[110] Kebrutalan yang Disengaja
Wednesday, 18 September 2013 16:19
Aparat keamanan membabi buta memuntahkan peluru tajam ke arah para pengunjuk rasa. Korban berjatuhan.
Rabu (14/8) pagi. Hari masih gelap. Ribuan orang berkumpul di lapangan Rabiah al Adawiyah di Kairo timur dan Bundaran Al Nahdhah di Kairo Barat. Sudah hampir enam minggu lamanya para pendukung Presiden Mohamad Mursi berada di situ. Mereka menuntut pengembalian kekuasaan Mursi sebagai Presiden Mesir yang terpilih secara konstitusional.
Tanpa diduga, ribuan aparat keamanan terdiri atas polisi dan militer menyerbu kamp tersebut. Gas air mata tiba-tiba sudah meledak di tengah-tengah massa. Mereka kaget. Lari tunggang langgang. Suasana gelap gulita karena sebelumnya pemerintah mematikan aliran listrik ke wilayah tersebut.
Tidak hanya gas air mata, peluru tajam pun berseliweran. Pada saat yang sama kendaraan berat meraung-raung memporak-porandakan kamp-kamp yang dibangun oleh para pengunjuk rasa. Sekat-sekat pembatas yang dibangun sebelumnya disingkirkan. Perkemahan para demonstran dihancurkan. Di saat yang sama, tiga helikopter meraung-raung di udara dengan terbang rendah.
Sejumlah saksi mata melaporkan, sejumlah penembak jitu terlihat dari atap gedung-gedung di sekitar lapangan, khususnya di gedung-gedung militer. Disebutkan pula, tembakan dilakukan secara simultan. Kamera wartawan berhasil mengabadikan keberadaan sejumlah penembak jitu tersebut.
Menghadapi serbuan itu tidak ada pilihan lain bagi para demonstran kecuali melawan. Dengan benda seadanya mereka mencoba mencegah tindakan aparat keamanan yang akan membubarkan mereka. Ada yang melempari aparat keamanan dengan batu dan kayu. Ada yang membakar ban.
1/5
[110] Kebrutalan yang Disengaja
Wednesday, 18 September 2013 16:19
Namun perlawanan itu memang tak seimbang. Militer dan polisi militer kian kalut begitu melihat perlawanan itu. Tak hanya menembak kaki, mereka langsung menembak kepala dan bagian tubuh. Bahkan mereka membakar kamp tempat orang terluka dirawat dan tempat jenazah dikumpulkan.
Wartawan Washington Post Abigail Hauslohner yang terjebak di tengah massa ketika serangan militer terjadi menceritakan, serangan itu menjadikan jalan sebagai zona perang. Polisi menyerbu dengan mengenakan rompi antipeluru yang bersenjatakan senapan serbu. Peluru berdesing dari semua arah. Ia menyaksikan dua wartawan dan seorang putri pemimpin Ikhwanul Muslimin ditembak polisi.
Penembak jitu mengarahkan senapannya kepada para pendukung Mursi yang berusaha untuk mendekati atau meninggalkan rumah sakit darurat dalam kamp, di mana puluhan orang mati berjajar di lantai.
Korban berjatuhan. Awalnya sedikit, mulai lima, sepuluh, lima puluh, delapan puluh, hingga mencapai lebih dari 100 orang yang tewas dalam rentang waktu satu jam. Sementara mereka yang terluka tak terhitung lagi jumlahnya. Mereka bukan orang dewasa saja, tapi juga ada anak-anak dan wanita.
Dalam kondisi seperti itu, Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan pasukan keamanan tidak menggunakan tembakan dan hanya menyerang ”unsur-unsur teroris” di dalam kamp.
“Pasukan keamanan Mesir berkomitmen untuk sepenuhnya menahan diri dalam menghadapi pengunjuk rasa,” kata kementerian itu untuk memutar balik kejadian yang sebenarnya seperti dikutip the Guardian.
Dalam keterangan resminya, Kementerian Dalam Negeri Mesir menyebutkan sejumlah unsur bersenjata dari tengah demonstran mulai menembaki aparat keamanan, sehingga menewaskan dua orang tentara dan sejumlah lainnya luka-luka.
2/5
[110] Kebrutalan yang Disengaja
Wednesday, 18 September 2013 16:19
Serangan pembubaran demonstrasi secara paksa itu merupakan perintah dari Presiden Mesir sementara Adly Mansour. Ia beralasan kebijakan tersebut diambil dalam rangka pemulihan stabilitas keamanan.
Aksi aparat Mesir ini bertentangan dengan pernyataan sebelumnya, yang menyatakan bahwa pembubaran ditunda minimal sebulan untuk melakukan negosiasi damai. Bahkan, seperti ditegaskan oleh Muhammad Baltaghie, salah satu tokoh Ikhwan, aparat keamanan Mesir sempat menjanjikan akan memberikan perlindungan kepada para demonstran.
Sebagai reaksi atas tindakan keji aparat keamanan Mesir, Koalisi Pro Konstitusi di Mesir pun mengajak rakyat Mesir untuk turun ke jalan dalam rangka mencegah terjadinya “pembantaian dan pertumpahan darah”. Juru bicara kelompok Ikhwanul Muslimin, Gihad Al-Haddad dalam akun Twitternya menulis: “Ini bukanlah upaya pembubaran demonstrasi, tapi upaya berdarah untuk membantai suara apapun yang menentang kudeta militer.”
Massa berkumpul di Masjid Al Fatih, pinggiran Kairo. Ahad (18/8) militer Mesir menyerbu masjid itu. Mereka menembaki tempat ibadah tersebut tanpa mengindahkan lagi kesucian rumah Allah tersebut. Aparat keamanan memaksa para demonstran keluar dari masjid dan menyerahkan diri. Para pendukung Mursi menolak karena mereka khawatir akan keselamatan mereka ketika mereka keluar dari masjid. Dengan membabi buta, militer memuntahkan pelurunya. Diperkirakan 36 orang tewas, termasuk mereka yang ingin menghindari tembakan militer.
Sumber resmi pemerintah menyebutkan, korban tewas mencapai 900 orang, termasuk di antaranya sekitar 100 tentara dan polisi. Empat orang wartawan juga tewas. Sedangkan korban luka mencapai lebih dari 3.000 orang. Ratusan demonstran lainnya ditangkap aparat keamanan.
Dunia internasional mengecam aksi brutal aparat keamanan Mesir tersebut. Namun, sebagian pemimpin Timur Tengah yang pro Amerika justru mendukung tindakan pemerintahan militer tersebut karena dianggap sedang menghadapi ‘teroris’.
3/5
[110] Kebrutalan yang Disengaja
Wednesday, 18 September 2013 16:19
Al-Azhar sendiri menegaskan kembali akan haramnya melakukan pembunuhan, serta menyayangkan berjatuhnya beberapa korban. Al-Azhar juga memperingatkan agar tidak melakukan tindakan anarkis dan pembunuhan, serta mengingatkan kembali akan sabda Nabi SAW: “Hilangnya dunia pastilah lebih remeh di sisi Allah dari pada terbunuhnya seorang Muslim.” Tapi nasi sudah jadi bubur. [] emje
BOKS
Ironis, Terkoyak-Koyak
Mesir dulu dikenal digdaya. Pasukan Mesir berhasil mengalahkan tentara Salib dan Tatar dan hampir mengalahkan entitas Yahudi, seandainya tidak ada pengkhianatan rezim pemerintahan di al-Kinanah. Sekarang Mesir justru menjadi tempat tidur hangat bagi Amerika yang dapat dia masuki pagi dan petang.
Ini tidak lepas dari cengkeraman Amerika di belakangnya. Amerika tidak peduli dengan banyak atau sedikitnya orang yang melayaninya dalam merealisasikan kepentingan-kepentingannya, baik yang namanya Husni, Mursi atau Sisi... Amerika akan mencampakkannya jika mereka tidak merealisasikan kepentingan-kepentingan Amerika dan mengokohkan stabilitas bagi pengaruhnya.
Musuh-musuh Mesir dan kaum Muslim yang dipimpin Amerika dan sekutunya serta para pengikutnya telah berhasil menampakkan konflik yang terjadi di Mesir seolah-olah antara Islam dan kufur, padahal mereka semua adalah Muslim. Amerika dan sekutunya juga berhasil menampakkan konflik tersebut seolah-olah antara pihak yang pro Daulah Islamiyah dan pro negara sekuler. Padahal tidak seorang pun dari para penguasa itu, baik yang dahulu maupun yang belakangan, yang telah menerapkan Islam dan memutuskan perkara dengan Islam.
4/5
[110] Kebrutalan yang Disengaja
Wednesday, 18 September 2013 16:19
Barat dan antek-anteknya berhasil mengotak-otak kaum Muslim sehingga bermusuhan, padahal mereka berabad-abad sebelumnya saling mencintai karena Islam. Islam telah menjaga hak-hak Anda tanpa diskriminasi, antara orang berkulit putih dan yang berkulit hitam, antara laki-laki dan perempuan dan antara muslim dan non muslim. Bahkan seperti halnya Rasulullah SAW mewasiatkan kebaikan terhadap Muslim Mesir, pada saat yang sama beliau mewasiatkan terhadap Qibthi Mesir, bahwa untuk mereka kasih sayang ...
Mesir pernah menjadi baik di bawah Khilafah Rasyidah yang menghimpun semua kalangan di atas kebenaran. Dan saatnya, kaum Muslim menegakkan Khilafah untuk mengembalikan izzah kaum Muslim. Mesir butuh khalifah yang mematahkan punggung Amerika, sekutunya dan para pengikutnya, sehingga Obama maupun orang-orang licik Eropa tidak berani mengulurkan lengan mereka, bahkan jari-jemari mereka ke arah sesuatu dari Bumi al-Kinanah kecuali akan diamputasi... Hanya pada saat itulah, Mesir akan kembali mulia dengan Islamnya, kuat dengan anak-anaknya, dan kaya dengan sumber dayanya; serta akan melemparkan bantuan-bantuan beracun Amerika ke pedalaman Amerika. Pada saat itulah Mesir akan kembali kepada sejarahnya dahulu, sebagai benteng Islam yang kuat, yang tentaranya bertolak untuk berjihad dan melakukan pembebasan, sehingga kebaikan menyebar ke seluruh penjuru dunia. []
5/5