perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH 05 SUNGKUR KLATEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: RARAS PRATIWI UTAMI X8110038
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli, 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH 05 SUNGKUR KLATEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh: RARAS PRATIWI UTAMI X8110038
SKRIPSI diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana pendidikan Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli, 2012
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Raras Pratiwi Utami. PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH 05 SUNGKUR KLATEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk: meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan melalui penerapan model Quantum Learning pada anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 15 anak. Adapun sumber data berasal dari guru dan anak. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, dokumentasi dan tes unjuk kerja. Validitas data menggunakan triangulasi data dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan teknik analisis analisis interaktif yang meliputi tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model Quantum Learning dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok B dari pra siklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Ketika proses pembelajaran mengenal konsep bilangan pada pra siklus tergolong masih rendah terbukti dari aktivitas anak masih pasif dan guru lebih mendominasi. Skor ratarata kemampuan mengenal konsep bilangan anak pada prasiklus adalah 1,95 yakni sebesar 46,66% atau 7 anak yang mencapai kriteria tuntas. Peningkatan terjadi pada siklus I, skor rata-rata kemampuan mengenal konsep bilangan anak mencapai 2,45 yakni sebesar 73,33% atau 11 anak yang mencapai kriteria tuntas. Kemudian dilanjutkan ke siklus II dan terjadi peningkatan skor rata-rata kemampuan mengenal konsep bilangan anak mencapai 2,7 yakni sebesar 86,66% atau 13 anak yang mencapai kriteria tuntas. Seiring meningkatnya kemampuan mengenal konsep bilangan anak, hasil proses pembelajaran juga meningkat. Hal tersebut dapat dilihat melalui hasil observasi proses pembelajaran meliputi guru mengajar dan aktivitas anak. Pra siklus skor rata-rata guru mengajar mencapai 2,58 dan aktivitas anak mencapai 2. Peningkatan terjadi pada siklus I, skor ratarata guru mengajar mencapai 3,23 dan aktivitas anak mencapai 2,75. Kemudian dilanjutkan pada siklus II dan terjadi peningkatan skor rata-rata guru mengajar mencapai 3,72 dan aktivitas anak mencapai 3,5. Simpulan penelitian ini adalah melalui penerapan model Quantum Learning dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012. Kata Kunci: Model Pembelajaran Quantum, Mengenal Konsep Bilang commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Raras Pratiwi Utami. IMPLEMENTING QUANTUM LEARNING MODEL TO IMPROVE GROUP B CHILDRENS’ KNOWING NUMBER CONCEPT ABILITY OF AISYIYAH KINDERN GARTEN 05 SUNGKUR KLATEN IN THE ACADEMIC YEAR OF 2011/2012. Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education Sebelas Maret University Surakarta, July 2012. This study is intended to improve knowing number concept ability through implementing quantum learning model for group B childrens of Aisyiyah Kindern Garten 05 Sungkur Klaten in the academic year of 2011/ 2012. This research is a classroom action research that was implemented in two cycles. Each cycle has four steps, namely planning, acting, observing, and reflecting. The subject of the research is group B students of Aisyiyah Kindern Garten 05 Sungkur Klaten in the academic year of 2011/ 2012 that consists of 15 childrens. Techniques of collecting data are observation, interview, documentary study, and conducting tests. Data validity uses data triangulation and triangulation method. The research data was analyzed through interactive analysis model that has three components, namely data reduction, data display, verification. The research result indicates that the implementation of Quantum Learning model can improve childrent‟s knowing number concept ability of group B from pre-cycle to cycle 1 and from cycle 1 to cycle 2. Number concept teaching learning process was low that can be proved from the childrens‟ passive activities and the teacher center that was used in the class. The score average of childrens‟ knowing number concept ability on pre-cycle is 1,95 that is 46,66% or there are 7 childrens who can reach the criteria of passing grade. The improvement happens on cycle 1, the score average of childrens‟ knowing concept number skill gets 2,45 that is 73,33% or there are 11 childrens who can reach the criteria of passing grade. There is improvement of score grade of childrens‟ knowing number concept ability that gets 2,7 that is 86,66% or there are 13 students who can reach the criteria of passing grade. The improvement not only can be indicated from the increasing childrens‟ knowing concept number ability, but also the result of teaching learning process. It can be proved from the result of classroom observation that observes the way how the teacher teaches and childrens‟ activities. The Score average of the teacher teaching increases from 2,58 on precycle, to 3,23 on cycle 1, to 3,72 on cycle 2. The score average of childrens‟ activities increases from 2,00 on the pre-cycle, to 2,75 on the cycle 1, to 3,5 on the cycle 2. The conclusion of the research is that implementing of quantum learning model can improve knowing number concept ability of group B childrens of Aisyiyah Kindern Garten 05 Sungkur Klaten in the academic year of 2011/ 2012. Key words: Quantum Learning Model, Knowing Number Concept commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Alloh meninggikan beberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmu pengetahuan). (Qs. Al Mujadalah: 11)
Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. (Qs. Al-Asr: 3)
Kita adalah pemahat bayangan masa depan kita sendiri. Pikirkan-ImpikanLakukan saja-Ucap Syukur. Man jadda wa jadda…..
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk: Bapak dan Ibu (Pardi Utama, S.Pd dan Sunarti) Terima kasih telah memberikan motivasi, bimbingan dan kasih sayang dengan tulus ikhlas serta mendukung dan mendoakan aku dalam setiap langkahku. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta‟ala senantiasa mengabulkan doa-doa bapak ibu semua. Adikku (Rivia Atmajaningtyas Utami) Terima kasih karena senantiasa mendorong langkahku dengan perhatian dan semangat. Sahabat dan Keluargaku (Tri Wahidah Norhandayani, Yuni Muhayati, Atik Wahyuni, Ery Lestanti, dan Nia Oktaviana Nur Jannah) Terima kasih atas motivasi, semangat, perjuangan dan kerjasamanya. Semoga kita bisa wisuda bersama dengan teman-teman lain. Allohumma amin ya Robbal‟alamin. Almamaterku Tercinta (FKIP UNS)
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Segala puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala atas rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul “Penerapan Model Quantum Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012” Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini tidak terlepas bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari semua pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surkarta 2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Studi PG-PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dra. Yulianti, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dalam penyusunan proposal skripsi ini. 5. Drs. Tri Budiharto, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Kepala TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten yang telah memberikan ijin penelitian. 7. Sunarti selaku guru kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten. 8. Anak-anak TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten yang telah bersedia untuk partisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini. 9. Teman-teman se-almamater. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga kebaikan Bapak, Ibu dan semua pihak mendapat limpahan rahmat dari Allah Subhanahu Wa Ta‟ala dan menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK ..................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
ix
KATA PENGANTAR .....................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xv
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang .............................................................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
3
D. Manfaat penelitian ........................................................................
4
LANDASAN TEORI ....................................................................
5
A. Kajian Teori ..................................................................................
5
1. Hakikat Model Quantum Learning ............................................
5
a. Pengertian Model Pembelajaran .........................................
5
b. Pengertian Model Quantum Learning ................................
6
c. Karakteristik Umum Quantum Learning .............................
8
d. Prinsip Quantum Learning ................................................. commit to user
11
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Faktor Pendukung Model Quantum Learning ....................
14
f. Penerapan Model Quantum Learning dalam Pembelajaran
15
g. TANDUR
sebagai
Kerangka
Perencanaan
Model
Quantum Learning ..............................................................
17
h. Penerapan Model Quantum Learning dalam Pembelajaran Mengenal Konsep Bilangan Pada Anak TK .......................
19
i. Kelebihan dan Kelemahan Model Quantum Learning ........
20
2. Hakikat Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan ....................
21
a. Pengertian Kemampuan ......................................................
21
b. Pengertian Bilangan ............................................................
22
c. Perkembangan Mengenal Konsep Bilangan Anak TK .......
24
d. Tahapan Pembelajaran Mengenal Konsep Bilangan Anak TK .......................................................................................
24
e. Implementasi Pembelajaran Mengenal Konsep bilangan Anak TK .............................................................................
26
B. Hasil Penelitian yang Relevan ......................................................
28
C. Kerangka Berpikir ........................................................................
30
D. Hipotesis .......................................................................................
32
BAB III
METODE PENELITIAN .............................................................
33
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
33
B. Subjek Penelitian ...........................................................................
33
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ......................................................
33
D. Data dan Sumber Data...................................................................
35
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................
36
F. Validitas Data ................................................................................
37
G. Teknik Analisis Data .....................................................................
38
H. Indikator Kinerja ..........................................................................
40
I.
Prosedur Penelitian ........................................................................
41
to user HASIL PENELITIANcommit DAN PEMBAHASAN ...........................
45
BAB IV
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Deskripsi Pratindakan ..................................................................
45
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ...........................................
50
1. Tindakan Siklus I................................................................... .....
50
2. Tindakan Siklus II.................................................................. .....
70
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus ..................................
90
D. Pembahasan ..................................................................................
96
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..................................
99
A. Simpulan .......................................................................................
99
B. Implikasi ........................................................................................ 100 C. Saran .............................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 103 LAMPIRAN ..................................................................................................... 107
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Alur Kerangka Berpikir ............................................................................. 32
3.1
Model Analisis Interaktif .......................................................................... 39
3.2
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ......................................................... 41
4.1
Grafik Nilai Tes Kemampuan Awal Mengenal Konsep Bilangan Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Pra Tindakan .................. 47
4.2
Grafik Nilai Tes Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Siklus I ................................................. 70
4.3
Grafik Nilai Tes Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Siklus II ................................................ 89
4.4
Grafik Perbandingan Hasil Observasi Guru Kondisi Awal, Siklus I Pertemuan 1, 2 dan 3, serta Siklus II Pertemuan 1, 2 dan 3 ..................... 91
4.5
Grafik Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Anak dalam Proses Pembelajaran dari Kondisi Awal, Siklus I Pertemuan 1, 2 dan 3, serta Siklus II Pertemuan 1, 2 dan 3 .................................................................. 92
4.6
Grafik Perbandingan Hasil Belajar Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten dari Kondisi Awal, Siklus I Pertemuan 1, 2 dan 3, serta Siklus II Pertemuan 1, 2 dan 3.................................................................................................... 93
4.7
Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Sikus II ................................................ 94
4.8
Grafik Peningkatan Ketuntasan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Sikus II ........................................................ 96
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1
Rincian Jadwal Waktu Kegiatan Penelitian ........................................... ....107
4.1
Nilai Tes Kemampuan Awal Mengenal Konsep Bilangan Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Pra Tindakan ........................................ 233
4.2
Frekuensi Nilai Tes Kemampuan Awal Mengenal Konsep Bilangan Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Pra Tindakan .................. 46
4.3
Penilaian Observasi Guru Mengajar Pra Tindakan .................................. 48
4.4
Penilaian Observasi Aktivitas Anak Kondisi Awal .................................. 49
4.5
Penilaian Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 1 ....................... 61
4.6
Penilaian Observasi Aktivitas Anak Siklus I Pertemuan 1 ....................... 62
4.7
Penilaian Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 2 ...................... 63
4.8
Penilaian Observasi Aktivitas Anak Siklus I Pertemuan 2 ....................... 64
4.9
Penilaian Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 3 ...................... 65
4.10 Penilaian Observasi Aktivitas Anak Siklus I Pertemuan 3 ....................... 66 4.11 Frekuensi Nilai Kemampuan Mengenal konsep bilangan Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Siklus I ................................................. 69 4.12 Penilaian Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 1 ..................... 82 4.13 Penilaian Observasi Aktivitas Anak Siklus II Pertemuan 1 ..................... 83 4.14 Penilaian Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 2 .................... 84 4.15 Penilaian Observasi Aktivitas Anak Siklus II Pertemuan 2 ..................... 85 4.16 Penilaian Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 3 ..................... 86 4.17 Penilaian Observasi Aktivitas Anak Siklus II Pertemuan 3 ..................... 87 4.18 Frekuensi Nilai Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Siklus II ................................................ 88 4.19 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ..................................................................... 94 4.20 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Anak kelompok B TK Aisyiyah 05 commit user I, dan Siklus II ..................... 95 Sungkur Klaten pada Kondisi Awal,toSiklus
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1
Tabel 3.1. Rincian Jadwal Penelitian sebagai berikut ini ......................... 107
2
Indikator Ketercapaian Tujuan ................................................................. 108
3
Rencana Kegaiatan Harian Pra Tindakan ................................................. 109
4
Rencana Kegaiatan Harian Siklus I Pertemuan 1 ..................................... 112
5
Rencana Kegaiatan Harian Siklus I Pertemuan 2 ...................................... 115
6
Rencana Kegaiatan Harian Siklus I Pertemuan 3 ...................................... 118
7
Rencana Kegaiatan Harian Siklus II Pertemuan 1 .................................... 121
8
Rencana Kegaiatan Harian Siklus II Pertemuan 2 .................................... 124
9
Rencana Kegaiatan Harian Siklus II Pertemuan 3 .................................... 127
10
Bahan Ajar (Skenario Pembelajaran) Pra Tindakan ................................. 130
11
Bahan Ajar (Skenario Pembelajaran) Siklus I Pertemuan 1 ...................... 134
12
Bahan Ajar (Skenario Pembelajaran) Siklus I Pertemuan 2 ..................... 138
13
Bahan Ajar (Skenario Pembelajaran) Siklus I Pertemuan 3 ...................... 142
14
Bahan Ajar (Skenario Pembelajaran) Siklus II Pertemuan 1 .................... 146
15
Bahan Ajar (Skenario Pembelajaran) Siklus II Pertemuan 2 .................... 150
16
Bahan Ajar (Skenario Pembelajaran) Siklus II Pertemuan 3 .................... 154
17
Lembar Kerja Anak Pra Tindakan ............................................................ 158
18
Lembar Kerja Anak Siklus I Pertemuan 1 ................................................. 161
19
Lembar Kerja Anak Siklus I Pertemuan 2 ................................................. 164
20
Lembar Kerja Anak Siklus I Pertemuan 3 ................................................. 167
21
Lembar Kerja Anak Siklus II Pertemuan 1................................................ 170
22
Lembar Kerja Anak Siklus II Pertemuan 2................................................ 173
23
Lembar Kerja Anak Siklus II Pertemuan 3................................................ 176
24
Pedoman Wawancara Untuk Guru dan Kepala Sekolah Sebelum Diterapkan Pembelajaran Quantum Learning .......................................... 179
25
Hasil Wawancara Untuk Guru dan Kepala Sekolah Sebelum Diterapkan Pembelajaran Quantum Learning .............................................................. 180 commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
26
digilib.uns.ac.id
Pedoman Wawancara Untuk Guru dan Kepala Sekolah Setelah Diterapkan Pembelajaran Menggunakan Model Quantum Learning ........ 181
27
Hasil Wawancara Untuk Guru dan Kepala Sekolah Setelah Diterapkan Pembelajaran Menggunakan Model Quantum Learning........................... 182
28
Format Observasi Aktifitas Anak ............................................................. 183
29
Hasil Observasi Aktifitas Anak Pra Tindakan .......................................... 184
30
Hasil Observasi Aktifitas Anak Siklus I Pertemuan 1 .............................. 185
31
Hasil Observasi Aktifitas Anak Siklus I Pertemuan 2 .............................. 186
32
Hasil Observasi Aktifitas Anak Siklus I Pertemuan 3 .............................. 187
33
Hasil Observasi Aktifitas Anak Siklus II Pertemuan 1 ............................ 188
34
Hasil Observasi Aktifitas Anak Siklus II Pertemuan 2 ............................. 189
35
Hasil Observasi Aktifitas Anak Siklus II Pertemuan 3 ............................. 190
36
Rekapitulasi Penilaian Observasi Aktivitas Anak .................................... 191
37
Rekapitulasi Penilaian Observasi Aktivitas Anak Siklus I ........................ 192
38
Rekapitulasi Penilaian Observasi Aktivitas Anak Siklus II ..................... 193
39
Instrumen Penilaian RKH ......................................................................... 194
40
Instrumen Penilaian RKH Pra Tindakan .................................................. 195
41
Instrumen Penilaian RKH Siklus I Pertemuan 1 ...................................... 196
42
Instrumen Penilaian RKH Siklus I Pertemuan 2 ....................................... 197
43
Instrumen Penilaian RKH Siklus I Pertemuan 3 ....................................... 198
44
Instrumen Penilaian RKH Siklus II Pertemuan 1 ...................................... 199
45
Instrumen Penilaian RKH Siklus II Pertemuan 2 ...................................... 200
46
Instrumen Penilaian RKH Siklus II Pertemuan 3 ...................................... 201
47
Format Observasi Guru Mengajar ............................................................ 202
48
Hasil Observasi Guru Mengajar Pra Tindakan ......................................... 205
49
Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 1 ............................ 208
50
Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 2 ............................. 211
51
Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 3 ............................. 214
52
Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 1 ........................... 217
53
Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 2 ............................ 220 commit to user Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 3 ............................ 223
54
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
Rekapitulasi Penilaian Observasi Guru Mengajar ................................... 226
56
Rekapitulasi Penilaian Observasi Guru Mengajar Siklus I ....................... 227
57
Rekapitulasi Penilaian Observasi Guru Mengajar Siklus II ..................... 228
58
Deskripsi Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan ................ 229
59
Lembar Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan ................... 231
60
Tabel 4.1. Nilai Tes Kemampuan Awal Mengenal Konsep Bilangan Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Pra Tindakan ................. 233
61
Format Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Siklus I Pertemuan 1 .............................................................................................. 235
62
Hasil Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Siklus I Pertemuan 2 .............................................................................................. 237
63
Hasil Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Siklus I Pertemuan 3 .............................................................................................. 239
64
Hasil Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Siklus II Pertemuan 1 .............................................................................................. 241
65
Hasil Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Siklus II Pertemuan 2 .............................................................................................. 243
66
Hasil Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Siklus II Pertemuan 3 .............................................................................................. 245
67
Rekapitulasi Nilai Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten ........................................ 247
68
Rekapitulasi Nilai Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Siklus I ........................... 248
69
Rekapitulasi Nilai Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Siklus II .......................... 249
70
Dokumetasi Pra Tindakan ......................................................................... 251
71
Dokumetasi Siklus I .................................................................................. 253
72
Dokumetasi Siklus II ................................................................................ 256
73
Surat Izin Observasi .................................................................................. 258
74
Surat Izin Menyusun Skripsi .................................................................... 259 commit............................................................ to user Surat Permohonan Izin Penelitian 260
75
xix
perpustakaan.uns.ac.id
76
digilib.uns.ac.id
Surat Keterangan ...................................................................................... 262
commit to user
xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menghadapi era globalisasi, program pendidikan harus mampu memberikan bekal kepada anak untuk dapat memiliki daya saing yang tinggi dan tangguh sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap perubahanperubahan yang terjadi di berbagai bidang kehidupan masyarakat, terutama dalam penguasaan berbagai keterampilan demi mengembangkan potensi diri yang dimilikinya.
Hal ini sejalan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan Nasional, pasal 28 ayat 3, yang menyatakan bahwa Taman Kanak-kanak (TK) merupakan taman pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal, yang bertujuan untuk membantu anak-anak mengembangkan berbagai potensi, baik psikis maupun fisik, yang meliputi: moral dan nilai-nilai agama, sosial-emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, motorik halus, motorik kasar serta pendidikan karakter bangsa untuk mempersiapkan anak-anak dalam memasuki Sekolah Dasar (SD) (Masitoh,dkk, 2009: 1.6). Salah satu bidang pengembangan yang diajarkan di TK adalah bidang pengembangan kognitif, yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan 1-20 sesuai dengan tahap perkembangan usianya. Usia Prasekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak (Depdiknas, 2000). Bidang pengembangan kognitif sangat penting bagi anak TK. Menurut Depdiknas (2006: 4), pengembangan kognitif bertujuan: “mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan logika matematikanya, pengetahuan ruang dan waktu, mempunyai kemampuan untuk memilih dan mengelompokkan, serta mempersiapkan perkembangan kemampuan berpikir teliti”. Lebih lanjut, Deswita (2006: 103), menjelaskan pengertian kognitif adalah: “Sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan commit to dengan user persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya”. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten, didapatkan hasil bahwa tingkat pemahaman tentang mengenal konsep bilangan anak masih rendah. Terdapat 46,66% atau 7 anak dari keseluruhan 15 anak sudah mencapai ketuntasan pada pemahaman mengenal konsep bilangan. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi anak dalam mengenal konsep bilangan dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk mengenal konsep bilangan masih bersifat konvensional artinya strategi/model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih biasa-biasa saja, guru mendominasi dalam proses pembelajaran sehingga anak pasif dan kurang tertarik dalam kegiatan mengenal konsep bilangan. Selain itu orang tua masih menganggap remeh mengenal konsep bilangan dikarenakan pihak orang tua sendiri tidak mempunyai kompetensi dan sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak kurang perhatian. Agar pemahaman mengenal konsep bilangan dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi anak maka guru harus dapat memilih model pembelajaran sesuai dengan perkembangan anak. Menurut Piaget dalam Masitoh, dkk (2009: 2.13) anak usia TK berada pada tahap pra-operasional, yaitu tahapan di mana anak belum menguasai operasi mental secara logis. Periode ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol-simbol. Melalui kemampuan tersebut anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi yang menarik untuk meningkatkan mutu kegiatan pembelajaran dengan penerapan model-model pembelajaran inovatif. Dengan penerapan model Quantum Learning diharapkan meningkatkan pemahaman anak dalam mengenal konsep bilangan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas dari beberapa model pembelajaran inovatif, maka peneliti ingin menerapkan model Quantum Learning karena Quantum Learning merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
learning with fun. Sugiyanto (2008: 63) mengemukakan bahwa Quantum Learning merupakan proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak membosankan menjadi pilihan para guru/fasilitator. Sedangkan menurut DePorter dan Hernacki (2007: 14) model Quantum Learning adalah suatu model yang terbukti efektif di sekolah untuk semua tipe orang dan segala usia. Dari pernyataan DePorter itulah Quantum Learning lahir. Pembelajaran yang berprinsip untuk membawa dunia pembelajar ke dalam dunia pengajar kemudian dikenal dengan konsep TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan) yang melandasi Quantum Learning dapat membawa anak menjadi lebih tertarik dan berminat untuk belajar mengenal konsep bilangan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Quantum Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012.”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah melalui penerapan model Quantum Learning dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012?”
C. Tujuan Penelitian Bertolak pada rumusan masalah di atas pula, disusunlah tujuan penelitian, yaitu: “Untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan melalui penerapan Model Quantum Learning pada anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini dijadikan masukan kepada guru PAUD untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Selain itu, penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu khususnya dalam mengenal konsep bilangan dan sebagai dasar pijakan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Anak 1) Meningkatnya kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan melalui penerapan model Quantum Learning. 2) Meningkatnya motivasi anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mengenal konsep bilangan. 3) Meningkatnya keaktifan anak dalam proses pembelajaran. b. Bagi Guru 1) Meningkatnya wawasan dan kemampuan guru dalam mengenal konsep bilangan melalui penerapan model Quantum Learning. 2) Bertambahnya pengetahuan dan pengalaman dalam membimbing anak mengenal konsep bilangan. 3) Meningkatnya kinerja guru yang profesionalisme. c. Bagi Sekolah 1) Untuk memperbaiki proses pembelajaran di sekolah. 2) Terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif. 3) Meningkatnya kualitas pembelajaran dengan adanya inovasi dalam pembelajaran di sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Hakikat Model Quantum Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Model merupakan suatu kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu (Sri Anitah, 2009: 45). “An active process and suggests that teaching involves facilitating active mental prosess by students”, bahwa dalam proses pembelajaran siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran (Gagne dalam Isjoni, 2009: 72 ). Menurut Arends (1997: 7), “The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system.” Istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Joyce dalam Trianto (2010: 22) menyatakan bahwa model pembalajaran adalah “suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.” Model pembelajaran adalah langkah-langkah pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik anak, kompetensi yang akan dicapai, interaksi dalam proses pembelajaran, alat/media dan penilaian (Depdiknas, 2004: 12). Lebih lajut Sugiyanto mengutip pendapat dari Winataputra (2008: 7) menjelaskan bahwa: “Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan commit dalam to user mengorganisasikan pengalaman prosedur yang sistematis
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.” Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rancangan atau pola dengan prosedur yang sistematis dan dapat digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dengan mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Pengertian Model Quantum Learning Quantum Learning pertama kali digunakan di SuperCump. Di SuperCump ini menggabungkan rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan keterampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan. DePorter dan Hernacki (2007: 16) menjelaskan bahwa: “Quantum Learning didefinisikan sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.” Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika quantum adalah Masa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi. Atau biasa dikenal dengan . Tubuh kita secara fisika adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. Quantum Learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang mengaktifkan anak. Keaktifan anak dalam hal ini dilakukan dengan senang, nyaman, mudah serta dengan tingkat keberhasilan tinggi. Menurut DePorter dalam Sugiyanto (2008: 68) menjelaskan bahwa Model Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP (Program neurolinguistik) dengan teori, keyakinan dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain seperti teori otak kanan atau kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinetik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistic (menyeluruh), belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol (Metaphoric Learning), simulasi atau permainan. Miftahul A‟la (2010: 54) menjelaskan bahwa model Quantum Learning adalah pengubahan belajar yang meraih dengan segala nuansanya juga menyertakan segala kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan dinamis commit to user dalam lingkungan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Pengertian lain DePorter (1999) menjelaskan bahwa, “Quantum Learning is a comprehensive model that covers both educational theory and immediate classroom implementation. It integrates research-based best practices in education into a unified whole, making content more meaningful and relevant to students' lives”. Menurut DePorter di atas dijelaskan bahwa Quantum Learning adalah sebuah model kesatuan yang meliputi
teori pembelajaran dan
implementasi ruang kelas saat ini. Quantum Learning memadukan penelitian berdasarkan praktek mengajar terbaik dalam pendidikan termasuk kesatuan yang menyeluruh, membuat isi pelajaran lebih bermakna dan sesuai dengan kehidupan anak. Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat peneliti simpulkan bahwa Quantum Learning menekankan pada interaksi anak dengan anak dan interaksi guru dengan anak. Dengan menekankan pada guru yang harus mengkondisikan anak pada situasi yang menyenangkan,
menumbuhkan
rasa
keingintahuan
yang
tinggi,
pengalaman langsung dan penghargaan atas usaha anak. Quantum Learning berakar dari upaya Lozanov, seorang pendidik yang berkebangasaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif, ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memberikan sugesti positif yaitu mendudukan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan media pembelajaran untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih (DePorter & Hernacki, 2007: 14). Suatu proses pembelajaran akan menjadi efektif dan bermakna apabila ada interaksi antara anak dan sumber belajar dengan materi, kondisi ruangan, fasilitas, penciptaan suasana dan kegiatan belajar yang tidak monoton diantaranya melalui penggunaan musik pengiring. Interaksi ini berupa keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar. Menurut DePorter & Hernacki (2007: 12) dengan belajar menggunakan Quantum commit to user Learning akan didapatkan berbagai manfaat yaitu: 1) Bersikap positif; 2)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
Meningkatkan motivasi; 3) Kemampuan belajar seumur hidup; 4) Kepercayaan diri; 5) Sukses atau hasil belajar yang meningkat. Lebih lanjut Sarah Singer dari hasil penelitiannya dalam journal-ofimplementing-quantum-learning-the-thornton-township-high-schooldistrict-south-holland-chicago-university (1998), menjelaskan bahwa: “2047 student population (37% low income, 46% African-American, 13% Caucasian, 4% other) 452 faculty. Approximately 60 teachers and 600 students were involved in the Quantum Learning Pilot Program. intervention data indicated increased student learning, attendance, and improved attitude toward school. Students also showed increased math and reading skills, both on standardized tests and class grades. Post intervention data also revealed improved teachers effectiveness and satisfaction”. Menurut Sarah Singer di atas dijelaskan bahwa dari populasi siswa yang berjumlah 2047 (37% dari keluarga berpenghasilan rendah, 46% bangsa Afrika, Amerika, 13 % bangsa atau Suku Kaukasia, 4% dari yang lainnya) yang terdiri dari 452 fakultas. Kira-kira 60 tenaga pengajar dan 600 siswa terlibat dalam program percontohan Quantum Learning, data yang ada menunjukkan adanya peningkatan pembelajaran pada siswa, kehadiran, dan peningkatan perilaku siswa terhadap sekolah dan juga menunjukkan peningkatan minat terhadap keterampilan di bidang matematika dan membaca, baik itu dalam tes yang dilakukan maupun dalam tingkat kelas serta menyatakan adanya peningkatan keefektifan dan kepuasan guru. c. Karakteristik Umum Quantum Learning Quantum Learning memiliki karakteristik umum yang dapat memantapkan dan menguatkan sosoknya. Menurut Sugiyanto (2008: 6974), beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk sosok Quantum Learning adalah sebagai berikut: 1) Quantum Learning berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika quantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep quantum dipakai. Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar dan pembelajar diturunkan, ditranformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif, bukan teori fisika quantum. 2) Quantum Learning lebih bersifat humanistis, bukan positivistisempiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar commit to user menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak ada karena semua usaha yang dilakukan manusia patut dihargai. Kesalahan dipandang sebagai gejala manusiawi. Ini semua menunjukkan bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat dalam perspektif humanistis. 3) Quantum Learning lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan positivistisempiris, behavioristis. Quantum Learning menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran. Quantum Learning berupaya menyinergikan dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan. 4) Quantum Learning memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam Quantum Learning. Karena itu Quantum Learning menekankan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna. 5) Quantum
Learning
sangat
menekankan
pada
pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan yang tinggi. Segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaranan harus dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang mendukung pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan dikelola dengan baik. 6) Quantum Learning sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keadaan yang dibuat-buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai dan menyenangkan, sedang kepura-puraan menimbulkan suasana tegang, kaku, dan membosankan. 7) Quantum
Learning
sangat
menekankan
kebermaknaan
dan
kebermutuan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
bermakna dan tidak bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembelajaran tidak tercapai. 8) Quantum Learning memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
Konteks
memberdayakan,
pembelajaran
landasan
yang
meliputi
kukuh,
suasana
yang
lingkungan
yang
menggairahkan atau mendukung, dan rancangan yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, kemampuan belajar untuk belajar dan kemampuan hidup. Konteks dan isi ini tidak dapat dipisahkan dan saling mendukung bagaikan bagaikan sebuah orkestra yang memainkan simfoni. 9) Quantum
Learning
memusatkan
perhatian
pada
pembentukan
kemampuan akademis, kemampuan hidup, dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan dan dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran. 10) Quantum Learning menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai dan keyakinan positif dalam diri pembelajar. 11) Quantum Learning mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Karena itu dalam Quantum Learning berkenbang ucapan “Selamat datang keberagaman dan kebebasan, selamat tinggal keseragaman”. 12) Quantum Learning mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal. Dari uraian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa karakteristik Quantum Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang memusatkan perhatian anak pada suasana pembelajaran yang menyenangkan dan menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan yang tinggi yang mengutamakan keberagaman dan mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
d. Prinsip Quantum Learning Prinsip dapat berarti aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau dikenal dan dapat pula sebagai aksioma, hukum atau doktrin fundamental. Ada tiga macam prinsip utama yang membangun sosok Quantum Learning. Ketiga prinsip utama dirangkum dalam Sugiyanto (2008: 74-78) adalah sebagai berikut: 1) Prinsip utama Quantum Learning berbunyi “bawalah dunia mereka (pembelajar) kedalam dunia kita (pengajar), dan antarkan dunia kita (pengajar) ke dalam dunia mereka (pembelajar)”. Prinsip tersebut menuntut guru untuk memasuki dunia anak sebagai langkah pertama pembelajaran selain juga mengharuskan guru untuk membangun jembatan otentik untuk memasuki kehidupan anak. Untuk itu, guru dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki anak sebagai titik tolaknya. Dengan jalan ini guru akan mudah membelajarkan anak baik dalam bentuk memimpin, mendampingi dan memudahkan anak menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas. Ini berarti dunia kita menjadi dunia bersama guru dan anak. 2) Dalam Quantum Learning juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni yang mempunyai struktur dasar kord. Struktur dasar kord ini sebagai prinsip-prinsip dasar Quantum Learning, yaitu: a) Ketahuilah bahwa segalanya berbicara. Dalam Quantum Learning, segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh guru, penataan ruang sampai sikap guru semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran. b) Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan. Semuanya yang terjadi dalam proses pengubahan energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang tidak mempunyai tujuan. Baik anak maupun guru harus menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan. c) Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan. Proses commit user ketika anak telah mengalami pembelajaran yang baik toterjadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari. d) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran. Pada waktu melakukan setiap usaha, mereka patut memperoleh pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Bahkan sekalipun mereka berbuat salah, perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka lakukan. e) Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan. Perayaan atas apa yang telah dipelajari dapat memberikan balikan mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan pembelajaran. Selain perayaan juga harus ada penguatan. Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses pembelajaran anak dan bertujuan
untuk
meningkatkan
perhatian
anak
terhadap
pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar, dan meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku anak yang produktif. 3) Dalam Quantum Learning juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Keunggulan bahkan dipandang sebagai jantung fondasi Quantum Learning. Ada 8 prinsip keunggulan dalam Quantum Learning, yaitu: a) Terapkanlah hidup dalam integritas. Dalam pembelajaran, bersikaplah
apa
adanya,
jujur,
tulus,
dan
menyeluruh,
menyelaraskan nilai-nilai dengan perilaku. b) Akuilah
kegagalan
dapat
membawa
kesuksesan.
Dalam
pembelajaran, harus memahami bahwa kegagalan hanyalah pemberian informasi yang dibutuhkan untuk sukses. Kegagalan itu tidak ada, yang ada hanya hasil dan umpan balik. Semua dapat bermanfaat jika tahu cara menemukan hikmahnya. c) Berbicaralah dengan niat baik. Dalam pembelajaran, perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur, dan langsung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
d) Tegaskanlah komitmen. Dalam pembelajaran, baik guru maupun anak harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu, memenuhi janji dan kewajiban, tetap pada rel yang telah ditetapkan. Untuk itu, mereka perlu melakukan apa saja untuk menyelesaikan pekerjaan. e) Jadilah pemilik. Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu. f) Tetaplah lentur. Dalam pembelajaran, pertahankan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Anak, lebih-lebih guru, harus pandai-pandai membaca lingkungan dan suasana, dan harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan. g) Pertahankanlah keseimbangan. Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal. Tetap dalam keseimbangan merupakan proses berjalan yang membutuhkan penyesuaian terus-menerus sehingga diperlukan sikap dan tindakan cermat dari anak dan guru. Lebih lanjut DePorter, Reardon dan Singer (2010: 36), menyatakan ada lima prinsip tetap, prinsip-prinsip tetap tersebut adalah, 1) Segalanya Berbicara; 2) Segalanya Bertujuan; 3) Pengalaman sebelum Pemberian Nama; 4) Akui Setiap Usaha; 5) Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan!. Dari uraian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa Quantum Learning berprinsip pada pola pembelajaran yang membawa dunia anak ke dalam dunia guru dan mengantarkan dunia guru ke dalam dunia anak serta proses pembelajaran juga diartikan sebagai permainan orkestra simfoni dimana pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
e. Faktor Pendukung Model Quantum Learning Quantum Learning melihat kesuksesan anak pada unsur-unsur terkait yang tersusun dengan baik dalam sudut pandang yang berbeda. Diantaranya adalah suasana, landasan, lingkungan dan rancangan. Unsurunsur tersebut harus benar-benar di mengerti oleh guru (DePorter, Reardon dan Singer, 2010: 44-45). Penjelasan dari pendapat di atas secara singkat dapat peneliti uraikan sebagai berikut: 1) Suasana: Kelas pengajar mencakup bahasa yang guru pilih, cara menjalin rasa simpati dengan siswa, dan sikap anda terhadap sekolah serta
belajar.
Suasana
yang
penuh
kegembiraan
membawa
kegembiraan pula dalam belajar. Didalam model Quantum Learning guru harus menciptakan suasana kegiatan pembelajaran yang nyaman dan gembira, dapat memilih dan menerapkan bahasa baik dan benar, menjalin rasa simpati dengan anak karena suasana tersebut akan membawa kegembiraan dalam suasana pembelajaran. Suasana yang menyenangkan seperti itu bisa membuat anak nyaman dalam belajar dan tidak membosankan. 2) Landasan: Kerangka kerja: tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan aturan bersama member guru dan siswa sebuah pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar. Landasan dalam model Quantum Learning, ada beberapa hal di antaranya adalah kerangka kerja yang mendasari dalam pembelajaran yang akan dilakukan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, keyakinan yang dimiliki anak akan pembelajaran yang dilakukan, kesepakatan yang dilakukan antara guru dengan anak, kebijakan yang dimiliki guru, prosedur yang akan diterapkan dalam pembelajaran, dan aturan bersama yang memberikan pedoman bagi guru dan anak untuk bekerja dalam komunitas belajar. 3) Lingkungan: Cara pengajar menata ruang kelas: pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, musik--- semua hal yang commit to user yang harus dipersiapkan dalam mendukung proses belajar. Lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
proses model Quantum Learning salah satunya adalah dengan cara guru menata ruang kelas meliputi pengaturan meja dan kursi, pencahayaan, warna, musik dan semua hal yang mendukung proses pembelajaran. Agar suasana belajar lebih santai dan nyaman serta anak semangat dalam belajar. 4) Rancangan: Penciptaan terarah unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan
minat
memperbaikiproses
siswa,
tukar-menukar
mendalami informasi.
makna, Didalam
dan model
Quantum Learning yang dimaksudkan dengan rancangan adalah suatu penciptaan unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat anak secara menyeluruh dan terarah. Selain itu, rancangan juga berfungsi agar anak dapat lebih mendalami makna pembelajaran, dan memperbaiki proses tukar-menukar informasi. Rancangan yang jelas dan terarah akan menjadikan pembelajaran lebih jelas dan bermakna sehingga akan mempengaruhi tujuan yang ingin dicapai. Quantum Learning menciptakan suasana belajar yang mendukung pembelajaran nyaman dan gembira. Lingkungan belajar yang baik meliputi pengaturan meja dan kursi, pencahayaan yang memadai, warna, alat peraga dan musik. Unsur tersebut dapat dimasukkan dalam rombongan belajar (rombel) dan anak akan merasa nyaman dan menyenangkan serta menjadikan pembelajaran yang kondusif dan efektif sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik.
f. Penerapan Model Quantum Learning dalam Pembelajaran Didalam model Quantum Learning terdapat pola pembelajaran yang berbeda dari pembelajaran yang biasa atau konvensional. De Potter dan Hernacki (2007: 49) menjelaskan bahwa langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep Quantum Learning dengan cara: 1) Kekuatan Ambak (Apa Manfaatnya Bagi Ku): Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan commitsecara to usermental antara manfaat dan akibatakibat suatu keputusan. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar
perpustakaan.uns.ac.id
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
digilib.uns.ac.id 16
karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Penataan lingkungan belajar: Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang dapat membuat anak merasa betah dalam belajarnya, dengan penataan lingkungan belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri anak. Memupuk sikap juara: Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar anak, seorang guru hendaknya jangan segan-segan untuk memberikan penghargaan pada anak yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula menghukum anak yang belum mampu menguasai materi. Dengan memupuk sikap juara ini anak akan lebih dihargai. Bebaskan gaya belajarnya: Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh anak, gaya belajar tersebut yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Dalam Quantum Learning guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada anaknya dan janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja. Membiasakan mencatat: Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika sang anak tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang didapatkan menggunakan bahasa sehari-hari dengan cara dan ungkapan sesuai gaya belajar anak itu sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan simbolsimbol atau gambar yang mudah dimengerti oleh anak itu sendiri, simbol-simbol tersebut dapat berupa tulisan. Membiasakan membaca: Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang guru hendaknya membiasakan anak untuk membaca, baik buku cerita maupun buku-buku yang lain. Jadikan anak lebih kreatif: Anak yang kreatif adalah anak yang ingin tahu, suka mencoba dan senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik anak akan mampu menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya. Melatih kekuatan memori anak: Memori menjadi salah satu konsep paling penting dalam pembelajaran, jika segala hal tidak bisa diingat, maka tidak akan ada pembelajaran yang bisa berlangsung. Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga anak perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik. Dari uraian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa dalam penerapan
model Quantum Learning diperlukan motivasi, lingkungan belajar yang menyenangkan dan mengesankan, memberikan penghargaan dan tidak menghukum anak, kebebasan belajar sesuai dengan keinginan anak, membiasakan anak untuk mengungkapkan kembali yang telah dipelajari commit to user sesuai gaya bahasa anak, membiasakan anak membaca dengan simbol-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
simbol atau gambar, membiasakan anak berpikir kritis dan melatih anak sejauh mana anak paham dengan sesuatu yang telah dipelajari.
g. TANDUR sebagai Kerangka Perencanaan Model Quantum Learning Kerangka perencanaan model Quantum Learning dikenal dengan konsep TANDUR yang merupakan akromin dari: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan. Unsur-unsur tersebutlah yang membentuk basis struktur yang melandasi Quantum Learning. Kerangka perencanaan model Quantum Learning akan membawa anak pada konsisi pembelajaran yang menyenangkan dan mengesankan. Konsep TANDUR (DePorter, Reardon dan Singer, 2010: 128), diantaranya yaitu: 1) Tumbuhkan: Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagi Ku). Menumbuhkan minat dengan menyertakan anak, memikat mereka, memuaskan keingintahuan mereka dan membuat mereka tertarik atau penasaran tentang materi yang akan di ajarkan. Hal ini bisa dilakukan dengan mengajukan sebuah pertanyaan pancingan tentang pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari, menyanyikan sebuah lagu, tepuk dan yel-yel yang berhubungan dengan tema yang hendak disampaikan. 2) Alami: Berikan mereka pengalaman belajar; tumbuhkan “kebutuhan untuk mengetahui”. Memberikan anak suatu pengalaman belajar, menumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui dan menguasai suatu hal lebih dalam. Hal ini dapat dilakukan dengan meminta anak untuk menyebutkan
ciri-ciri
sesuatu
yang
dikenal
anak
menurut
pengalamannya. 3) Namai: Berikan “data”, tepat saat minat memuncak. Pada kerangka Quantum Learning namai dilakukan agar anak bisa tetap berada pada lingkungan dimana mereka sedang mempelajari suatu materi tertentu dan mudah mengingatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara diajak bertanya jawab tentang benda atau suatu hal yang mereka sukai atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
sesuatu hal yang mereka tidak ketahui. Sehingga mereka tertarik dengan pembelajaran karena keingitahuan mereka terjawab. 4) Demonstrasikan: Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Memberikan kesempatan bagi anak untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Hal ini dapat dilakukan dengan mempraktekan, menjelaskan, atau menampilkan sesuatu yang mereka ketahui dari hasil belajarnya. Sehingga akan membuat anak merasa mampu dan lebih percaya diri. 5) Ulangi: Rekatkan gambaran keseluruhannya. Merekatkan gambaran keseluruhan.
Pengulangan
dalam
hal
ini
bermanfaat
untuk
memperdalam ingatan anak tentang materi yang sudah dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan permainan secara berkelompok untuk menyebutkan, menjelaskan, menebak, atau mempraktekan sesuatu yang telah mereka pelajari. 6) Rayakan: Ingat, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan! Perayaan menambahkan belajar dengan asosiasi positif. Menurut DePorter sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan, perayaan juga menambah semangat belajar. Bentuk perayaan dalan hal ini dapat berupa pemberian tepuk tangan, penguatan, atau benda yang sifatnya membuat anak merasa dihargai pekerjaannya dan selalu semangat untuk belajar. Dari uraian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa Kerangka perencanaan model Quantum Learning dikenal dengan konsep TANDUR
yang
merupakan
akromin
dari
TANDUR
yaitu
menumbuhkan minat tentang materi yang akan dipelajari dengan melibatkan
anak
menyenangkan
pada
serta
iklim
anak
pembelajaran
mengalami
dan
yang
aktif
menamai
dan
proses
pembelajaran secara langsung. Anak juga diajak mendemonstrasikan to user dengan menggunakan media materi yang telahcommit dipelajari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
pembelajaran yang konkret dan menarik yang akan menjadikan proses pembelajaran
berlangsung
lebih
bermakna.
Selain
itu
guru
mengadakan proses evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang berlangsung, dan memberikan reward atau penghargaan atas keberhasilan yang telah dicapai.
h. Penerapan Model Quantum Learning dalam Pembelajaran Mengenal Konsep Bilangan Pada Anak TK Untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, terlebih dahulu guru membuat rencana pembelajaran harian (RKH) sesuai dengan tema yang akan diajarkan. Berikut ini adalah rencana pembelajaran mengenal konsep bilangan adalah sebagai berikut: 1) Tumbuhkan:
Sertakan
diri
mereka,
pikat
mereka,
puaskan
keingintahuan mereka, buatlah mereka tertarik atau penasaran tentang materi yang akan kita ajarkan. Ajak anak menyanyikan lagu “Satu, dua, tiga dan empat”, kemudian guru dapat menyuruh anak untuk berhitung angka 1 sampai 20. 2) Alami: Berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui. Guru memberi pertanyaan pada anak tentang angka yang disukai. 3) Namai: Berikan data tepat saat minat memuncak mengenalkan konsep-konsep pokok dan materi pembelajaran. Menyuruh anak untuk menunjukkan angka yang disukai. Guru bisa menggunakan kalender, kartu angka dengan angka-angka yang dipasang di papan tulis untuk membantu anak yang cukup besar. 4) Demonstrasikan: Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Guru menyuruh anak untuk menulis angka yang disukai di papan tulis. 5) Ulangi: Rekatkan gambaran keseluruhannya. Ini dapat dilakukan user melalui pertanyaan commit posttes, toataupun penugasan, atau membuat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
rangkuman hasil belajar. Anak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Guru juga bisa memberikan semacam bermain tebak-tebakan angka untuk mengetahui kemampuan anak mengenal konsep bilangan. 6) Rayakan: Ingat, jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Perayaan menambah belajar dengan asosiasi positif. Guru bisa memberikan pujian, tepuk tangan, memberikan hadiah berupa stempel bintang pada anak yang paham mengenal konsep bilangan dengan baik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rencana pembelajaran dibuat untuk memudahkan guru dalam ke dalam kegiatan belajar mengajar. Agar yang guru ajarkan lebih bermakna dan mengena pada sasarannya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
i. Kelebihan dan Kelemahan Model Quantum Learning Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran sekarang ini, model Quantum Learning termasuk baru diterapkan dalam pembelajaran khususnya di TK. Melalui model Quantum Learning anak tidak hanya belajar banyak tentang teori dan praktek, tetapi mereka juga membangun rasa percaya diri, merasa lebih berhasil dalam hidup mereka dan bergembira yang semuanya dalam waktu yang bersamaan (DePorter dan Hernacki, 2007: 2). Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan, begitu juga dengan model Quantum Learning. Kelebihan model Quantum Learning yaitu: 1) Membentuk anak yang aktif, karena dengan model Quantum Learning ini anak bukan hanya sebagai obyek yang hanya menerima akan tetapi juga sebagai pelaku dalam proses pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan motivasi anak untuk belajar. 2) Dapat mempercepat pemahaman anak karena anak mengalami apa yang dipelajari secara langsung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
3) Menumbuhkan semangat anak untuk belajar, dalam model Quantum Learning ini keberhasilan yang telah dicapai anak dirayakan sebagai bentuk penghargaan. Selain kelebihan-kelebihan tersebut model Quantum Learning juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu: 1) Sulit membentuk suasana yang menyenangkan untuk melakukan proses
pembelajaran,
karena
adanya
beberapa
faktor
yang
memungkinkan kurang mendukung baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan di luar sekolah. 2) Membutuhkan waktu yang relatif lama dalam menerapkan model Quantum Learning. 3) Kemampuan guru dalam menguasai model Quantum Learning masih terbatas sehingga pelaksanaan model Quantum Learning tersebut tidak maksimal. 4) Tidak semua materi pembelajaran cocok menggunakan model Quantum Learning. 5) Tidak semua anak cocok diberikan model Quantum Learning terutama bagi anak yang lambat, karena anak tersebut tidak mampu memanfaatkan segala hal sumber belajar.
2. Hakikat Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan a. Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah modal utama untuk dapat melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran di TK kemampuan awal anak merupakan hal penting agar anak sanggup mengikuti perkembangan pembelajaran berikutnya. Kemampuan memiliki kata dasar “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup,
dapat)
melakukan
sesuatu;
sedang
kemampuan
berarti
kesanggupan, kekuatan untuk melakukan sesuatu, kekayaan yang dimiliki (KBBI, edisi terbaru : 511). Westminster Institute of Education dalam Oxford Brookes commit to user University (2005) menjelaskan bahwa “definitions of ability are static and
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
measurable and influenced by such factors as environment, opportunity, and personality”, yang artinya definisi kemampuan yang statis dan terukur dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lingkungan, kesempatan dan kepribadian. Ability (kemampuan, kecakapan) merupakan suatu istilah umum yang berkenaan dengan potensi untuk menguasai suatu keterampilan (Desmita, 2006: 257). Menurut Robbins dalam Petra Christians University Library (2008), Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. Lebih lanjut Abin Syamsuddin Makmun (2004: 54) membedakan kemampuan menjadi dua kategori yaitu: 1) actualy activity, kemampuan nyata
yang
merupakan
suatu
kemampuan
yang
segera
dapat
didemonstrasikan dan diuji sekarang juga karena kemampuan tersebut merupakan suatu hasil atau belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan, dan dalam hal tertentu yang telah dijalani, 2) potensial ability, kemampuan potensial yang merupakan kemampuan yang berasal dari bakat sejak lahir. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah
kesanggupan
atau
kecakapan
dalam
melakukan
sesuatu.
Kemampuan memiliki dau faktor, yaitu kemampuan intelaktual yang dimiliki seseorang dalam melakukan aktivitas mental dan kemampuan fisik yang dimiliki seseorang dalam melakukan aktivitas fisik.
b. Pengertian Bilangan Bilangan biasa disebut angka tidak terlepas dari matematika. Bilangan merupakan bagian dari hidup kita, setiap hari kita menemukan angka atau bilangan dimanapun dan kapanpun. Bilangan merupakan simbol dari banyaknya benda (Slamet Suyanto, 2005: 67). Menurut Yuliani Nurani Sujiono, dkk (2009: 11.11), Bilangan merupakan konsep angka melibatkan pemikiran tentang “berapa jumlahnya atau berapa banyak” termasuk menghitung, menjumlahkan satu tambah satu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Bilangan merupakan inerpretasi manusia dalam menyatakan banyaknya anggota himpunan. Oleh karena itu bilangan dapat dikatakan sebagai suatu ide dan sifatnya abstrak. Bilangan tidak sama dengan angka (Ira Intasari, 2008: 48). Miftachul Jannah (2011) mengungkapkan bawah, “Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau lambang bilangan. Sifat yang esensiil dari lambang bilangan itu ialah bahwa lambang bilangan itu mewakili bilangan. Dalam matematika, konsep bilangan selama bertahuntahun lamanya telah diperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan negatif, bilangan rasional, bilangan irasional, dan bilangan kompleks”. Angka adalah simbol dari suatu bilangan (Slamet Suyanto, 2005: 107). Kari S. Bauer, (2007) menjelaskan bahwa, “Numerals are conventional symbols that represent numbers (e.g., “1” is the numeral for “one”), artinya angka merupakan simbol konvensional yang mewakili angka (misalnya, "1" adalah angka untuk "satu")”. Lebih lanjut Fathani Yahya (2010) menjelaskan bahwa, “Perbedaan angka dan bilangan itu seperti perbedaan seorang individu manusia dengan nama yang melekat pada individunya. Dengan kata lain, ada lima individu, yaitu 1, 2, 3, 4, 5. Masing-masing individu mempunyai nama, 1 = satu, 2 = dua, 3 = tiga, 4 = empat, dan 5 = lima. Jadi yang dinamakan angka adalah 1, 2, 3, 4, 5. Sedangkan bilangan adalah satu, dua, tiga, empat, lima. Agar lebih mudah dalam memahaminya, angka sebenarnya dapat juga disebut sebagai lambang bilangan, yang menyatakan nama dari suatu bilangan tertentu. Contoh: coba mana yang dimaksud angka dan bilangan pada “18”? Misal 18 pada “18” terdapat dua angka, yaitu angka 1 dan angka 8, sedangkan 18 merupakan bilangan yang melambangkan suatu kuantitas (misal: panjang, berat, umur, dan lain-lain). Jadi “1” dan “8” tersebut merupakan angka-angka yang digunakan untuk melambangkan bilangan “18”. Berdasakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bilangan merupakan jumlah, satuan jumlah, simbol dari banyaknya benda. Sementara angka merupakan simbol dari suatu bilangan, angka terdiri dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
c. Perkembangan Mengenal Konsep Bilangan Anak TK Pembelajaran pengenalan matematika penting diberikan anak usia tiga, empat, lima dan enam tahun agar dapat belajar untuk menyukai berpikir dan bernalar secara pengenalan matematika anak TK dan menanamkan di dalam diri kecintaan terhadap pengenalan matematika anak TK. Menurut Depdiknas (2007: 6), mengenal konsep bilangan di TK seyogyanya dilakukan melalui tiga tahap penguasaannya, yaitu antara lain: 1) Penguasaan konsep Pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa konkret, seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan. 2) Masa Transisi Proses berfikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman konkret menuju pengenalan lambang yang abstrak, di mana benda konkret itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Misalnya, ketika guru menjelaskan konsep satu dengan menggunakan benda (satu buah pensil), anak-anak dapat menyebutkan benda lain yang memiliki konsep sama, sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu. 3) Lambang Merupakan visualisasi dari berbagai konsep. Misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan persegi empat untuk menggambarkan konsep bentuk. Selanjutnya, indikator kemampuan mengenal konsep bilangan untuk anak usia 5 sampai 6 tahun atau kelompok B (Depdiknas, 2004: 19), yaitu anak dapat menyebutkan angka 1 sampai 20 secara urut, menunjukkan angka 1 sampai 20 secara acak, menyebutkan angka 1 sampai 20 secara acak, menunjukkan jumlah benda secara urut, mencari angka sesuai dengan jumlah benda, menunjukkan kumpulan beda yang jumlahnya sama, tidak sama, lebih banyak, dan lebih sedikit. Dari uraian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa dengan adanya standar kompetensi pengenalan matematika untuk anak TK dapat membantu dan sebagai panduan guru dalam mengenalkan konsep bilangan anak TK sesuai dengan usianya.
d. Tahapan Pembelajaran Mengenal Konsep Bilangan Anak TK Pada anak usia prasekolah, pembelajaran mengenal konsep bilangan commit to user Dalam menyampaikan materi hanya pengalaman dan bukan penguasaan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
pembelajaran mengenal konsep bilangan untuk anak TK, memerlukan tahapan-tahapan dalam penyampaiannya, dan dilakukan secara bertahap. Menurut Depdiknas (2007: 9), pada anak usia prasekolah, matematika hanya pengalaman dan bukan penguasaan, ikutilah konsep yang harus diperkenalkan pada anak dengan dimulai, yaitu: 1) Korespondensi satu satu Pertama mulai dengan mencoba-coba membilang dari tingkatan yang sangat sederhana. Contoh: satu buku, satu pensil, satu batu dan seterusnya. 2) Pola Pola merupakan kemampuan untuk memunculkan pengaturan sehingga anak mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dua sampai tiga pola yang berurutan. 3) Memilah/menyortir/klasifikasi Anak belajar klafisikasi materi, pengelompokkan berdasarkan atribut, bentuk, ukuran, jenis, warna, dan lain-lain. 4) Membilang Menghafal bilangan merupakan kemampuan mengulang anak-anak yang membantu pemahaman anak tentang arti sebuah angka. Contoh: 1 2 3 4 5 6 7 8 9.....dst 5) Makna angka dan pengenalannya Setiap angka memiliki makna dari benda-benda atau simbol-simbol. Angka dari gambar berikut adalah: ☼ ☼ ☼ = 3 matahari 6) Bentuk Anak dikenalkan pada bentuk-bentuk yang sama/tidak sama, besarkecil, panjang-pendek. 7) Ukuran Anak perlu pengalaman akan mengukur berat, isi, panjang dengan cara mengukur langsung sehingga proses menemukan angka dari sebuah objek. 8) Waktu dan ruang Dua hal ini merupakan bagian dari proses kehidupan sehari-hari. Contoh: Waktu: 1 hari ruang: sempit 2 hari luas 9) Penambahan dan pengurangan Dua hal ini dapat dikenalkan pada anak pra sekolah dengan memanipulasi benda. Contoh: Penambahan ♦♦♦♦ ♦♦ ♦♦♦♦♦♦ 4 2 6 Contoh: Pengurangan ♣♣♣♣♣ ♣♣ commit to user ♣♣♣ 5 2 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Lebih lanjt, Rini Hildayani, dkk (2009: 9.39) menjelaskan bahwa ada 4 cara yang dapat diterapkan pada saat mengajarkan anak-anak berhitung adalah sebagai berikut: 1) The One-one Principle. Dalam mengajarkan berhitung pada anak, angka yang hendak diajarkan hendaknya disebutkan semua satu per satu, tanpa pengulangan, pengurangan, atau perhentian. Misalnya menghitung dari satu sampai sepuluh maka satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh. Semua angka ini harus disebutkan tanpa ada yang diulang agar anak dapat mengingat urutannya dengan tepat. 2) The Stable-Order Principle. Berdasarkan prinsip ini maka bila hendak mengajarkan anak menghitung jumlah maka urutan satu, dua, tiga dan seterusnya harus diucapakan dengan benar sesuai dengan urutannya. Apabila hal ini dilakukan terus menerus maka anak secara otomatis akan mengingat urutan angka yang benar dalam menghitung jumlah. Jangan sekali-sekali mengganti menjadi tiga, dua, satu, atau mengacaknya. 3) The Cardinal Principle. Guru harus ingat untuk selalu mengulang angka terakhir atau jumlah benda yang dihitung. Misalnya menghitung 3 apel maka berdasarkan prinsip stable-order, harus di sebut satu per satu, yaitu satu, dua, tiga dan guru harus menekankan pada angka 3, terakhir menjadi satu, dua, tiga.... tiga apel. 4) The Order-Irrelevance Principle. Penting juga bagi anak untuk mengerti bahwa benda mana yang dihitung terlebih dahulu tidaklah menjadi masalah sehingga anak tidak terpaku pada bendanya, melainkan terbiasa dengan angka 1. Misalnya menghitung buah apel, jeruk, mangga. Anak bisa mulai dari apel, kemudian jerik, kemudian mangga atau urutan yang lain. Dari uraian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa tahapan pembelajaran mengenal konsep bilangan di perlukan pemahaman sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa konkret, proses berfikir dari pemahaman konkret menuju pengenalan lambang yang abstrak, di mana benda konkret itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya.
e. Implementasi Pembelajaran Mengenal Konsep Bilangan Anak TK Anak pada mulanya tidak tahu mengenal konsep bilangan. Oleh karena itu, orang tua dan guru dapat mengenalkan bilangan pada anak dengan menggunakan benda-benda. Berbagai benda yang ada di sekitar lingkungan kita dapat kitacommit gunakantountuk user melatih anak berhitung, berpikir
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
logis dan matematis. Slamet Suyanto (2005: 68) menjelaskan bahwa contoh-contoh kegiatan yang dapat melatih anak mengenal bilangan adalah sebagai berikut: 1) Menghitung dengan jari Tuhan memberi kita jari sedemikan baiknya sehingga merupakan alat menghitung yang paling mudah dan penting. Lima jari dalam satu tangan merupakan bilangan berbasis lima, dua tangan berbasis sepuluh, suatu basis yang amat penting dalam sistem bilangan. Hampir semua orang berlatih berhitung permulaan dengan jari tangannya. 2) Bermain Domino Kartu domino berisi lingkaran yang merepresentasikan bilangan dari kosong sampai 12. Kartu tersebut baik untuk melatih anak menghitung dan mengenal pola. 3) Menghitung benda-benda Orang tua dan guru dapat melatih anak menghitung benda apa saja dan di mana saja. Di jalan, ketika melihat mobil kita dapat bertanya “berapa rodanya” Jadi setiap kesempatan dan ada benda nyata latih anak untuk berhitung. Di kelas, guru dapat menggunakan berbagai benda untuk melatih anak berhitung, seperti manik-manik, biji, permen, atau benda-benda untuk permainan. 4) Menghitung di atas 10 Kesulitan anak menghitung di atas 10 biasanya pada angka 11. Mulai 12 sampai 19, prinsipnya sama yaitu angka tersebut ditambah dengan “belas”, seperti “dua-belas”, “tiga-belas”, dst. Tetapi untuk “sebelas” memang perkecualian, mestinya “satu-belas”. Untuk itu guru perlu memperkenalkan polanya. Jika anak sudah mengetahui polanya menghitung tersebut anak akan dapat menghitung sendiri. 5) Berhitung dengan kelipatan 10 Setelah anak dapat menghitung 1-10, biasanya anak akan melanjutkan sendiri menghitung sampai 20 atau lebih dengan cara belajar pada teman atau orang tuanya. Anak TK kelompok B biasanya ingin menunjukkan kemampuan menghitungnya dengan cara menghitung sebanyak-banyaknya, sampai 100 atau bahkan 1000. Jika anak telah menunjukkan kemampuan tersebut, latihlah anak berhitung dengan basis 10: 10, 20, 30, 40 dst. Biasanya anak juga akan meneruskan sendiri dengan basis 1000: seperti 1000, 2000, 3000, 4000 dst. Hal ini menunjukkan kemampuannya mengenal pola bilangan 1-10, dan mengenal puluhan, ratusan, dan ribuan. 6) Mengenal operasi bilangan Tambah, kurang, kali dan bagi merupakan operasi bilangan yang sangat dasar. Untuk anak TK dapat menambah dan mengurangi serta membandingkan sudah baik. Sebaiknya operasi bilangan deperkenalkan setelahcommit anak memahami to user bilangan dan angka. Anak TK dapat belajar memahami operasi bilangan dengan cara yang amat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
sederhana. Penambahan ditandai dengan kata “membeli, diberikan lagi” dan pengurangan ditandai kata “dimakan, rusak, hilang, pecah, dan mati” Dari uraian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa dengan contoh kegiatan yang dapat melatih anak mengenal bilangan diharapkan anakanak paham dengan konsep bilangan.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian
ini
dilakukan
berdasarkan
pada
penelitian-penelitian
sebelumnya yang relevan, antara lain: 1. Menok Astutik (Universitas Negeri Malang, 2010) melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Pemahaman Konsep Bilangan pada Anak Kelompok A melalui Aktivitas Bermain Benda Lingkungan Sekitar di Taman kanak-kanak Mawar Indah 02 Sidomulyo Kota Batu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan aktivitas bermain benda lingkungan sekitar dapat meningkatkan pemahaman konsep bilangan. Berdasarkan lembar observasi pada siklus I kelancaran anak menyebut urutan bilangan mencapai 64%, kemampuan anak dalam mengenal angka 64%, ketepatan dalam memasangkan angka dengan benda 56%, pada siklus II hasil observasi untu kelancaran menyebut ururtan bilangan meningkat 88%, kemampuan anak mengenal angka meningkat 80%, ketepatan dalam memasangkan benda dengan angka meningkat 76%. Bedasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan aktivitas bermain benda lingkungan sekitar dapat meningkatkan pemahaman konsep bilangan pada anak kelompok A di TK Mawar Indah 02 Sidomulyo Batu. 2. Endriati (Universitas Negeri Malang, 2011) melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Permainan Kartu Bilangan untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak dalam Mengenal Konsep Bilangan 1-10 Kelompok A di TK Dharma Wanita Persatuan 2 Karanganyar Keraton Pasuruan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan kartu bilangan dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok A di TK Dharma commit to user Wanita Persatuan 2 Karanganyar terbukti hasil rata-rata observasi anak mulai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
dari pra tindakan (49%) dengan prosentase (15%), meningkat siklus I (63) dengan prosentase (35%) dan meningkat siklus II (83) (85%) yang terus mengalami peningkatan. 3. Arif Nur Hidayat dengan judul Penerapan Pembelajaran Quantum Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian Pada Siswa Kelas II SDN Kragilan 2 Tahun Pelajaran 2009/2010. Berdasarkan hasil penelitian Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian siswa pada setiap siklus dapat disimpulkan bahwa pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 68 dengan prosentase yang memperoleh nilai di atas KKM adalah 70,6%. Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 72,9 dengan prosentase yang memperoleh nilai di atas KKM adalah 82, 4%. Pada siklus III nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 81,8 dengan prosentase yang memperoleh nilai di atas KKM adalah 94,1%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Menok Astutik, Endriati, dan Arif Nur Hidayat dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat persamaan dengan penelitian ini yaitu meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak TK dan melalui Quantum Learning. Dan juga terdapat perbedaan yaitu Menok Astutik melalui aktivitas bermain benda lingkungan sekitar, Endriati melalui penerapan permainan kartu bilangan dan Arif Nur Hidayat untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa SD. Ada keterkaitan dalam penelitian tersebut sehingga dapat dijadikan acuan oleh peneliti dalam penelitian kemampuan bercerita pada anak. Sehubungan dengan hasil penelitian tersebut maka peneliti mengembangkan penelitian dalam kemampuan kognitif khususnya mengenal konsep bilangan melalui penerapan model Quantum Learning agar dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan anak Taman Kanak-kanak. Melalui penelitian di atas menunjukkan penerapan model Quantum Learning sangat berpengaruh terhadap kemampuan anak baik dalam berbagai commit tokemampuan user aspek kemampuan kognitifnya khususnya mengenal konsep bilangan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dikembangkan penelitian-penelitian yang dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan anak. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Model Quantum Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012.
C. Kerangka Berpikir Kegiatan pengembangan kognitif khususnya mengenal konsep bilangan masih dianggap remeh oleh sebagian orang tua karena orang tua beranggapan bahwa pengembangan kognitif khususnya mengenal konsep bilangan akan berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Hal ini terlihat dari kemampuan anak ketika mendapat giliran memasangkan angkaangka sesuai dengan bendanya di depan kelas. Anak mampu menunjukkan angkaangkanya tetapi anak kesulitan menunjukkan sesuai dengan benda yang melambangkannya karena anak belum memahami bilangan. Mereka sekedar meniru orang tuanya saat anak mulai berbicara. Sehingga kemampuan mengenal konsep bilangan tidak bermakna bagi anak. Berdasarkan tes awal kemampuan mengenal konsep bilangan sebelum tindakan dan diperoleh fakta sebagai berikut dari 15 anak di kelompok B sebanyak 46,66 % atau 7 anak mendapat nilai Tuntas (●), 26,66 % atau 4 anak mendapat nilai setengah Tuntas (√), dan 26,66 % atau 4 anak mendapat nilai Tidak Tuntas (o). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa masih banyak anak yang mendapatkan nilai di bawah kriteria Tuntas yaitu 70 % atau 11 anak dan ini berarti kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur masih tergolong rendah. Selain itu juga disebabkan karena kurangnya motivasi anak dalam mengenal konsep bilangan dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk mengenal konsep bilangan masih bersifat konvensional artinya strategi/model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih biasa-biasa saja, guru mendominasi dalam proses pembelajaran commitdalam to user sehingga anak pasif dan kurang tertarik kegiatan mengenal konsep bilangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Salah satu cara yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang dialami guru dan anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten adalah dengan menerapkan model Quantum Learning mengingat model Quantum Learning merupakan proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif dan berprinsip untuk membawa dunia pembelajar ke dalam dunia pengajar kemudian dikenal dengan konsep TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan). Melalui kolaborasi peneliti dan guru, model Quantum Learning akan diterapkan dengan menggunakan siklus yang melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Peneliti telah melaksanakan 2 siklus penelitian, yaitu siklus I, dan siklus II. Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa model Quantum Learning dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012. Secara skematis kerangka berfikir dapat digambarkan sebagai gambar 2.1 sebagai berikut:
Kondisi awal
A.
Guru belum menggunakan model Quantum Learning
Kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak kelompok B rendah
Siklus I Tindakan
Dalam kegiatan mengenal konsep bilangan guru menggunakan model Quantum Learning Siklus II
Kondisi akhir
Melalui penerapan model Quantum Learning dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak kelompok B
commit to user Berpikir Gambar 2.1. Alur Kerangka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
D. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Melalui Penerapan Model Quantum Learning Dapat Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten, dengan alasan sebagai berikut: a. Pembelajaran melalui penerapan model Quantum Learning belum pernah diteliti di TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten. b. Kemampuan mengenal konsep bilangan di TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten masih rendah. c. Keberadaan sampel memudahkan peneliti untuk memperoleh data. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai dari tahap perencanaan sampai tahap pelaporan hasil pengembangan selama 6 bulan, yakni mulai bulan Januari sampai dengan Juni 2012. Tahap perencanaan akan dilaksanakan pada Januari, tahap pelaksanaan dimulai bulan Maret, tahap analisis data dimulai pada bulan April dan Mei, dan yang terakhir yaitu penyusunan laporan akan dilaksanakan pada akhir bulan Mei dan bulan Juni, adapun rinciannya ada pada tabel 3.1 sebagai berikut (lampiran 1 hal 107).
B. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan jumlah 15 anak, yang terdiri dari 9 anak laki-laki dan 6 anak perempuan.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah commit to akan user diperoleh adalah data langsung deskriptif kualitatif karena data yang
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
tercatat dari hasil kegiatan di lapangan. Sedangkang jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas (Suharsimi Arikunto, 2008: 2). Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah, guru kelas dan peneliti untuk menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik. Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang bertahap dan berkelanjutan sampai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus yang dinamis dengan tindakan yang sama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2008: 18), bahwa PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu (a) perencanaan; (b) pelaksanaan; (c) pengamatan; dan (d) refleksi. 2. Strategi Penelitian Strategi penelitian adalah penelitian tindakan kelas secara rinci diuraikan sebagai berikut: a. Tahap persiapan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1) Membuat skenario pembelajaran 2) Mempersiapkan instrument penelitian 3) Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. 4) Mengajukan solusi alternatif. b. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses pembelajaran sesuai rancangan. Setiap tindakan dan proses pembelajaran tersebut selalu diikuti kegiatan pemantauan. c. Tiap pengamatan dan interprestasi dilakukan dengan mengamati penerapan tindakan pada pembelajaran. Pada tahap interprestasi proses koreksi hasil kerja dilakukan oleh peneliti. Interprestasi ini berguna untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan dapat mengatasi permasalahan yang ada. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
d. Tahap analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan dan interprestasi sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Dari hasil penarikan kesimpulan tersebut, dapat diketahui apakah penelitian ini mencapai keberhasilan atau tidak. Supardi dalam Suharsimi Arikunto (2008: 133)
menjelaskan bahwa refleksi (reflection) adalah
kegiatan mengulas secara kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi (1) pada anak; (2) suasana kelas; dan (guru). Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what extent) intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan.
D. Data dan Sumber Data Data yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji berupa informasi tentang kemampuan mengenal konsep bilangan anak. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber, adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain: 1. Informasi data dari nara sumber yang terdiri dari anak kelompok B dan guru kelas di kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten. 2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya kegiatan bidang pengembangan kognitif khususnya mengenal konsep bilangan melalui penerapan model Quantum Learning. 3. Arsip atau dokumen, yang antara lain berupa Kurikulum, Program Semester, Rencana Kegiatan Harian (RKH), dan buku penilaian mengenal konsep bilangan. 4. Hasil observasi dan wawancara guru dan kepala sekolah tentang pembelajaran mengenal konsep bilangan sebelum dan sesudah tindakan. 5. Tes unjuk kerja pembelajaran mengenal konsep bilangan melalui penerapan model Quantum Learning. 6. Informasi lain tentang kondisi sekolah serta sejarah singkatnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut meliputi pengamatan (observasi), kajian dokumen, dan tes yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Observasi Menurut H.B. Sutopo (2002: 64), teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Dalam teknik observasi ini dapat dibagi menjadi (1) tak berperan sama sekali, (2) observasi berperan yang terdiri dari (a) berperan pasif, (b) berperan aktif, dan (c) berperan penuh (Spradley dalam H.B. Sutopo, 2002: 65). Observasi yang peneliti lakukan adalah observasi berperan serta secara pasif. Observasi ini dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Observasi terhadap guru difokuskan pada kegiatan guru dalam melaksanakan kegiatan bidang pengembangan kognitif khususnya mengenal konsep bilangan. Observasi juga mengamati kegiatan guru dalam menjelaskan kegiatan, memotivasi anak, mengajukan pertanyaan dan menanggapi jawaban anak, mengelola kelas, memberikan latihan dan umpan balik, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar anak. Sementara itu observasi terhadap anak difokuskan pada tingkat partisipasi dan aktivitas anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 2. Kajian Dokumentasi Teknik mencatat dokumen ini oleh Yin dalam H.B. Sutopo (2002: 69) disebut sebagai content analysis, sebagai cara untuk menemukan beragam hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Sedangkan menurut Iskandar
(2008:
219),
dokumentasi
digunakan
untuk
mencari
dan
mengumpulkan data-data berupa teks atau gambar. Kajian dokumen digunakan untuk memperoleh berbagai arsip atau data berupa Kurikulum, Rencana Kegiatan Harian yang dibuat guru, hasil kerja anak dan nilai yang diberikan oleh guru, dan nama responden penelitian pada anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten. Selain itu, saat proses pembelajaran commityang to user berlangsung dilakukan dokumentasi berupa foto dan video.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
3. Tes Unjuk Kerja Menurut Uyu Wahyudin dan Mubiar Agustin (2011: 78), unjuk kerja (performance) adalah penilaian yang menuntut anak untuk melakukan tugas dalam
perbuatan
yang
dapat
diamati,
misalnya
praktik
menyanyi,
memperagakan sesuatu. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tes unjuk kerja merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur sesuatu melalui perbuatan anak, yaitu untuk mengukur kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan. Sehingga akan diketahui kuantitas setelah dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Pemberian tes unjuk kerja dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh anak setelah kegiatan pemberian tindakan. 4. Wawancara Menurut Lexy J. Moleong (2007:186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Teknik ini dilaksanakan untuk memperoleh data dari informasi tentang pembelajaran kognitif khususnya mengenal konsep bilangan. Wawancara dilakukan kepada guru kelompok B dan kepala sekolah TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten.
F. Validitas Data Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas adalah teknik triangulasi. Menurut Lexy J. Moleong (2007:330) “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Berdasarkan pendapat diatas, dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi data dan triangulasi metode. Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
1. Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Untuk menggali data yang sejenis bisa diperoleh dari narasumber (manusia), dari kondisi lokasi, dari aktivitas yang menggambarkan perilaku warga masyarakat atau dari sumber yang berupa catatan atau arsip yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksud. Pada penelitian ini peneliti mendapatkan data perbandingan nilai bidang pengembangan kognitif tentang kegiatan mengenal konsep bilangan dari guru kelas. Peneliti juga mendapatkan data nilai dari pretest kelompok B, selain itu juga beberapa informasi dari guru kelompok B tentang kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok B. Dengan cara ini data sejenis bisa teruji kemantapan dan kebenarannya dari sumber data yang berbeda-beda. 2. Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti bisa menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data yang diperoleh lewat beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya.
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kritis dan interaktif. Adapun teknik analisis kedua yang dipergunakan, yaitu teknik analisis interaktif. Menurut Milles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2009: 246), mengemukakan bahwa dalam proses analisis data interaktif yaitu meliputi tahap: 1) pengumpulan data, 2) reduksi data, 3) penyajian data (display) dan 4) penarikan kesimpulan/verifikasi. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak maka perlu dicatat secara rinci dan teliti. Oleh karena itu perlu diadakan adanya reduksi data. commit to user Data reduction atau reduksi data, berarti merangkum, memilih hal-hal yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Setelah data direduksi, selanjutnya adalah mendisplay data. Display data atau penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Milles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2008 : 249) menyatakan bahwa “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Artinya adalah yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah dilakukan penarikan simpulan (verifikasi). Penarikan simpulan tentang hasil penelitian dilakukan secara bertahap mulai dari simpulan sementara dan dapat berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada pengumpulan data berikutnya. Secara diagramatik, proses siklus pengumpulan data dan anlisis data sampai pada tahap penyajian hasil penelitian, serta pengambilan kesimpulan, seperti gambar 2 di bawah ini:
Gambar 3.1. Komponen dalam analisis data (interactive model) (Sumber: Sugiyono, 2008: 247) Berkaitan dengan kemampuan mengenal konsep bilangan anak, analisis interaktif merupakan kegiatan mengenal konsep bilangan anak yang dilakukan pada survei awal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan mengenal konsep bilangan anak. Setelah kondisi awal diketahui, peneliti commit to user merencanakan siklus tindakan untuk memecahkan masalah. Setiap akhir siklus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
dianalisis kekurangan dan kelebihannya sehingga dapat diketahui peningkatan kemampuan mengenal konsep bilangan anak pada setiap siklusnya.
H. Indikator Kinerja Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten dengan model Quantum Learning. Indikator penelitian ini bersumber dari Kurikulum KTSP bidang pengembangan kognitif Kelompok B dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu Tuntas dengan simbol tanda lingkaran penuh (
). Menurut Depdiknas (2004: 7), Hal ini sesuai
dengan prosedur penilaian di Taman Kanak-kanak sebagai berikut: 1. Anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan dan belum dapat memenuhi kemampuan (indikator) seperti yang diharapkan pada RKH, maka pada kolom tersebut dituliskan nama anak dan tanda lingkaran kosong (
).
2. Anak yang perilakunya melebihi yang diharapkan dan dapat menunjukkan kemampuan melebihi kemampuan (indikator) yang tertuang dalam RKH, maka kolom tersebut ditulis nama anak dan tanda lingkaran berisi penuh ( ). Tanda ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa anak mampu melakukan/menyelesaikan tugas tanpa bantuan guru. 3. Apabila hasil penilaian pada perkembangan anak dalam 1 bulan pada RKH cenderung seimbang perolehan bulatan penuh dan bulatan kosong maka hasilnya berupa tanda cek ( √ ) yang kemudian dipindahkan dalam rangkuman bulanan. Namun dalam penelitian ini direncanakan dua siklus yang tiap siklusnya dilaksanakan 3 kali pertemuan, maka hasil perkembangan anak pada poin 3 di atas akan dirangkum pada setiap siklusnya. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan mengenal konsep bilangan anak mencapai rata-rata kelas dengan nilai Tuntas berupa simbol lingkaran penuh ( ), dengan kriteria pencapaian pada siklus I sebesar 70% dan pada siklus II sebesar 75% dari jumlah anak (Siswojo, 1981: commit to user 15).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Supardi dalam Suharsimi Arikunto (2008: 104). Prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan ebagai berikut: (a) perencanaan (planning); (b) penerapan tindakan (action); (c) mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation); dan (d) melakukan refleksi (reflecting). Dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).
Perencanaan
Refleksi 1
Siklusi I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi 2
Siklusi II
Pelaksanaan
Pengamatan ?
Gambar 3.2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2008: 16) Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam tahap-tahap sebagai berikut: 1. Rancangan Siklus I a. Tahap Perencanaan Tindakan Adapun langkah yang dilakukan tahap ini adalah: commitpada to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
1) Menentukan sub tema dan indikator 2) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan model Quantum Learning. 3) Mengembangkan skenario pembelajaran 4) Menyusun Lembar Kerja Anak 5) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung 6) Membuat lembar observasi anak dan guru untuk melihat bagaimana kegiatan belajar mengajar di kelompok B yang meliputi kegiatan guru dan anak ketika belajar dengan model Quantum Learning 7) Membuat lembar penilaian unjuk kerja anak yaitu instrumen kepahaman mengenal konsep bilangan. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Kegiatan Awal 1) Mengucapkan salam 2) Berdoa 3) Mengabsen anak 4) Memeriksa kesiapan anak untuk kegiatan berikutnya 5) Apersepsi:
Guru
menyampaikan
materi
yang
akan
disampaikan
dan
dilanjutkan dengan bernyanyi (sesuai tema)
Guru meminta anak untuk berhitung angka 1 sampai 20
Kegiatan Inti: 1) Guru menyuruh anak menunjukkan angka yang di sukai pada kalender. 2) Anak dan guru bertanya jawab tentang angka yang disukai kemudian anak menulis angka tersebut di papan tulis. 3) Anak
memasangkan
angka
sesuai
dengan
benda
melambangkannya. 4) Guru memberikan penjelasan tentang bagaimana mengerjakannya 5) Hasil kerja anak dibahas bersama-sama, sampai waktu habis commit to user 6) Guru mengadakan evaluasi
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Kegiatan Akhir 1) Guru memberikan ulasan terhadap kegiatan hari ini dan dilanjutkan tanya jawab, kemudian bernyanyi 2) Guru memberi reward berupa stempel bintang kepada anak yang berani maju ke depan pada saat kegiatan inti 3) Berdoa mau pulang dan salam c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran aktivitas guru dan anak selama penggunaan model Quantum Learning. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga melakukan wawancara dengan para anak mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu ditanyakan pada anak untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. d. Tahap Refleksi Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan pelaksanaan tindakan. 2. Rancangan Siklus II a. Tahap Perencanaan Tindakan 1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah 2) Menentukan sub tema dan indikator 3) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan model Quantum Learning. 4) Mengembangkan skenario pembelajaran 5) Menyusun Lembar Kerja Anak 6) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung 7) Membuat lembar observasi anak dan guru untuk melihat bagaimana kegiatan belajar mengajar di kelompok B yang meliputi kegiatan guru dan anak ketika belajar melalui model Quantum Learning 8) Membuat lembar penilaian unjuk kerja anak yaitu instrumen user kepahaman mengenal commit konsep to bilangan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
b. Tahap pelaksanaan Tindakan 1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I 2) Guru menerapkan pembelajaran dengan model Quantum Learning 3) Anak belajar dalam situasi pembelajaran dengan model Quantum Learning 4) Memantau perkembangan kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok B c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran aktivitas guru dan anak selama penggunaan model Quantum Learning. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga melakukan wawancara dengan para anak mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu ditanyakan pada anak untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. d. Tahap Refleksi Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan melalui model Quantum Learning pada anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan Penelitian ini dilakukan pada anak kelompok B dengan jumlah 15 anak, yang terdiri dari 9 anak laki-laki dan 6 anak perempuan dengan guru kelas yang bernama Ibu Sunarti. Melalui proses pembelajaran sehari-hari, peneliti sekaligus melakukan kegiatan awal yaitu mengadakan kegiatan survei awal untuk mengetahui keadaan nyata di lapangan serta mencari informasi dan menemukan berbagai kendala yang dihadapi sekolah dalam proses pembelajaran anak. Akhirnya peneliti menemukan suatu masalah di kelompok B yaitu mengenai kegiatan pengembangan kognitif anak khususnya mengenal konsep bilangan. Melalui proses pembelajaran sehari-hari di kelompok B, peneliti menemukan bahwa kebanyakan anak belum paham mengenal konsep bilangan dengan baik. Hal ini disebabkan karena kurangnya motivasi anak dalam mengenal konsep bilangan dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk mengenal konsep bilangan masih bersifat konvensional artinya strategi/model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih biasa-biasa saja, guru mendominasi dalam proses pembelajaran sehingga anak pasif dan kurang tertarik dalam kegiatan mengenal konsep bilangan. Selain itu orang tua masih menganggap remeh mengenal konsep bilangan dikarenakan pihak orang tua sendiri tidak mempunyai kompetensi dan sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak kurang perhatian. Peneliti melakukan observasi mendalam dan mulai pendekatan sekaligus melakukan wawancara dengan guru kelas. Ternyata benar menunjukkan bahwa anak kelompok B masih pasif ketika kegiatan mengenal konsep bilangan. Melalui hasil observasi awal dan wawancara terhadap guru kelas serta kepala sekolah, maka peneliti melakukan tes awal kemampuan mengenal konsep bilangan sebelum tindakan (pretest) dan diperoleh fakta bahwa dari 15 anak di kelompok B sebanyak 46,66% atau 7 anak mendapat nilai Tuntas (●), 26,66% atau 4 anak mendapat nilai setengah Tuntas (√), dan 26,66% atau 4 anak mendapat nilai Tidak Tuntas (o).commit Berdasarkan to user data tersebut dapat disimpulkan
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
bahwa masih banyak anak yang mendapatkan nilai di bawah kriteria Tuntas yaitu 73,33% atau 11 anak dan ini berarti kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur masih tergolong rendah. Selengkapnya berikut ini adalah hasil tes awal kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok B yang ditujukkan pada tabel 4.1 (lampiran 60 hal 233). Berdasarkan daftar nilai tes kemampuan awal mengenal konsep bilangan kelompok B tersebut dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut ini: Tabel 4.2. Frekuensi Nilai Tes Kemampuan Awal Mengenal Konsep Bilangan Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Pra Tindakan
Interval 0,1-1,0 1,0-2,0 2,0-3,0 3,0-4,0 Jumlah
Frekuensi (fi) 4 4 6 1 15
Nilai tengah (xi) 0,55 1,5 2,5 3,5
fi.xi Prosentase 2,2 26,66% 6 26,66% 15 40,00% 3,5 6,66% 26,7 100,00% Nilai Rata-rata = 29,25 : 15 = 1,95 Ketuntasan Klasikal = 7 : 15 x 100% = 46,66%
Keterangan Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas
Melalui tabel 4.2 tersebut di atas frekuensi nilai tes kemampuan awal mengenal konsep bilangan kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten sebelum diadakan tindakan melalui penerapan model Quantum Learning, dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut ini:
commit to user
0,1-1,0
1,0-2,0
6.66%
26,66%
7 6 5 4 3 2 1 0
40%
digilib.uns.ac.id 47
26,66%
frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id
2,0-3,0
3,0-4,0
Interval Gambar 4.1. Grafik Nilai Tes Kemampuan Awal Mengenal Konsep Bilangan Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Pra Tindakan Berdasarkan grafik pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok B masih rendah. Dapat dilihat bahwa anak yang mendapat kriteria tuntas (●) sebanyak 7 anak atau 46,66 % dengan nilai 2,0-3,0 dan 3,0-4,0. Sedangkan prosentase anak yang tidak tuntas sebanyak 53,33% yakni 8 anak dengan nilai 0,1-1,0 dan 1,0-2,0 dengan rincian 4 anak mendapat kriteria tidak tuntas (o) dan 4 anak mendapat kriteria Setengah Tuntas (√) (lihat Tabel 4.2). Selain itu melalui hasil tes awal kemampuan mengenal konsep bilangan tersebut, hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa proses pembelajaran dalam kegiatan mengenal konsep bilangan kelompok B masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat melalui hasil observasi proses pembelajaran meliputi guru mengajar dan aktivitas anak. Penilaian observasi guru mengajar ini terbagi menjadi dua bentuk penilaian yaitu penilaian RKH (Rencana Kegiatan Harian) yang menilai perencanaan kegiatan guru dan kelengkapan materi ajar atau instrumen yang diperlukan dalam kegiatan tersebut, serta penilaian guru mengajar yang menilai bagaimana guru menerapkan RKHnya dalam kegiatan secara keseluruhan. Seldangkan, kedua bentuk penilaian tersebut dirangkum sehingga mendapatkan hasil penilaian observasi guru mengajar secara keseluruhan. Di dalam penilaian RKH terdapat 8 indikator yang diamati dan berikut commit to userperumusan tujuan pembelajaran penilaian sesuai indikatornya: (1) kejelasan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
mendapat nilai kurang baik, (2) pemilihan materi ajar dalam kriteria kurang baik, (3) pengorganisasian materi ajar dalam kriteria baik, (4) pemilihan sumber/media pembelajaran dalam kriteria kurang, (5) kejelasan skenario pembelajaran dalam kriteria baik, (6) kerincian skenario pembelajaran dalam kriteria baik, (7) kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran dalam kriteria kurang baik, dan (8) kelengkapan instrumen mendapat kriteria baik. Hasil penilaian RKH dari observasi adalah 2,5. Selanjutnya dalam penilaian observasi guru mengajar, terbagi dalam 3 indikator inti yakni indikator dalam Pra Kegiatan, Kegiatan Awal, Kegiatan Inti dan Kegiatan Akhir atau Penutup. Hasil observasi guru mengajar dapat dilihat dalam tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3. Penilaian Observasi Guru Mengajar Pra Tindakan
No I II III
INDIKATOR Pra Kegiatan Kegiatan Awal Kegiatan inti A. Penguasaan materi pelajaran B. Pendekatan/strategi pembelajaran C. Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran D. Pembelajaraan yang memicu dan memelihara keterlibatan anak E. Penilaian proses dan hasil F. Penggunaan bahasa Kegiatan Akhir
IV Jumlah Rata-rata= 24 : 9 Rata-rata Guru Mengajar Keseluruhan = (Penilaian RKH + Penilaian Observasi Guru Mengajar): 2 Rata-rata Guru Mengajar keseluruhan = (2,5+ 2,66) : 2
SKOR RATA-RATA 3 3 3 2,5 2 2 2,5 3 3 24 2,66
2,58
Tabel 4.3 menunjukkan hasil observasi guru mengajar secara keseluruhan adalah 2,58.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Selain dari penilaian observasi guru mengajar secara keseluruhan, penilaian terhadap proses pembelajaran juga diperoleh melalui observasi terhadap aktivitas anak dalam proses pembelajaran berlangsung. Penilaian ini terbagi menjadi 3 Indikator inti yaitu keaktifan anak, keseriusan dalam belajar dan ketepatan memasangkan. Hasil observasi aktivitas anak dapat dilihat dari tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4. Penilaian Observasi Aktivitas Anak Kondisi Awal
No I II III
SKOR RATA-RATA
INDIKATOR Keaktifan Anak Keseriusan dalam Belajar Ketepatan memasangkan
2 2 2
Jumlah Rata-rata = 6 : 3 Tabel
diatas,
menunjukkan
6 2 skor
aktivitas
anak
dalam
proses
pembelajaran adalah 2. Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran sebelum tindakan yang meliputi hasil awal kemampuan mengenal konsep bilangan anak, observasi guru dan aktivitas anak, maka dapat peneliti simpulkan bahwa kemampuan mengenal konsep bilangan anak beserta proses pembelajaran kegiatan mengenal konsep bilangan kelompok B di TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten masih rendah. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peneliti berusaha meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan melalui penerapan model Quantum Learning pada anak kelompok B di TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten, dengan indikator ketercapaian masing-masing aspek tersebut sebesar 70%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus Penelitian melakukan tindakan untuk mengatasai permasalahan yang terjadi terkait dengan kegiatan mengenal konsep bilangan anak. Tindakan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Waktu dalam penelitian ini dilaksanakan dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir, yaitu mulai dari jam 7.30-10.00. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observation), dan (4) refleksi (reflection).
1. Tindakan Siklus I Siklus I dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, dimulai dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Pertemuan ini berlangsung pada hari: Selasa, 17 April 2012; Kamis, 19 April 2012; dan Senin, 23 April 2012. Adapun langkah dalam Siklus I dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning) Pada perencanaan ini dilakukan observasi terhadap proses kegiatan pengembangan kognitif khususnya mengenal konsep bilangan yang dilaksanakan di kelompok B untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran berlangsung. Di samping itu mencatat hasil belajar anak berupa nilai formatif kemampuan mengenal konsep bilangan anak. Berdasarkan hasil observasi tersebut diketahui bahwa model pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk mengenal konsep bilangan masih bersifat konvensional artinya strategi/model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih biasa-biasa saja, guru mendominasi dalam proses pembelajaran sehingga anak pasif dan kurang tertarik dalam kegiatan mengenal konsep bilangan. Selain itu orang tua masih menganggap remeh mengenal konsep bilangan dikarenakan pihak orang tua sendiri tidak mempunyai kompetensi dan sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak kurang perhatian dan kurangnya motivasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Sedangkan media/alat peraga dalam mengenal konsep bilagan yang dilakukan oleh guru selama ini adalah tanpa media/alat peraga yang nyata dan guru masih menggunakan majalah LKA (Lembar Kerja Anak) sehingga ini membuat anak-anak tidak bermakna dalam mengenal konsep bilangan dan anak mudah bosan serta tidak fokus. Maka penilaian proses dalam menilai kemampuan anak dalam bentuk tes unjuk kerja pernah dilakukan oleh guru tetapi guru lebih dominan. Oleh karena itu, peneliti melakukan tes unjuk kerja sebelum tindakan di kelompok B ini dan memperoleh data bahwa sebanyak 46,66% anak kelompok B belum memenuhi
kriteria
tuntas
dalam
kemampuan
mengenal
konsep
bilangannya. Lebih lanjut berikut rangkaian tahap perencanaan yang peneliti laksanakan, antara lain: 1) Menentukan pokok bahasan atau memilih Kompetensi Dasar atau indikator yang sesuai dengan pengembangan kognitif anak khususnya mengenal konsep bilangan. Alasan memilih kompetensi dasar atau indikator tersebut adalah: a) Kompetensi
dasar
atau
indikator
pengembangan
kognitif
khususnya mengenal konsep bilangan tersebut nantinya dapat dipergunakan dalam meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan lebih lanjut. b) Pemilihan kompetensi dasar atau indikator dalam kegiatan mengenal konsep bilangan didasarkan pada kurikulum yang berlaku. 2) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) Rencana Kegiatan Harian (RKH) disusun dan dibuat masing-masing untuk 3 kali petemuan sesuai dengan tema dan subtema yang sedang berlangsung di TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten saat penelitian berlangsung. Tiap pertemuan dilakukan dalam sehari penuh mencangkup kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Pada siklus commit to user 17, 19 dan 23 April 2012. RKH pertama dilaksanakan pada tanggal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
ini mencakup penentuan: Kompetensi dasar, indikator, kegiatan, rincian waktu, media/alat peraga, dan evaluasi serta dilengkapi dengan skenario pembelajaran beserta instrumen untuk kelengkapan RKH berupa Lembar Kerja Anak (LKA) dan format penilaian. Rencana Kegiatan Harian (RKH) terlampir. 3) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a) Ruang belajar Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa digunakan setiap hari. b) Model Quantum Learning Model Quantum Learning yang peneliti terapkan setiap pertemuan berbeda sesuai dengan sub temanya, namun saling berkaitan. c) Media/Alat peraga. Media/Alat peraga yang peneliti gunakan setiap pertemuan berbeda sesuai dengan sub temanya, namun saling berkaitan. Media pembelajarannya berupa benda-benda nyata dalam kegiatan pembelajaran mengenal konsep bilangan. d) Lembar Kerja Anak (LKA) Lembar Kerja Anak (LKA) ini selain dalam kegiatan pembelajaran
mengenal
konsep
bilangan,
namun
juga
dipersiapkan LKA untuk perkembangan yang lain misalnya LKA untuk kegiatan perkembangan bahasa, psikomotorik dan pembiasaaan yang berkaitan dengan tema hari itu. Dimana LKA ini dikerjakan secara individu dengan tujuan ketika ada anak yang maju ke depan kelas untuk tes unjuk kerja, anak yang lain memiliki kesibukan sehingga tidak mengganggu anak yang maju. LKA yang digunakan peneliti membuat sendiri yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
kemudian dikonsultasikan kepada guru kelas. Lembar Kerja Anak (LKA) terlampir. e) Reward untuk anak Reward yang diberikan untuk anak adalah berupa stempel bintang. Disusun sedemikian rupa menjadi 4 bentuk, mulai dari stempel 4 bintang, 3 bintang, 2 bintang dan 1 bintang dengan kriteria sebagai berikut: (1) Stempel 4 bintang untuk kriteria Baik Sekali = (2) Stempel 3 bintang untuk kriteria Baik = (3) Stempel 2 bintang untuk kriteria Kurang Baik = (4) Stempel 1 bintang untuk kriteria Tidak Baik = 4) Menyiapkan perangkat pengambilan data (instrumen penelitian). Instrumen penelitian yang dipersiapakan berupa penilaian tes unjuk kerja anak, penilaian guru meliputi penilaian RKH dan penilaian observasi guru mengajar, serta observasi aktivitas anak dalam proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan (acting) Tahapan ini guru melaksanakan kegiatan pengembangan kognitif khususnya mengenal konsep bilangan melalui penerapan model Quantum Learning dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah disusun. Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Berikut ini rincian disetiap pertemuannya: 1) Pertemuan 1 Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 April 2012 dilaksanakan dalam seluruh kegiatan mulai pukul 07.30 sampai 10.00. Tema yang disajikan dalam kegiatan hari tersebut adalah Air, Udara dan Api dengan subtema Guna Air. Tema dan subtema ini mengikuti jadwal Tema yang sedang berlangsung di TK Aisyiyah 05 Sungkur. Media/alat peraga yang disediakan dalam kegiatan committentang to user salah satu guna air, begitu pula mengenal konsep bilangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
dengan LKA disesuaikan dengan subtema. LKA yang dipersiapkan ada 3 dengan 3 aspek pengembangan (LKA terlampir). Model Pembelajaran yang digunakan adalah model Quantum Learninng dengan konsep TANDUR, yang meliputi: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Sebelum kegiatan dimulai,
guru
(peneliti)
menyiapkan
sarana
prasarana
yang
dipersiapkan, kemudian mengatur ruangan dan tempat duduk bagi anak dan observer. Setelah anak-anak berbaris dan berdoa bersama-sama dengan panduan peneliti dan guru kelas. Kegiatan pembelajaran di kelas dimulai dengan salam dan sapa, kemudian praktikan mengajak anakanak bernyanyi lagu “Assalamu‟alaikum“, lagu “Alloh Pencipta” dan lagu “Disini senang di sana senang”. Kemudian anak melakukan absensi, untuk pertemuan pertama anak-anak masuk semua. Setelah anak terkondisi sebelum praktikan memulai apersepsi pada tema hari ini, guru menunjukkan stempel bintang dan bertanya pada anak-anak “Siapa yang mau dapat bintang hari ini?” dan anak pun mulai antusias dan memperhatikan dengan seksama. Sesuai dengan konsep T (Tumbuhkan) pada Quantum Learning untuk apersepsi, guru melakukan tanya jawab tentang guna air dan dilanjutkan bernyanyi yang berjudul “Tik tik bunyi hujan”. Selanjutnya guru menunjukkan gelas berisi air dan kartu angka 1-10 di depan kelas dan menumbuhkan rasa ingin tahu anak dengan tanya jawab sederhana dan menunjuk 2 anak maju untuk memegang setiap gelas berisi air dan kartu angka 1-10. Saat anak semua sudah terfokus melihat 2 anak yang memegang setiap media/alat perga tersebut, guru memulai dengan bertanya secara klasikal “Ada berapa gelas berisi air itu?”, “Yang mana angka 6, coba di cari pada kartu angka ini?”, dan “Siapa yang bisa menulis angka 6?‟. Kemudian membimbing anak untuk berhitung, mencari angka dan menulis angka di whiteboard. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Kemudian guru menjelaskan aturan cara mengerjakan tugas hari ini, sebagai berikut: a) Guru menjelaskan tugas pertama mengerjakan LKA 1 yaitu untuk bidang pengembangan Kognitif, LKA 2 yaitu untuk bidang pengembangan Bahasa dan LKA 3 yaitu untuk bidang pengembangan Psikomotor (halus dan kasar). b) Memasangkan angka sesuai jumlah bendanya dikerjakan sendiri oleh anak. c) Jika sudah selesai maju tiap anak mengerjakan tugas selanjutnya. d) Bagi anak yang mengerjakan tugas dengan baik mendapat stempel bintang dengan jumlah bervariatif yaitu 1-4 bintang sesuai kesepakatan bersama. e) Sementara anak yang satu maju, anak yang lain mengerjakan tugas pada LKA selanjutnya sehingga tidak mengganggu proses memasangkan angka dengan benda anak dan guru dapat melaksanakan pengamatan dengan baik. Langkah
selanjutnya
A
(Alami)
yaitu
anak
mengerjakan
memasangkan angka 1-10 dengan gelas berisi air.
Kemudian N
(Namai) yaitu anak mengerjakan menebalkan kalimat “ibu mencuci baju”. Konsep Quantum Learning yang selanjutnya yaitu D (Demonstrasikan), pada tahap ini anak mengerjakan membuat cangkir dari lidi. Saat kegiatan inti guru memantau tiap anak, dan membantu anak menuliskan namanya di lembar kerja. Pada pertemuan pertama ini anak masih kebingungan dengan aturan main, jadi guru membantu mengarahkan apa yang harus dikerjakan oleh masing-masing anak. Ketika ada anak yang selesai guru membimbing anak itu untuk maju dan mesangkan angka 1-10 dengan gelas berisi air secara bergiliran. Serta memberi arahan pada anak yang lain untuk mengambil LKA selanjutnya jika sudah selesai mengerjakan LKA memasngkan angka commit user lupa guru melakukan penilaian 1-10 dengan gelas berisi air.toTidak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
ketika anak memasangkan angka 1-10 dengan gelas berisi air. Kemudian setelah selesai kegiatan inti, diselingi istirahat yang sebelumnya membimbing anak untuk berdoa sebelum makan. Kegiatan akhir peneliti mulai dengan memfokuskan anak dengan mengajak bernyanyi yang dilanjutkan dengan doa sesudah makan. Selanjutnya U (Ulangi), yaitu guru mengulas kegiatan hari ini dengan bertanya kepada anak siapa yang bisa mengerjakan tugas dengan baik dan kemudian bersama-sama menghitung gelas berisi air 1-10. Dan yang terakhir perlu R (Rayakan), yaitu memberikan reward stempel bintang bagi anak yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik. Menutup kegiatan hari ini dengan berdoa, salam dan pulang. 2) Pertemuan 2 Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 19 April 2012 dilaksanakan dalam seluruh kegiatan mulai pukul 07.30 sampai 10.00. Tema yang disajikan masih sama seperti pertemuan 1 yaitu Air, Udara dan Api namun dengan subtema yang berbeda yakni Guna udara. Media/alat peraga yang disediakan dalam kegiatan mengenal konsep bilangan tentang salah satu guna udara, begitu pula dengan LKA disesuaikan dengan subtema. LKA yang dipersiapkan ada 3 dengan 3 aspek pengembangan (LKA terlampir). Model Pembelajaran yang digunakan adalah model Quantum Learninng dengan konsep TANDUR, yang meliputi: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Sebelum kegiatan dimulai, guru (peneliti) menyiapkan sarana prasarana yang dipersiapkan, kemudian mengatur ruangan dan tempat duduk bagi anak dan observer. Setelah anak-anak berbaris dan berdoa bersama-sama dengan panduan peneliti dan guru kelas. Kegiatan pembelajaran di kelas dimulai dengan salam dan sapa, kemudian praktikan mengajak anakto user anak bernyanyi lagu commit “Assalamu‟alaikum“, lagu “Alloh Pencipta” dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
lagu “Disini senang di sana senang”. Kemudian anak melakukan absensi, untuk pertemuan pertama anak-anak masuk semua. Setelah anak terkondisi sebelum praktikan memulai apersepsi pada tema hari ini, guru menunjukkan stempel bintang dan bertanya pada anak-anak “Siapa yang mau dapat bintang hari ini?” dan anak pun mulai antusias dan memperhatikan dengan seksama. Sesuai dengan konsep T (Tumbuhkan) pada Quantum Learning untuk apersepsi, guru melakukan tanya jawab tentang guna udara, bagaimana anak-anak hidup tanpa udara dan dilanjutkan bernyanyi yang berjudul “Udara cerah” dan lagu “Balonku”. Selanjutnya guru menunjukkan balon dan kartu angka 11-20 di depan kelas dan menumbuhkan rasa ingin tahu anak dengan tanya jawab sederhana dan menunjuk 2 anak maju untuk memegang setiap balon dan kartu angka 11-20. Saat anak semua sudah terfokus melihat 2 anak yang memegang setiap media/alat peraga tersebut, guru memulai dengan bertanya secara klasikal “Ada berapa balon air itu?”, “Yang mana angka 14, coba di cari pada kartu angka ini?”, dan “Siapa yang bisa menulis angka 14?‟. Kemudian membimbing anak untuk berhitung, mencari angka dan menulis angka di whiteboard. Kemudian guru menjelaskan aturan cara mengerjakan tugas hari ini sama seperti sebelumnya. Langkah
selanjutnya
A
(Alami)
yaitu
anak
mengerjakan
memasangkan angka 11-20 dengan balon. Kemudian N (Namai) yaitu anak mengerjakan merangkai huruf “bernapas”. Konsep Quantum Learning yang selanjutnya yaitu D (Demonstrasikan), pada tahap ini anak mengerjakan mencocok gambar balon udara. Saat kegiatan inti guru memantau tiap anak, dan membantu anak menuliskan namanya di lembar kerja. Pertemuan kedua ini anak sudah mengerti dan tidak ada keributan yang berarti. Ketika ada anak yang selesai guru membimbing anak itu untuk maju dan memasangkan angka 11-20 dengan balon secara bergiliran. Serta commit to user memberi arahan pada anak yang lain untuk mengambil LKA
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
selanjutnya jika sudah selesai mengerjakan LKA memasangkan angka 11-20 dengan balon. Tidak lupa guru melakukan penilaian ketika anak memasangkan angka 11-20 dengan balon. Kemudian setelah selesai kegiatan inti, diselingi istirahat yang sebelumnya membimbing anak untuk berdoa sebelum makan. Kegiatan akhir peneliti mulai dengan memfokuskan anak dengan mengajak bernyanyi dan tepuk yang dilanjutkan dengan doa sesudah makan. Selanjutnya U (Ulangi), yaitu guru mengulas kegiatan hari ini dengan bertanya kepada anak siapa yang bisa mengerjakan tugas dengan baik dan kemudian bersama-sama menghitung balon 11-20. Dan yang terakhir perlu R (Rayakan), yaitu memberikan reward stempel bintang bagi anak yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik. Menutup kegiatan hari ini dengan berdoa, salam dan pulang. 3) Pertemuan 3 Pertemuan 3 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 April 2012 dilaksanakan dalam seluruh kegiatan mulai pukul 07.30 sampai 10.00. Tema yang disajikan masih sama seperti pertemuan 1 dan 2 yaitu Air, Udara dan Api namun dengan subtema yang berbeda yakni Guna api. Media/alat peraga yang disediakan dalam kegiatan mengenal konsep bilangan tentang salah satu guna api, begitu pula dengan LKA disesuaikan dengan subtema. LKA yang dipersiapkan ada 3 dengan 3 aspek pengembangan (LKA terlampir). Model Pembelajaran yang digunakan adalah model Quantum Learninng dengan konsep TANDUR, yang meliputi: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Sebelum kegiatan dimulai,
guru
(peneliti)
menyiapkan
sarana
prasarana
yang
dipersiapkan, kemudian mengatur ruangan dan tempat duduk bagi anak dan observer. Setelah anak-anak berbaris dan berdoa bersama-sama dengan user Kegiatan pembelajaran di kelas panduan peneliti dancommit guru to kelas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
dimulai dengan salam dan sapa, kemudian praktikan mengajak anakanak bernyanyi lagu “Assalamu‟alaikum“, lagu “Alloh Pencipta” dan lagu “Disini senang di sana senang”. Kemudian anak melakukan absensi, untuk pertemuan pertama anak-anak masuk semua. Setelah anak terkondisi sebelum praktikan memulai apersepsi pada tema hari ini, guru menunjukkan stempel bintang dan bertanya pada anak-anak “Siapa yang mau dapat bintang hari ini?” dan anak pun mulai antusias dan memperhatikan dengan seksama. Sesuai dengan konsep T (Tumbuhkan) pada Quantum Learning untuk apersepsi, guru melakukan tanya jawab tentang guna api, bahaya api dan dilanjutkan bernyanyi yang berjudul “Bahaya api” dan lagu “Kembang api”. Selanjutnya guru menunjukkan batang korek api dan kartu angka 1-20 di depan kelas dan menumbuhkan rasa ingin tahu anak dengan tanya jawab sederhana dan menunjuk 2 anak maju untuk memegang setiap batang korek api dan kartu angka 1-20. Saat anak semua sudah terfokus melihat 2 anak yang memegang setiap media/alat peraga tersebut, guru memulai dengan bertanya secara klasikal “Ada berapa batang korek api itu?”, “Yang mana angka 18, coba di cari pada kartu angka ini?”, dan “Siapa yang bisa menulis angka 18?‟. Kemudian membimbing anak untuk berhitung, mencari angka dan menulis angka di whiteboard. Kemudian guru menjelaskan aturan cara mengerjakan tugas hari ini sama seperti sebelumnya. Langkah selanjutnya A (Alami) yaitu anak mengerjakan memasangkan angka 1-20 dengan batang korek api. Kemudian N (Namai) yaitu anak mengerjakan menulis kata “bara api”. Konsep Quantum Learning yang selanjutnya yaitu D (Demonstrasikan), pada tahap ini anak menggambar lilin dengan yeknik kolase dengan kapas. Kegiatan inti guru memantau tiap anak, dan membantu anak menuliskan namanya di lembar kerja. Pertemuan ketiga ini anak sudah mengerti dan tidak ada keributan yang berarti. Ketika ada anak to user anak itu untuk maju dan yang selesai gurucommit membimbing
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
memasangkan angka 1-20 dengan batang korek api secara bergiliran. Serta memberi arahan pada anak yang lain untuk mengambil LKA selanjutnya jika sudah selesai mengerjakan LKA memasangkan angka 1-20 dengan batang korek api. Tidak lupa guru melakukan penilaian ketika anak memasangkan angka 1-20 dengan batang korek api. Kemudian setelah selesai kegiatan inti, diselingi istirahat yang sebelumnya membimbing anak untuk berdoa sebelum makan. Kegiatan akhir peneliti mulai dengan memfokuskan anak dengan mengajak bernyanyi dan tepuk yang dilanjutkan dengan doa sesudah makan. Selanjutnya U (Ulangi), yaitu guru mengulas kegiatan hari ini dengan bertanya kepada anak siapa yang bisa mengerjakan tugas dengan baik dan kemudian bersama-sama menghitung batang korek api 1-20. Dan yang terakhir perlu R (Rayakan), yaitu memberikan reward stempel bintang bagi anak yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik. Menutup kegiatan hari ini dengan berdoa, salam dan pulang.
c. Observasi (observation) Tahap observasi dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan model Quantum Learning dimana acuan observasi menggunakan alat bantu berupa lembar observasi yang berisi instrumen-instrumen yang dibutuhkan dalam penilaian ini. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai proses pembelajaran secara keseluruhan yang mencangkup observasi guru mengajar dan aktivitas anak selama proses pembelajaran berlangsung. Uraian observasi tiap pertemuan pada siklus I sebagai berikut: 1) Pertemuan 1 Observasi Guru Mengajar meliputi penilaian RKH sebagai berikut: (1) kejelasan perumusan tujuan pembelajaran mencapai kriteria baik, (2) pemilihan materi ajar mencapai kriteria baik, (3) pengorganisasian to user materi ajar mencapaicommit kriteria baik, (4) pemilihan sumber/media
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
pembelajaran
mendapat
kriteria
baik,
(5)
kejelasan
skenario
pembelajaran
mendapat
kriteria
baik,
(6)
kerincian
skenario
pembelajaran mendapat kriteria baik, (7) kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran mendapat kriteria baik, dan (8) kelengkapan instrumen mendapat kriteria Baik. Sehingga hasil penilaian RKH dari observasi oleh observer adalah 3. Hasil penilaian secara detail terlampir. Sedangkan dalam penilaian observasi guru mengajar, terbagi dalam 3 indikator inti yakni indikator dalam Sebelum Kegiatan, Kegiatan Awal, Kegiatan Inti dan Kegiatan Akhir atau Penutup. Hasil observasi guru mengajar dapat dilihat dalam tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5. Penilaian Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 1 No
INDIKATOR
I II III
Pra Kegiatan Kegiatan Awal Kegiatan inti A. Penguasaan materi pelajaran B. Pendekatan/strategi pembelajaran C. Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran D. Pembelajaraan yang memicu dan memelihara keterlibatan anak E. Penilaian proses dan hasil F. Penggunaan bahasa IV Kegiatan Akhir Jumlah Rata-rata= 28,08 : 9 Rata-rata Guru Mengajar Keseluruhan = (Penilaian RKH + Penilaian Observasi Guru Mengajar): 2 Rata-rata Guru Mengajar Keseluruhan = (3+ 3,12) : 2
SKOR RATA-RATA 3,5 3,33 3,25 3 3 3 3 3 3 28,08 3,12
3,06
Tabel 4.5 menunjukkan hasil observasi guru mengajar secara keseluruhan adalah 3,06. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Penilaian observasi aktivitas anak dalam proses pembelajaran terbagi menjadi 3 Indikator inti yaitu (1) keaktifan anak, (2) keseriusan dalam belajar dan (3) ketepatan memasangkan. Hasil observasi aktivitas anak dapat dilihat dari tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6. Penilaian Observasi Aktivitas Anak Siklus I Pertemuan 1
No I II III
SKOR RATA-RATA
INDIKATOR Keaktifan Anak Keseriusan dalam Belajar Ketepatan memasangkan
3 2,5 2
Jumlah Rata-rata= 7,5 : 3
7,5 2,5
Tabel diatas, menunjukkan skor aktivitas anak dalam proses pembelajaran adalah 2,5. 2) Pertemuan 2 Observasi Guru Mengajar meliputi penilaian RKH sebagai berikut: (1) kejelasan perumusan tujuan pembelajaran mencapai kriteria baik, (2) pemilihan materi ajar mencapai kriteria baik, (3) pengorganisasian materi ajar mencapai kriteria baik, (4) pemilihan sumber/media pembelajaran
mendapat
kriteria
baik,
(5)
kejelasan
skenario
pembelajaran mendapat kriteria sangat baik, (6) kerincian skenario pembelajaran mendapat kriteria baik, (7) kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran mendapat kriteria baik, dan (8) kelengkapan instrumen mendapat kriteria sangat baik. Sehingga hasil penilaian RKH dari pengamatan oleh observer adalah 3,25. Hasil penilaian secara detail terlampir. Sedangkan dalam penilaian observasi guru mengajar, terbagi dalam 3 indikator inti yakni indikator dalam Pra commitKegiatan to user Inti dan Kegiatan Akhir atau Kegiatan, Kegiatan Awal,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Penutup. Hasil observasi guru mengajar dapat dilihat dalam tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7. Penilaian Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 2 No
INDIKATOR
I II III
Pra Kegiatan Kegiatan Awal Kegiatan inti A. Penguasaan materi pelajaran B. Pendekatan/strategi pembelajaran C. Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran D. Pembelajaraan yang memicu dan memelihara keterlibatan anak E. Penilaian proses dan hasil F. Penggunaan bahasa IV Kegiatan Akhir Jumlah Rata-rata= 28,74: 9 Rata-rata Guru Mengajar Keseluruhan = (Penilaian RKH + Penilaian Observasi Guru Mengajar):2 Rata-rata Guru Mengajar Keseluruhan = (3,25+ 3,19) :2
SKOR RATA-RATA 3,5 3,33 3,25 3,33 3,33 3 3 3 3 28,74 3,19
3,22
Tabel 4.7 tersebut menunjukkan hasil observasi guru mengajar secara keseluruhan adalah 3,22.
Penilaian observasi aktivitas anak dalam proses pembelajaran terbagi menjadi 3 Indikator inti yaitu (1) keaktifan anak, (2) keseriusan dalam belajar, dan (3) ketepatan memasangkan. Hasil observasi aktivitas anak dapat dilihat dari tabel 4.8 berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Tabel 4.8. Penilaian Observasi Aktivitas Anak Siklus I Pertemuan 2
No I II III
INDIKATOR Keaktifan Anak Keseriusan dalam Belajar Ketepatan memasangkan Jumlah Rata-rata= 8, 25 : 3
SKOR RATA-RATA 3 3 2,25 8, 25 2,75
Tabel diatas, menunjukkan skor aktivitas anak dalam proses pembelajaran adalah 2,75. 3) Pertemuan 3 Observasi Guru Mengajar meliputi penilaian RKH sebagai berikut: (1) kejelasan perumusan tujuan pembelajaran mencapai kriteria sangat baik, (2) pemilihan materi ajar mencapai kriteria baik, (3) pengorganisasian materi ajar mencapai kriteria baik, (4) pemilihan sumber/media pembelajaran mendapat kriteria baik, (5) kejelasan skenario pembelajaran mendapat kriteria sangat baik, (6) kerincian skenario pembelajaran mendapat kriteria baik, (7) kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran mendapat kriteria sangat baik, dan (8) kelengkapan instrumen mendapat kriteria sangat baik. Sehingga hasil penilaian RKH dari observasi oleh observer adalah 3,5. Hasil penilaian secara detail terlampir. Sedangkan dalam penilaian observasi guru mengajar, terbagi dalam 3 indikator inti yakni indikator dalam Pra Kegiatan, Kegiatan Awal, Kegiatan Inti dan Kegiatan Akhir atau Penutup. Hasil observasi guru mengajar dapat dilihat dalam tabel 4.9. berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Tabel 4.9. Penilaian Observasi Kegiatan Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 3 No I II III
IV
INDIKATOR Pra Kegiatan Kegiatan Awal Kegiatan inti A. Penguasaan materi pelajaran B. Pendekatan/strategi pembelajaran C. Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran D. Pembelajaraan yang memicu dan memelihara keterlibatan anak E. Penilaian proses dan hasil F. Penggunaan bahasa Kegiatan Akhir
Jumlah Rata-rata= 29,91 : 9 Rata-rata Guru Mengajar Keseluruhan = (Penilaian RKH + Penilaian Observasi Guru Mengajar): 2 Rata-rata Guru Mengajar Keseluruhan = (3,5+ 3,32) : 2
SKOR RATA-RATA 3,5 3,33 3,25 3,5 3,33 3 3 3,5 3,5 29,91 3,32
3,41
Tabel tersebut menunjukkan hasil observasi guru mengajar secara keseluruhan adalah 3,41.
Penilaian observasi aktivitas anak dalam proses pembelajaran terbagi menjadi 3 Indikator inti yaitu (1) keaktifan anak, (2) keseriusan dalam belajar dan (3) ketepatan memasangkan. Hasil observasi aktivitas anak dapat dilihat dari tabel 4.10. berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Tabel 4.10. Penilaian Observasi Aktivitas Anak Siklus I Pertemuan 3
No I II III
SKOR RATA-RATA
INDIKATOR Keaktifan Anak Keseriusan dalam Belajar Ketepatan memasangkan
3 3 3
Jumlah Rata-rata= 9 : 3
9 3
Tabel diatas, menunjukkan skor aktivitas anak dalam proses pembelajaran adalah 3.
d. Refleksi (reflection) Setelah melaksanakan observasi, data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis. Tujuan dari refleksi adalah untuk mengetahui kendala sekaligus solusi pelaksanaan pada siklus berikutnya. Data-data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan untuk dianalisis. Tujuan dari refleksi adalah mengetahui kendala yang muncul pada siklus I dan menemukan solusi untuk perbaikan siklus II. Berdasarkan
hasil
observasi
yang
dilaksanakan
selama
proses
pelaksanaan tindakan pada siklus I telah menunjukkan perubahan yang berarti, baik pada keaktifan anak selama belajar maupun pada pencapaian hasil belajar kemampuan mengenal konsep bilanga namun belum memenuhi target peneliti yakni meningkat menjadi 73,33% sehingga masih perlu ditingkatkan pada silkus II. Berikut ini adalah uraian hasil refleksi pada siklus I: 1) Pelaksanaan kegiatan mengenal konsep bilangan guru mengajar masih ada kelemahan ketika anak mulai tidak terfokus guru to user mengalami kesulitancommit untuk memusatkan perhatian kelas kepada guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
sehingga guru kolaborator yaitu guru kelas membantu memusatkan perhatian anak ketika peneliti yang bertindak sebagai guru sedang melakukan penjelasan atau tanya jawab. 2) Keaktifan dan kepahaman anak selama pembelajaran cukup optimal, setiap anak antusias untuk maju memasangkan angka dengan bendanya. Hal ini disebabkan oleh reward yang akan diberikan setelah maju memasangkan angka dengan bendanya serta mengikuti kegiatan dengan baik secara keseluruhan. Antusias anak terlihat ketika guru memasangkan angka dengan bendanya. Namun mempertahankan kepahaman anak sangat sulit, karena pada dasarnya anak cepat jenuh jika kegiatannya tidak bervariatif dan jika mulai jenuh anak akan mencari kesenangannya sendiri dengan mulai mengganggu teman atau membuat gaduh dan jalan-jalan kesanakemari karena kejenuhan dan kebosanan. Oleh karena itu, pada siklus II peneliti berusaha mempertahankan kepahaman dan antusias anak kelompok B sehingga tercapai target 75% untuk hasil belajar kemampuan mengenal konsep bilangan mereka. 3) Ketika guru membagikan stempel bintang sebagai reward dengan jumlah berbeda tiap anak, ini menimbulkan kecemburuan bagi anak yang lain dan sebagian ada anak yang protes sehingga anak-anak mulai gaduh. 4) Ada beberapa anak yang nilainya rendah atau belum tuntas, tertinggal dengan temannya, disebabkan karena belum memahami perintah pada saat guru sedang menjelaskan cara mengerjakan tugas, beberapa anak tersebut ramai sendiri, jalan kesana kemari, membuat gaduh, dan mengganggu teman yang duduk di dekatnya. Melihat ada beberapa kekurangan pada siklus I, peneliti dan guru kolaborator kemudian mencari solusi untuk memecahkan masalah tersebut, berikut solusi yang telah didiskusikan: 1) Ketika anak mulai tidak terfokus dan ramai sendiri, guru dapat commit user memusatkan perhatian anaktokembali dengan mengajak bernyanyi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
dan melakukan tepuk tanpa harus berteriak memanggil anak yang membuat kegaduhan. Melalui cara ini diharapkan anak yang tidak fokus tersebut tertarik dan ikut bernyanyi dan bertepuk seperti teman dan gururnya. 2) Seharusnya yang dilakukan guru untuk mempertahankan partisipasi dan kepahaman anak adalah tetap menggunakan reward stempel bintang. 3) Selain itu guru harus selalu memberi motivasi pada setiap anak untuk membuat anak tetap tertarik dan menyenagkan dengan materi guru dan menjaga suasana hati anak agar tetap baik. Motivasi tersebut berupa pujian seperti ucapan “verry good, “nanti pasti dapat bintang 4 kalau berani maju memasangkan angka sesuai dengan jumlah bendanya!”, dan sebagainya. Pujian yang diberikan tidak hanya berupa ucapan namun perilaku seperti mengajak anak untuk melakukan “toss” kepada anak, mengelus-elus kepala anak sambil berkata “anak pintar”, tersenyum dengan mengangkat jempol dan sebagainya. 4) Seharusnya yang dilakukan guru untuk mengatasi kecemburuan anak adalah dengan memberi pengertian kepada anak serta membuat kesepakatan bersama sebelum kegiatan jika ingin mendapat stempel bintang yang banyak harus melakukan tugas dengan baik, mau memasangkan angka sesuai dengan jumlah bendanya di depan kelas dengan tepat, dan tidak mengganggu teman yang belajar. Hal ini dilakukan agar anak belajar mengikuti apa yang sudah disepakati bersama. 5) Sebaiknya guru tetap memberikan bimbingan sesuai dengan potensi anak. Adapun hasil belajar kemampuan mengenal konsep bilangan yang dicapai pada siklus I adalah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Tabel 4.11. Frekuensi Nilai Kemampuan Mengenal konsep bilangan Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Siklus I
Interval
Frekuensi (fi)
0,1-1,0
2
1,0-2,0 2,0-3,0 3,0-4,0 Jumlah
Nilai tengah (xi) 0,55
fi.xi 1,1
Prosentase 13,33%
2 1,5 3 13,33% 7 2,5 17,5 46,66% 4 3,5 14 26,66% 15 35,6 100,00% Nilai Rata-rata = 36,75 : 15 = 2,45 Ketuntasan Klasikal = 11 : 15 x 100% = 73,33%
Keterangan Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas
Dari tabel 4.11. menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I anak yang memperoleh nilai antara 0,1-1,0 ada 2 anak atau 13,33%, anak yang memperoleh nilai antara 1,0-2,0 ada 2 anak atau 13,33%, anak yang memperoleh nilai antara 2,0-3,0 sebanyak 7 anak atau 46,66%, anak yang memperoleh nilai antara 3,0-4,0 sebanyak 4 anak atau 26,66%. Pada siklus I terdapat peningkatan hasil belajar anak ditunjukkan dengan jumlah anak yang mendapat kriteria Tuntas yang sebelumnya 7 anak menjadi 11 anak dan adanya peningkatan nilai ratarata yang sebelumnya 1,95 menjadi 2,45. Melalui tabel tersebut di atas frekuensi nilai tes kemampuan mengenal konsep bilangan kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur pada Siklus I tersebut, dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.2 sebagai berikut ini:
commit to user
frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id
8 7 6 5 4 3 2 1 0
digilib.uns.ac.id 70
46,66%
26,66%
13,33%
13,33%
0,1-1,0
1,0-2,0
2,0-3,0
3,0-4,0
Interval Gambar 4.2. Grafik Nilai Tes Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Siklus I 2. Tidakan Siklus II Siklus II dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, dimulai dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Pertemuan ini berlangsung pada hari: Selasa, 1 Mei 2012; Kamis, 5 Mei 2012; dan Sabtu, 5 Mei 2012. Adapun langkah dalam Siklus II dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning) Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa sudah menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten akan tetapi hasilnya belum maksimal. Kemampuan mengenal konsep bilangan anak secara klasikal masih sebesar 73,33% sudah melebihi target keberhasilan yang ingin dicapai sebesar 70%. Jadi pada siklus I baru 11 anak yang dapat mencapai nilai Tuntas dan masih perlu ditingkatkan lagi pada siklus II. Pelaksanaan siklus II tetap menerapkan model Quantum Learning, namun aturan main dalam kegiatan anak berbeda. Siklus I dalam mengerjakan anak memasangkan angka sesuai dengan jumlah bendanya sedangkan pada siklus IIcommit anak to memasangkan jumlah bendanya sesuai user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
dengan lambang bilangannya. Kompetensi yang akan dicapai masih tetap sama yaitu mengenal konsep bilangan namun dengan tema dan subtema yang berbeda dari siklus I. Tema pada siklus II adalah Tanah Airku. Selain itu, hal yang harus dilaksanakan guru pada siklus II ini adalah selalu memberi motivasi pada anak baik berupa ucapan ataupun perilaku agar anak masih termotivasi dan aktif dalam mengikuti kegiatan secara keseluruhan. Lebih lanjut berikut rangkaian tahap perencanaan yang peneliti laksanakan, antara lain: 1) Menentukan pokok bahasan atau memilih kompetensi dasar atau indikator yang sesuai dengan pengembangan kognitif anak khususnya mengenal konsep bilangan. Alasan memilih kompetensi dasar atau indikator tersebut yaitu: a) Kompetensi dasar atau indikator pengembangan kognitif khususnya mengenal konsep bilangan tersebut nantinya dapat dipergunakan dalam meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan lebih lanjut. b) Pemilihan Kompetensi dasar atau indikator dalam kegiatan mengenal konsep bilangan didasarkan pada kurikulum yang berlaku. 2) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) Rencana Kegiatan Harian (RKH) disusun dan dibuat masing-masing untuk 3 kali petemuan sesuai dengan Tema dan Subtema yang sedang berlangsung di TK Aisyiyah 05 Sungkur saat penelitian berlangsung. Tiap pertemuan dilakukan dalam sehari penuh mencangkup kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Pada siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 1, 3 dan 5 Mei 2012. RKH ini mencakup penentuan: Kompetensi dasar, indikator, kegiatan, rincian waktu, media/alat peraga, dan evaluasi serta dilengkapi dengan skenario pembelajaran beserta instrumen untuk kelengkapan RKH berupa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Lembar Kerja Anak (LKA) dan format penilaian. Rencana Kegiatan Harian (RKH) terlampir. 3) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a) Ruang belajar Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa digunakan setiap hari. b) Model Quantum Learning Model Quantum Learning yang peneliti terapkan setiap pertemuan berbeda sesuai dengan sub temanya, namun saling berkaitan. c) Media/Alat peraga Media/Alat peraga yang peneliti gunakan setiap pertemuan berbeda sesuai dengan sub temanya, namun saling berkaitan. Media pembelajarannya berupa benda-benda nyata dalam kegiatan pembelajaran mengenal konsep bilangan. d) Lembar Kerja Anak (LKA) Lembar Kerja Anak (LKA) ini selain dalam kegiatan pembelajaran
mengenal
konsep
bilangan,
namun
juga
dipersiapkan LKA untuk perkembangan yang lain misalnya LKA untuk kegiatan perkembangan bahasa, psikomotorik dan pembiasaaan yang berkaitan dengan tema hari itu. Dimana LKA ini dikerjakan secara individu dengan tujuan ketika ada anak yang maju ke depan kelas untuk tes unjuk kerja, anak yang lain memiliki kesibukan sehingga tidak mengganggu anak yang maju. LKA yang digunakan peneliti membuat sendiri yang kemudian dikonsultasikan kepada guru kelas. Lembar Kerja Anak (LKA) terlampir. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
e) Reward untuk anak Reward yang diberikan untuk anak adalah berupa stempel bintang. Disusun sedemikian rupa menjadi 4 bentuk, mulai dari stempel 4 bintang, 3 bintang, 2 bintang dan 1 bintang dengan kriteria sebagai berikut: (1) Stempel 4 bintang untuk kriteria Baik Sekali = (2) Stempel 3 bintang untuk kriteria Baik = (3) Stempel 2 bintang untuk kriteria Kurang Baik = (4) Stempel 1 bintang untuk kriteria Tidak Baik = 4) Menyiapkan perangkat pengambilan data (instrumen penelitian). Instrumen penelitian yang dipersiapakan berupa penilaian tes unjuk kerja anak, penilaian guru mengajar meliputi penilaian RKH dan penilaian observasi guru mengajar, serta observasi aktivitas anak dalam proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan (acting) Tahapan ini guru melaksanakan kegiatan pengembangan kognitif khususnya mengenal konsep bilangan melalui penerapan model Quantum Learning dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah disusun. Siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Berikut rincian disetiap pertemuannya: 1) Pertemuan 1 Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 1 Mei 2012 dilaksanakan dalam seluruh kegiatan mulai pukul 07.30 sampai 10.00. Tema yang disajikan dalam kegiatan hari tersebut adalah Tanah Airku dengan subtema Nama Lambang dan Dasar. Tema dan subtema ini mengikuti jadwal Tema yang sedang berlangsung di TK Aisyiyah 05 Sungkur. Media/alat peraga yang disediakan dalam kegiatan mengenal konsep bilangan tentang nama lambang dan dasar indonesia, begitu pula dengan LKA disesuaikan dengan subtema. commit user 3 aspek pengembangan (LKA LKA yang dipersiapkan ada to 3 dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
terlampir). Model Pembelajaran yang digunakan adalah model Quantum Learninng dengan konsep TANDUR, yang meliputi: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Sebelum kegiatan dimulai, guru (peneliti) menyiapkan sarana prasarana yang dipersiapkan, kemudian mengatur ruangan dan tempat duduk bagi anak dan observer. Setelah anak-anak berbaris dan berdoa bersama-sama dengan panduan peneliti dan guru kelas. Kegiatan pembelajaran di kelas dimulai dengan salam dan sapa, kemudian praktikan mengajak anakanak bernyanyi lagu “Assalamu‟alaikum“, lagu “Kalau Kau Suka Hati” dan lagu “Disini senang di sana senang”. Kemudian anak melakukan absensi, untuk pertemuan pertama anak-anak masuk semua. Setelah anak terkondisi sebelum praktikan memulai apersepsi pada tema hari ini, guru menunjukkan stempel bintang dan bertanya pada anak-anak “Siapa yang mau dapat bintang hari ini?” dan anak pun mulai antusias dan memperhatikan dengan seksama. Sesuai dengan konsep T (Tumbuhkan) pada Quantum Learning untuk apersepsi, guru melakukan tanya jawab tentang nama lambang dan dasar Negara Indonesia dan dilanjutkan bernyanyi yang berjudul “Garuda Pancasila”. Selanjutnya guru menunjukkan nama lambang dan dasar Negara Indonesia dan kartu angka 1-10 di depan kelas dan menumbuhkan rasa ingin tahu anak dengan tanya jawab sederhana dan menunjuk 2 anak maju untuk memegang setiap nama lambang dan dasar Negara Indonesia dan kartu angka 1-10. Saat anak semua sudah terfokus melihat 2 anak yang memegang setiap media/alat perga tersebut, guru memulai dengan bertanya secara klasikal “Ada berapa gambar bentuk bintang itu?”, “Yang mana angka 8, coba di cari pada kartu angka ini?”, dan “Siapa yang bisa menulis angka 8?‟. Kemudian membimbing anak untuk berhitung, mencari angka dan menulis angka di whiteboard. Kemudian guru menjelaskan aturan commit cara mengerjakan tugas hari to ini,user sebagai berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
a) Guru menjelaskan tugas pertama mengerjakan LKA 1 yaitu untuk bidang pengembangan Kognitif, LKA 2 yaitu untuk bidang pengembangan Bahasa dan LKA 3 yaitu untuk bidang pengembangan Psikomotor (halus dan kasar). b) Memasangkan angka sesuai jumlah bendanya dikerjakan sendiri oleh anak. c) Jika sudah selesai maju tiap anak mengerjakan tugas selanjutnya. d) Bagi anak yang mengerjakan tugas dengan baik mendapat stempel bintang dengan jumlah bervariatif yaitu 1-4 bintang sesuai kesepakatan bersama. e) Sementara anak yang satu maju, anak yang lain mengerjakan tugas pada LKA selanjutnya sehingga tidak mengganggu proses memasangkan angka dengan benda anak dan guru dapat melaksanakan pengamatan dengan baik. Langkah
selanjutnya
memasangkan
gambar
A
(Alami)
bentuk
yaitu
anak
bintang dengan
mengerjakan angka
1-10.
Kemudian N (Namai) yaitu anak mengerjakan merangkai huruf “garuda”. Konsep Quantum Learning yang selanjutnya yaitu D (Demonstrasikan), pada tahap ini anak mengerjakan menggunting gambar garuda. Saat kegiatan inti guru memantau tiap anak, dan membantu anak menuliskan namanya di lembar kerja. Pada pertemuan pertama ini anak masih kebingungan dengan aturan main, jadi guru membantu mengarahkan apa yang harus dikerjakan oleh masingmasing anak. Ketika ada anak yang selesai guru membimbing anak itu untuk maju dan gambar bentuk bintang dengan angka 1-10 secara bergiliran. Serta memberi arahan pada anak yang lain untuk mengambil LKA selanjutnya jika sudah selesai mengerjakan LKA gambar bentuk bintang dengan angka 1-10. Tidak lupa guru user gambar bentuk bintang dengan melakukan penilaiancommit ketikatoanak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
angka 1-10. Kemudian setelah selesai kegiatan inti, diselingi istirahat yang sebelumnya membimbing anak untuk berdoa sebelum makan. Kegiatan akhir peneliti mulai dengan memfokuskan anak dengan mengajak bernyanyi yang dilanjutkan dengan doa sesudah makan. Selanjutnya U (Ulangi), yaitu guru mengulas kegiatan hari ini dengan bertanya kepada anak siapa yang bisa mengerjakan tugas dengan baik dan kemudian bersama-sama menghitung gambar bentuk bintang 1-10. Dan yang terakhir perlu R (Rayakan), yaitu memberikan reward stempel bintang bagi anak yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik. Menutup kegiatan hari ini dengan berdoa, salam dan pulang. 2) Pertemuan 2 Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 3 Mei 2012 dilaksanakan dalam seluruh kegiatan mulai pukul 07.30 sampai 10.00. Tema yang disajikan masih sama seperti pertemuan 1 yaitu Tanah Airku namun dengan subtema yang berbeda yakni Bendera Indonesia. Media/alat peraga yang disediakan dalam kegiatan mengenal konsep bilangan tentang Bendera Indonesia, begitu pula dengan LKA disesuaikan dengan subtema. LKA yang dipersiapkan ada 3 dengan 3 aspek pengembangan (LKA terlampir). Model Pembelajaran yang digunakan adalah model Quantum Learninng dengan konsep TANDUR, yang meliputi: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Sebelum kegiatan dimulai, guru (peneliti) menyiapkan sarana prasarana yang dipersiapkan, kemudian mengatur ruangan dan tempat duduk bagi anak dan observer. Setelah anak-anak berbaris dan berdoa bersama-sama dengan panduan peneliti dan guru kelas. Kegiatan pembelajaran di kelas dimulai dengan salam dan sapa, kemudian praktikan mengajak anakanak bernyanyi lagu “Assalamu‟alaikum“, lagu “Kalau kau Suka commit to user Hati” dan lagu “Disini senang di sana senang”. Kemudian anak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
melakukan absensi, untuk pertemuan pertama anak-anak masuk semua. Setelah anak terkondisi sebelum praktikan memulai apersepsi pada tema hari ini, guru menunjukkan stempel bintang dan bertanya pada anak-anak “Siapa yang mau dapat bintang hari ini?” dan anak pun mulai antusias dan memperhatikan dengan seksama. Sesuai dengan konsep T (Tumbuhkan) pada Quantum Learning untuk apersepsi, guru melakukan tanya jawab tentang warna bendera indonesia, arti warna bendera indonesia dan dilanjutkan bernyanyi yang
berjudul
“Berkibarlah
Benderaku”.
Selanjutnya
guru
menunjukkan bendera dan kartu angka 11-20 di depan kelas dan menumbuhkan rasa ingin tahu anak dengan tanya jawab sederhana dan menunjuk 2 anak maju untuk memegang setiap bendera dan kartu angka 11-20. Saat anak semua sudah terfokus melihat 2 anak yang memegang setiap media/alat peraga tersebut, guru memulai dengan bertanya secara klasikal “Ada berapa bendera itu?”, “Yang mana angka 13, coba di cari pada kartu angka ini?”, dan “Siapa yang bisa menulis angka 13?‟. Kemudian membimbing anak untuk berhitung, mencari angka dan menulis angka di whiteboard. Kemudian guru menjelaskan aturan cara mengerjakan tugas hari ini sama seperti sebelumnya. Langkah selanjutnya A (Alami) yaitu anak mengerjakan memasangkan bendera dengan angka 11-20. Kemudian N (Namai) yaitu anak mengerjakan menirukan kembali urutan kata “Bendera Indonesia merah putih”. Konsep Quantum Learning yang selanjutnya yaitu D (Demonstrasikan), pada tahap ini anak mengerjakan melompat pada koran. Saat kegiatan inti guru memantau tiap anak, dan membantu anak menuliskan namanya di lembar kerja. Pertemuan kedua ini anak sudah mengerti dan tidak ada keributan yang berarti. Ketika ada anak yang selesai guru membimbing anak itu untuk maju dan memasangkan bendera dengan angka 11-20 secara bergiliran. Serta commit to user memberi arahan pada anak yang lain untuk mengambil LKA
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
selanjutnya jika sudah selesai mengerjakan LKA memasangkan bendera dengan angka 11-20. Tidak lupa guru melakukan penilaian ketika anak memasangkan bendera dengan angka 11-20. Kemudian setelah selesai kegiatan inti, diselingi istirahat yang sebelumnya membimbing anak untuk berdoa sebelum makan. Kegiatan akhir peneliti mulai dengan memfokuskan anak dengan mengajak bernyanyi dan tepuk yang dilanjutkan dengan doa sesudah makan. Selanjutnya U (Ulangi), yaitu guru mengulas kegiatan hari ini dengan bertanya kepada anak siapa yang bisa mengerjakan tugas dengan baik dan kemudian bersama-sama menghitung bendera 11-20. Dan yang terakhir perlu R (Rayakan), yaitu memberikan reward stempel bintang bagi anak yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik. Menutup kegiatan hari ini dengan berdoa, salam dan pulang. 3) Pertemuan 3 Pertemuan 3 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 5 Mei 2012 dilaksanakan dalam seluruh kegiatan mulai pukul 07.30 sampai 10.00. Tema yang disajikan masih sama seperti pertemuan 1 dan 2 yaitu Tanah Airku namun dengan subtema yang berbeda yakni kehidupan di desa, kebiasaan dan mata pencaharian di desa. Media/alat peraga yang disediakan dalam kegiatan mengenal konsep bilangan tentang kehidupan di desa, kebiasaan dan mata pencaharian di desa, begitu pula dengan LKA disesuaikan dengan subtema. LKA yang dipersiapkan ada 3 dengan 3 aspek pengembangan (LKA terlampir). Model Pembelajaran yang digunakan adalah model Quantum Learninng dengan konsep TANDUR, yang meliputi: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Sebelum kegiatan dimulai, guru (peneliti) menyiapkan sarana prasarana yang dipersiapkan, kemudian mengatur ruangan dan tempat duduk bagi anak dan observer. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Setelah anak-anak berbaris dan berdoa bersama-sama dengan panduan peneliti dan guru kelas. Kegiatan pembelajaran di kelas dimulai dengan salam dan sapa, kemudian praktikan mengajak anakanak bernyanyi lagu “Assalamu‟alaikum“, lagu “Kalau Kau Suka Hati” dan lagu “Disini senang di sana senang”. Kemudian anak melakukan absensi, untuk pertemuan pertama anak-anak masuk semua. Setelah anak terkondisi sebelum praktikan memulai apersepsi pada tema hari ini, guru menunjukkan stempel bintang dan bertanya pada anak-anak “Siapa yang mau dapat bintang hari ini?” dan anak pun mulai antusias dan memperhatikan dengan seksama. Sesuai dengan konsep T (Tumbuhkan) pada Quantum Learning untuk apersepsi, guru melakukan tanya jawab tentang kehidupan di desa, kebiasaan dan mata pencaharian di desa dan dilanjutkan bernyanyi yang berjudul “Desaku”. Selanjutnya guru menunjukkan gambar cangkul dan kartu angka 1-20 di depan kelas dan menumbuhkan rasa ingin tahu anak dengan tanya jawab sederhana dan menunjuk 2 anak maju untuk memegang setiap gambar cangkul dan kartu angka 1-20. Saat anak semua sudah terfokus melihat 2 anak yang memegang setiap media/alat peraga tersebut, guru memulai dengan bertanya secara klasikal “Ada berapa gambar cangkul itu?”, “Yang mana angka 19, coba di cari pada kartu angka ini?”, dan “Siapa yang bisa menulis angka 19?‟. Kemudian membimbing anak untuk berhitung, mencari angka dan menulis angka di whiteboard. Kemudian guru menjelaskan aturan cara mengerjakan tugas hari ini sama seperti sebelumnya.
Langkah
selanjutnya
A
(Alami)
yaitu
anak
mengerjakan memasangkan cangkul dengan angka 1-20. Kemudian N (Namai) yaitu anak mengerjakan menghubungkan gambartulisannya seperti gambar cangkul dengan tulisan c-a-n-g-k-u-l, gambar caping dengan tulisan c-a-p-i-n-g, gambar traktor-tulisan t-ra-k-t-o-r, gambar arit dengan tulisan a-r-i-t, gambar ani-ani dengan user tulisan a-n-i--a-n-i. commit KonseptoQuantum Learning yang selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
yaitu D (Demonstrasikan), pada tahap ini anak melipat Koran menjadi caping. Kegiatan inti guru memantau tiap anak, dan membantu anak menuliskan namanya di lembar kerja. Pertemuan ketiga ini anak sudah mengerti dan tidak ada keributan yang berarti. Ketika ada anak yang selesai guru membimbing anak itu untuk maju dan memasangkan cangkul dengan angka 1-20 secara bergiliran. Serta memberi arahan pada anak yang lain untuk mengambil LKA selanjutnya jika sudah selesai mengerjakan LKA memasangkan cangkul dengan angka 1-20. Tidak lupa guru melakukan penilaian ketika anak memasangkan cangkul dengan angka 1-20. Kemudian setelah selesai kegiatan inti, diselingi istirahat yang sebelumnya membimbing anak untuk berdoa sebelum makan. Kegiatan akhir peneliti mulai dengan memfokuskan anak dengan mengajak bernyanyi dan tepuk yang dilanjutkan dengan doa sesudah makan. Selanjutnya U (Ulangi), yaitu guru mengulas kegiatan hari ini dengan bertanya kepada anak siapa yang bisa mengerjakan tugas dengan baik dan kemudian bersama-sama menghitung gambar cangkul 1-20. Dan yang terakhir perlu R (Rayakan), yaitu memberikan reward stempel bintang bagi anak yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik. Menutup kegiatan hari ini dengan berdoa, salam dan pulang.
c. Observasi (observation) Sama halnya pada siklus I, tahap observasi dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan model Quantum Learning dimana acuan pengamatan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi yang berisi instrumen-instrumen yang dibutuhkan dalam penilaian ini. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai proses pembelajaran secara keseluruhan yang mencangkup kegiatan guru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
mengajar dan aktivitas anak selama proses pembelajaran berlangsung. Uraian observasi tiap pertemuan pada siklus II sebagai berikut ini: 1) Pertemuan 1 Observasi Guru Mengajar meliputi penilaian RKH sebagai berikut: (1) kejelasan perumusan tujuan pembelajaran mencapai kriteria baik, (2) pemilihan materi ajar mencapai kriteria baik, (3) pengorganisasian materi ajar atau instrumen mencapai kriteria baik, (4) pemilihan sumber/media pembelajaran mendapat kriteria baik, (5) kejelasan skenario pembelajaran mendapat kriteria baik, (6) kerincian skenario pembelajaran mendapat kriteria baik, (7) kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran mendapat kriteria baik, dan (8) kelengkapan instrumen mendapat kriteria Baik. Sehingga hasil penilaian RKH dari observasi oleh observer adalah 3,75. Hasil penilaian secara detail terlampir. Sedangkan dalam penilaian observasi guru mengajar, terbagi dalam 3 indikator inti yakni indikator dalam Pra Kegiatan, Kegiatan Awal, Kegiatan Inti dan Kegiatan Akhir atau Penutup. Hasil observasi guru mengajar dapat dilihat dalam tabel 4.12 berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Tabel 4.12. Penilaian Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 1 No I II III
IV
INDIKATOR Pra Kegiatan Kegiatan Awal Kegiatan inti A. Penguasaan materi pelajaran B. Pendekatan/strategi pembelajaran C. Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran D. Pembelajaraan yang memicu dan memelihara keterlibatan anak E. Penilaian proses dan hasil F. Penggunaan bahasa Kegiatan Akhir
Jumlah Rata-rata= 30,74 : 9 Rata-rata Guru Mengajar Keseluruhan = (Penilaian RKH + Penilaian Observasi Guru Mengajar): 2 Rata-rata Guru Mengajar Keseluruhan = (3,75+ 3,41) : 2
SKOR RATA-RATA 3,5 3,33 3,25 3,5 3,33 3,33 3,5 3,5 3,5 30,74 3,41
3,58
Tabel 4.12 tersebut menunjukkan hasil observasi guru mengajar secara keseluruhan adalah 3,58.
Penilaian observasi aktivitas anak dalam proses pembelajaran terbagi menjadi 3 Indikator inti yaitu (1) keaktifan anak, (2) keseriusan dalam belajar dan (3) ketepatan memasangkan. Hasil observasi aktivitas anak dapat dilihat dari tabel 4.13. berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Tabel 4.13. Penilaian Observasi Aktivitas Anak Siklus II Pertemuan 1
No I II III
INDIKATOR Keaktifan Anak Keseriusan dalam Belajar Ketepatan memasangkan
Jumlah Rata-rata= 9,75 : 3
SKOR RATA-RATA 3,25 3,25 3,25
9,75 3,25
Tabel diatas, menunjukkan skor aktivitas anak dalam proses pembelajaran adalah 3,25. 2) Pertemuan 2 Observasi Guru Mengajar meliputi penilaian RKH sebagai berikut: (1) kejelasan perumusan tujuan pembelajaran mencapai kriteria baik, (2) pemilihan materi ajar mencapai kriteria baik, (3) pengorganisasian materi ajar mencapai kriteria baik, (4) pemilihan sumber/media pembelajaran mendapat kriteria baik,
(5) kejelasan skenario
pembelajaran mendapat kriteria sangat baik, (6) kerincian skenario pembelajaran mendapat kriteria baik, (7) kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran mendapat kriteria baik, dan (8) kelengkapan instrumen mendapat kriteria sangat baik. Sehingga hasil penilaian RKH dari observasi oleh observer adalah 4. Hasil penilaian secara detail terlampir. Sedangkan dalam penilaian observasi guru mengajar, terbagi dalam 3 indikator inti yakni indikator dalam Pra Kegiatan, Kegiatan Awal, Kegiatan Inti dan Kegiatan Akhir atau Penutup. Hasil observasi guru mengajar dapat dilihat dalam tabel 4.14. berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
Tabel 4.14. Penilaian Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 2
No I II III
IV
INDIKATOR Pra Kegiatan Kegiatan Awal Kegiatan inti A. Penguasaan materi pelajaran B. Pendekatan/strategi pembelajaran C. Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran D. Pembelajaraan yang memicu dan memelihara keterlibatan anak E. Penilaian proses dan hasil F. Penggunaan bahasa Kegiatan Akhir
SKOR RATA-RATA 3,5 3,33 3,5 3,5 3,33 3,33 3,5 3 3,5
Jumlah 30,99 Rata-rata= 30,99 : 9 3,44 Rata-rata Guru Mengajar Keseluruhan = (Penilaian RKH + Penilaian Observasi Guru Mengajar): 2 Rata-rata Guru Mengajar Keseluruhan = (4+ 3,72 3,44) : 2 Tabel tersebut menunjukkan hasil observasi guru mengajar secara keseluruhan adalah 3,72.
Penilaian observasi aktivitas anak dalam proses pembelajaran terbagi menjadi 3 Indikator inti yaitu (1) keaktifan anak, (2) keseriusan dalam belajar dan (3) ketepatan memasangkan. Hasil observasi aktivitas anak dapat dilihat dari tabel 4.15. berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Tabel 4.15. Penilaian Observasi Aktivitas Anak Siklus II Pertemuan 2
No I II III
INDIKATOR Keaktifan Anak Keseriusan dalam Belajar Ketepatan memasangkan
Jumlah Rata-rata= 10,5 : 3 Tabel
SKOR RATA-RATA 4 3,25 3,25
10,5 3,5
diatas, menunjukkan skor aktivitas anak dalam proses
pembelajaran adalah 3,5. 3) Pertemuan 3 Observasi Guru Mengajar meliputi penilaian RKH sebagai berikut: (1) kejelasan perumusan tujuan pembelajaran mencapai kriteria sangat baik, (2) pemilihan materi ajar mencapai kriteria baik, (3) pengorganisasian materi ajar mencapai kriteria baik, (4) pemilihan sumber/media pembelajaran mendapat kriteria baik, (5) kejelasan skenario pembelajaran mendapat kriteria sangat baik, (6) kerincian skenario pembelajaran mendapat kriteria baik, (7) kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran mendapat kriteria sangat baik, dan (8) kelengkapan instrumen mendapat kriteria sangat baik. Sehingga hasil penilaian RKH dari pengamatan oleh observer adalah 4,25. Hasil penilaian secara detail terlampir. Sedangkan dalam penilaian observasi guru mengajar, terbagi dalam 3 indikator inti yakni indikator dalam Pra Kegiatan, Kegiatan Awal, Kegiatan Inti dan Kegiatan Akhir atau Penutup. Hasil observasi guru mengajar dapat dilihat dalam tabel 4.16. commit to user berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Tabel 4.16. Penilaian Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 3
No I II III
IV
INDIKATOR Pra Kegiatan Kegiatan Awal Kegiatan inti A. Penguasaan materi pelajaran B. Pendekatan/strategi pembelajaran C. Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran D. Pembelajaraan yang memicu dan memelihara keterlibatan anak E. Penilaian proses dan hasil F. Penggunaan bahasa Kegiatan Akhir
SKOR RATA-RATA 3,5 3,33 3,5 4 3,33 3 3,5 3,5 3,5
Jumlah 31,49 Rata-rata= 31,49 : 9 3,49 Rata-rata Guru Mengajar Keseluruhan = (Penilaian RKH + Penilaian Observasi Guru Mengajar): 2 Rata-rata Guru Mengajar Keseluruhan = (4,25+ 3,87 3,49) : 2 Tabel tersebut menunjukkan hasil observasi guru mengajar secara keseluruhan adalah 3,87.
Penilaian observasi aktivitas anak dalam proses pembelajaran terbagi menjadi 3 Indikator inti yaitu (1) keaktifan anak, (2) keseriusan dalam belajar dan (3) ketepatan memasangkan. Hasil observasi aktivitas anak dapat dilihat dari tabel 4.17. berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Tabel 4.17. Penilaian Observasi Aktivitas Anak Siklus II Pertemuan 3
No I II III
INDIKATOR Keaktifan Anak Keseriusan dalam Belajar Ketepatan memasangkan
SKOR RATA-RATA 4 4 3,25
Jumlah
11,25
Rata-rata= 11,25 : 3
3,75
Tabel di atas, menunjukkan skor aktivitas anak dalam proses pembelajaran adalah 3,75.
d. Refleksi (reflection) Siklus II data-data diperoleh melalui observasi, kemudian data tersebut dikumpulkan untuk dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah menunjukkan peningkatan yang signifikan baik kegiatan guru mengajar dan aktivitas anak secara keseluruhan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan pada siklus II telah menunjukkan perubahan yang berarti, baik pada keaktifan anak selama belajar maupun pada pencapaian hasil belajar kemampuan mengenal konsep bilangan telah melebihi target peneliti yakni 75%. Pada siklus II ini ada 2 anak yang belum tuntas, peneliti sebagai guru pendamping tetap melaksanakan bimbingan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi anak. Berikut ini adalah rangkuman hasil penilaian kemampuan mengenal konsep bilangan yang to user dicapai anak kelompok B commit pada siklus II:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Tabel 4.18. Frekuensi Nilai Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Siklus II
Interval 0,1-1,0 1,0-2,0 2,0-3,0 3,0-4,0 Jumlah
Frekuensi (fi) 1 1 9 4 15
Nilai tengah (xi) 0,55 1,5 2,5 3,5
fi.xi Prosentase 0,55 6,66% 1,5 6,66% 22,5 60,00% 14 26,66% 38,55 100,00% Nilai Rata-rata = 40,5 : 15 = 2,7 Ketuntasan Klasikal = 13 : 15 x 100% = 86,66%
Keterangan Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas
Melalui tabel 4.18. menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II anak yang memperoleh nilai antara 0,1-1,0 ada 1 anak atau 6,66%, anak yang memperoleh nilai antara 1,0-2,0 ada 1 anak atau 6,66%, anak yang memperoleh nilai antara 2,0-3,0 sebanyak 9 anak atau 60%, anak yang memperoleh nilai antara 3,0-4,0 adalah ada 4 anak atau sebanyak 26,66%. Pada siklus II terdapat peningkatan hasil belajar anak ditunjukkan dengan jumlah anak yang mendapat kriteria Tuntas yang sebelumnya 11 anak menjadi 13 anak dan adanya peningkatan nilai rata-rata yang sebelumnya 2,45 menjadi 2,7. Melalui tabel tersebut di atas frekuensi nilai tes kemampuan mengenal konsep kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten pada Siklus II tersebut, dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.3. sebagai berikut ini: commit to user
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
60%
26,66% 6,66%
6,66%
0,1-1,0
1,0-2,0
2,0-3,0
3,0-4,0
Interval Gambar 4.3. Grafik Nilai Tes Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten Siklus II Analisis hasil siklus II direfleksi sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Siklus II nilai rata-rata kemampuan mengenal konsep bilangan adalah 2,7 dan anak yang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan sebanyak 2 anak atau sebesar 13,33% dan anak yang mendapat nilai Tuntas sebanyak 13 anak atau 86,66%. Setelah dianalisis, berbagai proses kegiatan mengenal konsep bilangan pada siklus I dapat diatasi pada siklus II. Anak secara keseluruhan lebih memahami aturan main dalam setiap kegiatan dan anak bisa lebih menerima alasan atas perbedaan pemberian reward bagi tiap anak. Kegiatan mengenal konsep bilangan secara keseluruhan mengalami peningkatan dalam hal memahami perintah, membaca simbol, membaca gambar
dan
memasangkan
dengan
tepat.
Pencapaian
indikator
kemampuan mengenal konsep bilangan pada siklus II yaitu 86,66% dari indikator yang ditentukan yaitu 75%. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dapat peneliti simpulkan kegiatan mengenal konsep bilangan kelompok B di TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten pada siklus II sudah berhasil. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus 1. Observasi Guru Mengajar Penilaian observasi guru mengajar ini terbagi menjadi dua bentuk penilaian yaitu penilaian RKH (Rencana Kegiatan Harian) yang menilai perencanaan kegiatan guru serta kelengkapan materi ajar atau instrumen yang diperlukan dalam kegiatan tersebut, serta penilaian observasi guru mengajar yang menilai bagaimana guru menerapkan RKHnya dalam kegiatan secara keseluruhan. Selanjutnya, kedua bentuk penilaian tersebut dirangkum sehingga mendapatkan hasil penilaian observasi guru mengajar secara keseluruhan. Di dalam penilaian RKH terdapat 8 indikator yang diamati dan berikut penilaian sesuai indikatornya: (1) kejelasan perumusan tujuan pembelajaran, (2) pemilihan materi ajar, (3) pengorganisasian materi ajar, (4) pemilihan sumber/media pembelajaran, (5) kejelasan skenario pembelajaran, (6) kerincian skenario pembelajaran, (7) kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran, dan (8) kelengkapan instrumen. Sedangkan dalam penilaian observasi guru mengajar, terbagi dalam 3 indikator inti yakni indikator dalam Pra Kegiatan, Kegiatan Awal, Kegiatan Inti dan Kegiatan Akhir atau Penutup. Perbandingan nilai hasil observasi guru mengajar dari sebelum dan sesudah tindakan dapat dilihat pada grafik gambar 4.4 berikut ini:
commit to user
Skor
Kondisi Awal
Siklus I
3,87
3,72
3,58
3,41
2,58
4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
3,22
digilib.uns.ac.id 91
3,06
perpustakaan.uns.ac.id
Siklus II
Pelaksanaan Tindakan
Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Hasil Observasi Guru Kondisi Awal, Siklus I Pertemuan 1, 2 dan 3, serta Siklus II Pertemuan 1, 2 dan 3 Berdasarkan gambar 4.4. menunjukkan pencapaian guru mengajar mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 2,58; siklus I pertemuan 1 sebesar 3,06; siklus I pertemuan 2 sebesar 3,22; selanjutnya siklus I pertemuan 3 sebesar 3,41 dan siklus II pertemuan 1 sebesar 3,58; selanjutnya meningkat kembali pada siklus II pertemuan 2 sebesar 3,72 dan sedikit menurun pada siklus II pertemuan 3 sebesar 3,87.
2. Observasi Aktivitas Anak dalam Pembelajaran Selain dari penilaian observasi guru mengajar secara keseluruhan, penilaian terhadap proses pembelajaran juga diperoleh melalui observasi terhadap aktivitas anak dalam proses pembelajaran berlangsung. Penilaian ini terbagi menjadi 3 Indikator inti yaitu keaktifan anak, keseriusan dalam belajar dan ketepatan memasangkan. Hasil penilaian observasi aktivitas anak dari sebelum dan sesudah tindakan dapat dilihat pada grafik gambar 4.5. berikut ini: commit to user
Kondisi Awal
Siklus I
3,75
3.5
3,25
3
2,75
2,5
4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
2
digilib.uns.ac.id 92
Skor
perpustakaan.uns.ac.id
Siklus II
Pelaksanaan Tindakan Gambar 4.5.. Grafik Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Anak dalam Proses Pembelajaran dari Kondisi Awal, Siklus I Pertemuan 1, 2 dan 3, serta Siklus II Pertemuan 1, 2 dan 3 Berdasarkan gambar 4.5. menunjukkan pencapaian aktivitas anak dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 2, siklus I pertemuan 1 sebesar 2,5; siklus I pertemuan 2 sebesar 2,75; dan siklus I pertemuan 3 sebesar 3. Selanjutnya pada siklus II pertemuan 1 sebesar 3,25; selanjutnya meningkat kembali pada siklus II pertemuan 2 sebesar 3,5 dan siklus II pertemuan 3 sebesar 3,75.
3. Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan (Hasil Belajar) Penilaian terhadap hasil belajar kemampuan mengenal konsep bilangan anak dilakukan dalam bentuk tes unjuk kerja dimana setiap anak memasangkan angka sesuai jumlah bendanya dan sebaliknya secara individu disetiap pertemuannya. Penilaian kemampuan mengenal konsep bilangan ini terbagi dalam 4 indikator inti, yaitu memahami perintah, membaca gambar, membaca simbol dan memasangkan dengan tepat. Hasil penilaian terhadap hasil belajar mengenal konsep bilangan commit kemampuan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
anak dari sebelum dan sesudah tindakan dapat dilihat pada grafik gambar
Skor
2,7
2,65
2,55
2,45
2,35
3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
1,95
4.6. berikut ini:
2,75
Kondisi Siklus I Siklus I Siklus I Siklus II Siklus II Siklus II Awal
Pelaksanaan Tindakan
Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Hasil Belajar Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak dari Kondisi Awal, Siklus I Pertemuan 1, 2 dan 3, serta Siklus II Pertemuan 1, 2 dan 3 Berdasarkan gambar 4.6 menunjukkan pencapaian hasil belajar anak kelompok B mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 1,95, siklus I pertemuan 1 sebesar 2,35; siklus I pertemuan 2 sebesar 2,45; dan siklus I pertemuan 3 sebesar 2,55. Selanjutnya pada siklus II pertemuan 1 sebesar 2,65; siklus II pertemuan 2 sebesar 2,7 dan siklus II pertemuan 3 sebesar 2,75. Melalui hasil perbandingan pada grafik gambar di atas dapat disajikan rata-rata hasil belajar pada setiap siklusnya secara keseluruhan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
Tabel 4.19. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II.
No 1
Pembelajaran mengenal konsep bilangan nilai rata-rata
kondisi Awal 1.95
Setelah dilaksanakan Tindakan Siklus I Siklus II 2.45 2.7
Berdasarkan tabel 4.19, dapat diketahui nilai rata-rata kemampuan mengenal konsep bilangan anak mengalami peningkatan pada kondisi awal sebelum tindakan adalah 1,95. Pada siklus I mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata kemampuan bercerita anak menjadi 2,45. Selanjutnya pada pelaksanaan siklus II nilai rata-rata kemampuan bercerita anak adalah 2,7. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa model Quantum Learning tepat untuk membantu meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten. Peningkatan nilai rata-rata hasil kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten melalui penerapan model Quantum Learning dapat disajikan pada gambar 4.7. berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
3
2,7
2,45
Skor
2,5 2
1,95
1,5 1 0,5 0 1 Kondisi awal
2
3 I Siklus
4
5
6 II 7 Siklus
Pelaksanaan Tindakaan
Gambar 4.7 . Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Sikus II Secara garis besar perbandingan antara jumlah anak yang mencapai ketuntasan belajar kemampuan mengenal konsep bilangan pada kondisi awal sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II ditunjukkan pada tabel 4.20. sebagai berikut ini: Tabel 4.20. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II.
No Ketuntasan 1 Tuntas Tidak 2 Tuntas
Kondisi awal Jumlah % 7 46,66% 8
53,33%
Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % 11 73,33% 13 86,66% 4
26,66%
2
13,33%
Berdasarkan tabel 4.20. yaitu tabel rekapitulasi ketuntasan belajar anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten, terlihat adanya penigkatan pada ketuntasan belajar anak pada kemampuan mengenal commit to userawal jumlah anak yang tuntas konsep bilangan yaitu pada kondisi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
sebanyak 7 anak atau 46,66%, kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 11 anak atau 73,33%, dan pada siklus II menjadi 13 anak atau 86,66%. Data dari tabel rekapitulasi ketuntasan belajar anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II di atas dapat disajikan dalam bentuk gambar 11 yaitu grafik peningkatan ketuntasan kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II adalah sebagai berikut ini:
frekuensi
100,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00%
86,66% 73,33%
46,66%
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan Tindakan Gambar 4.8. Grafik Peningkatan Ketuntasan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak Kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II. D. Pembahasan Berdasarkan perumusan masalah, deskripsi hasil tindakan tiap siklus dan perbandingan hasil tindakan antarsiklus, berikut ini akan diuraikan pembahasan mengenai kemampuan mengenal konsep bilangan dan proses pembelajaran
yang
berlangsung
pada anak kelompok B TK Aisyiyah 05
Sungkur Klaten. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
1. Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan (Hasil Belajar) Kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten mengalami peningkatan ditunjukkan melalui hasil pengamatan dan analisis data. Penilaian kemampuan mengenal konsep bilangan ini terbagi dalam 4 indikator inti, yaitu Memahami Perintah, Membaca Gambar, Membaca Simbol dan Memasangkan dengan tepat. Hal ini dapat ditunjukkan dengan pencapaian ketuntasan anak dan nilai rata-rata yang dicapai. Kondisi awal ketuntasan siswa mencapai 46,66%, siklus I mencapai 73,33% dan siklus II mencapai 86,66%. Sesuai indikator kinerja yang telah ditetapkan pada siklus I adalah 70% sedangkan siklus II adalah 75%, dapat diketahui bahwa kondisi awal, siklus I dan siklus II terdapat peningkatan yang signifikan sehingga menunjukkan keberhasilan dalam indikator yang telah ditetapkan. Nilai rata-rata anak pada kondisi awal sebesar 1,95, siklus I mencapai 2,45 dan siklus II mencapai 2,7.
2. Observasi Guru Mengajar Penilaian observasi guru mengajar ini terbagi menjadi dua bentuk penilaian yaitu penilaian RKH (Rencana Kegiatan Harian) yang menilai perencanaan kegiatan guru serta kelengkapan materi ajar atau instrumen yang diperlukan dalam kegiatan tersebut, serta penilaian observasi guru mengajar yang menilai bagaimana guru menerapkan RKHnya dalam kegiatan secara keseluruhan. Selanjutnya, kedua bentuk penilaian tersebut dirangkum sehingga mendapatkan hasil penilaian observasi guru mengajar secara keseluruhan. Berdasarkan hasil observasi secara keseluruhan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata guru mengajar. Kondisi awal sebesar 2,58, siklus I mencapai 3,23 dan siklus II mencapai 3,72.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
3. Obevervasi Aktivitas Anak dalam Proses Pembelajaran Selain dari observasi kegiatan guru mengajar secara keseluruhan, penilaian terhadap proses pembelajaran juga diperoleh melalui observasi terhadap aktivitas anak dalam proses pembelajaran berlangsung. Penilaian ini terbagi menjadi 3 Indikator inti yaitu keaktifan anak, keseriusan belajar dan ketepatan memasangkan. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas anak dalam proses pembelajaran secara keseluruhan tampak bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata aktivitas anak dalam proses pembelajaran. Kondisi awal sebesar 2, siklus I mencapai 2,75 dan siklus II mencapai 3,5. Melalui hasil observasi secara keseluruhan telah melebihi target pada siklus I sebesar 70% dan siklus II sebesar 75%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model Quantum Learning dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten dinyatakan berhasil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus melalui penerapan model Quantum Learning dalam bidang pengembangan kognitif khususnya mengenal konsep bilangan pada anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten, dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran melalui penerapan model Quantum Learning dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten. Peningkatan kemampuan mengenal konsep bilangan tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok B pada setiap siklusnya adalah sebagai berikut pra tindakan nilai rata-rata kemampuan mengenal konsep bilangan anak 1,95, siklus I nilai rata-rata kemampuan mengenal konsep bilangan anak 2,45 dan siklus II nilai rata-rata kemampuan mengenal konsep bilangan anak 2,7. Tingkat ketuntasan belajar anak pada pra tindakan sebanyak 7 anak atau 46,66%, siklus I sebanyak 11 siswa atau 73,33% dan siklus II sebanyak 13 anak atau 86,66%. Hal ini menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 13,33%. Sedangkan peningkatan ketuntasan dari pra siklus sampai siklus II sebesar 40%. Seiring meningkatnya kemampuan mengenal konsep bilangan anak, hasil proses pembelajaran juga meningkat. Hal tersebut dapat dilihat melalui hasil observasi proses pembelajaran meliputi guru mengajar dan aktivitas anak. Pra siklus skor rata-rata guru mengajar
mencapai 2,58 dan
aktivitas anak mencapai 2.
Peningkatan terjadi pada siklus I, skor rata-rata guru mengajar mencapai 3,23 dan aktivitas anak mencapai 2,75. Kemudian dilanjutkan pada siklus II dan terjadi peningkatan skor rata-rata guru mengajar mencapai 3,72 dan aktivitas anak mencapai 3,5. Dengan demikian secara klasikal, pembelajaran telah mencapai ketuntasan belajar. commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
B. Implikasi Pelaksanaan kegiatan pembelajaran mengenal konsep bilangan dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan tiga kali pertemuan, dimulai dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Pertemuan ini berlangsung pada hari: Selasa, 17 April 2012; Kamis, 19 April 2012; dan Senin, 23 April 2012. Sedangkan siklus II juga dilaksanakan tiga kali pertemuan, dimulai dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Pertemuan ini berlangsung pada hari: Selasa, 1 Mei 2012; Kamis, 3 Mei 2012; dan Sabtu, 5 Mei 2012. Adapun indikatornya adalah “menghubungkan/memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 20”. Sebaiknya dalam penyajikan materi secara keseluruhan guru harus dapat memilih sarana pembelajaran yang tepat agar proses pembelajaran t optimal sehingga kompetensi (tujuan) pembelajaran dapat tercapai. Menurut Piaget dalam Masitoh, dkk, (2009: 2.13), anak usia Taman Kanakkanak berada pada tahapan Praoperasional yaitu tahapan di mana anak belum menguasai
operasi
mental
secara
logis.
Periode
ini
ditandai
dengan
berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol-simbol. Melalui kemampuan tersebut anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Oleh karena itu dalam peningkatan kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten peneliti menerapkan model Quantum Learning, yakni suatu model pembelajaran inovatif yang menekankan pada learning with fun. Sugiyanto (2008: 63) mengemukakan bahwa Quantum Learning merupakan proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak membosankan menjadi pilihan para guru/fasilitator. Media pembelajaran yang digunakan adalah benda-benda nyata agar memudahkan anak dalam kegiatan pembelajaran mengenal konsep bilangan. Anak juga secara aktif terlibat dalam proses penyelesaian memasangkan lambang bilangan dengan bendanya sehingga lebih bermakna bagi anak. Siklus I (pertemuan 1, 2 dan 3) pembelajaran menggunakan model tematik dan Quantum Learning dengan tema Air, Udara dan Api. Tiap anak diberi kartu angka untuk to user jumlah benda. Anak yang sudah memasangkan lambang bilangan commit sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
selesai mengerjakan memasangkan lambang bilangan sesuai dengan jumlah bendanya dengan tepat akan diberi reward. Peneliti yang berperan sebagai guru memberikan reward stempel bintang untuk memotivasi anak agar anak mau mengerjakan memasangkan lambang bilangan sesuai dengan jumlah benda secara tepat. Evaluasi dilaksanakan pada setiap pertemuan. Pada siklus II (pertemuan 1, 2, dan 3) pembelajaran masih menggunakan menggunakan model tematik dan Quantum Learning namun dengan tema yang berbeda yakni Tanah Airku. Tiap anak diberi benda-benda nyata yang menyimbolkannya yang kemudian memasangkan benda-benda tersebut sesuai dengan kartu angka yang melambangkannya. Anak yang sudah selesai mengerjakan memasangkan lambang bilangan sesuai dengan bendanya di depan kelas dan anak yang lain menunggu sambil mngerjakan tugas berikutnya. Pemberian reward stempal bintang masih diberlakukan pada anak dengan ketentuan yang sama. Evaluasi dilaksanakan pada setiap pertemuan. Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok B TK Aisyiyah 05 Sungkur Klaten mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan bahwa media pembelajaran yang digunakan sesuai dan cocok untuk kegiatan pengembangan kognitif khususnya mengenal konsep bilangan anak Taman Kanak-kanak. Penelitian ini dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang mengalami masalah yang sejenis. Adanya kendala dalam kegiatan mengenal konsep bilangan
melalui penerapan model Quantum Learning
harus diatasi
semaksimal mungkin, misalnya dibutuhkan persiapan yanga matang, pengelolaan kelas dengan baik dan media pembelajaran yang digunakan hendaknya dibuat sesuai dengan kebutuhan guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
C. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan selama 2 siklus dan tiap siklus tiga kali pertemuan, maka ada beberapa saran dari peneliti, yaitu sebagai berikut ini: 1. Bagi sekolah a. Sebaiknya
sekolah
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
dengan
mengupayakan pelatihan bagi guru untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai sesuai yang di harapkan. b. Seharusnya sekolah juga menyediakan sarana dan prasarana dengan baik untuk mendukung pembelajaran. 2. Bagi Guru a. Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan merancang model/metode pembelajaran yang kreatif dan
inovasi
sehingga anak-anak menjadi tertarik dan pembelajaran lebih kondusif dan bermakna. Hal ini agar anak tidak lekas bosan dan tetap termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan. b. Di dalam guru menyampaikan pembelajaran hendaknya menggunakan media/alat peraga yang sesuai karena dapat memudahkan anak untuk cepat
paham
serta
memberikan
pengalaman
langsung sehingga
menumbuhkan minat anak dalam belajar. c. Sebaiknya guru mengupayakan tindak lanjut terhadap pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Learning pada pembelajaran yang akan dilaksanakan. 3. Bagi Anak-anak a. Anak dibimbing guru agar lebih termotivasi dalam belajar mengenal konsep bilangan. b. Anak diarahkan dan dibimbing guru agar ikut aktif dalam proses pembelajaran. c. guru selalu membimbing dan merangsang rasa ingin tahu anak sehingga commit userdipahami nya. anak dapat bertanya jika ada yang to tidak