ARTIKEL ILMIAH
PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK THINKINGALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 2 KOTA JAMBI
OLEH LOSITA DEWI RRA1C309009
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JULI, 2014
PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK THINKINGALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 2 KOTA JAMBI
OLEH LOSITA DEWI (Pendidikan Fisika PMIPA FKIP Universitas Jambi)
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar fisika siswa di kelas XI IPA 3 SMAN 2 Kota Jambi, yang disebabkan anggapan siswa bahwa pelajaran fisika sulit dipahami sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Akibatnya siswa menjadi kurang aktif selama proses pembelajaran dan kreativitas siswa menjadi kurang berkembang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diterapkan model collaborative learning dengan teknik thinking aloud pair problem solving (TAPPS). Teknik pembelajaran tersebut dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individu karena siswa ditempatkan pada kelompok-kelompok kecil yang heterogen agar dalam kelompok siswa dapat berinteraksi secara baik. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga siklus dengan menggunakan model collaborative learning dengan teknik thinking aloud pair problem solving (TAPPS) dalam proses belajar mengajar. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 SMAN 2 Kota Jambi, dengan jumlah siswa 44 orang yang terdiri dari 19 siswa lakilaki dan 25 perempuan. Waktu pelaksanaan semester I tahun ajaran 2013/2014 pada materi momentum, impuls, dan tumbukan. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah observasi dan evaluasi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa pada tiap siklus. Peningkatan aktivitas siswa terlihat dari rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I adalah 55,11%, meningkat pada siklus II menjadi 63,97%, dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 81,58%. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I 64,13 dengan jumlah yang berhasil 12 orang (27,27%), meningkat pada siklus II menjadi 69,20 dengan jumlah yang berhasil 24 orang (54,54%) kemudian meningkat lagi pada siklus III menjadi 78,51 dengan jumlah siswa yang berhasil 36 orang (81,81%). Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model collaborative learning dengan teknik thinking aloud pair problem solving (TAPPS) dapat ditingkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika pada materi momentum, impuls, dan tumbukan di kelas XI IPA 3 SMAN 2 Kota Jambi.
Kata Kunci: Model collaborative learning, Teknik thinking aloud pair problem solving (TAPPS), Aktivitas, Hasil Belajar.
I.
PENDAHULUAN
II.
KAJIAN PUSTAKA
III.
METODE PENELITIAN
IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
V.
KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK THINKINGALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 2 KOTA JAMBI Oleh: “Losita dewi”
RINGKASAN Model collaborative learning adalah adalah suatu model pembelajaran dimana para siswa dengan variasi bertingkat bekerja sama dalam kelompok kecil kearah satu tujuan. Salah satu teknik dari model collaborative learning adalah Teknik thinking aloud pair problem solving (TAPPS) merupakan teknik berfikir secara berpasangan dalam penyelesaian masalah dan merupakan salah satu teknik pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi belajar aktif kepada siswa. Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai motivator dan mediator bagi siswa dalam menyelesaikan masalah. Dalam penerapannya, teknik pembelajaran perlu dipahami oleh guru agar dapat melaksanakan pembelajaran, karena mengajar bukanlah sekedar menceritakan atau menuangkan informasi kepada siswa, tetapi belajar memerlukan keterlibatan mental dan aktivitas siswa. Untuk itu, dalam suatu pembelajaran penting bagi seorang guru dalam menguasai, memilih serta menggunakan suatu teknik pembelajaran yang cocok dengan materi pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan penelitian aktivitas dan hasil belajar siswa dengan penerapan model collaborative learning teknik thinking aloud pair problem solving (TAPPS). Hasil penelitian diperoleh dari aktivitas dan hasil belajar fisika siswa tiap akhir siklus. Adapun rata-rata nilai dari tiap akhir siklus dengan menggunakan model collaborative learning teknik thinking aloud pair problem solving (TAPPS) yaitu siklus I 64,13, siklus II 69,20, siklus III 78,51. Disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model collaborative learning teknik thinking aloud pair problem solving (TAPPS) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. I.
PENDAHULUAN Fisika merupakan salah satu cabang ilmu yang memiliki peranan penting dalam pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat dilihat dari penerapan ilmu fisika pada disiplin ilmu lain dan aplikasinya pada bidang teknologi. Oleh karena itu pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan diantaranya dengan melakukan revisi terhadap kurikulum, meningkatkan kemampuan tenaga pendidik atau guru melalui berbagai jenis penataran dan pelatihan-pelatihan khusus serta melengkapi sarana dan prasarana pendidikan. Penyajian materi secara tepat menuntut seorang guru untuk mampu menguasai dan memilih berbagai teknik pengajaran dalam mengajar. Penggunaan teknik pengajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disajikan bukan saja dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan belajar mengajar tetapi juga mampu memberikan hasil belajar yang optimal. Saat ini banyak diperkenalkan
teknik pengajaran, salah satunya teknik thinking aloud pair problem solving (TAPPS) merupakan bagian dari model collaborative learning. Salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan guru dalam proses pembelajaran adalah keterampilan guru dalam memilih teknik pembelajaran yang tepat. Ketepatan teknik, strategi, dan pendekatan penyajian akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya serta hasil belajar yang optimal. Salah satu upaya untuk mendorong aktivitas dan meningkatkan hasil belajar fisika siswa khususnya pada materi momentum, impuls, dan tumbukan adalah dengan menggunakan teknik Thinking Aloud Pair Problem solving (TAPPS). Teknik pembelajaran Thinking aloud Pair Problem Solving (TAPPS) merupakan pengembangan dari pembelajaran kooperatif (Musanif 2007 :1) dimana siswa dituntut belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Dalam bahasa Indonesia Thinking Aloud artinya berfikir keras, Pair artinya berpasangan dan problem solving artinya penyelesaian masalah. Jadi thinking Aloud pair problem solving (TAPPS) dapat diartikan sebagai teknik berfikir keras secara berpasangan dalam penyelesaian masalah yang merupakan salah satu teknik pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi belajar aktif kepada siswa. TAPPS memberikan tantangan kepada siswa untuk belajar dan berfikir sendiri (Musanif, 2007 : 1). Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa TAPPS bertujuan untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Model Collaborative Learning dengan Teknik Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA 3 SMAN 2 Kota Jambi. II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar, Proses belajar mengajar, Aktivitas dan Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kebiasaan yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan serangkaian proses dan aktivitas. Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses yaitu mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong siswa melakukan proses belajar. Aktivitas merupakan kegiatan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan objek yang sedang dipelajari. Sedangkan hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh melalui aktivitas belajar. Hasil belajar ini adalah berupa nilai yang diperoleh siswa dari proses belajar. 2.2 Pengertian model collaborative learning teknik thingking aloud pair problem solving (TAPPS) Berkolaborasi berarti bekerja bersama-sama dengan orang lain (Barkley, dkk), 2012)” Menurut Mattews dalam Barkley, dkk (2012) ”Pembelajaran kolaboratif atau Collaborative Learning adalah sebuah pedagogi yang pusatnya terletak dalam asumsi bahwa manusia selalu menciptakan makna bersama dan proses tersebut selalu memperkaya dan memperluas wawasan setiap individu”.
Berdasarkan definisi di atas, pembelajaran kolaboratif adalah suatu model pembelajaran dimana para siswa dengan variasi yang bertingkat bekerja sama dalam kelompok kecil kearah satu tujuan. Situasi belajar kolaboratif terdapat unsur ketergantungan yang positif untuk mencapai kesuksesan. Lochhead dalam Warsono dan Hariyanto (2012) mengungkapkan teknik thinking aloud pair problem solving (TAPPPS) sebagai Suatu cara untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dengan cara menyatakan secara verbal, membaca dengan nyaring masalah yang harus dipecahkan”. Adapun langkah-langkah teknik Thinking aloud pair problem solving (TAPPS) Menurut Lochhead dalam Warsono dan Hariyanto (2012): 1.
2.
3. 4.
Siswa dibagi dalam pasangan-pasangan, yang satu berperan sebagai pemecah masalah (problem solver), yang satunya lagi berperan sebagai pendengar (listener). Sang problem solver membacakan masalah tertulis yang diajukan guru dengan nyaring (dalam pengertian cukup untuk didengar pasangannya, a listener), kemudian juga memperbincangkan penyelesaian masalahnya. Sang pendengar (listener) mengikuti seluruh langkah yang dilakukan oleh problem solver. Terjadilah pergantian peran problem solver menjadi listener dan sebaliknya. Demikian seterusnya sampai pertanyaan habis atau waktu yang disediakan untuk pembelajaran habis.
Barkley dkk (2012) menyatakan prosedur teknik Thinking aloud pair problem solving (TAPPS) terdiri dari 3 prosedur yaitu, 1.
2. 3.
Minta siswa membentuk pasangan dan jelaskan perannya sebagai penyelesaian masalah dan pendengar. Peran penyelesaian masalah adalah membacakan masalah secara lisan dan mengutarakan proses penalaran yang digunakan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Peran pendengar adalah mendorong penyelesaian masalah untuk berfikir secara lisan, dan menggambarkan langkah-langkah penyelesaian masalah tersebut. Pendengar juga dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau klarifikasi dan menawarkan saran-saran, tetapi harus menawarkan diri untuk menyelesaikan masalah. Minta siswa menyelesaikan sejumlah masalah, saling berganti peran untuk setiap masalah baru. Kegiatan akan dihentikan apabila siswa telah berhasil menyelesaikan seluruh masalah.
III. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan berupa penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas menurut Kunandar (2008) didefenisikan sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipasif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam siklus. PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang terdiri dari siklus I, II, dan III. Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan guru bidang studi fisika yang mengajar di kelas tersebut. Dalam hal ini peneliti ikut dalam setiap kegiatan belajar mengajar yang berlangsung untuk mengamati jalannya proses
pembelajaran. Pada setiap siklus memiliki tahapan-tahapan tertentu sesuai tahapan dalam tindakan kelas yaitu: a. Perencanaan atau pelaksanaan tindakan (planning) Hal-hal yang dilakukan dalam Perencanaan atau pelaksanaan tindakan (planning) antara lain: 1. Membuat rencana pembelajaran. 2. Mempersiapkan alat-alat pendukung yang diperlukan dikelas sesuai dengan rencana pembelajaran. 3. Membuat lembar kerja siswa (LKS) 4. Membuat lembar observasi siswa. 5. Membuat lembuat lembar observasi aktivitas guru. 6. Mendesain alat evaluasi berupa soal tes dan kunci jawaban. b. Pelaksanaan tindakan (acting) Dalam pelaksanaan ini pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat pada persiapan tindakan. Secara umum tahapan dalam pelaksanaan tindakan ini antara lain adalah: 1. Memotivasi siswa untuk belajar. 2. Melaksanakan kegiatan inti sesuai dengan rencana pembelajaran (RP) yang telah dipersiapkan pada perencanaan tindakan. 3. Melakukan evaluasi. 4. Menganalisis hasil evaluasi. 5. Merefleksikan pelaksanaan tindakan untuk menentukan perbaikan kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya. c. Observasi (pengamatan) dan evaluasi Observasi adalah cara yang digunakan untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Pemantauan terhadap pembelajaran menggunakan lembar observasi yang berupa lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru. Hasil dari observasi digunakan untuk menentukan jenis tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang telah dicapai dari proses pelaksanaan tindakan. Evaluasi dilaksanakan setelah proses kegiatan belajar mengajar pada setiap akhir siklus dengan memberikan tes akhir. Evaluasi digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan yang telah diperoleh siswa dalam memahami materi pelajaran yang diberikan. d. Analisis dan refleksi (reflecting) Data tes analisis dengan perhitungan data penilaian terhadap hasil observasi mengenai aktivitas belajar siswa dan data mengenai hasil belajar siswa pada masing-masing siklus. Hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang dilakukan dapat mengatasi masalah. Jika hasilnya belum seperti yang diharapkan, atau masalah yang ada belum terselesaikan maka dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Jika setelah dilakukan tindakan melalui siklus berikutnya telah menyelesaikan permasalahan, dan hasilnya telah mencapai harapan, maka tidak perlu dilakukan siklus lanjutan.
IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian aktivitas belajar siswa meningkat dari setiap siklus begitu juga hasil belajar dapat dilihat pada lampiran 21. Diperoleh hasil belajar fisika siswa pada siklus I dengan nilai rata-rata 64,13. Pada lampiran 22, diperoleh hasil belajar siswa pada siklus II dengan nilai rata-rata 69,20. Selanjutnya pada lampiran 23, diperoleh hasil belajar pada siklus III dengan nilai rata-rata 78,51. Dengan diterapkannya model collaborative learning teknik thinking aloud pair problem solving (TAPPS) ini, suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan, karena siswa langsung ikut terlibat ketika proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran siswa tidak lagi merasa takut untuk mengeluarkan pendapatnya, bisa menambah rasa percaya diri siswa dalam menjelaskan materi yang dipelajarinya dan juga bisa memotivasi siswa untuk terus menggali informasi tentang materi yang dipelajari. Adapun gambaran dari peningkatan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa sebagai berikut: 90 80
Persentase
70 60 50
Rata-rata % hasil belajar siswa
40 30
Rata-rata % aktivitas siswa
20 10 0 Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 4.1 Peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa
V.
SARAN DAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model collaborative learning dengan teknik thinking aloud pair problem solving (TAPPS) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Kota Jambi dengan rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I 55,11%, siklus II 63,97% dan siklus III 81,58%. Sedangkan rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I 64,13, siklus II 69,20 dan siklus III 78,51. Berdasarkan hasil penelitian ini penulis menyarankan: 1. Diharapkan kepada guru supaya dapat menggunakan Model collaborative learning dengan teknik thinking aloud pair problem solving (TAPPS) sebagai alternatif dalam pembelajaran. 2. Penelitian ini hanya dilakukan pada materi momentum, impuls, dan tumbukan, maka diharapkam penelitian yang serupa dapat pula dilaksanakan pada materi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Baharuddin dan Nur Wahyuni, Esa. 2010. Teori belajar dan pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruzz. Barkley, Dkk. 2012. Collaborative Learning Techniques. Jakarta: Nusa Media. Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Warsono dan Hariyanto.2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.