ASESMEN KEBUTUHAN GURU DI SMK NEGERI 1 POSIGADAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN
Oleh: 1
Rizka Sya’ban , Ansar dan Arifin Suking2
Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan siswa di SMK Negeri 1 Posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dari tahun 2015-2020 dan kebutuhan guru di SMK Negeri 1 Posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dari tahun 2015-2020. Penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yang bersifat proyeksi, dengan teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi. Data yang diperoleh untuk menganalisis perkembangan siswa dianalisis dengan menggunakan metode angka pertumbuhan dan analisis kohort. Sedangkan untuk menghitung kebutuhan guru digunakan persamaan matematis atau matematical equation approach. Formulaformula persamaan matematis ini dipilih dengan mempertimbangkan ketersediaan data serta karakteristik data yang ada. Hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa perkembangan asesmen siswa SMK Negeri 1 Posigadan dari tahun 2015-2020 mendatang mengalami pertumbuhan dengan proyeksi angka pertumbuhan siswa (ATS) sebesar 35,60% yaitu pada tahun 2015 diproyeksi berjumlah 415 siswa dengan AT I 186 siswa dan ANT II 98,54%, ANT III 97,98% dan AL sebesar 97,75%. Pada tahun 2016 diproyeksi menjadi 569 siswa dengan AT I 252 siswa dan ANT II 98,92%, ANT III 98,52% dan AL sebesar 97,945%. Pada tahun 2017 diproyeksi menjadi 774 siswa dengan AT I 342 siswa dan ANT II 99,21%, ANT III 98,91% dengan proyeksi jumlah 182 siswa dan AL sebesar 98,50%. Pada tahun 2018 diproyeksi menjadi
1
Riska Sya’ban, Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo 2 Ansar dan Arifin Suking, Dosen Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo
1.052 siswa dengan AT I 464 siswa dan ANT II 99,42%, ANT III 99,20% dan AL sebesar 98,90%. Pada tahun 2019 diproyeksi menjadi 1.429 siswa dengan AT I berjumlah 629 siswa dan ANT II 99,57%, ANT III 99,41% dan AL sebesar 99,19%. Pada tahun 2020 diproyeksi menjadi 1.912 siswa dengan AT I berjumlah 825 siswa dan ANT II 99,62%, ANT III 99,57% dan AL sebesar 99,41%. Kebutuhan guru SMK Negeri 1 Posigadan dari tahun 2015-2020, dari analisis yang dilakukan terhadap data secara kuantitatif kebutuhan guru pada tahun 2015 sampai tahun 2020 tida akan sama dengan kebutuhan guru pada tahun tahun-tahun sebelumnya
Kata Kunci: Asesmen, Kebutuhan Guru.
PENDAHULUAN Sumber daya manusia atau ketenagaan merupakan potensi sumber daya yang menjadi bagian integral, aset serta modal penggerak dalam pencapaian tujuan organisasi. Demikian halnya dengan sumber daya manusia dalam suatu lembaga pendidikan, terutama terkait dengan tenaga pendidik dan kependidikan memiliki arti penting, dikarenakan kegiatan operasional lembaga pendidikan dilaksanakan oleh tenaga pendidik dan kependidikan. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan pendidikan secara efektif diperlukan manajemen ketenagaan yang profesional terhadap tenaga pendidik dan kependidikan dari para penentu kebijakan pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 35 ayat 2 disebutkan bahwa seorang guru berkewajiban melaksanakan tugasnya sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dalam sepekan. Berarti seorang guru harus mengajar beberapa kelas untuk mata pelajaran yang sama dalam sepekan dengan alokasi waktu minimal 24 jam. Sehingga dapat dikatakan bahwa Kabupaten atau Kota yang memiliki rasio jumlah guru mata pelajaran dengan jumlah jam mengajar suatu mata pelajaran adalah 1 : 24 tidak mengalami kelebihan atau kekurangan guru. Sebaliknya jika tidak memenuhi rasio tersebut maka Kabupaten atau Kota dapat dinyatakan relatif kelebihan atau kekurangan guru (Sutrisno, 2006 : 10).
Pemerataan kualifikasi dan kesesuaian guru dengan mata pelajaran yang diajarkan pada saat ini masih sangat memprihatinkan pada setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, pengaruh ketersediaan guru yang kurang memadai, tidak adanya kesesuaian latar belakang akademik guru dengan mata pelajaran yang diajarkan sangat signifikan. Diantaranya adalah proses pencapaiannya menjadi tidak maksimal,
hasil dari pembelajaran tersebut kurang maksimal, dan berimbas
terhadap turunnya mutu pendidikan. Jumlah satuan pendidikan (Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan), baik yang berada di lingkup Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama banyaknya peserta didik, rombongan belajar, serta jumlah guru menjadi dasar pertimbangan untuk menetapkan berapa banyak jumlah guru yang dibutuhkan, diangkat, dan dibina sesuai dengan jumlah, jenis, dan jenjang sekolah yang ada. Selain itu, pengurangan jumlah guru di suatu sekolah yang disebabkan oleh pensiun, meninggal dan adanya mutasi atau perpindahan antar guru, juga menentukan banyaknya guru yang diproyeksikan harus dipersiapkan dan diangkat. Khusus untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu pendidikan formal menengah menuntut gurunya untuk lebih memiliki kompetensi dan keterampilan yang cukup memadai, baik dalam keilmuan maupun proses pengajaran. Seorang guru SMK dituntut untuk memiliki perbedaan kompetensi dibandingkan dengan guru sekolah pada umumnya. SMK memiliki mata pelajaran yang sudah spesifik dengan kejuruan, serta metode pengajaran yang berorientasi pada keterampilan dan keahlian siswa. Clarke & Winch (2007 : 62) berpendapat bahwa pendidikan di SMK memberikan bekal kepada peserta didik dan menyiapkan untuk memasuki dunia kerja, baik dalam menciptakan usaha mandiri maupun memasuki peluang atau lowongan kerja yang ada. Diperkuat pendapat Pavlova (2009 : 7) tujuan utama dari pendidikan di SMK adalah persiapan untuk dapat langsung bekerja dan sebagai penyediaan pelatihan khusus yang reproduktif dan berbasis pada interaksi guru. Inilah yang menyebabkan SMK lebih membutuhkan guru-guru yang berkompeten.
Berdasarkan karakteristik dari pendidikan di SMK tersebut, membutuhkan ketersediaan guru dengan jumlah yang memadai. Ketersediaan guru yang memadai baik secara kuantitas maupun kualitas, menurut Irianto (2012 : 189) dihadapkan pada dua masalah pokok yakni: Pertama, pemenuhan kebutuhan tenaga guru yang belum sesuai dengan kebutuhan daerah dan peningkatan kualitas profesional yang belum memenuhi standar minimal. Kedua, permasalahan inilah yang pada akhirnya menimbulkan terjadinya disparitas kualitas guru di berbagai daerah. Di lain pihak, pemenuhan kebutuhan guru secara nasional ini, juga akan sangat dipengaruhi oleh sistem dan kebijakan. Permasalahan lain berkenaan dengan
guru adalah
penyebaran guru yang tidak merata. Begitu juga jika dilihat dari tingkat pendidikan guru, masih terdapat sejumlah guru yang memiliki kualifikasi ijasah yang kurang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya. Keadaan tersebut diperparah lagi jika dalam perencanaan kebutuhan dan pengadaan guru, sering tidak memperhitungkan kebutuhan guru secara benar untuk setiap sekolah. Permasalahan kekurangan guru ini tampak sangat jelas terjadi di berbagai sekolah. SMK Negeri 1 Posigadan sebagai salah satu sekolah kejuruan yang ada di Kecamatan Posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan juga mengalami kekurangan guru. Saat ini jumlah guru yang ada sampai tahun pelajaran 2013/2014 baru tersedia 26 orang guru yaitu yang berstatus sebagai guru tetap atau pegawai negeri sipil hanya sejumlah 13 orang. Selebihnya terdapat 8 orang guru yang berstatus guru tidak tetap (GTT) atau guru bantu. Jumlah guru tersebut, jika dibandingkan dengan jumlah siswa dan jumlah mata pelajaran sesuai kelompok belajar yaitu kelompok normatif, adaptif, serta kelompok untuk produktif yang ada di SMK Negeri 1 Posigadan, masih sangat terbatas jumlahnya. Berbagai upaya pembaruan pendidikan telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan kekurangan guru di SMK Negeri 1 Posigadan, seperti pengadaan guru honor maupun guru kontrak, meskipun terkadang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang diajarkan dan berbagai upaya lainnya. Namun, upaya tersebut belum memberikan hasil maksimal, karena belum diketahui secara jelas data kebutuhan guru yang sesuai dengan kondisi di SMK Negeri 1 Posigadan. Untuk mengetahui kebutuhan guru di suatu daerah perlu
diadakan asesmen kebutuhan guru. Asesmen kebutuhan guru dilakukan melalui rangkaian kegiatan analisis proyeksi dan kebutuhan guru. Tanpa ada analisis kebutuhan dan proyeksi yang tepat makan akan sulit dalam mengestimasi kekurangan guru. Mengingat ketersediaan tenaga guru yang cukup akan memberikan dampak yang positif terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas, dan sebaliknya bila kekurangan guru akan berdampak negatif terhadap keberlangsungan proses belajar mengajar yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan pada umumnya, dan prestasi belajar siswa pada khususnya. Berangkat dari permasalahan tersebut, kajian tentang asesmen kebutuhan guru di SMK Negeri 1 Posigadan perlu memperhatikan kondisi kondisi ideal dan kondisi proyeksi kebutuhan guru. Dengan demikian, masalah kebutuhan guru di SMK Negeri 1 Posigadan perlu diproyeksikan untuk mendukung pencapaian tujuan penyelenggaraan pendidikan di SMK Negeri 1 Posigadan. Proyeksi yang dimaksud adalah untuk mengetahui keadaan guru sekarang dan kebutuhan guru jangka menengah artinya perkiraan perhitungan kebutuhan guru yang akan datang berdasarkan data yang ada sebelumnya. Kebutuhan dalam kajian ini didefinisikan sebagai jumlah guru ideal yang diperlukan di SMK Negeri 1 Posigadan. Rumusan masalah antara lain: 1) Adanya penempatan guru yang tidak merata mengakibatkan terjadinya kelebihan guru di suatu sekolah dan terjadi kekurangan bahkan kekosongan di sekolah lainnya, 2) Perencanaan kebutuhan dan pengadaan guru, sering tidak memperhitungkan kebutuhan guru secara benar untuk setiap sekolah, 3) Masalah kebutuhan guru perlu diproyeksikan untuk mendapatkan gambaran data yang jelas tentang jumlah guru yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. KAJIAN TEORI A. Konsep Dasar Asesmen Istilah asesmen berasal dari bahasa Inggris yaitu assessment yang berarti penilaian atau penaksiran atau juga bisa diartikan sebagai perencanaan. Menurut Pornomo, dkk (2012 : 4) bahwa asesmen disebut juga penilaian, merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Secara umum asesmen mencakup tiga aspek pokok, yaitu program sistematis untuk menetapkan prioritas, memuat keputusan tentang program-program dan alokasi sumber daya. Ada dua istilah terkait dengan konsep asesmen, yaitu pengukuran dan evaluasi (evaluation). Pengukuran adalah proses penetapan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Sedangkan evaluasi adalah penilaian yang sistematik
tentang
manfaat
atau
kegunaan
suatu
objek.
Pengukuran
membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, penilaian menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedang evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku, baik perilaku individu maupun lembaga. Menurut Suwandi (2011 : 9) asesmen adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan. Asesmen dapat dilakukan secara tepat jika tersedia data yang berkaitan dengan objek yang diases. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa ciri penilaian adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara apa yang dicapai dengan kriteria yang harus dicapai. Perbandingan bisa bersifat mutlak, bisa pula bersifat relatif. Perbandingan bersifat mutlak artinya hasil perbandingan tersebut menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang berlaku. Sedangkan perbandingan yang bersifat relatif artinya hasil perbandingan lebih menggambarkan posisi suatu objek yang dinilai terhadap objek lainnya dengan bersumber pada kriteria yang sama. Dengan demikian, inti penilaian adalah proses menentukan nilai suatu objek tertentu berdasarkan kriteria tertentu. Asesmen adalah mengumpulkan informasi yang relevan, sabagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan, dan menerapkan seluruh proses pembuatan keputusan tersebut. Fallen dan Umansky, 1988 dalam Sunardi dan Sunaryo, 2006:80). Demikian pula dengan apa yang dinyatakan oleh McLEan, Wolery, dan Bailey (2004 dalam Rahardja, Dajdja, 2006:14) bahwa asesmen
merupakan istilah umum yang berhubungan dengan proses pengumpulan informasi untuk tujuan pengambilan keputusan. Berdasarkan beberapa pengertian tentang asesmen di atas, disimpulkan bahwa asesmen merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan informasi atau data. Dalam konteks pendidikan asesmen berfungsi sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Dengan perkataan lain, asesmen digunakan dengan tujuan untuk menemukan dan menetapkan dimana letak masalah yang dihadapi serta apa yang menjadi kebutuhan. Berdasarkan informasi itulah akan dapat menyusun program maupun perencanaan pendidikan yang bersifat realistis sesuai dengan kenyataan yang obyektif. B. Asesmen Kebutuhan Guru Kebutuhan adalah hal yang ingin dipenuhi dan dicapai oleh setiap individu. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dan apa yang ia harapkan.Jika kebutuhan terpenuhi, maka orang menjadi puas, dan dorongan mental untuk berbuat semakin kuat. Menurut teori kebutuhan (dalam Uno & Rauf, 2008 : 110) bahwa setiap manusia bertindak senantiasa di dorong untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan (needs) tertentu. Kebutuhan tersebut, pada diri manusia senantiasa menuntut pemenuhan. Pemenuhan kebutuhan dimulai dari tingkatan yang paling dasar dan secara hierarki menuju kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan guru merupakan bagian integral dari sistem pembelajaran secara keseluruhan, sehingga perlu dilakukan penilaian atau analisis. Analisis kebutuhan dapat
digunakan
untuk
menyelesaikan
masalah-masalah
pembelajaran.
Sebagaimana dikemukakan Arifin (2009 : 90) bahwa analisis kebutuhan adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mengidentifikasi kebutuhan dan menentukan skala prioritas pemecahannya. Asessmen kebutuhan merupakan aspek strategis dalam perencanaan pendidikan, sebagai langkah strategis penetapan kebijakan pendidikan serta dapat memproyeksi, guru, siswa, peta, lokasi, luas lingkup/keadaan goegrafis, tinggi angka droup out serta persentase jumlah usia sekolah terhadap penduduk. Lebih lanjut Hartanto (2012 : 15) mengemukakan need assessment, yaitu melakukan kajian terhadap beragam kebutuhan atau taksiran yang
diperlukan dalam proses atau pelayanan pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Kajian awal ini harus cermat, karena fungsi kajian akan memberikan masukan tentang: (a) pencapaian program sebelumnya; (b) sumber daya apa yang tersedia, dan (c) apa yang akan dilakukan dan bagaimana tantangan ke depan yang akan dihadapi. Kebutuhan guru adalah guru yang harus ada di sebuah sekolah baik jumlah maupun spesialisasinya agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efesien. C. Perhitungan Asesmen Kebutuhan Guru SMK Kualitas pendidikan di SMK menerapkan ukuran ganda, yaitu kualitas menurut ukuran sekolah. Slamet (2005 : 45-46) mengemukakan bahwa idealisasi pendidikan kejuruan sangat jelas, yaitu pendidikan kejuruan akan efektif apabila dimulai dan diakhiri di Dunia Usaha/Dunia Industri. Sebagaimana Direktorat Pembinaan SMK (2012 : 4-5) dalam proses pembelajaran di lingkup SMK pelaksanaan Teaching Factory diterapkan dalam berbagai bidang studi keahlian, diantaranya adalah Bidang Studi Keahlian Bisnis dan Manajemen. Teaching Factory dapat dikatakan sebagai penggabungan dari pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dan pendekatan pembelajaran berbasis produksi, artinya bahwa suatu proses keahlian atau keterampilan dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang sesuai dengan tuntutan pasar konsumen. Teaching Factory mempunyai tujuan menyadarkan bahwa mengajar siswa seharusnya lebih dari sekedar apa yang terdapat dalam buku dan hasil pembelajaran diukur berdasarkan kompetensi. Menyinggung soal pentingnya profesi dan profesionalisasi guru, Tilaar (2009 : 86) menjelaskan profesi merupakan pekerjaan yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus. Profesionalisme berarti menjadikan atau mengembangkan suatu bidang pekerjaan atau jabatan secara profesional. Hal ini berarti pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan kriteria-kriteria profesi yang terus-menerus berkembang sehingga tingkat keahlian, tingkat tanggungjawab serta perlindungan profesi terus-menerus disempurnakan. Sementara dalam proses profesionalisasi yang dituju adalah produktivitas kerja yang tinggi serta mutu karya semakin lama semakin baik dan kompetitif.
Pandangan di atas, menunjukkan bahwa profesionalisme yang dituntut dari seorang guru adalah kebutuhan yang tidak membutuhkan penawaran lagi, karena salah satu indikator pencapaian mutu pendidikan ditentukan juga oleh profesionalisasi guru yang benar-benar ahli dan menguasai bidangnya. Muhibbin (2010 : 222-223) mengemukakan bahwa guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Itulah sebabnya setiap perbincangan mengenai pembaruan kurikulum, pengadaan alat-alat belajar sampai kriteria sumber daya manusia yang dihasilkan oleh usaha pendidik selalu bermuara pada guru. Hal ini menunjukan betapa signifikan (berarti penting) posisi guru dalam dunia pendidikan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Kecamatan Posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Atas dasar pertimbangan dengan melihat masalah kekurangan guru yang dihadapi di SMK Negeri 1 Posigadan, Desain penelitian adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yang bersifat proyeksi. Dalam konteks ini akan memproyeksikan kebutuhan guru di SMK Negeri 1 Posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dari tahun 2015-2020, dengan menganalisis
perkembangan siswa di SMK Negeri 1 Posigadan Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan dari tahun 2015-2020. Teknik pengumpulan data yang dilakukakan adalah dokumentasi, sedangkan teknik analisis data adalah analisis perkembangan siswa, dan analisis kebutuhan guru. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasar temuan penelitian, tampak bahwa ketiga SMK Negeri 1 Posigadan telah memiliki struktur organisasi yang merangkum unsur-unsur pengelola, baik dari anggota internal organisasi maupun badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di SMK Negeri 1 Posigadan yang berfungsi sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, dan mediator dalam berbagai kegiatan sekolah. Struktur organisasi SMK Negeri 1 Posigadan ini dapat mendukung program yang telah ditetapkan. Struktur organisasi SMK Negeri 1 Posigadan merangkum unsur-unsur pengelola yang terdiri dari anggota internal sekolah dan anggota eksternal sekolah.
Unsur pengelola dari anggota internal sekolah memiliki tugas-tugas dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang direalisasikan dalam bidang tugas dan wewenang empat wakil kepala sekolah yaitu : bidang kurikulum, sarana prasarana, kesiswaan, dan humas. Di samping itu dalam pembagian tugas didasarkan atas program studi yang operasionalnya dibantu oleh guru bimbingan penyuluhan, wali kelas, dan guru mata pelajaran. Sedangkan dalam bidang administrasi, pembagian tugas terdiri dari bidang kepegawaian, perlengkapan, urusan rumah tangga, dan bendahara. Tabel 4.5:
Data Siswa Menurut Kelas, Program Keahlian dan Jenis Kelamin di SMK Negeri 1 Posigadan Tahun 2010-2014
Tahun Kelas
2010 2011
2012
2013
2014
X XI XII X XI XII X XI XII X XI XII X XI XII
Jumlah Siswa Berdasarkan Program Keahlian dan Jenis Kelamin Multimedia L P Jmlh
Akuntansi L P Jmlh
Perkantoran Pemasaran L P Jmlh L P Jmlh
7 9 8 8 7 8 10 9 20 14 15 15 17 10 11
5 6 5 6 7 5 8 8 12 10 12 13 11 10 9
8 9 4 12 11 10 14 12 12 8 8 8 10 11 9
8 10 11 11 10 11 13 17 13 15 10 11 7 10 19
16 19 19 19 17 19 23 26 33 29 25 26 23 19 30
7 6 6 6 8 7 8 18 29 13 14 12 9 16 12
12 12 11 12 15 12 16 26 41 23 26 25 20 25 18
12 13 3 13 13 11 15 15 24 8 9 12 13 13 12
20 3 6 22 4 5 7 9 15 25 4 5 24 4 6 21 6 5 29 6 9 27 5 17 36 7 20 16 9 13 17 7 16 20 8 20 22 8 16 22 10 12 20 9 13
9 9 24 9 10 11 15 22 27 22 23 28 22 22 21
Total 57 62 61 65 66 63 93 101 137 90 91 99 90 92 94
Sumber Data: SMK Negeri 1 Posigadan, 2014 Berdasarkan data yang ada pada Tabel 4.5 di atas, menunjukkan bahwa perkembangan jumlah siswa di SMK Negeri 1 Posigadan untuk 5 (lima) tahun terakhir yaitu dari tahun 2010 s/d tahun 2014 berfluktiatif dan mengalami peningkatan setiap tahunnya yang dibuktikan dengan mengalami kenaikan setiap tahun untuk setiap kelas yaitu Kelas X tahun 2010 jumlah siswa berjumlah 57 siswa, tahun 2011 meningkat menjadi 65 siswa, tahun 2012 dan tahun 2013 meningkat signifikan masing-masing 93 siswa dan 101 siswa, dan tahun 2014 kembali mengalami peningkatan menjadi 137 siswa. Sementara untuk siswa Kelas XI tahun 2010 berjumlah 62 siswa, tahun 2011 meningkat menjadi 66 siswa, tahun 2012 meningkat menjadi 90 siswa dan tahun 2013 meningkat signifikan
menjadi 91 siswa, dan tahun 2014 kembali mengalami peningkatan menjadi 99 siswa. Sedangkan untuk siswa Kelas XII tahun 2010 berjumlah 61 siswa, tahun 2011 meningkat menjadi 63 siswa, tahun 2012 meningkat menjadi 137 siswa dan tahun 2013 menurun menjadi 99 siswa, dan tahun 2014 kembali mengalami peningkatan menjadi 89 siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Perkembangan asesmen siswa SMK Negeri 1 Posigadan dari tahun 2015-2020 mendatang mengalami pertumbuhan dengan proyeksi angka pertumbuhan siswa. Pada tahun 2020 diproyeksi menjadi 1.912 siswa dengan AT I berjumlah 825 siswa dan ANT II 99,62%, ANT III 99,57% dan AL sebesar 99,41%. 2. Kebutuhan guru SMK Negeri 1 Posigadan dari tahun 2015-2020, dari analisis yang dilakukan terhadap data secara kuantitatif kebutuhan guru pada tahun 2015 sampai tahun 2020 tidak akan sama dengan kebutuhan guru pada tahun tahuntahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan keadaan guru yang ada saat ini di SMK Negeri 1 Posigadan sampai pada tahun 2014 adalah hanya sejumlah 26 orang, maka pada tahun 2015 mengalami kekurangan guru sebanyak 4 orang, di tahun 2016 sebanyak 16 orang, tahun 2017 sebanyak 32 orang, tahun 2018 sebanyak 52 orang, tahun 2019 sebanyak 80 orang dan tahun 2020 sebanyak 116 orang. B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan kaitannya dengan permasalahan yang diteliti, dapat direkomendasikan saran-saran sebagai berikut. 1. Temuan penelitian menunjukkan bahwa setiap tahunnya jumlah guru di SMK Negeri 1 Posigadan belum mencukupi kebutuhan, untuk itu diperlukan penyempurnaan dalam pembuatan suatu perencanaan kebutuhan tenaga guru oleh Dinas Pendidikan yang didukung dengan tersedianya informasi yang akurat dan tepat waktu untuk menunjang pembuatan keputusan. 2. Pemerataan penyebaran guru di SMK Negeri 1 Posigadan perlu segera dilakukan, guna memenuhi kebutuhan guru di sekolah yang mengalami kekurangan dan mengoptimalkan fungsi guru di sekolah yang kelebihan.
3. Penyusunan suatu perencanaan kebutuhan tenaga guru perlu memperhatikan beberapa faktor diterminan yang akan mendasari terhadap perhitungan kebutuhan guru tersebut, sehingga di SMK Negeri 1 Posigadan dapat memproyeksikan kebutuhan tenaga guru di sekolahnya
DAFTAR PUSTAKA
Amtu, Onisimus. 2011. Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah (Konsep, Strategi, dan Implementasi). Bandung: Alfabeta. Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik, Prosedur). Bandung: Remaja Rosdakarya. Clarke, L and Winch, C. 2007. Vocational Education International Approach, Development and System. New York: Routledge Direktorat Pembinaan SMK. 2011. Data Pokok SMK. Kementerian Pendidikan Nasional, ( http://datapokok.ditpsmk.net?index.php/aksi=12&page=3). Diakses: 11 November 2014. Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain System Pembelajaran. Jakarta: Kencana Group. Satori, D. & Suryadi. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imperial Bhakti Utama. Siagian, P. Sondang. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Sutrisno, Joko. 2006. Analisis Kebutuhan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Suwandi, Sarwiji. 2011. Model-Model Assesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka Pavlova, M. 2009. Technology and vocational education for assustainable development empowering individuals for the future. Bonn: Spinger Science Business Media.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 053/U/2001 Tahun 2001 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/75/M.PAN/7/2004 Tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai negeri Sipil. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 07 Tahun 2010 tentang Pemenuhan Kebutuhan, Peningkatan Profesionalisme, dan Peningkatan Kesejahteraan Guru, Kepala sekolah/Madrasah, dan Pengawas Di kawasan Perbatasan dan Pulau Kecil Terluar. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor: 26 Tahun 2011 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil untuk Daerah.