Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
APLIKASI MODEL HOUSE OF RISK (HOR) UNTUK MITIGASI RISIKO PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PASURUAN Dewi Kurniasari Purwandono*, I. Nyoman Pujawan** Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email : *
[email protected], **
[email protected]
ABSTRAK Perekonomian dunia yang masih serba tak pasti memengaruhi kondisi ekonomi di Indonesia. Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, khususnya di daerah Pasuruan dan sekitarnya, pemerintah membangun infrastruktur jalan tol Gempol-Pasuruan. Pembangunan infrastruktur ini dapat berjalan dengan lancar jika proses pembangunannya tidak banyak mengalami gangguan. Gangguan-gangguan yang dapat menghambat pembangunan dapat berasal dari dalam (buruknya manajemen dan rantai pasok pihak-pihak terkait) maupun luar (alam, masyarakat, kebijakan pemerintah). Untuk mencegah keterlambatan atau memperpendek rentang waktu keterlambatan pembangunan jalan tol tersebut maka perlu usaha meminimalkan timbulnya gangguan-gangguan. Model House of Risk (HOR) diaplikasikan untuk mitigasi risiko-risiko yang mungkin muncul akibat adanya gangguan-gangguan. Dari model tersebut, diketahui bahwa terdapat 36 risiko dan 55 agen/ penyebab risiko yang terdiri dari 8 agen/ penyebab risiko dengan tingkat risiko tinggi, 14 agen/ penyebab risiko dengan tingkat risiko sedang, dan 30 agen/ penyebab risiko dengan tingkat risiko rendah. Juga terdapat 16 aksi mitgasi yang dapat direalisasikan untuk mereduksi kemunculan agen/ penyebab risiko. “Konsinyasi lewat pengadilan” merupakan aksi mitigasi yang berada pada peringkat pertama dari risk response dan memberi keuntungan optimal bagi kelancaran pembangunan proyek jalan tol Gempol-Pasuruan. Kata kunci: House of Risk (HOR), manajemen proyek, manajemen risiko, mitigasi, risiko
PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia yang semakin mengglobal menuntut perusahaan atau industri-industri untuk berkompetisi menjadi yang lebih unggul. Salah satu usahanya adalah memenuhi permintaan konsumen dengan kualitas tinggi dan beaya yang efektif serta efisien. Perekonomian dunia yang masih serba tak pasti memengaruhi kondisi ekonomi di Indonesia. Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, khususnya di daerah Pasuruan dan sekitarnya, pemerintah membangun infrastruktur jalan tol Gempol-Pasuruan. Dengan dibangunnya jalan tol GempolPasuruan maka lalu lintas yang menuju Grati-Probolinggo dapat lebih lancar. Pembangunan infrastruktur ini dapat berjalan dengan lancar jika proses pembangunannya tidak banyak mengalami gangguan. Gangguan-gangguan yang dapat menghambat pembangunan dapat berasal dari dalam (buruknya manajemen dan rantai
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
pasok pihak-pihak terkait) maupun luar (alam, masyarakat, kebijakan pemerintah). Untuk mencegah keterlambatan atau memperpendek rentang waktu keterlambatan pembangunan jalan tol tersebut maka perlu usaha meminimalkan timbulnya gangguangangguan. Dalam hal ini adalah memperkuat rantai pasok yang ada disepanjang aliran proses pembangunan jalan tol tersebut. Perumusan Masalah Masalah yang dihadapi adalah bagaimana cara memperlancar pembangunan jalan tol tersebut agar tidak mengalami keterlambatan dan risiko apa saja yang akan muncul dalam pembangunan jalan tol serta bagaimana cara memitigasi risiko tersebut. Tujuan dan Manfaat Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian tesis yang dilakukan di proyek ini adalah mencegah keterlambatan atau memperpendek rentang waktu keterlambatan pembangunan jalan tol dengan cara menciptakan rantai pasok yang kuat (robust) dan lentur (resilient) agar risiko-risiko yang mungkin muncul terjadi seminimal mungkin. Sedangkan beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu: a) Toleransi keterlambatan pembangunan jalan tol menjadi berkurang b) Mengetahui risiko-risiko yang mungkin muncul dalam proses pembangunan jalan tol sehingga dapat dilakukan strategi proaktif untuk menanganinya c) Meningkatkan keefektifitasan dan keefisienan distribusi prapembangunan maupun pascapembangunan jalan tol Gempol-Pasuruan karena terbentuknya rantai pasok proyek yang kuat (robust) dan lentur (resilient) Batasan dan Asumsi Yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah sistem yang diteliti merupakan sistem yang ada pada pihak investor/ pemberi tugas (owner), bukan sistem yang ada pada kontraktor atau konsultan. Sedangkan asumsi yang dipergunakan pada penelitian ini, yaitu: a) Tidak terjadi bencana alam pada saat perencanaan proyek jalan tol ini b) Tidak terjadi perubahan kebijakan pemerintah pada saat perencanaan proyek jalan tol ini c) Istilah “rantai pasok” yang dimaksud pada penelitian ini adalah rantai pasok dalam lingkup proyek, yaitu aliran material, informasi, dan lain-lain sejak prapembangunan hingga pascapembangunan jalan tol METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan Model House of Risk (HOR) yang merupakan integrasi dari Model Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) dengan Model Quality Function Deployment (QFD). Diagram alir penelitian ini dapat ditunjukkan pada Gambar 1. Berikut penjelasan tahapan-tahapan dalam metodologi penelitian yang digunakan: Tahap Pemetaan Aktivitas Pada tahap ini dilakukan pemetaan awal terhadap aktivitas rantai pasok maupun aktivitas nonrantai pasok dengan mengidentifikasi entiti-entiti dalam jaringan rantai pasok perusahaan, mengidentifikasi hubungan antarentiti dan key measures dalam
ISBN : 978-979-99735-9-7 A-11-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
jaringan rantai pasok tersebut. Model SCOR dapat digunakan untuk melakukan pemetaan proses-proses rantai pasok yang terjadi saat ini (as is) dan proses-proses tersebut terbagi menjadi lima proses inti, yaitu plan, source, make, deliver, dan return. Tahap Identifikasi Risiko Merupakan tahapan yang bertujuan untuk mengidentifikasi risiko yang akan ditangani. Proses identifikasi harus melibatkan risiko baik yang terkontrol maupun tidak terkontrol oleh perusahaan. Dalam tahap ini akan dihasilkan suatu daftar risiko yang didapat dari identifikasi sumber risiko, apa saja yang menjadi risiko (what), dimanakah risiko tersebut muncul/ ditemukan (where), bagaimana risiko tersebut timbul di tempat tersebut (how) dan mengapa risiko tersebut timbul (why), yang risiko tersebut berdampak terhadap pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan. HOR1 (Gambar 2) menggambarkan langkah-langkah pada tahap identifikasi risiko, yaitu: a. Identifikasi risiko-risiko yang mungkin terjadi pada masing-masing proses bisnis. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan pemetaan proses rantai pasok seperti Plan, Source, Deliver, Make, dan Return (Model Supply Chain Operations Reference) lalu identifikasi “risiko apa yang bisa terjadi” pada masing-masing proses tersebut. Ei (risk events) menunjukkan risiko yang terjadi. b. Beri penilaian dengan skala 1 sampai 5 mengenai tingkat keparahan (severity) akibat risiko yang terjadi. Si (severity) menunjukkan tingkat keparahan dari masing-masing risiko. Tabel 3.2 menunjukkan Tingkat Keparahan Dampak (Severity Level) Pedoman Beaya. c. Identifikasi agen-agen risiko dan beri penilaian mengenai kemungkinan terjadinya. Aj (risk agents) menunjukkan agen-agen risiko dan Oj (occurrence) menunjukkan kemungkinan terjadinya. Tabel 3.1 menunjukkan Tingkat Peluang Kemunculan Agen Risiko (Occurrence Level) d. Kembangkan matriks keterkaitan (korelasi) antara masing-masing agen risiko dengan masing-masing risiko. Rij (relationship) {0, 1, 3, 9} dengan nilai 0 menunjukkan tidak ada korelasi (no correlation) dan nilai 1, 3, dan 9 menunjukkan korelasi rendah (low), sedang (moderate), dan tinggi (high).
ISBN : 978-979-99735-9-7 A-11-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
Pemetaan Aktivitas Rantai Pasok Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) PERSIAPAN
PENGADAAN
KONSTRUKSI
HAND OVER
Identifikasi Risiko Metode Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) > Sumber risiko? > Di mana risiko berada?
> Apa yang berisiko? > Bagaimana risiko muncul?
Analisis Risiko Identifikasi Kejadian Risiko (Risk Events) dan Agen Risiko (Risk Agent)
Menentukan severity dari risk events
Menentukan occurrence dari risk agents
Menentukan correlation
Menghitung Nilai Aggregate Risk Potential (ARP)
Evaluasi Risiko
Menentukan peringkat Menentukan prioritas risiko
Risk Response
Identifikasi opsi mitigasi risiko Evaluasi opsi mitigasi risiko
Pemilihan aksi mitigasi/ aksi proaktif
Gambar 1 Diagram Alir Metodologi Penelitian
ISBN : 978-979-99735-9-7 A-11-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
Risk Agents (Aj) Business Processes
Risk Event (Ei)
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
Severity of Risk Event i (Si)
Plan
E1
R11
R12
R13
…
…
…
…
S1
E2
R21
R22
…
…
…
..
..
S2
E3
R31
…
…
…
…
…
…
S3
E4
R41
…
…
…
…
…
…
S4
E5
…
…
…
…
…
…
…
S5
E6
…
…
…
…
…
…
…
S6
E7
…
…
…
…
…
…
…
S7
E8
…
…
…
…
…
…
…
S8
E9
…
…
…
…
…
…
Rij
S9
O1
O2
O3
O4
O5
O6
O7
ARP1
ARP2
ARP3
ARP4
ARP5
ARP6
ARP7
Source Make Deliver
Return
Occurrence of Agent j Aggregate Risk Potential j Priority Rank of Agent j
Sumber: Pujawan (2009)
Gambar 2 Model HOR1
e. Hitung Agen Potensial Risiko Agregat (Aggregate Risk Potential Of Agent j (ARPj)) yang merupakan hasil dari kemungkinan munculnya agen risiko j dan akibat agregat dari terjadinya risiko yang disebabkan oleh agen risiko. f. Buat peringkat agen risiko berdasar potensial risiko agregat dari nilai terbesar ke nilai terkecil. Tahap Analisis Risiko Analisis Risiko merupakan suatu proses untuk menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif dampak risiko (severity) serta probabilitas risiko (occurence) terhadap sasaran-sasaran proyek yang telah ditetapkan. Tujuan analisis risiko, yaitu memilahmilah risiko dan memisahkannya antara risiko yang berbahaya dengan risiko yang tidak signifikan dan membuat profil peta risiko sesuai peringkatnya. Hasil ini akan menjadi dasar bagi analisis dan penanganan risiko pada tahap selanjutnya. Dampak (severity) dan korelasi (correlation) antara kejadian risiko dan agen risikonya, serta kemungkinan dampak tersebut timbul (occurence) digabungkan untuk menentukan tingkat/ peringkat risiko. Proses analisis risiko ini dilakukan dengan menganalisis penyebab timbulnya risiko-risiko yang telah teridentifikasi untuk kemudian dilakukan perhitungan nilai Aggregate Risk Potential (ARP) menggunakan Model HOR1. Nilai ARP ini diperoleh dari penjumlahan hasil perkalian tingkat severity dengan tingkat occurrence. Hasil dari tahap analisis risiko ini berupa prioritas risiko dan pengklasifikasian pemeringkatan ini didasarkan pada Pareto 80:20 yang kemudian digunakan sebagai acuan penyusunan rencana penanganan risiko. Tahap Evaluasi Risiko Tujuan dari evaluasi risiko adalah untuk menghasilkan urutan prioritas risikorisiko untuk ditangani lebih lanjut (rencana tindak lindung/ mitigasi risiko). Yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu membandingkan Profil Risiko dengan Kriteria Evaluasi
ISBN : 978-979-99735-9-7 A-11-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
Risiko yang ditetapkan sebelumnya, dan memperkirakan apakah suatu risiko dapat diterima atau tidak, sesuai dengan kriteria sebelumnya, atau mempertimbangkan dengan analisis manfaat dan beaya. Tahap Risk Response Proses perancangan strategi dilakukan menggunakan matriks House of Risk (HOR) fase kedua untuk menyusun aksi-aksi mitigasi dalam menangani risiko yang berpotensi timbul pada rantai pasok. HOR2 (Gambar 3) menggambarkan langkahlangkah pada tahap perancangan strategi, yaitu: a. Pilih beberapa agen risiko dengan nilai tinggi (gunakan Diagram Pareto untuk ARPj) yang akan ditindaklanjuti pada HOR2. Agen-egen risiko yang terpilih diletakkan pada kolom sebelah kiri (apa saja agen risiko tersebut) dan pada kolom sebelah kanan (nilai ARPj) b. Identifikasi aksi-aksi yang mungkin dilakukan untuk mencegah munculnya risiko. Aksi-aksi mitigasi tersebut letakkan pada baris atas HOR2 (Preventive Actions PAk). c. Tentukan korelasi antara masing-masing aksi pencegahan dan masing-masing agen risiko (Ejk). Ejk {0, 1, 3, 9} dengan nilai 0 menunjukkan tidak ada korelasi (no correlation) dan nilai 1, 3, dan 9 menunjukkan korelasi rendah, sedang, dan tinggi. Ejk juga menunjukkan tingkat keefektifan aksi mitigasi yang dilakukan dalam mengurangi kemungkinan munculnya agen risiko. d. Hitung Efektivitas Total (TEk) dari masing-masing aksi menggunakan rumus: k TEk = ARPj Ejk (1) j
e. Beri penilaian mengenai tingkat kesulitan dalam melakukan masing-masing aksi mitigasi (Difficulty Dk) menggunakan skala Likert atau skala lain yang menggambarkan dana atau sumber daya lain yang diperlukan selama aksi mitigasi dilakukan. Preventive Action (PAk)
To be treated risk agent (Aj)
PA1
PA2
PA3
PA4
PA5
Aggregate Risk Potentials (ARPj)
A1
E11
E12
E13
…
…
ARP1
A2
E21
E22
…
…
…
ARP2
A3
E31
…
…
…
…
ARP3
A4
…
…
…
…
…
ARP4
A5
…
…
…
…
Ejk
ARP5
Total efectiveness of action k Degree of difficulty performing action k
TE1
TE2
TE3
TE4
TE5
D1
D2
D3
D4
D5
Effectiveness to difficulty ratio
ETD1
ETD2
ETD3
ETD4
ETD5
Rank of priority
R1 R2 R3 Sumber: Pujawan (2009)
R4
R5
Gambar 3 Model HOR2
ISBN : 978-979-99735-9-7 A-11-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
f. Hitung Rasio Total Efektivitas (TEk) dengan Tingkat Kesulitan (Difficulty Dk) menggunakan rumus: TEk ETDk Dk g. Tentukan Peringkat Prioritas dari masing-masing aksi (Rk), peringkat pertama menunjukkan aksi dengan ETD tertinggi. HASIL DAN DISKUSI Identifikasi Risiko Pada tahap ini, dilakukan identifikasi kejadian risiko apa saja yang mungkin muncul di semua area aktivitas rantai pasok, yaitu area Persiapan, Pengadaan, Konstruksi, dan Penyerahan (Hand Over). Kejadian risiko yang telah diidentifikasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4. Terdapat 5 kejadian risiko pada tahap Persiapan, 8 kejadian risiko pada tahap Pengadaan, 14 kejadian risiko pada tahap Konstruksi, dan 9 kejadian risiko pada tahap Penyerahan (Hand Over). Identifikasi Dampak (Potential Causes) Suatu Kejadian Risiko Pada tahap ini, dilakukan identifikasi dampak dari kejadian risiko yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Identifikasi Agen/ Penyebab Risiko (Risk Agents) Pada tahap ini, dilakukan identifikasi agen atau penyebab dari kejadian risiko yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Agen-agen risiko yang telah diidentifikasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6. Terdapat 55 agen risiko dari semua area dengan kode masing-masing. Satu agen risiko dapat memunculkan satu atau lebih kejadian risiko, dan sebaliknya, satu kejadian risiko dapat disebabkan oleh satu atau lebih agen risiko. Identifikasi Tingkat Keparahan Dampak Suatu Kejadian Risiko (Severity) Pada tahap ini, dilakukan identifikasi nikai keparahan dampak (severity) dari suatu kejadian risiko. Nilai keparahan dampak (severity) dilihat dari besar kerugian finansial yang harus ditanggung jika muncul risiko. Nilai ini terbagi menjadi lima tingkatan, yaitu ringan sekali, ringan, sedang, besar, dan katastropik. Identifikasi Peluang Kemunculan Agen/ Penyebab Risiko (Occurrence) dan Korelasi Kejadian Risiko dan Agen/ Penyebab Risiko Pada tahap ini, dilakukan identifikasi nilai peluang kemunculan agen risiko (occurrence) beserta nilai korelasi antara kejadian risiko dan agen risiko. Dalam mengidentifikasi nilai peluang kemunculan agen risiko (occurrence), digunakan Skala Likert 1-5 dengan kriteria deskriptif tertentu. Sedangkan dalam mengidentifikasi nilai korelasi agen risiko dan kejadian risiko, digunakan Model House of Risk 1 (HOR1). Penilaian korelasi antara agen risiko dan kejadian risiko menggunakan nilai 1, 3, dan 9 untuk menunjukkan seberapa kuat agen risiko tersebut memunculkan kejadian risiko. Penghitungan Aggregate Risk Potential (ARP) Aggregate Risk Potential (ARP) digunakan untuk memeringkat kejadiankejadian risiko yang mungkin muncul menjadi tiga tingkatan, yaitu risiko tingkat rendah, risiko tingkat sedang/ moderat, dan risiko tingkat tinggi.
ISBN : 978-979-99735-9-7 A-11-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
Dari Diagram Pareto, dapat diketahui bahwa 15% agen risiko berada pada klasifikasi A yang berarti memliki tingkat kemunculan tinggi, 27% agen risiko berada pada klasifikasi B, yang berarti memiliki tingkat kemunculan sedang, dan 52% adalah agen risiko yang berada pada klasifikasi C (memiliki tingkat kemunculan yang rendah). Agen-agen risiko yang berada pada klasifikasi A dan B ini kemudian diolah menggunakan Model House of Risk 2 untuk menentukan aksi mitigasi yang sebaiknya dilakukan dalam rangka mereduksi kemunculan agen-agen risiko ini. Diagram Pareto juga menggambarkan bahwa 50% risiko berpotensi digenerasi oleh agen-agen risiko klasifikasi A, 30% risiko berpotensi digenerasi oleh agen-agen risiko klasifikasi B, dan 20% berpotensi digenerasi oleh agen-agen risiko klasifikasi C. Karena sebagian besar risiko berpotensi digenerasi oleh agen-agen risiko klasifikasi A dan B maka agen-agen ini yang akan diprioritaskan untuk direduksi dengan aksi-aksi mitigasi yang sudah ditentukan. Evaluasi Risiko Pada tahap Evaluasi Risiko, terdapat dua langkah yang dilakukan, yaitu menentukan peringkat agen risiko sesuai nilai ARP-nya dan menentukan prioritas agen risiko yang akan direduksi dengan aksi mitigasi yang sudah ditentukan. Tahap ini menggunakan Model House of Risk 2. Risk Response Tiap agen risiko memiliki aksi mitigasi yang berkaitan kuat (ditunjukkan dengan nilai korelasi 9), sedang (ditunjukkan dengan nilai korelasi 3), atau lemah (ditunjukkan dengan nilai korelasi 1). Total keefektifan suatu aksi mitigasi dihitung dari penjumlahan hasil perkalian nilai korelasi antara agen-agen risiko dan aksi-aksi mitigasi dengan nilai ARP yang diperoleh dari HOR1. Sedangkan nilai ETD (Effectiveness to Difficulty Ratio) diperoleh dari pembagian antara nilai total keefektifan aksi mitigasi dengan tingkat kesulitannya. Makin besar nilai D (difficulty, tingkat kesulitan), makin kecil nilai ETD-nya. Hal ini berarti bahwa aksi mitigasi tersebut kurang efektif untuk mereduksi atau memitigasi agen risiko yang bersangkutan. Begitu p ula sebaliknya.Setelah diketahui nilai ETD, dapat dilakukan pemeringkatan aksi mitigasi berdasar nilai ETD. Peringkat aksi mitigasi tersebut menunjukkan prioritas aksi mitigasi yang harus dilakukan oleh owner untuk memitigasi munculnya agen-agen risiko yang menyebabkan adanya kejadian risiko. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tesis ini, yaitu: 1. Dari hasil identifikasi kejadian risiko (risk events) pada area Persiapan, Pengadaan, Konstruksi, dan Penyerahan (Hand Over), terdapat 5 kejadian risiko pada tahap Persiapan, 8 kejadian risiko pada tahap Pengadaan, 14 kejadian risiko pada tahap Konstruksi, dan 9 kejadian risiko pada tahap Penyerahan (Hand Over) beserta tingkat keparahan dampak (severity)-nya. Kejadian-kejadian risiko ini juga diidentifikasi dampaknya terhadap proses pembangunan jalan tol Gempol-Pasuruan. 2. Dari hasil identifikasi agen/ penyebab risiko (risk agents), terdapat 55 agen/ penyebab risiko dengan tingkat kemunculan dan nilai korelasi masing-masing terhadap kejadian risiko (risk events). 3. Dari Diagram Pareto digambarkan bahwa 50% risiko berpotensi digenerasi oleh agen-agen risiko klasifikasi A, 30% risiko berpotensi digenerasi oleh agen-agen
ISBN : 978-979-99735-9-7 A-11-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
risiko klasifikasi B, dan 20% berpotensi digenerasi oleh agen-agen risiko klasifikasi C. Juga diketahui bahwa 15% agen risiko berada pada klasifikasi A yang berarti memliki tingkat kemunculan tinggi, 27% agen risiko berada pada klasifikasi B, yang berarti memiliki tingkat kemunculan sedang, dan 52% adalah agen risiko yang berada pada klasifikasi C (memiliki tingkat kemunculan yang rendah). 4. Dari Kuadran Aksi Mitigasi, terdapat 4 (empat) kategori aksi mitigasi, yaitu Kuadran 1, Kuadran 2, Kuadran 3, dan Kuadran 4. Yang berada pada Kuadran 1 dan Kuadran 2 adalah aksi-aksi mitigasi yang memiliki tingkat keefektifan tinggi, sedangkan pada Kuadran 3 dan 4 adalah aksi-aksi mitigasi yang memiliki tingkat keefektifan rendah. Aksi-aksi mitigasi pada Kuadran 1 dan 3 memiliki tingkat kemudahan yang tinggi untuk direalisasikan, sedangkan aksi-aksi mitigasi pada Kuadran 2 dan 4 memiliki tingkat kesulitan yang tinggi untuk direalisasikan. 5. Dari Model House of Risk 2, diketahui 16 aksi mitigasi yang diprioritaskan untuk direalisasikan.
DAFTAR PUSTAKA http://www.decisioncraft.com, issue no. 06/05/1. Akao, Yoji, (1988), Quality Function Deployment: Integrating Customer Requirements Into Product Design, Japanese Standards Association. Chopra, Sunil dan Sodhi, ManMohan S. (2004), “Understanding Supply-Chain Risk”, http://www.bokesoft.com/bbs/upload/200409170959.pdf, diunduh tanggal 29 Maret 2007. Gaonkar, Roshan & Viswanadham, N. “A Conceptual And Analytical Framework For The Management Of Risk In Supply Chains”, The Logistics Institute–Asia Pacific, National University of Singapore. Geraldin, Laudine H. (2007), Manajemen Risiko dan Aksi Mitigasi untuk Menciptakan Rantai Pasok yang Robust, Tesis Program Pascasarjana Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Handfield, Rob. (2007), “Reducing the impact of disruptions to the supply chain”. http://www.sas.com/solutions/srm/supply_risk/sascom.pdf, diunduh tanggal 28 Agustus 2007. Hendricks, K. dan Singhal, V. (2003), “The Effect of Supply Chain Glitches on Shareholder Wealth”, Journal of Operations Management, 21, hal. 501-522. Johnson, Eric. M, (1999), Supply Chain Management, http://mba.tuck.dartmouth.edu/pages/faculty/dave.pyke/case_studies/supply_chain_or_ ms.pdf, diunduh tanggal 7 September 2007. Kerzner, Harold, (2006), Project Management: A system approach to planning, scheduling, and controlling, 9th edition, John Wiley & Sons, Inc., New Jersey . Knight, R. and Pretty, D. (1996), “The Impact of Catastrophes on Shareholder Value”, The Oxford Executive Research Briefings, Templeton College, University of Oxford, Oxford, England.
ISBN : 978-979-99735-9-7 A-11-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
Kowalewski, Stefan. (2007), “Safety and Reliability Engineering Part 9: Fault Trees and FMEA”, Embedded Software Laboratory RWTH Aachen University, Summer Term 2007, http://www-i11.informatik.rwthaachen.de/fileadmin/user_upload/Redakteure/Vorlesungen/07sommer/SRE/9_20 070618_Fault_Trees_FMEA.pdf, diunduh tanggal 17 September 2007. LaLonde, Bernard J. (1997), “Supply Chain Management: Myth or Reality?”, Supply Chain Management Review, 1 (Spring), hal. 6–7. Mentzer, John T (ed.), (2001), Supply Chain Management, Sage Publications, Inc., Thousand Oaks, California, http://bus.utk.edu/ivc/supplychain/Readings/Managing%20SC_Collaboration.pdf, diunduh tanggal 28 Agustus 2007. Mentzer, John T, (2004), Global Supply Chain Risk Management, University of Tennessee. http://bus.utk.edu/ivc/supplychain/Readings/GlobalSCRisk.pdf, diunduh tanggal 28 Agustus 2007. Mentzer, John T, (2006), Handbook Of Global Supply Chain Management. http://www.sagepub.com/upm-data/11202_Chapter1.pdf, diunduh tanggal 7 September 2007. Mitroof, J. dan Alpasan, M. “Preparing for Evil”, Harvard Business Review, April 2003, hal. 109-115. Okongwu, Uche. (2006), “A four-step methodology for process and interorganizational integration within a supply chain management framework”, XVème Conférence Internationale de Management Stratégique, Annecy / Genève. Pochard, Sophie. (2003), Managing Risks of Supply-Chain Disruptions: Dual Sourcing as a Real Option. Master of Science in Technology and Policy, Massachusetts Institute of Technology, Massachusetts, http://ardent.mit.edu/real_options/Real_opts_papers/Master_Thesis-Sophie.pdf, diunduh tanggal 17 September 2007. Project Management Institute, Inc., (2008), A Guide to the Project Management Body of Knowledge: PMBOK Guide, Fourth Edition, Pennsylvania. Pujawan, I Nyoman. (2009), “House of Risk: A Model for Proactive Supply Chain Risk Management”, Business Process Management Journal, Vol. 15, No. 6, hal. 953967. Sheffi, Yossi dan Rice Jr., James B. (2005), ”A Supply Chain View of the Resilient Enterprise”, MIT sloan Management Review, Fall 2005, Vol. 47, No. 1, http://web.mit.edu/scresponse/repository/Sheffi_Rice_SC_View_of_the_Resilient_Ente rprise_Fall_2005.pdf, diunduh tanggal 8 Oktober 2007. Sheffi, Yossi. (2005), “Building a Resilient Supply Chain”, Harvard Business Review ed, October 2005.
ISBN : 978-979-99735-9-7 A-11-10
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010
Simchi-Levi, David, (2003), Designing and Managing the Supply Chain: Concepts, Strategies, and Case Studies, Second Edition. McGraw-Hill, New York. Villacourt, Mario. (1992), “Failure Mode and Effects Analysis (FMEA): A Guide for Continuous Improvement for the Semiconductor Equipment Industry”, http://www.sematech.org/docubase/document/0963beng.pdf [diunduh tanggal 17 September 2007]. Wielgus, Paul. “So, What Exactly is Risk Management?”, GDS Associates, Inc., http://www.retailenergy.com/articles/So%20What%20Exactly%20is%20Risk%20Mgmt .pdf, diunduh tanggal 9 Oktober 2007. Wolfe, Michael. (2004), “The Dynamics of Supply Chain Security”, The Monitor, Summer 2004, Vol. 10, No. 2. http://www.maritimesecurityexpo.com/whitepapersarticles/The%20Dynamics%20of%2 0Supply%20ChCha%20Security.pdf, diunduh tanggal 7 September 2007.
ISBN : 978-979-99735-9-7 A-11-11