BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar 2.1.1
Pengertian Jaringan Komputer Jaringan komputer adalah sistem yang terdiri dari komputer –
komputer, serta perangkat – perangkat yang saling terhubung sebagai satu kesatuan. Dengan di hubungkannya perangkat – perangkat tersebut kita dapat saling berbagi sumber daya antar satu perangkat dengan perangkat lainnya. Sedangkan dalam istilah komputer, jaringan merupakan penghubung antara dua komputer atau lebih yang tujuan utamanya adalah saling berbagi data. (Wahana Komputer, 2010:2) Sedangkan menurut definisi dari (Solekan,ST ,2009:91) yang di maksud jaringan komputer adalah suatu himpunan interkoneksi sejumlah komputer. Atau dapat dijelaskan sebagai kumpulan beberapa komputer yang saling terhubung satu sama lain melalui media perantara. Media perantara ini bisa berupa kabel ataupun tanpa kabel (nirkabel). Arsitektur yang digunakan oleh jaringan komputer pada umumnya menggunakan sistem client-server. Klien (client) adalah pihak yang meminta layanan, sedangkan Server adalah pihak penyedia layanan. Sistem ini berjalan ketika client membutuhkan beberapa sumber daya yang diperlukan dan dimiliki oleh server sebagai penyedia layanan yang akan memfasilitasi sumber daya yang diminta oleh klien. 2.1.2
Jenis Jaringan Komputer Jaringan komputer dalam penerapannya dibagi berdasarkan skala/area,
yang terdiri dari 4 jenis, yaitu :
5
6
1. LAN (Local Area Network) LAN adalah jaringan yang dibatasi oleh area yang relatif kecil, umumnya dibatasi oleh area lingkungan. Contoh : kantor, sekolah ataupun cafe. Jarak dari tiap-tiap node yang terhubung didalamnya tidak lebih dari 200 meter. (Syafrizal, 2005 : 8) LAN berupa jaringan privat yang berhubungan menghubungkan device didalam ruangan seperti kantor, gedung atau kampus. Sebuah jaringan dapat dikatakan LAN apabila minimal ada 2 buah komputer yang terhubung dengan data rate awal sebesar 4-16 Mbps dan berkembang hingga saat ini mencapat kecepatan 100 ataupun 1000 Mbps. (Forouzan & Fegan, 2007 : 13-14) Komponen utama LAN (Bhunia, 2005:122) : a. Media transmisi (bisa berupa kabel). b. Medium-access Controller (MAC). c. Interface yang terhubung jaringan.
Gambar 2.1 Topologi Local Area Network
2. MAN (Metropolitan Area Network) MAN juga merupakan jaringan yang ukurannya berada diantara LAN dan WAN. Didesain untuk pelanggan yang membutuhkan kecepatan yang tinggi yang biasanya untuk akses internet dan akses jaringan yang ada pada sebuah kota. (Forouzan & Fegan: 2007, 15).
7
MAN dalam bentuk fisik merupakan gabungan dari beberapa LAN. Standar dari kategori MAN yang sekarang diemplementasikan adalah IEEE802.6. (Bagad & Dotre, 2009 : 8)
Gambar 2.2 Topologi Metropolitan Area Network
3. WAN (Wide Area Network) Sebuah WAN menyediakan jarak yang jauh untuk mentrasmisi data, gambar, audio, video dan informasi pada area geografis yang besar. Area ini dapat berupa sebuah negara, benua, dan bahkan hampir keseluruhan dunia. (Forouzan & Fegan, 2007 :14) Karakteristik dari WAN adalah (Barrett & King, 2005 : 117-118) : a. Areanya mencakupi wilayah geografis yang luas. b. Untuk koneksi yang digunakan biasanya menggunakan penyedia layanan komunikasi seperti perusahaan teleopon ataupun internet service provider (ISP).
Gambar 2.3 Topologi Wide Area Network
8
Perbedaan antara LAN, MAN dan WAN adalah :
Tabel 2.1 Perbandingan LAN, MAN dan WAN Jenis
Karakteristik
LAN
Kecepatannya
Batas tinggi, Biasanya
digunakan
untuk
perusahaan yang mempunyai satu bangunan kecuali letak semua peralatannya.
antara
gedung
yang
berdekatan. MAN
Kecepatannya dari
LAN.
lebih
lambat Menghubungkan
jaringan
Perusahaan antara kota-kota.
menggunakan jasa perusahaan telekomunikasi
untuk
infrastrukturnya. WAN
Gabungan antara LAN dan Koneksinya MAN,
digunakan
hanya
terbatas
untuk pada satu kota.
menghubungkan banyak LAN didalam sebuah kota.
2.1.3
Topologi Jaringan Komputer Menurut Dede Sopandi (2008 : 27-32). “Topologi jaringan adalah
susunan atau pemetaan interkoneksi antara node, dari suatu jaringan, baik secara fisik (riil) dan logis (virtual). Topologi menggambarkan metode yang digunakan untuk melakukan pengkabelan secara fisik dari suatu jaringan”. Topologi fisik
jaringan adalah cara yang digunakan untuk
menghubungkan workstation-workstation di dalam LAN tersebut. Macammacam topologi jaringan fisik, antara lain : 1. Topologi Bus Topologi bus merupakan sebuah arsitektur jaringan dimana satu set client terhubung pada satu kabel utama (backbone) yang dinamakan bus. Topologi bus adalah cara yang paling sederhana untuk menghubungkan
9
banyak client, namun masalah yang banyak dihadapi adalah pada saat dua client akan mengirimkan data pada saat yang bersamaan pada bus yang sama yang dapat mengakibatkan terjadinya collision.
Gambar 2.4 Topologi Jaringan Bus
2. Topologi Star Topologi star merupakan salah satu topologi yang paling umum digunakan. Semua kontrol dalam topologi star dipusatkan pada satu titik yang dinamakan primary station dan terminal lain sebagai secondary station. Satu titik tersebut dinamakan hub atau switch yang berfungsi untuk menerima sinyal dari komputer dan meneruskannya ke semua komputer yang berhubungan dengan hub atau switch tersebut.
Gambar 2.5 Topologi Jaringan Stars
3. Topologi Ring Topologi ring merupakan sebuah topologi jaringan dimana tiap-tiap node terhubung ke dua node lainnya, sehingga membentuk sebuah cincin. Topologi ring kurang efisien jika dibandingkan dengan topologi star, karena pada topologi ini data harus melalui banyak titik sebelum data
10
mecapai tujuan. Namun kelebihan topologi ini dibandingkan dengan topologi star adalah topologi ini dapat mencari jalur alternatif jika jalur yang terdekat untuk ke titik tujuan sedang rusak ataupun sebaliknya.
Gambar 2.6 Topologi Jaringan Ring
4. Topologi Mesh Topologi mesh adalah sebuah cara untuk me-route data, suara, dan instruksi diantara titik-titik jaringan. Topologi ini memungkinkan koneksi secara terus-menerus dan mengkonfigurasi ulang di seputar path yang rusak atau terblok dengan cara hopping dari satu titik ke titik lainnya sampai mecapai tujuan.
Gambar 2.7 Topologi Jaringan Mesh
11
2.1.4
Media Transmisi
Pada dasarnya banyak media yang digunakan untuk membuat jaringan komputer. Saat ini teknologi yang dikenal berupa kabel dan nirkabel (Wireless). Kabel merupakan media yang sudah umum digunakan untuk transfer data dalam jaringan komputer. Media kabel menyediakan saluran pada satu perangkat ke perangkat lainnya. Dalam jaringan komputer dikenal beberapa jenis kabel. Berikut beberapa jenis kabel yang sudah banyak digunakan dalam implementasinya ke jaringan komputer. 1. Kabel Tembaga Kabel tembaga digunakan sebagai media transmisi yang ditanam didalam tanah, kabel tembaga sendiri memiliki beberapa unsur yang mempengaruhi kualitas tembaga itu sendiri. a. Kapasitor: Apabila jarak antar kedua pelat semakin lebar maka kapasitansinya semakin kecil, semakin dekat jarak antar kedua plat, semakin besar nilai kapasitansinya. b. Resistor : Resistansi, mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hambatannya, seperti: • Panjang kawat penghantar • Luas penampang kawat penghantar • Jenis kawat penghantar c. Induktor : Semakin panjang jalur yang di sediakan maka semakin besar hambatan itu dalam nilai gaya medan tertentu.
2. Kabel Twisted Pair Dinamakan Twisted Pair karena pada tiap pasang kawatnya dipilin. Kabel ini banyak digunakan karena keunggulannya yang memang harganya murah. Twisted Pair terdiri dari 2 jenis, yaitu: a. Shielded Twisted Pair Pada kabel jenis ini kawat dibungkus pelindung berupa bahan metalik, yang bertujuan untuk mengurangi noise elektrikal dalam kabel maupun dari luar kabel.
12
Gambar 2.8 Kabel Shielded Twisted Pair
b. UnShielded Twisted Pair Pada dasarnya UnShielded Twisted Pair sama saja dengan Shielded Twisted Pair, hanya saja disini tidak adanya pembungkus metalik yang berfungsi sebagai peredam noise dari dalam maupun dari luar kabel. Sehingga harganya pun cenderung lebih murah untuk digunakan.
Gambar 2.9 Kabel UnShielded Twisted Pair
3. Kabel Coaxial Kabel Coaxial adalah kabel tembaga yang diselimuti oleh beberapa pelindung (pelindung luar, pelindung anyaman tembaga, dan isolator pelastik), dimana pelindung-pelindung tersebut memiliki fungsi sebagai berikut : a. Pelindung luar, ini adalah bagian dari pelindung yang keras. Pelindung luar ini digunakana untuk melindungi kabel coaxial dari benturan fisik yang keras dan juga untuk melindungi dari gangguan hewan-hewan pengerat (sehingga bahannya biasanya dibuat dari bahan yang tidak disukai oleh hewan pengerat seperti tikus).
13
b. Pelindung berupa anyaman serat tembaga untuk melindungi kabel dari EMI (Electro Magnetic Interference) yang dihasilkan oleh kabel-kabel yang berada di sekitarnya, sehingga dapat menghasilkan kecepatan transmisi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kabel TwistedPair (yang sangat rentan terhadap interfensi dari luar kabel). c. Isolator pelastik untuk membantu menfilter sinyal-sinyal interferensi dari luar kabel sehingga inti kabel dapat dibuat bebas dari sinyal interferensi dari luar.
Gambar 2.10 Kabel Coaxial
4. Serat Optik (Optical Fiber) Kabel fiber optik merupakan saluran transmisi (pemindah informasi) yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Fiber Optik terbuat dari serat kaca dan bentuknya panjang dan tipis berdiameter lebih kurang 120 mikrometer dengan maksimal data yang dapat di transfer sebesar 10Gbps. Serat kaca ini merupakan serat yang dibuat secara khusus yang terbuat dari bahan kaca murni dan kemudian diproses menjadi sebentuk gulungan kabel agar dapat digunakan untuk melewati data yang ingin dikirim atau diterima. Fiber optik ini terdiri dari beberapa bagian yaitu Cladding, Core, dan Buffer Coating. Core adalah kaca tipis yang merupakan bagian inti dari fiber optik dan menjadi tempat berjalannya cahaya sehingga pengiriman cahaya dapat dilakukan. Cladding adalah lapisan luar yang membungkus Core dan memantulkan kembali cahaya yang terpancar keluar kembali ke dalam Core. Sedangkan Buffer Coating merupakan
14
lapisan plastik yang melindungi serat dari kerusakan dan kelembaban. Core dan Cladding terbuat dari kaca sedangkan Buffer atau Coating terbuat dari plastik agar fleksibel.
Gambar 2.11 Kabel Fiber Optic
Menurut Solekan, ST (2009:80) Kabel fiber optik yang biasa di gunakan memiliki 3 mode yaitu : 1. Serat Optik Single Mode Ilustrasi cara kerja :
Gambar 2.12 Single mode
Karakteristik single mode adalah : a. Inti kecil sekali. b. Diameter Diameter Core : 2-10 mikrometer. c. Diameter cladding : 50-125 mikrometer. d. Diameter coating : 250-1000 mikrometer.
15
e. Redaman : 0.1 – 0.5 dB/km. f. Bandwidth : 500-50.000 MHz.
Kelebihan mode ini adalah Bandwidth yang sangat besar, dispersi yang kecil sekali dibanding serat lain, memiliki redaman yang paling kecil, dan dapat dipakai untuk jarak jauh Sedangkan kekurangannya pembuatan yang sangat sulit dan memiliki harga yang relative mahal. Single-Mode fiber juga dapat dibuat dengan indeks bias yang berubah secara perlahan – lahan atau Granded Indeks. 2. Serat optik Multimode Step-Indeks. Ilustrasi cara kerja :
Gambar 2.13 Multimode Step Indeks.
Karakteristik Multi-Mode Step Indeks : a. Indeks bias inti konstan. b. Diameter Core : 50-250 mikrometer. c. Diameter cladding : 125-400 mikrometer. d. Diameter coating : 250-1000 mikrometer. e. Redaman : 0,4 - 2 dB/km. f. Bandwidth : 6-25 MHz.
Kelebihan mode ini adalah dalam proses pembuatannya dan proses penyambungan yang mudah serta diimbangi dengan harga yang relatif murah. Sedangkan kekurangannya bandwitdh yang dihasilkannya lebih rendah dan sering terjadi dispersi dan menghasilkan Redaman yang cukup besar sehingga digunakannya pada jarak – jarak pendek.
16
Berdasarkan hasil penelitian, penambahan prosentase bahan silica pada serat optik ini akan meningkatkan performance tetapi jenis serat optik ini tidak populer karena meskipun kadar silicanya ditingkatkan, sewaktu transmit tetap besar, sehingga hanya baik digunakan untuk menyalurkan data dengan kecepatan rendah dan jarak dekat. 3. Serat optik Multimode Graded-Indeks. Ilustrasi cara kerja :
Gambar 2.14 Multimode Graded Indeks
Karakteristik Multi-Mode Graded Indeks: a. Indeks bias inti bertingkat dengan indeks bias tertinggi pada pusat Core. b. Diameter Core : 30-60 mikrometer. c. Diameter cladding : 100-150 mikrometer. d. Diameter coating : 250-1000 mikrometer. e. Redaman : 0,2 - 1 dB/km. f. Bandwith : 150-2000 MHz.
Kelebihan mode ini hampir sama seperti single mode seperti bandwitdh yang lebih besar, dispersi yang lebih sedikit, Redaman yang lebih kecil tetapi akan lebih cocok jika digunakan untuk jarak menengah. Sedangkan kekurangannya pada proses pembuatan yang lebih sulit di bandingkan dengan mode yang lain dan harga yang relatif mahal.
17
2.1.5
Model Open System Interconnection (OSI) Menurut Tanenbaum (2011 : 43 - 45) OSI (Open System Interconnecting) mempunyai tujuh lapisan yaitu: 1. Phisycal Layer Lapisan fisik disini bertujuan untuk mentransmisikan bit-bit melewati saluran komunikasi dan memastikan bahwa ketika satu sisi mengirimkan bit 1 maka sisi penerima harus mendapatkan bit 1 juga bukan 0. Protokol yang berlaku pada layer ini adalah protokol DSL, ISDN, ethernet, optical transport network (OTN). Dan perangkat yang digunakan pada layer ini adalah network adapter, modem, Fiber Media Converter. 2. Data Link Layer Tugas utama dari lapisan koneksi data adalah untuk mengubah fasilitas transmisi dasar ke sebuah jalur yang tampak terlihat bebas dari transmisi yang eror tanpa terdeteksi. Protokol yang berlaku pada layer ini adalah MAC Address (Media Access Control). Perangkat yang berada pada layer ini adalah hub, bridge, dan switch layer 2. 3. Network Layer Tugas utama dari lapisan jaringan adalah untuk mengontrol subnet dan menentukan paket tersebut di arahkan dari sumber ke tujuan. Protokol yang bekerja pada layer ini adalah IP dan ARP(Address Resolution Protocol). Perangkat yang bekerja pada layer ini adalah, router dan switch layer 3. 4. Transport Layer Fungsi dasar dari lapisan pengirim ialah menerima data dari lapisan atas kemudian memecahnya menjadi beberapa bagian kecil
18
jika dibutuhkan, melewatkannya melewati lapisan jaringan, dan memastkan bagian-bagian tersebut sampai tujuan dengan tepat. Protokol yang bekerja pada layer ini adalah TCP dan UDP.
5. Session Layer Lapisan sesi mengizinkan pengguna di hardware atau mesin yang berbeda untuk mengaktifkan sesi diantara mereka. Lapisan ini menawarkan berbagai macam servis. Contohnya adalah TCP. 6. Presentation Layer Tidak seperti lapisan yang berada dibawahnya yang kebanyakan melakukan perpindahan bit-bit, lapisan presentasi menekankan tentang sintag dan semantik dari informasi yang dikirim. Protokol yang berada dalam level ini contohnya adalah, layanan Workstation (dalam Windows NT) dan juga Network Shell (semacam Virtual Network Computing (VNC) atau Remote Desktop Protocol(RDP)). 7. Application Layer Lapisan ini berisi oleh berbagai protokol yang umumnya digunakan oleh user, contohnya HTTP (Hyper Text Transfer Protokol), FTP (File Transfer Protocol), SMTP(Simple Mail Transfer Protocol), NFS(Network FileSystem).
19
Gambar 2.15 Model OSI 2.1.6
Model TCP/IP Menurut Tanenbaum (2011 : 46-48), model TCP/IP mempunyai 4
lapisan yaitu :
Gambar 2.16 Perbandingan Model TCP/IP dengan OSI
1. Link Layer Lapisan ini mendeskripsikan koneksi seperti serial dan ethernet klasik harus mampu memenuhi kebutuhan dari lapisan internet yang bersifat conectionless.
20
2. Internet Layer Fungsi dari lapisan ini adalah untuk mengizinkan user untuk menyuntik paket ke berbagai network dan membiarkan paket tersebut berjalan secara independen ke tujuannya. Protokol di layer ini sebagai contoh adalah IP (Internet Protocol) ditambah dengan protokol pendukung yang disebut ICMP (Internet Control Message Protocol). 3. Transport Layer Lapisan ini di desain untuk mengizinkan entitas sejawat di sumber dan tujuan untuk membawa percakapan, sama halnya lapisan pengirim di OSI. Dua protokol end-to-end di definisikan di lapisan ini. Pertama adalah TCP (Transmission Control Protokol) yang handal dan berorientasi koneksi. TCP melakukan komunikasi dari sumber ke tujuan untuk melakukan koneksi. Jadi ada sesi komunikasi sebelum paket di kirimkan. Kedua adalah UDP (User Datagram Protocol) yang tidak handal dan kurang terhadap orientasi koneksi. UDP tidak melakukan komunikasi terlebih dahulu untuk mengirim paket dari sumber ke tujuan. 4. Application Layer Sama seperti lapisan aplikasi di model OSI, di model TCP/IP lapisan ini juga merupakan kumpulan protokol-protokol yang digunakan untuk berbagai macam tipe aplikasi seperti HTTP, FTP (File Transfer Potocol), dan masih banyak lagi.
2.2 Teori Khusus 2.2.1
Wireless Melalui buku yang berjudul Data Communications and Networking,
Forouzan (2007:203) berpendapat : “Wireless merupakan media yang melakukan komunikasi tanpa menggunakan konduktor fisik, melainkan dengan gelombang elektromagnetik. Sinyal gelombang disiarkan melalui ruang bebas sehingga setiap orang dapat menerima data selama mempunyai perangkat yang dibutuhkan.”
21
Gambar 2.17 Spektrum Elektromagnetik untuk Wireless
2.2.1.1 Pembagian Wireless Transmisi Wireless dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu gelombang radio (radio wave), microwave, dan infra merah (infrared). Perbedaan tiga kelompok gelombang tersebut terletak pada frekuensi gelombang elektromagnetik. (Forouzan, 2007:205)
Gambar 2.18 Pembagian Transmisi Gelombang Wireless
22
1. Radio wave (gelombang radio) Gelombang radio mempunyai frekuensi antara 900 kHz sampai 1 GHz. Gelombang radio dipancarkan dengan pemancar omnidirectional.
Pemancar
gelombang
segala
ke
omnidirectional
arah.
Kerugian
menyebarkan dari
pemancar
omnidirectional, yaitu gelombang rentan terhadap gangguan dari pemancar lain yang mengirimkan sinyal dengan frekuensi yang sama.
Gambar 2.19 Pemancar Omnidirectional
2. Microwave (gelombang mikro) Microwave mempunyai frekuensi antara 1 sampai 100 GHz. Microwave
menggunakan
pemancar
unidirectional.
Ketika
pemancar mentransmisikan microwave, pemancar pengirim dan pemancar penerima harus disejajarkan. Keunggulan dari pemancar unidirectional, yaitu sinyal tidak mengganggu pemancar lain karena pemancar diletakan sejajar. Ada dua jenis antenna pemancar unidirectional, yaitu dish antenna dan horn antenna.
Gambar 2.20 Jenis Antena Pemancar Undirectional (a) Dish Antenna, (b) Horn Antenna
23
3. Infrared (infra merah) Infrared mempunyai frekuensi antara 300 GHz sampai 400 THz, yang dapat digunakan untuk komunikasi jarak pendek. Dengan frekuensi yang tinggi, infrared tidak dapat menembus dinding. Keuntungan dari infrared adalah sistem komunikasi yang sedang berlangsung dengan infrared tidak akan mengganggu sistem sejenis yang berada di ruangan lain.
2.2.1.2 Standarisasi Wireless LAN IEEE Wireless LAN menurut standar IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) memiliki varian (Forouzan, 2007:432), sebagai berikut: 1. 802.11a 802.11a beroperasi pada frekuensi 5 GHz dan kecepatan dapat mencapai 54 Mbps. 802.11a efektif berada pada cakupan area yang kecil dan kurang efektif untuk menembus gedung karena berfrekuensi tinggi.
2. 802.11b 802.11b beroperasi pada frekuensi 2,4 GHz dan kecepatan dapat mencapai 11 Mbps. 802.11b memiliki kemampuan yang lebih baik untuk menembus gedung dibandingkan IEEE 802.11a.
3. 802.11g 802.11g beroperasi pada frekuensi 2,4 GHz dan kecepatan dapat mencapai 54 Mbps. 802.11g memiliki frekuensi yang sama dengan IEEE 802.11b, tetapi memiliki bandwidth setara dengan IEEE 802.11a.
24
4. 802.11n 802.11n beroperasi pada frekuensi 2,4 GHz dan 5 GHz serta kecepatan dapat mencapai 300 Mbps. 802.11n memiliki frekuensi yang sama dengan IEEE 802.11a dan 802.11g. Tabel 2.2 Frekuensi dan Bandwidth Varian 802.11
Varian Protokol
802.11a
802.11b
802.11g
802.11n
Frekuensi
5 GHz
2.4 GHz
2.4 GHz
2.4 GHz, 5 GHz
Bandwidth
54 Mbps
11 Mbps
54 Mbps
300 Mbps
2.2.1.3 Wireless Network Structure Suatu jaringan terdiri dari dua atau lebih perangkat yang saling terkoneksi (link). Link adalah jalur komunikasi yang memindahkan data dari satu perangkat ke perangkat lainnya yang terhubung dalam waktu bersamaan. Ada dua kemungkinan jenis koneksi, yaitu : (Forouzan, 2007:8). 1. Koneksi Point to Point Koneksi point to point menyediakan sambungan khusus antara dua perangkat. Seluruh kapasitas koneksi disediakan untuk transmisi antara dua perangkat. Pengiriman point-to-point dengan satu pengirim dan satu penerima kadang disebut juga sabagai Unicasting, Atau dapat juga dijelaskan dalam jaringan komputer, transmisi unicast adalah pengiriman pesan ke satu jaringan host di jaringan switching packet.
Gambar 2.21 Koneksi Point to Points
25
2. Multipoint Koneksi multipoint (multidrop) adalah suatu jaringan yang terdiri dari lebih dari dua perangkat tertentu berbagi satu link. Dalam lingkungan multipoint, kapasitas saluran dibagi, baik spasial atau temporal. Jika beberapa perangkat dapat menggunakan koneksi secara bersamaan, itu adalah spasial dibagi koneksi. Jika pengguna harus bergiliran, itu adalah koneksi timeshared. Topologi multipoint ini terlihat mirip dengan topologi star yang membedakannya adalah topologi star menggunakan sebuah termian pusat (HUB atau Switch)
Gambar 2.22 Koneksi Multipoint to Multipoint 2.2.1.4 Arsitektur Wireless IEEE telah mendefinisikan spesifikasi untuk Wireless LAN (802.11) yang meliputi layer physical dan layer data link. Ada dua standar yang didefinisikan, yaitu Basic Service Set (BSS) dan Extended Service Set (ESS) (Forouzan, 2007:458).
1. Basic Service Set (BSS) IEEE mendefinisikan BSS sebagai blok bangunan nirkabel LAN. Satu set layanan dasar terdiri dari Access Point (AP). Gambar 2.21 menunjukkan dua set dalam keadaan standar. Blok bangunan tanpa Access Point adalah jaringan yang berdiri sendiri dan tidak dapat mengirim data ke BSS lainnya (Independent Basic Service Set), hal ini disebut arsitektur adhoc. Arsitektur tersebut dapat
26
membentuk jaringan tanpa perlu sebuah Access Point. Perangkat dapat saling menemukan dan setuju untuk menjadi bagian dari IBSS. Sedangkan blok bangunan yang berkomunikasi melalui Access Point yang terhubung melalui jaringan distribusi disebut sebagai BSS. BSS tidak dapat berkomnukasi dengan BSS lainnya dikarenakan tidak adanya perangkat seperti Access Point / Router Wireless yang bekerja sebagai terminal pusat.
Gambar 2.23 Basic Service Set (IBSS dan BSS)
2. Extended Service Set (ESS) ESS terdiri dari dua atau lebih BSS dengan Access Point yang terhubung melalui sistem distribusi, contohnya kabel LAN. Sistem distribusi menghubungkan Access Point yang ada di BSS tersebut.
IEEE
802.11
tidak
membatasi
sistem
distribusi,
penggunaan LAN IEEE, seperti Ethernet dapat digunakan di sistem distribusi.
Gambar 2.24 Extended Service Set
27
2.2.1.5 Wi-Fi (Wireless Fidelity) Menurut M.Sreerama Murty, D.Veeraiah, dan A.Srinivas Rao (2012:321), “Teknologi Wi-Fi dibangun berdasarkan standar IEEE 802.11 dan menggunakan LAN (Local Area Network). Wi-Fi dapat digunakan oleh perangkat genggam, perangkat genggam dapat terhubung ke internet dengan menggunakan koneksi Wi-Fi. Akses jaringan Wi-Fi terbatas pada wilayah tertentu sehingga hanya dapat digunakan selama berada di area jangkauan”. Penggunaan teknologi Wi-Fi terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. City Wide Wi-Fi Implementasi Wi-Fi ini hanya dilakukan pada suatu kota yang lebar, namun performa koneksi tidak terlalu bagus.
2. Campus Wide Wi-Fi Kampus dari universitas menyediakan Wi-Fi parsial dengan cakupan satu area kampus berupa akses internet nirkabel secara penuh.
3. Internet Access Akses internet menggunakan jaringan Wi-Fi dengan perangkat genggam. Koneksi dilakukan dengan menggunakan Access Point. Wi-Fi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Memiliki connection oriented. b. Terbatas untuk area tertentu. c. Memiliki Bandwidth lebih sedikit. d. Memiliki koneksi yang fleksibel.
2.2.2
DSLAM (Digital Subscriber Line Access Multiplexer) DSLAM merupakan perangkat jaringan akses yang melayani multi
layanan, seperti ADSL, SHDSL, POTS, dan Ethernet. DSLAM di implementasikan untuk menyediakan suatu solusi layanan berbasis jaringan lokal akses fiber atau tembaga dengan cost-effective pada suatu layer jaringan
28
yang konvergen, dimana
layanan PSTN (Public Switched Telephone
Network), NGN (Next Generation Network) dan jaringan broadband bisa digabungkan melalui satu perangkat yang sama. (Cahonge,2008:2) Topologi DSLAM sendiri merupakan stacking (bertingkat) atau master slave architecture yang berarti node slave digunakan sebagai perpanjangan tangan dari master. Jika node master tidak cukup maka akan digunakan slave untuk menambah kapasitas master. Chassis dan module sama antara master dan slave. Untuk melakukan stacking, uplink card yang diutilisasi sebagai module stack. Services yang ditawarkan DSLAM bersifat modular dan menempel pada chassis DSLAM. Digital Subscriber Line Access Multiplexer memiliki tiga fungsi penting yaitu sebagai berikut: 1. Sebagai sistem akses broadband. Broadband mengandung pengertian pita lebar, mengacu pada kapasita maksimum link jaringan. 2. Sebagai akses gateway dalam NGN (Next Generation Network). Agus, W.S. dkk (2010) menyebutkan bahwa NGN (Next Generation Network) adalah sebuah terobosan di bidang telekomunikasi dengan pemikiran untuk bermigrasi dari teknologi jaringan konvensional yang berbasiskan jaringan circuit switched seperti PSTN menuju jaringan berbasiskan sistem packet switched seperti pada jaringan Internet Protocol (IP). 3. Sebagai jaringan akses tradisional PSTN (Public Switched Telephone Network). PSTN merupakan perangkat switch yang terdapat pada central office penyedia jasa telepon publik untuk menyalurkan layanan POTS (Plain Old Telephone Service), yaitu berupa layanan telepon tradisional non data yang menggunakan media transmisi kabel tembaga.
2.2.2.1 Prinsip Dasar DSLAM Atribut utama DSLAM merupakan perpaduan fleksibel dari layanan broadband dan narrowband dapat diintegrasikan dari sebuah single platform seperti : (Cahonge,2008)
29
a. Layanan Voice : POTS (Plain Old Telephone Service) merupakan layanan telepon non data yang menggunakan media transmisi kabel tembaga, VoIP (Voice over Internet Protocol) merupakan layanan informasi suara berbasis IP. b. Layanan Data / Broadband : xDSL (ADSL, VDSL, ADSL 2/2+, SHDSL).
DSLAM memungkinkan beragam aplikasi penggelaran fiber optik FTTx yang mungkin seperti : a. FTTO (Fiber to The Office) letak TKO (Tempat Konversi Optik) diletakkan disuatu tempat diluar gedung kantor, baik didalam kabinet maupun diatas tiang dengan kapasitas besar, terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga jarak tertentu. b. FTTC (Fiber To The Curb) TKO terletak disuatu tempat diluar bangunan, didalam kabinet dan diatas tiang dengan kapasitas lebih kecil, terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga sampai beberapa ratus meter. c. FTTB (Fiber To The Building) TKO terletak didalam gedung dan biasanya terletak pada ruang telekomunikasi di basement ataupun diletakkan dibeberapa lantai pada gedung tersebut, terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor.
2.2.2.2 Komponen DSLAM Komponen penyusun jaringan DSLAM sampai ke AP (Access Point) yang terdapat pada PT.Telkom terdiri dari terdiri dari Rangka Pembagi Utama (RPU), Kabel Primer (KR), Rumah Kabel (RK), Kabel Sekunder, Kotak Pembagi (KP) / Distribution Point (DP), Saluran Penanggal, Kotak Terminal Batas (KTB), Modem ADSL, Access Point (AP).
30
Berikut penjelasan dari masing - masing konfigurasi DSLAM yang ada pada PT.Telkom: 1. RPU (Rangka Pembagi Utama) / MDF (Main Distribution Frame) RPU yang dimiliki oleh PT. Telkom berbentuk blok-blok terminal yang terdapat dalam gedung STO (Sentral Telepon Otomatis) atau Sentral Lokal. RPU / MDF biasanya terletak di bawah ruang sentral telepon untuk gedung STO bertingkat. Sedangkan, untuk gedung STO tidak bertingkat, MDF diletakkan di samping ruang sentral telepon. Di bawah MDF terdapat ruang bawah tanah yang dipasang rangka besi (Cable Chamber) untuk menempatkan kabel-kabel primer dari luar gedung sebelum di distribusikan ke MDF. Fungsi MDF : a) Tempat penyambungan Kabel Primer dengan Kabel Sentral b) Tempat pengetesan komunikasi. c) Fleksibelitas Saluran, artinya dapat ditukar pasangkan kabel sentral dengan kabel primer dengan menggunakan kabel jumper wire. d) Tempat meletakkan pengaman jaringan. Blok terminal vertikal dan blok terminal horizontal dihubungkan dengan dengan menggunakan kabel jumper wire, yaitu kabel tembaga polietelin.
2.
Kabel Primer Pada
PT.
Telkom
kabel
primer
berfungsi
untuk
menghubungkan RPU suatu sentral telepon ke RK dan DP / KP pada daerah catuan Langsung. Kabel primer mempunyai kapasitas maksimal 2400 pasang dengan diameter 0,4 mm dan 0,6 mm. Untuk STO kapasitas besar kabel primer ditanam Langsung atau dipasang melalui pelanggan yang dicor beton (sistem duct).
31
3. Rumah Kabel (RK) Pada PT. Telkom RK merupakan salah satu bagian yang penting dalam suatu jaringan kebel telepon antara sentral dengan pesawat pelanggan yang biasanya dipasang di tepi jalan, trotoar, dan pada tempat yang tidak mengganggu lalu lintas dan aman. RK mempunyai fungsi sebagai tempat penyambungan antara kabel primer dengan kabel sekunder, tempat melaksanakan pengetesan untuk mengetahui keberadaan gangguan, dan tempat melaksanakan jumper antara terminal blok disisi primer dengan terminal blok disisi sekunder. Kapasitas RK paling kecil 800 pasang, dengan arti jumlah pasangan
primer
dengan
pasangan
sekunder
yang
dapat
diterminasikan adalah 800 pasang, sedangkan kapasitas RK paling besar 2400 pasang (dimensi RK dengan kapasitas 2400 pasang sama dengan kapasitas 1600 pasang). Pada umumnya, perbandingan antara kapasitas kabel primer dan kabel sekunder adalah 2 : 3.
Gambar 2.25 Rumah Kabel
4. Kabel Sekunder Kabel sekunder adalah kabel yang menghubungkan RK dengan DP/KP. Kabel sekunder mempunyai kapasitas maksimal 200 pasang dengan diameter urat kabel bervariasi antara 0,4 s/d 0,8 mm. Kabel sekunder biasa diaplikasikan di udara atau dipendam didalam tanah. Kabel yang berada di udara memerlukan tiang-tiang utama dan jarak tiang satu dan yang lainnya adalah 40 m, maksimal
32
dilarang melebihi 55 meter. Sedangkan kabel yang terpendam didalam tanah atau kabel tanam harus dilihat dari kondisi geografis tanah yang stabil dan mudah digali.
5. Kotak Pembagi (KP) / Distribution Point (DP) KP merupakan unit terminal kabel tempat penyambungan antara kabel sekunder dengan kabel distribusi (penanggal) yang mempunyai fungsi sebagai tempat penyambungan antara kabel sekunder dengan kabel distribusi, dan sebagai tempat pengetesan untuk mengetahui keberadaan gangguan. Fungsi KP : a. Tempat penyambungan kabel sekunder dengan saluran penanggal. b. Tempat pengetesan atau mengetahui keberadaan gangguan. c. Tempat mutasi jaringan yang menuju rumah pelanggan. d. Saluran yang stabil karena setiap pasang urat kabel sekunder bisa di tukar pasang dengan setiap saluran penaggal.
Gambar 2.26 Distribution Point
KP ada berbagai macam jenis, antara lain : a) Kotak Pembagi Tiang ( KPT ) Mempunyai kapasitas 10 pasang yang kecil dan 20 pasang yang besar. Digunakan untuk mencatu pelanggan yang terpencar dengan menggunakan saluran penanggal.
33
b) Kotak Pembagi Dinding ( KPD ) Dipasang pada dinding sebelah luar, biasanya digunakan untuk mencatu pertokoan/rumah yang letaknya berdampingan secara teratur. Dapat juga dipasang pada dinding sebelah dalam / biasanya digunakan untuk mencatu tiap tingkat pada gedung bertingkat/komplek industri, kampus, perkantoran. DP jenis ini mempunyai kapasitas lebih besar dibanding DP atas tiang dan biasanya kapasitas paling kecil 60 pasang dan paling besar 400 pasang. c) Tabung Pembagi / Terminal Post ( TP ) Kotak pembagi yang dipasang di atas permukaan tanah/pelataran. Digunakan untuk mencatu pelanggan pada daerah permukaan yang sudah mapan seperti perumahan pada real estate. Pada STO Simpang lima menggunakan kotak pembagi tiang dengan kapasitas 10 – 20 saluran. Umumnya, dari 10 saluran, diambil 1 sebagai saluran cadangan dan dari 20 saluran diambil 2 sebagai saluran cadangan. Saluran cadangan ini berfungsi sebagai pengganti apabila dalam 1 KP tersebut ada saluran yang mengalami kerusakan atau sedang dalam perbaikan.
6. Kabel Distribusi Kabel distribusi pelanggan yang fungsinya menghubungkan DP/KP ke tambatan akhir pada rumah pelanggan. Kabel yang digunakan adalah kabel penanggal. Kabel penanggal ada dua jenis, yaitu kabel dengan penguat dan tanpa penguat. Kabel saluran penanggal berfungsi menghubungkan KP (Kotak Pembagi) dengan KTB( Kotak Terminal Batas) yang berada di pelanggan. Kabel yang digunakan adalah kabel DW (Drop Wire). Jarak kabel Drop Wire terjauh adalah 250 meter. Dengan jarak 250 meter itu, maka maksimaldiperlukan tiang adalah : a. Banyaknya tiang = Jarak terjauh / 50 b. Banyaknya tiang = 250 / 50 = 5 tiang
34
c. Pada rumus terdapat pembagian 50 karena jarak maksimal antara tiang itu adalah 50 meter.
7. Kotak Terminal Batas (KTB) KTB merupakan tempat penyambungan antara kabel penanggal / distribusi dengan kabel instalasi dalam rumah (indoor cable) yang mempunyai fungsi sebagai pembatas antara IKR pada rumah pelanggan dengan saluran penanggal pada jaringan kabel, tempat terminasi awal IKR pada rumah pelanggan, tempat terminasi akhir saluran penanggal dari jaringan kabel telepon lokal, tempat penyambungan antara IKR pada rumah pelanggan dengan saluran penanggal dari jaringan lokal, dan tempat pemeriksaan ada tidaknya dial tone (nada pilih). KTB biasanya dipasang pada dinding rumah pelanggan dengan ketinggian kurang lebih 170 cm dari atas tanah.
8. Modem ADSL Modem adalah satu komponen dari CPE yang berfungsi melakukan modulasi dan demodulasi sinyal informasi, sedangkan ADSL adalah teknologi akses yang memungkinkan terjadi komunikasi data, suara, dan video secara bersamaan, menggunakan media jaringan akses kabel tembaga 1 Pair. Sistem hubungan komunikasi pada perangkat ADSL dapat dilakukan menggunakan dua sistem switching yaitu narrowband switching dan broadband switching. Sistem hubungan layanan POTS (Plain Old Telephone Service) atau layanan narrowband dilakukan berbasis circuit switching, sedangkan layanan data, video atau layanan broadband dilakukan berbasis packet switching. Jenis modem yang digunakan oleh PT.Telkom adalah ADSL TP-LIK 8840, berikut spesifikasinya: 1. G.DMT (G.992.1) 2. RFC1483R (MPoA), RFC2364 (PPPoA/PPPoE) 3. Encapsulation LLC, VC 4. Support IP WAN/LAN static/dinamik
35
Gambar 2.27 Modem ADSL TP LINK 8840
9. AP (Access Point) Access Point berfungsi sebagai pengatur lalu lintas data, sehingga memungkinkan banyak client dapat saling terhubung melalui jaringan. Sebagai hub/switch yang bertindak untuk menghubungkan jaringan lokal dengan jaringan Wireless/nirkabel. Access Point dapat memancarkan atau mengirim koneksi data /
melalui
gelombang
radio,
ukuran
kekuatan
sinyal
juga
mempengaruhi area coverage yang akan dijangkau, semakin besar kekuatan sinyal semakin luas jangkauannya. AP biasa bekerja pada layer 1 dan 2, tetapi jika AP dilengkapi kemampuan router seperti linksys, maka AP tersebut bisa bekerja pada layer 1,2 dan 3.
Gambar 2.28 Access Point Cisco Air CAP 16021-C-K9
Spesifikasi AP Cisco Air CAP 16021-C-K9 : 1. Frequency Band : Dual Band (2.4GHz Band dan 5-GHz Band) 2. Bandwidth
: 20,40 MHz
3. Max data rate
: 802.11n (300Mbps)
36
2.2.3
GPON (Gigabit Passive Optical Network) GPON (Gigabit Passive Optical Network) merupakan teknologi akses
yang berbasis kabel fiber optik yang dikembangkan oleh ITU-T via G.984. Standar GPON memungkinkan pengaksesan mencapai jarak 60 km bersama dengan rasio split maksimal 128 (meskipun dengan split penuh, dan komponen optik standar, jarak tersebut tidak normal terealisasi), dan kemampuan total bandwidth hulu dan hilir sebesar 2,5 Gbit/s dan 1,2 Gbit/s. Dengan melakukan desain yang cermat, sehingga cocok untuk pertukaran antara jangkauan dan rasio split, dan memilih node dengan tuntutan bandwidth yang sesuai, sistem GPON bisa dikerahkan untuk melayani node tersebut dalam berbagai bidang. Satu perangkat akan diletakkan pada sentral, kemudian akan mendistribusikan traffic Triple Play (Suara/VoIP, Multi Media/Digital Pay TV dan Data/Internet) hanya melalui Media 1 Core kabel optik disisi subscriber atau pelanggan. Ciri khas dari teknologi ini dibanding teknologi optik lainnya adalah teknik distribusi trafik nya dilakukan secara pasif. Dari sentral hingga ke arah subscriber akan didistribusikan menggunakan pasif splitter (1:2, 1:4, 1:8, 1:16, 1:32, 1:64, 1:128). (Hambali : 2010)
2.2.3.1 Sejarah Perkembangan GPON Teknologi JARLOKAF (Jaringan Lokal Kabel Fiber) terdiri atas PON dan AON. Dimana masing-masing memiliki cara kerja yang berbeda, PON memliki komponen berupa splitter passive sedangkan AON bersifat active dengan memiliki komponen ASE (Active Splitting Equipment) atau lebih singkat AS (Active Splitter). Pada titik percabangan, ASE mempunyai 2 ODN (Optical Distribution Network), yaitu primary ODN dan secondary ODN. ASE pada AON berfungsi untuk mendistribusikan informasi dari dan ke OLT, dari satu atau lebih ONU, dengan fungsi sebagai multiplexer/ demultiplexer serta sebagai intermediate regenerator, inilah mengapa
37
splitter pada AON bersifat aktif. Pada PON splitter bersifat pasif karena dengan passive splitter kabel optik dapat dipecah menjadi beberapa kabel optik lagi, dengan kualitas informasi yang sama tanpa adanya fungsi addressing dan filtering. Dengan demikian pada perangkat jaringan AON masih dibutuhkan tenaga listrik pada setiap splitternya, sedangkan di perangkat PON hanya splitter pasif yang tidak memerlukan tenaga listrik untuk beroperasi.(Sri Juniarti : 2009) GPON merupakan evolusi dari teknologi PON. Ada pun tahapan-tahapan evolusinya adalah sebagai berikut :
1. ITU-T G.983 ITU-T G.983 merupakan teknologi PON berbasis ATM, mendukung suara dan data, efesiensi 70% yang memiliki bandwidth 622Mbps, diadopsi dari standar ITU tahun 1999. Terdiri dari BPON (Broadband Passive Optical Network) dan APON (ATM Passive Optical Network) merupakan standar PON (Passive Optical Network) yang pertama yang digunakan terutama untuk aplikasi bisnis dan menggunakan teknologi ATM.
2. ITU-T G.984 ITU-T G.984 merupakan standar yang dikeluarkan oleh ITUT untuk teknologi GPON. GPON merupakan evolusi dari standar BPON. Teknologi ini mendukung kecepatan yang besar, peningkatan dalam pengamanan dan pilihan 2 layer protokol (ATM, GEM, Ethernet). Tetapi pada kenyataannya ATM tidak diimplementasikan. Teknologi ini memiliki bandwidth 2,5 Gbps dengan efisiensi 93% GEM
(GPON
Encapsulate
Method)
menggunakan
frame
segmentation untuk QoS (Quality of Service) yang lebih besar. Standar teknologi ini memiliki kecepatan 2,488 Mbps untuk downstream dan 1,244 Mbps untuk upstream.
38
3. IEEE 802.3ah IEEE 802.3ah adalah suatu standar yang dikeluarkan IEEE untuk EPON (Ethernet Passive Optical Network) atau GEPON (Gigabit Ethernet Passive Optical Network) yang merupakan PON berbasis ethernet, standar IEEE/EFM pada penggunaan ethernet untuk paket data. Teknologi ini mendukung suara dan data, efisiensi 49%, bandwidth 1 Gbps untuk upstream dan downstream, standar ini dibuat tahun 2004.
4. IEEE 8022.3av IEEE 8022.3av merupakan standar yang dikeluarkan oleh IEEE sebagai pengembangan dari GEPON. Teknologi ini biasa dikenal dengan 10GEPON (10 Gigabit Ethernet Passive Optical Network). 10GEPON ini menggunakan standar teknologi WDM (Wavelenght Data Multiplexer), dengan Bandwidth 10 Gbps untuk upstream dan downstream. Tabel 2.3 Perkembangan PON (Passive Optical Network) Protokol PON APON/BPON
EPON/GEPON
GPON
IEEE 802.3ah/av
ITU-T G.984
Standar
ITU-T G.983
Penghantaran
ATM
Biaya
Rendah
Sedang
Paling rendah
Lebar jalur hulu
155 Mbps
1.5 Gbps
1.25 Gbps
Lebar jalur hilir
622 Mbps
1.5 Gbps
2.5 Gbps
ATM, TDM, Ethernet WDM, TDM,ATM
2.2.3.2 Prinsip Dasar GPON Prisip kerja dari GPON yaitu ketika data atau sinyal dikirimkan dari OLT, maka ada bagian yang bernama splitter yang berfungsi untuk memungkinkan serat optik tunggal dapat mengirim ke berbagai ONT. Untuk ONT sendiri akan memberikan data – data dan sinyal yang diinginkan oleh user.
39
Pada prinsipnya, Passive Optical Network adalah sistem pointto-multipoint, dari fiber ke arsitektur premise Network dimana menggunakan unpowered optikal splitter serat optik tunggal. Arsitektur sistem GPON berdasarkan pada WDM (Wavelength Division Multiplexing) yang merupakan komunikasi dua arah dilakukan pada satu Core optical fibre, masing – masing arah tx dan rx yang menggunakan panjang gelombang λ1 dan λ2. ONT mempunyai kemampuan untuk mentransmisikan data di 3 mode power. Pada mode 1, ONT akan mentransmisikan pada kisaran daya output yang normal. Pada mode 2 dan 3 ONT akan mentransmisikan 3 – 6 dB lebih rendah daripada mode 1 yang mengizinkan OLT untuk memerintahkan ONT menurunkan dayanya apabila OLT mendeteksi sinyal dari ONT terlalu kuat atau sebaliknya, OLT akan memberi perintah ONT untuk menaikkan daya jika terdeteksi sinyal dari ONT terlalu lemah. (Modul Telkom : 2010) Tabel 2.4 Standard Teknologi GPON Karakteristik Standardisation Frame
GPON ITU-T
G.984
ATM (Asynchronus Transfer Mode) / GEM (GPON Encapsulation Method)
Speed Upstream
1.244 Gbps
Speed Downstream
2.488 Gbps
Service
Data, Voice, Video
Transmission Distance
10 km / 20 km
Wavelength Up
1310 nm
Wavelength Down
1490 nm
Splitter
Passive
40
2.2.3.3 Kesisteman GPON
Kesisteman yang terdapat dalam GPON dapat dibagi kedalam 3 bagian yaitu: (Dave Hood & Elmar Trojer : 2012)
1. GEM (GPON Encapsulation Method) GEM merupakan metode enkapsulasi frame pada GPON. Dimana mekanisme ini bekerja pada layer 2 OSI. Frame GEM akan terdiri atas enkapsulasi data user (voice, data, video) dan ditambah dengan overhead. Jika tidak ada data user yang akan dikirim, proses pengiriman frame akan disisipkan frame kosong (idle frame). Untuk selanjutnya frame GEM akan dibundel dalam sub-layer GTC dengan panjang frame 125 µs. GEM terdiri dari beberapa frame yang diantaranya berisi : • 5 bytes GEM Header. o PLI (Payload Length Indicator), 16 bits. o Port-Id (12 bits). o FFS (further field study), 2 bit. o FRAG (FRAGmentation), 2 bits; digunakan untuk fragmentasi. 00=complete frame. 10=1st fragment of frame. 11= intermediate frame fragment. 01= last fragment of frame. o 1 byte HEC (CRC-8). • 1 GEM Payload Panjangnya variable dapat berisi Ethernet dan TDM frame.
41
Gambar 2.29 Skema GEM (GPON Encapsulation Method)
Untuk Downstream, transmisi pada arah ini frame GEM akan dibroadcast ke semua ONU, dimana masing-masing ONU akan mengidentifikasi paket yang diterimanya dari overhead frame. Sedangkan untuk Upstream, transmisi pada arah ini frame GEM akan dibawa dalam bentuk semacam kontainer yang diistilahkan dengan T-CONT (Transmission Container). T-CONT akan membawa ID port dari GEM dari setiap ONU.
2. AES (Advanced Encryption Standard) Mekanisme keamanan sistem transmisi antara OLT dengan ONU dalam sistem GPON secara periodik akan mengganti (renew) kode keamana n untuk peningkatan aspek keamanannya. Teknis mekanisme AES antara lain : a. Untuk transmisi data downstream saja. b. Enkripsi dibuat dalam model counter 128 bit blok kode dengan 128 bit key. c. Proses permintaan key, acknowledged, aktivasi key dan penggantian key dilakukan oleh PLOAM message. d. Pergantian key di-inisiasi dan dikontrol oleh OLT. e. Key di-generate dan disimpan oleh ONU. f. Key diganti 3 kali setiap detiknya.
42
g. Ketika OLT menerima key yang benar, maka OLT akan mengirim key switch message ke ONU dan kemudian melalukan trafik downstream.
Gambar 2.30 Mekanisme Advanced Encryption Standard
3. DBA (Dynamic Bandwidth Assignment) Mekanisme dari perangkat ONT dapat secara dinamik meminta dan memberi garansi bandwidth yang telah dialokasikan oleh T-CONT (Transmission Containers). DBA menyediakan utilisasi bandwidth menjadi lebih baik. Secara garis besar DBA mempunyai fungsi : a. Mendeteksi status ONU dan OLT. b. Melaporkan status ONU ke OLT. c. Menentukan bandwidth didalam OLT sesuai yang di prediksi. d. Meminta bandwidth sesuai dengan tipe T-CONT. Mekanisme kerja DBA : a. SR(Status-report) DBA; mengirimkan kalkulasi output ukuran block dan cell dari buffer T-CONT ke OLT pada saat “uploading transmission” melalui ONU. b. NSR (Non Status-Report) DBA; metode yang digunakan oleh OLT untuk memonitor jumlah traffic yang datang ke OLT.
4. T-CONT (Transmission Container) Mekanisme T-CONT adalah dimana
paket data yang
diminta oleh user dibawa kedalam sebuah paketisasi request item
43
yang nantinya di tujukan ke OLT. Didalamnya terdapat berbagai macam antrian request package yang berasal dari user.
G ambar 2.31 Skema Transmission Container
2.2.3.4 Komponen GPON
Komponen - komponen pada teknologi GPON antara lain yaitu : (Che, X :2010) 1. Sumber cahaya Sumber memancarkan
cahaya cahaya
yang yang
digunakan membawa
untuk informasi
merupakan hasil pengubahan sinyal listrik menjadi sinyal optik. Sumber cahaya yang digunakan dalam teknologi GPON adalah ILD (Injection Laser Diode). Jenis ILD yang digunakan pada sistem GPON antara lain Fabry Perot Laser dan DFB (Distributed Feedback Laser), dengan lebar spektrum masing – masing 3 nm dan 1 nm.
2. Serat optik Jenis serat optik yang digunakan dalam GPON yang diaplikasikan untuk komunikasi jarak jauh harus memiliki kemampuan untuk membawa banyak sinyal
44
dengan laju bit yang tinggi. Dari dua jenis serat optik yang ada yaitu single-mode dan multi-mode, yang digunakan sebagai media transmisi teknologi GPON adalah jenis single-mode, hal ini dikarenakan daerah kerja panjang gelombang single-mode lebih tinggi daripada daerah kerja panjang gelombang multi-mode. Sehingga serat optik jenis ini lebih sesuai digunakan pada transmisi jarak jauh yang memerlukan transmisi kecepatan tinggi dan rugi yang kecil.
3. Optical Line Termination (OLT) Optical Line Termination sebagai daerah pusat dari sistem jaringan. OLT menggunakan WDM (Wavelengh Division
Multiplexing)
yang
dipergunakan
untuk
mentransmisikan suara, data dan video yang melewati GPON. OLT mempunyai fungsi untuk melakukan konversi dari sinyal elektrik yang digunakan oleh penyedia layananan menjadi sinyal optik yang digunakan oleh jaringan optik pasif. OLT juga mengkoordinasikan multiplexing pada perangkat lain di ujung jaringanm atau biasa disebut dengan ONT (Optical Network Terminal) atau ONU (Optical Network Unit) .Bagian – bagian dari OLT:
Gambar 2.32 Bagian Optical Line Termination
45
4. Fiber Termination Mana gement (FTM) Adalah suatu perangkat yang digunakan untuk terminasi, interkoneksi dan cross connect fisik kabel optic baik dari outside plantt (OSP), maupun dari perangkat aktif serta tempat untuk melakukan fungsi dan pengukuran fiber optik.
5. Optical Distribution Cabinet(ODC) Merupakan
cabinet
yang
berfungsi
sebagai
penempatan splitter passive pada GPON. Disusun berdasarkan kapasitas yang tersedia pada cabinet atau mewakili dari jumlah jaringan yang sudah aktif.
6. Optical Distribution Point (ODP) Merupakan sebuah perangkat pasif yang diinstalasi diluar STO. Penempatannya dapat dilakukan baik didalam maupun
diluar
(indoor/outdoor).
Berfungsi
sebagai
berikut. • Sebagai titik terminasi distribusi dan titik tambat awal kabel penanggal (drop point). • Sebagai titik distribusi kabel distribusi yang menjadi beberapa saluran penanggal (drop cable). • Tempat splitter. • Tempat penyambungan. 7. Optical Network Terminal (ONT) ONU / ONT menyediakan Interface antara jaringan optik dengan pelanggan. Sinyal optik yang ditransmisikan melalui ODN diubah oleh ONU menjadi sinyal elektrik yang diperlukan untuk service pelanggan. ONT mempunyai tugas utama yaitu dipergunakan untuk mentransmisikan suara, data dan video yang
46
melewati jaringan GPON kepada para pelanggan dan OLT.
Gambar 2.33 Optical Network Termination 8. Splitter Splitter adalah optical fiber coupler sederhana yang membagi sinyal optik menjadi beberapa path (multiple path) atau sinyal – sinyal kombinasi dalam satu path. Selain itu, splitter juga dapat berfungsi untuk merutekan dan mengkombinasikan berbagai sinyal optik. Splitter terdiri dari 3 port dan bisa mencapai dari 32 port. Splitter
mendukung
beberapa
pilihan
ratio
pembagian sinyal. Ratio pembagian dapat menggunakan sebuah alat untuk splitter, sebagai contoh pemakaian splitter tunggal 1:32, atau pemakaian splitter secara pararel seperti 1:8 dan 1:4 atau 1:16 dan 1:2.
Gambar 2.34 Splitter
47
9. Splicer Alat sambung serat optik dikenal dengan sebutan splicer
yaitu
suatu
alat
yang
digunakan
untuk
menyambung core serat optik yang berbasis kaca yang mengimplementasikan daya listrik yang sudah dirubah menjadi sebuah media sinar berbentuk sinar laser yang berfungsi memana si kaca yang putus pada core sehingga terhubung kembali secara baik. Alat
sambung
splicer
ini
harus
memiliki
keakuratan tinggi sehingga pada saat penyambungan (splicing) bisa mendekati sempurna, karena proses terjadinya pengelasan media kaca terjadi proses peleburan kaca yang menghasilkan suatu media yang tersambung dengan utuh tanpa adanya celah karena memiliki karakter media yang memiliki senyawa yang sama.
2.2.3.5 Arsitektur GPON GPON adalah suatu teknologi akses yang dikategorikan sebagai broadband access yang berbasis kabel serat optik.Yang menjadi ciri khas dari teknologi ini dibanding teknologi optik lainnya adalah teknik distribusi traffic dilakukan secara pasif.
Dari sentral
hingga kearah pelanggan akan didistribusikan menggunakan pasif splitter. (Hambali : 2010)
Gambar 2.35 Arsitektur GPON PT.Telkom Pada Layanan WiFi-ID
48
Gambar diatas menggambarkan arsitektur GPON yang ada pada PT.Telkom, dalam gambar tersebut komponen GPON terdiri dari:
1. Optical Line Terminal (OLT) OLT adalah suatu perangkat aktif yang mengubah sinyal elektik menjadi sinyal optik, dan sebagai alat multiplexer dan demultiplexer untuk menggabungkan sinyal berbeda pada setiap layanan yang disediakan oleh metro menjadi satu sinyal dan kemudian disalurkan kedalam medium transmisi fisik fiber optic sampai ke premis pelanggan.
2. Optical Distribution Network (ODN) ODN merupakan jaringan optik antara OLT sampai perangkat ONU/ONT. ODN menyediakan sarana transmisi optik dari OLT terhadap pelanggan dan sebaliknya. Transmisi ini menggunakan komponen optik passif. ODN menyediakan peralatan transmisi optik antara OLT dan ONU, ODN sendiri terdiri dari : - Passive Splitter - Connector - Jaringan Fiber optic - Splices
3. Optical Network Terminal / Unit (ONT / ONU) Pada bagian CPE (Costumer Premises Equipment) bagian terpenting adalah ONT/ ONU. ONT / ONU menyediakan Interface antara jaringan optik dengan pelanggan. Sinyal optik yang ditransmisikan melalui ODN diubah oleh ONT / ONU menjadikan sinyal elektrik yang diperlukan untuk layanan pelanggan melalui perangkat AP (Access Point).
49
2.2.4
Arsitektur Jaringan WiFi-ID
Gambar 2.36 Arsitektur Jaringan WiFi-ID Sumber : Modul Telkom
Didalam arsitektur WiFi-ID terdapat 4 segmentasi yang memiliki fungsi tersendiri didalam jaringan WiFi-ID yaitu: (Modul Telkom : 2010)
1. Segmen WAC (Wide Access Controller) Berfungsi sebagai melakukan control jarak jauh pada setiap AP, seperti kontrol verifikasi authentication untuk setiap username dan password yang digunakan pengguna yang terhubung melalui SSID yang terdapat pada AP (Access Point) (menggunakan mekanisme AA Proxy), kontrol IP (Internet Protocol) pada setiap AP (menggunakan mekanisme DHCP), serta kontrol gateway untuk dapat menghubungkan pengguna ke internet sesuai dengan operator yang
digunakan
pengguna
untuk
masuk
layanan
WiFi-ID
menggunakan mekanisme WAG (Wide Access Gateway)).
2. Segmen Metro Cloud Berfungsi sebagai pengatur rute lalu lintas semua elemen jaringan akses DSLAM atau GPON ke dan dari WAC pada layanan
50
WiFi-ID, fungsi dari Metro Cloud yang lain diantaranya adalah sebagai penyedia konektivitas layer 2 melalui bridging transparan, membuat kebijakan QoS untuk layer 2.
3. Segmen Akses Infrastruktur Berfungsi menghubungkan perangkat pelanggan dengan Metro Cloud, segmen tersebut terdiri dari komponen jaringan akses DSLAM maupun MSAN, termasuk didalamnya adalah Medium pengangkut yang digunakan pada segmen ini yaitu kabel tembaga untuk DSLAM atau serat optik untuk GPON.
4. Segmen CPE (Customer Premise Equipment) Berfungsi sebagai komponen perangkat yang digunakan pada pelanggan atau tempat publik untuk dapat terhubung dengan layanan Wi-Fi ID, CPE berupa modem ADSL, ONT / ONU, dan AP (Access Point).
2.2.5
Parameter Pengukuran 1. Parameter QoS Menurut Ningsih dkk (2004) QoS adalah kemampuan sebuah jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik lagi bagi layanan trafik yang melewatinya. QoS (Quality of Service): “the collective effect of service performance which determines the degree of satisfaction of a user of the service”. International Telecommunication Union (ITU-T Rec. Y.641, 2006). Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan QoS (Quality of Service) adalah efek kolektif (keseluruhan) dari kinerja pelayanan (service) yang menentukan tingkat kepuasan dari pengguna layanan, dalam hal ini pelanggan yang menggunakan jasa dari penyedia layanan, berdasarkan pada International
51
Telecommunication Union (ITU-T Rec. Y.641, 2006). Parameter QoS adalah Throughput, Packet Loss, Jitter, Delay/Latency.
Tabel 2.5 Indeks parameter QoS Versi TIPHON
Nilai
Persentase (%)
Indeks
3,84 – 4
95 – 100
Sangat Baik
3 – 3,79
75 – 94,75
Baik
2 – 2,29
50 – 74,75
Cukup
1 – 1,99
25 – 49,75
Buruk
Pada penelitian ini pengukuran QoS dibatasi pada parameter berikut:
a. Throughput Yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps. Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada tujuan selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Throughput adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan pengiriman data.
Nilai Throughput sesuai dengan versi TIPHON (Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks) sebagai berikut :
52
Tabel 2.6 Nilai Throughput Versi TIPHON
Kategori Throughput
Throughput Indeks
Sangat Baik
100 %
4
Baik Cukup
75 % 50 %
3 2
Buruk
< 25 %
1
b. Packet Loss Merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang, dapat terjadi karena collision dan congestion pada jaringan.
Nilai Packet Loss sesuai dengan versi TIPHON (Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks) sebagai berikut :
Tabel 2.7 Nilai Packet Loss Versi TIPHON
Kategori Degredasi Sangat Baik
Packet Loss 0%
Indeks 4
Baik
3%
3
Cukup
15 %
2
Buruk
25 %
1
53
c. Jitter Perbedaan waktu kedatangan dari suatu paket ke penerima dengan waktu yang diharapkan. Jitter dapat menyebabkan sampling di sisi penerima menjadi tidak tepat sasaran, sehingga informasi menjadi rusak. Besaran
nilai
Jitter
menurut
TIPHON
(Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks) sebagai berikut :
Tabel 2.8 Indeks Jitter Versi TIPHON
Kategori Degradasi
Jitter
Indeks
Sangat Baik
0 ms
4
Baik
0 – 75 ms
3
Cukup
76 – 125 ms
2
Buruk
125 – 225 ms
1
d. Delay (Latency) Adalah
waktu
yang
dibutuhkan
data
untuk
menempuh jarak dari asal ke tujuan.
Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu proses yang lama. Menurut versi TIPHON, besarnya delay dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
54
Tabel 2.9 Nilai Delay Versi TIPHON
Kategori Latensi
Besar Delay
Indeks
Sangat Baik
< 150 ms
4
Baik
150 – 300
3
Cukup
300 – 400
2
Buruk
> 450 ms
1
2. Parameter Kualitas Jaringan a. SNR ( Signal to Noise Ratio) SNR adalah perbandingan antara kekuatan sinyal (signal strength) dengan kekuatan gangguan (noise level). Nilai SNR dipakai untuk menunjukkan kualitas jaringan koneksi (Lumaksana : 2009). Makin besar nilai SNR, semakin tinggi kualitas jaringan untuk jalur komunikasi antar node, karena nilai SNR tersebut mewakili besarnya kekuatan sinyal pada link komunikasi antara node tersebut, satuan ukuran yang digunakan adalah desibel (dB). Noise adalah derau atau gangguan dalam proses komunikasi yang bercampur dengan pesan yang dikirim. Gangguan ini bersifat mengacaukan pesan yang sedang dikirim. Noise dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) White noise adalah gangguan yang disebabkan oleh alam dan lingkungan, macam-macamnya yaitu : • Thermal noise Gangguan yang disebabkan oleh perbedaan suhu yang mempengaruhi medan transmisi dan peralatan
komunikasi.
Perbedaan
suhu
tersebut
55
menyebabkan
pergerakan
partikel
bermuatan
(elektron) secara acak dalam media konduktif yang terdapat pada semua media transmisi dan peralatan komunikasi. • Impulse noise Gangguan yang disebabkan oleh adanya medan listrik yang mengenai media transmisi, derau sesaat yang berbentuk pulse sempit. Gangguan ini hanya terjadi pada waktu singkat akan tetapi biasanya dengan amplitudo yang cukup besar. Untuk transmisi suara
tidak
terlalu
berpengaruh,
namun
dapat
berpengaruh besar pada komunikasi data. Gangguan ini akan membuat cacat sinyal yang diterima sehingga informasi yang dibawa dapat berubah artinya. Cara mengatasinya adalah dengan menjauhkan media transmisi dari perangkat lain yang memiliki medan listrik yang cukup besar. • Intermodulation noise Gangguan
yang
disebabkan
adanya
intermodulasi antara sinyal yang satu dengan yang lainnya. Penanggulangan nya yaitu dengan pengaturan penggunaan
frekuensi
agar
tidak
saling
bersinggungan. • Crosstalk Pembicaraan silang adalah suatu hal yang tidak diinginkan pada saluran transmisi. Hal ini disebabkan karena penempatan kabel yang berdekatan dan tidak terisolasi dengan baik.
56
b) Black noise adalah gangguan yang disebabkan oleh manusia. Contohnya adalah sistem pengapian, sistem saklar, dan relai.
b. Atennuation Atenuasi
adalah
melemahnya
sinyal
yang
diakibatkan oleh semakin jauhnya jarak yang harus ditempuh oleh suatu sinyal dan juga pengaruh frekuensi sinyal tersebut. Apabila sebuah sinyal melewati suatu Medium seringkali engalami berbagai perlakuan dari Medium (kanal) yang dilaluinya. Ada satu mekanisme dimana sinyal yang melewati suatu
Medium
mengalami
pelemahan
energi
yang
selanjutnya dikenal sebagai atenuasi (pelemahan atau redaman) sinyal. Disebabkan oleh tahanan jerat kabel yang digunakan. Tahanan jerat kabel suatu bahan bergantung pada panjang, luas penampang, dan karakteristik tahanan jenis bahan tersebut. Semakin jauh jarak yang ditempuh, semakin besar nilai atenuasi.
c. Attainable rate Attainable rate menunjukkan kecepatan maksimum data
yang
dapat
ditransmisikan
melalui
jaringan.
Merupakan kapasitas maksimum yang dapat ditransmisikan dari saluran tersebut.
3. Alat Ukur Pengukuran Performansi Jaringan Berikut adalah alat ukur yang digunakan dalam pengukuran performansi jaringan dalam penelitian ini : a. Embassy (Easy Measurement for Bandwidth, Attenuation & SNR)
57
Merupakan perangkat lunak berbasis web yang digunakan untuk mengukur kualitas jaringan dari perangkat jaringan pada PT.Telkom. Perangkat lunak ini juga dibuat untuk memonitor jaringan yang dikelola oleh PT.Telkom apabila terdapat gangguan secara teknikal yang berkaitan dengan hubungan transmisi data dari Telkom ke pihak pelanggan.
Ketika
melakukan
pengukuran
dengan
menggunakan Embassy lampu indikator DSL pada modem pelanggan harus dalam kondisi hidup atau sudah terjadi sinkronasi antara DSLAM dengan modem, perangkat lunak Embassy sudah tertanam didalam perangkat keras DSLAM maupun GPON dengan memanfaatkan protokol SNMP, sehingga akan bisa memonitor perangkat yang terhubung dengan dirinya, dan akan ditampilkan dalam Website Embassy PT.Telkom berupa hasil pengukuran parameter SNR, attenuation, dan attainable rate. Demikian
kegunaan
dan
fungsionalitas
dari
perangkat lunak Embassy. (Modul Telkom: 2000) Standard parameter untuk pengukuran kualitas jaringan adalah sebagai berikut.
Tabel 2.10 Klasifikasi Parameter SNR Versi AT&T
SNR_Margin (Signal-to-Noise Margin) Makin TINGGI makin BAlK 29,0 dB - ke atas
Outstanding
20,0 dB - 28,9 dB
Excellent
11,0 dB -19,9 dB
Good
07,0 dB -10,9 dB
Fair
00,0 dB- 06,9 dB
Poor
58
Tabel 2.11 Klasifikasi Parameter Atenuation Versi AT&T
Line Attenuation (Redaman pada Jalur) Makin RENDAH makin BAIK 00,0 dB- 19,99 dB
Outstanding
20,0 dB -28,9 dB
Excellent
30,0 dB -39,99 dB
Good
40,0 dB -49,99 dB
Fair
>50,0 dB
Poor
Tabel 2.12 Klasifikasi Parameter Attainable Rate Versi PT.Telkom
Attainable Rate WiFi-ID PT.Telkom > 10 Mbps
Outstanding
7 Mbps - 10 Mbps
Excellent
4 Mbps - 6,99 Mbps
Good
1 Mbps - 3,99 Mbps
Fair
< 1 Mbps
Poor
Berdasarkan table klasifikasi diatas untuk selanjutnya data yang telah diperoleh pada proses pengukuran akan di kolomkan berdasar kategori yang tersedia pada tabel, sehingga terbentuk masing-masing tingkatan atas parameter ukur dari kedua sistem yang sedang diuji kualitas jaringannya.
59
b. Jperf Adalah perangkat lunak yang berfungsi untuk menghitung performa suatu jaringan dengan mengukur throughput, delay, packet loss dan jitter dari sebuah jaringan. Jperf juga merupakan suatu aplikasi Client-Server, sehingga untuk mengukur beberapa parameter dalam performa jaringan, dibutuhkan adanya kedua komponen tadi. Pada sisi client ataupun server sudah harus menginstal aplikasi ini jika ingin melakukan tes pengukuran pada jaringan. Setelah keduanya terpasang Jperf, maka barulah dapat dimulai proses pengukuran. Besaran ukuran sebuah file yang diinginkan untuk menjadi acuan dalam proses pengukuran dapat disesuaikan oleh user. Jperf juga menyediakan jenis pengukuran pada 2 transmisi yang berbeda, yaitu baik TCP/IP maupun berbentuk UDP. Berikut adalah parameter yang akan diukur didalam performansi jaringan pada penelitian ini yaitu parameter QoS : Throughput, Delay, Packet Loss dan Jitter.
4. Prosedur Pengukuran Performansi Jaringan
Berikut dijelaskan prosedur yang digunakan dalam melakukan pengukuran performansi kualitas jaringan dan kualitas layanan DSLAM dan GPON area palmerah dan cengkareng. Dalam proses pengukuran kualitas jaringan dan QoS kami menggunakan 5 buah sampel modem dan ONT berbasis jaringan DSLAM dan GPON yang masing – masing berbeda jarak, dimana masing-masing modem dan ONT terhubung dengan 2 AP, pada jaringan DSLAM 5 buah sample modem berjarak 1 – 5 KM dari pusat terminal dan pada jaringan
60
GPON 5 buah sample ONT berjarak 1 – 7 KM untuk mengukur parameter kualitas jaringan, sedangkan untuk mengukur parameter kualitas layanan (QoS) menggunakan 1 AP yang berjarak 2 KM pada jaringan DSLAM sedangkan GPON menggunakan 1 AP berjarak 5 KM.
1. Prosedur Pengukuran Kualitas Jaringan Menggunakan Embassy
a. Login Embassy Pada
proses
awal
melakukan
pengukuran,
diperlukan login terlebih dahulu ke dalam aplikasi Embassy. Proses ini diperlukan, karena hak akses yang diberikan oleh PT.Telkom pada aplikasi Embassy sangat terbatas dan tidak sembarang user dapat memiliki akses ke dalam. Pada kasus pengukuran kali ini kami menggunakan ID dari pihak PT.Telkom untuk dapat mengakses Langsung status dari modem atau ONT yang tersedia.
Gambar 2.37 Embassy Login Web Application
61
b. Memasukkan kode modem dan ONT Setelah dapat login ke dalam aplikasi Embassy, kemudian memasukkan kode port dari Modem dan ONT yang akan dilakukan pengukuran kualitas jaringan di dalam web Embassy. Terdapat beberapa kode yang mewakili penamaan dari modem dan ONT, diantaranya kode shelf, kode slot dan kode port dari modem dan ONT yang terhubung pada perangkat DSLAM maupun OLT. Kode port modem dan ONT didapatkan dari database kantor PT.Telkom Akses, dimana kode port tersebut disesuaikan dengan alamat dari hasil observasi pada modem dan ONT yang akan digunakan dalam pengukuran kualitas jaringan. Input satu per satu kode tersebut kedalam kolom yang terdapat pada web application, untuk kemudian diteruskan pada proses pengecekan kualitas jaringan.
Gambar 2.38 Embassy Ukur Port Modem pada DSLAM
62
c. Memulai Proses Pengukuran Setelah selesai melakukan input dari kode modem dan
ONT
yang
di
tentukan,
dimulailah
proses
pengukuran dengan klik tombol “Cek Kualitas Jaringan”. Proses pengukuran kualitas jaringan dari lokasi modem dan
ONT
akan
segera
berlangsung
dan
akan
menampilkan laporan dari kualitas jaringan pada lokasi modem dan ONT tersebut.
Gambar 2.39 Contoh Hasil Pengukuran Embassy
d. Kelola Data Setelah muncul data hasil proses pengukuran dari embassy, maka langkah selanjutnya adalah mencatat hasil
dari
pengukuran
tersebut
kedalam
kategori
parameter yang diinginkan, dalam hal ini kami menggunakan tabel kolom excel sebagai tempat untuk menampung data hasil proses dari embassy.
2. Prosedur Pengukuran QoS Menggunakan Iperf Iperf adalah perangkat lunak yang berfungsi untuk mengukur bandwidth dan kualitas layanan dari sebuah jaringan. Kualitas layanan dari suatu jalur dapat diukur
63
dengan
ketentuan
besaran
yang
didapat
dari
hasil
pengukuran pada parameter QoS berikut : a. Latency (response time / RTT) diukur menggunakan perintah PING pada command prompt. b. Packet Loss diukur menggunakan Iperf dengan UDP test. c. Throughput diukur menggunakan Iperf dengan TCP test. d. Jitter diukur menggunakan Iperf dengan UDP test.
Dalam
pengoperasiannya,
Iperf
menggunakan
metode client-server. Server terletak pada sisi end user yang terhubung ke internet dengan bantuan Access Point. Sedangkan Client terletak pada STO palmerah yang terhubung langsung dengan switch yang dihubungkan pada port DSLAM / GPON dengan bantuan kabel patch chord. Tahapan dalam pengukuran adalah sebagai berikut: a. Menggunakan sebuah laptop dan menghubungkannya pada AP (Access Point), laptop tersebut diasumsikan sebagai server. Hal ini ditujukan untuk mengukur kualitas layanan downstream pada AP, karena server pada Iperf akan menerima request packet yang akan dikirim oleh client, dan menampilkan status dari komunikasi antara server dengan client. b. Menggunakan sebuah laptop dan menghubungkannya pada switch yang tertanam pada DSLAM ataupun OLT, laptop tersebut diasumsikan sebagai client. Client disini berfungsi sebagai perlakuan yang diberikan kepada server. c. Memulai proses pengukuran. Setelah proses instalasi Iperf selesai, maka dapat dilakukan proses pengukuran. Proses pengukuran dilakukan dengan menjalankan command “iperf -s” pada sisi server dengan tujuan pihak yang menjalankan perintah tersebut akan berlaku sebagai server.
64
Gambar 2.40 Contoh Iperf di sisi server
Sedangkan pada sisi client dapat menjalankan perintah “iperf –c
”
Gambar 2.41 Contoh Iperf di sisi client
e. Mengumpulkan data hasil proses pengukuran, setelah menjalankan perintah sebelumnya, akan muncul beberapa detik kemudian hasil dari pengukuran sesuai dengan simulasi,
dan
jenis
koneksi
yang
digunakan
pada
pengukuran. Kemudian data tersebut dicatat dan diolah kepada masing-masing parameter yang sudah ditentukan. f. Merepresentasikan hasil data dalam bentuk chart/diagram. Tahap
selanjutnya
setelah
data
terkumpul
adalah
mengolahnya hingga menjadi chart/diagram. g. Melakukan perbandingan dari hasil data yang diperoleh dari kedua sistem yang diukur, baik pada jaringan DSLAM maupun GPON, dengan mengkategorikan hasil dari kedua sistem kedalam kategori QoS.