ARTIKEL ILMIAH PENGARUH ALAT PERAGA KATROL SEDERHANA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN NO. 118/1 AMPELU TUO KECAMATAN MUARA TEMBESI
Oleh: ROMA ULINA A1D109033
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI AGUSTUS, 2014
FKIP Universitas Jambi
Page 1
PENGARUH ALAT PERAGA KATROL SEDERHANA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN NO. 118/1 AMPELU TUO KECAMATAN MUARA TEMBESI
Oleh: ROMA ULINA (Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Jambi)
ABSTRAK
Alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Alat peraga sexing disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien, sehingga akan mempengaruh pada hasil belajar siswa. Supaya sumber belajar dapat mempengaruhi proses belajar dengan efektif dan efisien, perlu ada yang mengatur. Yang bertugas mengatur adalah instruction. Tujuannya dalam hal ini ialah mengusahakan agar tedadi interaksi antara siswa dengan sumber belajar yang relevan dengan tujuan instruksional yang akan dicapai. Agar alat dapat berfungsi dengan efektif dalam menunjang, proses belajar perlu dikembangkan dengan memperhatikan tujuan instruksional yang akan dicapai. Kecuali itu, penggunaannya dalam program intruksional harus direncanakan secara sistematis seksama melalui serangkaian kegiatan yang disebut pengembangan instruksional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan alat peraga katrol sederhana terhadap basil belajar siswa. Kelas V SDN No. 118/1 Desa Ampelu Tuo Kecamatan Muara Tembesi eksperimen dengan desain penelitian berbentuk pretest-postest design atau desain kelompok kontrol pretest-postest yang melibatkan dua kelompok. Dari pembahasan diatas hasil penelitian yang diperoleh, uji normalitas kelas eksperimen didapat Chi Kuadrat hitung lebih kecil dari harga Chi Kuadrat tabel (Xh² = 2,322 < 𝑋𝑡 ² = 11,070) maka distribusi data Pre-test kelas eksperimen dinyatakan normal. uji normalitas kelas kontrol didapat Chi Kuadrat hitung lebih kecil dari harga Chi Kuadrat
tabel (Xh² = 1,125 < 𝑋𝑡 ² = 11,070) maka distribusi data Pre-test kelas control dinyatakan normal. Uji homogenitas varians pre-test didapat data yang homogeny dimana F hit < F tab ( 1,31 < 1,84), Uji homogenitas varians post-test didapat data yang homogeny dimana F hit < F tab ( 1,771 < 1,84) Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga katrol
sederhana berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN No.118/I Desa Ampelu Tuo Kecamatan Muara Tembesi materi pesawat sederhana mata pelajaran Sains.
FKIP Universitas Jambi
Page 2
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkulitas. Menurut Hasbullah (2012:5) Pendidikan merupakan. "suatu proses terhadap anak didik berlangsung terns sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila". Proses pembelajaran dengan menggunakan bantuan alat peraga tidak selamanya dapat membuahkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan digunakannya alat peraga justru bukannya membantu memperjelas konsep, akan tetapi sebaliknya misalnya membuat siswa menjadi bingung. Dalam memilih alat peraga secara tepat terdapat lima hal yang harus di perhatikan oleh guru yakni: tujuan, materi pelajaran, strategi belajar mengajar, kondisi dan siswa yang belajar serta perlu waspada, sehingga tidak memakai media mengajar yang tidak begitu kecil, sehingga anak sulit melihat dan menjadi ribut. Serta gambar yang terlalu asing pada perasaan anak, umpanya gambar tertentu dari luar negeri yang kurang cocok di Indonesia. Perasaan aneh atau lucu tidak menguntungkan dalam proses belajar mengajar ini. Karena itu guru sebaiknya memakai alat peraga yang tepat dan bermutu sebagai alat bantu mengajar. Alat-alat audio visual, alat bantu bagi guru dan siswa untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas belajar mengajar. Pengajaran masa lampau telah menggunakan alat-alat tersebut kendatipun masih terbatas kepada alat-alat sederhana saja seperti: media garis, buku bacaan, gambar dan obyek nyata. Dewasa ini penggunnan alat-alat audio visual telah menggunakan alat-alat teknologi maju berupa elektronik, seperti slide, film scrip, film rekaman, video cassette, bahkan televisi pendidikan. Bentuk apapun alat audio visual yang digunakan namun tetap hanya sebagai alat bantu, dan bukan sebagai pesaing atau pengganti guru. Melalui alat peraga maka siswa akan lebih berkonsentrasi dalam belajar, Pemusatan pemikiran kepada suatu objek tertentu. Semua kegiatan kita membutuhkan konsentrasi. Dengan konsentrasi kita dapat mengedakan pekerjaan lebih cepat dan dengan hasil yang lebih baik. Karena kurang konsentrasi hasil pekerjaan biasanya tidak dapat maksimal dan diselesaikan dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu konsentrasi sangat penting dan perlu dilatih. Pikiran kita tidak boleh dibiarkan melayang-layang karena dapat menyebabkan gangguan konsentrasi. Pikiran hares diarahkan kesuatu titik dalam suatu pekerjaan. Dengan begitu pikiran kita makin hari akan semakin kuat. Berdasarkan observasi di SDN NO. 118/1 Ampelu Tuo penggunaan alat peraga masih kurang efektif khususnya pada alat peraga katrol sederhana. Sementara jika dilihat dari manfaatnya melalui alat peraga siswa lebih mendapat suatu pembelajaran yang konkret. Sesuai dengan tujuan pembelajaran sains siswa diharapkan mampu menyelesaikan suatu permasalahan melalui keterampilan proses. Penggunaan alat peraga yang efektif akan meningkatkan tingkat kemampuan berfikir siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa itu sendiri
FKIP Universitas Jambi
Page 3
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Peraga Pengertian alat peraga adalah “media yang memiliki ciri dan bentuk dari konsep materi ajar yang dipergunakan untuk mempergakan materi tersebut sehingga materi pembelajaran lebih muda dipahami oleh siswa” ( Asyhar, 2011:12). Media atau alat peraga menurut Pribadi (2009:46) adalah “ sarana pembelajaran yang dapat digunakan untuk memfasilitasi aktivitas belajar”. Alat peraga dapat diartikan sebagai “perantara” yang menghubungkan antara guru dengan siswa. Alat peraga dapat digunakan untuk mendukung terciptanya proses pembelajaran yang efektif, efesien, dan menarik. Secara umum pengertian alat peraga adalah “benda atau alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran”( Hadi, 2008:15). Menurut Nasution (2000: 100) alat peraga adalah “alat pembantu dalam mengajar agar efektif”. Sejalan dengan itu Sumadi (2004: 4) mengemukakan bahwa alat peraga atau AVA adalah alat untuk memberikan pelajaran atau yang dapat diamati melalui panca indera. Alat peraga merupakan salah satu dari media pendidikan adalah alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamzah (2012: 11) bahwa “media pendidikan adalah alat-alat yang dapat dilihat dan didengar untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif”. Sedangkan yang dimaksud dengan alat peraga menurut Nasution (2000: 95) adalah “alat bantu dalam mengajar lebih efektif”. Dari uraian-uraian di atas jelaslah bahwa media atau alat bantu mengajar adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Alat peraga merupakan “ media yang memiliki ciri atau bentuk dari konsep materi ajar yang dipergunakan untuk memperagakan materi tersebut sehingga materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa” (Ashyar, 2011:12). Penggunaan alat peraga sangat dibutuhkan terutama untuk menjelaskan konsep atau materi yang abstrak. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat Bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Dalam pencapain tersebut, Nana Sudjana berpendapat bahwa dengan menggunakan alat peraga dapat menambah minat dan perhatian siswa untuk belajar serta memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada diri siswa “ ( Sudjana,2009:100).
Peranan alat Bantu atau alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Supaya sumber belajar dapat mempengaruhi proses belajar dengan efektif dan efisien, perlu ada yang mengatur. Yang bertugas mengatur adalah instruction. Tujuannya dalam hal ini ialah mengusahakan agar terjadi interaksi antara siswa dengan sumber belajar yang relevan dengan tujuan instruksional yang akan dicapai. Agar alat FKIP Universitas Jambi
Page 4
dapat berfungsi dengan efektif dalam menunjang proses belajar perlu dikembangkan dengan memperhatikan tujuan instruksional yang akan dicapai. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa alat adalah merupakan salah satu komponen dalam sumber belajar, sekaligus merupakan salah satu bentuk pemecahan belajar menurut teknologi penididkan, dengan melalui suatu perancangan yang sistematis. Hubungan antara alat dan teknologi pendidikan dibawah ini contoh guru yang membuat alat peraga yang akan digunaka dalam pembelajaran. 2.2 Hakikat Belajar Menurut Hakim (2009:27) Belajar adalah “proses perubahan prilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungannnya”. Belajar adalah “kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan” (Pribadi,2009:6). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Surya (Riduwan,2004: 198) menjelaskan belajar adalah “suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya”. Menurut Sardiman (2009:20) Belajar merupakan “perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan baca,mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya”. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik . Menurut Aunurrahman (2012:36) belajar merupakan “interaksi individu dengan lingkungannya”. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu dengan lingkungan ini mendorong sesorang untuk lebih itensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun mental guna lebih mendalami sesuatu yang menjadi perhatian. Menurut Slameto dalam Hadi (2009: 60) mengemukakan bahwa: Belajar ialah “suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi individu dengan lingkungannya”. Belajar berasal dari kata ajar yang berarti mencoba (trial), yaitu kegiatan mencoba sesuatu yang belum dan tidak diketahui. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, kenyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia. Menurut Wingkel dalam Darsono (2004:4) belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis dalam interaksi dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap”. FKIP Universitas Jambi
Page 5
Djamarah (2002:13) mengemukakan bahwa belajar adalah “serangkai kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interakasi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik”. Perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik dengan terus belajar yang aktif dan kreatif sesuai dengan perkembangan zaman. Belajar adalah “proses orang memperoleh berbagai kecakapan ketrampilan, dan sikap” (Aunurrahman, 2012:38). Sedangkan Sardiman (2009:21) menyatakan bahwa “belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksud belajar bearti usaha mengubah tingkah laku. Belajar telah terjadi apabila tampak tanda-tanda bahwa perilaku seseorang berubah sebagai akibat terjadinya proses pembelajaran. Begitu juga pada siswa belajar dikatakan berhasil apabila siswa mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya. Belajar juga membutuhkan waktu dan tempat yang nyaman sehingga siswa mampu menangkap informasi mengenai ilmu pengetahuan yang diterimanya. Dengan kata lain, belajar tidak hanya latihan semata. Lebih dari itu, belajar dilakukan melalui pengerahan kemampuan untuk mengetahui suatu pengetahuan, menguasai suatu keterampilan, atau mampu bersikap. Purwanto (2009:38) mengatakan belajar merupakan “proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalm perilakunya”. Dengan demikin belajar merupakan suatu proses yang ditandai adanya perubahan tingkah laku, oleh karena itu seseorang dikatakan belajar apabila dalam diri orang tersebut terjadi perubahan tingkah laku yang dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan dan kebiasaan. Menurut Howard dalam Ahmadi (2004: 127) memberikan definisi belajar yaitu Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is orginated or changed through practice or training. Dari uraian dapat dikemukakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau di ubah melalui praktek atau latihan. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan di sebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan (skills) atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap (affektif) dan keterampilan (psikomotor). Kegiatan belajar merupakan “kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti, bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik atau siswa” (Usman, 2007: 5). Beberapa pendapat dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh sesorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku terhadap pengalaman yang dialaminya secara berulang-ulang dalam lingkungannya. Pembelajaran menurut Winkel (Siregar, 2010:12) adalah “seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa”. Sementara menurut Miarso (dalam Siregar, 2010:12) pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan serta pelaksanaannya terkendali.Menurut Hamalik (2009:57) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. FKIP Universitas Jambi
Page 6
2.3 Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar Menurut Carin dan Sund (Depdiknas, 2007:4), mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.Mata Pelajaran Sains di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa : memahami konsep-konsep Sains , memiliki keterampilan proses, mempunyai minat mempelajari alam sekitar, bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep Sains untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan. Berdasarkan tujuan di atas, maka pembelajaran pendidikan Sains di SD menuntut proses belajar mengajar yang tidak terlalu akademis dan verbalistik. Menurut Nur (2001:3), pembelajaran sains merupakan “sesuatu yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa”. Pembelajaran sains harus melibatkan siswa dalam penyelidikan-penyelidikan berorientasi inkuiry. Menurut Depdiknas (2007: 10)”Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan”. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Dengan keterampilan-keterampilan proses Sains, yang salah satu diantaranya adalah keterampilan mengajukan pertanyaan, maka siswa sekolah dasar dapat mempelajari Sains sebanyak-banyaknya, sesuai dengan keinginan mereka untuk mengetahui dan mempelajari Sains tersebut selama hidupnya. Ciri-ciri siswa SD, antara lain rasa ingin tahu yang berlebih, mengeksplorasi, menemukan, mempelajari sesuatu yang baru, dan berkreasi. Untuk mendorong munculnya rasa ingin tahu siswa SD tersebut, terlebih dahulu perlu dilakukan eksplorasi terhadap apa yang akan dipelajari, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari kegiatan eksplorasi tersebut dapat dijawab dengan percobaan yang dilakukan oleh siswa sendiri untuk menemukan konsep-konsep baru.Siswa SD lebih mudah memahami Sains jika melakukan kegiatan percobaan sendiri.Sains didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Perkembangan Sains tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat Sains.
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga katrol
sederhana berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN No.118/I Desa Ampelu Tuo Kecamatan Muara Tembesi materi pesawat sederhana mata pelajaran Sains. FKIP Universitas Jambi
Page 7
5.2 Saran 1. Pembelajaran Sains dengan menggunakan alat peraga katrol sederhana lebih baik dari tidak menggunakan alat peraga katrol sederhana, untuk itu dalam menggunakan model pembelajaran khususnya active learning hendaknya memperhatikan materinya sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Pembelajaran sains dengan menggunakan alat peraga katrol sederhana lebih baik dari tidak menggunakan alat peraga katrol sederhana dapat dipengaruhi dari intake siswa. Melalui alat peraga sederhana mampu meningkatkan aktivitas siswa khususnya pada pembelajaran sains karena alat peraga katrol sederhana lebih konkrit sehingga dapat merangsang rasa ingin tahu yang lebih dalam. DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman, 2012. Belajar dan Pembelajaran, Bandung :Alfabeta. Asyar, Rayandra, 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada Pers (GP) Ahmadi, Abu. 2009. Ilmu Sosial dasar. Jakarta : Rineka Cipta Depdiknas. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta : Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Depdikbud. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 Mata Pelajaran Sains. Jakarta :Depdikbud. Darsono, 2000. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Role Playing dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial Kelas V SDN 5 metro Barat Tahun 2007. Bandar Lampung : Universitas Lampung. Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Hasbullah, 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta :PT Raja Grafindo Persada. Hakim, Lukmanul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung ; CV WACANA PRIMA Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Bumi Aksara Hadi, Abdul. 2009. Upaya Mengatasi Keterbatasan Pelaksanaan Praktikum Kimia di SMA/ MA Melalui Pengembangan Alat Peraga Praktikum Kimia Skala Kecil. Bandung: Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB Hamzah, Amir. 2012. Peranan TIK dalam Bidang Pendidikan , (online), (http://labkompmtsnbuaran. Word press. Com diakses 24/1/14). Indrastuti, 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Karya Mandiri Nusantara. Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Muslichach, Asy”ari, 2006. Penerapan Pendekatan STM. Jakarta :Depdiknas Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya. Nasution 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta FKIP Universitas Jambi
Page 8
Pribadi, benny. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Dian Rakyat. Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta :Pustaka Belajar Rasyid, Harun. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Bandung : CV WACANA PRIMA RoestiyahNK. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Ra”uf. (2005). Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jakarta: Dharma Bhakti Sardiman A. M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grasindo Persada. Sumadi, Suryosubroto. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Sumiati. 2009. Metode pembelajaran. Bandung:CV WACANA PRIMA Siregar, LYS. (2010). Pengaruh Metode Belajar Kooperatif Terhadap Efikasi Diri. Skripsi (Tidak diterbitkan). Program Magister Psikologi Fakultas Psikologi UGM. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. Susilana, Rudi. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: CV WAHANA PRIMA Suyanto dan Djihad Hisyam. (2000). Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Millenium III. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka. Usman. Moh. Uzer (2007). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. West, Michael A. (2000). Mengembangkan Kreatifitas Dalam Organisasi. (Terjemahan Bern Hidayat). Princess: The British Psychological Society. ( Buku Asli diterbitkan tahun 1997)
FKIP Universitas Jambi
Page 9