Arah Penguatan Peran TKSK dalam Kelembagaan Sistem Rujukan Terpadu Kesejahteraan Sosial H.Hasbullah, M.Si Direktur Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial Kementerian Sosial RI
Rapat Koordinasi Program-Program Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah, 28 Januari 2015
Isu Utama Pembangunan
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
2
Kondisi, Isu Kritis 40,00
populasi…
35,00 30,00 25,00 20,00
17,42 16,66 17,75 16,58 15,42 penduduk miskin (%) 15,97 prosentase 13,33 14,15 12,4911,96 11,37 11,25 11,66 11,47
15,00 10,00 5,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
Mar 2014
Mar 2013
Sept 2013
Sept 2012
2011
Mar 2012
2010
2009
2008
2007
2006
2005
0,00 2004
• Tingkat KEMISKINAN masih cukup TINGGI Angka kemiskinan per Maret 2014 adalah 28,28 juta jiwa atau 11,25% (BPS). Meskipun angka kemiskinan cenderung menurun, namun penurunannya lambat. Sementara itu, target MDGs adalah menurunkan angka kemiskinan hingga 7,55% di tahun 2015. • Tingkat KETIMPANGAN masih cukup TINGGI Indeks Gini Indonesia: 0,41 yang menunjukkan kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi lebih banyak dinikmati oleh penduduk kaya. • KEMISKINAN tersebar TIDAK MERATA Tingkat kemiskinan masih cukup tinggi di wilayah Indonesia bagian Timur, namun jumlah penduduk miskin mayoritas berada di Jawa.
45,00
2003
KEMISKINAN MASIH MENJADI ISU UTAMA
3
Kondisi, Isu Kritis • 8 kelompok PMKS masih memerlukan pendataan, verifikasi, validasi data, termausk menemukan PMKS unregistered: – Penduduk Telantar – Penduduk Penyandang Disabilitas – Fakir Miskin – Penduduk Miskin yang Tidak Berdomisili Tetap/Homeless – Komunitas Adat Terpencil – Korban Bencana – Korban Kekerasan, Eksploitasi, dan Perdagangan Manusia – Penduduk Memerlukan Perlindungan Khusus/Termarjinalkan Lainnya • PSKS sudah ada di setiap Kecamatan, Desa/Kelurahan, namun belum optimal bersinergi dan belum terpadu melaksanakan kegiatan Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
4
Kondisi PSKS Saat Ini
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
5
Landasan Hukum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial Pasal 12 (1) Pemberdayaan sosial dimaksudkan untuk: a. Memberdayakan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan sosial agar mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri. b. Meningkatkan peran serta lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan sumber daya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Penjelasan Ayat 1 Huruf a Yang dimaksud dengan “yang mengalami masalah kesejahteraan sosial” yaitu mereka yang miskin, terpencil, rentan sosial ekonomi. Huruf b Yang dimaksud dengan “lembaga dan/atau perseorangan” antara lain organisasi sosial, lembaga lonsultasi kesejahteraan keluarga, karang taruna, pekerja sosial masyarakat. Yang dimaksud dengan “potensi dan sumber daya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial”, antara lain : nilai kepahlawanan, kejuangan, dan keperintisan, kesetiakawanan sosial dan kearifan lokal, peran serta organisasi sosial/lembaga sosial swadaya masyarakat, kerelawanan sosial (tenaga kesejahteraan sosial masyarakat, karang taruna, pekerja sosial masyarakat), tanggung jawab dunia usaha, penggalangan dana sosial, dan ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesejahteraan sosial.
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
6
POTENSI DAN SUMBER KESEJAHTERAAN SOSIAL
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
7
JUMLAH POTENSI DAN SUMBER KESEJAHTERAAN SOSIAL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
TKSK = 6.994 orang. PSM = 152.731 orang. Pendamping KUBE = 4.103 orang (Perkotaan 1.495 Perdesaan 2.608) Pendamping KAT = 80 orang. Karang Taruna = 86.184 lembaga. Orsos = 25.406 lembaga. WKSBM = 271.326 lembaga. Forum CSR = 33 Forum (531 dunia usaha yang melaksanakan CSR) LK3 = 605 lembaga Family Care Unit = 32 lembaga
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
8
PSKS TELAH BERPENGALAMAN DALAM PENDAMPINGAN SOSIAL
Subsidi Raskin
PROGRAM NASIONAL Lintas K/L
Program Keluarga Harapan (PKH) Bantuan Langsung Tunai (BLT)/ Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM)
Asistensi Sosial Lanjut Usia
PROGRAM KEMENSOS
Asistensi Sosial Orang Dengan Kecacatan Berat
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
Asuransi Kesejahteraan Sosial
9
9
PERMASALAHAN KELEMBAGAAN PSKS
1. Kurang pembinaan 2. Standar pelaporan tidak jelas 3. Standar supervisi tidak jelas 4. Pendampingan tidak berkelanjutan 5. Penyelenggaran Kesos banyak belum terakreditasi 6. Klien yang tidak eligible 7. Care Worker kurang
8. Pemetaan pasar kerja 9. Penyaluran belum mengakomodir harapan klien. 10. Ketidaksiapan pemerintah dalam melakukan Registrasi Penyelenggaran KS 11. Supervisi oleh Lembaga 12. Publikasi dan dokumentasi kurang 13. Networking kurang. 14. Disharmonisasi regulasi ttg Penyelenggaran KS
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
10
Memperkuat Peran TKSK dalam Sistem Rujukan Terpadu (SRT)
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
11
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
12
GOVERNMENT CARE COMMUNITY CARE MUTUAL CARE
SELF CARE
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
13
KELEMBAGAAN SISTEM RUJUKAN TERPADU (SRT) PELAYANAN KESOS ONE STOP SERVICE EMERGENCY CASE
KECAMATAN
FRONT OFFICE
KABUPATEN/ KOTA
KESEHATAN
DATA
SOSIAL SKPD TERKAIT
PENDIDIKAN
EKONOMI
HUKUM
TKSK (TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN)
Koordinatif dan Fasilitatif
PUSKESOS (PSKS)
DESA/ KELURAHAN
PEMERINTAH DESA/KEL KAUR SOSIAL / KESRA
PMKS
Pengaduan
Merujuk Kasus Menyelesaikan Kasus
Penjangkauan
Karang Taruna
Tagana
WKSBM
PSM
Family Care Unit
Tenaga Pelopor
ROADMAP PHASE - 1
PHASE - 2
PHASE - 3
• Studi lapangan/ mapping • Identifikasi PSKS • Pembentukkan kelembagaan • Penyusunan regulasi • Sosialisasi • Rencana peng-anggaran
• Penyiapan kompetensi PSKS (ToT, Pelatihan, dsb) • Penyiapan field tools (modul dsb) • Evaluasi
• Implementasi sistem layanan • Evaluasi komprehensif • Perluasan jaringan
Monitoring
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
15
TKSK dan Gulkin dalam SRT • TKSK salah satu ‘pasukan’ Gulkin. TKSK bukan superhero, tapi harus bersinergi. • ‘Pasukan’ Gulkin: TKSK, individu-individu tokoh, keluarga, institusi pemerintah dan non pemerintah, lembaga keagamaan, dunia usaha dll. • TKSK bekerja mengatasi ketiga dimensi kemiskinan (ekonomi, sosial-budayaspiritual, dan politik) Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
16
Kemandirian TKSK • Untuk mengatasi kemiskinan, TKSK tidak boleh miskin. • Untuk menangani kemiskinan pada dimensi ekonomi, sosial-budaya-spiritual & politik, TKSK harus mandiri pada dimensi-dimensi itu. • Dukungan untuk kemandirian TKSK berupa regulasi, political will, pembinaan, akses permodalan dll. oleh pemerintah (pusat/daerah), dunia usaha, dll. Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
17
Arah Kebijakan Teknis Pemberdayaan
Kebijakan diarahkan pada :
PSKS
1.
2.
3.
• Penataan Kelembagaan
• Penataan Manajemen
• Penataan Sumber Daya Manusia
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
18
STRATEGI Meningkatkan dan mengembangkan kapasitas TKSK
Mengembangkan sumber daya TKSK Meningkatkan jenis, jangkauan, dan kualitas program Mempertajam spesifikasi dan spesialisasi TKSK Meningkatkan advokasi sosial bagi pengembangan peran TKSK Memperkuat jaringan kerja koordinasi TKSK, asosiasi dan forum komunikasi Mendorong tumbuh dan perkembangan prakarsa dan peran aktif pemda, masyarakat dan dunia usaha dalam pemberdayaan, pendayagunaan dan kemitraan dengan kelembagaan sosial
Melakukan reflikasi model pemberdayaan TKSK
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
19
LANGKAH-LANGKAH • Memperkuat sinergitas dan kerjasama Kementerian Sosial dengan kementerian/lembaga lainnya di tingkat pusat maupun dengan Pemda untuk mendukung pemberdayaan TKSK dalam berbagai aspek. • Meningkatkan kapasitas dan komitmen TKSK secara terarah dan terprogram dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang. • Meningkatkan tatakelola sistem informasi manajemen TKSK di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota sampai penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat kecamatan dan desa. • Mengintegrasikan dan mensinkronkan pemberdayaan TKSK dengan penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara komprehensif. Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
20
Lanjutan • Pendidikan dan pelatihan/bimbingan teknis secara berjenjang dan berjangka waktu serta terprogram • Memberikan asistensi teknis dan pembinaan secara terprogram di tingkat Kementerian Sosial, Dinas/Instansi Sosial Provinsi, Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota dan Penyelenggara Kesejahteraan Sosial di tingkat Kecamatan. • Menyediakan dan memfasilitasi penyediaan alat kerja TKSK, dan fasilitas lainnya sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang ada di masing-masing lembaga pembina teknis fungsional TKSK secara berjenjang. • Memberikan penghargaan kinerja dan prestasi TKSK dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
21
HAL YANG PERLU DILAKUKAN Membangun jejaring kerja dan kemitraan dengan sesama TKSK atau dengan instansi terkait lainnya Memiliki “data” PMKS di wilayah kerjanya Azas keseimbangan, tidak pilih kasih dan kesamaan dalam pemberian bantuan/pelayanan
Meningkatkan dan menggali (SDM, SDA/sarana dan lain-lain)
potensi
yang
ada
di
TKSK
Mencatat dan melaporkan setiap aktivitas dan bantuan yang diterima sebagai wujud akuntabilitas pelayanan Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
22
Curah Pendapat: Mengapa TKSK harus dibina & didukung?
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
23
Mengapa harus TKSK? o Penyelenggaraan kesos membutuhkan manajer. o TKSK dekat dengan realita dan sasaran. o TKSK membangun partisipasi & melestarikan kearifan lokal. o Pemerintah (TKSP) sendirian tidak akan mampu menangani keseluruhan masalah.
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
24
Kemampuan Manajerial TKSK • Kemampuan manajerial (POAC) • Kualifikasi keterampilan TKSK: 1. 2. 3. 4.
Human Relation Skills Technical Skills Conceptual Skills Personal Skills.
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
25
Peran TKSK dalam Gulkin • Peran yang diambil disesuaikan dengan karakteristik masalah, kondisi geo-politik setempat, konstalasi ekonomi dan budaya yang berlaku. • Mengacu pada peran-peran pekerja sosial • Peran manajerial melekat pada TKSK (POAC)
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
26
1. Pendata PMKS dan PSKS • Dimaksudkan untuk mengkoordinasikan tugas pendataan di wilayah kerjanya dengan pilar-pilar sosial lainnya, seperti Pengurus KT dan PSM. • Pendataan dilakukan dengan menggunakan instrumen baku dari Pusdatin Kesos. • Fokus koordinasi dilakukan melalui Puskesos sebagai center Sistem Rujukan Terpadu Pelayanan Kesos pada tingkat Kelurahan/Desa dalam wilayah kerjanya. Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
27
2. Penosialiasi Program • Dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh kepada masyarakat tentang program-program kesejahteraan sosial, khususnya program Penanggulangan Kemiskinan • Program-program Gulkin meliputi : Program Raskin Program Keluarga Harapan Program PK lainnya, seperti KUBE, UEP Penca, WRSE, RUTILAHU, dsb
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
28
3. Peran Perantara • Menghubungkan orang miskin yang tidak berdaya dengan sumber-sumber daya. • Perantara perpanjangan tangan, penyambunglidah, mediator, negosiator, pelobi dan pemungkin.
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
29
4. Peran Pendidik • Miskin seringkali soal mentalitas dan minimnya pengetahuan-keterampilan. • Ini peran rumit menyangkut pembangunan kesadaran baru, perubahan paradigma, cara pandang, keyakinan, tradisi dan kebiasaan buruk yang terlanjur berkarat dan berlangsung lama. • Jika mampu, TKSK boleh berperan sebagai tenaga ahli (expert). Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
30
5. Peran Pendamping • Orang miskin tidak cukup dididik & dihubungkan. Perlu didampingi. • Pendamping Menjadi juru bicara orang miskin dan jika diperlukan menjadi pembela. • Dalam konteks UEP, pendampingan usaha menyangkut produksi, distribusi, keuangan dan pemasaran.
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
31
6. Peran Agen Perubahan • Ada jenis kemiskinan yang turun temurun akibat si miskin tidak ingin melakukan perubahan. • Pada kondisi ini, TKSK menjadi agen perubahan melakukan inisiasi, penyadaran masyarakat, pembentukan konsensus, lalu beraksi (Siklus AKSI & REFLEKSI) Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
32
7. Monitoring Tujuan • Mengkaji apakah program Gulkin yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun. • Mengetahui kesesuaian pelaksanaan program Gulkin dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan • Menemukan kesalahan sedini mungkin sehingga mengurangi resiko yang lebih besar. • Memberikan saran perbaikan terhadap program Gulkin. Sasaran Pemantauan dilaksanakan di Kelurahan/Desa yang menjadi lokasi program Gulkin sesuai dengan wilayah kerja TKSK. Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
33
8. Pelaporan Tujuan Diperolehnya informasi tentang pelaksanaan program Gulkin sebagai masukan untuk perbaikan program ke depan. Penerima Laporan Laporan disampaikan secara berjenjang kepada Kepala Dinas Sosial Kab/Kota melalui Camat setempat sesuai penugasan yang diberikan, dan dapat memberikan tembusan kepada: • Dinas/Instansi Sosial Provinsi. • Unit Eselon II Kemensos yang terkait dengan penugasan. • Unit Eselon I yang terkait.
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
34
Kesimpulan
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
35
Kesimpulan • Potensi dan sumber kesos kedepan akan menjadi pemeran utama dalam pelayanan kesos. • Arah kebijakan yang ditempuh adalah “one gate for multi services” • Penguatan potensi dan sumber kesos akan in line dengan kebijakan pengembangan SDM Kesos di Badiklit Kesos. Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial
36
TERIMA
KASIH
Direktorat Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan Sosial