengaruh teknik pembebsan tumbuhan bawah terhadap pertumbuhan tanaman gelam alami. Plot terdiri dari 3 blok yang masing-masing blok terdiri dari 4 petak dan masing masing petak terdiri dari 3 perlakuan. Perlakuan pembebasan tumbuhan bawah terdiri dari 3 jenis, yaitu perlakuan pembebasan tumbuhan bawah secara tebas jalur, semprot dan kontrol. Pengumpulan data dilakukan secara sensus dengan parameter pengamatan berupa: jenis hama dan penyakit yang menyerang; luas serangan dan tingkat kerusakan tanaman; serta bentuk kerusakan atau gejala serangan D. Hasil Yang Dicapai 1.
Inventarisasi dan Identifikasi Hama dan Penyakit Jenis hama dan penyakit yang ditemukan di beberapa lokasi pertanaman gelam di Kab. Banyuasin dan Ogan Ilir (OI) adalah ulat pucuk dari famili Aspek Perlindungan 2011 53
2 3 4 5
Tortricidae, ulat Carea angulata, penyakit bercak merah mengelompok, bercak oranye yang disebabkan oleh cendawan Pestalotia sp. dan Botrydiplodia sp., becak coklat yang disebabkan oleh Pestalotia sp. Jenis hama dan penyakit ini hampir terdapat pada semua lokasi pertanaman gelam yang diamati. 2.
Luas serangan dan Tingkat Kerusakan Hama dan Penyakit Luas serangan dan intensitas serangan ulat pucuk dari famili Tortricidae pada tanaman umur dibawah < 3 tahun sebesar 100% dengan intensitas serangan 60-80%. Pada tanaman umur > 3 tahun luas serangan bisa mencapai 100%, tetapi intensitas serangan 10-30%. Luas serangan dan intensitas serangan ulat C. angulata adalah 20% dan 5% Luas serangan dan intensitas serangan penyakit adalah: bercak merah mengelompok adalah 100% dan 20-30%; bercak coklat iPestalotia sp. (100% dan 20%); bercak oranye Pestalotia sp dan Botrydiplodia sp. adalah 100% dan 20% (Lampiran 1). 3. Kajian Teknik Pembebasan tumbuhan bawah terhadap Hama dan Penyakit a. Jenis Hama dan Penyakit Jenis hama dan penyakit yang ditemukan adalah: ulat daun (berlobang), hama pucuk dari famili Tortricidae, penyakit bercak coklat yang disebabkan cendawan Pestalotia sp., bercak merah mengelompok dan embun jelaga b. Luas Serangan dan Tingkat Kerusakan Tanaman Luas serangan dan tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama daun adalah: 85,66% dan 14,96% (kontrol), 74,81% dan 19,21% (semprot), dan 75,08% dan 9,53% (tebas jalur). Luas serangan dan intensitas serangan hama pucuk adalah: 0,65% dan 0,28% (kontrol), 0,18% dan 0,08% (tebas jalur) dan tidak ada serangan (semprot). Secara tabulasi belum ada perbedaan yang nyata antara perlakuan terhadap serangan hama. Luas serangan dan intensitas serangan penyakit pestalotia sp. adalah: 87.04% dan 16,98% (kontrol), 79,58% dan 21,69% (semprot), 86,71% dan 18,27% (tebas jalur). Luas serangan dan intensitas serangan penyakit bercak merah mengelompok adalah: 66,54% dan 7,34% (kontrol), 44,13% dan 9,35% (semprot), 68,33% dan 10,59% (tebas jalur). Luas serangan dan intensitas serangan penyakit embun jelaga adalah: 37,79% dan 8,91% (kontrol), 24,34% dan 9,07% (semprot), 25,21% dan 7,37% (tebas jalur).
Aspek Perlindungan 2011 54
a (a)
b
c
(b)
(c)
Gambar 1. a= gejala serangan ulat daun pucuk, b= ulat pucuk, c=Carea angulata
(a) (b) Gambar 2. a= bercak coklat, c= bercak merah, d= embun jelaga
(c)
E. Kesimpulan 1. Ditemukan 2 jenis hama dan 3 jenis penyakit yang potensial pada tanaman gelam di wilayah Kabupaten OKI dan Banyuasin 2. Perlakuan pembebasan tumbuhan bawah belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap serangan hama dan penyakit
Aspek Perlindungan 2011 55