Kronik Kekerasan Aparat Keamanan Terhadap Petani Bohotokong Waktu
Tindakan
Pelaku
Korban
Peristiwa
4 April 1991
Pengancaman dengan pistol
Jony Nayoan
Husen Taher Ramsia Latabila
Kepala Desa Bohotokong yang saat itu di jabat oleh Husen Taher di todong oleh Jony Nayoan menggunakan pistol sambil dengan lantang berkata “Pak kades tidak usah turut campur dengan urusan tanah, jika tidak hukum rimba yang akan berlaku”. Ramsia Latabila istri kades sempat tak sadarkan diri saat menyaksikan peristiwa tragis itu
Tahun 1996
Intimidasi/teror dan pemaksaan
Edy Mulyono
Petani Bohotokong
¾ Polsek Bunta yang yang saat itu di pimpin oleh Edy Mulyono memaksa petani Bohotokong yang berkebun dilokasi eks onderneming TK Mandagi untuk menerima ganti rugi atas tanaman kelapa yang ditanamnya untuk di berikan kepada Theo Nayoan. ¾ Memaksa dan menakut-nakuti petani yang berkebun dilokasi eks onderneming Rudi Raharja agar membagi kelapa yang di tanamnya 40:60 persen (40 persen untuk Theo Nayoan dan 60 Persen untuk petani). ¾ Mengintimidasi petani untuk membayar tanah perkintalan yang luasnya 15x30 M (tanah negara dilokasi eks onderneming TK Mandagi dengan 50 pohon kelapa.
5 Juli 1996
intimidasi
Jony Nayoan Camat Bunta
Husen Taher Petani Bohotokong
Kepala Desa Bohotokong membuat surat ralat ke BPN Pusat atas surat yang di kirimnya pada bulan Mei 1996. Surat ralat dengan No. 92/DB/VI/1996 ini terpaksa di buat Husen Taher karena di desak oleh pihak Theo Nayoan yang juga di dukung oleh Camat Bunta
16 September 1999
Penangkapan Penahanan
Polsek Bunta Polres Banggai
Yahya Aloha Isman Bukeni Jahnun Antula
3 orang petani Bohotokong (Yahya Aloha, Isman Bukeni, Jahnun Antula) ditangkap oleh Polisi dari Polres Banggai. Setelah diperiksa di Polsek Bunta ketiganya kemudian dibawa ke Mapolres Banggai untuk selanjutnya ditahan.
19 September 1999
Penangkapan
Polsek Bunta
Abd Haris Djaman
Penahanan
Polres Banggai
2 orang petani Bohotokong (Abd Haris Djaman dan Samsuddin Napu) ditangkap oleh Polisi dari Polres Banggai. Setelah diperiksa di Polsek Bunta ketiganya kemudian dibawa ke Mapolres Banggai untuk selanjutnya ditahan.
Samsuddin Napu
Pemanggilan terhadap orang yang telah meninggal
Polres Banggai
La-Ari Masauri
17 Feb 2000
Penculikan
Polsek Bunta
Aco
Aco salah seorang staf Bantaya di culik oleh aparat Polsek Bunta. Aco yang saat itu sedang menelpon di wartel Bunta langsung di giring ke kantor Polsek.
18 Feb 2000
Pembakaran
Jems Lasimpala
Petani Bohotokong
¾
16 Feb 2000
Dua orang petani Bohotokong yaitu La-Ari Masauri dan Hasan Antu mendapat surat panggilan dari Polres Banggai. Saat keduanya mendapat panggilan dua petani ini sudah lama menjadi Almarhum.
Hasan Antu
Pos Informasi Hukum dan HAM yang oleh petani Bohotokong biasa di sebut dengan Camp yang didirikan di atas tanah sengketa di bakar oleh James Lasimpala. Orang suruhan Theo
Intimidasi
Tahili Nusi
Pembongkaran
Polres Banggai Jony Nayoan
19 Feb 2000
Penangkapan
Polres Banggai Polsek Bunta
¾ 1. 2. 3. 4.
Yahya Aloha Jahanun Antula Isman Bukeni Samsudin Napu
Nayoan datang ke tempat pertemuan petani Bohotokong ini di antar menggunakan motor oleh Tahili Nusi (mandor Pengusaha). Ketika petani sedang berusaha memadamkan api, tiba-tiba muncul 1 truk pasukan Anti Huru-Hara yang di pandu mobil Hard Top milik Theo Nayoan dan mobil jenis Panther yang di dalamnya ada Camat dan Dandramil Bunta. Namun, tak berapa lama 3 mobil tersebut langsung pergi. Aparat kepolisian dari Polres Banggai membongkar paksa pondok-pondok petani yang di didirikan di lokasi Eks. Onderneming TK. Mandagi.
Penangkapan terhadap 4 orang petani Bohotokong yaitu : Yahya Aloha, Jahnun Antula, Isman Bukeni, dan Samsudin Napu. 6 orang petani itu di tuduh melakukan tindak pidana pencurian dan penyerobotan di areal HGU dan melakukan kekerasan terhadap barang yaitu merusak tanaman kelapa milik pengusaha sebayak 2.500 pohon dan 2.250 pohon pisang. Atas tindakan itu mereka di ancam pidana dalam pasal 170 ayat (1) , pasal 406 ayat (1) Jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
20 Feb 2000
Pemaksaan
Polres Banggai
Aco
seorang staf Bantaya yang lagi mendapingi petani dalam memperjuangkan hak atas tanah ini di bebaskan oleh Polres Banggai. Namun, sebelum bebas Aco di paksa membuat pernyataan bahwa dia bukan di tangkap melainkan di panggil untuk di mintai keterangan.
24 Feb 2000
Penculikan
Polres Banggai Aparat kejaksaan
Daeng Junah
Penculikan Daeng Junah oleh dua orang aparat kepolisian Polres Banggai dengan di temani oleh dua orang aparat dari Kejaksaan Negri Banggai.
12 Jan 2001
Pengusiran
Letda Hadi Purwanto
Petani Bohotokong
Kapolsek Bunta yang saat itu di jabat oleh Letda Hadi Purwanto membawa 3 orang anggotanya dengan di lengkapi dengan senjata laras panjang melakukan pengusiran terhadap petani yang menduduki areal Eks. Onderneming.
29 Jan 2001
Intimidasi
Jony Nayoan Massa bayaran Theo Nayoan
Petani Bohotokong
Sekitar 300 orang massa bayaran Theo Nayoan di turunkan ke lokasi untuk melakukan pemanjatan kelapa yang di tanam oleh petani Bohotokong. Akan tetapi aksi perampasan kelapa tidak membuahkan hasil meskipun massa bayaran tersebut jumlahnya jauh lebih besar di banding dengan petani Bohotokong.
30 Jan 2001
Intimidasi
Polsek Bunta Massa bayaran Theo Nayoan Jony Nayoan
Petani Bohotokong
Karena tak berhasil, Theo Noyoan kembali membawa massa bayaran yang jumlahnya jauh lebih besar yaitu sekitar 500 orang. Sebelum turun ke Bohotokong massa yang telah terprovokasi untuk berkonflik dengan petani Bohotokong, terlebih dahulu melapor ke Polsek Bunta akan tetapi aparat keamanan ini bukanya mencegah malahan merestui. Atas peristiwa itu petani Bohotokong mengirim surat protes ke Kapolda Sulteng.
23 Des 2002 s/d 10 Jan 2003
Penangkapan
Polres Banggai
Agus Ahyadi Ramli Idrus
2 orang warga Kampung Baru Kel. Bunta I diculik oleh sekelompok orang tak dikenal yang kemudian teridentifikasi sebagai Polisi dari Polres Banggai. Menurut keterangan keluarga korban pada saat itu polisi tidak memperlihatkan surat penangkapan dan identitas mereka sebagai Polisi. Setelah ditangkap keduanya langsung digiring ke Polsek Bunta kemudian dibawa ke Polres Bangai. Menurut keterangan kedua korban mereka ditangkap dengan tuduhan sebagai pelaku pembunuhan Saharudin pada 4 Des 2002 dirumahnya Jony Nayoan. Selama pemeriksaan mereka dipaksa untuk mengaku dengan jalan disiksa dan di strom. Akhirnya pada 20 Februari 2003 keduanya dibebaskan karena tidak terbukti bersalah.
9 Jan 2003
Penangkapan
Polres Banggai
Dullah
Menurut keterangan korban Polres Banggai melakukan penangkapan terhadap dirinya tanpa dilengkapi surat penangkapan. Di Polres Banggai dia dipaksa untuk mengakui bahwa pada saat kejadian pembunahan dia melihat Agus Ahyadi (Ateng) membawa pisau yang berlumuran darah. Ia juga diancam jika menolak memberikan kesaksian maka pacarnya juga akan ditangkap. Karena tidak berhasil mendapatkan kesaksian korban akhirnya ia dibebaskan
Penembakan
Polres Banggai
1. Hima Ali
Penangkapan
Jony Nayoan
2. Beni Gosal
Sekitar 500 orang dari beberapa desa yang ada di kec. Bunta melakukan unjuk rasa yang kedua kalinya menuntut agar Agus Ahyadi dan Ramli Idrus yang ditangkap polisi pada 24 Des 2002 dibebaskan. irigan aksi yang berada di depan toko Nayoan terprovokasi oleh orang tak dikenal untuk melakukan pelemparan tanpa disangka-sangka terjadi penembakan kearah massa yang berasal dari dalam halaman rumah Jony Nayoan akibatnya dua orang harus dilarikan kerumah sakit akibat kena tembakan yaitu Hima Ali dan Beni Gosal (pemilik toko pare-pare). Pada saat yang sama Polisi menangkap Ridwan Tahalata alias Unke. Setelah ditangkap ia lalu diseret kedalam rumah Jony Nayoan yang berjarak kurang lebih 500 m dari tempat ia ditangkap (Terminal Pasar Bunta). Menurut keterangan korban selama diperjalanan ia dianiaya oleh beberapa orang dengan cara dipukuli dibagian wajahnya. Tak hanya itu dirumah Jony Nayoan ia juga diikat dan kembali menerima siksaan/penganiayaan saambil ditonton oleh Jony Nayoan
penculikan
intimidasi 4 Feb 2003
3. Ridwan Tahalata
Penganiayaan/ penyiksaan
5 Februari s/d 12 Februari 2003
Penganiayaan Penahanan
Polres Banggai
Ridwan Tahalata
Korban dibawa ke Mapolres Banggai untuk diperiksa. Selama pemeriksaan, tak henti-hentinya ia mendapatkan penganiayaan.
14 s/d 19 Februari 2003
penahanan
Polres Banggai
Homdi Badjuber
5 orang tokoh masyarakat Bunta diperiksa oleh polisi sekaitan dengan aksi unjuk rasa berdarah yang terjadi pada 4 Februari 2003. dari ke-5 orang itu, yang resmi ditahan adalah Homdi Badjuber.
6 Maret 2003
Penahanan
Polres Banggai
Ibrahim Darise
Ibrahim Darise (ketua DPC PAN Bunta) yang dperiksa tanggal 19 Februari 3003 resmi ditahan kaitanya dengan unjuk rasa pada 4 Februari 2003.
Senin, 2 Mei 2005
Intimidasi
Polres Banggai
1. 2. 3. 4.
Beberapa orang polisi berpakaian preman dari Polres Banggai datang ke Dusun I Polo desa Bohotokong untuk mencari 4 orang petani yaitu Mat Latabila, Hima Ali, Umar Lahay, dan Hamid Huku. Pencarian terhadap 4 orang petani oleh Polisi tersebut terkait dengan pemagaran kebun masing-masing petani tersebut di lahan sengketa perkebunan PT Saritama Abadi.
Mat Latabila Hima Ali Umar Lahay Hamid Huku
Kamis, 3 Mei 2005
Penangkapan
Polres Banggai
Hamid Huku Yakup Liputo
Sekitar jam 10.00 Wita Hamid Huku (38 th) Anggota ORTABUN yang belum pernah menerima surat panggilan di tangkap oleh aparat dari Polres Banggai di depan Toko milik Atek (Kelurahan Bunta I). Atek adalah salah seorang pengusaha keturunan Cina di Bunta. Anggota Polres yang berjumlah 5 orang dan berpakaian preman itu menangkap Hamid tanpa memperlihatkan surat tugas, dan langsung membawanya ke Luwuk menggunakan mobil jenis Panther berwarna merah. Bukan saja Hamid yang tertangkap saat itu, Yakup Liputo (25 th), dan bukan anggota ORTABUN juga harus menemani Hamid ke Luwuk. Namun, ke esokan harinya setelah menginap semalam di tahan Polres Banggai Yakup di perbolehkan untuk pulang.
9 Mei 2005
Intimidasi/penganc aman
AKBP. Reky Lumintang
Petani Bohotokong
Reky Lumintang (Kasatreskrim Polres Banggai) ketika bertemu dengan wakil petani yang meminta agar Hamid Huku dilepaskan, mengatakan tidak akan memenuhi permintaan itu, tetapi justru akan menangkap lagi sebanyak 115 orang petani dan jika ada yang membantah akan di tembak di tempat.
10 Mei 2005
Intimidasi/ pemaksaan
Polres Banggai
Syarif Latabila
Syarif Latabila (salah seorang petani Bohotokong) saat akan menuju kebunya, di hadang dan di paksa oleh salah seorang yang tak di kenal untuk menaiki motor yang di kendarainya. Di duga orang yang tak di kenal itu adalah anggota Polres Banggai
Selasa, 6 Sep 2005
Penahanan
Polres Banggai
Djadil Abasa
Saat menghadiri panggilan pihak Polres Banggai Djadil Abasa ketua pengurus harian ORTABUN langsung di tahan. Polisi menahan Djadil, karena ia menolak ketika dibujuk untuk menyerahkan sebagian tanaman kelapanya kepada keluarga Nayoan.Ia juga menolak untuk di BAP dengan alasan dia adalah salah satu anggota tim Investigasi penyelesaian kasus Bohotokong yang di SK kan Sudarto SH (Bupati Banggai) dan tim ini belum selesai bekerja. Meskipun tidak pernah di BAP berkasnya tetap dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Luwuk.
24 Sep 2005
Penangkapan
Polres Banggai (Briptu Raini Laato dan 3 orang lainnya)
Hima Ali
Hima Ali (42 th), salah seorang anggota ORTABUN di tangkap jam 14.30 Wita. 4 orang anggota Polres Banggai berpakaian preman saat menangkap Hima di rumahnya (Dusun I Polo desa Bohotokong), dua orang sempat mengeluarkan pistolnya. Dari ke 4 orang Polisi yang sempat di kenal yaitu Bripu Raini Laato. Saat itu juga dengan menggunakan mobil dengan No Polisi DN 494 C berwarna hitam Hima langsung di bawa menuju Polres dengan kedua tangan di borgol dan selama dalam perjalanan, Hima terus menerima perlakuan kasar dan setelah berada di Polres Hima di tidurkan di lantai tak beralas dengan kedua tangan tetap di borgol dan tidak di beri makan. Keesokan harinya Hima terpaksa menanda tangaini BAP.
Intimidasi Penyiksaan/ Penganiayaan 30 Sept 2005
penahanan
Polres Banggai
Rusdin Rahman
Ketika menghadiri Panggilan Polres Banggai, Rusdin Rahman, anggota ORTABUN langsung sudah harus menginap di tahanan Polres. Rusdin di tuduh melakukan tindak pidana pencurian dan penyerobotan tanah eks onderneming “Tari” yang di klaim oleh Atek adalah tanah miliknya, padahal sama sekali dia tidak memiliki bukti kepemilikan areal tanah yang ada di desa Bohotokong itu
Jumat, 11 Nov 2005
Parate eksekusi (pemanjatan paksa terhadap kelapa milik Hima Ali)
Theo Nayoan
Hima Ali
Kelapa milik Hima Ali di panjat oleh pengusaha sementara saat itu Hima masih dalam tahanan Polres Banggai dan belum ada putusan pengadilan yang bersifat tetap dan mengikat tentang siapa yang berhak atas tanah dan kelapa yang di sengketakan tersebut. Ketika di tanya oleh pihak keluarga Hima siapa yang memerintahkan pemanjatan kelapa itu oleh salah seorang karyawan Teo Nayoan spontan menjawab bahwa yang memerintahkan adalah Teddy Poli´i yang tak lain adalah anggota kepolisian Polres Banggai.
Teddy Poli´i
Sabtu, 19 Nov 2005
Penyergapan sewenangwenang
Polres Banggai
9 orang petani Bohotokong
¾
Abd. Haris Djaman,
Penangkapan Dan Penahanan
Nurwati Ramli
¾
9 orang yang mewakili petani Bohotokong berangkat ke Luwuk untuk menghadiri sidang Rusdin. Rusdin ini juga adalah salah seorang petani Bohotokong yang di tahan oleh Polres Banggai saat memenuhi panggilan Polres Banggai. Saat dalam perjalanan menuju Luwuk mereka di sergap saat melintas di Kilo Meter I (satu) Jalan. Imam Bojol oleh tim sergap dari Polres Banggai. Saat itu isu yang berkembang di masyarakat yang menyaksikan kejadian bahwa mobil yang disergap tersebut mobil teroris dari Poso yang membawa bom. Namun setelah mobil di geledah ternyata tidak di temukan bom. Meskipun tidak di temukan barang bukti yang di tuduhkan, dan 9 orang petani sudah berusaha menjelaskan maksud mereka yang tak lain adalah untuk menghadiri sidang Rusdin mereka tetap dipaksa untuk di bawa ke Polres Banggai dengan pengawalan aparat dengan senjata lengkap. Sementara di luar halaman kantor Polres terlihat banyak masyarakat Luwuk yang marah dan ingin agar 9 orang yang mereka anggap teroris benaran tersebut di keluarkan saja dan akan di hakimi di luar. Dari 9 orang petani Bohotokong yang menjalani proses pemerikasaan, 7 orang di perbolehkan pulang sementara dua orang yaitu Abd. Haris dan Ibu Nurwati tetap di tahan di Mapolres Banggai dengan tuduhan melakukan tindak pidana pencurian buah kelapa.
Kamis, 24 Nov 2005
Intimidasi/teror
Briptu Suyono Ramli
Petani Bohotokong
Briptu Suyono Ramli anggota Polres Banggai meluncur ke Bohotokong membawa surat panggilan terhadap petani Bohotokong sebanyak 42 lembar panggilan. Saat meyerahkan surat panggilan tersebut dia (Briptu Suyono Ramli) menakut-nakuti petani dengan pistol dan sempat beberapa kali melepaskan tembakan.
Rabu, 30 Nov 2005
penangkapan
Polres Banggai
Arham Busura
Polres Banggai Kembali melakukan penangkapan terhadap Arham Busura (Pengurus ORTABUN),mesikipun sudah ada kesepakatan tidak ada lagi penangkapan sewenang-wenang. Sementara ust. Aminullah S.Tahumil (ketua ORTABUN) gagal ditangkap
Jumat, 2 Des 2005
Penahanan
Polres Banggai
Ust. Aminullah S. Tahumil
Karena gagal melakukan penangkapan terhadap Ketua ORTABUN, akhirnya Ust. Aminullah S. Tahumil bersama Petani Bohotokong bersama 20 orang petani Bohotokong lainnya diundang oleh Kapolres Banggai untuk melakukan dialog. Namun bukan dialog yang terjadi karena Kapolres Banggai yang dihubungi Via telpon saat itu menyatakan bahwa ia tidak pernah mengundang petani Bohotokong untuk dialog akhirnya, yang terjadi justru penahanan dan proses pemeriksaan terhadap Ust. Aminullah S Tahumil dan Yahya Aloha sementara yang lainya di izinkan untuk pulang.
Yahya Aloha
7 Des 2005
Pembohongan publik/fitnah
Jumat, 9 Des 2005
Fitnah
Wahyu Tri Widodo Reky Lumintang - Ramli Zidiq - Sarkil Lasimpala - Umar
Arham Busura
Kapolres Banggai dan Kasat Reskrim Polres Banggai melakukan pembohongan publik dengan cara mengeluarkan statement yang tidak benar di harian Radar Sulteng tentang kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh Arham Busura terhadap salah seorang peserta aksi pada Mei 2005
Ust. Aminullah S Tahumil
4 orang petani Bohotokong (Ramli Zidi, Sarkil Lasimpala, Umar Lahay, dan Anita Lacandring) bersama Suardi Lahay (Sekdes Bohotokong) dengan di temani Tahili Nusi (mandor Pengusaha) dan Briptu Raini Laato seorang anggota Polres Banggai datang Menghadap Kapolda Sulteng. Merurut Kapolda kedatangan mereka di Palu untuk membenarkan tindakan Ustad Aminullah memprovokasi
Arham Busura
-
petani Bohotokong. Di samping itu juga melaporkan telah terjadi tindakan pelecehan seksual oleh Arham Busura di kantor DPRD Banggai saat petani Bohotokong menggelar Aksi Nginap di kantor Dewan tersebut.
Lahay Anita La candring Suardi Lahay Tahili Nusi Briptu Raini Laato
Ibu Zakiyah masyarakat Bohotokong yang domisilinya di Dusun I Polo, di jemput oleh Briptu Suyono Ramli di rumahnya Pukul 11.00 Wita. Setelah di jemput bukanya di bawa ke Polsek bunta tetapi di bawa Ke rumah milik keluarga Nayoan untuk di dengar keteranganya sebagai saksi. Ketika memberikan kesaksian di hadapan Suyono dan Briptu Raini Laato anggota Polres Banggai, Ibu yang bukan anggota ORTABUN akan tetapi ada 4 orang anaknya menjadi anggota ORTABUN ini membenarkan ustad Aminullah telah menghasut petani Bohotokong.
Briptu Suyono Ramli Britu Raini Laato Theo Nayoan Ibu Zakiah
Ibu Zakiah
tidak mengizinkan tahanan shalat Idul Adha
Polres Banggai
Tahanan Polres Banggai (termasuk Ust. Aminullah, Abd haris, Yahya) Tahanan Polsek Kota Luwuk (termasuk Arham Busura)
Pihak Polres Banggai dan Polsek kota Luwuk tidak mengizinkan tahananya untuk melakukan shalat Idul Adha. Akan tetapi, di hari-hari sebelumnya para tahanan ini di izinkan untuk shalat Jumat di mushallah Polres Banggai.
17 Jan 2006
Penyerahan berkas perkara ke Kejaksaan Negeri Luwuk
Polres Banggai
ust. Aminullah S Tahumil Abd. Haris Djaman
Pihak Polres Banggai menyerahkan berkas perkara ke Kejaksaan Negeri Luwuk. Sejak berkasnya di serahkan, ust Aminullah S Tahumil dan Abdul Haris Djaman resmi menjadi tahanan jaksa dan dititipkan di LP Luwuk.
Jan 2006
Pemindahan tempat penahanan
Polres Banggai
Arham Busura
Arham Busura yang ditahan di Polsek Kota Luwuk sejak ditangkap dipindahkan ke tahanan Polres Banggai
Feb 2006
Pemaksaan mendirikan rumah dilokasi milik Arham Busura
Pihak Pengusaha (Djoni Nayoan)
Arham Busura
Pihak pengusaha mendirikan rumah yang akan diperuntukan untuk karyawanya Hamdan Agalui. Rumah konstruksi papan itu didirikan dilokasi milik Arham Busura. Meskipun, sudah berusaha dicegah oleh petani Bohotokong namun karyawaan dari Joni Nayoan tetap memaksa bahkan rumah itu sudah berdiri dalam satu hari.
Sabtu, 4 Feb
Teror
Briptu Raini
Petani
Briptu Raini Laato bersama Samsu Abasa (orang kepercayaan Theo Nayoan) memasuki halaman
Minggu, 11 Des 2005
Pemeriksaan yang improsedural Keterangan palsu
Selasa, 10 jan 2006
Polsek Kota Luwuk
Ust. Aminullah S Tahumil
2006
Laato (penyidik Polres Banggai)
Bohotokong
rumah Saglun tanpa meminta izin terlebih dahulu. Raini Laato yang saat itu berpaikaian preman membawa senjata Laras panjang jenis senapan angin. Tujuan Raini Laato memasuki halaman rumah Saglun adalah untuk menembak burung. Anehnya kegiatan berburu ini justru dilakukan ditempat yang tidak mungkin ada hewan buruan (jenis burung) apalagi, sasaranya adalah pohon coklat yang ada dibelakang rumah Saglun. Ini bukanlah kegiantan berburu benaran melaikan tindakan teror untuk menakut-nakuti petani Bohotokong.
Petani Bohotokong
Theo Nayoan mengeluarkan pernyataan bahwa dia telah membayar lunas kepada BPN Banggai atas areal HGU eks onderneming Bohotokong selama 75 tahun. Pernyataan ini didengar langsung oleh Arpan dan Masyadi di rumah Theo Nayoan saat mengantarkan undang seminar pembaruan agraria dan dialog kebijakan yang akan dilaksanakan di Palu
Samsu Abasa 23 Jan 2006
Peryataan soal lamanya waktu penguasaan lahan HGU
Theo Nayoan
Sabtu, 4 Feb 2006
Panggilan untuk menghadap Polres Banggai
Polres Banggai
Yamin Musa
Yamin Musa menerima kembali surat panggilan dari Polres Banggai. Yamin diminta menghadap pada senin, 6 Feb untuk dimintai keterangan dengan tuduhan pencurian buah kelapa. Panggilan ini tidak dihadiri karena selain sudah ada jaminan dari Kapolda Sulteng bahwa tidak akan ada lagi pemanggilan dan penangkapan bagi Petani Bohotokong, petani Bohotokong trauma dengan kinerja aparat Polres Banggai yang langsung menahan petani Bohotokong bila menghadiri panggilan tersebut. Selain yamin musa, beberapa orang yaitu : Saglun Wartabone, Mail Tanuingo, dan Ahmad Jauhari petani Bohotokong juga menerima panggilan dari Polres Banggai pada hari yang hampir bersamaan.
11 Oktober 2006
Putusan Kasasi MA
Mahkamah Agung
Arham Busura
Pada tingkat Kasasi, dengan amar putusan No.1929K/Pid/2006 yang memutuskan bahwa Arham Busura tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana pencurian dan penyerobotan dilahan eks.onderneming.
7 Maret 2007
Putusan Kasasi
Mahkamah Agung
Yahya Aloha, Abd.Haris Djaman, Arham Busura
Pada tingkat Kasasi, dengan amar putusan No.1924K/Pid/2006 yang memutuskan bahwa Yahya Aloha, Abd.Haris Djaman, Arham Busura tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana pencurian dan penyerobotan dilahan eks.onderneming.
2008
Gugatan Perdata
Theo Nayoan
Arham Busura, Gamar, Misrati, Yamin Musa, Ratina Djarino, An Madili
Keenam Petani Bohotokong digugat secara perdata oleh Theo Nayoan atas tanah pertanian di eks HGU Rudy Rahardja. Pada gugatan ini petani menang, namun kasus tersebut terus dilakukan Kasasi oleh para tergugat. Saat ini sedang dalam proses.
16 September 2008
Penyitaan Kopra
Theo Nayoan, Polsek Bunta, Polres Banggai
Hima Ali, Gamar, Yamin Musa, Ibrahim Musa (Alm), Lai dan Sagaf Langindara (Ahli waris Ahyar)
Polsek Bunta melalui dua orang petugasnya, Patris dan Marnes, menyita Kopra milik petani sebanyak 10 karung. Penyitaan dilakukan saat transaksi jual beli di tempat Ko Didi (Kelurahan Bunta I). Penyitaan itu dilakukan berdasarkan laporan Theo Nayoan, tanpa ada berita acara dan surat penyitaan.
BPN Banggai
8 Oktober 2008
Pemanggilan
Tahili Nusi (Mandor Perkebunan), Polsek Bunta dan Polres Banggai
Arham Busura, Jadil Abasa, Hima Ali, Rusdin Rahman, An Madili, Yakob, Gapa, Aped Madili, Uwa, Arjun Busura, Ratina Djarino, Laila Diku.
Sumber : Front Perjuangan dan Pembaruan Agraria Sulawesi
Tahili Nusi, Salah seorang Mandor Theo Nayoan dan juga pemegang izin HGU, melaporkan kepada Polres Banggai tentang tindakan pencurian dan penyerobotan yang dilakukan 13 orang petani. Dari ketigabelas petani, empat diantaranya telah menjalani proses pidana untuk kasus yang sama, yakni Arham Busura, Jadil Abasa, Hima Ali dan Rusdin Rahman.