ARTIKEL HUBUNGAN KARAKTERISTIK AKSEPTOR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI MOP DI DUSUN TEKHELAN DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
OLEH DEWI PURNAMA SARI 040113A011
PRODI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO 2016
i
HALAMAN PENGESAHAN
Artikel Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Karakteristik Akseptor dengan Pemilihan Kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang” disusun oleh: Nama
: Dewi Purnama Sari
NIM
: 040113a011
Program Studi
: DIII Kebidanan
Telah disetujui oleh pembimbing Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo, pada :
Ungaran,
2016
(Masruroh, S.SiT,M.Kes)
ii
Hubungan Karakteristik Akseptor dengan Pemilihan Kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Dewi Purnama Sari, Masruroh, S.SiT.,M.Kes, Cahyaningrum, S.SiT., M.kes Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Program Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya yang dilakukan untuk menurunkan tingkat kelahiran. Alat kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi salah satunya yaitu dengan kontrasepsi jangka panjang. Di Jawa Tengah 2015 yang menggunakan kontrasepsi Metode operatif pria (MOP) sejumlah 0,10%, dan di Kabupaten Semarang yang menggunakan kontrasepsi MOP sejumlah 0,96%. Wilayah yang mempunyai Akseptor kontrasepsi MOP tertinggi yaitu di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang akseptor Kontrasepsi MOP sebanyak 80 orang (44,4%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan umur, pendidikan, sosial ekonomi, dan pengetahuan akseptor KB dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua suami di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang sebanyak 238 orang. Sampel sebanyak 71 responden. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan umur, sosial ekonomi, dan pengetahuan akseptor KB dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dengan nilai p-value umur 0,003 < (0,05), pvalue sosial ekonomi 0,029 < (0,05), p-value pengetahuan 0,003 < (0,05), dan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi MOP dengan nilai p-value 0,642 > (0,05). Disarankan bagi paguyuban prio utomo lestari untuk ikut mmbantu menyebarluaskan informasi mengenai KB MOP secara merata kepada masyarakat Kata kunci : Umur, pendidikan, sosial ekonomi, pengetahuan, kontrasepsi MOP Kepustakaan : 48 (2005-2015)
Program Studi D3 Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran | 1
ABSTRACT The family planning program is the efforts made to lower the birth rate. One of the contraceptives with high effectiveness is the long-term contraception. In 2015, the acceptors who were using the contraceptive MOP in the Central Java Province was 0.10%, and in Semarang Regency was 0.96%. The region with the highest coverage is Tekhelan of Batur Village Getasan Sub-district Semarang Regency as many as 80 acceptors (44.4%). The purpose of this study is to find the correlation between age, education, socioeconomic, and knowledge of the contraceptive acceptors and the selection of contraceptive MOP at Tekhelan of Batur village Getasan Sub-district Semarang Regency. This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The population in this study was all the husbands at Tekhelan of Batur Village Getasan Sub-district Semarang Regency as many as 238 peoples. The samples were 71 respondents. The data sampling used simple random sampling technique. The data were collected by using questionnaires. The data were analyzed by using Chi-Square test. The results of this study indicate that there are correlations between age, socioeconomic, and knowledge of acceptors and the selection of contraceptive MOP at Tekhelan of Batur Village Getasan Sub-district Semarang Regency with p-value of 0.003 < α (0.05), p-value of 0.029 < α (0.05), and p-value of 0.003 < α (0.05) for the variables of age, socioeconomic, and knowledge, respectively. There is no correlation between education and the selection of contraceptive MOP with p-value of 0.642 > α (0.05). The Priyo Utomo Lestari Community is suggested to contribute in disseminating information about contraceptive MOP even0for the society. Keywords
: Age, education, socioeconomic, knowledge, contraceptive MOP
PENDAHULUAN Latar Belakang Data dari Badan pusat statistik, jumlah penduduk khususnya di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1971 adalah 119.208.229 jiwa, tahun 1980 adalah 149.490.298 jiwa, tahun 1990 adalah 179.378.946 jiwa,tahun 2000 adalah 206.264.595 dan tahun 2010 adalah 237.641.326 jiwa. Hal ini menunjukan adanya peningkatan jumlah penduduk pada tahun 1971-1980 sebesar 25,45%, tahun 1980-1990 sebesar 19,9%, tahun 1990-2000 sebesar 14,9% dan tahun 2000-2010 sebesar 15,21% (BPS,2010). Jumlah penduduk yang semakin besar dan semakin meningkat ini menimbulkan berbagai masalah, seperti kekurangan pangan dan gizi sehingga menyebabkan kesehatan masyarakat yang buruk, pendidikan rendah, kurangnya lapangan pekerjaan, tingkat kelahiran dan kematian
yang tinggi khususnya di negara berkembang (Wiknjosastro, 2005). Upaya langsung untuk menurunkan tingkat kelahiran dilaksanakan melalui program keluarga berencana, yaitu dengan mengajak pasangan usia subur (PUS) agar memakai alat kontrasepsi (Martini, 2011). Pemilihan alat kontrasepsi yang disediakan oleh pemerintah diantaranya Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP), yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD (Intra Uterine Device ), MOW (Metode Operasi Wanita),dan khususnya KB MOP (Metode Operatif Pria) (Prawirohardjo, 2010). Saat ini lebih banyak KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) digunakan pada wanita, tetapi pada KB MOP sangat sedikit sekali penggunanya, dibandingkan KB jangka panjang yang
Program Studi D3 Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran | 2
digunakan pada wanita. Maka dari itu, KB MOP masih menjadi permasalahan bagi KB jangka panjang pada MOP. Di Kabupaten Semarang yang menggunakan kontrasepsi MOP sebesar 1502 ( 0,96%) dari 156.137 akseptor KB. Berdasarkan data yang diperoleh dari BKKBN pada bulan Juni 2015, wilayah yang mempunyai akseptor KB MOP paling tinggi yaitu di Kecamatan Getasan sebesar 5,17% dari jumlah PUS sebanyak 10,949 (BKKBN, 2015). Salah satunya pada Desa Batur akseptor KB MOP sebanyak 90 (5,37%) peserta KB MOP aktif dari jumlah PUS sebanyak 1675. Khususnya pada Dusun Tekhelan yang mempunyai akseptor KB MOP paling tinggi sebesar 80 orang dari jumlah PUS 180 orang (PLKB, 2015). MOP (Medis Operatif Pria) atau vasektomi adalah suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum (Indrayani, 2014). Survey yang dilakukan di Kecamatan Getasan di dapatkan beberapa paguyuban. Salah satunya paguyuban di Desa Batur Dusun Tekhelan bernama “Paguyuban Priyo Utomo Lestari” Paguyuban ini diikuti oleh akseptor KB MOP yang menjadi wadah agar bisa mengajak orang-orang untuk menjadi akseptor KB MOP, dan berdasarkan wawancara pada 4 orang. 3 orang mengatakan usianya 37, 40 dan 43 tahun, Pendidikan SD dan pekerjaan sebagai petani, alasan menggunakan KB MOP yaitu berhubungan dengan pengeluaran dana tiap bulan yang digunakan untuk KB istrinya, dan setelah dilakukan wawancara tentang pengetahuan kepada ketiga akseptor mengatakan KB MOP adalah KB mantap bagi pria yang dapat dilakukan di Rumah sakit, untuk mengurangi beban sosial ekonomi agar hidupnya sejahtera. Dan1 orang mengatakan umur 30 tahun, pendidikan SMP, pekerjaan petani. Alasan menggunakan KB MOP karena merasa kasihan terhadap istri banyaknya efek
samping dari kontrasepsi pada perempuan, maka memutuskan untuk ikut serta dalam penggunaan KB MOP. Dan mengatakan bahwa KB pria ini merupakan KB permanen yang tidak ada efek sampingnya. 2 orang yang bukan akseptor KB MOP umur 38 dan 42 tahun , pendidikan SD, pekerjaan petani mengatakan KB MOP adalah KB yang digunakan oleh pria, alesan tidak menggunakan KB karena menurutnya KB adalah urusan istri. Berdasarkan data dan fenomena diatas, penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian “Hubungan Karakteristik Akseptor dengan Pemilihan Kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang”. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan Karakteristik Akseptor dengan Pemilihan Kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran umur akseptor kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. b. Untuk mengetahui gambaran pendidikan akseptor kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. c. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan akseptor kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. d. Untuk mengetahui gambaran social ekonomi akseptor kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. e. Untuk mengetahui gambaran pemilihan suami menjadi akseptor kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.
Program Studi D3 Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran | 3
f. Untuk menganalisis hubungan umur akseptor dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. g. Untuk menganalisis hubungan pendidikan akseptor dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. h. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan akseptor dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. i. Untuk menganalisis hubungan social ekonomi akseptor dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Manfaat Penelitian 1. Tenaga Masyarakat Untuk meningkatkan kesadaran suami dalam partisipasi KB MOP sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan keluarga. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai salah satu acuan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan program KB MOP untuk meningkatkan keikutsertaan laki-laki didalam mengikuti KB 3. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan tentang hubungan karakteristik akseptor dengan pemilihan kontrasepsi MOP pada kepala keluarga. 4. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi mengenai hubungan karakteristik dengan pemilihan kontrasepsi MOP dan dapat memberikan masukan sebagai bahan bacaan bagi rekan sejawat dan sebagai bahan penelitian selanjutnya.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional, dilakukan di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang pada 30 Mei - 4 Juni 2016. Populasi jumlah suami di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang adalah 238 orang, dengan sampel 71 orang. Teknik sampling yang digunakan ialah simple random sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan menyebar kuesioner berisikan pertanyaan tentang karakteristik akseptor dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten semarang, data sekunder diperoleh dari PLKB kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, yaitu data jumlah akseptor MOP. Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data yaitu kuesioner. Analisa yang digunakan adalah analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan chi square HASIL PENELITIAN Analisis Univariat 1. Umur Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasar kan Umur Suami di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Umur
< 30 Tahun 30 Tahun Jumlah
Frekuensi
Persentase(%)
7 64 71
9,9 90,1 100,0
Hasil penelitian berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar berumur 30 tahun, yaitu sejumlah 64 orang (90,1%)
Program Studi D3 Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran | 4
2. Pendidikan Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasar kan pendidikan Suami di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Pendidikan
Frekuensi
Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah Jumlah
66 5
Persentase (%) 93,0 7,0
71
100,0
Hasil penelitian berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar memiliki pendidikan dasar yaitu sejumlah 66 orang (93,0%). 3. Sosial Ekonomi Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasar kan Sosial ekonomi Suami di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Sosial ekonomi
Frekuensi
< UMR UMR Jumlah
41 30 71
Persentase (%) 93,0 7,0 100,0
Hasil dari tabel 3 dapat diketahui bahwa, sebagian besar memiliki pendapatan < UMR, yaitu sejumlah 41 orang (57,7%) 4. Pengetahuan Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasar kan Pengetahuan Suami di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Pengetahuan Kurang Cukup Baik Jumlah
Frekuensi 22 19 30 71
Persentase (%) 31,0 26,8 42,2 100,0
Hasil penelitian berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa, lebih banyak dalam kategori baik, yaitu sejumlah 30 orang (42,2%)
5. Pemilihan Kontrasepsi MOP Tabel 6 Distribusi Frekuensi Berdasar kan pemilihan kontrasepsi MOP pada suami di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Pemilhan Kontrasepsi MOP Bukan MOP MOP Jumlah
Frekuensi 22 49 71
Persentase (%) 31,0 69,0 100,0
Hasil dari tabel 5 dapat diketahui bahwa,sebagian besar memilih kontrasepsi MOP , yaitu sejumlah 49 orang (69,0%) Analisis Bivariat 1. Hubungan umur dengan pemilihan kontrasepsi MOP Tabel 6 Hubungan antara umur suami dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Pemilihan kontrasepsi MOP PUmur Bukan Total MOP value MOP F % f % F % < 30 tahun 6 85,7 1 14,3 7 100 0,003 30 tahun 16 25,0 48 75,0 64 100 Jumlah 22 31,0 49 69,0 71 100
Berdasarkan uji fisher exact diperoleh p-value 0,003. Oleh karena pvalue 0,003 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur akseptor dengan pemilihan kontrasepsi MOP 2. Hubungan Pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi MOP Tabel 7 Hubungan antara pendidikan suami dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Pemilihan kontrasepsi MOP PPendidikan Bukan Total MOP value MOP F % f % F % Dasar 20 30,3 46 69,7 66 100 0,642 Menengah 2 40,0 3 60,0 5 100 Jumlah 22 31,0 49 69,0 71 100
Program Studi D3 Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran | 5
Berdasarkan uji fisher exact diperoleh p-value 0,642. Oleh karena pvalue 0,642 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan akseptor dengan pemilihan kontrasepsi MOP 3. Hubungan Pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi MOP Tabel 8 Hubungan antara sosial ekonomi suami dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Sosial ekonomi < UMR UMR Jumlah
Pemilihan kontrasepsi MOP PTotal Bukan MOP value MOP f % f % F % 8 19,5 33 80,5 41 100 0,029 14 46,7 16 53,3 30 100 22 31,0 49 69,0 71 100
Berdasarkan uji chi square (Continuity correction) diperoleh pvalue 0,029. Oleh karena p-value 0,029 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi akseptor dengan pemilihan kontrasepsi MOP 4. Hubungan Pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi MOP Tabel 8 Hubungan antara pengetahuan suami dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
Pemilihan kontrasepsi MOP PPengetahuan Bukan Total MOP value MOP f % f % F % Kurang 13 59,1 9 40,9 22 100 0,003 Cukup 4 21,1 15 78,9 19 100 Kurang 5 16,7 25 83,3 30 100 Jumlah 22 31,0 49 69,0 71 100
Berdasarkan uji chi square (Continuity correction) diperoleh pvalue 0,003. Oleh karena p-value 0,003 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan akseptor dengan pemilihan kontrasepsi MOP PEMBAHASAN Analisis Univariat 1. Gambaran Umur Suami yang Menjadi Akseptor Kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil penelitian suami yang menjadi akseptor kontrasepsi di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, responden yang berumur 30 tahun, yaitu sejumlah 64 orang (90,1%) dan responden yang berumur < 30 tahun, yaitu sejumlah 7 orang. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar akseptor kontrasepsi di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang sebagian besar berumur 30 tahun. Sebaiknya usia calon akseptor lebih dari 30 tahun, karena pada usia yang lebih tua keinginan untuk memiliki anak lagi lebih sedikit kemungkinanya, dibandingkan pria-pria usia muda karena ditakutkan nantinya akan mengalami penyesalan seandainya masih menginginkan anak lagi (Handayani, 2010). 2. Gambaran Pendidikan Suami yang Menjadi Akseptor kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil penelitian suami yang menggunakan kontrasepsi di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, responden dengan pendidikan dasar (SD/SMP), yaitu sejumlah 66 orang (93,0%), dan responden dengan pendidikan menengah (SMA), yaitu sejumlah 5 orang (7,0%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar yang menjadi kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang sebagian
Program Studi D3 Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran | 6
besar memiliki pendidikan rendah (SD/SMP). Rendahnya pendidikan ini kemungkinan dikarenakan faktor ekonomi, dimana dari hasil didapat sebagian responden mempunyai pendapatan < UMR sejumlah 41orang (57,7%) dan UMR sejumlah 30 orang (42,3%). Sebagaimana diketahui masyarakat yang berekonomi kurang cenderung tidak memperhatikan pendidikan. Namun, Seseorang dengan pendidikan rendah pun dapat mengambil keputusan benar karena pengetahuan yang ia dapatkan dari majalah, televisi dan lainnya (Fitriana, 2010). 3. Gambaran sosial ekonomi pada suami yang menjadi Akseptor Kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil penelitian suami yang menggunakan kontrasepsi di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, responden yang memiliki sosial ekonomi < UMR, yaitu sejumlah 41 orang (57,7%) dan responden yang memiliki sosial ekonomi UMR, yaitu sejumlah 30 orang (42,3%). Ini menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang menjadi akseptor kontrasepsi memiliki sosial ekonomi di < UMR. Pendapatan dapat mempengaruhi kesiapan keluarga dalam mempersiapkan semua kebutuhan keluarga. Pendapatan yang berupa uang biasanya akan terlebih dahulu digunakan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pokok dibandingkan dengan kebutuhan yang lainya, dalam hal ini salah satu dampaknya yaitu akan berakibat buruk terhadap pendidikan anak, karena hak mereka yang seharusnya masih belajar/masih harus menempuh pendidikan akan tetapi karena kekurangan biaya maka mereka
harus berhenti untuk menempuh pendidikan 4. Gambaran Pengetahuan Suami yang menjadi Akseptor Kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil penelitian suami yang menjadi akseptor kontrasepsi di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dalam kategori kurang sejumlah 22 orang (31,0%), dalam kategori cukup sejumlah 19 orang (26,8%), dan dalam kategori baik sejumlah 30 orang (42,2%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan Akseptor KB tentang kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dalam kategori baik yaitu sejumlah 30 orang (42,2%). Hal ini disebabkan karena banyaknya informasi yang diperoleh responden dari berbagai sumber seperti tenaga kesehatan, media massa dan elektronika. Selain itu di Dusun tersebut juga terdapat paguyuban priyo utomo dimana paguyuban ini diikuti oleh semua akseptor kontrasepsi MOP. Paguyuban tersebut menjadi ranah penyebaran informasi mengenai alat kontrasepsi khususnya untuk kontrasepsi MOP. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2012), Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. 5. Gambaran Pemilihan Suami menjadi akseptor Kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil penelitian suami yang menjadi akseptor kontrasepsi di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, sebagian besar memilih menggunakan kontrasepsi MOP, yaitu 49 orang (69,0%) dan sebagian kecil tidak memilih menggunakan kontrasepsi
Program Studi D3 Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran | 7
MOP, yaitu 22 orang (31,0%). Hal ini karena pemilihan yang dilakukan suami untuk menggunakan KB MOP didukung informasi yang lengkap yang didapatkan responden mengenai kontrasepsi MOP baik oleh tenaga kesehatan, media massa, dan elektronika, maupun pengalaman orang sekitar yang tidak mengalami efek samping dari pemakaian kontrasepsi MOP. 6. Hubungan antara Umur dengan Pemilihan Suami menggunakan Kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil uji Fisher Exact diperoleh p-value 0,003 oleh karena pvalue 0,003 < 0,05, maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Banyaknya responden yang berumur 30 tahun disebabkan karena pada umur ini responden sudah mempunyai anak 2 dan > dari 2. Tetapi tidak seluruhnya, umur 30 tahun juga ada mereka yang tidak menggunakan KB MOP. Dari hasil penelitian sebagian besar mereka yang tidak memilih MOP yaitu dengan pengetahuan kurang sejumlah 13 (59,1%), pengetahuan cukup 4 (21,1%) dan pengetahuan baik sejumlah (16,7%). Pengetahuan ini akan mempengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi MOP, karena pengetahuan itu menjadi dasar apa yang ia ketahui, sehingga jika mereka mengetahui banyak tentang kontrasepsi MOP seperti tahu bahwa kontrasepsi ini memiliki efektifitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan dan juga memiliki banyak kelebihan serta efek samping penggunaan kontrasepsi MOP jarang ditemukan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Jadi, dengan pengetahuan ini tentu seorang suami akan lebih mantap menggunakanya.
Namun tidak menutup kemungkinan umur < 30 tahun juga terdapat satu akseptor KB MOP dikarenakan pada umur tersebut akseptor sudah mempunyai anak > 2. Jadi, walaupun umurnya masih muda tetapi sudah tidak menginginkan anak lagi. Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dinyatakan sulistiawati (2011), bahwa indikasi untuk dilakukanya kontrasepsi MOP yaitu umur akseptor termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup, umur 30 tahun dengan 3 anak hidup, umur 35 tahun dengan 2 anak hidup 7. Hubungan pendidikan dengan pemilihan suami menggunakan Kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Berdasarkan uji Fisher Exact diperoleh p-value 0,642. Oleh karena pvalue 0,642 > 0,05, maka disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan akseptor dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kec. Getasan Kab. Semarang Hal ini disebabkan pendidikan bukanlah menjadi alesan satu-satunya bagi pria untuk memakai kontrasepsi MOP, penggunaan kontrasepsi MOP pada pendidikan rendah bisa lebih banyak karena sekarang sudah banyak informasi dari petugas kesehatan, dan media massa yang sudah diterima tentang kelebihan kontrasepsi MOP. Selain itu di Dusun tersebut juga terdapat paguyuban priyo utomo dimana paguyuban ini diikuti oleh semua akseptor kontrasepsi MOP. Paguyuban tersebut menjadi ranah penyebaran informasi mengenai alat kontrasepsi khususnya untuk kontrasepsi MOP, sehingga meskipun pendidikan responden pada penelitian ini kebanyakan pendidikan dasar namun karena informasi yang diperoleh banyak maka pengetahuannya menjadi baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Fitriana (2010), bahwa Seseorang dengan
Program Studi D3 Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran | 8
pendidikan rendah pun dapat mengambil keputusan dengan benar karena pengetahuan yang ia dapatkan dari majalah, televisi dan lainnya. 8. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Pemilihan Kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Berdasarkan uji Chi Square (Continuity correction) diperoleh pvalue 0,029. Oleh karena p-value 0,029 < 0,05, maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendapatan Akseptor dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kec. Getasan kab. Semarang. Hal ini disebabkan disebabkan biaya untuk kontrasepsi MOP mendapatkan bantuan dari pemerintah yaitu bantuan dari anggaran APBD daerah untuk kontrasepsi MOP sehingga gratis, sehingga bagi masyarakat dengan penghasilan rendah mereka lebih memilih untuk menggunakan kontrasepsi MOP, disamping kontrasepsi MOP ini gratis, mereka juga mendapat uang untuk menggantikan selama beberapa hari akseptor tersebut harus beristirahat dan tidak bekerja, dibandingkan dengan kontrasepsi lain yang digunakan oleh istri yang harus mengeluarkan uang setiap bulannya. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Indrayani (2014), bahwa status ekonomi suatu keluarga sangat berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi, karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan peserta harus menyediakan dana yang diperlukan.
9. Hubungan antara Pengetahuan Akseptor KB tentang kontrasepsi MOP dengan Pemilihan Kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Berdasarkan uji Chi square (continuity correction) diperoleh pvalue 0,003. Oleh karena p-value 0,003 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan akseptor dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Hal ini disebabkan karena berbagai informasi yang diterima oleh akseptor KB baik dari petugas kesehatan, maupun dari media massa. Selain itu di Dusun tersebut juga terdapat paguyuban priyo utomo dimana paguyuban ini diikuti oleh semua akseptor kontrasepsi MOP. Paguyuban tersebut menjadi ranah penyebaran informasi mengenai alat kontrasepsi khususnya untuk kontrasepsi MOP. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya dimana pada penelitian yang dilakukan Ekarini (2008), pengetahuan menyumbangkan peran dalam menentukan pengambilan keputusan untuk memilih alat kontrasepsi tertentu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi, maka makin meningkat pula peranya sebagai pengambil keputusan. PENUTUP Kesimpulan 1. Umur akseptor KB kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kbupaten Semarang, lebih banyak umur akseptor 30 tahun, yaitu sejumlah 64 orang (90,1%) 2. Pendidikan akseptor KB kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kbupaten Semarang, lebih banyak pendidikan dasar, yaitu sejumlah 66 orang (93,0%)
Program Studi D3 Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran | 9
3. Sosial ekonomi akseptor KB kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, lebih banyak dengan sosial ekonomi < UMR, yaitu sejumlah41 orang (57,7%) 4. Pengetahuan akseptor KB kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, lebih banyak dalam kategori baik, yaitu 30 orang (42,2%) 5. Akseptor KB di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, yang memilih menggunakan MOP sejumlah 49 orang (69,0%) 6. Ada hubungan antara umurdengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dengan pvalue 0,003 < (0,05) 7. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dengan pvalue 0,642 > (0,05) 8. Ada hubungan antara social ekonomi dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dengan pvalue 0,029 < (0,05) 9. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi MOP di Dusun Tekhelan Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dengan pvalue 0,003 < (0,05) Saran 1. Bagi Peneliti Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang factor predisposisi yang lain yaitu sikap, tradisi, kepercayaan masyarakat terhadap kesehatan, system nilai yang dianut masyarakat, pekerjaan dan social budaya, sehingga dapat diketahui secara pasti factor predisposisi apa saja yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi MOP. Dimana keterbatasan peneliti disini hanya meneliti factor predisposisi umur,
pendidikan, pengetahuan, dan social ekonomi 2. Bagi institusi pendidikan Diharapkan innstitusi pendidikan dalam hal ini perpustakaan Ngudi Waluyo untuk menambah bukuk-buku edisi terbaru tentang keluarga berencana dan kontrasepsi, khususnya tentang kontrasepsi MOP sehingga dapat memudahkan peneliti dalam mencari sumber referensi 3. Bagi Paguyuban Prio Utomo Lestari Bagi Paguyuban Prio Utomo Lestari untuk ikut membantu menyebarluaskan informasi mengenai KB MOP secara merata kepada masyarakat. 4. Bagi Tenaga kesehatan Bagi Tenaga kesehatan dalam memberikan informasi engenai KB MOP kepada masyarakat hendaknya mengikutsertakan salah satu akseptor untuk meningkatkan program KB MOP dengan lebih menarik . DAFTAR PUSTAKA Anggraeni Yetty dan Martini. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Rohima Press Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Laju Pertumbuhan Penduduk. hppt//www.bps.go.id. Diperoleh tanggal 20 november 2015 Ekarini, S. (2008). Analisis faktor yang Berpengaruh terhadap Partisipasi Pria dalam KB. Semarang: Universitas Diponegoro Indrayani. (2014). Vasektomi Tindakan Sederhana dan Menguntungan Bagi Pria. Jakarta: Trans Info Media Notoadmodjo, Soekidjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta PLKB. Data Akseptor KB Kecamatan Getasan: 2015
Program Studi D3 Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran | 10
Prawirohardjo, Sarwono.(2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Simanullang R. (2011). Pengaruh faktor predisposisi, pemungkin dan penguat peserta kontrasepsi pria terhadap penggunaan vasektomi. Medan: USU
Sulistyawati, Ari. (2013). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika Wiknjosastro, H. (2005).Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Program Studi D3 Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran | 11