Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
PERUMUSAN STRATEGI PURCHASING DI PT. XYZ Adelia Viviany Suwarsono1) dan Iwan Vanany2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia e-mail: 1)
[email protected] 2) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ABSTRAK PT. XYZ adalah salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar dimana pengoperasiannya tersebar di seluruh dunia. Buyer atau Purchasing Engineer adalah seseorang yang melakukan pembelian suatu barang/jasa dari PR (Purchase Requisition) hingga menjadi PO (Purchase Order) atau Kontrak. Setiap proses pengadaan mempunyai batas maksimal waktu pengerjaan yang ideal. Apabila buyer/purchasing engineer mengerjakan proses pengadaan di luar batas waktu pengerjaan yang ditentukan, maka disebut dengan backlog. Penelitian ini bertujuan unuk merumuskan strategi agar dapat mengurangi jumlah backlog yang terjadi. Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk melakukan pembobotan pada tiap-tiap Indikator, Matrix IE digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan kemudian melakukan analisis SWOT untuk merumuskan strategi dalam mereduksi jumlah backlog yaitu dengan membandingkan kekuatan dan kelemahan terhadap unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman. Hasil analisis menunjukkan bahwa sering terjadinya backlog disebabkan karena keterbatasan jumlah buyer/purchasing engineer dalam mengerjakan jumlah pekerjaan yang banyak. Perumusan strategi berdasarkan analisis SWOT yaitu dengan memanfaatkan sistem/tools yang canggih untuk membuat tempelate pengadaan untuk pekerjaan yang sifatnya berulang, membuat program untuk mengontrol pekerjaan dalam memonitor proses expediting dan memisahkan tanggungjawab antara proses pengadaan dan proses expediting hingga barang diterima. Untuk mengurangi kompleksitas pekerjaan dari pihak eksternal (vendor atau supplier), maka diharapkan mengevaluasi kinerja vendor dengan menggunakan Balance Score Card. Kata kunci: Buyer, Purchasing, IE Matrix, SWOT, AHP PENDAHULUAN PT. XYZ adalah salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar dimana pengoperasiannya tersebar di seluruh dunia. Dalam menunjang kegiatan operasionalnya, PT.XYZ bekerja sama dengan mitra kerja lainnya untuk mendapatkan suatu barang/jasa. PT.XYZ merupakan anak perusahaan dari perusahaan besar dari Prancis, yang bekerjasama dengan Indonesia dengan kewenangan untuk melakukan pencarian dan pengolahan bahan mineral migas untuk mendapatkan nilai ekonomi produk yang lebih baik, yang disebut dengan Kontraktor/Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Kontraktor/Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) adalah badan usaha atau bentuk usaha tetap yang ditetapkan untuk melakukan Eksplorasi dan Eksploitasi pada suatu Wilayah Kerja berdasarkan KKS dengan SKK Migas. Pedoman Tata Kerja (PTK) ini dirancang oleh Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS). Di Indonesia, regulasi yang berlaku untuk pengadaan di sektor minyak dan gas, selain undang-undang yaitu Pedoman Tata Kerja 007 Revisi II tahun 2011 yang diterbitkan oleh BPMigas. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan satu pola pikir, pengertian, dan pedoman pelaksanaan teknis serta administratif yang terintegrasi dan jelas ISBN: 978-602-70604-2-5 A-18-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
bagi seluruh pengelola kegiatan usaha hulu Minyak dan Gas Bumi di wilayah Republik Indonesia, dalam pengelolaan rantai suplai. Purchasing Department merupakan sebuah departemen yang melakukan pengadaan barang/jasa, akan tetapi lebih banyak pembelian barang. PR (Purchase Requisition) adalah sebuah permintaan dimana karena adanya kebutuhan barang/jasa yang akan diproses dengan proses pengadaan untuk memilih vendor/supplier yang kompeten dan mengikatnya dengan Purchase Order atau Kontrak. Kontrak di sini bukan hanya PO (Purchasing Order) saja, tetapi juga OA (Outline Agreement) lalu CRO (Contract Receive Order) yang merupakan bagian dari OA (Outline Agreement). Fungsi dan tanggung jawab seorang buyer/purchasing engineer selain menjalankan proses pengadaan, dan juga tidak hanya dari Purchase Order saja, tetapi juga ketepatan pengiriman barang dari vendor/supplier, menghitung denda/penalty bagi vendor/supplier yang terlambat dalam pengiriman barang, kualitas dan komitmen dari vendor/supplier, penghematan budget, serta kemampuan untuk bekerja cepat dalam proses pengadaan harus sesuai dengan peraturan pengadaan yang beralaku di Indonesia. Untuk menjadi buyer/purchasing engineer yang bisa bekerja dengan optimal, seorang buyer/purchasing engineer harus ahli dalam membagi tugas dan tanggungjawabnya. Setiap proses pengadaan mempunyai batas maksimal waktu pengerjaan yang ideal. Apabila buyer/purchasing engineer mengerjakan proses pengadaan di luar batas waktu pengerjaan yang ditentukan, maka disebut dengan backlog. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan strategi purchasing yang bertujuan utama untuk mereduksi backlog di perusahaan PT XYZ. Tabel 1. Jumlah Backlog Berdasarkan Nilai Kontrak Persentase(%) Nilai Kontrak Durasi Jumlah Backlog < USD 50,000 80 hari 139 73% 23% USD 50,000-USD 500,000 120 hari 44 1% USD 500,000-USD 2,000,000 180 hari 2 USD 2,000,000-USD 5,000,000
200 hari
3
2%
> USD 5,000,000
250 hari
2
1%
Tujuan dari penelitian ini adalah rancangan strategi agar dapat mengurangi jumlah backlog yang terjadi pada departemen purchasing di PT.XYZ, dan bermanfaat bagi seluruh divisi dan departemen yang berkaitan dengan buyer/purchasing engineer dalam mengurangi jumlah backlog dan mengoptimalkan kinerja purchasing departement. METODE Untuk mencapai tujuan penelitian, metode SWOT digunakan karena unutk menentukan indikator internal dan eksternal. Menentukan tingkat kepentingan tiap indikator dengan menggunakan metode AHP. Bobot kriteria penilaian kemudian dikalikan dengan skala/rating untuk menentukan nilai tiap indikator, sehingga dapat diketahui faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya backlog. Setelah itu kita dapat lihat posisi Purchasing Department berada di kuadran pada Matrix IE yang merupakan matriks yang diperoleh dari proses penggabungan kondisi lingkungan internal dengan eksternal dalam matriks IFE dan matriks EFE. Langkah terakhir yang dilakukan adalah analisis SWOT. SWOT menurut Sutojo dan Kleinsteuber (2002) adalah untuk menentukan tujuan usaha yang realistis, sesuai dengan kondisi perusahaan dan oleh karenanya diharapkan lebih mudah tercapai. Ada delapan langkah dalam membuat Matriks SWOT, yaitu identifikasi peluang eksternal, identifikasi ancaman eksternal, Identifikasi kekuatan internal, identifikasi kelemahan internal, ISBN: 978-602-70604-2-5 A-18-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
menyesuaikan antara kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil Strategi SO dalam sel yang ditentukan, menyesuaikan antara kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil Strategi WO dalam sel yang ditentukan, menyesuaikan antara kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil Strategi ST dalam sel yang ditentukan, menyesuaikan antara kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil Strategi WT dalam sel yang ditentukan. Kotler dalam Sitinjak (2000) menyatakan bahwa strategi adalah sekumpulan cara-cara untuk mencapai tujuan, dan strategi adalah suatu pendekatan logis yang akan menentukan arah sebuah aksi. Langkah ini adalah untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak, bukan untuk memilih strategi mana yang terbaik. Tidak semua strategi yang dikembangkan dalam Matriks SWOT akan dipilih untuk implementasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Jawaban Kuisioner Faktor Internal Berikut ini adalah Tabel yang menunjukkan jawaban dari partisipan atau responden mengenai faktor internal. Tabel 2. Rangkuman Jawaban Faktor Internal ASPEK
S
W
FAKTOR
0.07 0.21
SKALA/ RATING 4 4
0.19
4
0.74
0.06 0.06
3 1
0.17 0.06
0.10
2
0.20
0.19
1
0.19
0.07 0.05 1.00
1 2 Skor
0.07 0.11 2.68
BOBOT
Fasilitas Kantor Cara kerja karyawan yang sudah sistematis Sistem/tools yang digunakan perusahaan sudah rapi dan canggih Rotasi/Perpindahan Karyawan (Internal) Jumlah Buyer/purchasing engineer Jumlah Pekerjaan (Banyaknya Jumlah PR/Purchase Requisition) Variasi Tanggungjawab Pekerjaan pada setiap buyer (Proses Pengadaan, Menghitung Penalty, Expediting, Delivery, Follow Up semua jenis dokumen yang masuk dan keluar) Waktu mengerjakan pekerjaan Turn-over Karyawan Total Bobot
NILAI 0.28 0.84
Analisis Kekuatan (Strength) Analisis Bobot Dari Tabel 2, dapat diketahui ada 4 indikator kekuatan. Dari keempat indikator tersebut, dapat diketahui indikator yang mempunyai bobot tertinggi adalah cara kerja karyawan yang sudah sistematis dengan bobot 0,21. Analisis Skala Skala pengukuran mulai dari 1 sampai 4. Skor 1 menunjukkan kondisi yang sangat tidak baik dam skor 4 menunjukkan kondisi yang sangat baik. Dengan skala yaitu, 1,00-1,75 = Sangat Tidak Baik, 1,75-2,50 = Tidak Baik, 2,50-3,25 = Baik, dan 3,25-4,00 = Sangat Baik. Berdasarkan jawaban rangkuman dari jawaban responden,pada Tabel 2, maka ada 3 indikator yang sangat baik kondisinya adalah cara kerja karyawan yang sudah sistematis, ISBN: 978-602-70604-2-5 A-18-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
fasilitas kantor, dan sistem/tools yang digunakan perusahaan sudah rapi dan canggih dengan skala 4. Sedangkan skala terendah menunjukkan indikator yang memiliki skala terendah adalah Rotasi/Perpindahan Karyawan (Internal) dengan skala 3. Berdasarkan hasil skala yang ada, maka dapat dianalisis secara lengkap pada masing–masing indikator,yaitu Cara kerja karyawan yang sudah sistematis dengan skala 4. Skala tersebut termasuk kategori Sangat Baik. Fasilitas Kantor dengan skala 4. Skala tersebut termasuk kategori Sangat Baik. Sistem/tools yang digunakan perusahaan sudah rapi dan canggih dengan skala 4. Skala tersebut termasuk kategori Sangat Baik. Rotasi/Perpindahan Karyawan (Internal) dengan skala 3. Skala tersebut termasuk kategori Baik. Analisis Nilai Nilai merupakan perkalian antara bobot dengan skala. Indikator yang penting dan dalam kondisi yang baik adalah indikator yang mempunyai nilai yang tinggi. Dan sebaliknya untuk indikator yang tidak penting dan dalam kondisi yang kurang baik adalah indikator yang mempunyai nilai rendah. Berdasarkan pada Tabel 2, menunjukkan bahwa indikator tertinggi adalah cara kerja karyawan yang sudah sistematis dengan nilai 0.84. Sedangkan indikator yang memiliki nilai terendah yaitu Rotasi/Perpindahan Karyawan (Internal) dengan nilai 0.17 Hal ini berarti indikator ini merupakan aspek kekuatan, tetapi kondisinya paling kurang baik dan bobotnya kurang penting dibandingkan dengan indikator lain. Jika diurutkan berdasarkan indikator yang menjadi kekuatan pada Purchasing Department di PT.XYZ adalah sebagai berikut: 1. Cara kerja karyawan yang sudah sistematis 2. Sistem/tools yang digunakan perusahaan sudah rapi dan canggih 3. Fasilitas Kantor 4. Rotasi/Perpindahan Karyawan (Internal) Analisis Kelemahan (Weakness) Analisis Bobot Dari Tabel 2, dapat diketahui ada 5 indikator kelemahan. Dari kelima indikator tersebut, dapat diketahui indikator yang mempunyai bobot tertinggi adalah Variasi Tanggungjawab Pekerjaan pada setiap buyer (Proses Pengadaan, Menghitung Penalty, Expediting, Delivery, Follow Up semua jenis dokumen yang masuk dan keluar) dengan bobot 0,19. Analisis Skala Berdasarkan jawaban rangkuman dari jawaban responden,pada Tabel 2, maka ada 2 indikator yang mempunyai skala tertinggi adalah jumlah pekerjaan (banyaknya jumlah PR/Purchase Requisition) dan turn-over karyawann dengan skala 2. Sedangkan yang memiliki skala terendah adalah Jumlah Buyer/Purchasing Engeneer, Variasi Tanggungjawab Pekerjaan pada setiap buyer (Proses Pengadaan, Menghitung Penalty, Expediting, Delivery, Follow Up semua jenis dokumen yang masuk dan keluar), dan waktu mengerjakan pekerjaan dengan skala 1. Berdasarkan hasil skala yang ada, maka dapat dianalisis secara lengkap pada masing-masing indikator yaitu Jumlah Pekerjaan (Banyaknya Jumlah PR/Purchase Requisition) dengan skala 2. Skala tersebut termasuk kategori Tidak Baik. Turn-over Karyawan dengan skala 2. Skala tersebut termasuk kategori Tidak Baik. Waktu mengerjakan pekerjaan dengan skala 1. Skala tersebut termasuk kategori Sangat Tidak Baik. Jumlah Buyer/purchasing engineer dengan skala 1. Skala tersebut termasuk kategori Sangat Tidak Baik. Variasi Tanggungjawab Pekerjaan pada setiap buyer (Proses Pengadaan, Menghitung Penalty, Expediting, Delivery, Follow Up semua jenis dokumen yang masuk dan keluar) dengan skala 1. Skala tersebut termasuk kategori Sangat Tidak Baik.
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-18-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Analisis Nilai Berdasarkan pada Tabel 2, menunjukkan bahwa indikator tertinggi adalah Jumlah Pekerjaan (Banyaknya Jumlah PR/Purchase Requisition) dengan nilai 0.20. Sedangkan indikator yang memiliki nilai terendah yaitu Jumlah Buyer/purchasing engineer dengan nilai 0.06. Jika diurutkan berdasarkan indikator yang menjadi kelemahan pada Purchasing Department di PT.XYZ adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Pekerjaan (Banyaknya Jumlah PR/Purchase Requisition). 2. Variasi Tanggungjawab Pekerjaan pada setiap buyer (Proses Pengadaan, Menghitung Penalty, Expediting, Delivery, Follow Up semua jenis dokumen yang masuk dan keluar) 3. Turn-over Karyawan 4. Waktu mengerjakan pekerjaan 5. Jumlah buyer/purchasing engineer Analisis Jawaban Kuisioner Faktor Eksternal Berikut ini adalah Tabel yang menunjukkan jawaban dari partisipan atau responden mengenai faktor eksternal: Tabel 3. Rangkuman Jawaban Faktor Eksternal ASPEK O
T
FAKTOR Banyaknya Jumlah Mitra Kerja Perubahan Regulasi (PTK 007 SKK Migas) Dunia masih memerlukan Minyak dan Gas Kompleksitas Pekerjaan Harga Pasar/Harga Jual Minyak Dunia Isu Pergantian Pemegang Operator KKKS (Kontraktor Kontrak Kerjasama) Banyaknya jumlah energi terbarukan Total Bobot
BOBOT
SKALA/ RATING
NILAI
0.11 0.32 0.07 0.26 0.08
4 4 4 2 2
0.43 1.29 0.28 0.52 0.16
0.11
2
0.23
0.05 1.00
1 Skor
0.05 2.95
Analisis Peluang (Opportunity) Analisis Bobot Dari Tabel 3, dapat diketahui ada 3 indikator peluang. Dari ketiga indikator tersebut, dapat diketahui indikator yang mempunyai bobot tertinggi adalah Perubahan Regulasi (PTK 007 SKK Migas) dengan bobot 0,32. Analisis Skala Berdasarkan jawaban rangkuman dari jawaban responden,pada Tabel 3, maka ada 3 indikator dan semua indikator menunjukkan angka 4 yang berarti peluang untuk Purchasing Department sangat baik kondisinya. Berdasarkan hasil skala yang ada, maka dapat dianalisis secara lengkap pada masing-masing indikator yaitu Perubahan Regulasi (PTK 007 SKK Migas) dengan skala 4. Skala tersebut termasuk kategori Sangat Baik. Banyaknya Jumlah Mitra Kerja dengan skala 4,00. Skala tersebut termasuk kategori Sangat Baik. Dunia masih memerlukan Minyak dan Gas dengan skala 4,00. Skala tersebut termasuk kategori Sangat Baik. Analisis Nilai Berdasarkan pada Tabel 3, menunjukkan bahwa indikator tertinggi adalah Perubahan Regulasi (PTK 007 SKK Migas) dengan nilai rata–rata 1,29. Sedangkan indikator yang memiliki nilai terendah yaitu Dunia masih memerlukan Minyak dan Gas dengan nilai 0.28. ISBN: 978-602-70604-2-5 A-18-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Jika diurutkan berdasarkan indikator yang menjadi peluang pada Purchasing Department di PT.XYZ adalah sebagai berikut: 1. Perubahan Regulasi (PTK 007 SKK Migas). 2. Banyaknya Jumlah Mitra Kerja. 3. Dunia masih memerlukan Minyak dan Gas. Analisis Ancaman (Threat) Analisis Bobot Dari Tabel 3, dapat diketahui ada 4 indikator ancaman. Dari keempat indikator tersebut, dapat diketahui indikator yang mempunyai bobot tertinggi adalah Kompleksitas Pekerjaan dengan bobot 0,26. Analisis Skala Berdasarkan jawaban rangkuman dari jawaban responden,pada Tabel 3, maka ada 3 indikator yang memiliki skala tertinggi adalah Kompleksitas Pekerjaan, Harga Pasar/Harga Jual Minyak Dunia, dan Isu Pergantian Pemegang Operator KKKS (Kontraktor Kontrak Kerjasama) dengan skala 2. Sedangkan indikator yang memiliki skala terendah adalah Banyaknya jumlah energi terbarukan dengan skala 1. Berdasarkan hasil skala yang ada, maka dapat dianalisis secara lengkap pada masing–masing indikator yaitu Kompleksitas Pekerjaan dengan skala 2. Skala tersebut termasuk kategori Tidak Baik. Harga Pasar/Harga Jual Minyak Dunia dengan skala 2. Skala tersebut termasuk kategori Tidak Baik. Isu Pergantian Pemegang Operator KKKS (Kontraktor Kontrak Kerjasama) dengan skala 2. Skala tersebut termasuk kategori Tidak Baik. Banyaknya jumlah energi terbarukan dengan skala 1. Skala tersebut termasuk kategori Sangat Tidak Baik. Analisis Nilai Berdasarkan pada Tabel 3, menunjukkan bahwa indikator tertinggi adalah Kompleksitas Pekerjaan dengan nilai 0,52. Sedangkan indikator yang memiliki nilai terendah yaitu Banyaknya jumlah energi terbarukan dengan nilai 0,05. Jika diurutkan berdasarkan indikator yang menjadi peluang pada Purchasing Department di PT.XYZ adalah sebagai berikut: 1. Kompleksitas Pekerjaan 2. Isu Pergantian Pemegang Operator KKKS (Kontraktor Kontrak Kerjasama) 3. Harga Pasar/Harga Jual Minyak Dunia. 4. Banyaknya jumlah energi terbarukan Analisis Matriks IE Berdasarkan perhitungan matriks IFE diperoleh dengan skor 2,67. Sedangkan analisis dengan matriks EFE diperoleh dengan skor 2,95. Untuk melihat posisi perusahaan pada matriks IFE dan EFE dapat dilihat pada grafik berikut ini:
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-18-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
2.68
;
2,95
Gambar 1. Matriks IFE dan EFE
Pada gambar 1, dapat dilihat bahwa posisi perusahaan berada pada Kuadran V. Kuadran V menunjukkan bahwa strategi bahwa strategi yang digunakan adalah "Hold and Maintain" yang berupa strategi intensif (Market Penetration dan Product Developement). Penyusunan Strategi (Analisis SWOT) Perumusan Strategi yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah penelitian dalam mereduksi jumlah backlog dapat digambarkan pada Tabel matrix analisis SWOT berikut ini: Tabel 4. Matrix Analisis SWOT
Formulasi Strategi
Kekuatan (S) 1. Cara kerja karyawan yang sudah sistematis. 2. Fasilitas Kantor. 3. Sistem/tools yang digunakan sudah rapi dan canggih. 4. Rotasi/Perpindahan Karyawan (Internal).
Peluang (O) 1. Perubahan Regulasi (PTK 007 SKK Migas). 2. Banyaknya Jumlah Mitra Kerja. 3. Dunia masih memerlukan Minyak dan Gas.
Strategi SO 1. Memanfaatkan sistem/tools yang canggih untuk pekerjaan yang sifatnya berulang 2. Bekerjasama dengan SKK Migas untuk menyeragamkan tempelate pengadaan.
Ancaman (T) 1. Kompleksitas Pekerjaan. 2. Isu Pergantian Pemegang Operator KKKS (Kontraktor Kontrak Kerjasama). 3. Harga Pasar/Harga Jual Minyak Dunia. 4. Banyaknya jumlah energi terbarukan.
Strategi ST 1. Untuk mengurangi kompleksitas pekerjaan dari pihak eksternal, diharapkan mengevaluasi kinerja vendor sebagai pihak eksternal dengan Balance Scorecard. 2. Keterbukaan informasi yang diperoleh manajemen agar tidak mempengaruhi kinerja buyer/purchasing engineer yang membawa dampak pada produkrivitas.
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-18-7
Kelemahan (W) 1. Jumlah Pekerjaan (Banyaknya Jumlah PR/Purchase Requisition). 2. Turn-over Karyawan. 3. Variasi Tanggungjawab Pekerjaan pada setiap buyer Buyer/Purchasing Engineer Menghitung Penalty, Expediting, Delivery, Follow Up semua jenis dokumen yang masuk dan keluar). 4. Waktu mengerjakan pekerjaan. 5. Jumlah buyer/purchasing engineer. Strategi WO 1. Menambah kekurangan jumlah buyer/purchasing engineer dengan melakukan outsorcing. 2. Melakukan sertifikasi terkait dengan perubahan regulasi PTK 007 SKK Migas. Strategi WT 1. Membuat program untuk mengontrol pekerjaan dalam memonitor proses expediting. 2. Memisahkan tanggungjawab antara proses pengadaan dan proses expediting hingga barang diterima.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perumusan strategi berdasarkan analisis SWOT dalam upaya untuk mereduksi jumlah backlog pada purchasing department di PT.XYZ ini yaitu dengan memanfaatkan kekuatan perusahaan dimana sistem/tools yang canggih untuk membuat tempelate pengadaan untuk pekerjaan yang sifatnya berulang. Dengan adanya jumlah mitra kerja yang banyak, maka dapat menambah jumlah buyer/purchasing engineer dengan cara outsourcing. Diharapkan dengan adanya perubahan regulasi PTK 007 SKK Migas, maka semua Buyer/Purchasing Engineer diharapkan mengikuti pelatihan dan sertifikasi PTK 007 SKK Migas. Disamping itu, mengingat bahwa jumlah buyer/purchasing engineer yang sedikit, maka membuat program untuk mengontrol pekerjaan dalam memonitor proses expediting dan memisahkan tanggungjawab antara proses pengadaan dan proses expediting hingga barang diterima. Untuk mengurangi kompleksitas pekerjaan dari pihak eksternal (vendor atau supplier), maka diharapkan mengevaluasi kinerja vendor dengan menggunakan Balance Score Card. Saran Untuk penelitian selanjutnya, perlu dilakukan analisis lebih mendalam sampai dengan tahap pengambilan keputusan. Tahap pengambilan keputusan yang merupakan tahap akhir dalam perumusan strategi, yaitu menentukan alternatif strategi yang paling baik dan tepat untuk diimplementasikan pada perusahaan. Analisis yang digunakan dalam penentuan keputusan ini menggunakan matriks QSPM (Quality Strategic Planning Matrix). DAFTAR PUSTAKA Besiou, Maria, (2014). Purchasing Power And Purchasing Strategies, Lund University, Sweeden. BPMIGAS, (2011). Pedoman Pengelolaan Rantai Suplai Kontraktor Kontrak Kerja Sama, Nomor 007 Revisi II, Jakarta. Fred, R. David. (2010). Manajemen Strategis. Salemba Empat, Jakarta Kotler, Philip; Armstrong, Garry, (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1, Erlangga, Jakarta. Mulyono, S. (1991). Operations Research. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Pujawan, I. (2010). Supply Chain Management Ed. 2, Guna Widya. Surabaya Saaty, T. (1994). Fundamentals of Decision Making. RWS Publications, Pittsburgh, USA. Sitinjak, Robert, (2000). Strategi Kebijakan Pemberantasan Korupsi Kejaksaan AgungRepublik Indonesia: Analisis SWOT dan AHP. Universitas Indonesia, Jakarta. Soesilo, I Nining. (2002). Reformasi Pembangunan Perlu Pendekatan Manajemen Strategik, Buku I. Universitas Indonesia, Jakarta. Sutojo, S. dan Kleinsteuber, (2002), Analisis SWOT, Erlangga, Jakarta. http://www.shahzadtc.com/pdf/SWOTTOWS.pdf (diakses pada 09 Januari 2015) http://blog.stie-mce.ac.id/hanif/files/2012/09/Scanning-Business-Environment-Tools.pdf (diakses pada 09 Januari 2015)
ISBN: 978-602-70604-2-5 A-18-8