KEMAMPUAN GURU MENGELOLA KELAS BERBASIS PAKEM DI SDN 3 SINOMBAYUGA KECAMATAN POSIGADAN KEBUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN OLEH Siska Lasaguni Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Teknik pengumpulan data dapat ditempuh dengan tiga cara yaitu, observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa ditemukan metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran masih terbatas pada metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, dan ada beberapa guru yang suda mulai menerapkan metode jigsaw. Dalam penataan lingkungan kelas, guru-guru memperhatikan kenyamanan siswa dalam belajar, mudah dijangkau oleh siswa, mudah dipindah-pindahkan, kelas dibuat menarik agar siswa betah di dalam kelas, pengaturan tempat duduk diatur tidak terlalu berdekatan, dan meletakkan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan materi belajar di tingkatan kelas siswa. Dalam mengidentifikasi kompetensi akademik siswa, para guru mengidentifikasi dengan cara memberikan tugas kepada siswa kemudian menilai hasil kerja siswa. Hasil kerja siswa itulah yang menjadi alat penilaian kompetensi akademik siswa. Alat ukur yang di gunakan oleh guru-guru sudah sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, adapun alat ukur yang sering digunakan adalah soal objektif, tes tertulis, dan dalam bentuk isian. Adapun realiebilitas tes, tes yang sudah realiable dan menjamin konsistensi, Karena jika dilakukan tes ulang hasilnya selalu sama dan tidak mengalami perubahan. Untuk itu disarankan (1) Dinas pendidikan : Lebih memperhatikan kinerja guru dalam proses belajar mengajar berbasis PAKEM. (2) Untuk Pengawas agar dapat membimbing guru dalam pembelajaran berbasis PAKEM (3) untuk Kepala Sekolah Dapat selalu memberikan pengarahan kepada para guru agar mengetahui apa sebenarnya yang harus dilakukan dalam melaksanakan pembelajaran berbasis PAKEM (4) bagi Guru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas anak didik sehingga menghasilkan lulusan-lulusan yang terbaik. (5) Bagi peneliti diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang pengelolaan kelas berbasis PAKEM sehingga dapat menerapkannya dikemudian hari. Kata Kunci : Kemampuan,Mengelola, PAKEM
Pendahuluan Dewasa ini usaha meningkatkan mutu pendidikan terus dilaksanakan.oleh pemerintah. Beragam program inovatif banyak kita jumpai dalam reformasi pendidikan. Reformasi pendidikan tidak cukup hanya dengan perubahan pada kurikulum, baik struktur maupun prosedur perumusannya. perubahan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan praktik pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Indikator pembaruan kurikulum ditunjukan dengan adanya perubahan pola kegiatan pembelajaran, pemilihan media pendidikan, penentuan pola penilaian yang menentukan hasil pendidikan (Majid 2011:3). Keberhasilan implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang akan menerapkan kurikulum tersebut. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran setiap guru dituntut untuk selalu melaksanakan persiapan awal yaitu menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan program pembelajaran yang akan berlangsung. Tujuannya adalah agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, yaitu tujuan akhir yang diharapkan dapat dikuasai oleh semua peserta didik. Umumnya, persiapan awal
yang dilakukan adalah membuat
suatu
perencanaan pembelajaran, yaitu mulai dari membuat perumusan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini selanjutnya menjadi tolak ukur dalam menentukan langkah-langkah berikutnya, yaitu rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan guru selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran ini, setiap guru di tuntut untuk benar-benar memahami strategi pembelajaran yang akan diterapkannya. Sehubungan dengan hal tersebut, seorang guru perlu memikirkan strategi atau pendekatan yang akan digunakannya. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat akan berdampak pada tingkat penguasaan atau prestasi belajar peserta didik. Oleh karena itu, sudah selayaknya guru memiliki berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggungjawabnya. Dengan kompetensi tersebut, maka akan menjadi guru professional, baik secara akademis maupun non akademis, guru mampu menegelola kelas dengan menyenangkan yaitu dengan mengimplementasikan pengelolaan kelas berbasis PAKEM. melalui Pembelajaran aktif diharapkan lebih banyak melibatkan aktifitas peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Pembelajaran aktif diharapkan dapat menjadi strategi yang digunakan untuk mengoptimalkan pembelajaran, demikian pula dengna Guru diharapkan dapat memosisikan diri sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif. Dalam proses pembelajaran yang aktif itu akan terjadi dialog yang interkatif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru atau sumber belajar lainnya.
Namun dewasa ini tidak jarang kegagalan implementasi kurikulum disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, keterampilan menyiapkan perencanaan pembelajaran dan kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Kondisi tersebut menunjukan bahwa berfungsinya kurikulum terletak pada bagaimana pelaksanaannya disekolah, khususnya dikelas dalam kegiatan pembelajaran yang merupakan kunci keberhasilan tersebut. untuk itu penulis berniat untuk menulis sebuah skripsi yang berjudul “Kemampuan Guru Mengelola Kelas Berbasis PAKEM”. Tinjauan Pustaka Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Menurut Sa’ud (2010:69) tujuan keterampilan mengelola kelas adalah (1) mendorong siswa mengembangkan tingkah lakunya sesuai tujuan pembelajaran, (2) Membantu siswa menghentikan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan pembelajaran, (3) mengendalikan siswa dan sarana pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran, (4) membina hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif. Adapun komponenkomponen keterampilan mengelola kelas yaitu : (1) keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif), keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil
inisisatif dan mengendalikan kegiatan pembelajaran, sehingga berjalan secara optimal, efisien, dan efektif. (2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan. Dalam hal ini guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Prinsip-prinsip keterampilan mengelola kelas yaitu : (1) Memodifikasi tingkah laku. Guru hendaknya menganalisis tingka laku siswa yang mengalami masalah dan memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis. (2) Guru dapat mengguakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara memperlancar tugas-tugas, memelihara kegiatan kelompok, memelihara semangat siswa, dan mengangani konflik yang timbul. (3) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan ketidakpatutan tingkah laku tersebut sert berusaha untuk menemukan pemecahannya. Menurut Satori dkk (2008:340) ada sembilan pendekatan pengelolaan kelas, kesembilan
pendekatan
ini
dibedakan
karena
memang
setiap
pendekatan
menampilkan posisi filosofis dan wujud operasional dari manajemen kelas. Pendekatan pertama ialah pendekatan ototriter, pendekatan ini memandang bahwa manajemen kelas adalah proses mengendalikan perilaku peserta didik. Dalam posisi ini, peranan guru adalah mengembangkan dan memelihara aturan atau disiplin di dalam kelas. Tekanan utamanya terletak pada menjaga ketertiban dan memelihara
kendali melalui penanaman disiplin. Di dalam pendekatan ini disiplin adalah sama dengan manajemen kelas. Terkait erat pendekatan otoriter, pendekatan kedua disebut pendekatan intimidasi. Pendekatan ini juga memandangmanajemen kelas sebagai proses mengendalikan peserta didik. Lain halnya dengan pendekatan otoriter, pendekatan intimidasi lebih dilandasi oleh asumsi bahwa perilaku peserta didik paling baik dikendalikan oleh perilaku guru. Perilaku guru yang dimaksudkan seperti menyalahkan, mengancam, memaksa dan menolak. Peran guru adalah mengiring peserta didik berperilaku sesuai dengan keinginan guru sehingga mereka merasa takut untuk melanggarnya. Pandangan ketiga, yang bertentangan langsung dengan pendekatan intimidatif, ialah
pendekatan
permisif.
Esensi
pendekatan
terletak
pada
peran
guru
memaksimalkan kebebasanpeserta didik, membantu peserta didik merasa bebas melakukan apa yang mereka maui. Jika hal itu tidak dilakukan maka yang terjadi adalah proses menghambat perkembangan peserta didik. PP No. 19 tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa ”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” Hal tersebut merupakan dasar bahwa guru perlu menyelenggarakan pembelajaan yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
PAKEM merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap dan pemahaman dengan mengutamakan belajar sambil bekerja, guru menggunakan berbagai sumber belajar dan alat bantu termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar agar pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif. PAKEM kepanjangan
dari pembelajaran
aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Aktif berarti dalam proses pembelajaran Kreatif berarti Efektif berarti tujuan pembelajaran dapat tercapai, menyenangkan berarti suasana dalam KBM. Pada dasarnya guru sudah banyak yang mengetahui hal tersebut, tetapi dalam penerapannya masih banyak kendala. Disinilah dibutuhkan kemauan dan motivasi yang kuat dari guru untuk menerapkan PAKEM di kelasnya. Walaupun terkesan merepotkan, guru harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencoba menerapkan sebuah metode baru ini didalam kelas. Keterbatasan bukanlah halangan untuk membuat pembelajaran menjadi lebih baik dan optimal. PAKEM juga merupakan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap, dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif. Pengertian pembelajaran PAKEM dapat dijabarkan sebagai berikut Model belajar aktif terkait erat dengan motivasi belajar karena adanya hubungan timbal balik diantara kedua hal tersebut; untuk belajar aktif diperlukan
motivasi belajar yang kuat; sebaliknya belajar aktif akan menyebabkan kegiatan belajar menjadi lebih berhasil dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar. Dengan motivasi belajar yang meningkat maka peserta didik dapat membuat keputusan yang positif. Dalam pembelajaran ini, guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator pembelajaran yang mengatur sirkulasi dan jalannya pembelajaran dengan terlebih dahulu menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai dalam suatu pembelajaran. Sedangkan peserta didik terlibat secara aktif dan banyak berperan dalam proses pembelajaran. Sebagai pusat belajar, peserta didik harus lebih aktif berkegiatan untuk membangun suatu pemahaman, ketrampilan, dan sikap/perilaku tertentu. Aktifitas siswa menjadi penting karena belajar pada hakikatnya adalah proses yang aktif dimana
siswa
menggunakan
pikirannya
untuk
membangun
pemahaman
(constructivism aproach). Dari proses pembelajaran aktif akan menyebabkan peserta didik mampu berpikir inovatif dan kreatif. Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreatifitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah. Untuk itu guru dituntut mampu merangsang kreatifitas peserta didik dalam hal kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan.
Kreatif yang dimaksud adalah kemampuan peserta didik dalam menghasilkan sebuah kegiatan atau aktifitas yang baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya yang baru. Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru, dan membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan cara melibatkan seluruh peserta didik dalam merencanakan proses pembelajaran. Pendapat senada dikemukakan oleh Khaerudin dan Mahfud Junaedi yang menyatakan, “Pembelajararan dikatakan efektif jika peserta didik mengalami berbagai pengalaman baru dan perilakunya menjadi berubah menuju titik akumulasi kompetensi yang diharapkan”. Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Pembelajaran ini juga perlu ditunjang oleh suasana dan lingkungan yang memadai. Untuk itu, guru harus mampu mengelola tempat belajar dengan baik, mengelola peserta didik, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola isi/materi pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber belajar. Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure).30 Dalam pembelajaran ini guru memposisikan diri sebagai mitra belajar peserta didik agar tercipta suasana keakraban antara pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) mengisyaratkan bahwa proses pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang dapat merangsang peserta didik untuk dapat mengungkapkan segala potensi dirinya untuk dapat meraih sekian kompetensi sesuai dengan bakat dan minatnya, bukan sebaliknya hanya disuapi oleh guru dengan segala macam pengetahuan. Pembelajaran yang bermakna juga demikian,
mengedepankan
pengembangan
potensi
peserta
didik,
sehingga
pembelajaran bukan bersumber atau terfokus pada guru, melainkan berfokus dan terpusat pada peserta didik. Proses pembelajaran yang demikian idealnya dilakukan dengan cara yang santun dan menyenangkan. Bukan dengan doktrinisasi dan intimidasi/tekanan. Sehingga dapat dikatakan pembelajaran tersebut adalah pembelajaran ramah anak atau dengan prinsip asah, asih, asuh. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif melalui pendekatan ini bersifat interpretatif untuk memahami makna dan tafsiran
yang
tersimpan dalam niat para pelakunya, (Bungin, 2001:27). Desain pengukuran, analisis dan laporan penelitian didasarkan pada tujuan penelitian yang ditekankan pada makna kegiatan di sekolah dasar. Kajian ini lebih mengutamakan deskripsi makna yang ditemukan pada latar penelitian sehingga memungkinkan ada proposisi-proposisi baru yang dapat digunakan untuk merintis hal yang baru, sebagai sumber hipotesishipotesis untuk penelitian selanjutnya.
Data dan Sumber Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah aspek-aspek yang ada kaitannya program pengembangan kompetensi profesionalisme guru dalam pembelajaran, : a) Kemampuan Guru mendesain kelas, b) Kemampuan Guru mengorganisir kelas, c) Kemampuan guru memberdayakan peserta didik, d) Kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, e) Kemampuan guru memonitoring dan evaluasi kelas. Pembahasan Kemampuan Guru Mendesain Kelas Metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran di SDN 3 Sinombayuga masih terbatas pada metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, dan ada beberapa guru yang suda mulai menerapkan metode jigsaw. Untuk mendorong siswa mengembangkan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan pembelajaran
berbasis
PAKEM,
guru
kurang
mampu
mendorong
siswa
mengembangkan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan pembelajaran berbasis PAKEM, beberapa guru hanya menggunakan metode ceramah dan menghabiskan materi dan tidak memberikan motivasi kepada siswa agar mengembangkan tingkahlakunya dan berperan aktif dalam pembelajaran. Untuk mengendalikan sarana pembelajaran dalam suasana
yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran, menunjukan bahwa guru-guru di SDN 3 Sinombayuga masi sulit dalam mengendalikan sarana dan prasarana sebagai sumber belajar siswa, para guru hannya menggunakan gambar-gambar yang ditempel di dalam kelas yang ada
hubunganya dengan mata pelajaran dan sesekali menggunakan alam sekitar sekolah sebagai media pembelajaran yang menyenangkan. Kemampuan Guru Mengorganisasikan Kelas Hal yang dilakukan guru dalam penataan lingkungan kelas, guru-guru di SDN 3 Sinombayuga menata kelas dengan memperhatikan kenyamanan siswa dalam belajar, mudah dijangkau oleh siswa, mudah dipindah-pindahkan, kelas dibuat menarik agar siswa betah di dalam kelas, pengaturan tempat duduk diatur tidak terlalu berdekatan, dan meletakkan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan materi belajar di tingkatan kelas siswa. Dalam mengelompokan siswa guru di SDN 3 Sinombayuga mengelompookan siswa sesuai dengan tingkat kecerdasan siswa, yang pintar disendirikan, yang kurang pintar disendirikan agar mudah menilai dan mengontrol siswa yang kurang, kemudian dikelompokan secara acak yakni yang pintar dicampur dengan yang kurang pintar agar yang pintar dapat membimbing yang kurang pintar, kemudian siswa dikelompokkan dengan cara menyebar siswa yang nakal di semua kelompok agar tidak terjadi keributan di ruang kelas. Kemampuan Guru Memberdayakan Peserta Didik Dalam mengidentifikasi kompetensi akademik siswa, para guru di SDN 3 Sinombayuga mengidentifikasi dengan cara memberikan tugas kepada siswa kemudian menilai hasil kerja siswa. Hasil kerja siswa itulah yang menjadi alat penilaian kompetensi akademik siswa. Cara lainnya adalah dengan menilai siswa dalam proses diskusi, siswa yang sering bertanaya pada pelajaran tertentu merupakan siswa yang memiliki kompetensi akademik pada matapelajaran tersebut. Dalam
mengenal bakat siswa , guru di SDN 3 Sinombayuga mengidentifikasi dari pelajaran PENJASKES dan mata pelajaran kesenian. Untuk mengembangkan bakat siswa para guru menindaklanjuti bakat tersebut dengan memberikan pelatihan khusus untuk diikut sertakan pada berbagai kegiatan di tingkat kecamatan dan dapat membawa nama sekolah. Dalam melibatkan siswa guru-guru di SDN 3 Sinombayuga memberi variasi pada penyampaian materi untuk menghindari kebosanan pada siswa dan memancing siswa untuk ikut terlibat dalam pembelajaran, cara berikutnya adalah dengan cara mengajaknya berbicara dan memintanya untuk mengerjakan tugas di papan tulis. Kemampuan Guru Memonitoring dan Evaluasi Kelas Alat ukur yang di gunakan oleh guru-guru di SDN 3 Sinombayuga sudah sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, adapun alat ukur yang sering digunakan adalah soal objektif, tes tertulis, dan dalam bentuk isian. Adapun realiebilitas tes, tes yang diberikan di SDN 3 Sinombayuga sudah realiable dan menjamin konsistensi, Karena jika dilakukan tes ulang hasilnya selalu sama dan tidak mengalami perubahan. Penutup Dengan merujuk pada pembahasan diatas, maka peneliti mengemukakan saran-saran
sebagai
berikut
:
Bagi
Dinas
Pendidikan
diharapkan
Lebih
memperhatikan kinerja guru dalam proses belajar mengajar berbasis PAKEM, lebih meningkatkan pelatihan bagi guru dalam hal pembelajaran berbasis PAKEM dan dapat melengkapi fasilitas belajar mengajardi SDN 3 Sinombayuga, Untuk pengawas diharapkan dapat membimbing guru-guru di SDN 3 Sinombayuga dalam hal
pembelajaran
PAKEM
secara
maksimal,
dan
dapat
membantu
mengatasi
permasalahan para guru ketika mendapatkan kendala dalam proses pembelajaran berbasis PAKEM, Untuk kepala sekolah diharapkan selalu memberikan pengarahan kepada para guru agar mengetahui apa sebenarnya yang harus dilakukan dalam melaksanakan pembelajaran berbasis PAKEM. dan membantu membimbing guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar berbasis PAKEM. Untuk guru diharapkan dapat melaksanakan proses pembelajaran sesuai metode yang menyenangkan bagi siswa, dapat meningkatkan profesionalisme dalam pembelajaran PAKEM, dan meningkatkan kualitas dan kuantitas anak didik sehingga menghasilkan lulusan-lulusan yang terbaik. Daftar Pustaka Faculty Development Seminar in New York City Collelege of Technology, New York Bungin Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenama Media Gorup Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Buku 1). Jakarta: Depdiknas. Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2004. Meteri dan Perubahannya. Direktorat Pendidikan Menengah Umum : Depdiknas Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan Guru. Jakarta: Bumi Aksara. Hamzah. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Majid. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Masaong, Kadim. 2010. Suvervisi Pendidikan Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik. Bandung: MQS Publishing. Moh. Uzer Usman. 2002. Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Moleong. L J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :PT.Remaja Rosdakarya Pidarta, Made. 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.