APARTEMEN DENGAN FASADE KINETIK YANG ADAPTIF TERHADAP KEBISINGAN DI JAKARTA PUSAT
Elisa Ratu Budidharma, Firza Utama Sjarifudin, Wiyantara Wizaka Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480, telp/fax (62-21) 5345830/5300244,
[email protected]
ABSTRACT In addition to meeting the applicable planning regulations in order to maximize the use of land , also aims to meet the existing problems related to the location of the function of the building . The main problem of the location where the research is a sound level which exceeds the average and the formation of oriented tread on the northwest and northeast . The research method used search form noise levels that occur in locations that determine the amount of noise that must be reduced to meet the maximum noise in residential buildings by 55 dB . Which then created a panel or grid that has been analyzed so it can be used to penerunan sound levels , as well as in use to reduce excessive light entering . Adjustment of the panels using adaptive methods that decrease the incoming light and sound levels may be reduced in accordance with the standards and requirements for users . In addition to these problems , the panel must not obstruct or are less of a problem in terms of angle of view to the outside of the building. ( ERB ) Keywords: Apartemen, Panel, Audial Confort, Sound Temprate, Natural Lighting, Noise, Adaptive, Kinetic Façade, Gatot Subroto Street
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah bangunan hunian berupa apartemen dengan pemaksimalan lahan pada tata ruang yang berlaku pada lokasi penelitian. Selain memenuhi peraturan tata ruang yang berlaku dalam rangka pemaksimalan penggunaan lahan, juga bertujuan untuk memenuhi permasalahan yang ada pada lokasi yang berkaitan pada fungsi bangunan. Dimana permasalahan utama dari lokasi penelitian berupa tingkat suara yang melebihi rata-rata dan bentukan tapak yang berorientasikan pada arah barat laut dan timur laut. Metode penelitian yang di gunakan berupa pencarian tingkat kebisingan yang terjadi pada lokasi sehingga mengetahui besaran kebisingan yang harus di kurangi hingga memenuhi kebisingan maksimum pada bangunan hunian sebesar 55 dB. Yang kemudian dibuat sebuah panel atau kisi-kisi yang telah di analisa sehingga dapat digunakan untuk penerunan tingkat suara, maupun di gunakan untuk menurunkan cahaya yang masuk secara berlebihan. Penyesuaian panel-panel tersebut menggunakan metode adaptif sehingga penurunan cahaya yang masuk maupun tingkat suara dapat dikurangi sesuai dengan standar maupun kebutuhan bagi pengguna. Selain permasalahan tersebut, panel tersebut haruslah tidak menghalangi atau tidak terlalu menjadi permasalahan dalam segi sudut pandang ke luar bangunan. (ERB) Kata Kunci: Apartemen, Panel, Kisi-kisi, Kenyamanan Audial, Tingkat Suara, Pencahyaan, Kebisingan, Adaptiv, Fasade Kinetik, Jalan Gatot Subroto
PENDAHULUAN
Gambar 1 Grafik Pertumbuhan Penduduk Jakarta merupakan ibukota dari Republik Indonesia, dimana hal tersebut menjadikan kota Jakarta sebagai tempat kota pemerintahan pusat. Selain menjadi kota pemerintahan pusat, kota Jakarta juga merupakan sebuah kota Bisnis dan kota terbesar di Indonesia. Tidak hanya menjadi kota terbesar di Indonesia, Jakarta juga menduduki peringkat ke 17 sebagai kota terbesar pada tahun 2011 yang telah melompat dari peringkat sebelumnya di posisi 171 pada tahun 2007 dengan jumlah penduduk 9.607.787 jiwa (2010). Sedangkan pada wilayah metropolitan Jakarta (Jabodetabek) berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, yang menjadikan metropolitan terbesar di Indonesaia maupun urutan ke 6 di dunia. Dan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Gambar 2 Peta Penutupan Lahan Dari Tahun Ke Tahun Walaupun terjadi peningkatan populasi masyarakat namun lahan tersebut terbatas. Terjadi peningkatan perkembangan lahan di Jakarta dari tahun ke tahun. Seperti dilihat pada gambar 2 diatas peta penutupan lahan makin banyak padahal rencana Jakarta di tahun 2050 adalah kota hijau yang di haruskan memiliki 30% RTH namun di saat ini lahan hijau hanya < 20%. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah mencari lahan yang belum dimaksimalkan fungsinya untuk dimaksimalkan dikarenakan permasalahan dari pertumbuhan penduduk dan keterbatasan lahan. Yang membuat peneliti memilihi proyek apartemen. Selain permasalahan dalam isu utama, terdapat juga permasalahan lokasi penelitian berupa tingkat kebisingan yang tinggi dan orientasi bangunan. Dikarenakan lokasi yang berdekatan dengan jalan tol maupun protocol yang berupa daerah ‘premier’ nmaun memiliki kelemahan dari tingkat kebisingan yang berasal dari gesekan ban terhadap jalan karena intensitas kendaraan yang lalu-lalang dan juga suara mesin mereka maupun klakson mereka. Dan juga permasalahan bentuk tapak yaitu persegi panjang, dimana sisi panjangnya menghadap ke arah sisi barat daya dan timur laut sehingga orientasi bangunan menghadap arah tersebut yang membuat penerimaan pecnahyaan berlebihan berakibatkan silau.. Hal tersebut membuat peneliti mencoba untuk menyelesaikannya melalui sisi desain. Dimana peneliti mengambil kebisingan menjadi permasalahan utama dan pencahyaan menjadi permasalahan sekunder dikarenakan keterbatasan waktu dan juga dari fungsi bangunan yang berupa apartemen, dimana pengguna berada di dalam bangunan hanya di sore ke malam hari sedangkan pagi ke siang berada di
luar bangunan dan beraktifitas sesuai keperluan. Yang membuat aktifitas di siang hari menjadi tidak terlalu banyak.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan secara kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena. Kuantitatif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta – fakta dan sifat – sifat populasi atau objek tertentu. (Kriyantono, 2006:67) Jenis data yang dihasilkan berupa tabel dan grafik yang merupakan perbandingan variabel-variabel tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan melakukan studi literatur dengan mengambil data-data berdasarkan referensi pustaka dan penelitian yang berkaitan dengan topik maupun proyek yang akan dirancang. Dalam penelitian ini alurnya berupa sebagai berikut: ISU / LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat Keterbatasan lahan
PERMASALAHAN ISU Kurangnya lahan untuk hunian Lahan yang sudah berkurang
SOLUSI Merancang apartemen Memaksimalkan lahan Mencari lahan lokasi strategis untuk dimaksimalkan
LOKASI Di pinggi jalan Gatot Subroto
SILAU Orientasi bangunan dikarenakan bentuk tapak menghadap barat daya & timur laut
KEBISINGAN Dikarenakan lokasi terletak di seberang jalan bebas hambatan
APARTEMEN Perancangan apartemen memaksimalkan peruntukan lahan sesuai dengan ekonomi sekitar BENTUK Besaran ruang berdasarkan standar apartemen maupun pasaran apartemen
OBSERVASI Untuk mengetahui besaran yang perlu di reduksi
RUANG Besaran ruang berdasarkan standar apartemen maupun pasaran apartemen
PANEL Hasil analisa simulasi yang memenuhi standar melalui simulasi ecotect
PERANCANGAN APARTEMENT Hasil peracncangan awal yang sudah memiliki konsep untuk mereduksi kebisingan dari luar bangunan
Lanjut ke halaman berikut
SILAU Orientasi bangunan dikarenakan bentuk tapak menghadap barat daya & timur laut
PANEL Hasil analisa simulasi yang memenuhi standar melalui simulasi ecotect
PERANCANGAN APARTEMENT Hasil peracncangan awal yang sudah memiliki konsep untuk mereduksi kebisingan dari luar bangunan
SIMULASI MODELING UNIT + PANEL Dari hasil analisa kebisingan yang menghasilkan bentuk panel di gabungkan ke dalam peracangan unit Dimana kemudian di analisa berdasarkan matahari melalui ecotect radiance Dan juga analisa mengenai viewloss
KESIMPULAN Angka kesimpulan maupun kesimpulan keseluruhan dari hasil simulasi dari cahaya – kebisingan – dan view
Gambar 3 Chart Alur Penelitian
HASIL DAN BAHASAN Potensi lokasi Lokasi penelitian dan perancangan terletak di Jakarta pusat ditinjau dari keberadaan area sekitar yang memiliki fungsi area sebagai bisnis (ungu), komersial (kuning), pusat olah raga(biru), hingga pemerintahan(merah) membuat penghuni dari apartemen merupakan orang yang bekerja di pemerintahan hingga karyawan dari area kuningan. Selain itu lokasi ini memiliki fasilitas pendukung di daerah sekitarnya mulai dari sarana pendidikan hingga sarana ibadah yang memenuhi jiwa dan rohani. Sehingga penghuni dari apartemen ini dapat membawa keluarganya dan beraktifitas dengan berjalan kaki dikarenakan sarana-sarana yang berada dalam radius pejalan kaki,..
Gambar 4 Fungsi Area Di Sekitar Lokasi Dalam Radius 2 & 4 Km (Kanan) Dan Fasilitas Di Sekitar Tapak Dalam Radius 1 & 2 Km (Kiri)
Gambar 5 letak transportasi umum di sekitar tapak dalam radius 1 & 2 km (kiri) & ukuran tapak maupun luasannya (kanan) Dalam segi aksesbilitas, tapak memiliki akses yang mudah untuk datang ke lokasi maupun untuk berpergian dengan penggunaan transportasi umum maupun pribadi. Dikarenakan keberadaan dari stasiun kereta maupun terminal bus di sekitar lokasi dan juga keberadaan dari jalan tol.
Hasil obeservasi Pengambilan titik kebisingan di dasari dari perhitungan faktor dari intensitas kendaraan hingga ukuran jalan dan situasi dari kondisi jalan. Dimana kedua hal tersebut mempengaruhi perilaku pengendara.
Gambar 6 titik peletakan Perhitungan pengambilan tingkat rata-rata kebisingan di dasarkan peraturan menteri lingkungan hidup no KEP/48/MENLH/11/1996 tanggal 25 November 1996. Dengan menggunakan rumus: LEQ dihitung sebagai beriut: LEQ = 10 log 1/N ∑ ni 10Li/10dB(A) LS dihitung sebagai berikut: LS = 10 log 1/16 {T1.100,1 L1 + ... + T4.100,1 L4} dB(A) LM dihitung sebagai berikut: LM = 10 log 1/8 {T5.100,1 L5 + ... + T7.100,1 L7} dB(A) Selain itu semua metode dalam observasi mengacu pada KEP/48/MENLH/11/1996. Dan standar dari tingkat kebisingan yang ingin di capai berdasarkan peraturan tersebut.
Untuk pengambilan waktu didasari dari hubungan karakter hari dengan intensitas kendaraan. Dimana hari-hari yang di ambil adalah jumat, minggu, dan senin.
Gambar 7 Kebisingan Rata-rata di hari Jumat
Gambar 8 Kebisingan Rata-rata di Hari Minggu
Gambar 9 Kebisingan Rata-rata di Hari Senin
Dilihat dari hasil observasi kebisingan berkisar 77.3 hingga 82.3 dB, namun pada beberapa waktu terjadi kebisingan implusive hingga 95 dB. Sehingga minimal dari hasil panel tersebut dapat mengurangi hingga 40 dB.
Hubungan structure-borne terhadap bentuk bangunan penangan pada tapak ini terdapat pada gubahaan massa. Dimana massa bangunan dibuat terangkat dari tanah dan di buat seperti melayang agar getaran yang sampai melalui media solid dapat di kurangi. Dan jarak getaran yang menjalar semakin jauh sehingga kekuatan dari kebisingan yang merambat melalui media solid dapat berkurang.
. Gambar 10 bangunan yang seluruhnya menempel ke tanah (kiri) bangunan dengan sistem menggantung dan tidak menempel ke tanah (kanan)
Kebisingan terhadap susunan ruang unit Tabel 1 bentukan ruang unit Horizontal kebelakang
Horizontal menyamping
Vertical ke atas dan menyamping
Permukaan menghadap jalan sangat sedikit membuat banyak ruang tidak mendapatkan cahaya maupun view keluar
Menyamping banyak ruang yg mengenai permukaan tapi berdampak buruk terhadap bentuk bangunan sehingga banyak memakan ruang namun membutuhkan tingkat bangunan yang lebih tinggi, namun terbatas sehingga tidak memungkinkan
Bentuk ruang unit di jejer ke atas namun di kurangi ketinggian di dalamnya sehingga mendapatkan ruang yang banyak terkena permukaan dan juga dapat tersusun sesuai tapak dan peraturan ketinggian
Sehingga bentuk dari unit di buat berbentuk vertical ke atas dan menyamping atau disebut juga dengan duplex.
Gambar 11 layout unit Area private yang berupa kamar tidur di letakan di belakang unit agar lebih menjauh dari kebisingan namun terdapat kaca pada fasad agar tidak menutup cahaya yang masuk sehingga pencahayaan dapat masuk ke dalam walaupun ruangan condong ke dalam.
Konsep panel Sistem dasar pemikiran dari penggunaan panel ini adalah seperti menggunakan sebuah ruangan studio. Namun di susun ke dalam. Sehingga dapat mengurangi kebisingan dan dapat mengurangi sisi fasad kaca di dalam terkena pemaparan suara melalui udara.
Gambar 8 dinding pada ruang studio musik (kanan) dan ruang test suara mobil (kiri) Prinsip kerja dinding pada ruangan tersebut agar tidak membuat echo dan tidak memantulkan suara kembali sehingga suara yang terdengar hanyalah suara bersih dari sumbernya. Seperti di bawha ini:
Gambar 12 perbadingan dinding absorber dengan dinding biasa Dimana dinding tersebut tidak memantulkan suara yang sangat besar dibandingkan dinding biasa. Prinsip ini merupakan sebuah prinsip berdasarkan teori resonator berongga oleh Leslie Dolie. Dimana teori tersebut seperti memberikan jebakan gelombang suara dan melmahkannya Sehingga prinsip kerja pada panel selubung fasad dibuat doubel saling berhadapan. Sehingga gelombang suara yang melalui panel tersebut dapat tereduksi melalui dinding-dinding panel tersebut.
Gambar 13 konsep panel
Material panel
Gambar 14 duct linear board Material panel berupa Duct Linear Board berupa lembaran dengan memiliki kemampuan menyerap suara yang besar dari 0.03 hingga 0.97 tergantung dari frekuensinya dengan rata-rata atau NRC (Noise Reduction Class) sebesar 0.65. Tabel 2 tingkat reduksi suara duct linear board
Analisa Panel Dengan menggunakan konsep di atas, parameter dari bentuk tersebut berupa panjang panel dimana panjang panel di simulasikan 2 ukuran yaitu dengan ukuran dimensi 50 cm x 50 cm x l50 cm dengan 50 cm x 50 cm x 50 xm. Terdapat dua bentuk dikarenakan fungsi lain dari kisi-kisi atau panel ini juga berfungsu sebagai penyaring cahaya yang masuk berlebihan pada jam-jam tertentu.
Gambar 15 analisa tingkat kebisingan dengan panel 150 cm bagian façade ini memiliki pengendalian kebisingan hingga 35 dB hanya dari pemantulan suara yang melewati panel tersebut
Gambar 16 Analisa Tingkat Kebisngan Dengan Panel 40 cm Sedangkan pada ukuran yang memendek dengan ukuran hingga 40 cm dapat mereduksi kebisingan hingga 10 dB.
Mekanisme Panel Panel ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian bahan absorber dan bagian motoric atau penggerak panel. Sistem kerja dari panel-panel ini bisa manual maupun otomatis. Sistem otomatis dikendalikan dari berapa besar tekanan kebisingan yang di dapatkan pada sensor kebisingan. Sedangkan untuk sistem manual dikendalikan setiap panel-panel yang berhadapan pada tiap ruang, bukan dari setiap emapt panel. Sehingga penghuni yang berada pada ruang yang berbeda tidak saling terganggu. Panelnya memendek dan memanjang berdasarkan kebisingan dan juga dengan manual. Pada panel tersebut terdapat 4 (empat) tiang pengendalinya untuk memanjang maupun memendek. Tiang tersebut terhubung terhadap bahan absorber. Tiang tersebut menekan ke arah luar agar bahan abrosber
membentang menjadi panjang. Sedangkan saat memendek ke empat tiang tersebut menarik ke dalam saling berdekatan hingga bahan absorber tersebut menekuk kedalam. Motoric atau pengerak panel adalah 4 tiang menjulur kedepan dan terdapat pengikat pada belakangnya yang berporos di tengah-tengah kotak menghubungkan ke empat tiang tersebut agar bergerak bersamaan. Bentuk pengikat tersebut seperti lambing nazi, seperti ditunjukan pada gambar di bawah ini, yang menunjukan bagaimana dia berputar juga.
Gambar 17 Mekanisme Panel Disaat panel kebisingan ini di pasang pada auto mode, pergerakan panel akan bergerak secara otomatis tergantung dari sensor yang di terima oleh panel tersebut. Setiap pergerakan dari panel-panel tersebut di atur agar mengurangi kebisingan yang di perlukan atau sesuai dengan pengaturan yang di lakukan. Dan ketika di ataur pada manual mode pergerakan di atur setiap panel tergantuk pada letak dari panel tersebut dimana panel tersebut berpengaruh terhadap ruang-ruang tertentu. Sehingga pengaturan di lakukan berdasarkan ruang. Pemetaan panel di contohkan pada gambar berikut.
Gambar 18 Pembagian Mekanisme Panel Pada Unit 100 dan 125
Material façade Pada bagian façade sebelum bagian panel terdapat kaca berupa FRP (Fibrous glass Reinforced Plastics), yang memiliki STL (Sound Transmission Loss) yang tinggi. Bahan ini dapat mengurangi kebisingan hingga 29 dB tergantung pada ketebalan maupun frekuensi gelombang. Dimana bahan ini dapat berfungsi maksimal terhadap tingkat frekuensi tinggi dibandingkan dengan frekuensi rendah. Tabel 3 tingkat penghalang kebisingan atau NIC pada kaca FRP
Hubungan panel dengan pandangan
Gambar 19 Persentasi View Loss ke Luar bangunan Dari Unit
Gambar 20 Derajat View yang di dapatkan melalui panel Menunjukan view ke arah panel dengan presentasi Loss View yang terjadi dengan titik manusia sejauh 3,5 meter dari panel dan Field of View sebesar 35o. Menunjukan panel disaat pendek lebih memiliki view paling banyak secara persentase pengahalangan panel maupun tinggi derajat.
Hubungan panel dengan pencahyaan alami
Gambar 21 analisa ruang terhadap pencahyaan dengan adanya panel Ruang keluarga (2 gambar di kolom sebelah kiri), ruang kamar tidur (2 gambar di kolom sebelah kanan), panel memendek (baris bawah), panel memanjang (baris atas) Jika dilihat panel-panel tersebut berpengaruh terhadap pencahyaan alami yang masuk ke dalam bangunan dimana pada gambar di atas menunjukan bahwa pencahyaan yang alami cukup ketika panel sedang memendek sedangkan di saat memanjang sedikit kurang.
Struktur bangunan
Gambar 22 struktur bangunan Struktur gantung ke atas (merah), struktur jembatan tarik (biru), core (putih) Struktur bangunan di buat menggantung menggunakan sistem struktur gantung dan struktur seperti jembatan yang menarik sistem gantung tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pembuatan dari panel ini bersifat modular yang berarti dapat di gunakan pada bangunan-bangunan yang memiliki kondisi lingkungan seperti pada lokasi penelitian. Dimana lokasi yang mengharuskan orientasi bangunan menghadap ke arah yang berlawanan terhadap standart perancangan mengenai pencahyaan. Dan juga memiliki permasalahan terhadap tingkat kebisingan yang tinggi. Pada panel ini disimpulakan pada beberapa hal yang telah di analisa penurunan dari tingkat tekanan suara, pencahyaan hingga mengenai pemandangan ke luar bangunan.hal tersebut disimpulkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4 Kesimpulan Analisa panel terhadap kebisingang, pencahyaan, dan Loss View Tingkat Penurunan
Total tekanan suara
Loss View
Pencahyaan
Tanpa menggunakan fasade
0
85
0%
Berlebihan
Pemakaian Kaca STC 29
-25
60
0%
Berlebihan
Penggunaan Panel Kebisingan disaat memanjang + kaca
-30
30
75%
Kurang Terang
Penggunaan Panel Kebisingan disaat memendek + kaca
-10
50
64%
Cukup
Keterangan
Gambar
Gambar 23 Perspektif
Gambar 24 Perspektif
Saran Penggunaaan panel saat ini terbatas dalam hal sudut pandang ke luar bangunan dari lipatan panel dikarenakan keterbatasan akan ketebalan material dan tingkatan tekanan yang dapat direduksinya. Sehingga pencarian akan material alternatif yang membuat penghalang pandangan ke luar bangunan sangat di rekomendasikan dalam penelitian lanjutan. Selain itu, dikarenakan keterbatasan waktu yang membuat bentuk dari panel bukanlah hasil analisa bentukdasar terhadap pencahyaan alami, melainkan studi lanjutan dari panel yang di buat berdasarkan analisa kebisingan sehingga hubungan panel terhadap pencahyaan masilah kurang kuat. Sehingga disarankan perhitungan bentukan dasar panel terhadap pencahyaan masilah dapat di dalami lebih lanjut lagi bagi peneliti berikutnya.
REFERENSI -
Owens, Corning (2004). Noise Control Design Guide. Ohio: The Pink Panther.
-
Sasongko, Dwi.P, Hadiyarto, Agus, (2000): Kebisingan Lingkungan, Cetakan I, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Prasetio, Lea, (1993): Akustika Lingkungan. Judul asli Enviromental Acoustic oleh Leslie L. Doelle,Jakarta. Penerbit Erlaga. Harris, Cyril M, (1979): Hanbook of Noise Control, Second Edition, Mc Graw – Hill Book Company, New York, St Louis, San Fransisco. Mediastika, C,.Eviutami.(2005). Akustika bangunan. Jakarta: Erlanga.
RIWAYAT PENULIS Elisa Ratu Budidharma lahir di kota Yogyakarta pada 17 November 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada 2014.