ARTIKEL ILMIAH
PERAN PERAWAT DALAM INFORMED CONSENT PASIEN PRE OPERASI DI BANGSAL BEDAH RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN
Oleh : David Firmansyah NIM : ST 14007
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016
PERAN PERAWAT DALAM INFORMED CONSENT PASIEN PRE OPERASI DI BANGSAL BEDAH RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN 1)
David Firmansyah, 2) Anita Istiningtyas, 3) Fakhrudin Nasrul Sani
1) Mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2) Dosen Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 3) Dosen Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Abstrak
Peran perawat bangsal bedah sangat besar dalam pemberian informed consent pasien pre operasi. Peran perawat sebagai advokat, konselor maupun konsultan diperlukan agar operasi dapat berjalan dengan lancar. Permasalahan yang sering terjadi adalah perawat bangsal yang memintakan tanda tangan informed consent kepada pasien atau keluarganya, dan perawat juga dimintai penjelasan yang bukan wewenangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perawat dalam informed concent pasien pre operasi Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan jenis rancangan penelitian survei (survey research method) pada 31 perawat yang bertugas di bangsal bedah (Mawar dan Teratai) RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Analisa data hasil penelitian ini yaitu analisa univariat. Hasil penelitian ini adalah peran perawat dalam informed consent pasien pre operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen sebagian besar kategori baik yaitu 20 responden (64,5%), Peran advokat dalam informed consent pasien pre operasi kategori baik sebanyak 17 responden (54,8%). Peran konsultan dalam informed consent pasien pre operasi kategori baik sebanyak 24 responden (77,4%). Peran konselor dalam informed consent pasien pre operasi kategori baik sebanyak 18 responden (58,1%). Peran perawat dalam informed consent pasien pre operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen termasuk dalam kategori baik yaitu sebagai advokat, konsultan dan konselor. Kata kunci: peran perawat, informed consent, pre operasi.
Nurses’s Roles in Providing Informed Consent to Pre-operative Patients at Surgical Wards of dr. Soehadi Prijonegoro Regional Public Hospital of Sragen
Abstract Surgical nurses play significant role in providing informed consent to preoperative patients. Their roles as advocates, counselors, as well as consultants are needed for the purpose of a successfully-done surgery. A problem they often 1
encounter is that they are required to ask for signature of patients or their family on the informed consent, and to explain something beyond their authority. The aim of this research is to figure out the nurses’ roles in providing informed consent to pre-operative patients. This is a quantitative descriptive research with survey research design. Samples of 31 nurses serving at surgical wards (Mawar and Teratai) of dr. Soehadi Prijonegoro Regional Public Hospital of Sragen were taken. The data obtained were then analyzed using univariate analysis. The research findings indicate that the nurses’ roles in providing informed consent to pre-operative patients at surgical wards of dr. Soehadi Prijonegoro Regional Public Hospital of Sragen are mostly categorized as good, with the number of 20 respondents (64.5%). Their roles as advocates, consultants, and counselors in proving the informed consent to the patients are also categorized as good, with the number of 17 (54.8%), 24 (77.4%), and 18 (58.1%) respondents respectively. In conclusion, nurses’ roles as advocates, consultants, and counselors in providing the informed consent to pre-operative patients at surgical wards in of dr. Soehadi Prijonegoro Regional Public Hospital of Sragen are proven to be good. Keywords: nurses’ roles, informed consent, pre-op .
2
masalah yang sering dihadapi pasien pre
1. Pendahuluan Jumlah tindakan pembedahan di
operasi
adalah
ketakutan
atau
dunia sangat besar, hasil penelitian di 56
kecemasan. Ada berbagai alasan yang
negara pada tahun 2004 diperkirakan
dapat menyebabkan kecemasan pasien
jumlah tindakan pembedahan sekitar
dalam menghadapi operasi antara lain
234 juta per tahun, hampir dua kali lipat
adalah takut nyeri setelah pembedahan,
melebihi angka kelahiran per tahun
takut terjadi perubahan fisik, menjadi
(Weiser et al. 2008). Jumlah operasi
buruk rupa dan tidak berfungsi normal
bedah di Indonesia terjadi peningkatan
(body image), takut akan keganasan bila
dimana tahun 2000 sebesar 47.22%,
diagnosa yang ditegakan belum pasti,
tahun 2001 sebesar 45.19%, tahun 2002
takut mempunyai kondisi yang sama
sebesar 47.13%, tahun 2003 sebesar
dengan orang lain yang mempunyai
46.87%, tahun 2004 sebesar 53.22%,
penyakit yang sama, takut / ngeri
tahun 2005 sebesar 51.59 %, tahun 2006
menghadapi ruang operasi, peralatan
sebesar 53.68% dan tahun 2007 belum
pembedahan dan petugas, takut mati
terdapat data yang signifikan (Grace,
pada saat dibius, atau tidak akan sadar
2007).
lagi, takut operasi akan gagal (Pooter
Operasi
atau
pembedahan
dan Perry, 2006).
merupakan suatu tindakan pengobatan
Kecemasan
pada
pasien
pre
yang menggunakan cara invasif dengan
operasi yang tidak segera diatasi dapat
membuka dan menampilkan bagian
mengganggu
tubuh yang akan ditangani. Pembukaan
operasi. Pengkajian secara integral dan
bagian tubuh ini umumnya dilakukan
komprehensif
dengan membuat sayatan setelah bagian
pasien yang meliputi fungsi fisik-
yang
biologis
akan
ditangani
ditampilkan,
kelancaran
dari
dan
dilakukan
tindakan
perbaikan
yang
diperlukan
diakhiri
dengan
penutupan
dan
kesuksesan
jalannya
aspek
fisiologis
psikologis
untuk
keberhasilan
suatu
sangat dan
pembedahan.
penjahitan luka (Sjamsuhidayat & Win,
Persiapan mental yang kurang memadai
2005).
dapat
Operasi merupakan tindakan
mempengaruhi
pengobatan yang dapat menimbulkan
keputusan
berbagai masalah bagi pasien. Salah satu
Pasien tidak jarang menolak operasi
3
pasien
dan
pengambilan keluarganya.
yang sebelumnya telah disetujui dan
pembedahan
biasanya pasien pulang tanpa operasi
2009).
dan beberapa hari kemudian datang lagi
melindungi pasien dari kelalaian dalam
ke rumah sakit setelah merasa sudah
prosedur pembedahan dan melindungi
siap dan ini berarti telah menunda
ahli bedah terhadap tuntutan dari suatu
operasi
sudah
lembaga hukum. Demi kepentingan
dilakukan beberapa hari atau beberapa
bersama, semua pihak yang terkait perlu
minggu yang lalu (Majid, 2011).
mengikuti prinsip medikolegal yang
yang
semestinya
Tugas seorang perawat dapat memberikan
sugesti
positif
menurunkan
kecemasan
tertulis
(Muttaqin,
tersebut
dapat
baik (Pooter dan Perry, 2006).
untuk
Penjelasan
tentang
informed
pre
consent menjelang operasi umumnya
operasi. Pasien pre operasi harus diberi
masih kurang dilakukan para dokter kita
informasi
di
tentang
pasien
Ijin
dilakukan
prosedur
operasi
Indonesia.
Penyebabnya
bisa
untuk mengurangi kecemasan. Pasal 38
dikarenakan berbagai alasan yang salah
Undang-Undang No 38 tahun 2014
satunya terlalu banyak pasien yang
menyatakan
dilayani
bahwa
dalam
praktik
sehingga
waktu
untuk
keperawatan, klien berhak mendapatkan
berkonsultasi sedikit. Perawat adalah
informasi secara, benar, jelas, dan jujur
anggota tim kesehatan yang paling lama
tentang tindakan keperawatan yang akan
kontak
dilakukan (UU No 38 Tahun 2014).
diharapkan
Persiapan yang perlu dilakukan pada
membela hak–hak pasien (Mubarak dan
pasien
Nur Chayatin, 2009). Tanggung jawab
pre
operasi
antara
lain
dengan
pasien,
perawat
sehingga
harus
mampu
pemeriksaan fisik, psikis/mental dan
perawat
pemeriksaan penunjang serta hal lain
bahwa informed consent telah diminta
yang sangat penting terkait dengan
oleh dokter dan ditandatangani secara
aspek hukum dan tanggung jawab serta
sukarela
tanggung gugat yaitu informed concent
penandatanganan informed consent ini
(Majid, 2011).
dapat dilengkapi dengan penjelasan dan
adalah
oleh
untuk
memastikan
pasien.
Proses
Informed concent adalah suatu
harus dipastikan bahwa pasien dapat
ijin tertulis yang dibuat secara sadar dan
memahami dan mengerti isi atau maksud
sukarela oleh pasien sebelum suatu
4
dari
informed
consent
tersebut
(Muttaqin, 2009).
yang
baik
untuk
perkembangan
Peran perawat dalam informed
didalamnya
meningkatkan
seseorang
dimana
diberikan
dukungan
concent adalah sebagai advocat atau
emosional dan intelektual (Mubarak dan
pembela pasien, konselor (Counsellor),
Nur Chayatin, 2009). Peran perawat
dan
sebagai konsultan (consultant) adalah
sebagai
Peran
konsultan (consultant).
perawat
sebagai
advokat
sebagai
tempat
konsultasi
terhadap
diharapkan mampu untuk bertanggung
masalah atau tindakan keperawatan yang
jawab dalam membantu pasien dan
tepat
keluarga menginterpretasikan informasi
dilakukan
dari berbagai pemberi pelayanan dan
terhadap
dalam memberikan informasi lain yang
pelayanan keperawatan yang diberikan
diperlukan untuk mengambil persetujuan
(Hidayat, 2008).
atas
tindakan
diberikan
keperawatan
yang
kepadanya
serta
untuk
diberikan.
atas
permintaan
informasi
Hasil
Peran
pasien
tentang
Studi
ini
tujuan
pendahuluan
diperoleh data yang terdapat dibagian
mempertahankan dan melindungi hak –
Rekam
hak pasien. Hal ini harus dilakukan,
Prijonegoro Sragen jumlah operasi pada
karena pasien yang sakit dan dirawat di
tahun 2014 sebanyak 3296 pasien. (Data
rumah sakit akan berinteraksi dengan
Rekam Medik RSUD Sragen, 2015).
banyak
Perawat
Pasien yang akan menjalani operasi
adalah anggota tim kesehatan yang
harus di beri informasi tentang berbagai
paling lama kontak dengan pasien,
macam prosedur operasi. Disinilah peran
sehingga
harus
perawat
sebagai
mampu membela hak – hak pasien.
maupun
konsultan
(Mubarak dan Nur Chayatin, 2009).
operasi dapat berjalan dengan lancar,
petugas
kesehatan.
diharapkan
perawat
Peran perawat sebagai konselor (Counsellor), mampu
hendaknya
membantu
menyadari
mengatasi
untuk
RSUD
dr
advokat,
Soehadi
konselor
diperlukan
agar
sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan. Berdasarkan
observasi
yang
tekanan
peneliti lakukan, dalam menjalankan
psikologis atau masalah sosial dan
peran sebagai konsultan, perawat yang
membangun
menjelaskan tentang persiapan yang
5
dan
pasien
perawat
Medis
hubungan
interpersonal
harus dijalani oleh pasien sebelum
group pretest and post test design yaitu
operasi. Perawat kadangkala dimintai
penelitianyang
penjelasan yang bukan wewenangnya.
mengungkapkan hubungan sebab akibat
Perawat kadang dimintai penjelasan
dengan cara melibatkan satu kelompok
tentang prosedur operasi, resiko operasi
subjek yang telah ditentukan. Kelompok
bahkan ada juga yang menanyakan
subjek diobservasi sebelum dilakukan
tentang
dari
intervensi, kemudian diobservasi lagi
operasi tersebut. Hasil observasi juga
setelah intervensi (Nursalam, 2013).
didapatkan
sebagai
Populasi penelitian ini adalah seluruh
advokat yaitu memintakan tanda tangan
pasien post operasi di Ruang Teratai
dalam lembar informed consent kepada
RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.
pasien atau keluarganya, sedangkan
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 32
peran perawat sebagai konselor yaitu
responden.
kepastian
keberhasilan
peran
perawat
berbertujuan
untuk
perawat yang harus aktif memberikan semangat dan dorongan kepada pasien maupun
keluarganya
menjalani
operasi.
yang
akan
Berdasarkan
beberapa fenomena diatas maka peneliti merasa
tertarik
untuk
mengadakan
penelitian tentang “Peran perawat dalam informed concent pasien pre operasi di Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen.”
Teknik menggunakan
pengumpulan kuesioner.
data
Kuesioner
pemenuhan kebutuhan tidur berisi 20 item pertanyaan tertutup jenis dichotomy question. Masing-masing pertanyaan ada 2 pilihan jawaban yaitu “Ya” atau “Tidak”, untuk jawaban “Ya” diberi skor 0 dan untuk jawaban “Tidak” diberi skor 1. untuk teknik relaksasi autogenik tidak memerlukan kuesioner karena
2. Metodologi
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2015 di Ruang Teratai RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Desain penelitian ini adalah pre eksperimen dengan one
6
teknik relaksasi autogenik merupakan suatu perlakuan. Uji statistik yang digunakan adalah uji wilcoxon.
Dilihat
3. Hasil dan Pembahasan
dari
sejarah
perkembangan
keperawatan dengan adanya perjuangan 3.1
Karakteristik
Responden
di
seorang Florence Nightingale sehingga
Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi
dunia
Prijonegoro Sragen.
pekerjaan perempuan. Namun demikian kondisi
Table 3.1
2.
3.
4.
5.
6.
Kategori Jenis Kelamin Laki-laki perempuan Umur 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun Pendidikan DIII DIV S1 Masa Kerja 1-10 tahun 11-20 tahun 21-30 tahun Status Kepegawaian PNS BLUD Peran Perawat Baik Cukup Kurang
Jumlah
%
6 25
19,4% 80,6%
jumlah
18 8 5
58,1% 25,8% 16,1%
laki-laki (Utami dan Supratman, 2009). jenis
kelamin
dalam
bekerja sangat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang akan dikerjakan. Ada pekerjaan yang secara umum lebih baik
22 1 8
71,0% 3,2% 25,8%
23 3 5
74,2% 9,7% 16,1%
perawat laki-laki dan perempuan dalam
19 12
61,3% 38,7%
maupun
dikerjakan laki-laki dan ada yang lebih baik dikerjakan perempuan. Peneliti berpendapat tidak ada pengaruh antara
memberikan pelayanan kepada pasien, hal ini dibuktikan baik perawat laki-laki perempuan
sama-sama
menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.
24 5 2
77,4% 16,1% 6,5%
3.1.2 Umur Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa jumlah responden yang paling banyak berusia 26-35 tahun yaitu 18
menunjukkan
perempuan
lebih
banyak dibandingkan dengan laki-laki yaitu perempuan 25 responden (80,6%).
7
sudah
perawat, tetapi kenyataannya proporsi
Pengaruh
penelitian
responden
sekarang
dengan
perempuan masih lebih banyak daripada
3.1.1 Jenis Kelamin Hasil
tersebut
identik
berubah, banyak laki-laki yang menjadi
Karakteristik Responden No 1.
keperawatan
responden
(58,1%).
Umur
mempengaruhi produktivitas seseorang dalam bekerja dan usia rata-rata perawat yang tergolong dalam usia produktif
sehingga berpeluang untuk mencapai
pekerjaan akan semakin bertanggung
produktivitas kinerja yang lebih baik.
jawab dan berpengalaman. Hal ini akan
Meningkatnya usia seseorang, akan
berdampak pada kinerja perawat dalam
meningkat
praktik
pula
kemampuan
seseorang
mengambil rasional.
kebijaksaan
keputusan Umur
dan dalam
dan
berpikir
seseorang
yang
keperawatan
pada
pasien
semakin baik pula (Nurniningsih, 2012). 3.1.3 Tingkat Pendidikan Hasil penelitian mengenai tingkat
bertambah akan mengalami perubahan
pendidikan
aspek fisik dan psikologis (mental).
besar tingkat pendidikan adalah DIII
Pada aspek psikologis atau mental, taraf
keperawatan
berfikir seseorang menjadi semakin
responden (71,0%). Pendidikan berarti
matang dan dewasa (Mubarak, 2011).
bimbingan yang diberikan seseorang
Semakin tinggi umur seseorang semakin
kepada orang lain agar dapat memahami
bertambah pula ilmu atau pengetahuan
sesuatu hal. Semakin tinggi pendidikan
yang dimiliki (Notoatmodjo, 2012).
seseorang,
Peneliti
menerima informasi, pengetahuan yang
berasumsi
bahwa
semakin
dewasa umur seorang perawat, makin
dimilikinya
banyak
Pendidikan
pengalamannya
menjalankan
dan
perannya
dalam dibidang
keperawatan akan semakin meningkat. Hasil penelitian ini juga sesuai
terlihat
bahwa
yaitu
sebanyak
semakin
akan
sebagian
mudah
semakin
yang
22
pula
banyak.
rendah
akan
menghambat perkembangan terhadap informasi (Mubarak, 2011). Semakin
tinggi
pendidikan
dengan teori yang menyatakan usia
seseorang, maka semakin besar pula
perawat secara garis besar menjadi
keinginan
indikator
pengetahuan
dalam
kedewasaan
dalam
untuk
memanfaatkan
dan
keterampilan.
setiap pengambilan keputusan yang
Pendidikan berpengaruh terhadap pola
mengacu pada setiap pengalamannya.
pikir individu, sedangkan pola pikir
Karakteristik
berpengaruh
seorang
perawat
terhadap
perilaku
berdasarkan umur sangat berpengaruh
seseorang, dengan kata lain pola pikir
terhadap
seseorang yang berpendidikan rendah
kinerja
dalam
praktik
keperawatan, dimana semakin tua umur
akan
perawat maka dalam menerima sebuah
seseorang yang berpendidikan tinggi.
8
berbeda
dengan
pola
pikir
Pendidikan
keperawatan
mempunyai
pendapat yang menyatakan semakin
pengaruh besar terhadap kualitas peran
lama
perawat dalam memberikan pelayanan
keterampilan dan pengalamannya juga
keperawatan. Pendidikan yang tinggi
semakin meningkat (Robbins & Judge,
dari seorang perawat akan mampu
2008).
memberi
perawat senior lebih berpengalaman dan
pelayanan
yang
optimal
Peneliti
bagi
Peneliti
bekerja,
berpendapat
maka
bahwa
memiliki kemampuan yang lebih dalam
(Asmadi, 2008).
diperlukan
seseorang
bahwa
menjalankan perannya. Masa kerja dan
berkelanjutan
pengalaman kerja akan mempengaruhi
berasumsi pendidikan
perawat
rangka
tingkat keterampilan dan kematangan
dan
seseorang dalam menjalankan perannya
perannya dalam memberikan pelayanan
dalam informen consent pasien pre
keperawatan.
operasi.
meningkatkan
dalam pengetahuan
Pendidikan
diharapkan
mampu mengubah pola pikir seseorang yang pada berikutnya mempengaruhi
3.2 Peran Perawat Dalam Informed
pengetahuan dan kualitas pelayanan
Consent
seseorang. Walaupun sebagian besar
Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi
pendidikan
Prijonegoro Sragen.
Pre
Operasi
di
adalah
DIII
peran
yang
Hasil penelitian diketahui bahwa
dijalankan mayoritas katogori baik. Hal
sebagian besar responden mempunyai
ini dikarenakan perawat rata-rata pernah
peran dalam informed consent kategori
mengikuti seminar tentang keperawatan
baik yaitu sebanyak 20 responden
dan pelatihan excellent service.
(64,5%).
3.1.4 Masa Kerja
tingkah laku yang diharapkan oleh orang
keperawatan,
Hasil
perawat
Pasien
namun
perawat
merupakan
menunjukkan
lain terhadap seseorang sesuai dengan
bahwa masa kerja paling banyak adalah
kedudukan dan system, dimana dapat
masa
10
dipengaruhi oleh keadaan social baik
responden (43,5%). Masa kerja perawat
dari profesi perawat maupun dari luar
berpengaruh
profesi
keperawatan
peran yang dijalankan kepada pasien.
konstan
(Hidayat,
Hasil penelitian ini sesuai dengan
concent adalah pernyataan setuju atau
9
kerja
penelitian
Peran
1-10
pada
tahun
yaitu
pengetahuan
dan
yang 2008).
bersifat Informed
ijin
dari
seseorang
yang
pada anak di ruang perawatan 4 rumah
diberikan dengan bebas, rasional, tanpa
sakit umum islam Faisal Makassar tahun
paksaan (voluntary) tentang tindakan
2012.
kedokteran
dilakukan
berpartisipasi dalam penelitian, 9 orang
terhadap pasien sesudah mendapatkan
responden (56.2%) melaksanakan peran
informasi
dengan kategori baik, sedangkan 7 orang
yang
cukup
(pasien)
akan
tentang
tindakan
Sebanyak
16
responden
kedokteran yang dimaksud (Majid, dkk
responden
2011). Tanggung jawab perawat dalam
melaksanakan peran dengan kategori
pemberian informed consent adalah
masih kurang baik.
memastikan bahwa informed concent telah
diminta
oleh
dokter
dan
(43.8%)
lainnya
Pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam mendapatkan
ditandatangani secara sukarela oleh
pengetahuan.
pasien
perawat bervariasi tergantung tingkat
atau
keluarganya
(Muttaqin,
2009).
pendidikan
Hasil penelitian ini sejalan dengan
Pengetahuan
yang
Hal
ini
berkaitan dengan perkembangan dari
penelitian yang dilakukan oleh Rumila
ilmu
dan Arofiati (2009), bahwa peran dan
luasnya
sikap perawat sangat baik
mempengaruhi
(78,9%)
dimiliki.
seorang
keperawatan, ilmu
kedalaman
pengetahuan kemampuan
dan akan
perawat
pada pemberian informed consent di RS
untuk berpikir kritis dalam melakukan
PKU
Muhammadiyah
Yogyakarta.
peran sebagai perawat dalam informed
Sikap
perawat
baik
consent
sangat
pemberian
informed
ditunjukkan
dengan
pemahaman
kemampuan
pada consent
mempunyai untuk
pasien
pre
operasi.
Hasil
tersebut sesuai dengan pendapat yang mengatakan pendidikan
bahwa
latar
belakang
mempengaruhi
motivasi
memberikan suatu pernyataan maupun
seseorang dalam bertindak (Nursalam,
pembelaan untuk kepentingan pasien.
2013).
Hasil
penelitian
ini
diperkuat
Pendidikan dan pengetahuan yang
dengan hasil penelitian yang dilakukan
didapatkan
oleh
berpengaruh
Yuliyanto
(2012),
yang
oleh
responden
terhadap
peran
sangat yang
memberikan gambaran tentang peran
dilakukan oleh perawat dalam informed
perawat dalam penanganan hospitalisasi
consent pasien pre operasi. Semakin
10
baik
pendidikan
pengetahuan
Hal ini diperkuat dengan penelitian
perawat maka semakin baik pula peran
yang dilakukan oleh Eriawan (2013)
yang dilakukan oleh perawat dalam
bahwa selain tingkat pendidikan, faktor
dalam informed consent pasien pre
yang paling berpengaruh bagi perawat
operasi. Pengetahuan tidak selamanya
dalam
didapatkan dari pendidikan tetapi bisa
keperawatan adalah pengalaman kerja
diperoleh melalui pelatihan maupun
yang lebih dari 5 tahun. Masa kerja
seminar (Majid, 2011).
seseorang akan menentukan pengalaman
Hasil bahwa
dan
penelitian jumlah
mempunyai
peran
menunjukkan
responden dalam
yang
informed
dan
melaksanakan
keterampilan
tindakan
perawat
yang
merupakan dasar prestasi dalam bekerja. Sebagaimana
pendapat
yang
consent kategori baik lebih banyak
menyatakan semakin bertambah masa
dibandingkan dengan yang mempunyai
kerja
kategori
bertambah
cukup.
Berdasarkan
hasil
seseorang
maka
pengalaman
semakin kliniknya,
observasi peneliti, diketahui sebagian
sehingga pengalaman dan masa kerja
besar responden berpendidikan DIII
saling
keperawatan, namun faktor yang yang
pengalaman
ikut berpengaruh diantaranya masa kerja
perilaku yang didasari pengetahuan akan
perawat yang sebagian besar lebih dari 5
lebih langgeng dari pada perilaku yang
tahun. Pengalaman kerja perawat di
tidak
bangsal bedah dan seringnya perawat
Pengetahuan merupakan pangkal dari
mengikuti seminar maupun pelatihan
sikap, sedangkan sikap akan mengarah
tentang perawatan, pelatihan excellent
pada tindakan seseorang (Notoatmojo,
service juga mempengaruhi responden
2012).
terkait. dan
didasari
Karena
itu
penelitian
ilmu
dari
terbukti
pengetahuan.
dalam menjalankan perannya dalam informed consent pasien pre operasi.
5.3. Peran Advokat, Konsultan dan
Pengaruh pelatihan excellent service
Konselor Perawat Dalam Informed
menambah pengetahuan perawat tentang
Consent
pelayanan sehingga dalam memberikan
Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi
pelayanan
Prijonegoro Sragen.
lebih
kepuasan pasien.
11
mengutamakan
Pasien
Pre
Operasi
di
tidak
5.3.1 Peran Sebagai Advokat Hasil bahwa
penelitian sebagian
bersedia
menjawab
dan
menunjukkan
menjelaskan pada tetangga tersebut
responden
bahwa itu merupakan rahasia pasien dan
besar
dalam
tidak semua orang boleh mengetahuinya.
informed consent kategori baik yaitu
Peneliti juga melihat ketika pasien
sebanyak 17 responden (54,8%). Peran
memanggil meminta bantuan perawat
perawat sebagai advokat atau pembela
mendampingi pasien sebelum masuk
pasien
kamar
mempunyai
peran
advokat
diharapkan
mampu
untuk
operasi,
perawat
bersedia
bertanggung jawab dalam membantu
mendampingi sampai pasien masuk
pasien dan keluarga menginterpretasikan
kamar
informasi
dari
observasi
pelayanan
dan
berbagai
pemberi
operasi.
Berdasarkan
juga
didapatkan
hasil ketika
memberikan
perawat mau melakukan skeren untuk
informasi lain yang diperlukan untuk
persiapan operasi, perawat menanyakan
mengambil
(informed
terlebih dahulu apakah mau di skeren
consent) atas tindakan keperawatan yang
sendiri, di skeren keluarga atau di skeren
diberikan
oleh perawatnya.
dalam
persetujuan
kepadanya
serta
mempertahankan dan melindungi hak–
Hasil
penelitian
hak pasien. Hal ini harus dilakukan,
bahwa
karena pasien yang sakit dan dirawat di
Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi
rumah sakit akan berinteraksi dengan
Prijonegoro Sragen sudah menjalankan
banyak
perannya
petugas
kesehatan.
Perawat
sebagian
menunjukkan
besar
sebagai
perawat
advokat
di
dalam
adalah anggota tim kesehatan yang
informed consent pasien pre operasi
paling lama kontak dengan pasien,
dengan baik. Penelitian ini sejalan
sehingga
harus
dengan penelitian Rumila dan arofiati
pasien
(2009) bahwa sebagian besar perawat
mampu
diharapkan membela
perawat hak–hak
(Mubarak dan Nur Chayatin, 2009). Hasil observasi dari peneliti pada
dapat berperan sebagai advokat bagi pasien
yang
berfungsi
sebagai
saat perawat mempersiapkan pasien
penghubung antara pasien dengan tim
yang akan menjalani operasi, ketika ada
kesehatan lain dalam upaya pemenuhan
tetangga
kebutuhan pasien, membela kepentingan
yang
menanyakan
tentang
penyakit yang diderita pasien, perawat
12
pasien,
membantu
pasien
untuk
memahami semua informasi dan upaya
5.3.2 Peran Sebagai Konsultan
kesehatan yang diberikan oleh tim
Hasil penelitian diketahui bahwa
kesehatan lain. Meskipun demikian,
sebagian besar responden mempunyai
masih ada hambatan yang membuat
peran konsultan dalam informed consent
perawat belum dapat melaksanakan
kategori baik yaitu sebanyak
perannya sebagai advokat dengan baik.
responden
Hambatan tersebut antara lain jumlah
sebagai konsultan (consultant) adalah
tenaga perawat yang kurang dan perawat
sebagai
yang masih dibebani tugas-tugas non
masalah atau tindakan keperawatan yang
keperawatan
tepat
administrasi
seperti pasien
mengurusi pulang
dan
(77,4%).
tempat
untuk
dilakukan
Peran
konsultasi
diberikan.
atas
24 perawat
terhadap
Peran
permintaan
ini
pasien
mengambil hasil labororatorium yang
terhadap
sebenarnya bukan tugas dari perawat.
pelayanan keperawatan yang diberikan
Hal ini sesuai dengan penelitian
informasi
(Hidayat, 2008).
tentang
tujuan
Perawat berperan
yang dilakukan oleh Afidah (2013)
sebagai tempat konsultasi bagi pasien
bahwa faktor yang menjadi penghambat
terhadap masalah yang dialami atau
dalam melaksanakan peran advokasi
mendiskusikan tindakan keperawatan
perawat
yang tepat untuk diberikan. Peran ini
antara
lain:
kepemimpinan
dokter, lemahnya dukungan organisasi,
dilakukan
kurangnya perhatian terhadap advokasi,
terhadap
kurangnya
pelajaran
jumlah
tenaga
perawat,
kondisi emosional keluarga, terbatasnya
atas
permintaan
informasi
tentang
pelayanan
klien tujuan
keperawatan
(Mubarak dan Nur Chayatin, 2009).
fasilitas kesehatan dan lemahnya kode
Hasil observasi dari peneliti ketika
etik. Faktor yang mendukung perawat
perawat mempersiapkan pasien yang
dalam melaksanakan perannya sebagai
akan
advokat
pasien,
memberikan informasi kepada pasien
pengetahuan tentang kondisi pasien,
tentang apa yang harus dipersiapkan
pendidikan keperawatan yang semakin
sebelum menjalani operasi, perawat juga
tinggi, kewajiban perawat dan dukungan
menjelaskan tentang prosedur perawatan
instansi rumah sakit.
yang akan dijalani selama maupun
yaitu:
kondisi
menjalani
operasi,
perawat
setelah operasi. Peneliti saat melakukan
13
observasi
juga
didapatkan
perawat
sedang memberikan informasi tambahan dan
gambaran
mengenai
pelayanan keperawatan yang diberikan (Hidayat, 2008).
tindakan
operasi kepada pasien yang sedang bingung untuk memutuskan apakah
5.3.3 Peran Sebagai Konselor Hasil
penelitian
tindakan operasi merupakan tindakan
bahwa
yang terbaik atau ada alternatif lainnya.
mempunyai
Hasil
penelitian
menunjukkan
sebagian
menunjukkan
besar
peran
responden
konselor
dalam
informed consent kategori baik yaitu
di
sebanyak 18 responden (58,1%). Peran
Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi
perawat sebagai konseling adalah proses
Prijonegoro Sragen sudah menjalankan
membantu klien untuk menyadari dan
perannya
mengatasi
bahwa
sebagian
besar
sebagai
perawat
konsultan
dalam
tekanan
psikologis
atau
informed consent pasien pre operasi
masalah
dengan baik. Meskipun demikian, ada
hubungan interpersonal yang baik dan
kendala yang sering dihadapi perawat
untuk
dalam melaksanakan perannya sebagai
seseorang, di dalamnya memberikan
konsultan.
dukungan emosional dan intelektual.
Kenyataan
dilapangan
sosial
Peran
yang bukan wewenangnya. Perawat
(Counsellor),
kadang dimintai
mampu
tentang
membangun
meningkatkan
perawat kadangkala dimintai penjelasan
penjelasan
untuk
perawat
perkembangan
sebagai
konselor
hendaknya
perawat
membantu
pasien
untuk
prosedur operasi, resiko operasi bahkan
menyadari
ada juga yang menanyakan tentang
psikologis atau masalah sosial dan
kepastian
membangun
keberhasilan
dari
operasi
dan
mengatasi
tekanan
hubungan
interpersonal
untuk
meningkatkan
tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan
yang
teori yang menyatakan peran perawat
perkembangan
sebagai konsultan (consultant) adalah
didalamnya
sebagai
emosional dan intelektual (Mubarak dan
tempat
konsultasi
terhadap
masalah atau tindakan keperawatan yang tepat
untuk
dilakukan terhadap
14
diberikan.
atas
Peran
permintaan
informasi
tentang
ini
baik
seseorang diberikan
dimana dukungan
Nur Chayatin, 2009). Hasil
observasi
dari
peneliti,
pasien
perawat melibatkan keluarga pasien
tujuan
dalam setiap tindakan persiapan operasi
sehingga pasien merasa tenang karena
&
merasa diperhatikan oleh keluarganya.
membantu pasien mengoreksi pengertian
Perawat
yang
juga
tampak
sedang
Perry,
2006).
salah
Perawat
tentang
dapat
tindakan
memberikan konseling berupa nasehat
pembedahan dan hal-hal lain karena
dan anjuran untuk selalu berdoa dan
pengertian
pasrah kepada pasien dan keluarganya
menimbulkan kecemasan pada pasien
yang sedang menunggu panggilan untuk
(Majid, dkk 2011).
masuk ruang operasi. Hasil observasi
yang
salah
akan
Kenyataan di lapangan, perawat
sedang
yang harus aktif memberikan semangat
memberikan motivasi dan semangat
dan dorongan pada pasien maupun
kepada pasien yang akan menjalani
keluarganya,
operasi yang tampak cemas. Perawat
merasa nyaman dan tidak cemas dalam
memberikan
emosional
menjalani operasinya. Hal ini sesuai
dengan cara menemani pasien selama di
dengan teori yang menyatakan tugas
ruang transit dan membantu mengganti
seorang perawat dapat memberikan
pakaian pasien dengan pakaian ruang
sugesti
operasi ketika pasien berada di ruang
kecemasan pasien pre operasi. Pasien
transit kamar operasi.
pre operasi harus diberi informasi
juga
tampak
Hasil bahwa
perawat
dukungan
penelitian
sebagian
menunjukkan
besar
perawat
di
tentang
sehingga
positif
untuk
prosedur
mengurangi
pasien
dapat
menurunkan
operasi
kecemasan.
untuk
Pasal
38
Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi
Undang-Undang No 38 tahun 2014
Prijonegoro Sragen sudah menjalankan
menyatakan
perannya
dalam
keperawatan, klien berhak mendapatkan
informed consent pasien pre operasi
informasi secara, benar, jelas, dan jujur
dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan
tentang tindakan keperawatan yang akan
teori yang menyatakan perawat dapat
dilakukan (UU No 38 Tahun 2014).
membantu
sebagai
pasien
konselor
mengembalikan
kesejahteraan emosional, spiritual dan sosial pasien, sehingga pasien dapat memperoleh kembali kesehatan dan kehidupan mandiri yang optimal (Potter
15
bahwa
dalam
praktik
4. Simpulan dan Saran
termasuk dalam kategori baik yaitu
a. Kesimpulan
sebanyak 24 responden (77,4%).
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
maka
dapat
ditarik
Peran perawat sebagai konselor dalam informed consent pasien pre operasi di Bangsal Bedah RSUD dr
kesimpulan sebagai berikut: Karakteristik responden di Bangsal
Soehadi Prijonegoro Sragen, sebagian
Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro
besar termasuk dalam kategori baik
Sragen, jumlah perempuan lebih banyak
yaitu sebanyak 18 responden (58,1%).
dibandingkan
b. Saran.
laki-laki
yaitu
25
responden (80,6%), umur paling banyak umur
26-35
tahun
sebanyak
18
Bagi perawat RSUD dr Soehadi Prijonegoro Sragen, hasil penelitian ini
responden (58,1%), tingkat pendidikan
diharapkan
paling
pengetahuan
banyak
DIII
sebanyak
22
dapat
menambah
tentang peran
perawat
responden (71,0%), masa kerja paling
dalam informed concent pasien pre
banyak
operasi sehingga hak dan kewajiban
1-10
tahun
sebanyak
23
responden (74,2%), status kepegawaian
pasien pre operasi terpenuhi.
sebagian besar PNS yaitu 19 responden
Bagi rumah sakit, hasil penelitian
(61,3%), peran perawat sebagian besar
ini diharapkan menjadi masukan pada
kategori baik sebanyak 20 responden
manajemen untuk merancang kebijakan
(64,5%).
pelayanan
Peran
perawat
sebagai
advokat
keperawatan
peningkatan
kualitas
khususnya
sumber
daya
dalam informed consent pasien pre
manusianya dengan cara pengiriman
operasi di Bangsal Bedah RSUD dr
tenaga keperawatan untuk mengikuti
Soehadi Prijonegoro Sragen, sebagian
pelatihan-pelatihan
besar termasuk dalam kategori baik
hubungannya dengan pelayanan pasien
yaitu sebanyak 17 responden (54,8%).
khususnya
Peran perawat sebagai konsultan dalam
informed concent pasien pre operasi dan
informed consent pasien pre operasi di
perawatan pada pasien pre operasi.
Bangsal Bedah RSUD dr Soehadi Prijonegoro
Sragen,
sebagian
besar
Bagi penelitian
peran
institusi ini
yang
perawat
pendidikan, diharapkan
ada
dalam
hasil dapat
digunakan untuk memperkaya bahan
16
ajar
terkait
peran
perawat
dalam
informed concent pasien pre operasi dan sebagai
dasar
bagi
penelitian
keperawatan perioperatif selanjutnya, dan instansi pendidikan sebaiknya dapat menyediakan
buku
bacaan
yang
berhubungan
peran
perawat
dalam
informed concent pasien pre operasi.
Eriawan, Riezky D. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Tindakan Keperawatan Pada Pasien Pasca-operasi Dengan General Aenesthesia di Ruang Pemulihan IBS RSD dr. Soebandi Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 1 (no. 1), September 2013. Grace A. N Pierce & Neil R Borley. 2007. Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta : EMS
Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya dan dapat melakukan peneitian tentang peran perawat
dalam
informed
concent
tindakan perawatan luka maupun peran perawat dalam informed consent pasien pre operasi fraktur. Bagi peneliti, diharapkan dapat melakuan penelitian yang lebih luas lagi megenai peran perawat dalam informed concent pasien pre operasi dengan variabel yang lebih luas dan berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Afidah, Nurul E. 2013. Gambaran Pelaksanaan Peran Advokat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Negeri di Kabupaten Semarang. Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 2, November 2013; 124-130. Asmadi, 2008, Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar klien, Jakarta : Salemba Medika 17
Hidayat, A. aziz. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Majid, A., judha, M., dkk 2011. Keperawatan Perioperatif. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Mubarak W., Chayatin N. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC. Mubarak, W. dan Chayatin, N. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas I: Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika. Mubarak,Wahid Iqbal, et al. 2011. Pomosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep, Proses, dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, 2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Nurniningsih, Dwi Retno. 2012. Hubungan antara Karakteristik Perawat dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Jalan RSUP DR. Kariadi Semarang. Semarang : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Nursalam, 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika. Perry Anne Griffin, Potter Patricia A. 2006. Fundamental keperawatan, konsep, klinis dan praktek, Ed 4, Vol 2, alih bahasa: Renata Komalasari, Dian Evriyani, Enie Novieastari, Alfrina Hany dan Sari Kurnianingsih. Jakarta: EGC. Robbins, S.P.,& Judge. 2008. Perilaku Organisasi, Edisi ke-12. Jakarta: salemba Empat. Rumila dan Arofiati. 2009. Hubungan Peran Perawat Dengan Sikap Perawat Pada Pemberian Informed Consent Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Mutiara Medika Vol. 9 No. 2:58 – 63, Juli 2009. Sjamsuhidajat, R & Jong de Wim. 2005. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC.
18
Undang Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan. Jakarta: Laksana. Utami, W,Y. & Supratman. 2009. Pendokumentasian dilihat dari beban kerja perawat. Berita ilmu keperawatan, 2, (I), 7-12. Weiser S.D., Heisler M., Leiter K., et al. 2007. Routine HIV testing in Botswana: A population-based study on attitudes, practices, and human right concerns. PLoS Med 3(7): e261. Yulianto. 2012. Gambaran Peran Perawat Dalam Penanganan Hospitalisasi Pada Anak di Ruang Perawatan 4 RSU Islam Faisal Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 5 Tahun 2014. ISSN : 2302-1721