ISBN: 978-979-3566-57-3
ARAH DAN PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN PADA LAHAN KERING Made Oka A, Manikmas, Putu Wardana, Soejitno dan Wargiono Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian tanaman pangan di Indonesia hanya mengandalkan lahan seluas 7,8 juta ha termasuk lahan kering yang luasnya mencapai 1,15 juta ha. Sedangkan luas lahan kering yang sesuai untuk tanaman pangan diperkirakan ada ada 11.1 juta hektar. Dilain pihak rata-rata penguasaan lahan per KK menurun dari 0,93 ha pada tahun 1983 menjadi 0,83 ha pada tahun 1993. Di luar Pulau Jawa menurun dari 1,38 ha menjadi 1,19 ha da di Pulau Jawa menurun dari 0,58 ha menjadi 0,4 ha, dan sekarang diperkirakan 0,3 ha. Sekitar 43,0 persen rumah tangga tani merupakan kelompok tunakisma atau petani yang memiliki lahan pertanian kurang dari 0,1 ha. Potensi lahan kering yang cukup luas, kondisi iklim dengan curah hujan cukup tinggi mempunyai peluang untuk dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber pertumbuhan produksi pangan. Peluang tersebut juga ditunjang oleh ketersediaan teknologi pengelolaan lahan kering yang spesifik wilayah. Selain dukungan teknologi pengembangan lahan kering memerlukan dukungan eksternal karena kondisi sosial ekonomi dan budaya petani lahan kering relatif masih lemah. Tujuan 1. Menyusun strategi dan alternatif kebijakan pengembangan tanaman pangan pada lahan kering 2. Menganalisa entry factors yang dapat mempengaruhi pengembangan tanaman pangan di lahan kering 3. Merancang alternatif program dan kegiatan pengembangan pertanian terlanjutkan dan ramah lingkungan pada lahan kering 4. Merancang alternatif program dan kegiatan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani serta memperkokoh ketahanan pangan pada tingkat rumah tanggah di lahan kering. Keluaran dan Perkiraan Manfaat Keluaran 1. Sasaran, strategi dan alternatif kebijakan pengembangan tanaman pangan di lahan kering 2. Entry factors yang dapat mempengaruhi pengembangan pertanian berbasis tanaman pangan di lahan kering 3. Alternatif program dan kebijakan perbaikan pendapatan dan kesejateraan rumah tangga tani dalam sistem pertanian terlanjutkan di lahan kering 4. Alternatif program dan kegiatan peningkatan ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga tani. Perkiraan Manfaat 1. Diadopsinya konsep, strategi dan alternatif kebijakan optimalisasi pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan tanaman pangan oleh penentu kebijakan dan pihak lain yang terkait 2. Adanya program dan kegiatan yang operasional oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat sebagai pelaku utama dalam pengembangan tanaman pangan di lahan kering 3. Membaiknya tingkat kesejahteraan petani dan makin kokohnya ketahanan pangan baik pada tingkat rumah tangga tani maupun secara nasional. Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006
1
ISBN: 978-979-3566-57-3
METODOLOGI Alat Analisis Analisis dan sintesis kebijakan pengembangan tanaman pangan pada lahan kering dilaksanakan dengan pendekatan review literatur, desk study, brouwsing internet dan pengamatan lapangan dengan pendekatan Partisipatory Rural Appraisal (PRA). Berbagai pendekatan di atas diterapkan untuk dilaksanakan oleh satu tim interdisiplin yang terdiri dari : (1) pakar kesuburan tanah dan manajemen pengelolaan air, (2) pakar budidaya dan sistem usahatani, (3) pakar sosial-ekonomi pertanian. Analisis SWOT (Strength Weakness Opportunity Threat) diterapkan untuk menyusun strategi, kebijakan dan program yang terakit dengan masalah administrasi, organisasi dan manajemen pengembangan usahatani berbasis padi di wilayah ini. Sedangkan strategi kebijakan dan program yang terkait dengan masalah teknis di lapangan dianalisis dengan menggunakan logical framework (logframe). Peta jalan (roadmap), strategi, kebijakan dan program dibangun untuk menggambarkan tahapan kegiatan mulai awal sampai kepada pencapaian sasaran akhir dari optimalisasi pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan tanaman pangan. Lokasi dan Responden Pengamatan lapangan dilakukan secara selektif agar lokasi yang dikaji benarbenar mewakili lahan kering yang cakupannya luas. Agroekosistem yang dominan di wilayah tertentu menjadi pertimbangan. Dalam observasi lapangan ke lahan kering, dipertimbangkan juga wilayah di Jawa maupun luar Jawa. Hal ini mengingat cakupan studi dan analisis kebijakan ini adalah nasional. Narasumber dan responden dikelompokkan atas dasar penduduk di wilayah yang bersangkutan dan pengembangan kepentingan (stakeholders). Wawancara secara langsung (tatap muka) dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang holistik, selain data sekinder yang diperlukan dari publikasi yang ada. Data dan Analisa Data Analisis prioritas strategi, program maupun kegiatan menggunakan analisis tapisan. Analisisi pengambilan keputusan dalam menentukan pilihan komoditas yang akan diusahakan oleh petani diterapkan untuk mengevaluasi sustainabilitas pengembangan tanaman pangan di lahan kering. Hal ini penting untuk mengetahui dasar pertimbangan petani beralih dari usahatani tanaman satu ke tanaman lainnya. POTENSI, PELUANG, DAN KENDALA Potensi pengembangan tanaman pangan pada lahan kering dikelompokkan atas potensi bio-fisik dan sosial ekonomi. Kedua potensi tersebut baru dapat dimanfaatkan untuk beberapa komoditas seperti tercantum dalam Tabel. 1 dan Tabel. 2. Pemanfaatan potensi tersbut oleh petani juga terkait dengan kontribusi usahatani tanaman pangan terhadap pendapatan rumah tangga.Dalam Tabel 3 disajikan analisis usahatani beberapa komoditas tanaman pangan di lahan kering. Tabel. 1. Sebaran lahan kering berdasarkan penggunaan dan topografi Wilayah Sumatera Jawa Bali & NT Maluku & Papua Kalimantan Sulawesi Indonesia
2
Penggunaan Tanaman Pangan 1.504 3.829 727 73 428 592 7.151
IP 0.39 1.24 0.63 0.19 0.29 0.54
Datar 6.610 1.024 588 4.640 15.894 316 29.072
Topografi Bergelombang 9.775 3.006 714 2.791 6.426 943 23.778
Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006
Berbukit 6.738 3.815 1.960 8.970 7.465 4.643 34.444
ISBN: 978-979-3566-57-3
Tabel. 2. Produktivitas dan luas panen tanaman pangan, 2003 Wilayah Sumatera Jawa Bali & NT Maluku & Papua Kalimantan Sulawesi Indonesia
Padi 1 2.28 2.85 2.14 2.18
2 299 345 94 291
2.24 2.38 2.43
29 6 1.064
Jagung 1 2 2.97 649 3.38 1.735 2.29 322 1.98 49
Kedelai 1 2 1.13 46 1.27 397 1.15 64 1.17 11
Komoditas K. tanah 1 2 1.08 62 1.12 445 1.13 55 1.16 20
K. Hijau 1 2 1.06 27 0.99 177 0.65 69 0.87 5
2.82 2.54 2.50
1.24 1.04 1.24
1.04 1.07 1.11
1.06 1.02 0.92
363 10 3.127
22 5 545
60 4 647
35 2 314
Ubikayu 1 2 11.8 386 14.6 666 11.0 99 12.7 42 112.6 11.8 13.8
67 18 1.277
Ubijalar 1 2 9.3 35 11.4 64 9.1 24 8.2 10 8.8 9.6 10.0
16 28 177
Tabel. 3. Analisis usahatani komoditas unggulan di lahan kering Kegiatan
Komoditas Padi
1. Upah 2. Saprodi 3. Biaya lain 4. Total biaya 5. Hasil 6. Keuntungan 7. B/C rasio
1.100 770 427 2.342 4.720 2.378 1.02
Jagung 1.370 1.025 710 3.105 6.390 3.285 1.06
Ubikayu 1.045 570 1.533 3.148 5.533 2.385 0.76
Jagung+Padi 1.160 900 638 2.703 5.050 2.347 0.87
Ubikayu 1.160 770 2.170 4.100 6.290 2.190 0.53
Peluang yang cukup besar untuk meningkatkan produksi pangan nasional adalah pada upaya peningkatan produksi masing-masing komoditas memlaui perluasan areal terutama peningkatan IP dan produktivitas. Peluang yang juga masih cukup besar adalah penerapan inovasi teknologi produksi seperti teknologi tanpa olah tanah (TOT), sistem integrasi tanaman ternak (SITT), peningkatan nilai tambah melalui peningkatan kualitas hasil dan pengurangan biaya produksi. Di sisi lain, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga tani melalui diversifikasi usahatani dan pengolahan hasil melalui penerapan teknologi pasca panen. Melalui pendekatan pengolahan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) produktivitas padi gogo dapat ditingkatkan dari rata-rata saat ini sebesar 2,25 t/ha menjadi 5.5 t/h gabah kering panen. Bila hal itu dapat direalisasikan pada areal lahan kering seluas 1,1 juta ha yang biasa ditanami pada gogo, maka diperoleh tambahan produksi padi secara nasional sebesar 3.38 juta ton. Pada saat ini telah tersedia pilihan varietas padi gogo seperti Situ Patenggang dan Situ Bagendit, yang termasuk varietas unggul padi yang adaptif di lahan kering. Selain itu tersedia juga varietas jagung Sukmaraga yang juga adaptif terhadap lahan masam. Dibalik keberhasilan meningkatkan hasil, usahatani padi gogo belum mampu meningkatkan pendapatan on-fram secara nyata, karena membutuhkan biaya cukup tinggi terutama untuk pengolahan tanah dan pengendalian gulma. Kendala lain dalam pengembangan tanaman pangan di lahan kering adalah cekaman biotik terutama hama dan penyakit serta abiotik terutama curah hujan. Peluang yang cukup besar untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga tani adalah diversifikasi horizontal melalui sistem integrasi tanaman pangan dengan ternak dengan memanfaatkan hubungan sinergis antar masing-masing komponen. Pemanfaatan informasi pasar oleh kelompok usaha agribisnis terpadu (KUAT) yang dibentuk oleh dan untuk petani diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar petani dalam penjualan hasil usahatanya. Pembentukan KUAT di tingkat petani dan konsolidasi manajemen usaha mulai dari pra produksi, produksi, penanganan hasil panen dan pasca panen serta pemasaran akan berdampak sangat positif dalam penciptaan nilai tambah di tingkat petani. Alokasi sumber daya yang terdiri dari lahan, modal, sumberdaya manusia, teknologi dan infrastruktur akan lebih efisien sehingga nilai tambah pun lebih tinggi. Namun kualitas hasil harus tetap dipertahankan pada tingkat standar yang dikehendaki oleh pasar karena akan menentukan harga produk yang ditawarkan. Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006
3
ISBN: 978-979-3566-57-3
SASARAN Sasaran Jangka Menengah 1. Dalam lima tahun ke depan, produktivitas masing-masing tanaman pangan yang diusahakan pada lahan kering meningkat 5-10% atau 1-2% per tahun 2. Nilai tambah ekonomi pengembangan tanaman pangan di lahan kering meningkat antara 50-75% dalam periode yang sana atau 10-15% per tahun melalui diversifikasi horizontal dan vertikal 3. Pendapatan rumah tangga tani dari kegiatan on-fram berbasis tanaman pangan di lahan kering mencapai 60-75% pada akhir program atau 12-15% per tahun 4. Sasaran akhir dalam jangka menengah adalah dampak penerapan inovasi teknologi dalam skala nasional yaitu meningkatnya : (a) produktivitas tanaman pangan masing-masing 5-10% atau 1-2% per tahun, (b) nilai tambah produk tanaman pangan 50-75% dalam periode yang sama atau 10-15% per tahun dan (c) pendapatan rumah tangga tani 60-75% atau 12-15% per tahun Sasaran Jangka Panjang 5. Pendapatan rumah tangga tani di lahan kering ditargetkan mencapai US$ 2000 per keluarga per tahun 6. Tingkat pendidikan anak-anak di wilayah lahan kering minimal 9 tahun. Angka mortalitas bayi baru lahir dan kematian ibu melahirkan mencapai titik terendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya 7. Kontribusi pengeluaran rumah tangga tani untuk konsumsi non pangan makin meningkat dibandingkan dengan konsumsi pangan sebagai dampak membaiknya tingkat pendapatan STRATEGI DAN ANALISIS KEBIJAKAN Strategi dan Kebijakan Pemecahan Masalah AMO Urutan prioritas kekuatan pada masalah AMO adalah : (1) dukungan pemerintah daerah yang besar untuk mengembangan lahan kering, (2) program revitalusasi pertanian dari pemerintah pusat, dan (3) dukungan dana dari pemerintah daeha cukup tersedia. Namun ada beberapa kelemahan yang perlu mendapat perhatian yaitu : (1) kulaitas sumberdaya manusia (SDM) belum memadai, (2) koordinasi antar instansi pelaksana program masih lemah, dan (3) implementasi program pengembangan lahan kering yang sering tidak konsisten. Sedangkan penerapan UU/PP yang makin konsisten oleh aparat merupakan peluang yang paling besar, diikuti oleh permintaan terhadap komoditas pangan yang tinggi dan desentralisasi pengambilan keputusan dalam otonomi daerah. Sementara pemberlakuan standarisasi produk eksport dalam globalisasi perdagangan, harga komoditas pangan import lebih murah dari pada harga di dalam negeri dan dampak perdangangan bebas merupakan ancaman yang perlu diwaspadai (Tabel. 4) Strategi 1. Pemanfaatan dukungan Pemda yang besar dan dana yang cukup peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan koordinasi antar instansi terkait untuk meningkatkan kualitas produk tanaman pangan agar daoat bersaing dalam pasar bebas dan sesuai dengan standar internasional 2. Penegakan UU/PP secara konsisten dan desentralisasi pengambilan keputusan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan koordinasi antar instnasi terkait dalam peningkatan standar kualitas produk eksport. Kebijakan 1. Kebijakan yang bersifat agresif meliputi : (a) penerapan UU/PP secara konsisten dan bertanggung jawab, (b) penerapan sistem ”reward” dan ”punishment” dan (c) perluasan desentralisasi pengambilan keputusan terkait dengan aspek AMO. 4
Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006
ISBN: 978-979-3566-57-3
2. Kebijakan yang bersifat diversifikatif meliputi : (a) desentralisasi pengembangan sumberdaya manusia dan (b) desentralisasi proses pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengawasan implementasi program. 3. Kebijakan yang bersifat konsolidatif meliputi : pengendalian laju impor produk tanaman pangan ilegal, dan (b) peningkatan kualitas produk ekspor yang kompetitif di pasar internasional. 4. Kebijakan yang bersifat defensif meliputi : (a) pengawasan terhadap impor produk tanaman pangan ilegal, dan (b) standarisasi dan pengawasan terhadap kualitas produk tanaman pangan ekspor. Tabel. 4. Analisis keterkaitan antar faktor administrasi, manajemen dan organisasi (AMO) pada lahan kering 2005-20091) No
Faktor internal dan Ekternal
BF (%) 1
Strength (kekuatan) 1 Revitalisasi pertanian 16.67 2 Dukungan dana cukup tersedia 12.22 3 Dukungan Pemda besar 18.89 Weakness (kelemahan) 4 Kualitas SDM rendah 27.78 5 Implementasi program inkonsisten 16.67 6 Koordinasi lemah 20.00 Opportunity (Peluang) 7 Otda dalam pengambilan kpts 18.89 8 Permintaan produk pangan tinggi 21.11 9 Penegakan UU/PP makin 23.33 konsisten Threat (Ancaman) 10 Perdagangan bebas 12.22 11 Produk pangan impor lebih murah 14.44 12 Standarisasi produk ekspor tinggi 16.67 Keterangan : 1) BF : Bobot Faktor (%) faktor NBD : Nilai Bobot Dukungan faktor NBK : Nilai bobot keterkaitan antar faktor
ND 2
NBD 3 1*2
NRK 4
∑ n-1
NBK 5 1x4
TNB 6 3+5
3.86 4.00 4.29
64.29 48.89 80.95
3.86 3.21 3.38
64.29 39.21 63.78
128.57 88.10 144.73
4.00 3.14 4.71
111.11 52.38 94.29
3.23 3.36 3.35
89.83 56.06 67.01
200.94 108.44 161.30
3.00 4.71 3.71
56.67 99.52 86.67
3.43 3.12 3.40
64.76 65.80 79.39
121.43 165.32 166.06
3.14 3.29 3.00
38.41 47.46 50.00
3.16 2.91 3.08
38.57 42.02 51.3
76.98 89.48 101.30
ND
: Nilai Dukungan
masing-masing
NRK
: Nilai Rataan Keterkaitan antar
TNB
: Total Nilai Bobot antar faktor
Strategi dan Kebijakan Pemecahan Masalah Biofisik Kekuatan yang cukup menonjol dari aspek bio fisik adalah : (1) inovasi teknologi sudah cukup tersedia, (2) ketersediaan lahan kering yang masih cukup luas, dan (3) banyak komoditas unggulan yang dapat dibudidayakan. Sedangkan kelemahan yang harus terus diperbaiki antara lain: (1) kesuburan tanah rendah, (2) ketersediaan air terbatas, dan (3) pengolahan lahan relatif berat. Dari aspek peluang meliputi : (1) potensi pengembangan sistem integrasi tanaman ternak (SITT) cukup besar, (2) permintaan pasar terhadap komoditas pertanian masih cukup besar dan (3) prospek pengembangan agro industri berskala rumah tanggal cukup besar. Namun demikian, berbagai ancaman yang perlu terus diwasoadai antara lain : (1) tingkat erosi tanah yang relatif tinggi, (2) serangan hama, penyakit dan gulma (OPT) masih tinggi dan (3) anomali iklim yang sering terjadi (Tabel. 5). Strategi 1. Penerapan inovasi teknologi baru dalam pengendalian OPT, varietas berumur genjah dan tahan kering, serta konservasi tanah untuk mendukung pengembangan SITT yang lumintu. 2. Pemanfaatan lahan yang luas dan multi komoditas untuk pengembangan agroindustri dalam rangka memenuhi permintaan produk tanaman pangan yang tinggi.
Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006
5
ISBN: 978-979-3566-57-3
3. Penggunaan bahan organik dan alsin untuk meringankan pengolahan tanah, serta penerapan sistem tanpa olah tanah (TOT) untuk mengurangi biaya olah tanah dan mengatisipasi kekeringan jika terjadi anomali iklim. Kebijakan 1. kebijakan yang bersifat agresif antara lain meliputi : (a) perluasan replika SITT ke wilayah lahan kering marginal, dan (b) pembinaan usaha agroindustri skala pedesaan dan rumah tangga di desa untuk meingkatkan nilai tambah produk tanaman pangan 2. Kebijakan yang bersifat diversifikasi meliputi : (a) peningkatan penyuluhan tentang penggunaan bahan organik untuk tanaman pangan, dan (b) pemberian subsidi modal untuk pengadaan alsintan yang dikelola oleh kelompok tani 3. Kebijakan yang bersifat konsolodatif meliputi : (a) perluasan demplot usahatani konservasi ke lahan petani, (b) penerapan konsep pengedalian hama terpadu (PHT) di daerah endemik, dan (c) introduksi varietas tanaman pangan berumur genjah dan tahan kering kepada petani 4. Kebijakan yang bersidat defenisif meliputi : (a) pemberian penghargaan terhadap petani yang berhasil dalam usahatani konservasi, dan (b) gerakan percepatan tanam dengan teknologi TOT pada saat terjadinya anomali iklim. Tabel. 5. Analisis keterkaitan antar faktor bio fisik pada lahan kering, 2005-20091) No
Faktor internal dan Ekternal
Strength (kekuatan) 1 Potensi lahan luas 2 Inovasi teknologi tersedia 3 Multi komoditas unggulan Weakness (kelemahan) 4 Kesuburan tanah rendah 5 Ketersediaan air terbatas 6 Pengolahan lahan berat Opportunity (Peluang) 7 Permintaan produk pangan tinggi 8 Pengemb. Agro-industri pangan tinggi 9 Pengembangan SITT besar Threat (Ancaman) 10 Anomali iklim 11 Gangguang OPT tinggi 12 Erosi tanah tinggi Keterangan : 1) BF : Bobot Faktor (%) faktor NBD : Nilai Bobot Dukungan faktor NBK : Nilai bobot keterkaitan antar
BF (%) 1
ND 2
NBD 3 1*2
NRK 4
∑ n-1
NBK 5 1x4
TNB 6 3+5
21.11 21.11 12.22
4.43 4.43 3.71
93.49 93.49 45.40
3.60 3.86 3.62
75.95 81.43 44.29
169.44 174.92 89.68
25.56 21.11 16.67
4.14 4.14 3.00
105.87 87.46 50.00
3.43 3.44 3.03
87.62 72.66 50.43
193.49 160.12 100.43
18.89 15.56 21.11
4.00 3.43 4.00
75.56 53.33 84.44
3.32 3.39 3.68
62.80 52.73 77.59
138.35 106.06 162.03
17.78 13.33 26.67
4.14 3.57 4.14
73.65 47.62 110.48
3.18 2.77 3.05
56.57 36.88 81.39
130.22 84.50 191.86
faktor
ND
: Nilai Dukungan
masing-masing
NRK
: Nilai Rataan Keterkaitan antar
TNB
: Total Nilai Bobot antar faktor
Strategi dan Kebijakan Pemecahan Masalah Sosial Ekonomi Dari aspek sosial ekonomu, espon petani terhadap inovasi yang tinggi, jumlah tenaga kerja yang relatif banyak, dan pengaruh lembaga adat yang masih kuat merupakan keunggulan wilayah lahan kering. Dibalik keunggulan tersebut, berbagai kelemahan yang menonjol adalah : (1) modal usahatani yang terbatas, (2) pengetahuan dan ketrampilan petani lahan kering masih rendah, dan (3) kondisi infrastruktur transportasi yang kurang baik. Namun peluang masih cukup terbuka, yaitu dari : (1) prospek pengembangan sistem integrasi tanaman ternak yang besar, (2) permintaan terhadap produk komoditas tanaman pangan masih terus naik, dan (3) akses terhadap modal untuk usahatani pangan relatif baik. Sementara fluktuasi harga komoditas pertanian masih cukup besar, produk pangan impor relatif lebih murah dan rantai pemasaran yang masih panjang merupakan tantangan/ancaman yang harus diantisipasi (Tabel. 6) 6
Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006
ISBN: 978-979-3566-57-3
Strategi 1. Pemanfaatan respon petani yang tinggi, potensi sosial budaya dan ketersediaan tenaga kerja untuk pengambangan SITT agar tersedia ternak untuk mengolah tanah dan penghasil pupuk organik sekaligus menekan modal usahatani. 2. Penerapan inovasi teknologi dan budaya lokal untuk meningkatkan daya saing produk pangan lokal dan mengatasi fluktuasi harga yang tinggi 3. Pengembangan pasar, agro-industri dan akses terhadap modal usahatani untuk meningkatkan daya saing produk lokal yang berorientasi ekspor. Tabel. 6. Analisis keterkaitan antar faktor sosial-ekonomi pada lahan kering, 2005-20091) No
Faktor internal dan Ekternal
Strength (kekuatan) 1 Jumlah tenaga kerja banyak 2 Lembaga adat kuat 3 Respon petani terhadap inovasi tinggi Weakness (kelemahan) 4 Modal usahatani terbatas 5 Pengetahuan dan ketramp. Petani lemah 6 Infrastruktur transportasi terbatas Opportunity (Peluang) 7 Prospek SITT tinggi 8 Permintaan produk pangan tinggi 9 Akses terhadapmodal cukup Threat (Ancaman) 10 Harga produk impior lebih kompetitif 11 Fluktuasi harga tinggi 12 Rantai pemasaran panjang Keterangan : 1) BF : Bobot Faktor (%) faktor NBD : Nilai Bobot Dukungan faktor NBK : Nilai bobot keterkaitan antar
BF (%) 1
ND 2
NBD 3 1*2
NRK 4
∑ n-1
NBK 5 1x4
TNB 6 3+5
13.33 14.44 21.11
4.57 3.57 4.14
60.95 51.59 87.46
3.19 2.81 3.38
42.60 40.52 71.28
103.55 92.11 158.74
27.78 20.00
2.86 3.29
79.37 65.71
3.18 3.04
88.38 60.78
167.75 126.49
12.22
2.86
34.92
2.87
35.08
70.00
21.11 22.22 17.78
3.29 2.86 4.57
69.3.6 3.49 81.27
3.42 3.19 2.91
72.11 71.00 51.72
141.47 134.49 132.99
17.78 20.00 18.89
3.86 4.00 3.43
68.57 80.00 64.76
2.77 2.96 2.75
49.18 59.22 52.01
117.75 139.22 116.77
faktor
ND
: Nilai Dukungan
masing-masing
NRK
: Nilai Rataan Keterkaitan antar
TNB
: Total Nilai Bobot antar faktor
Kebijakan 1. Kebijakan yang bersifat agresif meliputi pemberian bantuan subsidi ternak dengan sistem bagi hasil lokal (gaduhan) dan bergulir 2. Kebijakan yang bersifat diversifikatif meliputi : (a) pemberian subsidi kredit sarana produksi sebagai modal kelompok usaha agribisnis terpadu (KUAT), dan (b) pemberian bimbingan teknis tentang sistem pengelolaan mikro kredit (KUM) 3. Kebijakan yang bersifat konsolidatif meliputi : (a) pembinaan industri skala pedesaan dan rumah tangga agar produknya sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan (b) gerakan penyimpanan hasil tanaman pangan dalam lumbung desa. 4. Kebijakan yang bersifat defensif meliputi pemberian kredit dan bimbingan teknis untuk pengembangan agro-indutri skala pedesaan dan rumah tangga. Status kinerja kegiatan yang terkait dengan administrasi, manajemen dan organisasi (AMO), bio-fisik, dan sosial-ekonomi pengembangan tanaman pangan di wilayah lahan kering berdasarkan indikator TNB dan TNB Neto tampaknya kurang baik. Kinerja ketiga masalah dianalisa dengan menghitung total nilai bobot (TNB) neto masing-masing faktor internal dan eksternal (Tabel. 7) Nilai neto TNB AMO untuk faktor internal dan eksternal masing-masing sebesar -109.28 dan 185.05. Sedangkan neto TNB masalah bio-fisik masing-masing 4.46 untuk Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006
7
ISBN: 978-979-3566-57-3
faktor internal dan -022.35 untuk faktor eksternal. Sedangkan neto TNB faktor internal dan eksternal untuk bidang masalah sosial-ekonomi pengembangan tanaman pangan di lahan kering masing-masing – 9.84 dan 35.21. Nilai neto TNB untuk masing-masing bidang masalah kemduian didelineasi pada peta dua dimensi. Nilai neto TNB kemudian dipetakan untuk menetntukan posisi kinerja masing-masing bidang masalah diantara empat kuadran yang diilutrasikan pada Gambar 1. Tabel. 7. Status kinerja AMO, bio-fisik dan sosial-ekonomi dalam pengembangan tanaman pangan di lahan kering. Bidang Masalah
TNB
TNB Neto
AMO Strength (kekuatan) Weakness (kelemahan) Opportunity (Peluang) Threat (Ancaman)
361.40 470.68 452.81 267.76
- 109.28
458.50 454.04 406.45 428.80
4.46
185.05
Bio-fisik Strength (kekuatan) Weakness (kelemahan) Opportunity (Peluang) Threat (Ancaman)
Bidang Masalah Sosial-ekonomi
- 22.35
TNB
TNB Neto 354.40 364.24 408.95 373.74
Strength (kekuatan) Weakness (kelemahan) Opportunity (Peluang) Threat (Ancaman)
- 9.84 35.21
Status kinerja AMO, bio-fisik dan sosial-ekonomi berada pada kuadran II yang menujukkan bahwa lahan kering disamping mempunyai peluang yang dimiliki untuk dikembangkan juga kelemahan yang cukup besar. Kelemahan pengembangan tanaman pangan di lahan kering paling menonjol adalah : (1) kualitas sumberdaya manusia yang rendah, (2) implementasi program pengembangan tanaman pangan yang inkosisten, dan (3) koordinasi antar instansi terkait yang masih lemah. Dengan demikian secara internal, kekuatan yang dimiliki harus seoptimal mungkin untuk mengatasi kelemahan tersebut.
O
AMO (-109,185)
Kuadran I
Kuadran II Sosek (-9.8, 35)
Bio-Fisik (4,-22)
S
W
Kuadran IV
8
Kuadran III
Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006
T Gambar 1. Peta status kinerja AMO, bio fisik dan sosial-ekonomi
ISBN: 978-979-3566-57-3
Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006
9
ISBN: 978-979-3566-57-3
Prioritas Kebijakan Cukup banyak kebijakan yang harus diambil oleh pemerintah dalam upaya pengembangan tanaman pangan dan integrasinya dengan komoditas lain. Tiga kelompok kebijakan masing-masing terkait dengan permasalahn AMO, bio fisik dan sosial-ekonomi. Bila rekomendasi kebijakan ini dapat diadopsi dan diterapkan oleh pemerintah akan memberikan hasil yang cukup menjanjikan. Namun, prioritas perlu ditetapkan agar implementasi kebijakan dapat lebih efektif. Tapisan (skrining) kebijakan dilakukan atas dasar indikator yaitu : (1) perkiraan kontribusinya terhadap pemecahan masalah, (2) biaya yang mungkin diperlukan (tinggi, sedang, murah) dan (3) perkiraan tingkat kelayakan dari aspek sosial maupun ekonomi (Tabel. 8) Tabel. 8. Prioritas kebijakan pengembangan tanaman pangan di lahan kering Kebijakan
•
AMO • Pengendalian laju impor produk pangan ilegal • Pengawasan terhadap impor produk pangan ilegal • Penerapan sistem reward dan punishment • Desentralisasi pengembangan sumberdaya manusia • Penerapan UU/PP secara konsistem dan bertanggung jawab Bio-fisik • Perluasan replikasi SITT ke wilayah lahan kering marginal • Penerapan konsep pengendalian hama terpadu (PHT) di daerah endemik • Introduksi varietas tanaman pangan berumur genjah dan tanah kering kepada petani • Pembinaan usaha agro-industri rumah tanggal di desa untuk meningkatkan nilai tambah produk tanaman pangan • Peningkatan penyuluhan tentang penggunaan bahan organik untuk tanaman pangan Sosial-ekonomi • Pemberisan subsidi kreiot sarana produksi Pemberian bantuan subsidi ternak dengan sistem bagi hail lokal (gaduhan) dan bergulir • Pemberian bimbingan teknis tentang sistem pengelolaan mikro kredit (KUM) • Pemberian kredit dan bimbingan teknis untuk pengembangan agroindustri skala rumah tangga • Gerakan penyimpanan hasil tanaman pangan dalam lumbung desa
Kontribusi
Biaya
30%
30%
Tapisan Kelayakan 40%
Total
Priorita s
Skorxbobot
4.00
3.75
3.75
383
1
3.75
3.50
3.75
368
2
3.75
3.25
3.75
360
3
3.75
2.75
4.00
355
4
3.75
3.25
3.50
350
5
4.75
3.50
4.75
438
1
3.75
4.25
4.00
400
2
3.75
3.75
3.75
375
3
3.75
3.25
4.00
370
4
3.75
3.50
3.75
368
5
4.25
3.50
4.00
393
1
4.5
3.00
4.00
385
2
3.75
3.25
3.75
360
3
3.75
2.50
3.50
328
4
3.00
3.25
3.25
318
5
Beberapa kebijakan yang mendapat prioritas untuk dikembangkan adalah : 1. Kebijakan prioritas terkait dengan AMO meliputi : (a) pengendalian laju impor produk pangan ilegal, (b) pengawasan terhadap impor produk pangan ilegal, (c) penerapan sistem reward dan punisment, (d) desentralisasi pengembangan sumberdaya manusia, dan (e) penerapan UU/PP secara konsisten dan bertanggung jawab. 2. Kebijakan prioritas terkait dengan masalah biofisik meliputi : (a) perluasan replika SITT ke wilayah lahan kering marginal, (b) penerapan konsep pengendalian hama terpadu (PHT) di daerah endemik, (c) introduksi varietas tanaman pangan berumur genjah dan tahan kering kepada petani, (d) pembinaan usaha agro-industri rumah 10
Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006
ISBN: 978-979-3566-57-3
tangga di desa untuk meningkatkan nilai tambah produk tanaman pangan , dan (e) peningkatan penyuluhan tentang penggunaan bahan organik untuk tanaman pangan. 3. Kebijakan prioritas yang terkait masalah sosial ekonomi meliputi : (a) pemberian subsidi kredit sarana produksi, (b) pemberian bantuan subsidi ternak dengan sistem bagi hasil lokal (gaduhan) dan bergulir, (c) pemberian bimbingan teknis tentang sistem pengelolaan mikro kredit (KUM), (d) pemberian kredit dan bimbingan teknis untuk pengembangan agro-industri skala rumah tangga, dan (e) gerakan penyimpanan hasil tanaman pangan dalam lumbung desa PROGRAM DAN KEGIATAN Peningkatan Produksi Berdasarkan skenario 1 )peningkatan areal tanam dan peningkatan produktivitas), produksi padi gogo diproyeksikan meningkat 2,5%, 3,0% dan 1,5%, yaitu sekitar 2,48 juta ton pada awal dan meningkat menjadi 2,80,3,25 dan 3,50 juta ton, masing-masing pada tahun ke 5, 10 dan 15 (atabel. 9). Pada periode yang sama, proyeksi peningkatan produksi kedelai adalah sebsar 4,0%, 5,57% dan 3.0% yaitu sekitar 0,35, 0,45 dan 0,53 juta ton dari 0,28 juta ton. Sedangkan untuk jagung adalah 4,0%, 5,5% dan 3,0% yaitu sekirat 7,20, 9,32 dan 11,63 juta ton dari 5,24 juta ton, serta ubikayu adalah 4,0%, 5,1% dan 6,1% yaitu sekitar 20,54, 26,28 dan 35,30 juta ton dari 16,86 juta ton (Tabel. 10). Sedangkan berdasarkan skenario 2 (hanya peningkatan produktivitas) proyeksi peningkatan produksi padi gogo adalah 2,0%, 1,75% dan 1,50% sedangkan proyeksi peningkatan produksi kedelai adalah 3,5%, 4,0% dan 3,5%. Proyeksi peningkatan produksi jagung adalah 6,0%, 5,0% dan 4,0% sedang proyeksi peningkatan produksi ubikayu adalah 4,0%, 4,5% dan 5,0% Tabel. 9. Potensi peningkatan produksi padi dan kedelai di lahan kering Tahun
0 1 2 3 4 5 (%) 6 7 8 9 10 (%) 11 12 13 14 15 (%)
Padi Skenario 1 Skenario 2 Area (jt ha) Prods Area (jt ha) Prods Dgn Prodv. (jt ton) Dgn Prodv. (jt ton) IP IP 1.10 2.25 2.48 1.10 2.53 2.78 1.11 2.28 2.54 1.10 2.58 2.84 1.12 2.32 2.60 1.10 2.63 2.90 1.13 2.35 2.67 1.10 2.68 2.95 1.14 2.39 2.73 1.10 2.74 3.01 1.16 2.42 2.80 1.10 2.79 3.07 1.00 1.50 2.52 0.00 2.00 2.00 1.18 2.45 2.89 1.10 2.84 3.13 1.20 2.47 2.97 1.10 2.89 3.18 1.23 2.50 3.06 1.10 2.94 3.24 1.25 2.52 3.16 1.10 2.99 3.29 1.28 2.55 3.25 1.10 3.05 3.35 2.00 1.00 3.02 0.00 1.75 1.75 1.29 2.56 3.30 1.10 3.09 3.40 1.30 2.57 3.35 1.10 3.14 3.45 1.32 2.59 3.40 1.10 3.19 3.50 1.33 2.60 3.45 1.10 3.23 3.56 1.34 2.61 3.50 1.10 3.28 3.61 1.00 0.50 1.51 0.00 1.50 1.50
Kedelai Skenario 1 Skenario 2 Area (jt ha) Prods Area (jt ha) Prods Dgn Prods (jt ton) Dgn Prodv. (Jt IP IP ton) 0.24 1.21 0.28 0.24 1.21 0.28 0.24 1.25 0.30 0.24 1.25 0.29 0.24 1.28 0.31 0.24 1.30 0.30 0.24 1.32 0.32 0.24 1.34 0.32 0.24 1.36 0.33 0.24 1.39 0.33 0.25 1.40 0.35 0.24 1.44 0.34 1.00 3.00 4.03 0.00 3.50 3.50 0.25 1.45 0.37 0.24 1.49 0.35 0.26 1.50 0.39 0.24 1.55 0.37 0.26 1.56 0.41 0.24 1.62 0.38 0.27 1.61 0.43 0.24 1.68 0.40 0.27 1.67 0.45 0.24 1.75 0.41 2.00 3.50 5.57 0.00 4.00 4.00 0.28 1.70 0.47 0.24 1.81 0.43 0.28 1.73 0.48 0.24 1.87 0.44 0.28 1.77 0.50 0.24 1.94 0.46 0.28 1.80 0.51 0.24 2.01 0.47 0.29 1.84 0.53 0.24 2.08 0.49 1.00 2.00 3.02 0.00 3.50 3.50
Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006
11
ISBN: 978-979-3566-57-3
Tabel. 10 Potensi peningkatan produksi jagung dan ubi kayu di lahan kering Jagung Tahun
0 1 2 3 4 5 (%) 6 7 8 9 10 (%) 11 12 13 14 15 (%)
Skenario 1 Area (jt ha) Dgn Prodv. IP 1.87 2.80 1.90 2.94 1.93 3.09 1.96 3.24 1.98 3.40 2.01 3.57 1.50 5.00 2.04 3.72 2.07 3.87 2.09 4.02 2.12 4.18 2.14 4.35 1.25 4.00 2.17 4.50 2.19 4.66 2.21 4.82 2.23 4.99 2.25 5.16 1.00 3.50
Prods (jt ton) 5.24 5.58 5.95 6.34 6.75 7.20 6.58 7.58 7.98 8.41 8.85 9.32 5.30 9.74 10.18 10.65 11.13 11.63 4.54
Skenario 2 Area (jt ha) Dgn Prodv. IP 1.87 2.80 1.87 2.97 1.87 3.15 1.87 3.33 1.87 3.53 1.87 3.75 0.00 6.00 1.87 3.93 1.87 4.13 1.87 4.34 1.87 4.55 1.87 4.78 0.00 5.00 1.87 4.97 1.87 5.17 1.87 5.38 1.87 5.59 1.87 5.82 0.00 4.00
Ubi Kayu Prods (jt ton) 5.24 5.56 5.89 6.24 6.62 7.01 6.00 7.36 7.73 8.12 8.52 8.95 5.00 9.31 9.68 10.07 10.47 10.89 4.00
Skenario 1 Area (jt ha) Dgn Prodv. IP 1.28 13.20 1.29 13.60 1.30 14.00 1.32 14.42 1.33 14.86 1.34 15.30 1.00 3.00 1.36 15.84 1.38 16.39 1.40 16.97 1.42 17.56 1.45 18.17 1.50 3.50 1.47 18.90 1.50 19.66 1.53 20.44 1.57 21.26 1.60 22.11 2.00 4.00
Prods (jt ton) 16.86 17.54 18.24 18.98 19.74 20.54 4.03 21.58 22.67 23.81 25.01 26.28 5.05 27.88 29.57 31.37 33.28 35.30 6.08
Skenario 2 Area (jt ha) Prods Dgn Prodv. (Jt IP ton) 1.28 13.20 16.86 1.28 13.73 17.53 1.28 14.28 18.23 1.28 14.85 18.96 1.28 15.44 19.72 1.28 16.06 20.51 0.00 4.00 4.00 1.28 16.78 21.43 1.28 17.54 22.40 1.28 18.33 23.40 1.28 19.15 24.46 1.28 20.01 25.56 0.00 4.50 4.50 1.28 21.01 26.84 1.28 22.06 28.18 1.28 23.17 29.59 1.28 24.33 31.06 1.28 25.54 32.62 0.00 5.00 5.00
Penelitian dan Pengembangan Litbang bio-fisik difokuskan pada upaya penciptaan inovasi teknologi untuk : (a) mengatasi cekaman biotik seperti organisme penganggu tanaman (OPT), (b) mengatasi masalah kekeringan bila terjadi anomali iklim, (c) pengelolaan konservasi tanah dan air, sedangkan penelitian sosial-ekonomu lebih difokuskan pada : (a) upaya penguatan sumber pendapatan on-farm berdasarkan permintaan pasar (diversifikasi fhorizontal), (b) penciptaan nilai tambah melalui penerapan inovasi teknologi pengolahan hasil (diversifikasi vertikal), dan (c) pencipaan peluang pasar produk pertanian. Berdasarkan arah dan tujuan tersebut program penelitian dan pengembangan tanaman pangan di lahan kering marjinal terdiri dari empat program unggulan sebagai berikut: a) Penelitian dan pengembangan varietas unggul adaptif toleran cekaman biotik dan abiotik serta berumur genjah b) Penelitian dan pengembangan Pengelolaan Tanama Terpadu (PTT) masing-masing komoditas tanaman pangan unggulan c) Penelitian dan pengembangan komponenteknologi tanaman pangan unggulan mendukung pengembangan SITT d) Pengolahan primer hasil tanaman pangan unggulan Diseminasi dan promosi Hasil-Hasil Penelitian Diseminasi dan promosi hasil-hasil penelitian diarahkan untuk mempercepat proses adopsi dan defusi teknologi olejh petani dan penerapannya di lapangan. Untuk mendukung tercapainya sasaran di atas dan sesuai dengan hasil analisis priritas program dan kegiatan, maka kegiatan diseminasi dan promosi sebaiknya langsung difokuskan pada dua kegiatan uatam sebagai berikut: a) Diseminasi dan pemasyarakatan pengembangan SITT b) Diseminasi dan pemasyarakatan inovasi teknologi pengolahan hasil Program Aksi (Action Program) Program dan kegiatan penelitian dan pengembangan serta diseminasi dan promosi hasil-hasil penelitian diteruskan dengan program scaling-up inovasi teknologi dalam bentuk : (a) produk masal dan atau (b) program aksi oleh para pengemban kepentingan seperti Direktorat Jenderal terkait yang selanjutnya dijabarkan ke dalam program serupa oleh Dinas Pertanian baik tingkta Provinsi mapun tingkat Kabupaten. Kegiatan dan program ini harus didukung oleh kegiatan pendampingan oleh Badan Litbang Pertanian sebagai technology back stoper. Berdasarkan sasaran yang diuraikan diatasm maka program masal dan program aksi yang secara langsung perlu dikembangkan adalah sebagai berikut: 12
Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006
ISBN: 978-979-3566-57-3
a) b) c) d) e) f)
Peringatan dini terhadap OPT dan iklim Pengembangan usaha pengelolaan jasa alsintan (UPJA) Pengembangan agroindustri pengolahan hasil tanaman pangan Program aksi pengembangan SITT Pengembangan dan peningkatan saran transportasi di wilayah lahan kering Penciptaan dan diversifikasi usaha on-farm
Manajemen dan Kelembagaan Program litbang dan program aksi harus mendapat dukungan dari program peningkatan kinerja manajemen dan kelembagaan. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mamupun meningkatkan daya saing produk pertanian sehinggan dapat merebut nilai tambah guna peningkatan pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga tani. Prgram peningkatan kinerja manajemen dan kelembagaan meliputi antara lain: a) Pengendalian dan pengawasan inpor produk tanaman pangan ilegal b) Peningkatan dan pengawasan kualitas produk ekspor tanaman pangan c) Peningkatan kuantitas dan kualitas penerapan UU/PP d) Pengembangan SDM berbasis kinerja e) Perluasan desentralisasi pengambilan pekutusan manajemen dan kelembagaan Peta Program dan Kegiatan Peta jalan menuju tercapainya sasaran jangka menengah pengembangan tanaman pangan di lahan kering marjinal dalam lima tahun ke depan terdiri atas empat hirarki peta jalan yaitu : (1) kegiatan penelitian dan pengkajian (litkaji), (2) sosialisasi dan pemasyaratakan inovasi teknologi, (3) manfaat dan (4) dampak penerapan inovasi teknologi (Gambar. 2) Kegiatan litkaji dimasudkan untuk merakit : (1) PTT padi gogo, (2) PTT aneka kacang dan umbi, (3) PTT jagung, dan (4) penerapan PTT dalam sistemintegrasi tanaman ternak berbasis tanaman pangan. Dalam hiraki kegiatan ini, diawali dengan kajin ex-ante untuk menyusun data base sebagai dasar untuk melakukan analisis expost. Guna mempercepat perakitan aneka PTT tanaman pangan, program revitalisasi pertanian oleh pemerintah khususnya kelompok tani, penyuluhan, lembaga permodalan dan konsolidasi manajemen usaha agribisnis di tingat petani perlu segera diaktualisasikan.
Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006
13
ISBN: 978-979-3566-57-3
Penerima Manfaat Rumah Tangga Tani Sejahtera
Pendapatan RT = US$ 2000/th Peningkatan arus barang dan jasa antar pulau dan antar wilayah Keterkaitan regional
Perluasan dan peningkatan kualitas infrastruktur dan jasa angkutan Delineasi wilayah unggulan Pengembangan agro-proses produk tanaman perkebunana dan hortikultura Pengembangan agro-proses produk peternakan
Keterkaitan vertikal
Pengembangan agro-proses produk tanaman pangan Pengembangan sistem agribisnis kemitraan dengan mitra usaha Konsolidasi manajemen usaha agribisnis dan pembentukan korporasi agribisnis berbasis tanaman pangan Revitalisasi kelompok tani, penyuuhan, dan permodalan
Keterkaitan horizontal
Pengembangan sistem Agribisnis kemitraan dengan mitra usaha Konsolidasi manajemen usaha agribisnis dan pembentukan koorporasi agribisnis berbasis tanaman pangan Revitaliasi kelompok tani, penyuluh dan permodalan Tahun
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
Gambar. 2. Peta jalan menuju sasaran jangka panjang pengembangan tanaman pangan di lahan kering (2006-2020
14
Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006
2020
ISBN: 978-979-3566-57-3
Pada hirarki kegiatan sosialisasi dan pemasyarakatan inovasi teknologi perlu pengembangan yang meliputi : (1) pengembangan PTT padi gogo, (2) PTT aneka kacang dan umbi, (3) PTT jagung, dan (4) sistem integrasi tanaman-ternak berbasis tanaman pangan bebas limbah. Sedangkan pada hirarki kegiatan evaluasi manfaat meliputi : (1) teradopsinya secara luas PTT masing-masing komoditas tanaman pangan dan (2) teradopsinya sistem integrasi tanaman ternak berbasis tanaman pangan oleh pengguna akhir yaitu petani di lahan kering. Sedangkan peta jalan menuju rumah tangga tani sejahtera terdiri dari empat pilar utama yaitu: (1) memperkokoh keterkaitan institusional, (2) memperluas keterkaitan horizontal, (3) meningkatkanketernakitan vertikal, dan (4) memanfaatkan keterkaitan regional. Keempat integrasi di atas menjadi lintasan utama dalam peta jalan menuju rumah tangga tani sejahtera. Keterkaitan institusional merupakan pre-requisite dan fondasi yang kokoh yang meliputi : (1) revitalisasi kelembagaan petani, penyuluhan dan kelembagaan permodalan pertanian untuk percepatabproses adopsi dan difusi inovasi teknologi tanaman pangan, (2) konsolidasi manajemen usaha agribisnis dan pembentukan korporasi agribisnis berbasis tanaman pangan , dan (3) pengembangan sistem agribisnis kemitraan. Keterkaitan horizontal melalui diversifikasi usaha dan penganekaragaman komoditas yang diusahakan melalui pengembangan sistem integrasi tanaman ternak bebas limbah yang berbasis : (1) tanaman pangan, (2) tanaman perkebunan, dan (3) tanaman hortikultura. Namun pemilihan komoditas tertentu sangat dipengaruhi oleh kondisi agroekosistem dan sosial ekonomi petani (farmer,s circumstances) Keterkaitan vertikal dimaksudkan untuk menciptakan nilai tambah produk pertanian melalui penerapan inovasi teknologi pengolahan hasil yang meliputi: (1) pengembangan agroproses produk tanaman pangan, (2) pengembangan agroproses produk peternakan, dan (3) pengembangan agroproses produk tanaman perkebunan dan hortikultura. Pemanfaatan keunggulan komparatif dan kompetitif masing-masing wilayah lahan kering melalui penerapan inovasi teknologi spesifik lokasi. Untuk itu perlu dilakukan deliniasi wilayah dan komoditas unggulan, penguatan dan peningkatan infrastruktur dan jasa angkutan antar maupun dalam wilayah , dan peningkatan arus barang dan jasa memlalui perdagangan antara wilayah surplus dan wilayah defisit. Arus barang dan jasa akan memacu pertumbuhan ekonomi regional dan muara dari pertumbuhan tersebut adalah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani. Sasaran jangka menengah maupun jangkah panjang yang telah ditargetkan akan sulit dicapai bila tidak didukung oleh ketertiban administrasi, manajemen maupun organisasi (AMO). Oleh karena itu sasaran terkait dengan permasalahan AMO adalah (1) makin meningkatkan kinerja aparat dan lembaga pemerintah yang terkait dengan adminsitrasi, manajemen dan organisasi, (2) makin membaiknya kinerja perencanaan, pengawasan dan konsistensi dalam penerapan program pembangunan di lapangan, dan (3) makin meningkatkan kinerja penerapan UU/PP melalui penegakan hukun yang tegas dan konsisten. Dukungan politik dari pemerintah sangat dibutuhkan dalam upaya pencapaian sasaran tersebut diatas. Langkah-langkah Operasional Dalam penelitian dan pengembangan PTT, kegiatan difokuskan kepda masing-masing komoditas tanaman pangan unggulan seperti : (1) PTT padi gogo, (2) PTT jagung, (3) PTT kedelai dan aneka palawija lainya. Sedangkan dalam litbang tanaman pangan sebagai komponen SITT, kegiatan difokuskan kepada perakitan dan pengkajian tekno-ekonomi sistem produksi masing-masing tanaman pangan. Sedangkan kegiatan diseminasi dan pemasyaraaaakatan inovasi teknologi tanaman pangan difokuskan pada kegiatan deminstrasi lapangan atau fielday yang dapat dijadikan klinik agribisnis. Langkah-langka operasional yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan progra, aksi atau bahkan program basional antara lain meliputi : (1) peningkatan kemampuan teknik peringatan dini terhadap serangan OPT dan anomali iklim, (2)pengembangan UPJA dalam sistem korporasi, koperasi atau kelompok usaha agribinis terpadu (KUAT), (3) pengembangan agroindustri pengolahan hasil tanaman pangan di pedesaan dalam sistem korporasi, koperasi atau KUAT, (4) pengembangan SITT berbasis tanaman pangan dalam sistem korporasi, koperasi atau KUAT, (5) konstruksi dan rehabilitasi sarana transportasi ke wilayah lahan kering dan (6) Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006
15
ISBN: 978-979-3566-57-3
pengembangan diversifikasi usaha on-fram dan off-fram dalam sistem korporasi, koperasi, atau KUAT. Dukungan kegiatan nyata sangat diperlukan dalam upaya peningkatan kinerja kelembagaan dan manajemen yang terkait dengan pengembangan tanaman pangan di lahan kering. Kegiatan operasional yang perlu mendapat dukungan pemerintah antara lain : (1) peningkatan pengendalian dan pengawasan produk pertanian impor pada setiap pintu masuk Indonesia, (2) peningkatan pengawasan kualitas produk pertanian ekspor sesuai dengan standar internasional, (3) peningkatan kemampuan aparat penegak hukun dalam melakukan pengawasan penerapan setiap UU/PP yang berlaku, (4) pengembangan sumber daya manusia atas dasar kemampuan, kinerja dan peluang keberhasilan, (5) desentralisasi pengambilan keputusan manajemen dan kelembagaan selama tidak bertentangan dan tumpah tindih dengan keputusan pemerintah pusat. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan (1) Potensi dan peluang peningkatan produksi tanaman pangan unggulan pada lahan kering seperti padi gogo, jagung, kedelai dan ubi kayu cukup besar. Peningkatan produksi tersbut dapat ditempuh melalui dua skenario, yaitu (a) melalui peningkatan indeks pertanaman (IP) dan peningkatan produktivitas tiap kelompok (2) Berdasarkan skenario 1, produksi padi gogo diproyeksikan meningkat dari 2,48 juta ton menjadi 3,50 juta ton pada tahun ke 15. Pada periode yang sama, proyeksi peningkatan produksi kedelai adalah 0,28 juta ton menjadi 0,53 juta ton. Sedangkan produksi jagung diproyeksikan meningkat dari 5,24 juta ton menjadi 11,63 juta ton, serta untuk ubi kayu dari 16.86 ton menjadi 35,30 ton. (3) Sedangkan berdasarkan pada skenario2, proyeksi peningkatan produksi padi gogo adalah 2,0%, 1,75% dan 1,50% sedang proyeksi peningkatan produksi kedelai adalah 3,5%, 4,0% dan 3,5%. Proyeksi peningkatan produksi jagung adalah 6,0%, 5,0% dan 4,0% sedang proyeksi peningkatan produksi ubi kayu adalah 4,0%, 4,5% dan 5,0% (4) Untuk mencapai sasaran peningkatan produksi tersebut diperlukan dukungan strategi dankebijakan yang terkait dengan AMO, biofisik dan sosial ekonomi. Kebijakan yang terkait dengan AMO meliputi : (a) pengendalian laju impor produk pangan elegal, (b) pengawasan terhadap impor produk pangan ilegal, (c) penerapan sistem reward dan punishment, (d) deentralisasi pengembangan sumberdaya manusia dan (e) penerapan UU/PP secara konsisten dan bertanggung jawab. Kebijakan terkait dengan masalah biofisik meluputi : (a) perluasan replikasi SITT ke wilayah lahan kering marginal, (b) penerapan konsep pengendalian hama terpadu (PHT) di daerah endemik, (c) introduksi varietas tanaman pangan berumur genjah dan tahan kering kepada petani, (d) pembinaan usaha agro-industri rumah tangga di desa untuk meningkatkan nilai tambah produk tanaman pangan, dan (e) peningkatan penyuluhan tentang penggunaan bahan organik untuk tanaman pangan. Sedangkan kebijakan yang terkait masalah sosial ekonomi meliputi : (a) pemberian subsidi kredit sarana produksi, (b) pemberian bantuan subsidi ternak dengan sistem bagi hasil lokal (gaduhan) dan bergulir, (c) pemberian bimbingan teknis tentang sistem pengelolaan mikro kredit (KUM), (d) pemberian kredit dan bimbingan teknis untuk pengembangan agro-industri skala rumah tangga, dan (e) gerakan penyimpanan hasil tanaman pangan dala, lumbung desa. (5) Sedangkan program dan kegiatan yang diperlukan untuk mecapai sasaran diatas meliputi : (a) program penelitian dan pengembangan, (b) program percepatan diseminasi dan promosi inovasi teknologi, (c) program aksi dan pemanfaatan inovasi teknologi dalam program peningkatan produksi secara nasional, dan (d) program revitalisasi manajemen dan kelembagaan. (6) Program penelitian dan pengembangan meliputi : (a) varietas unggul adaptif berumur genjah dan tahan terhadap cekaman biotik maupun abiotik, (b) PTT padi gogo, jagung, kedelai dan ubi kayu, (c) komponen teknologi SITT padi gogo, jagung, kedelai dan ubikayu dan (d) pengolahan hasil primer padi, jagung, kedelai dan ubikayu. Sedangkan program diseminasi 16
Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006
ISBN: 978-979-3566-57-3
dan promosi hasil tanaman pangan meliputi diseminasi dan pemasyarakatan pengembangan SITT dan inovasi teknologi pengolahan hasil primer. (7) Selanjutnya program aksi meliputi : (a) peringatan dini terhadap ledakan OPT dan anomali iklim, (b) pengembangan UPJA, (c) pengembangan agroindustri skala pedesaan dan rumah tanggal, (d) pengembangan SITT, (e) pengembangan dan peningkatan saran transportasi dan (f) penciptaan dan diversifikasi usahatani baik on-farm maupun off-farm. Program revitalisasi manajemen dan kelembagaan meliputi (a) pengendalian dan pengawasan impor produk tanaman pangan ilegal, (b) peningkatan dan pengawasan produk ekspor, (c) peningkatan konsistensi penerapan UU/PP, (d) pengembangan SDM berbasis kinerja dan (e) perluasan desentralisasi pengambilan keputusan. (8) Untuk mencapai sasaran produksi, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani melalui program dan kegiatan yang dianjurkan, diperlukan investasi yang dianjurkan, diperlukan investasi yang meliputi: (a) traktor, (b) pemipil, (c) RMU, (d) litbang pemerintah, (e) litbang swasta dan (f) penyukuhan pertanian. Total investasi untuk skenario -1 adalah sebesar Rp. 0,67 triyun pada tahun awal dan menjadi sekirat Rp. 1,23 triyun pada tahun ke sebelas. Sedangkan total nilai produksi padi, kedelai, jagung dan ubi kayu pada tahun awal Rp. 17,04 triyun dan meningkat Rp. 29,70 triyun pada tahun ke sebelas. Sedangkan investasi untuk sekanrio 2, walalupun nilai investasi awal sama dengan skenario 1 yaitu sekitar Rp. 0,7 triyun, namun nilai investasi pada tahun ke enam memncapai Rp. 0,955 triyun. Bila dibandingkan dengan investasi pada skenario 1 yaitu sekitar Rp. 0,949 triyun maka investasi pada skenario 2 mengalami peningkatan sekitar 0,63%. Total nilai produksi yaitu Rp. 15.81 triyun pada tahun awal meningkat mejadi Rp. 25.58 triyun pada tahun ke sebelas. (9) Kelayakan investasi untuk skenario 1 (ROI) adalah 2,56 artinya setiap unit investasi memberikan nilai tambahan produksi 2,56 kali lipat atau 256%. Ini menunjukkan bahwa investasi di wilayah lahan kering dalam pengembangan tanaman pangan perlu mendapat prioritas tinggi dari pemerintah, karena kelayakannya jauh melebihi bunga bank komersial. Sedangkan kelayakan investasi untuk skenario 2 adalah 1,92 artinya setiap unit investasi memberikan nilai tamabahan produksi 1,92 kali lipat atau 192%. Kelayakan investasi pada skenario 2 ini sedikit lebihj rendah dari pada skenario 1. Walaupun demikian, investasi di wilayah lahan kering dalam pengembangan tanaman pangan tetap perlu mendapat prioritas tinggi dari pemerintah, karena kelayakannya kauh melebihi bungan bank komersial. Implikasi Kebijakan (1) Guna mempertahankan ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga tani dan tingkat nasional, kebijakan untuk memanfaatkan seoptimal mungkin lahan sub-optimal termasuk lahan kering perlu mendapatkan prioritas tinggi. Hal ini sejalan dengan progam revitalisasi pertanian, kehutanan, dan perikanan yang telah dicanangkan oleh pemerintah. (2) Program pengembangan tanaman pangan pada lahan kering hendaknya dirancang lebih fokus dan secara partisipatif yang berpihak kepada kepentingan rumah tangga tani (3) Lahan abadi seluas 15 juta hektar yang menjadi program utama pada revitaliasi pertanian hendaknya segera ditemukan jalan keluarnya sehingga tidak hanya sebatas wacana (4) Reformasi agraria tampaknya akan menjadi pisau bedah pertama yang harus digunakan untuk merobek perangkap kemiskin permanen di setiap wilayah termasuk lahan kering. Kebijakan ini sudah sangat mendesak untuk diformulasikan dan ditindaklanjuti guna mengatasi pemikiran dan penguasaan lahan yang sangat sempit. (5) Skenario manapun yang akan ditempuh oleh pemerintah akan memerlukan komitmen dan dukungan investasi yang cukup besar. Investasi tersebut dapat didistribusikan dalam jenis investasi sesuai sumber pendanaan dari pemerintah, swasta dan masyarakat.
Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006
17
ISBN: 978-979-3566-57-3
18
Seminar Nasional, Kupang 26-27 Juli 2006