Don Kadja, Annona squamosa sebagai alternative aman bagi pengendalian hama
Annona squamosa SEBAGAI ALTERNATIF AMAN BAGI PENGENDALIAN HAMA
Don H. Kadja* ABSTRACK Nowadays, Control method used by farmers is based on chemical control, since for them it gives a very fast result, but on the other hand, unconsciously it causes dangerous side-effects to the environment for a long time. Using of Annona squamosa as a raw material pesticide is one of the many alternatives to control plant pest which is has no bad side-effect to the environment. It can be made with very simple or a little complex one, and still effective to control plant pest. ABSTRAK Pengendalian hama yang sering digunakan petani adalah pengendalian kimiawi, karena dianggap memberikan hasil
yang cepat kelihatan, tanpa disadari
penggunaannya mengakibatkan efek samping yang sangat membahyakan dalam jangka waktu yang lama. Penggunaan pestisida nabati berbahan dasar Annona squamosa merupakan suatu alternatif pengendalian hama yang karib lingkungan, dengan metode ektraksi yang cukup sederhana sampai cukup kompleks mampu memberikan hasil pengendalian yang memuaskan. Kata Kunci: pestisida, Annona squamosa, hama
* Staf Pengajar Fakultas Pertanian-UNDANA
Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010
Don Kadja, Annona squamosa sebagai alternative aman bagi pengendalian hama
Petani
selama
ini
tergantung
pada
pengendalian
secara
kimiawi
untuk
mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Untung (1996) mengemukakan bahwa aplikasi insektisida kimia sintetik yang kurang bijaksana dan tidak sesuai dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dapat memberikan berbagai dampak negatif seperti terjadinya resistensi hama, resurjensi, munculnya hama sekunder, terbunuhnya organisme bukan sasaran, adanya residu insektisida pada bahan makanan, pencemaran lingkungan, dan bahaya pada pemakai (Gapoktan, 2009). Sebagai alternatif, sekarang mulai dikembangkan penggunaan bahan tumbuhan untuk dijadikan insektisida nabati. Insektisida nabati kembali mendapat perhatian menggantikan insektisida kimia sintetik karena relatif aman, murah, mudah aplikasinya di tingkat petani, selektif, tidak mencemari lingkungan, residunya relatif pendek (Oka, 1994), aman terhadap hewan bukan sasaran, dan mudah terurai di alam sehingga tidak menimbulkan pengaruh samping (Kardinan 2002). Pestisida nabati diartikan sebagai pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan, karena terbuat dari bahan-bahan alami maka jenis pestisida ini mudah terurai di alam sehingga residunya mudah hilang, maka relatif aman bagi manusia (Samsudin, 2008). Pestisida nabati memiliki beberapa fungsi, antara lain: repelant, yaitu menolak kehadiran serangga, misaknya dengan bau yang menyengat, antifidant: mencegah serangga makan tanaman yang disemprot, merusakperkembangan telur, larva, pupa, menghambat reproduksi serangga betina, racun syaraf, mengacaukan sistem syaraf di dalam tubuh serangga. Atraktan, yaitu pemikat serangga, yang dapat dipakai sebagai perangkap serangga, mengendalian jamur atau bakteri (Gapoktan, 2009. Srikaya (Annona squamosa ) merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai peluang untuk digunakan sebagai insektisida nabati. Menurut Kardinan (2002), biji A. squamosa mengandung senyawa kimia annonain yang terdiri atas squamosin dan asimisin yang bersifat racun terhadap serangga. Maryani (1995) mengemukakan bahwa biji A. squamosa mengandung bioaktif asetogenin yang
Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010
Don Kadja, Annona squamosa sebagai alternative aman bagi pengendalian hama
bersifat insektisidal dan penghambat makan (anti-feedant). Buah mentah, biji, daun, dan akar A. squamosa mengandung senyawa kimia annonain yang dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, penolak serangga (repellent), dan anti-feedant dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut (Kardinan 2002).
PENGKAJIAN Cara pembuatan Pestisida Nabati yang Berasal dari Tanaman A. squamosa Pembuatan pestisida nabati dari ekstrak bahan A. squamosa dapat dilakukan dengan beberapa cara: 1. Pembuatan Insektisida dari Biji: Pada bagian ini dikemukakan cara pembuaatn formulasi EC (Emulsifiable concentrate) dan WP (wettable powder) dari ekstrak biji A. squamosa (Prijono, 2005), namun ada langkah-langkah awalnya:
kupas biji A. squamosa. Untuk memudahkan pengupasan kulit biji srikarya, masukkan biji srikaya ke dalam blender dan aktifkan blender dengan singkat pada putaran kejut.
pisahkan bagian dalam biji dari kulitnya lalu giling hingga menjadi serbuk dengan menggunakan blender
serbuk biji diayak dengan menggunakna ayakan bermata 1 mm, kemudian serbuk ayakan diekstrak dengan menggunakan pelarut metanol dengan perbandingan bahan:pelarut 1:10 (bobot atau volume) dalam labu erlenmeyer 100 ml.
aduk campuran bahan tumbuhan dan pelarut tersebut dengan pengaduk magnetik ( magnetic stirrer) dan biarkan selama 24 jam
saring akstrak dengan kertas whatman no. 41 dan bilas ampas yang diperoleh dengan pelarut baru. Ulangi langkah ini sampai cairan hasil saringan tidak berwarna
pisahkan ekstrak dari pelarut metanol dengan menggunakan vacuum rotary evaporator (rotavapor) pada suhu 50O C dan tekanan 0,7 mmHg
Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010
Don Kadja, Annona squamosa sebagai alternative aman bagi pengendalian hama
Larutkan kembali ekstrak yang diperoleh dalam metanol dengan perbandingan 1:20 (bobot atau volume), aduk secara merata, saring larutan ekstrak dan uapkan pelarutnya dengan rotavapor seperti langkah 6. ekstrak yang diperoleh pada penguapan terakhir ini digunakan sebagai bahan aktif formulasi srikaya.
Untuk pembuatan formulasi EC: 2,5 g ekstrak srikaya ditambahkan dengan 17, 5 ml metanol, 5 ml pengemulsi latron 75 L, dan diaduk merata kemudian didekantasi.
Untuk pembuatan formulasi WP: 2,5 g ekstrak srikaya ditmambahkan dengan 17,5 ml metanol, 5 ml pengemulsi latron 75 L, 5 ml perekat agristik 75 L, diaduk merata kemudian metanolnya diuapkan dengan ratovapor.
2. Pembuatan insektisida dari bahan mentah selain biji: • Pembuatan ekstrak A. squamosa dengan pelarut metanol. Bagian A. squamosa segar sebanyak 25 g dicincang kemudian diekstrak dengan pelarut metanol p.a sebanyak 100 ml selama 15 menit. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan blender. Hasil ekstraksi disentrifusi selama 20 menit dengan kecepatan 3.000 rpm, kemudian diuapkan menggunakan freezer dryer hingga volume ± 1 ml. Larutan tersebut kemudian diencerkan menggunakan akuades menjadi konsentrasi 5% dan selanjutnya larutan siap digunakan untuk perlakuan. • Pembuatan ekstrak A. squamosa dengan pelarut air. Bagian A. squamosa segar sebanyak 100 g dicincang kemudian diekstrak dengan pelarut air dengan perbandingan 1:3. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan homogenizer/ blender selama 15 menit. Hasil ekstraksi dibiarkan selama 24 jam kemudian disaring menggunakan kain halus dan selanjutnya larutan siap digunakan. (Tohir, 2010)
Kemangkusan Insektisida Nabati yang Berasal dari A. squamosa Hasil penelitian Sujanto et al. (1999) menunjukkan bahwa ekstrak biji A. squamosa cukup efektif mengendalikan hama kumbang kedelai Phaedonia inclusa
Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010
Don Kadja, Annona squamosa sebagai alternative aman bagi pengendalian hama
Stal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Herminanto, et al (2004) yang
menyatakan bahwa Ekstrak biji A. squamosa (Konsentrasi 15 cc/l) sangat nyata mempengaruhi pembentukan pupa dan imago hama krop kubis Crocidolomia Pavonana
F.
Peningkatan
konsentrasi
ekstrak
menyebabkan
berkurangnya
pembentukan pupa dan imago, Perlakuan terhadap larva menyebabkan larva yang hidup menjadi lemah pada instar akhir dan fase prapupa sehingga ada yang gagal mengalami pupasi, demikian juga dengan imagonya. Larva yang mendapat perlakuan ekstrak biji A. squamosa menunjukkan gerakan lamban, tubuh berubah warna dari hijau menjadi kekuningan. Akibat lanjut, ukuran tubuh semakin menyusut, warna berubah menjadi coklat kehitaman dan akhirnya mati, dan menurut Sinaga (2010) kematian Callosobruchus chinensis dapat mencapai 100 % pada hari kedua pada konsentrasi 0,5 ml/100 g kacang hijau . Ini berarti bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan kondisi tubuh larva semakin lemah dan berakibat turunnya nafsu makan sampai 97, 87 %. Londer dan Shanshen (1991) dalam Manuwoto et al., 1994) mengemukakan bahwa biji A. squamosa mengandung squamosin yang mempengaruhi perilaku serangga dan dapat menghambat aktivitas makan serangga pada konsentrasi tinggi. Hasil penelitian yang lain melaporkan bahwa penggunaan eksrtak biji A. squamosa pada metode pencelupan dan pemberian pakan dapat membunuh 50 % Tribolium castaneum dengan LC
50nya
724 mL/L (Un, 2007). Sedangkan menurut
La’a (2007) penggunaan tepung biji srikaya 5g/500g kacang hijau sudah efektif untuk mengendalikan Callosobrochus chinensis dengan LT50 7 hari. Secara umum biji dan buah srikaya mengandung senyawa golongan asetogenin termasuk squamosin, yang bersifat sebagai racun perut, racun kontak, serta antifeedant. Senyawa asetogenin bekerja sebagai racun metabolisme respirasi di dalam sel. Ekstrak srikaya aktif terhadap berbagai jenis serangga penggigitpengunyah dan penusuk-pengisap (Prijono, 2005).
Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010
Don Kadja, Annona squamosa sebagai alternative aman bagi pengendalian hama
Simpulan A. squamosa memiliki kemampuan untuk menyebabkan kematian pada serangga hama karena mengandung senyawa kimia annonain yang dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, penolak serangga (repellent), dan anti-feedant dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut. Pemanfaatan bagian tanaman A. squamosa untuk mengendalikan hama merupakan suatu tindakan yang relatif aman bagi lingkungan dan manusia, karena relatif aman, murah, mudah aplikasinya di tingkat petani, selektif, tidak mencemari lingkungan, residunya relatif pendek, aman terhadap hewan bukan sasaran, dan mudah terurai di alam.
Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010
Don Kadja, Annona squamosa sebagai alternative aman bagi pengendalian hama
DAFTAR RUJUKAN Gapoktan. 2009.pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida nabati. http://gapoktantanimaju.blogspot.com/2009/01/pestisida-nabati.html. diunduh tanggal 29 februari 2009. Herminanto., Wiharsi., Topo Sumarsono. 2004. Potensi Ekstrak Biji Srikaya (Annona squamosa L.) untuk Mengendalikan Ulat Krop Kubis Crocidolomia Pavonana F. Agrosains 6 (1): 31-35, 2004. Kardinan, A. 2002. Pestisida Nabati: Ramuan dan aplikasi. Cetakan ke-4. Penebar Swadaya. Jakarta. La’a, W. 2007. Efektivitas Penggunaan Beberapa Bahan Nabat Sebagai Insektisida Botanik untuk Mengendalikan Callosobrochus chinensis pada Kacang Hijau. (Skripsi Sarjana yang tidak Dipublikasi, Universitas Nusa Cendana, 2007). Manuwoto, S., K. Ohsawa, and S. Kato. 1994. Bioactive substances in tropical plant. In Sanches, F. and K. Ohsawa (Eds.). Natural Bioactive Substances in Tropical Plants. NODIA Center for International Program. Tokyo University of Agriculture. Oka, I.N. 1994. Pengendalian Hayati Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Prijono, Djoko. 2005. Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Botani: makalah Pelatihan manajemen analisis teknis laboratorium PHT Perkebunan Rakyat. Departemen Proteksi Tanaman. Fakultas Peranian IPB. Bogor. Samsudin, 2008, Virus Patogen Serangga: Bio Insektisida Ramah Lingkungan. http://Lembaga Pertanian Sehat/Developed Usefull Inovation For Farmers Rubric. Diunduh tanggal 10 September 2008. Sinaga, Nelly M. R., 2010, Pengendalian Callosobruchus Chinensis (Coleoptera : Bruchidae) Dengan Menggunakan Serbuk Dan Ekstrak Biji Sirsak, Saga Dan Bengkuang Pada Benih Kacang Hijau, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Sujanto, A. Herminanto, dan A. T. Darojah. 1999. Pemanfaatan ekstrak biji buah srikaya untuk mengendalikan hama Phaedonia inclusa Stal. Pada tanaman kedelai. Seminar Nasional Kedelai II. Lembaga Penelitian UNSOED. Purwokerto, 17 Maret 1999. Tohir, A. Muhamad. 2010. teknik ekstraksi dan aplikasi beberapa pestisida nabati untuk menurunkan palatabilitas ulat grayak (spodoptera litura fabr.) di laboratorium. Buletin Teknik Pertanian Vol. 15t, No.1, 2010:37-40 Untung, K. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Cetakan ke 2. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 272 hal.
Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010
Don Kadja, Annona squamosa sebagai alternative aman bagi pengendalian hama
Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010