ASPEK KELAYAKAN USAHA DAN STRATEGI PEMASARAN PALLET DENGAN ISPM # 15 PADA PT. XYZ DI PALEMBANG
Oleh LANNY SYAMSIR
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
I. PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Kemasan merupakan bahan yang berfungsi untuk melindungi bahan yang disimpan di dalamnya baik pangan maupun non pangan.
Agar
kemasan dapat dipergunakan secara maksimal, maka salah satu fungsi yang harus dapat dipenuhi oleh kemasan tersebut adalah melindungi produk dari kerusakan atau gangguan baik dari dalam maupun dari luar. Gangguan tersebut dapat karena pengaruh cuaca, serangga, mikroba, fisiologi, maupun penumpukan (Syarief, 2007). Fungsi kemasan
menjadi bagian penting
dalam sebuah rangkaian produksi maupun dalam kegiatan pemasaran. Bahan baku pembuat kemasan terdiri dari berbagai jenis, antara lain kayu, plastik, dan busa, tergantung jenis barang yang dikemas dan tujuan pengemasan itu sendiri. Saat ini usaha kemasan kayu banyak menarik perhatian pengusaha, sebab lebih dari 60 persen barang perdagangan ekspor impor menggunakan kemasan kayu (www. korantempo, 2008). Kemasan kayu (Gambar 1) terbagi atas beberapa tipe sesuai kebutuhan konsumen dan komoditi yang dikemas.
Beberapa jenis kemasan kayu
antara lain pallet, kotak (box), peti (crates) dan pengganjal (dunnage),
a. Pallet Gambar 1. Jenis kemasan kayu
b. Box
c. Crates
2
Peluang usaha produksi kemasan kayu kebanyakan dimanfaatkan oleh industri kecil dan menengah (IKM) untuk keperluan industri besar. Pada awalnya
kemasan kayu yang digunakan terbuat dari kayu mentah dan
bermutu rendah serta diproduksi secara konvensional. Kayu tersebut sering digunakan berulang kali, didaur ulang dan dirakit kembali untuk pengepakan
termasuk
sebagai
penyangga
forklift
(www.karantina.deptan.go.id, 2008). Harga jual kemasan kayu juga relatif rendah dan lebih digolongkan dalam usaha pemanfaatan limbah. Bahan baku kayu bermutu rendah sangat berpotensi menjadi media pembawa organisme pengganggu tumbuhan (OPT), seperti seranggaserangga penggerek kayu dan cendawan, maupun mengalami kerusakan karena
pengaruh
kadar
air
yang
terkandung
di
dalamnya
(www.karantina.deptan.go.id, 2007). Hal ini disebabkan karena kayu memiliki sifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau melepaskan air sebagai akibat perubahan kelembaban dan suhu udara di sekelilingnya (www.dephut.go.id, 2008).
Kondisi ini mengakibatkan munculnya
hambatan yang cukup serius, karena dapat berakibat rusaknya barang yang dikemas dengan kayu tersebut.
Oleh karenanya beberapa negara
menerapkan syarat-syarat dan tindakan karantina tumbuhan yang cukup ketat terhadap kemasan kayu. Untuk mengatasi hal tersebut FAO memandang perlu menerapkan suatu standar sebagai pedoman bagi semua negara anggotanya dalam mengatur syarat-syarat dan tindakan karantina tumbuhan bagi kemasan kayu yang digunakan untuk mengangkut komoditas dalam perdagangan internasional. Pada bulan Maret 2002, International Commission on Phytosanitary Measures (ICPM) mengesahkan International Standard for Phytosanitary Measures (ISPM)#15 tentang Guidelines for Regulating Wood
Packaging
Material
in
International
Trade
(www.karantina.deptan.go.id, 2007). Standarisasi bertujuan untuk menciptakan suatu aturan seragam yang berlaku secara umum (universal) untuk kemasan kayu yang digunakan dalam perdagangan internasional.
Hal ini diharapkan dapat mencegah
3
timbulnya aturan yang beraneka ragam yang dibuat dan diterapkan secara unilateral (sepihak) oleh setiap negara, yang dapat menghambat kelancaran perdagangan internasional (Barantan, 2006a). Pelaksanaan syarat-syarat dan tindakan karantina tumbuhan bagi kemasan kayu di Indonesia dilaksanakan oleh Badan Karantina Pertanian (Barantan). Skim Audit Barantan telah diberlakukan secara resmi sejak tanggal 9 Oktober 2006 (Barantan, 2006b). Dengan skim ini diharapkan konsistensi jaminan mutu akan terus dapat dipertahankan, sehingga setiap ada penyimpangan dapat segera ditelusuri serta diperbaiki penyebabnya. Dengan demikian kredibilitas sistem sertifikasi ekspor karantina tumbuhan dalam memenuhi persyaratan negara tujuan ekspor makin meningkat (Barantan, 2006a).
Selain itu, Barantan juga menerapkan Sistem
Manajemen Mutu (SMM) ISPM#15 untuk kemasan kayu. SMM ISPM#15 relatif baru di Indonesia dan diterapkan
kepada
perusahaan eksportir yang menggunakan kemasan kayu dalam kegiatan ekspor produknya.
Program registrasi untuk penerapan ISPM # 15 telah
dimulai pada tahun 2004, namun penerapannya secara keseluruhan baru dimulai pada tahun 2005 (Barantan, 2006a). Sejak saat itu seluruh kemasan kayu untuk barang yang dieskpor harus memiliki label/marking (Gambar 2) yang diterapkan oleh pihak manajemen perusahaan. Hal ini merupakan wujud nyata komitmen perusahaan terhadap mutu produk kemasan kayu dan mutu pelayanan maupun jasa demi memenuhi keinginan dan kepuasan pelanggan.
SMM
ISPM
# 15 dibuat konsepnya oleh pihak Badan
Karantina Pertanian (Barantan) yang mengacu pada sistem standar internasional ISO 9001:2000 (Barantan, 2006b).
Gambar 2. Label ISPM # 15 (Barantan, 2006a)
4
Pallet merupakan salah satu jenis kemasan kayu yang banyak digunakan untuk pengangkutan komoditi.
Jenis dan ukuran pallet
bermacam-macam, tergantung komoditi yang dikemas, cara pengangkutan dan negara tujuan. Berdasarkan cara pengangkutannya, pallet terbagi atas two ways entry wooden pallet dan four ways entry wooden pallet (Gambar 3). Pallet two ways entry biasanya digunakan jika gudang penyimpanan cukup besar, sehingga memungkinkan forklift untuk mengangkut barang yang dikemas dari dua sisi saja (depan atau belakang). Pallet four ways memungkinkan barang diangkut dari empat sisi,
entry
sehingga
memudahkan pengangkutan terutama jika tempat penyimpanan relatif sempit.
2-ways entry
4 - ways entry
Gambar 3. Macam-macam pallet Berdasarkan negara tujuannya pallet dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti pallet USA, pallet Eropa, dan pallet Jepang.
Perbedaan
masing-masing pallet tergantung pada jenis profil/coak pada pallet tersebut. Produksi pallet didasarkan pada pesanan dari konsumen termasuk bentuk, jenis kayu yang digunakan dan ukuran pallet. PT. XYZ merupakan produsen pallet yang sejak tahun 1992 memproduksi pallet secara konvensional dan sederhana. Pada tahun 2004 perusahaan mulai melakukan perbaikan dalam setiap kegiatan produksinya dan
melakukan
investasi, sehingga akhirnya memperoleh registrasi
ISPM # 15. Selanjutnya perusahaan melakukan produksi komersial pada tahun 2005 (PT. XYZ, 2007). Dengan registrasi ISPM # 15, harga jual pallet menjadi relatif tinggi, peluang pasar cukup terbuka dan kontinuitas permintaan relatif terjamin. Perusahaan
berlokasi di Bekasi dan sejak Mei 2007 melakukan
perluasan usaha dengan membuka pabrik baru di Palembang. Status pabrik
5
di Palembang adalah sebagai cabang dari PT. XYZ (PT. XYZ, 2007). Perluasan usaha ke Palembang tersebut didasarkan pada keinginan untuk lebih dekat dengan sumber bahan baku (pendekatan geografis) dan membuka peluang pasar baru.
Potensi bahan baku di Provinsi Sumatera
Selatan terutama berasal dari hutan rakyat seluas 643.049 ha dan hutan rawa seluas 1.034.618 ha (Tabel 1). Tabel 1. Potensi lahan di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2005 Jenis Lahan I.
Luas (Ha)
Lahan Sawah
746.211
II. Bukan Lahan Sawah 1. Pekarangan, bangunan, halaman 2. Tegal / kebun 3. Ladang 4. Padang rumput 5. Rawa-rawa 6. Hutan rakyat 7. Hutan negara 8. Perkebunan 9. Tambak 10. Kolam 11. Tidak diusahakan 12. Lain-lain
266.377 428.513 233.210 50.284 1.034.618 643.049 969.148 1.972.549 22.334 32.875 675.320 2.642.371
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, 2006
Di Sumatera Selatan pallet banyak digunakan oleh perusahaan eksportir karet sebagai kemasan untuk mengekspor karet. Ekspor karet Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2006 sebanyak 592.135 ton dengan nilai USD 1.133.052 (Tabel 2).
Jumlah perusahaan eksportir karet di
Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2006 berjumlah
20 perusahaan
(Tabel 3), dengan maksimal ekspor (kuota) secara keseluruhan sebesar 844.400 ton per tahun (Gapkindo, 2007).
6
Tabel 2.
Realisasi ekspor empat komoditi utama non Sumatera Selatan dari tahun 2004 – 2006
No Komoditi
1 2 3 4
Karet Pulp Naphtha Batubara
migas
Provinsi
2004 Volume Nilai (ton) (USD)
2005 Volume Nilai (Ton) (USD)
Volume (Ton)
Nilai (USD)
527.370 357.005 293.849 2.019.682
574.595 374.678 132.531 2.494.192
592.132 398.270 379.595 1.617.036
1.133.052 190.669 158.334 70.391
618.219 153.373 73.750 62.819
726.288 170.766 43.193 103.591
2006
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, 2006 dan 2007
Tabel 3. Eksportir karet di Provinsi Sumatera Selatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Perusahaan
Lokasi
PT. Aneka Bumi Pratama PT. Muara Kelingi PT. Gadjah Ruku PT. Pancasamudera Simpati PT. Badja Baru PT. Hok Tong PT. Prasidha Aneka Niaga PT. Remco PT. Sunan Rubber PT. Sri Trang Lingga Indonesia PT. Lingga Djaja PT. Nibung Artha Mulia PT. Kirana Windu PT. Kirana Musi Persada PT. Pinago Utama PT. Mardec Musi Lestari PT. Melania Indonesia PT. Bintang Gasing Persada PT. Multi Agro Kencana Prima PT. Kartini Utama
Palembang Palembang Palembang Palembang Palembang Palembang Palembang Palembang Palembang Palembang Muara Enim Musi Rawas Musi Rawas Musi Banyuasin Musi Banyuasin Banyuasin Banyuasin Banyuasin Ogan Komering Ilir Bangka
Kuota (ton) 93.000 110.000 40.000 90.000 35.000 65.000 60.000 50.000 60.000 20.000 20.000 18.000 36.000 40.000 24.000 24.000 2.400 36.000 9.000 12.000
Sumber : Gapkindo Cabang Sumsel, 2007
Pengemasan karet alam dilakukan dengan dua cara, yaitu pengemasan dalam dan pengemasan luar.
Pengemasan dalam dilakukan dengan
menggunakan plastik, sedangkan pengemasan luar dilakukan dengan menggunakan pallet atau peti kemas berupa loose bale (BSN, 2000). Pallet yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, plastik atau besi.
7
Pallet untuk pengemasan karet terbagi atas pallet standar yang berkapasitas 1,05 ton karet, pallet jumbo dengan kapasitas 1,26 ton karet dan pallet super jumbo dengan kapasitas 1,47 ton (BSN, 2000). B.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam kajian ini adalah : 1. Apakah
pengembangan usaha pallet di Palembang layak dan
menguntungkan ? 2. Bagaimana strategi pemasaran yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan usaha tersebut ? 3. Apakah cabang usaha di Palembang lebih tepat dalam bentuk Strategic Business Unit (SBU) atau menjadi perusahaan yang berdiri sendiri ?
C.
Tujuan 1. Mengetahui
kelayakan
usaha
produksi pallet dengan sertifikasi
ISPM#15 di Palembang. 2. Menyusun strategi pemasaran yang tepat untuk pallet. 3. Mengkaji kemungkinan usaha yang dikembangkan di Palembang dapat berkembang sebagai perusahaan yang berdiri sendiri, atau tetap sebagai SBU.
8
II. LANDASAN TEORI A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Menurut UU Usaha Kecil No.9 tahun 1995, Industri Kecil didefinisikan sebagai bagian dari Usaha Kecil di Indonesia yang memiliki aset < Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan
atau omset per tahun <
Rp. 1 milyar. Selain itu juga disebutkan kriteria usaha menengah, mandiri dan tangguh, yaitu: 1. Usaha Menengah
: Omset per tahun Rp.700 Juta s/d 1 Milyar.
2. Usaha Mandiri
: Omset per tahun Rp.100 Juta s/d < 700 Juta.
3. Usaha Tangguh
: Omset per tahun < Rp.100 Juta.
Selain itu juga terdapat beberapa kriteria usaha kecil dan menengah lainnya. Namun saat ini telah dibahas perubahan mengenai kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) seperti tercantum dalam UU Nomor 9 tahun 1995 dan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah Kriteria
Usaha Kecil
Usaha Menengah
Orang perseorangan
• Perseorangan / badan usaha • Bukan afiliasi usaha menengah/besar
• Perseorangan/ badan usaha • Bukan afiliasi usaha besar
Kekayaan bersih
< Rp 50 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan
Rp 50 juta – Rp 500 juta, Rp 500 juta – Rp tidak termasuk tanah dan 10 miliar, tidak bangunan termasuk tanah dan bangunan
Omzet tahunan
< Rp 300 juta
Rp 300 juta – Rp 2,5 miliar
Bentuk usaha
Usaha Mikro
Sumber : www.hukumonline.2007
Rp 2,5 miliar – Rp 50 miliar
9
B. Kelayakan Usaha Prospek pengembangan bisnis dapat dilihat melalui analisa kelayakan usaha dari pendirian usaha tersebut dan hal ini diperlukan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi selanjutnya. Dalam bentuk yang lebih umum studi kelayakan usaha bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pihak yang terkait dengan usaha tersebut, misalnya investor, kreditur dan pemerintah. Dengan adanya studi ini diharapkan akan diperoleh gambaran sampai seberapa jauh pendirian dan pengembangan usaha tersebut layak dilaksanakan ditinjau dari berbagai aspek antara lain organisasi, pemasaran, teknik/operasi dan keuangan (Zubir, 2006). Analisis proyek dilakukan untuk mengambil keputusan dalam menentukan pemilihan investasi yang tepat dari berbagai alternatif yang dapat dilaksanakan (Pramudya, 2006). Menurut Pramudya (2006), yang dimaksud suatu proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang menggunakan sejumlah sumber daya untuk memperoleh manfaat. Kegiatan ini membutuhkan biaya yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan dalam jangka waktu tertentu. Sebelum memasuki suatu bidang usaha pemodal akan melakukan penilaian apakah kas yang dikeluarkannya untuk membangun dan mengoperasikan usaha tersebut dapat menghasilkan kas yang lebih besar (Zubir, 2006). Kas yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut akan diperoleh dalam beberapa tahun kemudian. Hal pertama yang dikaji berkaitan dengan analisis kelayakan usaha meliputi biaya pembangunan fisik pabrik, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan proyek (Zubir, 2005)
seperti : 1.
Pembelian tanah (termasuk biaya pematangan tanah, pembuatan saluran air, lapangan parkir, taman dan pemagaran).
2.
Biaya pembangunan (pabrik, kantor, gudang, mess karyawan, pos satpam dan bangunan penunjang lainnya).
3.
Biaya pembelian mesin-mesin dan pemasangannya (termasuk biaya tenaga ahli yang digunakan).
4.
Biaya instalasi listrik, air, dan sebagainya.
10
5.
Biaya pembelian kendaraan.
6.
Biaya pembelian peralatan kantor, perabot dan lain-lain. Untuk memulai suatu usaha juga dibutuhkan modal kerja untuk
kegiatan operasional perusahaan. Modal kerja adalah dana yang dibutuhkan untuk operasional perusahaan sehari hari yang meliputi kebutuhan dana yang tertanam dalam harta lancar dalam bentuk piutang usaha, persediaan bahan baku, bahan dalam proses, barang jadi dan bahan penunjang (termasuk di dalamnya bahan bakar), serta sejumlah kas minimum yang dibutuhkan untuk berjaga-jaga atau transaksi (Zubir, 2005). Sumber pembiayaan modal kerja dapat bersumber dari modal sendiri, hutang dagang, hutang bank, maupun hutang lainnya. Menurut Zubir (2006), perhitungan kelayakan usaha yang paling utama didasarkan pada kriteria Net Present Value (NPV). Inti dari konsep NPV adalah nilai bersih dari arus kas masuk dan keluar yang dihitung pada saar ini atau periode nol. NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present value) dari manfaat dan biaya (Pramudya, 2006) Dapat dikatakan bahwa NPV menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi (Zubir, 2006). Jika NPV bernilai
positif (NPV > 0), maka proyek layak untuk
dilaksanakan dan sebaliknya jika NPV bernilai negatif (NPV < 0), maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Menurut Gittenger (1986), NPV dapat dihitung dengan persamaan : NPV = Σ
Bt - Ct (1 + i) t
dimana ; Bt = manfaat (penerimaan) bruto pada tahun ke- t ( Rp) Ct = biaya bruto pada tahun ke- t (Rp) i
= tingkat suku bunga (%)
t = periode investasi (i = 1,2,3,.........n) Kriteria lain yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha adalah Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PBP). IRR menghitung tingkat diskonto yang menyebabkan NPV sama dengan nol, sedangkan
11
payback period menghitung kapan atau berapa lama NPV akan menjadi nol (Zubir, 2006). Jika biaya modal (discount rate) suatu usaha lebih besar dari IRR, maka NPV menjadi
negatif, sehingga usaha tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan dan sebaliknya.
Menurut Gittenger (1986),
IRR dapat
diperoleh dengan persamaan : IRR = i’ +
NPV ' (i” – i’) ( NPV '− NPV " )
dimana ; NPV ’
= nilai NPV Positif (Rp)
NPV ”
= nilai NPV Negatif (Rp)
i’
= discount rate nilai NPV positif (%)
i”
= discount rate nilai NPV negatif (%)
Selain itu untuk analisis kelayakan usaha dapat digunakan juga perhitungan Gross B/C ratio untuk menghitung besarnya manfaat yang diperoleh untuk setiap rupiah yang dibelanjakan, analisis titik impas (breakeven point analysis) untuk mengetahui tingkat penjualan yang menghasilkan penerimaan sama dengan biaya total yang dipergunakan dan analisis payback periode (PBP) untuk mengetahui jangka waktu pengembalian modal. Menurut Pramudya (2006) Gross B/C
dapat dihitung dengan
persamaan :
∑ t =1
Bt (1 + i) t
Gross B/C =
∑ t =1
dimana :
Ct (1 + i) t
Bt
= manfaat yang diperoleh pada tahun ke – t (Rp)
Ct
= biaya yang dikeluarkan 4) pada tahun ke – t(Rp)
i
= tingkat diskonto (%)
t
= jumlah tahun
12
Titik impas (breakeven point) adalah tingkat volume penjualan yang menyamakan nilai penjualan dengan total biaya atau laba bersih sama dengan nol, yang dapat dihitung dengan persamaan : Total Biaya (Rp) = Volume Penjualan (unit) x Harga Jual (Rp) Perhitungan
volume penjualan pada saat BEP dapat dihitung dengan
persaman : Total Biaya Tetap BEP (unit) = (Harga Jual/unit - Biaya Variabel/unit) Total Biaya Tetap BEP (Rp) = 1
-
Biaya Variabel per Unit Harga Jual
PBP adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan
menggunakan aliran kas (Zubir, 2006),
dihitung menurut persamaan : Nilai Investasi PBP (tahun) =
x 1 tahun Kas Masuk Bersih
Metode ini sangat sederhana, sehingga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan utamanya adalah tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback, sehingga metode ini umumnya hanya digunakan sebagai pendukung metode lainnya. Oleh karena seluruh perhitungan arus kas selalu mengandung ketidakpastian, maka diperlukan analisis sensitivitas untuk mengetahui sensitivitas kelayakan usaha terhadap perubahan asumsi yang digunakan (Zubir, 2006). Analisis sensitivitas disebut juga what-if analysis.
Analisis ini
menyangkut pengujian terhadap kelayakan suatu usaha dengan berbagai
13
kondisi dan asumsi yang digunakan (Zubir, 2006). Pengujian ini, terutama dilakukan terhadap asumsi-asumsi yang berada di luar kendali manajemen perusahaan yang mungkin saja berubah. Dari pengujian sensitivitas dapat diketahui derajat sensitivitas setiap asumsi dengan NPV. Teknik ini biasa digunakan untuk mengetahui variabilitas pengembalian (Sundjaja dan Inge, 2003). Pengujian sensitivitas dapat dilakukan dengan persamaan : ∑ C (df) - ∑ B (df) Error Benefits
= y = ∑ B (df)
∑ B (df) - ∑ C (df) Error Cost
= x = ∑ C (df)
dimana : B(df)
= penerimaan pada tahun ke n dengan perhitungan discount factor (Rp)
C(df)
= biaya pada tahun ke n dengan perhitungan discount factor (Rp)
C. Strategi Pemasaran Menurut Chandra (2001) strategi korporat untuk pasar baru dapat terbagi atas beberapa alternatif, yaitu : 1. Strategi pengembangan pasar (market development strategy), yaitu strategi yang berusaha menawarkan produk saat ini kepada pasar baru. Alternatif ini dipilih jika pasar saat ini sudah stagnan atau peningkatan pangsa pasar sudah sulit dilakukan, karena pangsa pasar yang sudah sangat tinggi atau karena pesaing sudah sangat kuat. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasi pemakaian baru atau pemakai baru. 2. Strategi ekspansi baru (market expansion strategy), yaitu berekspansi ke pasar geografis baru. Cara yang dilakukan adalah dengan membuka pasar di daerah baru.
14
3. Strategi
diversifikasi
(diversification
strategy),
yaitu
strategi
mengembangkan produk baru untuk pasar baru Situasi ini diterapkan jika sudah tidak ada lagi peluang pertumbuhan untuk produk saat ini atau pasar saat ini, lingkungan pasar yang dilayani sudah tidak stabil dan berdampak pada fluktuasi penjualan atau laba. Menurut Kotler (1998), langkah-langkah pokok dalam pemasaran target adalah segmentasi pasar (segmentation), penentuan pasar (targeting) dan penentuan posisi produk (positioning). Segmentasi pasar adalah tindakan membagi-bagi pasar ke dalam kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang mungkin menginginkan bauran produk/pemasaran yang berlainan. Dalam tahap penentuan pasar, penjual memilih segmen pasar yang terbaik. Untuk melakukannya perusahaan harus mengevaluasi potensi laba masingmasing segmen, daya tarik struktural segmen, serta tujuan dan sumber daya perusahaan. Pemilihan pasar ini akan menentukan pesaing perusahaan. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap posisi pesaing dan memutuskan posisi terbaik bagi perusahaan. Kegunaan dari analisis ini adalah untuk mengetahui keunggulan perusahaan pesaing. Strategi penentuan posisi produk perusahaan dapat dipergunakan dalam penentuan strategi pemasaran perusahaan selanjutnya. Menurut Porter (2007), dalam menghadapi persaingan terdapat tiga pendekatan strategis generik (Gambar 4) yang secara potensial akan berhasil mengungguli perusahaan lain dalam suatu industri, yaitu : 1. Keunggulan biaya menyeluruh Strategi ini bertujuan untuk mencapai keunggulan biaya menyeluruh dalam industri melalui seperangkat kebijakan fungsional yang ditujukan pada sasaran utama ini. Keunggulan biaya memerlukan konstruksi agresif dari fasilitas skala yang efisien, usaha yang terus menerus dalam mencapai penurunan biaya karena pengalaman, pengendalian biaya dan overhead yang ketat, penghindaran pelanggan marginal serta meminimalkan biayabiaya umum dan administrasi. Perhatian besar manajerial yang besar terhadap pengendalian biaya sangat diperlukan untuk mencapai tujuan ini.
15
Memiliki posisi biaya yang rendah akan membuat perusahaan memperoleh hasil laba di atas rataan dalam industrinya, meskipun ada kekuatan persaingan yang besar.
Posisi biaya memberikan kepada
perusahaan tersebut ketahanan terhadap rivalitas dari para pesaing, karena biayanya yang lebih rendah memungkinkannya untuk dapat menghasilkan laba setelah para pesaingnya mengorbankan labanya demi persaingan. Posisi biaya rendah juga melindungi perusahaan dari pembeli yang kuat, karena pembeli hanya dapat menggunakan kekuatannya untuk menekan harga sampai tingkat harga dari para pesaing paling efisien berikutnya. 2. Diferensiasi Strategi diferensiasi adalah strategi mendiferensiasikan produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan, yaitu menciptakan sesuatu yang baru yang dirasakan oleh industri secara menyeluruh sebagai hal unik. Pendekatan untuk melakukan diferensiasi dapat bermacam-macam bentuknya, antara lain rancangan atau merk, teknologi, karakter khusus, pelayanan pelanggan, jaringan penyalur, atau bidang-bidang lain. Diferensiasi memberikan penyekat pada persaingan akibat adanya loyalitas merk dari pelanggan dan mengakibatkan berkurangnya kepekaan terhadap harga.
Diferensiasi juga meningkatkan margin laba yang
menghindarkan kebutuhan akan posisi biaya rendah.
Diferensiasi
menghasilkan margin yang lebih tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kekuatan pemasok dan pembeli. 3. Fokus Strategi ini memfokuskan diri pada kelompok pembeli, segmen lini produk, atau pasar wilayah geografis tertenyu.
Strategi fokus
dikembangkan untuk melayani target tertentu secara baik, dan semua kebijakan fungsional dikembangkan atas pemikiran ini.
Dengan
penerapan strategi ini, perusahaan akan mampu melayani target strategisnya yang sempit secara lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan pesaingnya. Strategi ini mengkombinasikan antara posisi biaya rendah dan keunikan yang dirasakan oleh pelanggan.
16
Keunggulan Strategis Tingkat Strategis
Keunikan Yang
Posisi Biaya Rendah
Diirasakan Pelanggan
Seluruh Industri
Keunggulan Biaya
Diferensiasi
Hanya Segmen
Menyeluruh FOKUS
Tertentu
Gambar 4. Tiga strategi generik (Porter, 2007) Menurut Zubir (2006), aspek pemasaran merupakan faktor strategis atau kunci dari keberhasilan proyek. Hal-hal penting yang perlu dianalisis dalam aspek pemasaran adalah : 1. Produk / jasa yang ditawarkan. 2. Permintaan pasar dan prospeknya. 3. Perkembangan penawaran dan prospeknya. 4. Market share dan market space. 5. Program
pemasaran
yang
meliputi
daerah
pemasaran
dan
pengembangannya, kebijakan harga jual dan sistem pembayaran, saluran distribusi dan promosi. Inti dari perumusan strategi bersaing adalah menghubungkan perusahaan dengan lingkungannya (Porter, 2007).
Walaupun lingkungan
yang relevan sangat luas, mencakup kekuatan-kekuatan sosial dan juga kekuatan-kekuatan ekonomi, aspek kunci dari lingkungan perusahaan adalah industri di mana perusahaan tersebut bersaing (Porter, 2007).
Untuk itu
diperlukan analisis mengenai lingkungan bisnis agar dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Gambar 5) yang dihadapi oleh perusahaan, sehingga dapat ditentukan arah dan kebijakan yang sebaiknya dilakukan perusahaan dalam mengelola bisnisnya (Umar, 2005).
17
Lingkungan bisnis terbagi atas lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal terbagi atas lingkungan jauh dan lingkungan industri. Lingkungan jauh dipengaruhi oleh faktor politik, sosial, ekonomi dan teknologi. Sedangkan lingkungan industri dipengaruhi oleh aspek hambatan masuk, daya tawar pemasok, daya tawar pembeli, ketersediaan barang substitusi dan persaingan dalam industri. Struktur industri mempunyai pengaruh kuat dalam menentukan aturan main persaingan selain juga strategistrategi yang secara potensial tersedia bagi perusahaan (Porter, 2007). Gambar 5 menunjukkan hubungan antara lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan.
Lingkungan jauh Lingkungan industri Lingkungan internal
Gambar 5. Lingkungan eksternal dan internal perusahaan
Salah satu cara untuk melihat prospek permintaan pasar yaitu dengan menggunakan analisis proyeksi trend. Menurut Rangkuti (2005), proyeksi permintaan dapat dihitung dengan menggunakan metode regresi linear dengan menggunakan proyeksi trend sesuai persamaan : Ŷ=a+bX dimana : Ŷ = penjualan (peubah dependen) a = koefisien intercept b = kemiringan garis regresi X = waktu (peubah independen) Koefisien b dihitung dengan persamaan :
18
n ∑XY –(∑X)(∑Y) b= n(∑X2) – (∑X)2 dimana : n = jumlah contoh (periode) Koefisien a dihitung dengan persamaan : ∑Y - b∑X a= n Penyusunan strategi perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang secara sistematis mempengaruhi perusahan. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisikondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan yang dihadapi (Rangkuti, 2006).
Perencanaan
strategis sangat penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada. Perumusan strategi perusahaan dapat dilakukan dengan analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2006). Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Untuk
mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi
perusahaan. Analisis
faktor
internal
dan
eksternal
dilakukan
dengan
menggunakan matriks Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS), External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) dan matriks profil kompetitif.
19
Tahapan kerja pada matriks IFAS dan EFAS (Rangkuti, 2006) adalah : a. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan. b. Masing-masing faktor diberi bobot berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan (Tabel 5). Penentuan bobot
dilakukan
dengan
memberikan
bobot
numerik
dan
membandingkan antara satu peubah dengan peubah lainnya. Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan adalah : 1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal. 2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator horisontal. 3 = jika indikator
horisontal
lebih penting daripada indikator
vertikal. Tabel 5. Penilaian bobot faktor strategis perusahaan metode matriks banding berpasangan Faktor Strategis
A
B
C
...
Bobot
internal/eksternal A B C ... Total Sumber : Rangkuti (2006)
c. Masing-masing faktor kemudian diberi rating dengan skala 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan kondisi perusahaan yang bersangkutan.
Peubah yang bersifat positif (peubah yang
termasuk kategori kekuatan dan peluang) diberi nilai mulai dari 1 sampai dengan
4 (sangat baik). Sedangkan peubah yang bersifat
20
negatif, diberi nilai mulai dari 1 (jika nilai ancaman/kelemahannya sangat besar) sampai dengan 4 (jika nilai ancaman/kelemahannya sedikit). d. Masing-masing bobot dikalikan dengan rating, sehingga diperoleh nilai untuk masing-masing faktor. e. Nilai masing-masing faktor dijumlahkan untuk memperoleh nilai total
TOTAL SKOR FAKTOR STRATEGIS INTERNAL KUAT RATAAN LEMAH 3.0 2.0 1.0
TINGGI
4.0
3.0
1 PERTUMBUHAN
2 PERTUMBUHAN
3 PENCIUTAN
Konsentrasi melalui integrasi vertikal
Konsentrasi melalui integrasi horizontal
Turnaround
MENENGAH
5 PERTUMBUHAN 4 STABILITAS Hat-hati
2.0 RENDAH
TOTAL SKOR FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.
Konsentrasi melalui integrasi vertikal
STABILITAS Tak ada perubahan strategi, profit
7 PERTUMBUHAN
8 PERTUMBUHAN
Diversifikasi Konsentrik
Diversifikasi konglomerasi
6 PENCIUTAN Captive Company atau divestment
9 PENGURANG AN Bangkrut/Likuidasi
1.0
Gambar 6. Matriks IE Model GE (Rangkuti, 2006) Selanjutnya nilai yang diperoleh dianalisis dengan matriks InternalExternal (IE) model General Electric (GE-Model) yang ditunjukkan pada Gambar 6. Hasil pada matriks IE dapat digunakan untuk menentukan posisi perusahaan, sehingga dapat diketahui arah strategi yang akan diterapkan.
Total skor strategi internal menunjukkan kekuatan bisnis
perusahaan sedangkan total skor strategi eksternal menunjukkan kemenarikan industri.
21
Hasil analisis dengan menggunakan IFAS dan EFAS disusun untuk menggambarkan faktor strategik perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (Rangkuti, 2006). Matriks SWOT dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategis (Gambar 7). Selanjutnya dilakukan analisis bauran pemasaran terdiri dari kajian mengenai produk (product), tempat (place), harga (price) dan promosi (promotion). IFAS EFAS
OPPORTUNITIES (O)
THREATS (T)
STRENGHTS (S)
WEAKNESSES (W)
Strategi SO
Strategi WO
Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Strategi ST
Strategi WT
Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Gambar 7. Matriks SWOT (Rangkuti, 2006) D. Pengembangan Unit Usaha Kajian mengenai SBU dilakukan untuk melihat bentuk SBU yang dikembangkan oleh perusahaan, sehingga dapat ditentukan strategi yang tepat untuk pengembangan SBU bersangkutan. SBU didefinisikan sebagai suatu cara mengelola sebuah bisnis sehingga tiap unit menjual sekumpulan produk/jasa kepada sekumpulan pelanggan dalam persaingan dengan sekumpulan pesaing (Umar, 2005). Dengan demikian, SBU adalah suatu unit bisnis yang memiliki produk, pembeli, dan pesaing tersendiri yang berbeda dari unit bisnis lainnya. Setiap SBU akan membuat keputusan strategisnya
22
sendiri untuk mencapai tujuan dan sasaran SBU yang bersangkutan yang telah disesuaikan dengan strategi perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Umar (2005), SBU memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu : 1. External focus adalah pengelolaan dan pengorganisasian suatu SBU yang mengacu pada permasalahan yang timbul karena faktor-faktor eksternal. Pembentukan suatu SBU disebabkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi di pasar produsen dan atau perubahan sikap dan perilaku konsumen terhadap produk tertentu. 2. Identifiable competitor adalah SBU yang didesain sedemikan rupa, sehingga para pesaing SBU tersebut dapat teridentifikasikan. 3. Autonomous profit center adalah SBU beroperasi sebagai suatu bisnis tersendiri dengan tujuan dan sasaran sendiri yang dipimpin oleh seorang manajer, misalnya satu SBU mungkin bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar dan SBU lainnya bertujuan untuk meningkatkan keuntungan. 4. Distinct market strategy, adalah setiap SBU memiliki strategi pemasaran tersendiri dan berbeda dengan SBU lainnya. 5. Separate accounting adalah SBU bersaing sebagai unit yang berdiri sendiri dan harus dapat dihitung keuntungan dan biayanya sehingga harus memiliki sistem akuntansi yang terpisah dari unit lainnya. Untuk mengetahui resiko bentuk usaha yang akan dipilih perusahaan dilakukan analisis resiko keuangan dengan menggunakan analisis diskriminan (Z-Score). Analisis diskriminan model Altman bermanfaat untuk meramal tingkat kebangkrutan (Z-score) suatu perusahaan (Umar, 2005).
Untuk
menghitung Z-Score dilakukan perhitungan terhadap 5 rasio keuangan, yaitu: Aktiva Lancar – Hutang Lancar 1.
Working Capital to Asset Ratio (X1) = Total Aktiva
Laba Ditahan 2.
Retained Earning to Total Asset Ratio (X2) =
23
Total Aktiva Laba Operasi 3.
EBIT to Total Asset (X3) = Total Aktiva Jumlah Modal Sendiri
4.
Market Value of Equity to Book Value of Debt (X4) =
Jumlah Hutang Total Penjualan 5.
Sales to Asset Ratio (X5) = Total Aktiva Variabel X1, X2, X3 dan X5 bertujuan untuk melihat seberapa besar
modal lancar, laba ditahan, laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dan total penjualan untuk setiap rupiah aktiva yang dimiliki. Variabel X4 bertujuan untuk melihat perbandingan antara jumlah modal sendiri dibandingkan dengan jumlah hutang. Nilai Z-score dihitung dengan menggunakan persamaan berdasarkan metode Altman yang lazim dipergunakan untuk mengambil keputusan investasi (Umar, 2005). Persamaan Z-Score adalah : Z- score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1 X5 Jika
Z-score < 1,81
resiko bangkrut sangat besar
1,81≤ Z-score ≤ 3
tidak
termasuk perusahaan yang
aman ataupun beresiko besar Z-score > 3
resiko bangkrut kecil
E. Pallet ISPM#15 Bahan baku pallet (Tabel 6) dapat berupa kayu dari hutan / perkebunan rakyat maupun kayu rawa, karena pallet tidak memerlukan jenis kayu khusus. Meskipun tidak memerlukan jenis kayu khusus namun atribut mutu yang harus dipenuhi oleh bahan baku yang digunakan terutama berkaitan dengan sifat bahan baku yang digunakan. Persyaratan utama yang harus dipenuhi adalah kayu yang mempunyai kelas awet minimum III dan
24
kelas kuat minimum III, tahan terhadap serangga, tidak lapuk, tidak mengandung jamur biru, tidak bermata, tidak pecah dengan kadar air maksimum 15 %. Syarat lain yang harus dipenuhi oleh bahan baku adalah tidak mudah patah, ringan, mudah dipaku, tidak mudah pecah dan mudah dikerjakan. Jenis kayu yang berasal dari perkebunan rakyat yang berupa kayu campuran dikenal dengan nama kayu racuk. Tabel 6. Bahan baku pallet No 1
Nama Sobsi
Jenis Kayu Kayu Lunak
Tampilan Putih kecoklatan /
Serat Kasar
kekuningan 2
Manii
Kayu Sedang
Putih kecoklatan /
Kasar
kekuningan 3
Albasia
Kayu Lunak
Putih / kemerahan
Kasar
4
Jengkol
Kayu keras
Kemerahan
Agak kasar
5
Mangga
Kayu keras
Putih kekuningan
Lembut
6
Duren
Kayu keras
Merah
Sedang
7
Rambutan
Kayu keras
Merah
Halus
8
Kecapi
Kayu keras
Merah
Halus
9
Meranti
Kayu keras
Merah
Halus
10
Sengon
Kayu keras
Putih kecoklatan
Kasar
11
Nangka
Kayu keras
Putih kuning
Halus
12
Mahoni
Kayu keras
Merah
Halus
Sumber : PT. XYZ, 2007
ISPM#15 merupakan petunjuk yang mengatur standar bahan untuk kemasan kayu yang digunakan dalam perdagangan dunia, yangditetapkan oleh FAO pada tahun 2002. Sesuai dengan definisinya ISPM pada dasarnya berisi standard kerja yang harus dilakukan untuk pengendalian hama dan OPT. Di Indonesia untuk menjamin penerapapan ISPM#15 diberlakukan juga SMM ISPM#15 yang disusun oleh Badan Karantina Pertanian (Barantan).
25
Menurut Barantan (2006a) perlakuan terhadap kemasan kayu yang digunakan dalam pengiriman komoditas ekspor dilakukan dengan salah satu dari kedua cara di bawah ini : 1) Pemanasan (Heat Treatment) Pemanasan harus dilakukan dalam waktu dan suhu yang cukup, sehingga suhu inti kayu (wood core temperature) mencapai minimal 56 °C selama sekurang-kurangnya 30 menit dan menurunkan kadar air kayu hingga setinggi-tingginya 20 %. Perlakuan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan Klin-drying (KD) dan Chemical Pressure Impregnation (CPI). Produsen pallet ISPM#15 yang menggunakan perlakuan panas disebut provider. 2) Fumigasi Untuk fumigasi digunakan metal bromide (CH3Br). Suhu ruangan dan suhu kayu pada saat fumigasi harus berada di atas 10°C dan fumigasi dilakukan minimal selama 16 jam. Fumigasi harus dilaksanakan oleh perusahaan fumigasi yang telah diregistrasi oleh Badan Karantina Pertanian.
Produsen pallet yang menggunakan perlakuan fumigasi
dinamakan afasid. Penunjukan sebagai provider diberikan jika perusahaan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan lulus dalam audit yang dilakukan oleh Badan Karantina Pertanian melalui Skim Audit Barantan. Untuk setiap provider dilakukan audit surveilen setiap 6 bulan yang dilakukan oleh Badan Karantina Pertanian. Jika dari hasil audit tersebut ditemukan penyimpangan, maka Badan Karantina Pertanian berhak melakukan pembekuan registrasi. Selanjutnya untuk perusahaan yang beroperasi kurang dari 2 tahun, dilakukan audit perpanjangan setiap tahun untuk menilai kelayakan untuk perpanjangan registrasi. Untuk perusahaan yang telah beroperasi lebih dari 2 tahun, audit perpanjangan dilakukan setiap 2 tahun sekali. Berdasarkan standar mutu yang ditetapkan oleh ISPM # 15 tersebut, maka spesifikasi produk yang dihasilkan harus memenuhi standar berikut :
26
1. Kondisi fisik : bebas kulit kayu tidak ada mata mati, tidak lapuk, bebas jamur, tidak ada retak melebihi 3 cm, tidak ada bekas lubang gerek serangga atau OPT, menggunakan kayu baru atau fresh wood. 2. Kadar air dalam kayu tidak lebih atau kurang dari 20 %. 3. Perlakuan heat treatment dan atau fumigasi. 4. Legitimasi : terdapat stempel atau marking nomor registrasi sebagai keabsahan. Menurut Barantan (2006a), persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh perusahaan kemasan kayu untuk dapat diregistrasi adalah : 1. Memiliki fasilitas sebagai berikut : a. Fasilitas perlakuan pemanasan (heat treatment) yang
mampu
memanaskan suhu inti kayu minimal hingga 56°C selama minimal 30 menit. b. Fasilitas fumigasi sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam Pedoman Skim Audit Fumigasi Barantan. c. Fasilitas pendukung produksi, antara lain bengkel/workshop berikut peralatan untuk membuat kemasan kayu, gudang untuk menyimpan stock, gedung kantor dan peralatannya, alat transportasi dan fasilitas lainnya yang diperlukan. 2. Memiliki penanggungjawab teknis dengan kualifikasi sebagai berikut : a. Pendidikan minimal Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). b. Memiliki kompetensi di bidang pest control pada kemasan kayu yang dibuktikan
dengan
sertifikat
pelatihan
yang diterbitkan
oleh
instansi/lembaga yang berkompeten. 3. Memiliki penanggung jawab sistem mutu dengan kualifikasi berikut : a. Pendidikan minimal SLTA. b. Memiliki kompetensi di bidang sistem mutu kemasan kayu yang dibuktikan
dengan
sertifikat
pelatihan
instansi/lembaga yang berkompeten.
yang diterbitkan
oleh
27
III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Lokasi kajian dilakukan di PT. XYZ, sebuah perusahaan pembuat pallet yang menerapkan ISPM # 15. Kantor Perusahaan berlokasi di Jl. Imam Bonjol II, Kelurahan Telaga Asih, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi. Cabang usaha dari PT. XYZ yang dianalisis berlokasi di Kelurahan Talang Jambi, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Pelaksanaan kajian dimulai dari bulan Juli sampai dengan November 2007. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari pengamatan dan hasil wawancara secara langsung dengan pengusaha menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan mempelajari berbagai dokumen yang berkaitan dengan usaha pallet. B. Pengolahan dan Analisis Data Dalam kajian
ini dilakukan pengolahan dan analisis data terhadap
aspek kelayakan usaha dan strategi pemasaran dari produksi pallet dengan ISPM # 15. Tahapan analisis dilakukan seperti pada Gambar 8. Langkahlangkah dalam pengolahan dan analisis data yang dilakukan adalah : 1. Mengidentifikasi secara deskriptif data dan informasi yang diperoleh dari kuesioner dan hasil wawancara. 2. Mengkaji kelayakan bisnis dari usaha produksi pallet. 3. Mengkaji kemungkinan pengembangan cabang usaha di Palembang menjadi perusahaan yang berdiri sendiri. 4. Menyusun
strategi
pemasaran
pendekatan pemasaran target.
yang tepat
dengan
menggunakan
28
Karakteristik Usaha Pallet
Kajian Terhadap: - Kondisi Umum - Aspek Kelayakan - Aspek Pemasaran - Aspek Kajian SBU
Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif
Interpretasi Hasil Analisa
Kelayakan Usaha (1)
Strategi Pemasaran (2)
Tetap SBU atau Berdiri Sendiri (3)
Usaha Pallet yang Prospektif
Gambar 8. Kerangka pemikiran pelaksanaan kajian Pengolahan dan analisis data dilakukan pada data kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif terutama bertujuan untuk melihat kelayakan usaha dari investasi yang telah dilakukan untuk pembukaan kantor cabang Palembang. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan kelayakan investasi melalui Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PBP), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), analisis sensitivitas dan perhitungan Breakeven Point (BEP). Data kuantitatif diolah dengan bantuan aplikasi Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik, serta
analisis kualitatif
untuk mengetahui aspek pasar dan
29
produk.
Aspek pasar meliputi pemasaran dan bauran pemasaran. Aspek
produk meliputi kajian mengenai produk pallet dengan sertifikasi ISPM # 15. Aspek pengembangan unit usaha meliputi keputusan untuk tetap bergerak sebagai unit usaha (kantor cabang) atau berdiri sendiri. Kajian dilakukan pada PT. XYZ Kantor Cabang Palembang. Aspek yang dibahas dalam kajian adalah : 1. Kondisi Umum Analisis kondisi umum dilakukan
untuk
mengenal lebih jauh
mengenai PT. XYZ. Aspek yang dianalisis meliputi aspek manajemen, pemasaran serta aspek teknis dan produksi. Analisis dilakukan secara kualitatif dan deskriptif dengan menggunakan data primer maupun data sekunder yang berasal dari PT. XYZ dan Barantan. 2. Aspek Kelayakan Analisis kelayakan
dilakukan untuk melihat apakah usaha yang
dijalankan tersebut layak atau tidak dengan melihat kriteria-kriteria investasi, yaitu NPV, IRR, Gross B/C, PBP, analisis sensitivitas dan perhitungan BEP (titik impas). Untuk menganalisis aspek keuangan dikumpulkan data melalui kuesioner dan analisis laporan keuangan perusahaan selama 2 periode terakhir. Data yang diperoleh dipergunakan sebagai dasar perhitungan untuk analisis proyeksi keuangan. Analisis proyeksi keuangan dilakukan dengan metode cashflow. Hasil proyeksi keuangan menjadi dasar bagi perhitungan NPV, IRR, Gross B/C, PBP, analisis sensitivitas dan BEP. 3. Aspek pemasaran dan strategi pemasaran Analisis aspek pemasaran dilakukan secara kualitatif dalam bentuk tabulasi dan deskriptif dengan bersumber dari data primer maupun data sekunder. Data yang dipergunakan tersebut diperoleh dari data internal dan data eksternal.
Data internal yang dipergunakan adalah laporan
keuangan, laporan kegiatan sumber daya manusia, laporan kegiatan operasional, laporan kegiatan pemasaran, wawancara langsung dengan
30
menggunakan kuesioner.
Data eksternal diperoleh dari pustaka dan
dokumen yang berkaitan dengan pallet. Metode yang digunakan untuk penentuan strategi pemasaran adalah metode STP dan penetapan strategi dengan menggunakan analisis IFAS, EFAS dan
SWOT.
Selanjutnya disusun strategi pemasaran dengan
menggunakan bauran pemasaran (marketing mix) Analisis pertama yang dilakukan adalah analisis mengenai segmentasi, target dan posisi (STP) perusahaan saat ini. Hasil analisis aspek pemasaran tersebut kemudian dikombinasikan dengan hasil analisis keuangan sehingga dapat ditetapkan kekuatan dan kelemahan perusahaan dengan menggunakan matriks IFAS. Peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dianalisis dengan menggunakan matriks EFAS. Kekuatan yang dimiliki perusahaan berkaitan dengan pangsa pasar, kemampuan manajemen, mutu produk, penguasaan teknis, kapasitas terpasang dan kelengkapan sarana.
Kelemahan perusahaan berkaitan
dengan kapasitas produksi yang belum optimal, keterbatasan modal, produktivitas tenaga kerja, penetapan harga, tenaga pemasaran yang belum optimal dan sifat bahan baku maupun produk jadi yang mudah rusak karena penyimpanan. Peluang yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan ketersediaan pemasok tetap, regulasi yang jelas, prospek pasar, dan larangan penggunaan methyl bromide dan pertumbuhan ekspor. Ancaman yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan persaingan dari perusahaan sejenis, ketersediaan bahan baku, kekuatan tawar pembeli, klaim pelanggan dan pembekuan / pencabutan registrasi. Untuk menentukan bobot dari IFAS, EFAS dan profil kompetitif perusahaan digunakan kuesioner yang diajukan kepada pakar, dalam hal ini kepada pemilik perusahaan, controller, dan manajer quality assurance. Dari hasil analisis diperoleh gambaran mengenai kondisi internal dan eksternal perusahaan. Skor IFAS dan EFAS dituangkan dalam Matriks IE Model GE untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat secara lebih detail.
31
Selanjutnya matriks IFAS dan EFAS dikombinasikan
dalam matriks
SWOT yang menghasilkan kemungkinan alternatif strategi pemasaran perusahaan. Selain itu dilakukan analisis bauran pemasaran yang terdiri dari kajian mengenai produk (product), tempat (place), harga (price) dan promosi (promotion). 4. Pengembangan Unit Usaha Kajian mengenai SBU dilakukan dengan analisis resiko keuangan. Analisis resiko keuangan dilakukan untuk meramal tingkat kebangkrutan perusahaan, sehingga dapat diperoleh kesimpulan usaha yang dilakukan aman atau tidak ditinjau dari sisi keuangan. Data yang dipergunakan bersumber dari analisis keuangan perusahaan yang diperoleh dari proyeksi laporan keuangan.
Analisis resiko keuangan dianalisis dengan
menggunakan analisis diskriminan model Altman yang bermanfaat untuk meramal tingkat kebangkrutan (Z-score).
32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Perusahaan PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang telah memanfaatkan peluang usaha pallet dengan registrasi ISPM#15 sejak tahun 2005. Dengan registrasi ISPM#15, harga jual pallet menjadi relatif tinggi, peluang pasar cukup terbuka dan kontinuitas permintaan relatif terjamin. Pada tahun 2007 perusahaan kemudian membuka cabang usaha di Palembang, dalam rangka memperluas pangsa pasar. PT. XYZ tergolong dalam usaha menengah dengan omset per tahun saat ini adalah Rp.14.205.000.000,-. Bentuk usaha adalah perseroan terbatas dan kekayaan bersih diluar tanah dan bangunan sebesar Rp. 4.950.000.000,(per 31 Desember 2006). PT. XYZ Cabang Palembang dapat dikategorikan sebagai unit bisnis strategis atau SBU. PT. XYZ merupakan
salah satu provider ISPM#15.
Provider
ISPM#15 saat ini ada 72 perusahaan. Dari 72 provider tersebut terdapat 7 provider dalam status pembekuan (suspend) dan 1 perusahaan dalam status pencabutan izin (Barantan, 2007). 4. Aspek manajemen
Perusahaan berdiri pada tahun 1992, awalnya belum berbadan hukum. Pada tanggal 21 Oktober 2000, UD XY mengukuhkan usahanya menjadi berbadan hukum
33
dengan nama CV. XY yang bergerak di bidang industri pallet, bengkel bubut dan perdagangan suku cadang dan variasi kendaraan bermotor. Tahun 2004, perusahaan mulai melakukan perbaikan dalam setiap kegiatan produksinya dan melakukan investasi, serta mengubah bentuk badan usaha menjadi perseroan terbatas dengan nama PT. XYZ yang memproduksi kemasan kayu. Pada tahun 2005 perusahaan memperoleh registrasi ISPM # 15 dengan nomor registrasi ID 004 dan selanjutnya melakukan produksi komersial.
34
Untuk kegiatan fumigasi perusahaan bekerjasama dengan beberapa beberapa perusahaan yang bergerak di bidang fumigasi selaku fumigator. Fumigasi diberikan kepada pallet yang diproduksi oleh PT. XYZ sesuai dengan permintaan dari negara tujuan ekspor. Perusahaan berlokasi di Bekasi dan sejak Mei 2007 melakukan perluasan usaha dengan membuka pabrik baru di Palembang. Status pabrik di Palembang adalah cabang dari PT. XYZ. Perusahaan dipimpin oleh Bapak Noviar yang merupakan pemilik sekaligus direktur utama dan menjalankan
35
operasional perusahaan. Pengalaman usaha Bapak Noviar sejak tahun 1992 (14 tahun), dinilai cukup lama dan dapat membawa perusahaan untuk berkembang lebih baik. Meskipun perusahaan tergolong dalam perusahaan keluarga, namun usaha ini dikelola secara profesional. Komisaris
Direktur Utama
Direktur Direktur
Keuangan
Operasional
dan Administrasi
1. General Manager 2. Pengawas (Controller) 3. Koordinator Kantor Cabang
36
MM Manajer
Manajer Keuangan
Manajer
Manajer
Manajer
Kantor
Quality
Tehnik dan
Pemasaran
Cabang/
Assurance
Produksi
dan Akuntansi
Gambar 9. Struktur organisasi perusahaan PT. XYZ Jumlah tenaga kerja untuk Kantor Cabang Palembang saat ini berjumlah 35 orang yang terdiri dari 5 orang staf, 2 orang tenaga pemasaran dan 28 orang operator. Perusahaan telah memiliki struktur organisasi yang jelas, ketersediaan key manager dan kejelasan pembagian tugas dan wewenang. Struktur organisasi PT. XYZ dapat digambarkan pada Gambar 9.
Secara khusus, struktur organisasi cabang Palembang berada di bawah pengawasan koordinator kantor cabang dan terbagi atas beberapa bagian yaitu quality assurance, produksi, pemasaran dan bagian keuangan yang masing-masing dipimpin
37
oleh kepala bagian. Masingmasing kepala bagian bertanggung jawab terhadap manajer di kantor pusat yang membawahi bidangnya. Kemampuan manajemen dalam mengelola resiko dapat dilihat melalui cash life cycle analysis yang digambarkan pada Gambar 10. PEMBELIAN
PRODUKSI
PIUTANG
PENJUALAN
Gambar 10. Cash life cycle
Jenis resiko yang ada dari cash life cycle analysis adalah : a. Resiko pembelian 1) Ketersediaan bahan baku dapat diatasi karena bahan baku yang dipergunakan. tidak terpaku pada satu jenis kayu, dan kayu yang digunakan juga bukan jenis gelondongan melainkan jenis kayu dari perkebunan rakyat dan adanya kerjasama dengan pemasok yang telah berhubungan cukup lama, sehingga ketersediaan bahan baku dinilai baik.
38
2) Ketergantungan terhadap pemasok diatasi dengan menjalin kerjasama dengan lebih dari 1 pemasok. b. Resiko proses produksi 1) Resiko penyimpanan bahan baku yang disebabkan karena bahan baku mudah menjadi lapuk karena pengaruh lingkungan, meskipun sudah diberi perlakuan khusus, diatasi dengan langsung mengirim barang yang sudah jadi ke tempat pelanggan. 2) Resiko proses produksi adalah adanya pekerjaan yang tidak memenuhi standar yang menyebabkan klaim dari pelanggan yang diatasi dengan penerapan standar mutu yang ketat dan proses QC mulai dari pembelian bahan hingga barang dikirim. c. Resiko pengangkutan/penjualan : 1) Resiko barang tidak terjual dapat diatasi dengan hanya memproduksi atas dasar pesanan. 2) Resiko pengangkutan yang dapat mengakibatkan barang rusak dalam pengangkutan diatasi dengan penjualan dilakukan franco gudang dan ketidaktepatan pengiriman produk diatasi dengan mempunyai
beberapa
kantor
cabang
untuk
memastikan
kesanggupan dalam memenuhi permintaan akan jasa kemasan dan sertifikasi sesuai jadwal. d. Resiko penagihan/piutang : Kebijakan pembayaran secara kredit maksimal 1 bulan menimbulkan resiko tidak tertagih yang diatasi dengan hanya memberikan kredit kepada pelanggan yang dikenal dengan baik dan mempunyai reputasi yang baik
2.
Aspek Pemasaran Usaha yang dikelola adalah produksi atau pembuatan kemasan kayu
penunjang komoditi ekspor, seperti pallet, box, crates, dan dunnage. Pallet yang diproduksi seluruhnya diberi label dan telah memenuhi standar mutu ISPM#15.
39
Target pasar utama adalah eksportir karet di Provinsi Sumatera Selatan, karena saat ini karet merupakan komoditas ekspor andalan. Pallet yang dipergunakan untuk mengemas karet berkapasitas 1,26 ton (pallet jumbo), dengan dimensi 142,2 cm (panjang) x 109,2 cm (lebar) x 10 cm (tinggi).
Dengan kuota ekspor karet sebesar 844.400 ton, maka total kebutuhan pallet untuk eksportir karet adalah sebesar 55.846 buah per bulan. Namun jika dilihat dari realisasi ekspor karet pada tahun 2006 sebesar 592.135 ton, maka kebutuhan pallet per bulan adalah 39.162 buah. Penjualan dilakukan langsung ke perusahaan eksportir atas dasar pesanan. Distribusi pemasaran saat ini sudah mencakup skala nasional meliputi daerah-daerah Jabodetabek, Samarinda, Bandar
40
Lampung, Medan dan Palembang. Produksi pallet dari cabang usaha PT. XYZ di Palembang selain ditujukan untuk pasar lokal di Palembang, diharapkan juga dapat mendukung kecukupan pasokan bagi kegiatan usaha di Bekasi. Seluruh penjualan dilakukan secara kredit dengan jangka waktu maksimal 1 bulan (30 hari).
Tingkat persaingan dinilai tidak terlalu
tinggi, karena perusahaan sejenis jumlahnya tidak terlalu banyak. Jumlah provider di Provinsi Sumatera Selatan saat ini (termasuk PT. XYZ) adalah 5 perusahaan (Tabel 7). PT. XYZ Cabang Palembang memiliki nomor ID ISPM#15 yang berbeda dengan kantor pusatnya..
Tabel 7. Produsen kemasan kayu standar ISPM#15 di Provinsi Sumatera Selatan Nama Perusahaan No. ID
41
PT. XYZ cabang Palembang
065
PT. Nanwa Inti Indonesia 020 PT. Era Bangun Nusa 026 PT. Kemasan Mitra Bersama 021 PT. Equality Indonesia Cabang Palembang
047
Sumber : Barantan, 2007
Dari 5 perusahaan produsen pallet tersebut di atas, data produksi PT. Kemasan Mitra Bersama tidak tersedia. Potensi permintaan pallet per bulan berdasarkan kebutuhan dari pelanggan yang dilayani untuk masingmasing provider dapat dilihat pada Tabel 8. Besarnya pangsa pasar dari PT. XYZ dibandingkan dengan pesaingnya saat ini disajikan pada Gambar 11. Pangsa pasar PT. XYZ di Provinsi Sumatera Selatan adalah yang terbesar, sehingga dinilai cukup dominan. Hal ini disebabkan karena jumlah pelanggan yang dilayani paling banyak yaitu 8 eksportir.
Tabel 8.
Potensi permintan pallet per bulan untuk masing-masing provider berdasarkan kebutuhan pelanggan
42
No
Nama Perusahaan
Potensi Pasar (unit)
1
PT. XYZ Cabang Palembang
11.686
2
PT. Nanwa Inti Indonesia
9.620
3
PT. Era Bangun Nusa
6.866
4
PT. Equality Indonesia Cabang Palembang
8.750
Total
36.922
XYZ
Nanwa Indonesia
Era Bangun Nusa
Gambar 11. Pangsa pasar perusahaan pallet di Provinsi Sumatera Selatan Kapasitas produksi dari pesaing masih jauh di bawah kapasitas produksi PT. XYZ, terutama yang berkaitan dengan fasilitas kiln dry (KD). PT. XYZ saat ini memiliki 4 KD dengan kapasitas per KD 40 m3 per 2 minggu (320 m3 per bulan). Rataan pesaing hanya memiliki 2 KD dengan kapasitas lebih kecil.
3.
Aspek Teknis dan Produksi Perusahaan
berkedudukan di Telaga Asih, Cibitung, Kabupaten
Bekasi, sedangkan cabang usaha yang dianalisis berlokasi di Desa Talang Jambi, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Usaha di Palembang didirikan di atas lahan milik sendiri dengan luas areal 2.700 m2, dan
43
dilengkapi dengan bangunan ruang produksi, gudang, kantor dan mess karyawan serta fasilitas penunjang lainnya (Tabel 9) .
Tabel 9. Luas areal bangunan pabrik Peruntukan
Luas (m2)
Bangunan produksi
500
Bangunan gudang
500
Bangunan Kiln Dry
168
Bangunan kantor
192
Bangunan penunjang
120
Tempat produksi dinilai telah memenuhi syarat, seperti : a. Lantai dari semen. b. Bersih dari kotoran (kulit kayu, serpihan kayu atau sampah lain). c. Bahan baku dan hasil produksi/barang jadi pada saat peletakannya tidak langsung bersentuhan dengan lantai (Gambar 12).
Gambar 12. Gudang penyimpanan bahan baku Selain bangunan pabrik perusahaan juga memiliki mesin-mesin dan peralatan produksi seperti disajikan pada Tabel 10. Total biaya investasi
44
untuk pembelian sarana dan peralatan tersebut adalah Rp.806.500.000,-. Kapasitas produksi pallet saat ini per bulan adalah 3.750 buah pallet (25 hari kerja) dengan produksi per hari sebanyak 150 pallet. Hasil ini masih dibawah kapasitas terpasang yaitu sebanyak 4.550 pallet per bulan.
Tabel 10. Mesin dan peralatan pada PT. XYZ Cabang Palembang
No.
Nama Mesin
Jumlah (Unit)
1
Serut / Planer
2
2
Potong
2
3
Jointer
2
4
Seset / RIB
2
5
Multi Rib Saw
1
6
Spindel
1
7
Mesin Asah Pisau Planner
1
8
Mesin Asah Pisau Circle
1
9
Genset 80 KVA
1
10
Kiln Drying (Oven)
4
45
11
Pisau Circle
10
12
Pisau Serut
10
13
Pisau Spindel
2
14
Alat Pengukuran & Pemantauan
5
15
Tools
1
Sarana dan prasarana untuk pengolahan pallet yang dimiliki oleh kantor cabang Palembang untuk kegiatan produksi pallet berikut kapasitas produksinya saat ini dinilai telah memenuhi standar ISPM#15, sehingga dengan sarana yang ada perusahaan dapat memperoleh sertifikasi ISPM#15.
Sebagai provider ISPM#15, PT. XYZ memfokuskan diri pada perlakuan pemanasan. Proses pemanasan (Gambar 13) dilakukan dengan menggunakan kiln dry (KD) dan dilakukan untuk bahan baku yang akan diproses menjadi pallet. Jumlah KD (Gambar 14) yang dimiliki oleh PT. XYZ Cabang Palembang ada 4 unit dengan kapasitas untuk setiap KD adalah
46
40 m3/2 minggu. Dengan demikian kapasitas KD per bulannya dapat mencapai 320 m3. Sebelum proses pemanasan dilakukan kayu disemprot dengan air dan bahan kimia. Penyemprotan dengan air bertujuan untuk menyeragamkan kadar air pada kayu sehingga proses pemanasan menjadi lebih efisen. Penyemprotan dengan bahan kimia bertujuan sebagai tindakan pembasmian awal terhadap OPT.
BAHAN BAKU BERUPA BALOK / PAPAN.
47
SORTASI SESUAI SYARAT ISPM#15
DITOLAK
PENYUSUNAN BAHAN KE DALAM KILN DRY
DIMASUKKAN KE DALAM KILN DRY
PENYEMPROTAN DENGAN AIR DAN BAHAN KIMIA
PROSES PEMANASAN
PEMANTAUAN
DIKELUARKAN DARI KILN DRY
BAHAN BAKU SIAP PROSES
Gambar 13. Alur proses pemanasan bahan baku
48
Gambar 14. Kiln Dry (KD) Lama pemanasan untuk papan berkisar 3 - 5 hari, sedangkan untuk balok berkisar 5 - 7 hari. Pemanasan yang dilakukan PT. XYZ bertujuan untuk mempertahankan suhu inti kayu pada 65 oC selama jangka waktu 30 menit. Hal ini bertujuan untuk mematikan seluruh OPT dan
49
mempertahankan kadar air (KA) dalam bahan baku maksimal 12 %.
SERUT
Pembuatan profil
POTONG
JOINTER
Perakitan
MARKING
SERUT
Gambar 15. Proses produksi pallet
Setelah pemanasan bahan baku maka proses berikutnya adalah memproduksi pallet sesuai pesanan dari pelanggan.
Proses produksi
pallet dilakukan dengan melalui alur proses produksi seperti ditunjukkan pada Gambar 15. Pallet yang sudah jadi
kemudian dibubuhi label
ISPM#15 (Gambar 16).
Gambar 16. Label ISPM#15 dengan provider PT. XYZ Keterangan gambar : ID 004
Nomor registrasi provider.
50
HT
Heat
treatment,
dicantumkan
pada
kayu
yang
pada
kayu
yang
mendapatkan perlakuan panas. MB
Methyl
bromide,
mendapatkan
dicantumkan
perlakuan
fumigasi
dengan
methyl
bromide. DB
Debarked, dicantumkan pada kayu untuk menyatakan bahwa kayu tersebut sudah dibersihkan dari kulit kayu.
01 – 05
Bulan dan tahun sertifikasi/marking pada kemasan kayu.
MI 002
Kode untuk pelanggan/perusahan pengguna jasa.
00000002
Jumlah dari kemasan kayu yg disertifikasi/dimarking.
IPPC
International Plant Protection Convention.
Sebelum pallet dikirim ke pelanggan atau disimpan dalam gudang penyimpanan barang jadi, kembali diberlakukan perlakuan pemanasan dengan memasukkan pallet ke dalam KD. Proses ini berlangsung selama 1 - 2 hari untuk tetap mempertahankan kadar air yang mungkin berubah karena proses produksi dan kemungkinan timbulnya kembali OPT.
Bahan baku diperoleh dari pemasok tetap dan umumnya berasal dari hutan rakyat yang berlokasi di Provinsi Sumatera Selatan. Untuk menjamin bahwa kayu yang dipergunakan legal maka setiap pemasok harus
51
melampirkan Surat Keterangan Sah Hasil Hutan (SKSHH). Pembayaran dilakukan secara tunai atau kredit dengan jangka waktu maksimal 1 bulan. Bahan baku yang dibeli harus memenuhi persyaratan berikut : a.
Berasal dari sumber yang jelas
b.
Tidak ada mata mati.
c.
Tidak boleh ada kayu lapuk.
d.
Panjang retak tidak diperkenankan > 5cm.
e.
Bebas dari kulit kayu (debarked) dan sisa kulit kayu/kambiun.
f.
Bebas dari bekas-bekas gesekan serangga dan jamur (lubang/pinhole maksimal 3mm, bluesteen, dan sebagainya.
Pallet hasil produksi disimpan dalam gudang khusus untuk barang jadi dan tidak bercampur dengan bahan baku maupun barang lainnya untuk menghindari kontaminasi dengan serangga, jamur maupun resiko munculnya kerusakan lain.
Gudang yang digunakan telah memenuhi
persyaratan sebagai berikut : a. Lantai dari semen dan diberi injection pest. b. Beratap dengan ventilasi udara yang cukup, bersih dan bebas dari gangguan serangga. c. Bebas dari hujan dan limasan air. d. Lantai lebih tinggi dari permukaan tanah, untuk menghindari genangan air apabila banjir.
Untuk mencegah kerusakan pallet karena penyimpanan yang terlalu lama, PT. XYZ menetapkan jangka waktu kadaluarsa pallet selama jangka waktu 21 hari, terhitung sejak pallet selesai diproduksi. Jika jangka waktu pallet melebihi batas ketentuan di atas, harus dilakukan re-treatment (proses ulang perlakuan sesuai dengan ketentuan ISPM # 15 yang berlaku) dengan biaya dari perusahaan pengguna pallet. Bila perusahaan yang
52
bersangkutan tidak bersedia melaksanakan re-treatment, maka PT. XYZ tidak bertanggung jawab terhadap
segala resiko yang terjadi. Dengan
penerapan masa kadaluarsa pallet ini, perusahaan dapat mencegah terjadinya penumpukan pallet di gudang dan terjadinya klaim atas produk cacat. Pallet diangkut dengan menggunakan sarana transportasi yang bersih, sehingga menjamin pallet yang akan dikirim bebas dari gangguan serangga dan air, tidak basah saat pengiriman waktu hujan dan kontainer yang akan digunakan untuk mengangkut kemasan kayu (pallet, peti dan lain-lain) yang sudah disertifikasi harus bersih dari serangga atau organisme perusak tumbuhan dengan cara diberi perlakuan fumigasi atau dengan cara yang lain.
B. Hal Yang Dikaji
i.
Analisis Kelayakan Usaha Biaya pembangunan fisik (harta tetap) untuk kantor cabang Palembang sebesar Rp.3.192.000.000,- (Tabel 11). Komponen terbesar dari biaya investasi adalah untuk pembangunan gedung (48 %), dilanjutkan oleh biaya pembelian peralatan (25 %) dan pembelian tanah (21 %).
Tabel 11. Biaya investasi industri pallet dengan standar ISPM#15 No.
Uraian
Satuan
Jumlah
Harga
Jumlah
%
Satuan (Rp.)
I.
TANAH
II.
PRASARANA
BANGUNAN
1
Bangunan Kiln Drying
(Rp.)
M2
2.700
250.000
675.000.000
M2
168
2.000.000
336.000.000
&
21
53
2 3 4
Bangunan Kantor Bangunan Gudang
M2
192
1.000.000
192.000.000
2
500
600.000
300.000.000
2
5.400
50.000
270.000.000
2
120
750.000
90.000.000
M
Bangunan Pagar
M
5
Bangunan Prasarana
6
Pintu Besi Besar
Unit
2
10.000.000
20.000.000
7
Pintu Besi Kecil
Unit
1
2.500.000
2.500.000
2
240
150.000
36.000.000
Saluran Air
2
M
2.700
60.000
162.000.000
10
Instalasi Listrik
Lot
1
80.000.000
80.000.000
11
Instalasi Air
Lot
1
30.000.000
30.000.000
8 9
M
Jalan
M
Jumlah (II)
III.
1.518.500.000
MESIN & PERALATAN
1
Serut / Planner
Unit
2
20.000.000
40.000.000
2
Potong
Unit
2
3.000.000
6.000.000
3
Jointer
Unit
2
3.000.000
6.000.000
4
Seset / RIB
Unit
2
7.500.000
15.000.000
5
Multi Rib Saw
Unit
1
7.000.000
7.000.000
6
Spindel
Unit
1
4.000.000
4.000.000
7
Mesin Asah Pisau Planner
Unit
1
15.000.000
15.000.000
8
Mesin Asah Pisau Circle
Unit
1
5.000.000
5.000.000
9
Genset 80 KVA
Unit
1
80.000.000
80.000.000
10
Kiln Drying (Oven)
Unit
4
150.000.000
600.000.000
11
Pisau Circle
Unit
10
500.000
5.000.000
12
Pisau Serut
Unit
10
500.000
5.000.000
13
Pisau Spindel
Unit
2
500.000
1.000.000
14
Alat
Unit
5
1.500.000
7.500.000
Lot
1
10.000.000
10.000.000
Pengukuran
&
Pemantauan 15
Tools Jumlah (III)
IV.
PERALATAN
806.500.000
25
27.000.000
1
165.000.000
5
3.192.000.000
100
DAN
INVENTARIS KANTOR V.
48
KENDARAAN
TOTAL INVESTASI (I + ****
II + III + IV + V)
54
Selanjutnya, dari investasi yang dilakukan dapat dihitung umur ekonomis dari tiap-tiap komponen
harta tetap, yang akhirnya akan
menentukan biaya penyusutan untuk setiap komponen untuk setiap tahunnya. Biaya penyusutan ini digolongkan sebagai biaya tetap (fixed cost) karena besarnya tidak dipengaruhi oleh perubahan volume. Pengukuran besarnya penyusutan setiap tahunnya dianalisis dengan menggunakan metode garis lurus (straight line) sesuai dengan umur ekonomisnya.
Biaya
penyusutan
pertahun
untuk
masing-masing
komponen harta tetap terlihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Biaya penyusutan per tahun
No
Uraian
1
Tanah
2
Bangunan Mesin
3
peralatan
4
Perlengkapan kantor
5
Kendaraan
Harga
Umur
Perolehan
Ekonomis
(Rp)
(tahun)
a
b
Penyusutan (%)
Biaya Penyusutan (Rp)
c
axc
675.000.000
--
--
--
1.518.500.000
20
5%
75.925.000
806.500.000
7
15%
120.975.000
27.000.000
4
25%
6.750.000
165.000.000
5
20%
33.000.000
dan
Total
236.650.000
Biaya operasional adalah biaya yang dipergunakan untuk kegiatan operasional perusahaan yang berkaitan dengan modal kerja dan dapat digolongkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.
Beberapa
komponen biaya yang digolongkan kedalam biaya tetap adalah biaya untuk keperluan gaji karyawan (di luar tenaga kerja langsung), biaya umum, biaya pemasaran dan biaya administrasi. Biaya variabel adalah yang dipengaruhi oleh kegiatan produksi.
Komponen biaya variabel
berupa biaya bahan baku, biaya bahan penolong, tenaga kerja langsung
55
dan biaya overhead. Kebutuhan bahan baku kayu per unit pallet 0,07 m3 dengan harga per m3 adalah Rp. 375.000 per m3, sehingga kebutuhan bahan baku kayu per pallet adalah Rp. 26.259,- (Tabel 13). Urutan komponen bahan baku adalah
kayu (81,47%), paku (9,93%), listrik
(6,88%) dan sisanya adalah untuk bahan kimia.
Tabel 13. Kebutuhan bahan baku per pallet Jenis bahan
Jumlah (Rp)
Kayu
26.259
Paku
3.200
Listrik
2.216
Bahan kimia
555
Total
32.230
Sumber : Data primer (data diolah kembali)
Komponen biaya tenaga kerja langsung adalah 8,5
% dari
penjualan, biaya penyiapan bahan terdiri dari biaya angkutan Rp.75.000,per m3 dan biaya bongkar Rp. 5.000,- per m3. Jika kebutuhan bahan baku kayu per pallet adalah 0,07 m3 (termasuk penyusutan 10 %), maka kebutuhan biaya bongkar per pallet adalah Rp. 5.600,-. Biaya overhead diperkirakan 2% dari penjualan. Kebutuhan investasi untuk pembukaan cabang usaha di Palembang adalah Rp. 3.192.000.000,- dengan sumber pendanaan dari modal sendiri sebesar Rp. 2.192.000.000,-
(68,67 %) dan
kredit
bank
Rp. 1.000.000.000,- (31,33%). Pengembalian kredit selama 4 tahun (48 bulan), termasuk 6 bulan masa tenggang pembayaran angsuran pokok (grace period). Investasi dilakukan pada awal tahun 2007. Penarikan dana investasi (Tabel 14) dilakukan secara bertahap,
karena pembangunan pabrik
dilakukan selama 4 bulan. Pada bulan ke 5 diperkirakan pabrik sudah
56
mulai beroperasi. Akumulasi penarikan dana investasi dijabarkan pada Gambar 17.
Tabel 14. Penarikan dana investasi
Nilai Uraian
No
Investasi
Bulan
(Rp Ribu) 1
Tanah
2
Bangunan & Prasarana
3
Mesin dan Peralatan
4
Peralatan & Inventaris
3
4
675.000
0
0
0
1.518.500
607.400
379.625
379.625
151.850
806.500
0
322.600
241.950
241.950
27.000
0
0
21.600
5.400
165.000
0
60.000
80.000
25.000
3.192.000
1.282.400
762.225
723.175
424.200
40,18 %
23,88%
22,66%
13,28%
Kendaraan Jumlah (1+2+3+4+5)
2
675.000
Kantor 5
1
Sumber Dana Perbankan (31,3%)
1.000.000
400.000
250.000
250.000
100.000
Modal Sendiri (68,67%)
2.192.000
882.400
512.225
473.175
324.200
Jumlah
3.192.000
1.282.400
762.225
723.175
424.200
Sumber : Data primer (data diolah kembali)
Akumulasi Dana Investasi (juta Rp)
3,500,000 3,000,000 2,500,000
Akumulasi dana investasi
2,000,000
Penarikan kredit Modal sendiri
1,500,000, 1,000.000 500,000 0 0
1
2
3
4
Bulan
Gambar 17. Akumulasi penarikan dana investasi
5
57
Kredit investasi mulai ditarik sejak awal pembangunan proyek. Penarikan kredit tersebut sudah dikenakan biaya bunga yang disebut bunga selama periode konstruksi (interest during construction atau IDC). Pembayaran biaya bunga IDC tersebut diasumsikan dibayar dengan menggunakan setoran dari pemegang saham (termasuk dalam perhitungan self financing), karena pada masa konstruksi proyek belum menghasilkan atau berproduksi. Asumsi yang mendasari penyusunan arus kas adalah sesuai dengan Lampiran 1 sedangkan proyeksi arus kas ditunjukkan dalam Lampiran 2. Arus kas merupakan catatan atas penerimaan dan pengeluaran kas dalam satu periode (12 bulan). Arus kas terdiri dari penerimaan kas (arus kas masuk) dan pengeluaran kas (arus kas keluar). Asumsi yang mendasari perhitungan arus kas adalah : a. Kebijakan harga penjualan saat ini mengikuti rataan harga pasar, yaitu Rp.100.000,- per pallet. b. Biaya bunga pinjaman diasumsikan 14 % per tahun dengan commitment fee 1 % dari total pinjaman. c. Produksi dimulai pada bulan Mei
dan Juni 2007, dengan jumlah
produksi 2.500 buah per bulan mengingat perusahaan baru beroperasi, selanjutnya pada bulan Juli hingga Desember 2007 mencapai 3.750 buah per bulan (sama dengan kapasitas produksi saat ini). Selanjutnya pada tahun 2008 hingga 2009 produksi diperkirakan akan dapat mencapai 4.200 buah per bulan dan tahun 2010 diperkirakan akan mampu mencapai produksi maksimal sesuai kapasitas terpasang sebesar 4.550 pallet per bulan. d. Biaya overhead sebesar 2 % dari penjualan, sedangkan biaya penyiapan bahan adalah Rp.80.000,- per m3. e. Biaya tenaga kerja langsung adalah 8,5 % dari penjualan. f. Seluruh penjualan maupun pembelian dilakukan secara kredit dengan jangka waktu maksimum 1 bulan (30 hari).
58
g. Perputaran persediaan diasumsikan 60 hari per bulan yang diperoleh dari perputaran bahan baku selama 40 hari, barang dalam proses 14 hari dan perputaran barang jadi selama 6 hari. h. Biaya gaji adalah Rp.30.000.000,- per bulan sedangkan biaya penjualan diperkirakan 3 % dari omset. Dalam penyusunan arus kas, hanya diperhitungkan proyeksi arus kas dari pengembangan usaha di Palembang tanpa memperhitungkan kegiatan usaha di Bekasi (kantor pusat), sehingga hasil yang diperoleh dapat dipergunakan untuk menggambarkan kondisi murni untuk investasi pabrik pallet dengan ISPM#15. Dari proyeksi arus kas yang dilakukan untuk 4 periode sesuai jangka waktu pengembalian kredit, diperoleh kesimpulan bahwa perusahaan mampu mengembalikan kredit investasi yang diperoleh dari proceed yang diperoleh.
Hal ini menunjukkan bahwa proyek
bankable. Seluruh kekurangan kas untuk modal kerja dan pembangunan proyek di luar fasilitas kredit investasi ditutup dari hutang pada pemegang saham yang disubordinasikan, sehingga memiliki kekuatan yang sama dengan modal, mengingat saat ini tidak ada setoran modal dalam bentuk saham.
Kebutuhan hutang pada pemegang saham yang tertinggi Rp.
2.364,66 juta yang terdiri dari biaya investasi Rp. 2.192 juta, IDC sebesar Rp. 34,91 juta, commitment fee Rp.10 juta dan
sisanya merupakan
modal kerja sebesar Rp.127,75 Juta. Perhitungan arus kas selanjutnya dipergunakan sebagai dasar dalam membuat proyeksi laporan keuangan (laba-rugi dan neraca). Asumsiasumsi yang melandasi penyusunan laba-rugi sama dengan asumsi yang mendasari perhitungan arus kas, ditambah dengan asumsi berikut : a. Pajak perusahaan (PPh badan) disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Atas laba perusahaan di bawah Rp.50 juta dikenakan pajak 10 %, pajak atas laba di atas Rp.50 juta tetapi di bawah Rp. 200 juta dikenakan pajak 25 % dan di atas Rp. 200 juta dikenakan pajak 30 %. b. Pajak masukan atas pembelian dan pajak keluaran atas penjualan barang jadi tidak diperhitungkan. Diasumsikan harga jual barang jadi
59
telah
memperhitungkan
pajak
(net
of
tax)
dan
harga
perolehan/pembelian atas barang yang menjadi obyek pajak juga sudah memperhitungkan pajak di dalamnya. c. Biaya penyusutan Rp.236.650.000,- per tahun, dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yang
memperhitungkan tahun
ekonomisnya (misalnya, bangunan 20 tahun). d. Harga pokok penjualan diperoleh dengan menjumlahkan pembelian bahan baku dengan persediaan awal, kemudian dikurangi dengan persediaan akhir dan selanjutnya ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung, biaya penyiapan bahan dan biaya overhead. e. Commitment fee adalah biaya (fee) untuk fasilitas kredit investasi sebesar 1 % dari maksimum kredit, dan dibayarkan pada saat penandatanganan perjanjian kredit. Berdasarkan asumsi yang telah disusun, usaha ini dapat memberikan proyeksi laba bersih yang positif selama jangka waktu 4 tahun, sehingga menunjukkan perusahaan profitable (Tabel 15). Proyeksi neraca untuk 4 periode ke depan menunjukkan bahwa sampai dengan akhir tahun ke 4, fasilitas kredit investasi dapat diselesaikan (Tabel 16). Total harta lancar meningkat sangat tajam dari Rp. 883,33 juta pada tahun I menjadi Rp. 4.970,87 juta pada tahun ke 4. Peningkatan harta lancar yang sangat nyata ini terutama bersumber dari peningkatan kas kumulatif yang semakin besar.
Tabel 15. Proyeksi laba-rugi (Rp Juta) Uraian
2007
2008
2009
2010
1.
Penjualan bersih
2.750,00
5.040,00
5.040.00
5.460,00
2.
Harga pokok penjualan
1.134,32
2.194,40
2.321,62
2.547,75
322,50
511,00
511,20
523,80
1.293,18
2.334,40
2.207,18
2.388,45
236,65
236,65
236,65
236,65
10,00
-
-
-
1.046,53
2.097,75
1.970,53
2.151,80
3. Biaya penjualan, umum dan administrasi 4. Laba operasional (1-2-3) 5. 6.
Biaya penyusutan Commitment fee (biaya bank)
7.
Laba sebelum bunga dan pajak (4-5-6)
6.
60
8.
Biaya bunga
9.
Laba sebelum pajak (7-8)
7.
10.
Pajak Pendapatan
11.
Laba bersih setelah pajak (9-10)
10.
113,84
103,00
62,59
21,60
932,69
1.994,75
1.907,94
2.130,20
279,81
598,42
572,38
639,06
652,88
1.396,32
1.335,56
1.491,14
Total aktiva dan pasiva meningkat dari Rp.4.012,08 juta pada tahun 2007 menjadi Rp.7.387,20 juta. Atas hutang pada pemegang saham disubordinasikan, yang berarti tidak akan dilunasi, sehingga memiliki kekuatan yang sama dengan modal. Perbandingan harta lancar dibandingkan dengan hutang lancar (current ratio) selama periode proyeksi semakin membaik, yaitu 2,48 kali (2007) menjadi 35,06 kali pada periode 2010 (Tabel 16). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan likuid. Perbandingan antara hutang dengan modal (debt to equity ratio atau DER) selama periode proyeksi semakin membaik dengan kecenderungan nilai DER yang menurun dari 0,33 kali pada periode 2007 menjadi 0,02 kali pada periode 2010, maka perusahaan dinilai solvable. Hasil perhitungan NPV (Tabel 17) dengan perhitungan bunga modal (cost of capital) diasumsikan 14 % (bunga kredit investasi) memperoleh nilai NPV positif Rp. 928,99
juta, yang berarti proyek layak
dilaksanakan.
Tabel 16. Neraca proyeksi (Rp juta) Uraian
2007
2008
2009
2010
1. Kas dan bank
223,39
1.138,53
2.422,73
3.846,80
2. Piutang dagang
375,00
420,00
420,00
385,00
3. Persediaan
458,33
840,00
840,00
910,00
1.056,73
2.398,53
3.682,73
5.141,80
4. Harta tetap bersih
2.955,35
2.718,70
2.482,05
2.245,40
II. TOTAL HARTA TETAP
2.955,35
2.718,70
2.482,05
2.245,40
TOTAL HARTA (I + II)
4.012,08
5.117,23
6.164,78
7.387,20
5. Hutang dagang
138,54
135,36
135,36
146,64
6. Bagian lancar kredit investasi
288,00
288,00
280,00
0
I.
TOTAL HARTA LANCAR (1+2+3)
61
III. TOTAL HUTANG LANCAR (5+6)
426,54
423,36
415,36
146.64
7. Kredit investasi
568,00
280,00
0
0
2.364,66
2.364,66
2.364,66
2.364,66
2.932,66
2.644,66
2.364,66
2.364,66
3.359,19
3.068,02
2.780,02
2.511,30
0
652,88
2.049,20
3.384,76
10. Laba periode berjalan
652,88
1.396,32
1.335,56
1.491,14
VI. TOTAL MODAL (9+10)
652,88
2.049,21
3.384,76
4.875,90
4.012,08
5.117,23
6.164,78
7.387,20
2,48
5,67
8,87
35,06
0,33
0,16
0,07
0,02
8. Hutang pemegang saham IV.
TOTAL
HUTANG
JANGKA
PANJANG (7+8)
V. TOTAL HUTANG (III+IV)
9. Laba ditahan
VII.TOTAL HUTANG DAN MODAL
Current Ratio (kali) = I / III Debt to Equity Ratio (kali) = (V8)/(VI+8)
IRR dihitung dengan metode trial and error, sehingga diperoleh tingkat bunga modal yang menghasilkan nilai NPV negatif. Dari hasil perhitungan diperoleh kesimpulan bahwa pada tingkat bunga modal 29 % nilai NPV adalah negatif Rp.7,46. Selanjutnya dari perhitungan diperoleh nilai IRR 26,93 %, yang berarti lebih besar daripada biaya modalnya (tingkat bunga modal 14 %).
Untuk itu proyek dinilai layak untuk
dilaksanakan.
Tabel 17. Perhitungan NPV Nilai EAT
Penyusutan
PROCEEDS
DF
sekarang
(Rp.Juta)
(Rp juta)
(Rp juta)
14,00%
(Rp. Juta)
1
2
(1+2) = 3
4
5=3x4
1
652,88
236,65
889,53
0,877192982
780,29
2
1.396,32
236,65
1.632,97
0,769467528
1.256,52
3
1.335,56
236,65
1.572,21
0,674971516
1.061,19
4
1.491,14
236,65
1.727,79
0,592080277
1.022,99
TAHUN
a. PV dari Proceeds
4.120,99
b. PV dari Outlays (total investasi)
3.192,00
c.Nilai NPV (a-b)
928,99
Untuk melihat hubungan antara NPV dengan biaya modal, dilakukan perhitungan NPV pada saat bunga modal 5 %, 20 %, 30 % dan 40 %.
62
Dari hasil perhitungan NPV dan IRR tersebut, dapat digambarkan hubungan antara NPV dan biaya modal seperti pada Gambar 18. 2.500,00 2.000,00
NPV (Rp. Juta)
1.500,00 1.000,00 500,00 0,00 0
10
20
30
40
50
(500,00) (1.000,00)
Biaya Modal (%)
Gambar 18. Hubungan antara NPV dengan biaya modal
Perhitungan PBP berguna untuk menghitung jangka waktu pengembalian investasi dengan total nilai sekarang arus kas yang akan dihasilkan. Pada Tabel 18 terlihat bahwa akumulasi nilai sekarang dari arus kas yang dihasilkan hingga akhir tahun ketiga masih negatif. Akumulasi PV arus kas mulai positif pada tahun ke empat. Dengan PV proceeds Rp.1.023 juta pada akhir tahun keempat, dan akumulasi PV
negatif Rp. 94 juta pada tahun ketiga, maka untuk
menutupi kekurangan arus kas bersih sampai dengan tahun ketiga tersebut dibutuhkan waktu selama 0,09 tahun atau dibulatkan menjadi 1 bulan. Hasil ini diperoleh dengan membagi akumulasi PV tahun ketiga (- Rp.94 juta) dengan PV proceeds tahun keempat (Rp.1.023 juta), sehingga dapat disimpulkan bahwa PBP akan diperoleh pada 3 tahun 1 bulan.
Tabel 18. Perhitungan PBP (dalam juta rupiah) Outlays
PV Proceeds
2007
2008
2009
2010
1
2
3
4
780
1.257
1.061
1.023
63
Akumulasi PV
(3.192)
(2.412)
(1.155)
(94)
929
Nilai PBP yang diperoleh lebih cepat jika dibandingkan dengan jangka waktu kredit investasi (4 tahun), sehingga investasi dinilai layak dilaksanakan. Gross B/C ratio berguna untuk melihat sejauhmana keuntungan (benefit) yang diperoleh untuk setiap biaya (cost) yang digunakan. Perhitungannya dilakukan dengan membandingkan PV dari benefit (proceeds) dengan PV dari cost (outlays), sehingga diperoleh nilai Gross B/C = 1,29, berarti investasi layak untuk dilaksanakan (syarat >1). Analisis sensitivitas yang dilakukan dibatasi dengan hanya melihat sejauhmana proyek masih dinilai layak, jika terjadi perubahan dalam biaya investasi maupun benefit. Dari diperoleh
hasil
perhitungan
sensitivitas
nilai error benefits -22,54 % dan error cost 29,10 %, yang
berarti bahwa jika terjadi penurunan dalam keuntungan hingga 22,54 % ataupun terjadi peningkatan biaya investasi hingga 29,10 %, maka investasi dinilai masih layak untuk dilaksanakan. Jika sudah melewati ambang batas tersebut, maka investasi tidak lagi layak untuk dilaksanakan.
ii.
Analisis Strategi Pemasaran Saat ini di Palembang terdapat 5 produsen pallet dengan sertifikasi ISPM#15. Sesuai dengan karakteristik produk yang bersifat homogen, maka industri pallet termasuk kedalam karakteristik pasar oligopoli murni, dimana terdapat tidak lebih dari 10 penjual (produsen). Permintaan pallet saat ini sangat dipengaruhi oleh ekspor karet di Provinsi Sumatera Selatan, karena potensi pasar utama adalah eksportir karet. Meskipun konsumen tidak hanya dibatasi dengan eksportir karet dan diharapkan perusahaan terus berekspansi mencari target pasar yang lain, namun dalam karet.
permintaan pallet dibatasi dengan melihat ekspor
64
Tabel 19. Ekspor karet dan kebutuhan pallet ISPM#15 Satuan
2004
2005
2006
ton
527.370
574.595
592.134
Kebutuhan pallet/tahun
unit
418.547
456.027
469.947
Kebutuhan pallet/bulan
unit
34.878
38.002
39.162
Ekspor karet (ton) / Kebutuhan Pallet (unit)
Ekspor karet
Periode
Gambar 19. Perbandingan antara ekspor karet dengan kebutuhan pallet Volume ekspor karet per tahun sejak tahun 2004 - 2006 di Provinsi Sumatera Selatan disajikan pada Tabel 19 dan Gambar 19. Berdasarkan data ekspor karet tersebut, kebutuhan pallet per bulan adalah 39.162 buah per bulan. Permintaan ini jauh di bawah kapasitas produksi perusahaan saat ini sebesar 3.750 buah per bulan. Ekspor karet pada 3 periode berikutnya diproyeksikan dengan menggunakan persamaan regresi linear dengan proyeksi trend. Peubah yang digunakan adalah Y untuk ekspor karet dan X untuk waktu. Persamaan garis diasumsikan linear dengan menggunakan persamaan : Ŷ=a+bX dimana Ŷ = volume ekspor karet a = koefisien intercept
65
b = kemiringan garis regresi X = periode waktu Selanjutnya disusun tabel yang digunakan sebagai dasar perhitungan untuk menentukan nilai a dan b (Tabel 20). Tabel 20. Peubah persamaan regresi untuk ekspor karet Tahun
Periode
Volume
Waktu (X)
ekspor (Y)
2004
1
532.318
X2
XY
1 527.370
2005
2
564.700
4
1.149.19 0
2006
3
597.083
9
1.776.40 5
Jumlah
6
1.694.100
14
3.452.96 5
n=3
Koefisen b dihitung menggunakan persamaan : n ∑XY –(∑X)(∑Y) b= n(∑X2) – (∑X)2
3 (3.452.965) – (6)(1.694.100) b= 3 (14) – (6)2 b=
32.383
Setelah nilai koefisien b diketahui, selanjutnya dihitung koefisien a dengan persamaan : ∑Y - b∑X a= n 1.694.100 – (32.383)(6) a =
66
3 a = 499.395 Dengan menggunakan persamaan regresi, diperoleh persamaan garis trend untuk penjualan karet, yaitu : Ŷ = 499.395 + 32.383 X. Dari persamaan regresi tersebut dapat dihitung proyeksi ekspor karet untuk periode 4 tahun yang akan datang (Tabel 21) . Penjualan untuk tahun 2007 = 499.395 + 32.383 (4) = 629.465 dan seterusnya untuk tahun 2008, 2009 dan 2010. Garis trend ekspor karet Sumatera Selatan dapat dilihat pada Gambar 20. Tabel 21. Proyeksi ekspor karet Provinsi Sumatera Selatan Volume (Ton)
2007
629.465
2008
661.848
2009
694.230
2010
726.613
Volume ekspor (ton)
Tahun
periode
Gambar 20. Garis trend ekspor karet Provinsi Sumatera Selatan
Proyeksi ekspor karet di masa yang akan datang menunjukkan trend positif, sehingga pasar pallet untuk ekspor karet masih terbuka lebar. Ditambah dengan diterapkannya kewajiban menggunakan pallet standar ISPM#15 untuk barang-barang ekspor membuka peluang permintaan
67
pallet yang lebih besar, mengingat saat ini cukup banyak komoditi yang diekspor dari Provinsi Sumatera Selatan. Produksi pallet ISPM#15 seluruh provider di Provinsi Sumatera Selatan setiap tahunnya diperkirakan mencapai 18.460 buah pallet per bulan (PT. XYZ, 2007). Jumlah ini diproduksi dari 4 perusahaan yang terdaftar sebagai produsen pallet ISPM#15.
Jika dibandingkan, terlihat
masih ada selisih antara permintaan dan penawaran pallet 20.702 buah per bulan (market space). Untuk itu dapat disimpulkan bahwa prospek pallet dari sisi penawaran juga masih terbuka lebar. Segmen pasar untuk produk yang dihasilkan tidak dibedakan, karena produk yang dihasilkan adalah produk standar yang memenuhi syarat yang telah distandarisasi dan bersifat seragam untuk semua pembeli dan produsen. Target pasar adalah eksportir yang menggunakan pallet untuk kegiatan ekspornya. Saat ini untuk pasar Palembang, target utama adalah eksportir karet. Posisi pasar PT. XYZ cabang Palembang saat ini dapat dikategorikan sebagai pemuka pasar (market leader) dengan pangsa pasar sebesar 32 %. Untuk dapat mempertahankan posisinya, perusahaan harus dapat memperbesar jumlah permintaan, melindungi dan memperbesar pangsa pasar saat ini. Sesuai dengan karakteristik industri maka target pemasaran dilakukan melalui segmentasi, targeting dan positioning. Selain itu untuk mempertahankan posisinya sebagai market leader maka strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh perusahaan adalah strategi fokus yaitu dengan memusatkan diri pada kelompok pembeli pallet ISPM # 15, wilayah geografis pasar dan bahan baku di Provinsi Sumatera Selatan. Dengan penerapan strategi ini, perusahaan akan mampu melayani target pasarnya secara lebih efektif dan efisien, sehingga PT. XYZ akan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik atau mencapai biaya yang rendah atau bahkan mencapai keduanya. Diferensiasi yang dilakukan tidak berhubungan secara langsung dengan jenis produk, mengingat produk yang dihasilkan adalah produk
68
spesifik dan memiliki
standar
tertentu. Diferensiasi yang dilakukan
lebih ditujukan kepada pelayanan sehingga didapatkan pelanggan
yang
loyal dengan ketepatan waktu pengiriman dan mutu yang baik. Ketepatan waktu pengiriman dapat dilakukan dengan membina hubungan baik dengan saluran distribusi. Peningkatan kapasitas produksi dan mutu produk diupayakan dengan pengawasan yang ketat terhadap mutu produk yang dihasilkan sehingga mengurangi klaim karena barang cacat dan menetapkan jangka waktu kadaluarsa pallet. Tingkat biaya yang minimum diupayakan melalui pengendalian biaya tenaga kerja langsung, biaya umum dan biaya administrasi seiring dengan bertambahnya pengalaman, sehingga memungkinkan PT. XYZ menetapkan harga yang lebih rendah. Kontribusi terbesar dari biaya pada industri pallet dengan ISPM#15 adalah komponen biaya variabel. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead (termasuk di dalamnya biaya transportasi), biaya bahan penolong dan pajak pendapatan. Biaya tetap terdiri dari biaya pemasaran, biaya umum dan administrasi. Dari komponen biaya, biaya yang dapat dikontrol/ dikendalikan adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya umum dan biaya administrasi, sedangkan komponen biaya lainnya diasumsikan berada di luar kendali perusahaan. Selanjutnya dilakukan trial and error pada perhitungan biaya tenaga kerja langsung sehingga dapat diperoleh besarnya penghematan biaya jika jumlah tenaga kerja langsung dikurangi dengan cara meningkatkan produktivitas. Teknik ini sekaligus juga akan dapat melihat titik impas / BEP yang akan berguna untuk memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai harga jual, jumlah produksi dan total penjualan minimal yang harus dilakukan agar perusahaan tidak memperoleh keuntungan. Tabel 22 menunjukkan perhitungan BEP pada perusahaan. Hubungan antara biaya dan penjualan dapat dilihat pada Gambar 21.
Tabel 22. Proyeksi perhitungan BEP pada usaha pallet ISPM#15 Uraian
Satuan
2007
2008
2009
2010
69
a. Volume
Unit
27.500
50.400
50.400
54.600
b. Harga jual
Rp
100.000
100.000
100.000
100.000
c. Penjualan
Rp
2.750.000.000
5.040.000.000
5.040.000.000
5.460.000.000
Rp
1.537.968.450
2.895.827.820
2.956.594.042
3.208.411.162
Rp
55.926
57.457
58.663
58.762
Rp
322.500.000
511.200.000
511.200.000
523.800.000
Rp
1.860.468.450
3.407.027.820
3.467.794.042
3.732.211.162
7.317
12.016
12.367
12.702
731.726.002
1.201.604.994
1.236.651.930
1.270.191.054
27%
24%
25%
23%
67.653
67.599
68.805
68.355
(a x b) d. Total biaya variable e.
Biaya variable per unit (d /
a)
f. Total biaya tetap g. Total biaya (d + f) Perhitungan BEP
Unit Rp Persentase Harga
jual
Rp/unit
BEP (g / a)
Gambar 21. Hubungan antara biaya dengan penjualan dan BEP
Dari data tersebut terlihat bahwa untuk memperoleh keuntungan, harga jual per unit minimal harus melebihi Rp.67.653,- (2007), Rp.67.581,- (2008), Rp.68.805,- (2009) dan Rp.68.356,- (2010). Jumlah penjualan untuk mencapai BEP masing-masing berturut-turut sebesar
70
7.317 (2007), 11.987 (2008), 12.367 (2009) dan 12.702 (2010). Titik BEP tersebut jika dibandingkan dengan total penjualan adalah 27 % (2007), 24 % (2008), 25 % (2009) dan 23 % (2010). Penurunan biaya tenaga kerja langsung akan berpengaruh terhadap biaya variabel, yang akhirnya akan menurunkan harga jual per unit untuk memperoleh titik impas (Tabel 23). Untuk itu dilakukan uji coba dengan menurunkan biaya-biaya pada tahun 2008, karena pada tahun 2008 perusahaan dinilai sudah mulai beroperasi secara normal. Pada Tabel 23 terlihat bahwa dengan penurunan biaya tenaga kerja dari 8 % menjadi 7% dari penjualan akan menurunkan harga BEP per unit dari Rp. 67.581,menjadi Rp.66.531,- (turun 1,6 %). Unit penjualan untuk mencapai BEP turun 2,4 % menjadi 11.698 unit. Penurunan biaya tenaga kerja menjadi 6% dari penjualan akan menurunkan harga BEP sebesar 2,6 % menjadi Rp. 65.831,-, dan unit penjualan untuk mencapai BEP juga turun 3,6 % menjadi 11.513 unit.
Tabel 23.
Pengaruh penurunan biaya tenaga kerja langsung terhadap BEP pada tahun 2008 Uraian
Penurunan Menjadi 7 %
a. Volume b. Harga jual c. Penjualan (a x b) d. Total biaya variabel e. Biaya variabel per unit (d / a) f. Total biaya tetap g. Total biaya (d + f) h. BEP i. BEP j. Harga BEP per unit
Satuan
Nilai (Rp)
Unit
50.400
Rp
100.000
Rp
5.040.000.000
Rp
2.843.312.820
Rp
56.415
Rp
509.850.000
Rp
3.353.162.820
Unit
11.698
Rp
1.169.781.489
Rp
66.531
Penurunan Menjadi 6 %
a. Volume b. Harga jual
Unit
50.400
71
c. Penjualan ( a x b ) d. Total biaya variabel e. Biaya variabel per unit (d / a ) f. Total biaya tetap g. Total biaya ( d + f ) h. BEP i. BEP j. Harga BEP per unit
Rp
100.000
Rp
5.040.000.000
Rp
2.808.032.820
Rp
55.715
Rp
509.850.000
Rp
3.317.882.820
Unit
11.513
Rp
1.151.291.122
Rp
65.831
Dengan penurunan biaya variabel dan biaya tetap, maka total penjualan yang harus dilakukan untuk mencapai BEP turun sebesar 9,35% menjadi 7.855 unit dan harga BEP per unit turun 6,08% menjadi Rp.63.470 (Tabel 24). Penghitungan BEP per unit membantu perusahaan untuk dapat menentukan harga minimal sesuai dengan margin yang diinginkan.
Tabel 24. Pengaruh penurunan
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
tetap terhadap BEP tahun 2008 Uraian
Satuan
Nilai
Volume
Unit
50.400
Penjualan
Rp
5.040.000.000
Total biaya variabel
Rp
2.859.017.820
Biaya variabel per unit
Rp
56.727
Total biaya tetap
Rp
339.900.000
Total biaya
Rp
3.198.917.820
BEP
Unit
7.855
BEP
Rp
785.469.966
BEP
%
16
Harga BEP per unit
Rp
63.470
Berdasarkan kuesioner dan wawancara yang dilakukan kepada pemilik perusahaan yang digabungkan dengan kondisi umum yang dihadapi perusahaan, dapat diidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kegiatan perusahaan.
Faktor internal
72
dikelompokkan menjadi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) yang merupakan
faktor-faktor yang dapat dikendalikan perusahaan.
Faktor eksternal dikelompokkan menjadi peluang (opportunities) dan ancaman (threats).
Analisis dilakukan dengan menggunakan matriks
IFAS (Tabel 25) dan matriks EFAS (Tabel 26). Hasil pada matriks IFAS dan EFAS, dapat menentukan posisi strategis perusahaan saat ini dengan menggunakan GE-Model (Gambar 22). Dari hasil yang diperoleh, posisi perusahaan saat ini berada pada matriks I, sehingga strategi yang tepat dilakukan adalah strategi pertumbuhan dengan konsentrasi melalui integrasi vertikal dengan cara backward integration (mengambil alih fungsi pemasok) atau dengan cara forward integration (mengambil alih fungsi distributor).
Agar dapat
meningkatkan kekuatan bisnis atau posisi kompetitifnya, perusahaan harus melakukan upaya meminimalkan biaya dan operasi yang tidak efisien untuk mengontrol mutu dan distribusi produk. Tabel 25. Matriks IFAS Faktor Strategi Internal Kekuatan A
Pemasaran
dan
pangsa
pasar
Bobot
Rating
(a)
(b)
Skor (a x b)
0,087
3
0,261
perusahaan cukup besar
B
Manajemen profesional
0,083
4
0,333
C
Mutu produk yang dijual baik dan
0,098
4
0,394
selalu dipertahankan
D
Penguasaan teknis cukup baik
0,080
4
0,318
E
Kapasitas terpasang cukup besar
0,057
3
0,170
F
Sarana yang dimiliki lengkap dan milik
0,061
4
0,242
0,091
3
0,273
0,114
3
0,341
sendiri
Kelemahan G
Kapasitas produksi belum optimal
H
Keterbatasan
modal
jika
akan
melakukan pengembangan usaha
73
Produktivitas
I
tenaga
kerja
masih
0,087
3
0,261
Penetapan harga masih ditentukan
0,057
2
0,114
rendah
J
rataan pasar
K
Tenaga pemasaran belum optimal
0,098
3
0,295
L
Bahan baku dan produk mudah rusak
0,087
3
0,261
karena penyimpanan
TOTAL
1,000
3,265
Tabel 26. Matriks EFAS Faktor Strategi Eksternal
Skor
Peluang
Bobot
Rating
(a x
(a)
(b)
b)
A
Memiliki pemasok tetap
0,110
3
0,330
B
Regulasi yang jelas
0,060
4
0,239
C
Prospek pasar masih terbuka
0,087
4
0,349
D
Larangan penggunaan methyl bromide
0,096
4
0,385
E
Peningkatan ekspor
0,096
4
0,385
Ancaman F
Persaingan dari perusahaan sejenis
0,096
2
0,193
G
Ketersediaan bahan baku
0,092
3
0,275
H
Kekuatan
cukup besar
0,096
3
0,289
Klaim dari pelanggan
0,096
3
0,289
I
tawar
menawar
pembeli
Pembekuan/pencabutan
nomor
J
registrasi
0,069
3
0,206
K
Kondisi Sosial Ekonomi
0,101
3
0,303
TOTAL
1,000
3,243
TOTAL SKOR FAKTOR STRATEGI INTERNAL KUAT 4.0
RATAAN 3.0
LEMAH 2.0
1.0
TINGGI
74
I
II
III
PERTUMBUHAN
PERTUMBUHAN
PENCIUTAN
MENENGAH
3.0
V IV
VI
PERTUMBUHAN
STABILITAS
PENCIUTAN STABILITAS
2.0 RENDAH
TOTAL SKOR STRATEGI EKSTERNAL
x
VII
VIII
IX
PERTUMBUHAN
PERTUMBUHAN
LIKUIDASI
1.0
Gambar 22. Matriks IE
Untuk
lebih
mempertajam
alternatif
strategi
yang
dapat
dilaksanakan, selanjutnya dilakukan analisis SWOT (Tabel 27) dengan menggunakan faktor internal dan eksternal yang telah diperoleh dari Tabel 25 dan 26. Berdasarkan Tabel 27, terdapat 4 jenis alternatif strategi, yaitu : a. Strategi S - O Strategi ini merupakan alternatif strategi yang dihasilkan dari upaya menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, yaitu : 1) Peningkatan penjualan 2) Mempertahankan posisi sebagai market leader 3) Perluasan pangsa pasar
4) Kerjasama yang erat dengan saluran distribusi 5) Memelihara hubungan baik dengan pemasok
75
b. Strategi W – O Strategi ini merupakan alternatif strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada, yaitu : 1) Peningkatan produktifitas 2) Menjalin kerjasama dengan lembaga perbankan. 3) Pengendalian biaya produksi 4) Menarik tenaga kerja terampil 5) Mempercepat proses produksi dengan perbaikan sistem produksi c. Strategi S – T Strategi ini merupakan strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman, yaitu : 1) Menjalin hubungan baik dengan pelanggan 2) Memelihara mutu produk dan pelayanan 3) Menghindari ketergantungan dengan satu pemasok d. Strategi W – T Strategi ini merupakan strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman, yaitu : 1) Lebih memperhatikan mutu produk dan pelayanan terhadap konsumen 2) Penetapan harga yang bersaing 3) Gudang penyimpanan bahan baku yang memenuhi syarat 4) Penetapan tanggal kadaluarsa pallet Selanjutnya, dengan menggunakan analisis SWOT dapat ditetapkan bauran pemasaran yang berisikan program pemasaran yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan.
Tabel 27. Matriks SWOT
76
FAKTOR INTERNAL
KEKUATAN (S) 1. Pemasaran dan pangsa pasar perusahaan cukup besar 2. Manajemen profesional 3. Mutu produk yang dijual baik dan selalu dipertahankan 4. Penguasaan teknis cukup baik 5. Kapasitas terpasang cukup besar 6. Sarana yang dimiliki lengkap dan milik sendiri
KELEMAHAN (W) 1. Kapasitas produksi belum optimal 2. Keterbatasan modal jika akan melakukan pengembangan usaha 3. Produktivitas tenaga kerja masih rendah 4. Penetapan harga masih ditentukan oleh rataan pasar 5. Tenaga pemasaran belum optimal 6. Bahan baku dan produk mudah rusak karena penyimpanan
FAKTOR EKSTERNAL
PELUANG (O)
1. 2. 3. 4. 5.
STRATEGI SO
1. Peningkatan penjualan 2. Mempertahankan posisi Memiliki pemasok tetap sebagai market leader Regulasi yang jelas 3. Perluasan pangsa pasar Prospek pasar masih terbuka4. Kerjasama yang erat Larangan penggunaan methyl dengan saluran bromide distribusi Peningkatan ekspor 5. Memelihara hubungan baik dengan pemasok
STRATEGI WO 1. Peningkatan produktifitas 2. Menjalin kerjasama dengan lembaga perbankan. 3. Pengendalian biaya produksi 4. Menarik tenaga kerja terampil 5. Mempercepat proses produksi dengan perbaikan sistem produksi 6. Meningkatkan efektifitas tenaga pemasaran
77
STRATEGI ST
ANCAMAN (T) 1. Persaingan darI perusahaan sejenis 2. Ketersediaan bahan baku 3. Kekuatan tawar menawar pembeli cukup besar 4. Klaim dari pelanggan 5. Pembekuan/pencabutan nomor registrasi. 6. Kondisi sosial ekonomi
1. Menjalin hubungan baik dengan pelanggan 2. Memelihara mutu produk dan pelayanan 3. Menghindari ketergantungan dengan satu pemasok
STRATEGI WT 1. Lebih memperhatikan mutu produk dan pelayanan terhadap konsumen 2. Penetapan harga yang bersaing 3. Gudang penyimpanan bahan baku yang memenuhi syarat 4. Penetapan tanggal kadaluarsa pallet
Kebijakan bauran pemasaran yang dapat diterapkan oleh perusahaan atas dasar matriks SWOT adalah : a. Produk (product) Produk yang dihasilkan seragam dan telah memiliki standar mutu sendiri, maka tidak diperlukan diferensiasi produk sebagai akibat dari produk yang dihasilkan masing-masing produsen tidak dapat dibedakan.
PT. XYZ hanya perlu menjamin mutu barang yang
dihasilkan sesuai dengan permintaan pelanggan dan standar ISPM#15, dalam rangka menghindari hasil produksi yang cacat. Hal ini untuk menghindari klaim pelanggan dan resiko dicabutnya registrasi ISPM#15 yang dimiliki oleh perusahaan.
Namun demikian,
perusahaan harus melakukan inovasi dalam sistem produksi, sehingga dapat mempercepat proses produksi.
Untuk menjamin kontiunitas
produksi, perusahaan harus menjalin hubungan baik dengan pemasok dan menjalin hubungan dengan lebih dari satu pemasok.
Untuk
meningkatan produksi, perusahaan harus melakukan peningkatan produktifitas dan menggunakan tenaga terampil, sedangkan untuk lebih meningkatkan pangsa pasar, perusahaan mengefektifkan fungsi tenaga penjualan. b. Harga (price)
78
Harga produk dapat ditentukan perusahaan dengan melihat BEP dan margin yang diharapkan oleh perusahaan, sehingga perusahaan akan dapat menetapkan harga yang bersaing. Sedapat mungkin PT. XYZ juga harus melakukan efisiensi dalam biaya variabel maupun biaya tetap, sehingga biaya total dapat dikurangi dan akhirnya menurunkan harga jual. Penurunan harga jual juga diharapkan akan dapat
meningkatkan
permintaan
dan
akhirnya
akan
dapat
meningkatkan pangsa pasar, keuntungan dan meningkatkan penjualan. c. Tempat (place) Perusahaan harus menjalin hubungan yang baik dengan saluran distribusi. d. Promosi (promotion) Promosi yang perlu dilakukan oleh perusahaan adalah memperkenalkan perusahaan kepada calon pelanggan dengan pemberian Company Profile dan brosur atau dengan metode presentasi langsung maupun tak langsung, pemasangan iklan di harian surat kabar atau pembuatan website. iii.
Kajian mengenai SBU Pendirian PT. XYZ cabang Palembang pada dasarnya merupakan implementasi dari strategi pengembangan pasar (market development strategy), yaitu strategi yang berusaha menawarkan produk saat ini kepada pasar baru. Saat ini kantor cabang Palembang dipimpin oleh seorang manajer dan beroperasi sebagai suatu bisnis tersendiri, serta beroperasi seperti anak perusahaan.
Seluruh kegiatan operasional di Palembang,
dilakukan oleh pegawai yang berada di Palembang yang memiliki fungsi keuangan, SDM dan pemasaran yang terlepas dari fungsi-fungsi yang dimiliki oleh kantor pusat.
Kantor pusat hanya berfungsi untuk
melakukan koordinasi. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka cabang Palembang dapat dikategorikan sebagai SBU autonomous profit centre. Untuk melihat kemungkinan Kantor Cabang Palembang berdiri sebagai perusahaan sendiri,
dilakukan analisis resiko keuangan, yaitu
melihat sejauhmana potensi kebangkrutan perusahaan. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis resiko keuangan (Z-score atau Skor Z)
79
dengan membandingkan potensi kebangkrutan perusahaan jika tetap sebagai SBU maupun berdiri sendiri. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan data hasil proyeksi laporan keuangan diperoleh nilai untuk X1, X2, X3, X4 dan X5 untuk masing-masing tahun proyeksi (Tabel 28). Selanjutnya dilakukan perhitungan Skor Z dengan metode Altman. Analisis resiko keuangan dengan kondisi perusahaan tetap sebagai SBU dianalisis dengan terlebih dahulu menghitung proyeksi keuangan perusahaan jika bergabung sebagai SBU pada PT. XYZ.
Dari hasil
proyeksi keuangan tersebut dilakukan perhitungan Skor Z sesuai Tabel 26. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa potensi kebangkrutan perusahaan dinilai kecil, karena Skor Z > 3. Nilai Skor Z dari tahun ke tahun menunjukkan pertumbuhan yang cukup nyata dan perusahaan dinilai stabil.
Tabel 28. Hasil perhitungan Skor Z sebagai SBU Peubah
2007
2008
2009
2010
X1
0,32
0,52
0,63
0,73
X2
0,40
0,54
0,65
0,71
X3
0,30
0,25
0,20
0,17
X4
4,24
6,95
10,27
14,77
X5
1,35
1,36
1,11
0,93
Skor Z
5,83
7,74
9,59
12,22
Dengan analisis yang sama, dilakukan perhitungan Skor Z dengan perusahaan berdiri sendiri sebagai perusahaan terpisah (Tabel 29). Perhitungan Skor Z menunjukkan perusahaan juga memiliki potensi bangkrut yang relatif kecil, dengan Skor Z yang > 3.
80
Tabel 29. Hasil perhitungan Skor Z sebagai perusahaan yang berdiri sendiri
Variabel
2007
2008
2009
2010
X1
0,16
0,39
0,53
0,68
X2
-
0,13
0,33
0,46
X3
0,26
0,41
0,32
0,29
X4
3,03
6,28
13,84
49,37
X5
0,69
0,98
0,82
0,74
Skor Z
3,56
6,74
11,28
32,78
Pada tahap awal, nilai Skor Z jika perusahaan berdiri sendiri lebih rendah jika dibandingkan dengan jika beroperasi sebagai SBU (tahun 2007 dan 2008). Hal ini dinilai wajar, karena perusahaan baru berdiri. Nilai Skor Z menjadi lebih tinggi pada tahun 2009 dan 2010, sehingga potensi kebangkrutan perusahaan jika berdiri sendiri pada tahun ini dinilai relatif lebih kecil. Dengan perhitungan tersebut di atas, maka perusahaan dinilai layak untuk dapat beroperasi sebagai SBU maupun jika berdiri sendiri. Pemilihan bentuk perusahaan tetap sebagai SBU atau menjadi perusahaan yang berdiri sendiri merupakan pilihan yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan.
Beberapa hal yang dapat menjadi
pertimbangan dalam pemilihan bentuk usaha dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Perbandingan SBU dengan usaha yang berdiri sendiri Berdiri Sendiri Kelebihan
Tetap SBU Kelebihan
1) Bebas mengambil keputusan. 1) Kebutuhan modal dapat dipenuhi 2) Seluruh keuntungan yang diperoleh dari perusahaan induk. dapat dialokasikan untuk 2) Manajemen berpengalaman. kepentingan perusahaan. 3) Lebih efisien dalam pengurusan izin-izin usaha. 4) Lebih stabil, karena ditunjang
81
Kekurangan 1) Dibutuhkan modal yang cukup besar untuk setoran saham. 2) Kurangnya pengalaman manajemen. 3) Harus mengurus izin-izin baru terkait dengan usaha yang dilakukan. 4) Modal kerja terbatas dan harus dipenuhi sendiri.
pengalaman usaha dari kantor pusat. Kekurangan 1) Tidak bebas dalam mengambil keputusan. 2) Keuntungan yang diperoleh digunakan untuk kepentingan perusahaan induk. 3) Kondisi perusahaan induk dapat mempengaruhi perusahaan.
82
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Secara ekonomis, usaha pengembangan industri pallet dengan standar ISPM#15 yang dilakukan oleh PT. XYZ ke Palembang dinilai layak dilakukan, karena nilai NPV Rp. 928,99 juta, IRR 26,93 % dan PBP selama 3 tahun 1 bulan. 2. Berdasarkan analisis strategi pemasaran dengan menggunakan analisis SWOT dihasilkan 4 jenis alternatif strategi (strategi S-O, W-O, S-T dan W-T) yang dapat dilakukan oleh PT. XYZ Cabang Palembang. Alternatif strategi berdasarkan matriks IE adalah strategi pertumbuhan dengan konsentrasi melalui integrasi vertikal dengan cara backward integration atau dengan cara forward integration. 3. Berdasarkan penilaian resiko keuangan dengan menggunakan Skor Z, usaha di Palembang dapat berbentuk SBU maupun berdiri sendiri. Pemilihan bentuk usaha tersebut selanjutnya dapat menjadi pilihan bagi manajemen perusahaan dengan didasarkan kepada kelebihan dan kekurangan masing-masing.
B. Saran 1. Untuk memperoleh laba maksimum dalam penjualan pallet ISPM#15 PT. XYZ diharapkan melakukan hal-hal berikut : a.
Pengawasan yang ketat terhadap tenaga kerja.
b.
Pengendalian biaya umum dan administrasi.
c.
Perbaikan sistem produksi yang membuat produk menjadi lebih mudah dan cepat dibuat.
d.
Kerjasama yang erat dengan saluran distribusi.
e.
Fasilitas untuk menarik tenaga kerja yang terampil.
2. Jika perusahaan telah berjalan, berikutnya perlu dilakukan estimasi berkaitan dengan pasar, penjualan dan biaya-biaya yang didasarkan kepada pengalaman perusahaan, peluang perusahaan di masa datang.
sehingga dapat diperoleh gambaran
83
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Selatan. 2006. Sumatera Selatan Dalam Angka 2005 / 2006. BPS, Palembang. . 2007. Sumatera Selatan Dalam Angka 2006 / 2007. BPS, Palembang. Barantan. 2006a. Pedoman Registrasi Perusahaan Kemasan Kayu (Dalam Rangka Penerapan ISPM # 15). Departemen Pertanian, Badan Karantina Pertanian (Barantan), Jakarta. . 2006b. Peluncuran (launching) Skim Audit Badan Karantina Pertanian. Departemen Pertanian, Badan Karantina Pertanian (Barantan), Jakarta. . 2007. Daftar Perusahaan Kemasan Kayu Skim Audit Badan Karantina Pertanian. Departemen Pertanian, Badan Karantina Pertanian (Barantan), Jakarta. BSN. 2000. Standard Indonesia Rubber. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Chandra, G. 2001. Strategi dan Program Pemasaran. Andi Offset, Yogyakarta. Gapkindo Cabang Sumsel. 2007. Profil Asosiasi. Gapkindo, Palembang. Gittinger, JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian (Terjemahan). Universitas Indonesia Press, Jakarta. Kotler, P. 1998. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian (Terjemahan), Jilid I. Erlangga, Jakarta. Porter, M.E. 2007. Strategi Bersaing (Terjemahan). Karisma Publishing Group, Tangerang. Pramudya, B. 2006. Modul Kuliah Ekonomi Teknik. Program Studi Industri Kecil Menengah, IPB, Bogor. PT. XYZ. 2007. Company Profile. PT. XYZ, Bekasi. Rangkuti, F. 2005. Business Plan, Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus. PT. Gramedia Utama, Jakarta. . 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sugiyanto, C. 1985. Ekonomi Mikro. BPFE, Yogyakarta.
84
Sundjaja, R.S dan B. Inge. 2003. Manajemen Keuangan Dua. Literata Lintas Media, Jakarta. Syarief, R. 2007. Modul Kuliah Kapita Selekta. Program Studi Industri Kecil Menengah, IPB, Bogor. Umar, H. 2005. Strategic Management in Action. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Zubir, Z. 2006. Studi Kelayakan Usaha. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. www.dephut.go.id. 2008. Sifat Kayu dan Penggunaannya, 23 Februari 2008. http//www. dephut. go.id/Halaman/Standardisasi_&_Lingkungan_ Kehutanan/ Info_V02/VI, 2008. www.hukumonline.com. 2007. Draft RUU UMKM Hasil Akhir Harmonisasi Dephukham, 5 Oktober 2007. http://www.hukumonline.com/detail. asp?id=16783&cl=Berita, 2007. www.karantina.deptan.go.id. 2007. Bahan Kemasan Kayu.htm, 12 Desember 2007. http://karantina pertanian.deptan.go.id/ eng/bahan_ kemasan_ kayu, 2007. www.karantina.deptan.go.id. 2008. Di notifikasi ke WTO, Peraturan Menteri Pertanian Tentang Tindakan Karantina Tumbuhan Terhadap Pemasukan Pembungkus Kayu Ke dalam Wilayah Indonesia. http//www.karantina.deptan.go.id, 2008. www.korantempo.com. 2008. Produk Kemasan Kayu Akan Diatur, 16 Januari 2008. http// www.korantempo.com/korantempo/2007/12/18/ Ekonomi_ dan Bisnis/krn,20071218, 2008.
85
LAMPIRAN
86
Lampiran 1. Asumsi pembuatan arus kas 1
Harga rataan : Pallet
Rp.
100,000
/Pcs
2
Rataan Hari Produksi per Bulan
25 Hari
3
Suku Bunga Pinjaman
per tahun
4
Project Cost
Rp.
3,192,000,000
5
Biaya Investasi 1 Kredit Bank 2 Modal Sendiri Total Sumber Pembiayaan
Rp. Rp. Rp.
1,000,000,000 2,192,000,000 3,192,000,000
14.00%
48 6 42
Bulan Bulan Bulan
Rataan Umur Piutang
1
Bulan
8
Rataan Persediaan
2
Bulan
9
Rataan Umur Hutang
6
Masa Pinjaman Masa Tenggang Masa Angsuran
7
30
Hari
10
Rendement
11
Harga Bahan Baku per M3 Racuk
Rp.
375,000
Harga Bahan Penolong per Pcs a. Paku Biasa 5 Cm b. Paku Ulir 5 Cm
Rp. Rp.
30 40
Harga Chemical/Liter Prevail
Rp.
150,000
14
Harga Listrik per Kwh
Rp.
800
15
Biaya Penyiapan Bahan per M3 a. Angkutan Rp. b. Biaya Bongkar Rp.
75,000 5,000
12
13
90%
31 % 69 % 100 %
87
Lampiran 3. Proyeksi pernyataan laba/rugi dalam juta rupiah TANGGAL/BULAN/TAHUN
31.12.2007
31.12.2008
31.12.2009
31.12.2010
12
12
12
12
PERINCIAN
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
1
PENJUALAN BERSIH
2,750.00
5,040.00
5,040.00
5,460.00
2
HARGA POKOK PENJUALAN (HPP)
1,134.32
2,194.40
2,321.62
2,547.75
3
BIAYA PENJUALAN, UMUM DAN ADM.
322.50
511.20
511.20
523.80
4
LABA OPERASIONAL (1-2-3)
1,293.18
2,334.40
2,207.18
2,388.45
5
BIAYA PENYUSUTAN
236.65
236.65
236.65
236.65
6
BIAYA PROPISI
-
-
7
LABA SBLM BUNGA DAN PAJAK (EBIT) (4-5-6)
8
JUMLAH BULAN
10.00
-
1,046.53
2,097.75
1,970.53
2,151.80
BIAYA BUNGA
113.84
103.00
62.59
21.60
9
LABA SEBELUM PAJAK (EBT) (7-8)
932.69
1,994.75
1,907.94
2,130.20
10
PAJAK PENDAPATAN
279.81
598.42
572.38
639.06
11
LABA BERSIH SETELAH PAJAK (EAT) (9-10)
652.88
1,396.32
1,335.56
1,491.14
88
Lampiran 4. Proyeksi neraca dalam jutaan Rp TANGGAL/BULAN TAHUN
31.12.2007
31.12.2008
31.12.2009
31.12.2010
PERINCIAN
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
1
KAS DAN BANK
223.39
1,138.53
2,422.73
3,846.80
2
PIUTANG DAGANG
375.00
420.00
420.00
385.00
3
PERSEDIAAN
458.33
840.00
840.00
910.00
4
TOTAL HARTA LANCAR (1+2+3)
1,056.73
2,398.53
3,682.73
5,141.80
5
HARTA TETAP BERSIH
2,955.35
2,718.70
2,482.05
2,245.40
6
TOTAL HARTA TETAP
2,955.35
2,718.70
2,482.05
2,245.40
7
TOTAL HARTA (4+6)
4,012.08
5,117.23
6,164.78
7,387.20
8
HUTANG DAGANG
138.54
135.36
135.36
146.64
9
BGN LANCAR KREDIT JK. PANJANG - KI
288.00
288.00
280.00
-
10
TOTAL HUTANG LANCAR (8+9)
426.54
423.36
415.36
146.64
11
KREDIT INVESTASI
568.00
280.00
-
-
12
HUTANG PEMEGANG SAHAM
2,364.66
2,364.66
2,364.66
2,364.66
13
TOTAL HUTANG JANGKA PANJANG (11+12)
2,932.66
2,644.66
2,364.66
2,364.66
14
TOTAL HUTANG (10 + 13)
3,359.19
3,068.02
2,780.02
2,511.30
15
SAHAM BIASA/MODAL
0.00
0.00
0.00
0.00
16
LABA YANG DITAHAN
-
652.88
2,049.20
3,384.76
17
LABA PERIODE BERJALAN
652.88
1,396.32
1,335.56
1,491.14
18
TOTAL MODAL (15+16+17)
652.88
2,049.21
3,384.76
4,875.90
19
TOTAL HUTANG DAN MODAL (14+18)
4,012.08
5,117.23
6,164.78
7,387.20
89
Lampiran 5. Asumsi arus kas konsolidasi 1
9 10 11 12 13
Harga Rataan : 1 Pallet Rp. 2 Marking Rp. 3 Fumigasi - FCL Rp. - LCL Rp. Rataan produksi per hari : Pallet (Pcs) Marking (Pcs) Rataan hari produksi per bulan Suku Bunga Pinjaman Tingkat Inflasi rata-rata Project Cost Sumber Pembiayaan : Investasi Modal Sendiri Total Sumber Pembiayaan Masa Pinjaman Masa Konstruksi/Tenggang Masa Angsuran Rataan umur piutang Rataan persediaan Rataan umur hutang Rendement Harga Bahan Baku per M3
Rp. Rp.
600,000 725,000
14
a. Albasia b. Racuk Harga Bahan Penolong per Pcs
15 16 17
a. Paku Biasa 5 Cm b. Paku Ulir 5 Cm Harga Chemical per Liter Harga Listrik per Kwh Biaya Penyiapan Bahan per M3
Rp. Rp. Rp. Rp.
30 40 150,000 800
a. b.
Rp. Rp.
75,000 5,000
2
3 4 5 6
8
Angkutan Biaya Bongkar
105,000 15,000 650,000 27,500 Cibitung 520 480
Rp. Rp. Rp. Rp. 48 6 42 1 2 30 90%
/Pcs /Pcs /Container 20" /M3 0 0 25 13.50% 10% 3,192,000,000 1,000,000,000 2,192,000,000 3,192,000,000 Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Hari Bekasi
Palembang 150 0 Hari p.a.
31% 69% 100%
Palembang
375,000
Jumah 670 480
90
Lampiran 7. Pernyataan laba/rugi konsolidasi dalam Jutaan Rupiah TANGGAL/BULAN/TAHUN JUMLAH BULAN PERINCIAN
31.12.2005
31.12.2006
12
BLN
12
BLN
JUMLAH
%
JUMLAH
%
1
PENJUALAN BERSIH
4,877.63
100.00
14,205.23
100.00
2
HARGA POKOK PENJUALAN (HPP)
2,574.60
52.78
7,687.74
54.12
3
BIAYA PENJUALAN, UMUM DAN ADM.
834.91
17.12
2,182.47
15.36
4
LABA OPERASIONAL ( 1-2-3 )
1,468.13
30.10
4,335.03
30.52
5
BIAYA PENYUSUTAN
156.00
3.20
330.67
2.33
6
BIAYA SEWA/KONTRAK
10.35
0.21
50.50
0.36
7
LABA SBLM BUNGA DAN PAJAK (EBIT) (4–5–6)
1,301.78
26.69
3,953.86
27.83
8
BIAYA BUNGA
9
LABA SEBELUM PAJAK (EBT) (7–8)
10
PAJAK PENDAPATAN
11 12
-
-
-
-
1,301.78
26.69
3,953.86
27.83
6.14
0.13
19.78
0.14
LABA BERSIH SETELAH PAJAK (EAT) (9 – 10)
1,295.64
26.56
3,934.07
27.69
EBITDA
1,457.78
29.89
4,284.53
30.16
91
Lampiran 8. Neraca konsolidasi Jumlah dalam Jutaan Rupiah TANGGAL/BULAN TAHUN PERINCIAN 1 KAS DAN BANK
31.12.2005 JUMLAH % 219.54 7.34
31.12.2006 JUMLAH % 912.99 12.44
2
PIUTANG DAGANG
774.42
25.89
1,739.46
23.70
3
PERSEDIAAN
322.67
10.79
373.85
5.09
4
BIAYA YG DIBAYAR DIMUKA
25.00
0.84
42.53
0.58
5
PIUTANG LAIN-LAIN
12.05
0.40
25.82
0.35
6
TOTAL HARTA LANCAR (1 + 2 + 3 + 4 + 5)
1,353.68
45.26
3,094.64
42.16
7
HARTA TETAP BERSIH
1,637.28
54.74
3,961.45
53.97
8
HARTA TAK LANCAR LAIN
9
TOTAL HARTA TETAP ( 7 + 8 )
1,637.28
54.74
4,245.44
57.84
10
TOTAL HARTA (6 + 9)
2,990.96
100.00
7,340.08
100.00
11
HUTANG DAGANG
130.38
4.36
140.55
1.91
12
HUTANG LAIN-LAIN
582.37
19.47
-
-
13
KEWAJIBAN DITANGGUHKAN
91.97
3.07
579.29
7.89
14
TOTAL HUTANG LANCAR (11 + 12 + 13)
804.72
26.90
719.85
9.81
15
HUTANG PEMEGANG SAHAM
256.00
8.56
396.00
5.40
16
HUTANG PADA GROUP USAHA
334.60
11.19
694.52
9.46
17
TOTAL HUTANG JANGKA PANJANG (15 + 16)
590.60
19.75
1,090.52
14.86
18
TOTAL HUTANG (14 + 17)
1,395.32
46.65
1,810.37
24.66
19
SAHAM BIASA/MODAL
300.00
10.03
300.00
4.09
20
LABA YANG DITAHAN
-
-
1,295.64
17.65
21
LABA PERIODE BERJALAN
1,295.64
43.32
3,934.07
53.60
22
TOTAL MODAL ( 19 + 20 + 21 )
1,595.64
53.35
5,529.71
75.34
23
TOTAL HUTANG DAN MODAL (18 + 22)
2,990.96
100.00
7,340.08
100.00
283.99
92
Lampiran 9. Proyeksi pernyataan laba/rugi konsolidasi TANGGAL/BULAN/TAHUN
PERINCIAN
31.12.2007
31.12.2008
31.12.2009
31.12.2010
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
1
PENJUALAN BERSIH
17,490.00
22,980.00
22,980.00
22,980.00
2
HARGA POKOK PENJUALAN (HPP)
10,126.58
14,643.51
14,948.51
14,948.51
3
BIAYA PENJUALAN, UMUM DAN ADM.
1,159.50
1,509.00
1,509.00
1,509.00
4
LABA OPERASIONAL (1-2-3)
6,203.92
6,827.49
6,522.49
6,522.49
5
BIAYA PENYUSUTAN
567.32
567.32
567.32
6
BIAYA PROPISI
10.00
-
567.32
-
-
LABA SBLM BUNGA DAN PAJAK (EBIT)
7
(4-5-6)
8
BIAYA BUNGA
9
LABA SEBELUM PAJAK (EBT) (7-8)
10 11
5,626.60
6,260.17
5,955.17
103.00
62.59
5,512.76
6,157.17
5,892.58
5,933.57
PAJAK PENDAPATAN
1,653.83
1,847.15
1,767.77
1,780.07
LABA BERSIH SETELAH PAJAK (EAT) (9-10)
3,858.93
4,310.02
4,124.81
4,153.50
113.84
5,955.17
21.60
93
Lampiran 10. Proyeksi neraca konsolidasi RINCIAN
31.12.2007
31.12.2008
31.12.2009
31.12.2010
1 KAS DAN BANK
834.61
4,453.49
8,857.62
13,298.44
2
PIUTANG DAGANG
2,263.85
2,263.85
2,263.85
2,263.85
3
PERSEDIAAN
2,915.00
3,830.00
3,830.00
3,830.00
4
BIAYA YG DIBAYAR DIMUKA
42.53
42.53
42.53
42.53
5
PAJAK DIBAYAR DIMUKA
25.82
25.82
25.82
25.82
TOTAL HARTA LANCAR
6,081.81
10,615.69
15,019.82
19,460.64
7
HARTA TETAP BERSIH
6,586.13
6,018.81
5,451.49
4,884.17
8
HARTA TAK LANCAR LAIN
283.99
283.99
283.99
283.99
9
TOTAL HARTA TETAP
6,870.12
6,302.80
5,735.48
5,168.16
12,951.93
16,918.49
20,755.30
24,628.80
1,037.47
982.01
982.01
982.01
6
10 TOTAL HARTA 11
HUTANG DAGANG
12
KEWAJIBAN YG DITANGGUHKAN
579.29
579.29
579.29
579.29
13
BGN LANCAR KREDIT JK. PANJANG – KI
288.00
288.00
280.00
-
14
TOTAL HUTANG LANCAR
1,904.76
1,849.30
1,841.30
1,561.30
15
KREDIT INVESTASI
568.00
280.00
-
-
16
HUTANG PEMEGANG SAHAM
396.00
396.00
396.00
396.00
17
HUTANG JK. PANJANG YG DISUBORD.
694.52
694.52
694.52
694.52
18
TOTAL HUTANG JANGKA PANJANG
1,658.52
1,370.52
1,090.52
1,090.52
19
TOTAL HUTANG
3,563.28
3,219.82
2,931.82
2,651.82
20
SAHAM BIASA/MODAL
300.00
300.00
300.00
300.00
LABA YANG DITAHAN
5,229.71
9,088.64
13,398.66
17,523.47
LABA PERIODE BERJALAN
3,858.93
4,310.02
4,124.81
4,153.50
TOTAL MODAL
9,388.64
13,698.66
17,823.47
21,976.98
12,951.92
16,918.49
20,755.30
24,628.80
21
22 23
24 TOTAL HUTANG DAN MODAL
94
Lampiran 11. Matriks metode perbandingan faktor strategis internal
FAKTOR
A
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
TOTAL
BOBOT
2
2
3
3
2
2
1
2
3
1
2
23
0.087
2
2
3
2
3
1
2
1
2
2
22
0.083
2
3
3
3
2
2
3
2
2
26
0.098
2
2
2
2
2
3
1
2
21
0.080
2
1
1
1
2
1
2
15
0.057
1
1
1
2
1
1
16
0.061
2
3
3
2
2
24
0.091
3
3
3
3
30
0.114
3
2
2
23
0.087
1
1
15
0.057
2
26
0.098
23
0.087
B
2
C
2
2
D
1
2
2
E
1
1
1
2
F
2
2
1
2
2
G
2
1
1
2
3
3
H
3
3
2
2
3
3
2
I
2
2
2
2
3
3
1
1
J
1
3
1
1
2
2
1
1
1
K
3
2
2
3
3
3
2
1
2
3
L
2
2
2
2
2
3
2
1
2
3
TOTAL
2
264
95
Lampiran 12. Matriks metode perbandingan faktor strategis eksternal
FAKTOR
A
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
TOTAL
BOBOT
3
3
3
1
2
3
2
2
3
2
24
0.110
1
1
2
1
2
1
1
2
1
13
0.060
1
1
2
2
2
2
2
3
19
0.087
3
1
1
2
2
3
2
21
0.096
1
2
2
2
3
2
21
0.096
2
2
2
3
2
21
0.096
2
2
3
2
20
0.092
2
3
2
21
0.096
3
2
21
0.096
1
15
0.069
22
0.101
B
1
C
1
3
D
1
3
3
E
3
3
2
1
F
2
3
2
1
2
G
1
3
2
1
2
2
H
2
3
2
1
2
2
2
I
2
3
2
1
2
2
2
2
J
1
3
2
1
2
2
1
1
1
K
3
3
2
1
2
2
2
2
2
TOTAL
3
218
SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa semua pernyataan dalam Tesis yang berjudul : Aspek Kelayakan Usaha dan Strategi Pemasaran Pallet dengan ISPM#15 pada PT. XYZ di Palembang merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Jakarta, April 2008
Lanny Syamsir NRP. F052054175
ABSTRACT Lanny Syamsir. The Feasibility Study and Marketing Strategy of Pallet using ISPM#15 at PT.XYZ, Palembang. Supervised by H. Musa Hubeis as chairman and Nora H. Pandjaitan as member. The function of packing is to protect the product packed against damage and interference. Packing made from wood is one of the choices in transporting commodity to protect a product effectively. In 2002 FAO determined the International Standard for Phytosanitary Measure (ISPM) which is the standard that arranges the quarantine of plants for wood packing used in international trade. In Indonesia ISPM is done by Badan Karantina Pertanian (Barantan). PT. XYZ has been producing pallet since 1992, and received its registration ISPM#15 in 2004. It started to produced packaging commercially in 2005. This company is located at Cibitung, Bekasi and expanded its business by opening a branch office in Palembang, South Sumatera. The objectives of this study are to evaluate the feasibility of its Palembang branch, to arrange a suitable marketing strategy and to asses its possible development to become a single entity firm (separate from the main office). The analysis of the study in Palembang showed that this branch office is feasible, with an NPV positive of Rp.928,99 million and an IRR of 26,93 % (higher than the capital interest of 14 %), and a PBP for 3 year 1 month PBP (shorter than the 4year credit term). The IE matrix used shows that the company is in the first matrix position; therefore, the strategy of growth is used. From the SWOT analysis there are 4 alternative strategies such as S-O, W-O, S-T and W-T. These strategies are formulated into the marketing strategy that can be applied based on mixed marketing : 1) product strategy : maintenance of product quality and innovation in the design of production system, to accelerate the production process and to improve productivity using skilled labor; 2) the price strategy : reducing price based on BEP calculation and applying cost efficiency; 3) the location strategy : closer to market and raw material resources and maintaining relationship with distribution channels; 4) the promotion strategy : introducing the company to potential customers. Through the analysis of discriminants there is a z-score of > 3 for each projection period, not only if the branch office become a single entity, but also if it is a unit under its head office (as the Strategic Business Unit/SBU). It means a relatively low bankruptcy risk. For the first and second year of the projection period, the single entity scheme has a lower z-score than the SBU scheme. However for the third and fourth year of the projection period the single entity scheme has a greater z–score than the SBU scheme.
RINGKASAN Lanny Syamsir. Aspek Kelayakan Usaha dan Strategi Pemasaran Pallet dengan ISPM#15 pada PT. XYZ di Palembang. Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis sebagai ketua dan Nora H. Pandjaitan sebagai anggota. Kemasan berfungsi untuk melindungi bahan yang disimpan di dalamnya dari kerusakan dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar, seperti pengaruh cuaca, serangga, mikroba, fisiologi dan penumpukan. Bahan pembuat kemasan bermacam-macam, diantaranya kayu, plastik dan kertas. Kemasan kayu banyak digunakan dalam kegiatan pengangkutan komoditas dan dapat berbentuk pallet, box dan crates. Peluang usaha produksi pallet dimanfaatkan oleh industri kecil menengah (IKM) untuk keperluan industri besar. Pada awalnya, pallet diproduksi secara konvensional sehingga dapat berpotensi menjadi media pembawa organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada barang yang dikemas. Untuk itu FAO merasa perlu menerapkan suatu standar yang mengatur syarat dan tindakan karantina yang diberlakukan bagi kemasan kayu yang digunakan dalam perdagangan internasional Pada bulan Maret 2002 dikeluarkan International Standard for Phytosanitary Measures (ISPM)#15 tentang petunjuk pengaturan kemasan kayu dalam perdagangan internasional. PT. XYZ telah memproduksi pallet sejak tahun 1992, dan pada tahun 2004 memperoleh registrasi ISPM#15. Dengan adanya registrasi ISPM#15 ini, harga jual pallet menjadi relatif tinggi, peluang pasar cukup terbuka dan kontinuitas permintaan terjamin. Untuk membuka peluang pasar baru dan lebih dekat ke sumber bahan baku, perusahaan membuka cabang usaha di Palembang pada tahun 2007. Bahan baku pallet dapat berupa kayu dari perkebunan rakyat maupun kayu rawa. Potensi bahan baku utama berasal dari perkebunan rakyat seluas 643.049 ha dan hutan rawa seluas 1.034.618 ha. Potensi pasar utama pallet di Provinsi Sumatera Selatan adalah eksportir karet karena nilai ekspor karet pada tahun 2006 sebesar USD 1.133.052. Sehubungan dengan pembukaan cabang usaha di Palembang tersebut, maka kajian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha produksi pallet dengan sertifikasi ISPM # 15, menyusun strategi pemasaran yang tepat untuk pallet dan mengkaji kemungkinan cabang usaha di Palembang dapat berkembang sebagai perusahaan yang berdiri sendiri, atau tetap sebagai Strategic Business Unit (SBU). Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Kelayakan usaha dihitung dengan menggunakan kriteria investasi yaitu Nett Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Gross Benefit and Cost Ratio (Gross B/C Ratio), Payback Period (PBP), dan analisis sensitivitas. Dari perhitungan kriteria investasi tersebut terlihat bahwa proyek layak untuk dilaksanakan dengan nilai NPV (pada tingkat bunga modal 14 %) positif sebesar Rp.928,99 juta, IRR = 26,93 %, Gross B/C Ratio sebesar 1,29 dan PBP selama 3 tahun 1 bulan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan error benefits -22,54 % dan error cost 29,10%. Berdasarkan analisis strategi pemasaran dengan menggunakan analisis SWOT dihasilkan 4 jenis alternatif strategi (strategi S-O, W-O, S-T dan W-T) yang dapat dilakukan oleh PT. XYZ Cabang Palembang. Alternatif strategi berdasarkan matriks IE adalah strategi pertumbuhan dengan konsentrasi melalui integrasi vertikal dengan cara backward integration (mengambil alih fungsi pemasok atau dengan cara forward integration (mengambil alih fungsi distributor) . Selain itu dari hasil analisis SWOT maka strategi pemasaran yang dapat diterapkan berdasarkan bauran pemasaran, adalah : 1) strategi produk : menjaga mutu, melakukan
inovasi dalam desain sistem produksi, peningkatan produktifitas, penggunaan tenaga terampil; 2) strategi harga : mengubah penerapan harga yang awalnya dilakukan dengan mengikuti harga pasar menjadi lebih bersaing dengan perhitungan BEP, serta melakukan efisiensi biaya; 3) strategi tempat : lebih mendekati target pasar dan bahan baku, serta menjalin hubungan baik dengan saluran distribusi, serta 4) strategi promosi : mengenalkan perusahaan kepada calon pelanggan. Hasil analisis diskriminan memberikan hasil skor-Z > 3 untuk setiap periode proyeksi, baik jika perusahaan berdiri sendiri maupun tetap sebagai SBU, sehingga resiko kebangkrutan relatif kecil Nilai skor-Z jika berdiri sendiri pada tahun ke 1 s/d 2 proyeksi lebih rendah dibandingkan tetap sebagai SBU, dan sebaliknya pada tahun ke 3 s/d 4 proyeksi. Perusahaan disarankan tetap sebagai SBU, karena relatif lebih stabil dengan ditunjang pengalaman yang cukup lama dari kantor pusat. Namun jika perusahaan ingin berdiri sendiri maka perusahaan harus mempertimbangkan 1) tambahan modal yang harus dilakukan; 2) kurangnya pengalaman, sehingga harus benar-benar mempekerjakan tenaga kerja terampil dan 3) harus mengurus izin-izin baru. Jika perusahaan tetap ingin berdiri sendiri sebaiknya dilakukan pada tahun ke 3 proyeksi.
ASPEK KELAYAKAN USAHA DAN STRATEGI PEMASARAN PALLET DENGAN ISPM # 15 PADA PT. XYZ DI PALEMBANG
LANNY SYAMSIR
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional
pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Tesis Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: Aspek Kelayakan Usaha dan Strategi Pemasaran Pallet dengan ISPM # 15 pada PT. XYZ di Palembang. : Lanny Syamsir : F.052054175 : Industri Kecil Menengah
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS.,Dipl.Ing,DEA
Ketua
Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA
Anggota
Mengetahui,
P/h Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah
Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA
Tanggal Ujian : 12 Februari 2008
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. H. Khairil Anwar N, MS
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 13 Desember 1970, sebagai anak ke dua dari empat bersaudara dari Bapak dr. Syamsir Maaruf dan Ibu Irdawati. Pendidikan Sarjana ditempuh di Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan lulus pada tahun 1993. Pada tahun 2006 penulis diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Penulis bekerja pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sejak tahun 1995 dan saat ini menjadi analis kredit pada Sentra Kredit Menengah Jakarta Kota. Penulis menikah pada tahun 1997 dengan Adila Fadly, SE dan dikaruniai satu orang putri bernama Febri Adhyni Fadly (10 tahun) dan satu orang putra bernama Raynard Allan Muhammad Fadly (4,5 tahun).
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga Tesis ini berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah. Penulis menyadari bahwa Tesis ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan akhir ini. 2. Dr. Ir. Nora Harris Pandjaitan, DEA selaku Angota Komisi Pembimbing yang juga telah memberikan
pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan
penyelesaian laporan akhir ini. 3. Ir. Darwin Kadarisman, MS selaku Penguji Luar Komisi Pembimbing yang juga telah memberikan pengarahan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan akhir ini. 4. Bapak Noviar dan segenap staf dari PT. XYZ yang telah membantu dalam memberikan data-data yang diperlukan dalam penulisan dan penyelesaian laporan akhir ini. 5. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 6. Suami, anak-anak tercinta serta kedua orang tua penulis atas segala pengorbanan, dorongan, semangat, cinta kasih dan doa. 7. Teman-teman Angkatan VII, Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pasca Sarjana, IPB dan kepada semua pihak yang telah membantu selesainya Tesis ini.
Akhirnya penulis berharap agar Tesis ini berguna dan memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu penulis menerima segala masukan berupa saran dan kritik untuk perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.
Jakarta, Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT...........................................................................................................
i
RINGKASAN ......................................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................
iv
PRAKATA ...........................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
xi
I. PENDAHULUAN .........................................................................................
1
A. Latar Belakang ..........................................................................................
1
B. Perumusan Masalah ...................................................................................
7
C. Tujuan .......................................................................................................
7
II. LANDASAN TEORI.....................................................................................
8
A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah .........................................................
8
B. Kelayakan Usaha .....................................................................................
9
C. Strategi Pemasaran ...................................................................................
13
D. Pengembangan Unit Usaha ......................................................................
21
E. Pallet ISPM#15 ........................................................................................
23
III. METODE KAJIAN.......................................................................................
27
A. Pengumpulan Data....................................................................................
27
B. Pengolahan dan Analisis Data .................................................................
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
32
A. Keadaan Umum Perusahaan .....................................................................
32
B. Hal yang Dikaji ........................................................................................
43
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................
70
A. Kesimpulan ..............................................................................................
70
B. Saran ........................................................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
71
LAMPIRAN ..........................................................................................................
73
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Potensi lahan di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2005............
5
2.
Realisasi ekspor empat komoditi utama non migas Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2004 – 2006.........................................
6
3.
Eksportir karet di Provinsi Sumatera Selatan ...................................
6
4.
Kriteria usaha mikro, kecil dan menengah .......................................
8
5.
Penilaian bobot faktor strategis perusahaan metode matriks banding berpasangan ........................................................................
19
6.
Bahan baku pallet .............................................................................
24
7.
Produsen kemasan kayu standar ISPM#15 di Provinsi Sumatera Selatan ..............................................................................
36
Potensi permintaan pallet per bulan untuk masing-masing provider berdasarkan kebutuhan pelanggan ...................................................
37
9.
Luas areal bangunan pabrik .............................................................
38
10.
Mesin dan peralatan pada PT. XYZ Cabang Palembang.................
39
11.
Biaya investasi industri pallet dengan standar ISPM#15 ................
44
12.
Biaya penyusutan per tahun .............................................................
45
13.
Kebutuhan bahan baku per pallet ....................................................
46
14.
Penarikan dana investasi .................................................................
47
15.
Proyeksi laba-rugi ...........................................................................
50
16.
Neraca proyeksi ................................... ..........................................
51
17.
Perhitungan NPV ............................................................................
52
18.
Perhitungan PBP..............................................................................
53
19.
Ekspor karet dan kebutuhan pallet ISPM#15 .................................
54
20. 21.
Peubah persamaan regresi untuk ekspor karet ................................ Proyeksi ekspor karet Provinsi Sumatera Selatan ..........................
55 56
8.
22.
Proyeksi perhitungan BEP pada usaha pallet ISPM#15 ................
59
23.
Pengaruh penurunan biaya tenaga kerja langsung terhadap BEP pada tahun 2008......................................................................
60
Pengaruh penurunan biaya tenaga kerja langsung, dan biaya tetap terhadap BEP tahun 2008 ......................................................
61
25.
Matriks IFAS ..................................................................................
62
26.
Matriks EFAS .................................................................................
62
27.
Matriks SWOT ...............................................................................
65
28.
Hasil perhitungan Skor Z sebagai SBU ........................................
68
29.
Hasil perhitungan Skor Z sebagai perusahaan yang berdiri sendiri ............................................................................................
68
Perbandingan SBU dengan usaha yang berdiri sendiri..................
69
24.
30.
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Jenis kemasan kayu ......................................................................
1
2.
Label ISPM#15 .............................................................................
3
3.
Macam-macam pallet ...................................................................
4
4.
Tiga strategi generik .....................................................................
16
5.
Lingkungan eksternal dan internal perusahaan .............................
17
6.
Matriks IE Model GE.....................................................................
20
7.
Matriks SWOT ..............................................................................
21
8.
Kerangka pemikiran pelaksanaan kajian .......................................
28
9.
Struktur organisasi perusahaan PT. XYZ .....................................
33
10.
Cash life cycle ...............................................................................
34
11.
Pangsa pasar perusahaan pallet di Provinsi Sumatera Selatan .....
37
12.
Gudang penyimpanan bahan baku ................................................
38
13.
Alur proses pemanasan bahan baku...............................................
40
14.
Kiln Dry (KD) ...............................................................................
40
15.
Proses produksi pallet ...................................................................
41
16.
Label ISPM#15 dengan provider PT. XYZ ..................................
41
17.
Akumulasi penarikan dana investasi ............................................
47
18.
Hubungan antara NPV dengan biaya modal ................................
52
19.
Perbandingan antara ekspor karet dengan kebutuhan pallet ........
54
20.
Garis trend ekspor karet Provinsi Sumatera Selatan ....................
56
21.
Hubungan antara biaya dengan penjualan dan BEP ....................
59
22.
Matriks IE.....................................................................................
63
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Asumsi pembuatan arus kas ................................................................
74
2. Proyeksi arus kas .................................................................................
83
3. Proyeksi pernyataan laba/rugi .............................................................
87
4. Proyeksi neraca ...................................................................................
88
5. Asumsi pembuatan arus kas konsolidasi .............................................
89
6. Proyeksi arus kas konsolidasi..............................................................
94
7. Pernyataan laba/rugi konsolidasi.........................................................
98
8. Neraca konsolidasi .............................................................................
99
9. Proyeksi pernyataan laba/rugi konsolidasi.........................................
100
10. Proyeksi neraca konsolidasi ..............................................................
101
11. Matriks metode perbandingan faktor strategis internal ....................
102
12. Matriks metode perbandingan faktor strategis eksternal ..................
103