Artikel Pendidikan 57 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PRAGMATIK Oleh Titin Untari Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Mataram Abstrak: Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebagai upaya meningkatkan keteranpilan berbicara pada siswa kelas VII SMPN 2 Kopang tahun pelajaran 2010/2011? Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui penggunaan pendekatan pragmatik dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada kelas VII SMPN 2 Kopang tahun pelajaran 2010/2011. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan melalui tahap perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMPN 2 Kopang yang berjumlah 155 orang, sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes, metode observasi, metode wawancara. Untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi yang mengesankan dengan pilihan kata dan kalimat efektif dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dari hasil penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan pragmatik dinilai efektif dalam meningkatkan kemampuan berbicara. Hal ini dapat dilihat dari hasil peningkatan kemampuan individu siswa dengan kategori kemampuan tinggi 1 orang, sedang 24 orang, dan rendah 5 orang dengan jumlah IPK 61,6 (normal) tanpa penggunaan pendekatan pragmatik pada siklus I. Pada siklus II dengan penggunaan pendekatan pragmatik mengalami peningkatan kemampuan siswa dengan kemampuan tinggi 21 orang, sedang 9 orang, dan rendah tidak ada dengan jumlah IPK 76,3 (tinggi). Jadi pembelajaran kemampuan berbicara dengan penggunaan pendekatan pragamtik dapat meningkatkan keterampilan berbicara. Kata kunci: Pendekatan Pragmatik, Keterampilan Berrbicara, PENDAHULUAN Pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil karya cipta manusia. Namun, harus diakui secara jujur, keterampilan berbicara di kalangan siswa SMP, khususnya keterampilan berbicara, belum seperti yang diharapkan. Kondisi ini tidak lepas dari proses pembelajaran bahasa Indoesia di sekolah yang dinilai telah gagal dalam membantu siswa berpikir, mwngungkapkan gagasan, ide dan berbahasa sekaligus. Yang lebih memperhatinkan, ada pihak yang sangat ekstrim berani mengatakan bahwa tidak ada mata pelajaran bahasa Indonesia pun siswa dapat berbahasa Indonesia seperti saat ini, asalkan mereka diajari berbicara, membaca, dan menulis oleh guru (Depdiknas, 2004: 9). Sementara itu, hasil observasi empirik di lapangan juga menunjukkan fenomena yang hampir sama.keterampilan berbicara siswa Sekolah Menengah Pertama berada pada tingkat yang rendah, diksi (pilihan kata-nya) bisa dikatakan rendah, kalimatnya tidak efektif, struktur tuturannya masih rancu, alur tatarannya pun tidak runtut dan kohensif. Paling tidak ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam berbicara yaitu: faktor eksternal dan faktor internal.
Yang termasuk faktor eksternal, di antaranya pengaruh penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan keluarga dan masyarkat. Dalam proses komunikasi sehari-hari, banyak keluarga yang menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah) sebagai bahasa percakapan di lingkungan keluarga. Demikian juga halnya dengan penggunaan bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat. Rata-rata bahasa ibulah yang digunakan sebagai sarana komunikasi. Kalau ada tokoh masyarakat yang menggunakan bahasa Indonesia, pada umumnya belum memperhatikan kaidah-kaidah berbahasa yang baik dan benar. Akibatnya siswa tidak terbiasa untuk berbahasa Indonesia sesuai dengan konteks dan situasi tutur. Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia telah menyimpang jauh dari misi sebenarnya. Guru lebih banyak berbicara tentang bahasa (talk about the language) dari pada melatih menggunakan bahasa (using language). Dengan kata lain, yang ditekankan adalah penguasaan tentang bahasa (form-focus). Guru bahasa Indonesia lebih banyak berkutat dengan pengajaran tata bahasa, dibandingkan mengajarkan kemampuan berbahasa Indonesia secara nyata (Nurhadi, 2000: 23). Jika kondisi pembelajaran semacam itu dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin keterampilan
58 Media Bina Ilmiah berbicara di kalangan siswa SMP akan terus berada pada aras yang rendah. Para siswa akan terusmenerus mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara lancar, memilih kata (diksi) yang tepat, menyusun struktur kalimat yang efektif, membangun pola penalaran yang masuk akal, dan menjalin kontak mata dengan pihak lain secara komunikatif dan interaktif pada saat berbicara. Penelitian ini akan difokuskan pada upaya untuk mengatasi faktor internal yang diduga menjadi penyebab rendahnya tingkat kemampuan siswa kelas VII SMPN 2 Kopang Lombok Tengah, dalam berbicara, yaitu kurangnya inovasi dan kreativitas guru dalam menggunakan pendekatan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara berlangsung monoton dan membosankan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan adalah pendekatan pragmatik. Melalui pendekatan pragmatik, siswa diajak untuk berbicara dalam konteks dan situasi tutur yang nyata dengan menerapkan prinsip pemakaian bahasa secara komprehensif. Dalam pendekatan pragmatik, guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan berbahasa di dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah senyatanya. Prinsip-prinsip pemakaian bahasa yang diterapakan dalam pendekatan pragmatik antara lain yaitu: a. Penggunaan bahasa dengan memperhatikan aneka aspek situasi ujaran. b. Penggunaan bahasa dengan memperhatikan prinsip-prinsip kesantunan. c. Dengan bahasa dengan melibatkan faktor-faktor penentu tindak komunikatif. Melalui penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara, para siswa SMP akan mampu menumbuhkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam dirinya, sehingga kelak mereka mampu berkomunikasi dan berinteraksi sosial secara matang, arif, dan dewasa. Selain itu, mereka juga akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya dalam menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
upaya peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMPN 2 Kopang tahun pelajaran 2010/2011. METODE PENELITIAN Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi masalah atau refleksi awal terhadap rendahnya tingkat keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP 2 Kopang Lombok Tengah. Berdasarkan refleksi awal ditemukan penyebab rendahnya tingkat keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP 2 Kopang Lombok Tengah, yaitu penggunaan pendekatan pembelajaran yang tidak mampu membawa siswa ke dalam situasi penggunaan bahasa secara nyata atau terlepas dari konteks dan situasi tuturan. Akibatnya, proses pembelajaran berlangsung monoton dan membosankan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang diduga mampu membawa siswa ke dalam situasi penggunaan bahasa secara nyata sehingga siswa memperoleh manfaat praktis untuk diterapkan dalam peristiwa komunikasi sehari-hari. Dalam penelitian ini peneliti merancang penelitiannya berdasarkan rancangan yang telah tetapkan dalam penelitian PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian ini dirancang dalam bentuk siklus yang akan dilaksanakan dalam 4 (empat) tahap. Dalam penelitian tindakan kelas dikenal empat tahap yang dirumuskan oleh Lewis (Keimis dan Me. Tenggar dalam Depdiknas. 2004), yaitu Planning (Perencanaan), Action (Tindakan), Observation (Pengammatan), dan Reflection (Refleksi). Berikut gambar bagan siklus penelitian setting kelas: SIKLUS I SIKLUS II Perencanaan I Perencanaan II Pelaksanaan I
Pelaksanaan II
Observasi
Observasi
Refleksi
Refleksi
Gambar: siklus penelitian tindakan kelas (PTK) (Depdiknas, 2003: 29) a) Planning (Perencanaan) Perencanaan merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan sesuatu. Diharapkan perencanaan tersebut berpandangan
Artikel Pendidikan 59 kedepan, serta fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak terduga dan dengan perencanaan tersebut secara dini kita dapat mengatasi hambatan. Dengan perencanaan yang baik seorang praktisi akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong para praktisi untuk bertindak dengan lebih efektif. b) Action (Tindakan) Tindakan merupakan penerapan dan perencanaan yang telah dibuat yang dapat berupa suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan model yang telah dijalankan. Tindkan tersebut dapat dilakukan oleh yang terlibat dalam pelaksanaan suatu model pembelajaran yang hasilnya juga akan digunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas c) Observation (Observasi) Observation (pengamatan) ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan atau observasi inilah yang dijadikan dasar dalam melakukan refleksi sehingga pengamatan atau observasi yang dilakukan harus dipaparkan keadaan yang sesungguhnya. Dalam observasi atau pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dan tindakan efekefek tindakan lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul. d) Reflection (Refleksi) Refleksi meliputi kegiatan analisis, sintesis, penafsiran, menjelaskan dan menyimppulkan. Hasil dan refleksi adalah dasar diadakan revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan yang akhirnya digunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian, penelitian tindakan tidak dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk melakukan revisi sebagai perencanaan pada siklus berikutnya. 1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data Metode Pengumpulan Data menggunakan metode tes, observasi, dan wawancara. Sedangkan metode analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu (Surakhmad, 1998: 139). Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis data dari siklus I, II sampai siklus berikutnya. Hasil analisis tersebut kemudian dibandingkan dari perbandingan tersebut akan diketahui apakah penerapan dengan penggunaaan pendekatan pragmatik dalam berbicara dapat meningkat atau tidak. Peneliti menganalisis data dari tiap siklus
dengan menentukan kemampuan individu siswa dan kemampuan kelompok. a) Analisis Kemampuan Individu 1) Menentukan skor maksimal (SMI) SMI adalah skor tertinggi yang diperoleh siswa apabila soal yang diujikan dijawab dengan benar. 2) Menentukan mean ideal
Mi
1 × SMi 2
3) Menentukan standar deviasi
SDi
1 × Mi 3
4) Membuat pedoman konversi Mi + 1SDi = Kemampuan Tinggi Mi ± 1SDi = Kemampuan Sedang Mi - 1SDi = Kemampuan Rendah b) Analisis Kemampuan Kelompok 1) Menentukan indeks prestasi komulatif (IPK)
IPK
M Χ 100 SMi
2) Menentukan mean (nilai-nilai siswa)
M
∑
Fx
N
Keterangan M : Mean (nilai rata-rata) ∑Fx : Jumlah nilai total yang diperoleh dari hasil penjumlahan setiap individu. N : Banyaknya individu (peserta tes) 3) Membuat Pedoman IPK Interval
Kategori
0 – 30
Sangat rendah
31 – 54
Rendah
55 – 74
Normal
75 – 89
Tinggi
90 – 100
Sangat tinggi
(Arikunto: 2002: 171)
60 Media Bina Ilmiah HASIL PENELITIAN a. Pembelajaran Berbicara pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Kopang Tanpa Penggunaan Pendekatan Pragmatik (Prasiklus) 1. Perencanaan Pembelajaran Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada kelas VII SMPN 2 Kopang, terlebih dahulu guru mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 2. Pelaksanaan Pembelajaran Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dalam kelas. pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan dengan tiga tahap yaitu: (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, (3) kegiatan akhir. a) Kegaiatan awal Pada tahap ini, guru memberikan apersepsi kepada siswa. Apersepsi yang diberikan kepada siswa bertujuan untuk memotivasi dan membangkitkan pengetahuan siswa sejauh mana siswa memahami keterampilan berbicara. Disamping itu juga, pada tahap ini guru mengecek kehadiran siswa dalam artian sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar dan pembelajaran dalam kelas. b) Kegiatan inti Pada tahap ini merupakan tahap penyampain materi dan memberikan contoh pengalaman pribadi yang mengesankan dengan menggunakan piihan kata dan kalimat efektif. Setelah memberikan contoh, guru menjelaskan hal-hal yang menarik dari contoh yang telah disampaikan. Dalam kegiatan inti juga, guru mengajukan kepada siswa untuk menanggapi hal-hal yang menarik dari contoh pengalaman yang ada di LKS. c) Kegiatan akhir Setelah selesai menyampaikan materi dan memberikan contoh, pada tahap ini, guru menyimpulkan materi pelajaran dan memberikan tugas untuk menulis sebuah pengalaman pribadi yang paling mengesankan dengan menggunkan pilihan kata dan kalimat efektif. 3. Evaluasi Pembelajaran Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan memberikan tugas untuk menulis sebuah pengalaman pribadi yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif. Tujuan evaluasi pembelajaran ini, untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami keterampilan berbicara dalam menceritakan pengalamannya. Dalam proses evaluasi pembelajaran, guru menyuruh siswa untuk menceritakan pengalamannya yang telah ditulis.
Penilaian evaluasi ini dilakukan seperti tabel dibawah ini.berikut tabel evaluasi penilaian siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi dengan menggunkan pilihan kata dan kalimat efektif. Tabel 1. Nilai Berbicara pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Kopang Tahun Pelajaran 2010/2011 siklus I No 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Siswa
1
2 Adriani Puspita Marta Asnawati Bq. Renzi Restiani Bq. Diana Susi Hartati Dewi Sartika Dya Suzan Aspiya Ely Elmawati Haeruman Haliludin Hariandi Pratama Herlina Suriyani Husnul Hotimah Iwan Purnama B S Kurnia Sri Astuti L. Khaerul Pratama L. Sofian Hadi M. Samsul Rizal Muh. Mardi Jayadi Muh. Fatrurrozi Muh. Rifki Alwiansyah Muh. Harianto Nanik Siskawati Nuri Hilmiati Pauzali Sasy Ahadatul Alawiyah Siri Rabiatul Adawiyah Septian Adia Putra Suriani Wendi Astrya Yuda Zaenal Muzakkir Jumlah Rata-Rata
3 10 10 10 17 15 15 15 15 8 15 13 15 15 15 17 10 15 13 17 15 15 15 15 15 15 7 15 15 13 10
Aspek Yang Dinilai 2 3 4 4 5 6 15 10 15 10 15 12 5 13 10 15 15 15 10 15 15 10 10 15 10 12 10 13 10 10 5 10 5 10 10 15 5 10 5 15 15 10 10 10 15 10 10 10 15 15 14 15 10 18 10 10 15 10 16 10 10 10 15 10 10 15 10 10 10 10 10 13 10 10 10 10 10 17 10 10 15 5 5 10 10 10 15 10 10 15 10 10 5 5 10 10
5 7 17 15 10 10 15 10 13 10 10 10 12 15 15 15 15 10 15 10 15 15 10 13 15 15 10 5 10 15 10 10
Juml ah 8 67 62 48 72 70 60 60 58 38 60 45 70 65 60 76 63 65 59 67 65 55 61 60 67 60 32 60 65 48 45 1848 61,6
4. Analisis Kemampuan Individu Berdasarkan penyajian data, maka selanjutnya dapat ditentukan sebagai berikut: a) Menentukan skor maksimal (SMI) SMI = 100 b) Menentukan mean ideal (Mi) 1 × SMI 2 1 = × 100 = 50 2
Mi =
c)
Menentukan standar deviasi kelompok 1 × Mi 3 1 = × 50 = 16 , 67 3
SDi =
Artikel Pendidikan 61 d)
Membuat pedoman konversi Untuk menentukan atau standar dalam menentukan kemampuan berbicara denagn menggunakan pendekatan pragmatik pada siswa kelas VII SMPN 2 Kopang tahun pelajaran 2010/201. Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut: (1) Tinggi
≥ Mi + 1 SDi
= = = = = =
(2) Normal
(3) Rendah
≥ 50 + 16 , 67 ≥ 66, 67
Mi ± 1 SDi Mi ± 16 , 67
> 33, 37 ≤ Mi − 1 SDi ≤ Mi − 16 , 67 < 33,33
= =
Dengan tabel kemampuan berbicara dalam menceritakan pengalaman pribadi yang paling mengesankan dengan pilihan kata dan kalimat yang efektif dapat dirincikan sebagai berikut: a) Kemampuan siswa kategori tinggi sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 3, 33% b) Kemampuan siswa kategori normal sebanyak 23 orang dengan jumlah prosentase 76, 67 % c) Kemampuan siswa kategori rendah sebanyak 6 orang dengan jumlah prosentase 20 % 1) Prosentase kemampuan siswa - Tinggi = 1 orang
1 × 100 = 3 , 33 30
- Normal = 24 orang
23 × 100 = 76 , 67 30
- Rendah = 5 orang
6 × 100 = 20 30
menggunakan metode pendekatan pragmatik adalah normal. b. Pembelajaran Berbicara pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Kopang dengan Penggunaan Pendekatan Pragmatik (Siklus II) 1. Perencanaan Pembelajaran Perencanan pembelajaran pada siklus II merupaka= refleksi pelaksanaan pada siklus I yang masih belum tercapai ketuntasan individual maupun ketuntasan kelompok. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Seperti pada pelaksanaan tindakan siklus I sebelumnya, tahapan-tahapan pembelajaran yang dilaksanakan yaitu: (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, (3) kegiatan akhir. a) Kegiatan awal Sama seperti siklus I, apersepsi yang diberikan kepada siswa ini bertujuan untuk memotivasi dan membangkitkan pengetahuan awal siswa dengan mengecek kehadiran siswa. Pada tahap kegiatan awal siklus II ini, siswa sangat bersemangat untuk mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan ada sebagian siswa sudah berani mengajukan pertayaan kepada guru, tidak pada siklus I, siswa tidak ada yang bertanya satu pun. Ini sudah terbukti bahwa pada siklus II di kegiatan awal siswa sudah mulai bersemangat. b)
Kegiatan inti Pada tahap ini, guru menjelaskan contoh pengalaman pribadi yang mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif. Setelah menjelaskan contoh tersebut, kemudian guru memberikan tugas untuk menulis sebuah pengalaman pribadi. Pada saat siswa mengerjakan tugas, guru berkeliling dalam kelas sambil membimbing dan melihat hasil tulisan siswa dalam menulis sebuah pengalaman pribadi yang mengesankan.
c)
Kegiatan akhir Pada kegiatan akhir, guru melakukan evaluasi terhadap pekerjaan siswa yang telah ditulis oleh siswa. Tujuan evaluasi ini untuk melihat sejauh mana perkembangan keterampilan berbicara dengan penggunaan pendekatan pragmatik pada siklus II.
2) Menganalisis Kemampuan Kelompok - Menentukan mean (nilai rata-rata siswa) M = =
∑
FX
N 1848 30
= 61 , 6
- Menentukan indeks prestasi kelompok (IPK) IPK = =
M × 100 SMi
61 , 6 × 100 = 61 , 6 100
Berdasarkan IPK tersebut, maka dapat diketahui bahwa Kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi yang mengesankan dengan menggunakan pilihan kata (diksi) dan kalimat yang efektif tanpa
62 Media Bina Ilmiah 3. Evaluasi Pembelajaran Tabel 02. Hasil kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif pada siklus II No 1 1 3 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Siswa 2 Adriani Puspita Marta Asnawati Bq. Renzi Restiani Bq. Diana Susi Hartati Dewi Sartika Dya Suzan Aspiya Ely Elmawati Haeruman Haliludin Hariandi Pratama Herlina Suriyani Husnul Hotimah Iwan Purnama B S Kurnia Sri Astuti L. Khaerul Pratama L. Sofian Hadi M. Samsul Rizal Muh. Mardi Jayadi Muh. Fatrurrozi Muh. Rifki Alwiansyah Muh. Harianto Nanik Siskawati Nuri Hilmiati Pauzali Sasy Ahadatul Alawiyah Sri Rabiatul Adawiyah Septian Adia Putra Suriani Wendi Astrya Yuda Zaenal Muzakkir Jumlah Rata-Rata
1 3 15 15 15 20 18 17 18 18 15 18 15 18 17 18 18 15 18 17 18 20 17 17 18 18 15 17 18 18 15
Aspek Yang Dinilai 2 3 4 4 5 6 15 10 15 15 15 20 15 15 10 15 15 15 15 13 15 15 15 17 15 15 15 15 13 15 10 10 10 15 15 18 13 15 12 15 15 15 10 10 18 10 15 17 15 15 15 15 15 18 15 15 15 15 16 15 15 13 15 15 15 17 15 15 20 15 15 15 15 15 15 15 15 17 15 15 17 10 10 17 10 15 18 15 15 17 13 15 10 10 15 15
5 7 18 15 15 20 15 10 18 15 10 15 15 15 15 15 20 15 15 15 15 17 15 15 15 18 15 17 17 17 15 15
Berdasarkan tabel nilai kemampuan berbicara di atas dalam menceritakan pengalaman pribadi dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif, dapat dianalisis sebagai berikut: Dengan tabel kemampuan berbicara dalam menceritakan pengalaman pribadi yang paling mengesankan dengan pilihan kata dan kalimat yang efektif pada siklus I dapat dirincikan sebagai berikut: a) Kemampuan siswa yang memiliki kategori tinggi sebanyak 21 orang dengan jumlah prosentase 70 % b) Kemampuan siswa yang memiliki kategori normal sebanyak 9 orang dengan jumlah 30 % c) Kemampuan siswa dengan kategori rendah tidak ada dengan jumlah prosentase 0 %. • Prasentase kemampuan siswa (1) Tinggi 21 orang = 21 × 100 = 70 30
9 × 100 = 30 30
(3) Rendah 0 orang =
0 × 100 = 0 30
• Kemampuan Kelompok (1) Menentukan mean (nilai rata-rata siswa)
Jumlah
8 73 80 70 85 76 74 81 76 55 81 70 78 70 75 83 78 78 77 75 82 85 77 77 83 80 69 77 82 71 70 2288 76,3
(2) Normal 9 orang =
M =
=
∑
FX N
2288 30
= 76 , 3
(2) Menentukan nilai kelompok (IPK) IPK
M × 100 SMi 76 , 3 = × 100 = 76 , 3 100
=
Berdasarkan IPK tersebut bahwa keterampilan berbicara dalam menceritakan pengalaman pribadi dengan menggunakan pilihan kata (diksi) dan kalimat yang efektif dengan menggunakan metode pendekatan pragmatik dapat dikatagorikan dengan nilai tinggi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa upaya meningkatkan keterampilan berbicara dengan penggunakan pendekatan pragmatik pada siswa kelas VII SMPN 2 Kopang tahun pelajaran 2010/2011 mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus selanjutnya sebagaimana yang terlihat pada tabel berikut: Tabel 03. Tabel perbandingan peningkatan kemampuan berbicara tanpa dan dengan penggunaan pendekatan pragmatik pada masing-masing siklus Kemampuan Individual No
Siklus Tin ggi
Sed ang
Ren dah
Ratarata siswa
IPK
Ket
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Pembelajaran tanpa penggunaan pendekatan pragmatik (Siklus I)
1
24
5
61,6
61,6
Normal
2
Pembelajaran dengan penggunaan pendekatan pragmatik (Siklus II)
21
9
0
76,3
76, 3
Tinggi
Artikel Pendidikan 63 PENUTUP a. Simpulan Berdasarkan dari pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa penggunaan pendekatan pragmatik dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 kopang dapat dinilai meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dari siklus I sampai ke siklus II, sebagai berikut. 1. Kemampuan berbicara tanpa penggunaan pendekatan pragmatik (siklus I) dapat dirincikan dengan sebagai berikut: a) Kemampuan individual siswa kategori tinggi sebanyak 1orang dengan jumlah prosentase 3, 33%, kategori sedang sebanyak 24 orang dengan jumlah prosentase 76,67%, kategori rendah sebanyak 5 orang dengan jumlah prosentase 20%. b) Sedangkan untuk kemampuan kelompok menunjukkan IPK = 61, 6 dengan kategori normal. 2. Kemampuan berbicara dengan penggunaan pendekatan pragmatik (siklus II) dapat dirincikan sebagai berikut. a) Kemampuan individual siswa kategori tinggi 21 dengan jumlah prosentase 70%, kategori sedang sebanyak 9 orang dengan jumlah prosentase 30%, dan kategori rendah tidak ada. b) Sedangkan untuk kemampuan kelompok menunjukkan IPK = 76,3 dengan kategori tinggi. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa penggunaan pendekatan pragmatik dalam meningkatkan kemampuan berbicara dapat ditingkatkan untuk kemampuan individu siswa dari kemampuan tinggi, 3,33% pada siklus I menjadi 70% pada siklus II. Peningkatan kemampuan kelompok siswa dari IPK 61,6 dengan kategori normal pada siklus I menjadi 76,3 dengan kategori tinggi pada siklus II.
c) Guru hendaknya memiliki motivasi dalam mengajar. 3. Kepada Siswa a) Hendaknya memperhatikan guru disaat berlangsungnya proses pembelajaran. b) Hendakanya senantiasa meningkatkan kemampuan berbicara dengan sering berlatih, khususnya dalam berbicara dengan baik menggunakan kalimat yang efektif. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. .
Chaniago, Sam Mukhtar; Mukti U.S, Maidar Arsyad. 1997. Pragmatik. Jakarta: Universitas Terbuka. Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka .2003. Teori dalam Pengembangan Model Pengajaran, Materi Pelatihan. Dikdasmen .2004. Kurikulum 2004: Naskah Akademik Mata pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas. .2005. Materi Pelatihan Terintegrasi: Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. .
b. Saran-Saran Bertitik tolak dari kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat diberikan saran tindak sebagai berikut. 1. Kepada Kepala Sekolah, hendaknya memberikan tugas pada guru untuk mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan spesifikasi keilmuan khususunya pembelajaran bahasa Indonesia. 2. Kepada Guru Bahasa dan Sastra Indonesia a) Sebelum menyampaikan materi hendaknya memiliki persiapan yang matang. b) Guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.
2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta
2006. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Dirjen Manajemen Dikdasmen Direktorat Pembinaan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama. . 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA/SMK. Jakarta: Depdiknas.
Fathoni, Abdurrahmat.2005. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta
64 Media Bina Ilmiah Faisal, Sanafiah. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Halliday, M.A.K. 1975. Language as Social Semiotic: Towards a General Sociolinguistics Theory. In Adam Makkai & Valerie Becker Makkai (eds), The First LACUS Forum. Columbia, South Carolina: Hornbeam Press. 17 - 46. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Aksara Baru. Leech,
___________.1995. Tata Bahasa Pendidikan: Landasan dalam Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa. Semarang: IKIP Semarang Press. Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak Kurikulum 1984. Yogyakarta:Kanisius. Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: C.V. IKIP Semarang Press. Riyanto,
Yatim. 2001. Metodologi Pendidikan. Surabaya: SIC
Penelitian
Geoffrey N. 1983. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terjemahan M.D.D. Oka. Jakarta: UI Press.
Salinger, Terry. 2001. Literate Environment. School Improvement in Maryland.(online).
Lubis, Hamid Hasan. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.
(http://www.mdk12.org/practices/good_instruction/p rojectbet er/elangarts/ela-62-63.html)
Muldini, 2005. Berbicara. Jakarta: P4TK Bahasa
Surakhmad, Winarno. 1998. Dasar Dan Teknik Research. Bandung: Tarsito
Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Depdikbud. Nurhadi. 2000. Penerapan Tata Bahasa Pedagogis Bahasa Indonesia dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Disertasi Tidak Diterbitkan. Malang: PPS Universiats Negeri Malang.
Suyono. 1990. Pragmatk : Dasar-dasar dan Pengajarannya. Malang: YA3 Malang. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa