PREFERENSI RUANG PENDUDUK JAKARTA TERHADAP APARTEMEN Febriana Dewi Lestari, Maria Hedwig Dewi Susilowati, Widyawati Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424
[email protected]
Abstrak Pembangunan vertikal merupakan alternatif jitu untuk melaksanakan kegiatan manusia di perkotaan karena keterbatasan lahan di kota, termasuk hunian vertikal dalam wujud apartemen yang makin marak dikembangkan di Jakarta. Adanya diferensiasi produk apartemen membuat pembeli semakin banyak pilihan untuk memutuskan apartemen mana yang akan ia beli, sehingga memungkinkan terjadinya preferensi konsumen apartemen yang lebih variatif. Preferensi apartemen dalam penelitian ini dinilai dari karakteristik penduduk dan motivasi pembelian apartemen. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran berupa desain eksperimen, induktif, dan analisis statistik sederhana, berupa metode tabulasi silang, untuk mengetahui kecenderungan pemilihan (preferensi) apartemen yang terjadi. Daerah penelitian meliputi 3 karakteristik ruang berdasarkan kelas pemukiman di Jakarta, yaitu pemukiman kelas bawah, pemukiman kelas menengah, dan pemukiman kelas atas. Temuan dari penelitian ini ialah bahwa faktor dasar pembentuk preferensi ruang penduduk Jakarta terhadap apartemen ialah faktor tahapan keluarga dan faktor ekonomi. Pada akhirnya, kedua faktor itulah yang membentuk pola preferensi ruang penduduk Jakarta terhadap apartemen. Kata Kunci: Apartemen; Jakarta; Preferensi; Ruang.
Abstract Vertical building is an accurate alternative to do human activities in urban area because of limited area provided in the city, including vertical housing (apartment) which grows more and more in Jakarta. The existence of apartment differentiation makes the people as the buyers have more choices to decide which one they will purchase. This condition will create huge possibilities of the occurance in wide variety of apartment consumer preferences. The preferences of apartment in this study are being assessed from the citizen characteristics and motivations in aparment purchasing. This study uses a mixed approach that consists of experiment design, inductive, and simple statistical analysis shaped into a cross tabulation method to identify the tendency in the selection process (preference) of apartments happened. The research area comprises 3 spatial characteristics based on the settlement classes in Jakarta which are low-class residential, middle-class residential, and upperclass residential. The findings of this study is that basic factors forming the space preference of Jakarta citizen towards apartment is family stage factor and economic factor. Finally, both of them that shaped the pattern of space preference of Jakarta citizen towards apartment. Keywords: Apartment; Jakarta; Preference; Space.
Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kesempatan memperoleh pendidikan, pekerjaan, wiraswasta dan penawaran jasa lainnya, merupakan daya tarik kota yang dapat memotivasi dan memperbesar arus
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
perpindahan penduduk ke kota baik untuk tujuan menetap, sementara, maupun perpindahan sirkuler (Artika, 2003 dalam Hairul, 2012). Kota Jakarta sebagai pusat kota pemerintahan dan kegiatan perekonomian negara, mampu menarik penduduk untuk melakukan migrasi ke Jakarta. Didukung hasil penelitian Hairul (2012), migran melakukan migrasi dari daerah asal ke Jakarta karena melihat tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Upah Minimum Regional (UMR) Jakarta yang lebih besar dari daerah asal. Faktor utama penduduk melakukan migrasi ke Jakarta dikarenakan oleh faktor ketersediaan lapangan pekerjaan dan pendapatan yang lebih menjanjikan. Lebih lanjut diungkapkan Sinai (2007), penduduk menginginkan bertempat tinggal di kota karena dekat dengan tempat mereka bekerja. Didukung data sensus penduduk (BPS, 2011), jumlah penduduk DKI Jakarta per 10 tahun dari tahun 1980 hingga 2010 terus mengalami peningkatan. Semakin meningkatnya penduduk yang menetap di Kota Jakarta, secara otomatis kebutuhan primer akan hunian pun semakin meningkat. Pembangunan vertikal menjadi alternatif jitu untuk melaksanakan kegiatan manusia di perkotaan karena keterbatasan lahan yang tersedia di kota, termasuk hunian vertikal dalam wujud apartemen yang makin marak dikembangkan di Jakarta. Bahkan menurut hasil survei lembaga riset properti Colliers International Indonesia yang dikutip oleh rumah.com (2013) menunjukkan, pasokan apartemen sepanjang 2012 yang banyaknya mencapai 19.706 unit merupakan pasokan tertinggi sejak 2006. Pasokan sepanjang 2012 tersebut, tercatat naik 20,2% dibandingkan pasokan pada tahun sebelumnya. Sedangkan pasokan dari 2010 ke 2011 naik 18,97%. Pasokan yang semakin tumbuh tersebut, pasar kondominium di Jakarta diperkirakan akan terus mengalami persaingan kuat dengan pengembang akan terus menawarkan diferensiasi produk, harga yang kompetitif dan syarat pembiayaan yang fleksibel untuk meningkatkan aktivitas penjualan (Knight Frank, 2011). Hal tersebut terbukti pada kenyataan bahwa jika dulu apartemen diperuntukkan hanya untuk penduduk upper class dan middle-up class, tetapi sekarang pembangunan apartemen middle-low class semakin banyak di Kota Jakarta (rumah.com, 2013). Adanya diferensiasi produk apartemen membuat pembeli semakin banyak pilihan untuk memutuskan apartemen mana yang akan ia beli. Khoo dan Thyne (2008) mengungkapkan bahwa pembelian sebuah hunian merupakan suatu proses pembuatan keputusan yang penting karena pertimbangan didalamnya tidak hanya masalah keuangan, tetapi juga faktor fisik dan keterkaitan emosi pembeli. Hal tersebut karena setiap unit hunian mempunyai karakteristik unik, seperti karakter lingkungan, transportasi, komunitas yang tinggal, desain bangunan beserta aksessibilitas sekitarnya untuk bekerja, sekolah, rekreasi,
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
dan hiburan. Mengingat kompleksitas dalam keputusan pembelian sebuah hunian apartemen tersebut, memungkinkan terjadinya preferensi konsumen apartemen yang lebih variatif dengan faktor – faktor yang dapat melatarbelakanginya, seperti faktor kebutuhan, investasi, efisiensi, gaya hidup, dan sebagainya. Preferensi konsumen inilah yang menjadi penekanan dalam penelitian ini. Kajian preferensi konsumen termasuk dalam kajian geografi manusia, dimana yang menjadi bahasan utama adalah sisi manusianya. Penelitian perilaku konsumen telah banyak dikembangkan dalam area penelitian geografi karena dalam perilaku konsumen terdapat sifat keruangan dari aktivitas konsumen (Golledge, 1997). Diperkuat oleh Zaibert dan Smith (2003) dalam Brown (2011), dinyatakan bahwa fenomena real estate ada karena adanya masyarakat dan aktivitas manusia. Lebih lanjut, properti tidak dapat lepas dari „ruang‟ karena kegiatan properti (jual beli, sewa, pembangunan) itu sendiri berjalan dalam ruang, dimanfaatkan dan diatur oleh manusia. Hal tersebut mendorong peneliti untuk mencoba melihat preferensi ruang konsumen (dalam hal ini adalah penduduk Jakarta) terhadap apartemen yang terbentuk. Gibler dan Nelson (2003) juga menyebutkan bahwa studi perilaku konsumen mempelajari individu, kelompok, atau organisasi dalam menyeleksi, membeli, menggunakan, dan menentukan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen tidak hanya menjelaskan tindakan-tindakan konsumennya saja, tetapi juga alasan terjadinya perilaku/tindakan tersebut. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya mengkaji pola preferensi ruang penduduk Jakarta terhadap apartemen, tetapi juga faktor apa yang menjadi dasar pembentukan pola tersebut dengan pendekatan keruangan. Lebih sempit lagi, kajian „Preferensi Ruang Penduduk Jakarta terhadap Apartemen‟ ini termasuk dalam kajian geografi properti. Hal tersebut karena sesuai dengan maksud penelitian, yaitu untuk menganalisis pasar properti (dalam penelitian ini dispesifikkan pada apartemen) dari sudut pandang lokasi dengan melihat faktor-faktor penentu preferensi terhadap apartemen, yang nantinya diharapkan akan merumuskan penawaran apartemen yang bersaing dan sesuai dengan segmen pasarnya. Mengkaji gejala perilaku konsumen bukan hal yang sederhana karena perilaku konsumen dapat mengalami perubahan sewaktu-waktu dan kapanpun. Tidak hanya motivasi kuat yang dapat mendasari perilaku konsumen, tetapi pemikiran atau persepsi dalam diri konsumen yang dapat berubah sewaktu-sewaktu juga dapat mengubah perilakunya (Durmaz dan Diyarbakirlioglu, 2011). Oleh karena itu, pemasar dan akademisi harus dapat mengerti bagaimana dan kenapa konsumen mengkonsumsi suatu produk. Motivasi, kebutuhan, dan preferensi konsumen harus dimengerti agar menghasilkan keuntungan optimal dalam
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
pemasarannya, begitupun dengan sebuah apartemen. Oleh karena alasan-alasan tersebut, penelitian dengan tema “Preferensi Ruang Penduduk Jakarta terhadap Apartemen” ini menarik untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut.
1.2 Pertanyaan Penelitian 1. Faktor apa yang menjadi dasar pembentukan preferensi ruang penduduk Jakarta terhadap apartemen? 2. Bagaimana pola preferensi ruang penduduk Jakarta terhadap apartemen?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi ruang penduduk Jakarta terhadap apartemen dan mengetahui faktor apa yang menjadi dasar pembentukan pola preferensi tersebut.
Tinjauan Teoritis
Penelitian ini mengulas tentang Preferensi Penduduk Jakarta terhadap Apartemen secara keruangan dengan melibatkan perbedaan karakter wilayah penduduk yang tinggal di permukiman kelas bawah, permukiman kelas menengah, dan permukiman kelas atas. Penggunaan karakter ruang berdasarkan kelas permukiman bertujuan untuk mengetahui peran diversifikasi geografis terhadap kecenderungan pemilihan apartemen. Tambahan pula, fenomena perilaku manusia seperti preferensi ini tidak dapat dilepaskan dari ruang karakter wilayahnya. Model spatial choice sering didasari pada asumsi dari struktur spasialnya (Golledge, 1997). Diperkuat oleh Zaibert dan Smith (2003) dalam Brown (2011), mereka berdua menyatakan bahwa fenomena real estate ada karena adanya masyarakat dan aktivitas manusia. Lebih lanjut, properti tidak dapat lepas dari „ruang‟ karena kegiatan properti (jual beli, sewa, pembangunan) itu sendiri berjalan dalam ruang, dimanfaatkan dan diatur oleh manusia. Proses pengambilan keputusan adalah tindakan yang mengikat semua komponen dalam pembuatan keputusan. Sedangkan tindakan memilih adalah hasil dari proses pengambilan keputusan dan hasil akhir (spatial manifestation) dari apa yang dijalankan
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
selama proses pengambilan keputusan (Golledge, 1997). Selama melakukan tindakan pemilihan, setiap pilihan membutuhkan pilihan alternatif lainnya (Golledge, 1997). Memilih dari berbagai alternatif pilihan inilah dapat disebut dengan preferensi. Membeli sebuah apartemen merupakan salah satu keputusan ekonomi yang sangat penting yang manusia buat, dan hal itu memerlukan kumpulan informasi mengenai wujudnya (site dan situation apartemen) sebelum melakukan keputusan (Hua Kiefer, 2007 dalam Haddad, dkk., 2011). Site adalah keadaan yang ada dalam wujud properti itu sendiri. Francescato (1980) dalam Pacione (2005) menemukan bahwa nilai lebih sebuah tempat tinggal adalah pada desain tampilannya, selera unit hunian dari dalam dan luar, variasi bentuk bangunan dan lanskap, kemudahan akses ke bawah dan ke tempat parkir, dan ukuran bangunan. Faktor fisik lain yang berhubungan dengan kepuasan tempat tinggal, antara lain tipe struktur bangunan, periode pembangunan, kondisi alam sekitar, dan akses untuk mencapai fasilitas dan pelayanan. Dalam perkembangan properti, faktor site sangat diperlukan untuk mengkaji apakah di properti tersebut layak untuk dibeli atau tidak. Terlebih lagi bagi konsumen properti, faktor site menjadi faktor utama dalam memilih hunian. Sebuah prasyarat untuk pembangunan adalah pertimbangan ketersediaan infrastruktur yang akan mendukung perkembangan baru (Thrall, 2002). Luasan unit apartemen, fasilitas, harga apartemen, dan tipe apartemen menjadi site yang diperhatikan dalam penelitian ini. Selain faktor site, ada pula faktor situation yang sangat menentukan kestrategisan suatu lokasi untuk dibangun. Studi pada awal abad ke-20 menyatakan bahwa karakteristik fisik lokasi (site) dalam pengembangan permukiman di perkotaan sudah cenderung dikesampingkan, tergantikan oleh faktor situasi yang terbentuk di sekitar site, karena bentuk dan fungsi kawasan perkotaan yang dinamis (Hall, 2006). Dalam Thrall (2002) juga disebutkan bahwa untuk analis pasar properti, situation dari properti itu sendiri lebih penting daripada faktor site. Artinya, analis pasar lebih tertarik bagaimana posisi properti secara geografis yang dihubungkan dengan fenomena sekitarnya. Fenomena sekitarnya yang dimaksud dapat berupa penggunaan lahan sekitar yang mempengaruhi keberadaan atau nilai site properti. Dalam penelitian ini, faktor situasi yang menjadi kajian preferensi penduduk Jakarta terhadap apartemen antara lain aksessibilitas dan kondisi lingkungan apartemen.
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran berupa desain eksperimen, induktif, dan analisis statistik (Golledge, 1997). Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik sederhana, yaitu metode tabulasi silang, untuk mengetahui kecenderungan pemilihan (preferensi) apartemen yang terjadi. Daerah penelitian meliputi 3 karakteristik ruang dengan berpatokan pada kelas pemukiman di Jakarta, yaitu pemukiman kelas bawah, pemukiman kelas menengah, dan pemukiman kelas atas. Pengajuan sampel dengan karakteristik ruang ini digunakan untuk mengetahui preferensi ruang dan mendapatkan data yang bervariasi untuk dianalisis nantinya. Daerah penelitian ini tersebar di 5 Kota Adminstrasi DKI Jakarta yang digolongkan berdasarkan kelas pemukimannya. Penentuan daerah penelitian menggunakan metode transek yang didasarkan pada kondisi tempat tinggal penduduk. Sampel penelitian ditentukan melalui teknik pengambilan convenience sampling, yang berarti bahwa anggota sampel dapat siapa saja yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan yang dapat ditemui di garis transek yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis pola keruangan.
Gambar 3.1. Alur Pikir Penelitian
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
Hasil dan Pembahasan
4.1. Karakteristik Penduduk Ruang pemukiman menjadi komponen yang paling berperan dalam penelitian ini karena mendasari motivasi awal kecenderungan memilih yang ada dalam internal diri konsumen, yaitu karakteristik penduduk. Karakteristik penduduk yang dibentuk oleh tahapan hidup keluarga dan sosial ekonomi yang berbeda, dapat menjadikan motif preferensinya juga berbeda. Dalam penelitian ini, tahapan hidup keluarga dijabarkan dalam komponen umur, tahapan siklus keluarga, dan status pernikahan; sedangkan sosial ekonomi dijabarkan dalam komponen pekerjaan, tingkat pendapatan, etnis, dan status kepemilikan tempat tinggal. Sampel penelitian diambil berdasarkan kelas pemukiman yang mewakili karakteristik ruang tempat tinggal penduduk, antara lain pemukiman kelas bawah, pemukiman kelas menengah, dan pemukiman kelas atas. Pemukiman kelas bawah digolongkan melalui penduduk dengan kondisi lingkungan tempat tinggal yang kumuh/buruk. Pemukiman kelas menengah digolongkan melalui penduduk dengan kondisi lingkungan tempat tinggal yang mendekati baik/kurang kumuh. Pemukiman kelas atas digolongkan melalui penduduk dengan kondisi lingkungan tempat tinggal yang baik/tidak kumuh. Tabel 4.1. Karakteristik Penduduk berdasarkan Kelas Pemukiman Kelas Pemukiman (%) Karakteristik Penduduk Kategori Bawah Menengah Atas Umur 20-30 tahun 38,1 62,1 33,3 Tahapan Hidup 30-40 tahun 23,8 13,8 16,7 Keluarga 40-50 tahun 9,5 6,9 16,7 50-60 tahun 28,6 17,2 33,3 Total 100 100 100 Status Pernikahan Menikah 76,2 37,9 75 Tidak Menikah 23,8 62,1 25 Total 100 100 100 Tahapan Siklus Keluarga Pasangan Menikah 1 0 20 11 Keluarga Muda 1 2 25 10 0 Keluarga Muda 2 3 13 10 22 Keluarga Dewasa 1 4 25 0 22 Keluarga Dewasa 2 5 13 10 22 Keluarga Pra Lansia 6 25 50 22 Total 100 100 100 Etnis Tionghoa 4,8 13,8 16,7 Sosial Ekonomi Non-Tionghoa 95,2 86,2 83,3 Total 100 100 100 Pekerjaan Swasta 38,1 58,6 41,7 Wiraswasta 47,6 17,2 16,7 PNS 4,8 6,9 25 Akademisi 9,5 6,9 8,3 BUMN/BUMS 0 3,4 8,3 Ibu Rumah Tangga 0 6,9 0 Total 100 100 100
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
Pendapatan Total (Suami dan Istri) per Bulan
Status Kepemilikan Tempat Tinggal Saat ini
Kurang dari 1 juta 1-5 juta 5-10 juta 10-20 juta 20-30 juta Lebih dari 30 juta Total Milik Sendiri Bukan Milik Sendiri/Sewa Total
14,3 66,7 19 0 0 0 100 38 62 100
0 58,6 20,7 13,8 0 6,9 100 48 52 100
0 16,7 25 33,3 16,7 8,3 100 67 33 100
[Sumber: Pengolahan Data, 2013] Keterangan: 1) Pasangan menikah = Pasangan yang baru saja menikah atau pasangan suami-istri yang belum dikaruniai anak 2) Keluarga Muda tipe 1 = Keluarga dengan bayi 3) Keluarga Muda tipe 2 = Keluarga dengan balita 4) Keluarga Dewasa tipe 1 = Keluarga dengan anak umur sekolah 5) Keluarga Dewasa tipe 2 = Keluarga dengan anak remaja 6) Keluarga Pra Lansia = Keluarga dengan anak kuliah/bekerja/menikah
4.2.Preferensi Apartemen Berdasarkan Karakteristik Penduduk Untuk mengetahui preferensi (kecenderungan pemilihan) apartemen berdasarkan karakteristik penduduk, data yang diperoleh dari lapang diolah dengan cara mengkaitkan antara komponen preferensi dan karakteristik penduduk dengan metode tabulasi silang, yang kemudian divisualisasikan dalam bentuk tabel untuk mempermudah melihat kecenderungan yang terjadi.
Umur Penduduk Tabel 4.2. Preferensi Apartemen berdasarkan Umur Penduduk Umur (tahun) 20 - 30 30 - 40 40 - 50 Investasi Investasi Rumah Utama
Motivasi
50 - 60 Investasi
Tipe Unit Luas Unit (m2) Harga Unit Lokasi Apartemen
3 kamar 50-100 200-500 juta Pusat kota
2 kamar 50-100 200-500 juta Pinggiran Jakarta
3 kamar 100-150 200-500 juta Pusat kota
2 kamar 20-50 200-500 juta Pusat kota
Fasilitas
Kualitas air yang baik Dekat lokasi tempat kerja Jalan tol
Kualitas air yang baik Kawasan sepi
Kualitas air yang baik Kawasan nuansa pedesaan Jalan lingkar dalam
Cepat (<15 menit) Angkutan kota Dekat (<500 m)
Cepat (<15 menit) Kereta Dekat (<500 m)
Servis gedung yang memuaskan Kawasan nuansa pedesaan Jalan tol,lingkar dalam, dan lingkar luar Cepat (<15 menit) Kereta Dekat (<500 m)
Angkutan kota Dekat (<500 m)
Kondisi Lingkungan Akses Jalan
Jangkauan mencapai Jalan Tol Transportasi Publik Jangkauan mencapai Transportasi Publik
Jalan tol dan lingkar dalam
[Sumber: Pengolahan Data, 2013]
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
Cepat (<15 menit)
Status Nikah Tabel 4.3. Preferensi Apartemen berdasarkan Status Nikah Status Nikah Menikah Tidak Menikah Investasi Investasi Motivasi 2 kamar 3 kamar Tipe Unit 20-50 20-50 Luas Unit (m2) 200-500 juta 200-500 juta Harga Unit Pusat kota Pusat kota Lokasi Apartemen Kualitas air yang baik Kualitas air yang baik Fasilitas Kawasan nuansa pedesaan Dekat kantor Kondisi Lingkungan Jalan tol dan lingkar dalam Jalan tol Akses Jalan Cepat (<15 menit) Cepat (<15 menit) Jangkauan mencapai Jalan Tol Kereta Angkot Transportasi Publik Dekat (<500 m) Dekat (<500 m) Jangkauan mencapai Transportasi Publik [Sumber: Pengolahan Data, 2013]
Tahapan Siklus Keluarga
Motivasi Tipe Unit Luas Unit (m2) Harga Unit Lokasi Apartemen Fasilitas
Tabel 4.4. Preferensi Apartemen berdasarkan Tahapan Siklus Keluarga Tahap Siklus Keluarga Pengantin Muda 1 Muda 2 Dewasa 1 Dewasa 2 baru Investasi Investasi/ Investasi Investasi/ Investasi Rumah Utama Rumah Utama 2 kamar 3 kamar 2 kamar 3 kamar 2 kamar 20-50 50-100 20-50 50-100 20-50 200-500 juta Pusat kota Keamanan
Pra Lansia Investasi 2 kamar 100-150
100-200 juta
200-500 juta
200-500 juta
100-200 juta
200-500 juta
Kota tetangga Jakarta Kualitas air dan servis gedung Kawasan nuansa pedesaan Jalan tol dan lingkar luar
Pinggiran Jakarta Keamanan
Pusat kota
Pusat kota
Pusat kota
Kualitas air
Kualitas air
Servis Gedung
Kawasan nuansa pedesaan Jalan tol dan lingkar dalam
Dekat kantor
Kawasan bisnis
Jalan lingkar dalam
Jalan lingkar dalam dan lingkar luar Cepat (<15 menit)
Kawasan nuansa pedesaan Jalan tol dan lingkar dalam
Kondisi Lingkungan
Kawasan bisnis
Akses Jalan
Jalan tol
Jangkauan mencapai Jalan Tol Transportasi Publik Jangkauan mencapai Transportasi Publik
Cepat (<15 menit)
Cepat (<15 menit)
Cepat (<15 menit)
Sedang (15-30 menit)
Trans Jakarta Dekat (<500 m)
Kereta
Trans Jakarta
Kereta
Dekat (<500 m)
Dekat (<500 m)
Dekat (<500 m)
Kereta dan Angkot Dekat (<500 m)
[Sumber: Pengolahan Data, 2013] Keterangan: 1) Pasangan menikah = Pasangan yang baru saja menikah atau pasangan suami-istri yang belum dikaruniai anak 2) Keluarga Muda tipe 1 = Keluarga dengan bayi 3) Keluarga Muda tipe 2 = Keluarga dengan balita 4) Keluarga Dewasa tipe 1 = Keluarga dengan anak umur sekolah 5) Keluarga Dewasa tipe 2 = Keluarga dengan anak remaja 6) Keluarga Pra Lansia = Keluarga dengan anak kuliah/bekerja/menikah
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
Cepat (<15 menit) Kereta dan Angkot Dekat (<500 m)
Kota Tetangga (Outer Fringe) Pinggiran Kota (Urban Fringe) Pusat Kota (I nner Fringe)
Keterangan: = Lajang/pasangan menikah belum mempunyai anak = Keluarga muda = Keluarga dewasa = Pra Lansia
Gambar 4.1. Kecenderungan Pemilihan Lokasi Apartemen Berdasarkan Tahapan Keluarga
Pekerjaan Tabel 4.5. Preferensi Apartemen berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan
Motivasi Tipe Unit
Investasi 3 kamar
Investasi 3 kamar
Investasi 3 kamar
Investasi 3 kamar
Investasi 2 kamar
Ibu Rumah Tangga Investasi 2 kamar
Luas Unit (m2)
20-50
20-50
50-100
20-50
20-50
100-150
Harga Unit
200-500 juta
<100 juta
100-200 juta
200-500 juta
200-500 juta
200-500 juta
Lokasi Apartemen Fasilitas
Pusat kota
Pusat kota
Pusat kota
Pusat kota
Kualitas air yang baik
Kualitas air yang baik
Pusat/pinggiran kota Kualitas air yang baik
Kualitas air yang baik
Kondisi Lingkungan
Dekat lokasi tempat kerja
Akses Jalan
Jalan tol dan lingkar dalam Cepat (<15 menit) Kereta dan Angkot Dekat (<500 m)
Kawasan nuansa pedesaan Jalan tol dan lingkar dalam Cepat (<15 menit) Kereta
Keamanan, lahan parkir, dan kualitas air Pedesaan, dekat lokasi tempat kerja Jalan lingkar dalam
Pinggiran Jakarta Servis gedung
Cepat (<15 menit) Kereta
Cepat (<15 menit) Trans Jakarta dan Angkot Dekat (<500 m)
Swasta
Jangkauan ke Jalan Tol Transportasi Publik Jangkauan ke Transportasi Publik
Wiraswasta
Dekat (<500 m)
Akademisi
Kawasan nuansa pedesaan, dekat tempat kerja Jalan tol
Cepat (<15 menit) Trans Jakarta dan Angkot Dekat (<500 m)
PNS
Dekat (<500 m)
BUMN/BUMS
Kawasan bisnis Jalan tol dan lingkar luar
[Sumber: Pengolahan Data, 2013]
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
Kawasan nuansa pedesaan Jalan lingkar luar Lama (>30 menit) Angkot Dekat (<500 m)
Pendapatan
Motivasi Tipe Unit Luas Unit (m2) Harga Unit Fasilitas Lokasi Apartemen
Tabel 4.6. Preferensi Apartemen berdasarkan Tingkat Pendapatan Penghasilan Bersih Total per Bulan (juta) < 2,2 2,2 - 5 5 - 10 Rumah utama Investasi Investasi 3 kamar 3 kamar 2 kamar 20-50 50-100 50-100 <100 juta 200-500 juta 200-500 juta Kualitas air Kualitas air Lahan parkir Pinggiran Jakarta Pusat kota Pusat kota
Kondisi Lingkungan
Akses Jalan Jangkauan mencapai Jalan Tol Transportasi Publik Jangkauan mencapai Transportasi Publik
> 10 Investasi 2 atau 3 kamar 20-50 200-500 juta Lahan parkir Pusat kota
Nuansa pedesaan, masih sepi dan dekat lokasi tempat kerja Jalan lingkar dalam dan lingkar luar Sedang (15-30 menit)
Nuansa pedesaan dan dekat lokasi tempat kerja Jalan tol
Kawasan bisnis dan pusat perbelanjaan Jalan lingkar dalam
Dekat lokasi tempat kerja dan pusat perbelanjaan Jalan tol
Cepat (<15 menit)
Cepat (<15 menit)
Cepat (<15 menit)
Angkot Dekat (<500 m)
Kereta Dekat (<500 m)
Angkot Dekat (<500 m)
Trans Jakarta Dekat (<500 m)
[Sumber: Pengolahan Data, 2013]
Kota Tetangga (Outer Fringe) Pinggiran Kota (Urban Fringe) Pusat Kota (I nner Fringe)
Keterangan: = Penduduk Penghasilan Tinggi =Penduduk Penghasilan Rendah
Gambar 4.2. Kecenderungan Pemilihan Lokasi Apartemen Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Etnis Dalam pembahasan penelitian ini, etnis dikerucutkan dalam 2 golongan, yaitu Etnis Tionghoa dan non-Tionghoa. Penggolongan ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal yang menjadi perbedaan pandangan antara penduduk Tionghoa dan non-Tionghoa dalam memilih properti, antara lain: 1.
Lokasi Etnis Tionghoa memperhatikan faktor fengshui dalam memilih lokasi. Jika diterapkan dalam lokasi DKI Jakarta yang merupakan kota pesisir, penduduk Tionghoa akan lebih
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
memilih lokasi apartemen yang dekat dengan laut karena mereka percaya jika dekat dengan air maka akan dekat pula rejekinya. 2.
Kepercayaan dan fengshui Tak hanya permasalahan lokasi yang dipercaya oleh penduduk Tionghoa, namun juga pemasalahan letak kamar, hadapan kamar apartemen, dan lain sebagainya. Dari hasil kuesioner, tidak ada responden yang memilih faktor fengshui dan
kepercayaan sebagai faktor dasar pembentuk preferensi. Demikian juga dengan keputusan lokasi, 72% dari penduduk Tionghoa cenderung memilih di pusat kota Jakarta, 14% cenderung memilih di Pinggiran Jakarta, dan 14% lainnya cenderung memilih di kota tetangga Jakarta. Artinya, Penduduk Tionghoa sudah tidak memperhatikan faktor fengshui dan kepercayaan dalam preferensi apartemen. Tabel 4.7. Preferensi Apartemen berdasarkan Etnis Penduduk Etnis Non-Tionghoa Tionghoa Investasi Investasi Motivasi 3 kamar 2 kamar Tipe Unit 50-100 20-50 Luas Unit (m2) 200-500 juta 100-200 juta Harga Unit Pusat kota Pusat kota Lokasi Apartemen Kualitas air yang baik Servis Gedung Fasilitas Kawasan nuansa pedesaan Kawasan Pusat Perbelanjaan dan Hiburan Kondisi Lingkungan Jalan tol Jalan lingkar luar Akses Jalan Cepat (<15 menit) Jangkauan mencapai Jalan Tol Cepat (<15 menit) Angkot Kereta Transportasi Publik Dekat (<500 m) Dekat (<500 m) Jangkauan mencapai Transportasi Publik [Sumber: Pengolahan Data, 2013]
Status Kepemilikan Tempat Tinggal Saat Ini Tabel 4.8. Preferensi Apartemen berdasarkan Status Kepemilikan Tempat Tinggal Status Kepemilikan Hunian Milik Sendiri Bukan Milik Sendiri/Sewa Investasi Investasi Motivasi 2 kamar 3 kamar Tipe Unit 20-50 dan 50-100 20-50 Luas Unit (m2) 200-500 juta 200-500 juta Harga Unit Pusat kota Pinggiran Jakarta Lokasi Apartemen Kualitas air yang baik dan Kualitas air yang baik Fasilitas ketersediaan lahan parkir Kawasan nuansa pedesaan Dekat kantor Kondisi Lingkungan Jalan tol Jalan tol dan lingkar dalam Akses Jalan Cepat (<15 menit) Jangkauan mencapai Jalan Tol Cepat (<15 menit) Angkot Kereta Transportasi Publik Dekat (<500 m) Jangkauan mencapai Dekat (<500 m) Transportasi Publik [Sumber: Pengolahan Data, 2013]
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
4.3. Preferensi Penduduk Jakarta terhadap Apartemen Hasil dari preferensi penduduk Jakarta terhadap apartemen adalah hasil dari semua sampel dalam penelitian ini. Hasil preferensi tersebut ditunjukkan pada Gambar 5.6. Existing knowledge yang terbentuk pada pemikiran penduduk Jakarta ialah bahwa apartemen bagi penduduk Jakarta merupakan suatu tuntutan kebutuhan hidup (54%). Kecenderungan kedua ialah apartemen sebagai gaya hidup metropolis (21%). Tuntutan kebutuhan hidup yang dimaksud adalah kebutuhan akan hunian. Namun di sisi lain, ketersediaan lahan di Jakarta untuk sebuah rumah/hunian sudah sangat langka, misal pun ada, harga lahan yang ditawarkan sangat tinggi karena kelangkaan lahan tersebut, sehingga penduduk mau tidak mau akan mengikuti penawaran yang ada dari pengembang (developer) properti, salah satunya dalam wujud apartemen. Mobilitas yang tinggi dari penduduk Jakarta, terutama bagi penduduk usia produktif dalam bekerja, menginginkan hunian yang aman, nyaman, dan praktis untuk ditinggali, sehingga apartemen menjadi pilihan yang tepat. Kedekatan jarak tempuh dengan kantor atau tempat kerja juga menjadi preferensi utama (22%) untuk sebuah tempat tinggal bagi penduduk Jakarta. Lokasi hunian dekat dengan lokasi tempat kerja berarti dapat menghindari macet ibukota, juga dapat menghemat waktu dan tenaga, yang mana jika hunian jauh dari lokasi tempat kerja akan menghabiskan waktu lebih lama di perjalanan dan menguras tenaga yang lebih banyak. Kecenderungan motivasi pembelian apartemen bagi penduduk Jakarta menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Jakarta masih memanfaatkan apartemen sebagai produk investasi (63%). Investasi properti yang paling menjanjikan dan cenderung stabil ialah investasi properti dalam bentuk hunian, karena hunian/tempat tinggal merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Lalu, kecenderungan kedua ialah apartemen sebagai rumah utama (24%). Tabel 4.9. Penggolongan Kelas Apartemen Kelas Apartemen Kategori Low Middle-low Middle-up Upper Lux Luas (m2) <20 20-50 50-100 100-200 >200 Harga <100 juta 100-500 juta 500 juta – 1 1-3 milyar >3 milyar (rupiah) milyar Fasilitas Fasilitas Fasilitas Fasilitas Fasilitas Fasilitas primer1 primer primer dan primer, primer, sekunder2 sekunder, sekunder, tersier3 tersier [Sumber: Pengolahan Data, 2013] Keterangan: = Kecenderungan pertama = Kecenderungan kedua 1 Fasilitas primer = Kualitas air, keamanan, ketersediaan lahan parkir, pelayanan servis gedung 2 Fasilitas sekunder = fasilitas bermain dan pendidikan bagi balita, fasilitas pusat perbelanjaan 3 Fasilitas tersier = fasilitas olah raga dan rekreasi keluarga
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
Dari hasil kecenderungan karakteristik site apartemen yang dipilih oleh penduduk Jakarta, menunjukkan bahwa penduduk Jakarta lebih cenderung untuk memilih apartemen kelas menengah (middle). Kecenderungan tersebut ditunjukkan dengan preferensi mereka yang cenderung memilih apartemen dengan spesifikasi luas unit seluas 20-50m2 (35%) dan 50-100 m2 (34%), kemudian harga apartemen yang berkisar 200-500 juta rupiah (48%). Untuk tipe unit, penduduk Jakarta cenderung memilih apartemen dengan 3 kamar (44%) atau 2 kamar (43%). Kecenderungan pemilihan fasilitas apartemen terletak pada fasilitas primer apartemen, yaitu kualitas air yang bagus (20%), ketersediaan lahan parkir (18%), dan keamanan yang baik dan tersedianya CCTV (16%). Terkait dengan karakteristik situation apartemen, kecenderungan pemilihan apartemen adalah apartemen yang dekat dengan kantor/lokasi tempat kerja (22%) dan dekat dengan pusat perbelanjaan (21%). Hal tersebut dapat dilatarbelakangi oleh fenomena bahwa apartemen sebagai tempat tinggal dengan gaya hidup praktis, aman, dan nyaman menjadikan penduduk cenderung memilih lokasi apartemen yang “dekat” dengan kegiatan sehari-harinya. Dari segi aksessibilitas, konsumen juga menginginkan akses (jalan) yang mudah dan dekat untuk dijangkau agar mempermudah mobilitasnya sehari-hari. Jalan tol di Jakarta masih menjadi primadona untuk mencapai mobilitas maksimum dan menghindar dari kemacetan, meskipun dalam kenyataannya lewat jalan tol yang seharusnya bebas hambatan masih juga terkena macet. 56% dari keseluruhan responden cenderung memilih akses ke jalan tol kurang dari 15 menit. Namun, kecenderungan pertama prioritas jalan yang dipilih oleh responden ialah jalan lingkar dalam (37%), kecenderungan kedua ialah jalan tol (32%), dan kecenderungan ketiga ialah jalan lingkar luar (31%). Selisih antara tiga kecenderungan yang terjadi tidak terpaut jauh, hal tersebut menunjukkan bahwa prioritas penduduk Jakarta ialah aksessibilitas yang mudah dan cepat terhubung dengan satu lokasi dengan lokasi lainnya. Akses terhadap transportasi publik juga menjadi pertimbangan preferensi penduduk terhadap apartemen. 73% dari keseluruhan responden mengharapkan kemudahan akses transportasi publik (dengan jarak kurang dari 500 m) di lingkungan apartemen. Namun, 27% lainnya lebih memilih jarak yang sedang dengan akses transportasi publik, yaitu antara 500 m – 1 km, dengan alasan kebisingan atau keramaian jika apartemennya terlalu dekat dengan akses transportasi publik. Kecenderungan moda transportasi publik yang diminati oleh penduduk Jakarta hampir berimbang presentasenya antara satu moda dengan moda lainnya, yakni 30% cenderung memilih kereta, 28% cenderung memilih angkot, 20% cenderung memilih Trans Jakarta, 17% cenderung memilih bus lokal seperti kopaja/metromini, dan 5% cenderung memilih bus antar kota. Presentase antara kereta, angkot, Trans Jakarta, bus lokal, yang
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
merupakan transportasi lokal untuk perjalanan sehari-hari mempunyai presentase yang dominan dibandingkan preferensi terhadap bus antar kota yang bukan untuk perjalanan sehari-hari. Lokasi apartemen yang masih menjadi primadona bagi penduduk jakarta ialah apartemen yang berada di pusat kota Jakarta (48%). Batasan pusat kota dalam penelitian ini ialah berpatokan pada kawasan segitiga emas, yang mana wilayah ini merupakan wilayah konsentrasi gedung pencakar langit yang tinggi, pusat kegiatan komersial dan aglomerasi bisnis (CBD) dengan nilai lahan yang kompetitif. Kecenderungan kedua untuk lokasi apartemen ialah kawasan pinggiran kota (34%). Terlepas dari presisi jarak fisik, kawasan pinggiran kota dapat diungkapkan sebagai wilayah perluasan metropolitan dan kota besar, yang merupakan wilayah tepi atau pinggiran kota, wilayah sisi pedesaan-kota, ataupun wilayah perluasan giga-urban.
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
Harapan Jangkauan Prioritas Transporta Prioritas si Publik Akses Jalan Transportasi Publik Existing Knowledge
Harapan Jangkauan Akses menuju Jalan Tol
Trans Jakarta Kereta Bus Antar Kota Bus Lokal (Kopaja, dll) Angkot Lingkar Luar Lingkar Dalam Tol Jauh (> 1 km) Sedang (500 m - 1 km) Dekat (<500 m) Lama (>30 menit) Sedang (15 - 30 menit) Cepat (<15 menit) Tuntutan Gaya Hidup Metropolis Tuntutan Profesi Kesadaran akan Pengakuan Tuntutan Kebutuhan Hidup
Motivasi
Investasi (Tersier) Aktualisasi Diri (Tersier) Rumah Akhir Minggu (Sekunder)
Lokasi Hunian Kondisi Lingkungan
Kota besar lainnya Hinterland Pinggiran Kota Jkt Pusat Kota Jakarta Dekat Keluarga Dekat Kantor Dekat Pusat Perbelanjaan dan Hiburan Dekat Kawasan Bisnis Kawasan Nuansa Pedesaan Kawasan masih sepi Servis Gedung Memuaskan
Fasilitas
Kualitas Air Bagus Keamanan yang baik dan adanya CCTV Ketersediaan Lahan Parkir Mall dan Hiburan Bermain dan Pendidikan bagi Balita
Luas Unit (m2)
Harga Hunian
Olah Raga dan Rekreasi Keluarga 1 milyar - 3 milyar 500 juta - 1 milyar 200 juta - 500 juta 100 juta - 200 juta < 100 juta 150 - 200 100 - 150 50-100 20-50 < 20 4 Kamar Tipe Hunian
Preferensi
Rumah Utama (Primer)
3 Kamar 2 Kamar 1 Kamar Tanpa Kamar 0%
10%
20%
30%
40%
50%
Besaran Preferensi
[Sumber: Pengolahan Data, 2013] Gambar 4.3. Preferensi Penduduk Jakarta terhadap Apartemen
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
60%
70%
80%
4.4. Pola Ruang yang Terbentuk dalam Preferensi Apartemen Proses preferensi yang terjadi akan berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya, tergantung pada hal-hal yang menjadi pertimbangan. Karakteristik penduduk sebagai faktor eksisting dalam diri penduduk dan motivasi yang ada dalam diri individu sebagai faktor internal, dinilai sebagai pendorong terjadinya preferensi. Oleh karena itu, pemahaman terhadap karakteristik penduduk dan motivasi penduduk akan membantu dalam memahami preferensi penduduk terhadap apartemen. Untuk mengulas pola ruang yang terbentuk dalam preferensi apartemen ini, perlu diketahui faktor dasar pembentuk preferensinya. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor dasar yang membentuk preferensi adalah faktor tahapan keluarga dan faktor ekonomi. Faktor tahapan keluarga yang mempengaruhi pembentukan preferensi dihimpun dari status pernikahan dan tahapan siklus keluarga. Faktor ekonomi dihimpun dari tingkat pendapatan, status kepemilikan tempat tinggal, dan kelas pemukiman. Pola Preferensi Apartemen berdasarkan Faktor Tahapan Keluarga
Gambar 4.4. Pola Preferensi Apartemen Berdasarkan Faktor Tahapan Keluarga
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
Pola Preferensi Apartemen berdasarkan Faktor Ekonomi
Gambar 4.5. Pola Preferensi Apartemen Berdasarkan Faktor Ekonomi
Kesimpulan
1. Faktor dasar pembentuk preferensi ruang penduduk Jakarta terhadap apartemen ialah faktor tahapan keluarga dan faktor ekonomi. 2. Pola preferensi ruang penduduk Jakarta terhadap apartemen adalah di pusat Kota Jakarta, terutama terjadi pada keluarga dengan status ekonomi menengah ke atas. Tahapan keluarga yang membutuhkan akses aktifitas ke pusat kota juga menjadi salah satu karakter pemilihan lokasi di pusat kota.
Daftar Pustaka Anonymous. (2005). Quarterly Research Report: Jakarta Property Market Overview Market Conditions as at 4Q 2004. Jakarta: Colliers International. Anonymous. (2006). Konsep Pedoman Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh Penyangga Kota Metropolitan. Jakarta: Direktorat Pengembangan Permukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
Anonymous. (2012). First Half 2012 Jakarta Property Highlights. Jakarta: Knight Frank/PT. Willson Properti Advisindo. Anonymous. (2012). Research & Forecast Report: Apartment Sector. Property Market Report 1Q 2012. Jakarta: Colliers International. Anonymous. (2012). Research & Forecast Report: Jakarta Apartment Market. Property Market Report 2Q 2012. Jakarta: Colliers International. Anonymous. (2012). Second Half 2011 Jakarta Property Highlights. Jakarta: Knight Frank/PT. Willson Properti Advisindo. Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2010). Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta 2010. Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta. Brown, M. G. (2011). Real space, unreal assumptions and behavioral space in real estate. Paper for the American Real Estate Society 2011. Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Byrne. (2005). A Geography of the UK Commercial Property Market. Working Papers in Real Estate & Planning, University of Reading. Cloke, P., dan Johnston, R. (ed.). (2005). Spaces of Geographical Thought. India: Sage Publications. Durmaz, Y., dan Diyarbakirlioglu, I. (2011). A Theoritical Approach to the Strength of Motivation in Customer Behavior. Global Journal of Human Social Science, 11. Gibler, K., dan Nelson, S. (2003). Consumer Behavior Applications to Real Estate Education. Journal of Real Estate Practice and Education, 6(1), 63–83. Golledge, R. G., dan Stimson, R. J. (1997). Spatial Behavior: A Geographic Perspective. New York: The Guilford Press. Haddad, M., Judeh, M., dan Haddad, S. (2011). Factors Affecting Buying Behavior of an Apartment an Empirical Investigation in Amman, Jordan. Research Journal of Applied Sciences, Engineering and Technology 3(3): 234-239, 2011. Hairul. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Migrasi ke Provinsi DKI Jakarta sebagai Bagian dari Investasi Sumber Daya Manusia (SDM). IPB: Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Hall, Tim. (2006). Urban Geography - 3rd Edition. New York: Taylor & Francis e-Library. Heryanto, B. (2011). Roh dan Citra Kota, Peran Perancangan Kota sebagai Kebijakan Publik. Surabaya: Brillian Internasional. Jasin, Magdalena. (2006). Tesis: Motivasi Penghuni Apartemen Golongan Ekonomi Menengah-atas untuk Bermukim di Kawasan Pinggiran Kota (Studi Kasus: Kawasan Pinggiran Kota Jakarta). Program Pascasarjana Kajian Pengembangan Perkotaan, Universitas Indonesia. Khoo, C., dan Thyne, M. (2008). The voice behind choice: Understanding key motives that drive consumer home choice. Pacific Rim Property Research Journal, 14(1). Kim, J. H., Pagliara, F., dan Preston, J. (2003). An Analysis of Residential Location Choice Behaviour in Oxfordshire, UK: A Combined Stated Preference Approach. International Review of Public Administration, 8(1).
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013
Levy, D., Murphy, L., dan Lee, C. K. C. (2008). Influences and emotions: exploring family decision-making processes when buying a house. Housing Studies, 23(2), 271-289. Lynch, Kevin. (1960). The Image of the City. United States of America: The M.I.T. Press. Neuman, W. L. (2007). Basic of Social Research: Qualitative and Quantitative Approaches. (2nd Edition). Pearson Education, Inc. Pacione, Michael. (2005). Urban Geography: A Global Perspective. (2nd Edition). New York: Routledge Taylor & Francis Group. Pivar, W.H. (2004). Real Estate Investing from A to Z: The Most Comprehensive, Practical, and Readable Guide to Investing Profitably in Real Estate. United States: The McGrawHill Companies, Inc. Setiadi, N.J. (2010). Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer pada Motif, Tujuan, dan Keinginan Konsumen. Jakarta: Kencana. Sinai, Todd. (2007). Urban Housing Demand. Prepared for the New Palgrave Dictionary of Economics, University of Pennsylvania (Wharton) and NBER. Thrall, Grant Ian. (2002). Business geography and new real estate market analysis (Spatial information systems). New York: Oxford University Press, Inc. Tuan. (2001). Space and Place. London: University of Minnesota Press. Usman, Husaini. (2011). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Yunus, H,S. (2010). Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. SUMBER ONLINE Bappeda Provinsi DKI Jakarta. “Sekilas Jakarta.” http://bappedajakarta.go.id/sekilas-jakarta/. (19 Mei 2013). Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. “Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rumahtangga Provinsi DKI Jakarta Sampai Level Kelurahan (Hasil Sensus Penduduk 2000 dan 2010).” Penduduk, Migrasi, dan Tenaga Kerja. http://jakarta.bps.go.id/index.php?bWVudT0yMzA0JnBhZ2U9ZGF0YSZzdWI9MDQma WQ9MTE=. (5 Mei 2013). Badan Pusat Statistik. “Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010.” http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12¬ab =1 (15 Mar. 2013). Rumah.com. “Apartemen Middle-Low, Timur dan Selatan Jakarta Tempatnya.” http://www.rumah.com/berita-properti/2013/1/2774/apartemen-middle-low-timur-danselatan-jakarta-tem. (20 Jan. 2013) Rumah.com. “Pasokan Apartemen 2012 Tertinggi Sejak 2006.” http://www.rumah.com/berita-properti/2013/1/2810/pasokan-apartemen-2012-tertinggisejak-2006. (20 Jan. 2013)
Preferensi ruang..., Febriana Dewi Lestari, FMIPA UI, 2013